Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KAJIAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN

“PARACETAMOL, OBAT ANALGESIK  POPULER

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Zaman sekarang, semakin tidak menentunya cuaca atau iklim di negara Indonesia
maupun di negara-negara lain merupakan akibat dari tingkah laku dan perbuatan manusia.
Mulai dari penebangan hutan yang merajalela sampai pola hidup yang tidak baik. Seiring
dengan musim yang berjalan dengan tidak menentu sehingga menyebabkan seseorang mudah
sakit. Di era sekarang obat-obatan banyak dijual bebas di apotik dan toko obat, sehingga
banyak dari kita sering menggunakan obat-obatan tanpa pengawasan dokter. Penggunaan
obat yang tidak sesuai dengan aturan atau petunjuk dokter sangat berbahaya bagi tubuh akibat
atau efeknya bisa langsung kelihatan dan bahkan mungkin baru beberapa tahun ke depan.
Setiap orang tentunya pernah merasakan rasa nyeri. Mulai dari nyeri ringan seperti
sakit kepala, nyeri punggung, nyeri haid, reumatik dan lain-lain seperti nyeri yang berat. Obat
nyeri itu dinamakan obat analgesik. Analgesik yang sering digunakan salah satunya adalah
parasetamol. Selain sebagai analgesik, parasetamol juga dapat digunakan untuk obat antipirek
(demam). Parasetamol banyak digunakan karena disamping harganya murah, parasetamol
adalah anti nyeri yang aman untuk swamedikasi (pengobatan mandiri).
Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas.
Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
menstruasi, dan diindikasikan juga untuk demam. Parasetamol itu aman terhadap lambung
juga merupakan Analgesik pilihan untuk ibu hamil maupun menyusui. Tapi bukan berarti
parasetamol tidak mempunyai efek samping. Efek samping parasetamol berdampak ke liver
atau hati. Parasetamol bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis besar.
Parasetamol (Asetaminofen) merupakan senyawa organik yang banyak digunakan
dalam obat sakit kepala karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit), sengal-sengal, sakit
ringan, dan demam. Parasetamol digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik
salesma dan flu. Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang parasetamol, kita akan membahas
mengenai apa pengertian parasetamol, apa saja kegunaan atau manfaat dari parasetamol serta 
dampak atau efek samping parasetamol yang tidak sesuai dengan dosis.

1
1.2  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan parasetamol?
2. Apa saja kegunaan parasetamol?
3. Bagaimana proses ADME dari parasetamol itu sendiri di dalam tubuh?
4. Apa saja Indikasi dan Kontradiksi dari parasetamol?
5. Bagaimana mekanisme reaksi prasetamol?
6. Berapakah sediaan dan dosis parasetamol untuk orang dewasa dan anak-anak dalam
mengkonsumsinya?
7. Bagaimanakah dampak atau efek samping parasetamol?

1.3  Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan parasetamol.
2. Mengetahui kegunaan parasetamol.
3. Mengetahui proses ADME dari parasetamol di dalam tubuh.
4. Mengetahui Indikasi dan Kontradiksi dari parasetamol.
5. Mengetahui mekanisme reaksi parasetamol.
6. Mengetahui sediaan dan dosis obat parasetamol untuk orang dewasa dan anak-anak
dalam mengkonsumsinya.
7. Mengetahui dampak atau efek samping parasetamol.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Parasetamol


Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol
adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Parasetamol
utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi
atau sebab yang lainnya. Disamping itu, parasetamol juga dapat digunakan untuk
meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis
standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering
terjadi.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan
ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol,
Itramol dan lain lain.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga
berdasarkan efek sentral. Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu
gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat
disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium
nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan
senyawa asetat anhidrat.
Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obat-
obat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek
menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai
penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAID.
               Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti
pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada saat luka
pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih

3
(leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya
leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah iritasi kulit.
Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik.
Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar
maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) rendah, sehingga


tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek kardiorenal yang tidak
menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan usia.

2.2 Parasetamol tergolong obat Analgetik Non Narkotik


.
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat
Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan
atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik
Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Efek samping obat-obat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat
ini.

4
 Gambar 2.1 Ibuprofen
b. Parasetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai
analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan
efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

 
Gambar 2.2 Parasetamol (Acetaminophen
Parasetamol sebagai obat penurun panas sekaligus pereda nyeri. Jadi bisa digunakan
untuk demam dan sakit seperti sakit gigi, sakit lambung, dan sebagainya. Berbeda dengan
obat pereda nyeri golongan NSAID seperti ibuprofen, piroksikam, atau asam mefenamat,
parasetamol ini lebih aman buat lambung sehingga cocok bagi penderita maag atau gastritis.
Pada tahun 1946, Lembaga Studi Analgetik dan obat-obatan sedative telah memberi
bantuan kepada Departemen Kesehatan New York untuk mengkaji masalah yang berkaitan
dengan agen analgetik. Bernard Brodie dan Julius Axelrod telah ditugaskan untuk mengkaji
mengapa agen bukan aspirin dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan
darah tidak berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod mengaitkan
penggunaan asetanilida dengan methemoglobinemia, dan mendapati pengaruh analgetik
asetanilida adalah disebabkan metabolit Parasetamol aktif. Mereka membela penggunaan
Parasetamol karena memandang bahan kimia ini tidak mengahasilkan racun asetanilida.

5
Derivat- asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgetik, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek
sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya analgetik dan antipiretik, tetapi
tidak antiradang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling
aman, juga untuk swamedikasi(pengobatan mandiri). Efek analgetiknya diperkuat oleh kafein
dengan kira-kira 50% dan kodein. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara
rectal lebih lambat. Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan
kelainan darah.
Overdosis bisa menimbulkan mual, muntah dan anoreksia. Penanggulangannya
dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau
metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi. Wanita hamil dapat
menggunakan Parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu
ibu. Interaksi pada dosis tinggi memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak
interaktif.
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat
pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain
terhadap mukosa lambung.

Gambar 2.3 Asam Mefenamat

2.3 Interaksi Obat Mempengaruhi ADME Obat


Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan
secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi

6
antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2
atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME
(absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau
menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang
interaksi farmakokinetik.
 Interaksi Farkokinetik
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya akan
mengalami absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Selanjutnya dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari
tubuh. Seluruh proses inilah yang disebut dengan proses farmakokinetik dan berjalan
serentak. Di dalam tubuh manusia obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai
jaringan. Pada umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan
melewati celah antar sel, kecuali pada endotel kapiler.
Pada pemberian obat secara oral, obat harus mengalami berbagai proses sebagai
berikut, antara lain :
a. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian menyangkut
kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Absorbs kebanyakan obat melalui saluran cerna
pada umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu absorbsi mudah terjadi bila obat dalam
bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak.
Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar
serum puncak dalam waktu 30 - 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit
memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat.
b. Distribusi
Obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari
aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat
dibedakan atas dua fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama
terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya :
jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase dua jauh lebih luas yaitu mencakup
jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ pada distribusi fase pertama misalnya : otot,
visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai kesetimbangan setelah waktu
yang lama.

7
Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih
kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma.
c. Metabolisme
Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme
utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang
dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim
sitokrom P450. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek
toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina).
Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini
segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui
ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau N-
acetyl-p-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril.
Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi
metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis
normal bereaksi dengan sulfhidril pada glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal.
d. Eliminasi
Eliminasi sebagian besar obat dari tubuh terdiri dari dua proses yaitu metabolisme
(biotransfromasi) dan ekskresi. Seperti halnya biotransformasi, ekskresi suatu obat dan
metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi
dapat terjadi tergantung pada sifat fisiokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, dan
tekanan uap).
Parasetamol diekskresikan melalui urin sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen
glukoronoid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah.

2.4. Rumus Kimia Parasetamol


Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintesis dari p-aminofenol
yang memberikan efek analgesia dan antipretika. Senyawa ini mempunyai nama kimia N-
asetil-p-aminofenol atau p-asetamidofenol, bobot molekul 151,16 dengan rumus kimia
C8H9NO2.

8
Gambar 2. 4. Struktur molekul parasetamol (asetaminofen)

Asetaminofen (parasetamol)

N-acetyl-para-aminophenol

Berat molekul 151.16

Rumus empiris C8H9NO2

(Metabolisme) Hati (Hepar)

B (AS)
Golongan hamil (farmasi)
A (Aus)

9
Sifat-sifat fisika parasetamol adalah:
 Pemerian         : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
 Kelarutan        : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1 N
 Titik lebur        : Antara 1680 sampai 1720
 Ksp                  : 1.4 g/100 ml or 14 mg/mL (200C)
 Densitas:1.263 g/cm³
 Titik Lebur:169 °C (336 °F)
 Massa Molar:151.17 g/mol
 Berwujud butiran kristal putih, rasa pahit
 Larut dalam air,alkohol,aseton,gliserol,propylene glycol,gliserol,kloroform,metil
alkohol, dan hidroksida alkali, tak larut dalam benzena dan eter.
 Stabil pada pH > 6, dan tidak stabil pada pH asam atau pada kondisi alkaline
 Ikatan jenuh mudah putus, menjadi asam asetik dan p-aminophenol.

Sifat analgesik dari parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai
sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin
atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin,
parasetamol berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak. Sementara itu, sifat
antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen yang dikandungnya.

2.5 Mekanisme Reaksi


Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan
mengganggu enzim cyclooksigenase ( COX ). Parasetamol menghambat kerja COX pada
sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan
peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah
yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan
demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak seperti analgesik-anelgesik lainnya.

10
Parasetamol, ternyata tidak berefek sebagai anti-inflamasi yang menghambat
terjadinya peradangan, namun menjadi obat analgesik antipiretik atau mengurangi rasa nyeri
dan panas. Jadi radang nya tidak di cegah, tapi rasa sakit dan panasnya lah yang dicegah.
Ketika kita mengalami luka, maka bagian yang sel luka kan ada yang namanya phospholipid,
nah senyawa pada luka ini akan di ubah oleh Phospholipase C muapun A2 (sebuah enzim)
menjadi asam arachidonat (AA). asam arachidonat inilah yang akan di ubah menjadi
prostaglandin H2 (PGG H2) oleh enzim COX2 (Ciklooksigenase 2). Nah, senyawa ini akan
menjadikan radang/inflamasi bagian yang luka. Parasetamol g bekerja di sini, inilah alasan
kenapa parasetamol tidak memiliki efek antiinflamasi, karena tidak menghambat COX2
untuk mengubah AA menjadi PGG H2, sehingga radang tetap terjadi. Setelah PGG H2 itu
membuat radang/inflamasi, maka dia akan di ubah oleh PGE synthase (enzim) menjadi
Prostaglandin E2 yang secara lanjut akan menjadi Prostaglandin F2. SEnyawa ini akan
menjadi mediator yang akan mengirimkan sinyal dari jaringan syaraf ke hipotalamus (bagian
otak yang mengatur suhu tubuh dan rasa nyeri) sehingga mengakibatkan kenaikan suhu dan
nyeri.

Parasetamol bekerja dengan cara menghambat PGE synthase ini sehingga PGE2 tidak
terbentuk. akibat dari PGE2 tidak terbentuk tentunya akan membuat suhu turun dari normal
dan menghilangkan nyeri.

11
2.6 Indikasi Obat Parasetamol
Indikasi utama parasetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun panas (analgesik)
dan dapat digunakan sebagi obat penghilang rasa sakit dari segala jenis seperti sakit kepala,
sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri sehubungan dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma, dan
lain-lain. Sakit kepala migrain, dismenore dan nyeri sendi juga dapat diringankan dengan
obat parasetamol ini. Pada pasien kanker, parasetamol digunakan untuk mengatasi nyeri
ringan atau dapat diberikan dalam kombinasi dengan opioid (misalnya kodein).
Parasetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan dianggap kurang
equipotent jika dibandingkan dengan aspirin (asam asetilsalisilat). Dengan demikian, secara
umum, parasetamol kurang mujarab ketimbang salisilat dan agen antirematik lainnya jika
digunakan sebagai obat anti-inflamasi dan antinyeri.
Parasetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan alternatif yang lebih
disukai ketika aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan kontraindikasi (misalnya karena
riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak)

2.7 Kontradiksi Obat Parasetamol


Obat parasetamol tidak boleh digunakan pada orang dengan kondisi sebagai berikut:
 Alergi parasetamol atau acetaminophen
 Gangguan fungsi hati dan penyakit hati
 Gangguan fungsi ginjal serius
 Shock
 Overdosis Acetaminophen
 Gizi buruk

2.8 Sediaan dan Dosis Parasetamol


Sediaan

• Tablet : 500 mg
• Sirup : 120 mg/5 ml

Dosis

 Dosis Parasetamol Dewasa untuk Demam dan Nyeri:

12
 Pedoman umum: 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6 jam atau 1000 mg
setiap 6 sampai 8 jam.
 Paling sering adalah Paracetamol 500mg tablet: 500 mg tablet oral setiap 4
sampai 6 jam.
 Dosis Parasetamol Anak untuk Demam dan Nyeri:
Untuk mengukur dosis parasetamol anak dengan tepat maka kita harus mengetahui
berat badan dan umur anak, karena ini akan menjadi pertimbangan.
 < = 1 bulan: 10-15 mg/kg BB/dosis setiap 6 sampai 8 jam sesuai kebutuhan.
 1 bulan – 12 tahun: 10 – 15 m /kg BB/dosis setiap 4 sampai 6 jam sesuai
kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24 jam).
Obat parasetamol tidak dianjurkan melebihi dosis yang direkomendasikan. Jumlah
maksimum untuk orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4 gram (4000
mg) per hari. Penggunakan parasetamol yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan hati.
Pada anak-anak, gunakanlah sediaan sirup atau suppositoria. Hati-hati dan selalu ikuti
petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan paracetamol untuk anak di bawah
usia 2 tahun tanpa nasihat dari dokter.
 Berhenti menggunakan paracetamol dan hubungi dokter jika:
 Selama 3 hari penggunaan masih demam.
 Selama 7 hari penggunaan masih terasa sakit (nyeri belum teratasi) atau 5 hari
pada anak-anak.
 Terjadi reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala terus menerus, atau
kemerahan atau bengkak.

2.8 Efek Samping


Walaupun efek samping parasetamol jarang, namun jika itu terjadi maka ditandai dengan:
 Ruam atau pembengkakan – ini bisa menjadi tanda dari reaksi alergi.
 Hipotensi (tekanan darah rendah) ketika diberikan di rumah sakit dengan infus.
 Kerusakan hati dan ginjal, ketika diambil pada dosis lebih tinggi dari yang
direkomendasikan (overdosis).
Dalam kasus ekstrim kerusakan hati yang dapat disebabkan oleh overdosis parasetamol bisa
berakibat fatal. Maka carilah bantuan medis darurat jika anda memiliki salah satu dari tanda-
tanda reaksi alergi parasetamol seperti: gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah,

13
bibir, lidah, atau tenggorokan. Berhenti menggunakan obat ini dan hubungi dokter apabila
mengalami efek samping parasetamol yang serius seperti:
 Mual, sakit perut, dan kehilangan nafsu makan
 Air seni berwarna gelap, tinja berwarna tanah liat
 Jaundice (menguningnya kulit atau mata).
 Diare
 Keringat berlebihan
 Kehilangan nafsu makan
 Mual atau muntah
 Kram perut atau nyeri
 Pembengkakan, atau nyeri di perut atau perut daerah atas

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

14
1. Parasetamol merupakan senyawa kimia organik yang banyak digunakan dalam obat
sakit kepala karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit). Parasetamol atau 4-
hidroksiasetanilida dengan rumus molekul  dan bobot molekul 152.16. Parasetamol
sebagai obat penurun panas sekaligus pereda nyeri. Parasetamol bisa digunakan untuk
demam dan sakit seperti sakit gigi, sakit lambung, dan sebagainya. Parasetamol ini
lebih aman bagi lambung sehingga cocok bagi penderita maag atau gastritis. Tetapi
dibalik keampuhannya tersebut, parasetamol memiliki risiko yakni dapat menurunkan
fungsi paru-paru, merusak ginjal dan dapat mengakibatkan asthma, bronchitis. Selain
itu, Overdosis dari asetaminofen atau parasetamol dapat menyebabkan kematian.
2. Parasetamol dapat menjadi toksik karena salah satu metabolitnya, yaitu NAPQI
berikatan irreversibel dengan gugus –SH yang terdapat pada hepar sehingga
menimbulkan hepatoksik.
3. Penggunaan parasetamol perlu diatur secara tepat dan benar meskipun korban tidak
menampakkan gejala keracunan. Dengan pengaturan yang tepat dan benar, kerusakan
akibat keracunan yang mungkin timbul dapat diminimalisir, bahkan sebelum gejala
tersebut terdeteksi.
3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan penulis, penulis menyarankan agar makalah ini dapat


disempurnakan dan dilanjutkan ke tahap penelitian selanjutnya. Makalah ini bisa menjadi
acuan untuk pengembangan terhadap pencegahan penyakit akibat parasetamol sehingga
dapat dimanfaatkan lebih baik. Pembaca diharapkan untuk tidak mengkomsumsi
parasetamol secara berlebihan karena dapat membahayakan kesehatan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim:http://www.kerjanya.net/faq/4813-parasetamol.html

15
Anonim: http://mediskus.com/paracetamol
Cemani, Itheng.,(2010). ,Parasetamol dan Toksisitasnya, Bumi Persada, Jakarta
Rusdiana., (1992)., Interaksi Farmakokinetik Kombinasi Obat Parasetamol dan
Fenilpropanolamin Hidroklorida Sebagai Obat Komponen Flu, Cahaya Cipta,
Bandung
Rigakimia.,(2014) Parasetamol-Dan-Efek-Toksisitasnya

16

Anda mungkin juga menyukai