Anda di halaman 1dari 15

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang ini semakin tidak menentunya cuaca atau iklim di negara Indonesia maupun di
negara-negara lain merupakan akibat dari tingkah laku dan perbuatan manusia. Mulai dari penebangan
hutan yang merajalela sampai pola hidup yang tidak baik. Seiring dengan musim yang berjalan dengan
tidak menentu sehingga menyebabkan seseorang mudah sakit. Di era sekarang obat- obatan banyak
dijual bebas di apotik dan toko obat, sehingga banyak dari kita sering menggunakan obat-obatan tanpa
pengawasan dokter. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan atau petunjuk dokter sangat
berbahaya bagi tubuh akibat atau efeknya bisa langsung kelihatan dan bahkan mungkin baru beberapa
tahun ke depan.

Setiap orang tentunya pernah merasakan rasa nyeri. Mulai dari nyeri ringan seperti sakit kepala, nyeri
punggung, nyeri haid, reumatik dan lain-lain seperti nyeri yang berat. Obat nyeri itu dinamakan obat
analgesik. Analgesik yang sering digunakan salah satunya adalah parasetamol. Selain sebagai analgesik,
parasetamol juga dapat digunakan untuk obat antipirek (demam). Parasetamol banyak digunakan karena
disamping harganya murah, parasetamol adalah anti nyeri yang aman untuk swamedikasi (pengobatan
mandiri.

Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol
adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang menstruasi, dan diindikasikan juga
untuk demam. Parasetamol itu aman terhadap lambung juga merupakan Analgesik pilihan untuk ibu
hamil maupun menyusui. Tapi bukan berarti parasetamol tidak mempunyai efek samping. Efek samping
parasetamol berdampak ke liver atau hati. Parasetamol bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis
besar.

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan senyawa organik yang banyak digunakan dalam obat sakit
kepala karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit), sengal-sengal, sakit ringan, dan demam.
Parasetamol digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Untuk mengetahui
lebih jelasnya tentang parasetamol, kita akan membahas mengenai apa pengertian parasetamol, apa
saja kegunaan atau manfaat dari parasetamol serta dampak atau efek samping parasetamol yang tidak
sesuai dengan dosis.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan parasetamol?

2. Apa saja kegunaan parasetamol di bidang kesehatan?

3. Apa dampak atau efek samping parasetamol?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan parasetamol

2. Mengetahui kegunaan parasetamol di bidang kesehatan

3. Mengetahui dampak atau efek samping parasetamol


BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Paracetamol

Sebelum penemuan asetaminofen atau parasetamol, zaman dahulu kulit sinkona digunakan sebagai
agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan obat antimalaria, kina. Karena pohon sinkona
semakin berkurang pada 1880-an, sumber alternatif mulai dicari. Terdapat dua agen antipiretik yang
dibuat pada 1880-an; asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, parasetamol telah
disintesis oleh Harmon Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam asam
asetat gletser. Walaupun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, parasetamol tidak digunakan dalam
bidang pengobatan hingga dua dekade setelahnya. Pada 1893, parasetamol telah ditemui di dalam air
kencing seseorang yang mengambil fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih
dan berasa pahit.

Pada tahun 1899, parasetamol dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun penemuan ini tidak
dipedulikan pada saat itu. Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik dan Obat-obatan Sedatif telah memberi
bantuan kepada Departemen Kesehatan New York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen
analgesik. Bernard Brodie dan Julius Axelrod telah ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen bukan
aspirin dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak berbahaya. Di dalam
tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod mengaitkan penggunaan asetanilida dengan
methemoglobinemia dan mendapati pengaruh analgesik asetanilida adalah disebabkan metabolit
parasetamol aktif. Mereka membela penggunaan parasetamol karena memandang bahan kimia ini tidak
menghasilkan racun asetanilida.

Obat anti-Inflamasi non steroid (OAINS) adalah sekelompok besrar obat yang memilki sifat anti-inflamasi,
antipiretik, dan analgesik dengan derajat yang bervariasi. Obat golongan ini menghambat 2 enzim siklo-
oksigenase (COX-1dan COX-2) yang di perlukan untuk sintesis prostaglandin (yang meningkatkan
inflamasi dan menyebabkan nyeri). OAINS dapat di klasifikasikan berdasarkan kekuatannya. Parasetamol
termasuk dalam OAINS lemah. Parasetamol ini analgesik yang lebih lemah dari pada aspirin, dan tidak
mempunyai efek anti-inflamasi. Obat ini tidak mengiritasi lambung dan dapat diberikan secara aman
pada pasien dengan riwayat dispepsia atau tukak lambung. Sediaan elixir parasetamol untuk anak-anak
lebih disukai dari pada aspirin.

Parasetamol dikenal juga dengan nama Asetaminofen. Obat ini memiliki khasiat yang sam seperti aspirin
tetapi lebih aman bagi lambung. Analgesik Asetaminofen (derivat-para-fenol) adalah obat tanpa resep
yang populer yang di pakai oleh bayi, anak-anak, dewasa, orang lanjut usia untuk nyeri, rasa tidak enak
dan demam. Hampir semua obat sakit kepala atau demam yang berada di pasaran menggunakan zat
aktif praseamol ini. Penggunaan parasetamol yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada ginjal
dan hati. Kata asetaminofen dan parasetamol berasal dari singkatan nama kimia bahan tersebut: Versi
Amerika yaitu N-asetil-para-aminofenol Asetominofen dan Versi Inggris yaitu para-asetil-amino-fenol
Parasetamol.

Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol
adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang menstruasi, dan diindikasikan juga
untuk demam. Parasetamol itu aman terhadap lambung juga merupakan Analgesik pilihan untuk ibu
hamil maupun menyusui. Tapi bukan berarti parasetamol tidak mempunyai efek samping. Efek samping
parasetamol berdampak ke liver atau hati. Parasetamol bersifat toksik di hati jika digunakan dalam dosis
besar.

Asetaminofen atau parasetamol memiliki efek antipiretik dan nonnarkotik yang hampir sama dengan
aspirin. Asetaminofen atau parasetamol tidak menghambat agregasi trombosit juga tidak menyebabkan
distres atau pendarahan lambung. Ia hanya mempunyai respons inflamasi yang lemah. Asetaminofen
diabsorpsi oleh saluran gastrointestinal dan dimetabolisme dalam hati untuk mengaktifkan zat-zat
metabolisme dalam hati. Waktu puncak bagi asetaminofen terjadi dalam 2 jam dan waktu paruhnya 3
jam.

Parasetamol (Panadol, Tylenol) adalah obat antinyeri dan antidemam paling banyak digunakan
karena pada takaran biasa bersifat aman, tanpa memberikan efek samping, juga aman bagi anak kecil
dan wanita hamil apabila dimakan dalam waktu singkat. Daya kerja parasetamol hampir sama kuatnya
dengan asetosal dan lama kerjanya cenderung lebih singkat.

Parasetamol merupakan senyawa kimia organik yang banyak digunakan dalam obat sakit kepala
karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit). Parasetamol atau 4-hidroksiasetanilida dengan rumus
molekul dan bobot molekul 152.16.

2.2 Deskripsi

Rumus molekul C8H9NO2; Berat molekul 151,16 g/mol; Berat Jenis 1.293 (air=1); Titik lebur 169-
170oC; Titik didih >500oC; Oktanol / Koefisien partisi air (P) log P 0,49. Penampilan kristal berwarna
atau bubuk kristal putih. Sangat sedikit larut dalam air dingin; cukup larut dalam air panas;

Sifat Zat Berkhasiat

Menurut Dirjen POM. (1995), sifat-sifat Parasetamol adalah sebagai berikut:


Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida

Berat Molekul : 151.16

Rumus Empiris : C8H9NO2.

Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol

Sinonim : Paracetamolum, Asetaminofen.

Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida.

Rumus molekul : C8H9NO2

Rumus bangun : HO NHCOCH3

Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam
etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya

Jarak lebur : Antara 168⁰ dan 172⁰ .

2.3 Tentang Paracetamol

Golongan Analgesik

Kategori Obat bebas

Manfaat Meredakan rasa sakit dan demam

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Nama lain Acetaminophen

Bentuk obat Tablet, kapsul, obat larut, cairan yang diminum, supositoria, suntik dan infus

Paracetamol adalah jenis obat yang umum dan bisa dibeli secara bebas di apotek. Obat ini bisa
berbentuk tablet, kapsul, atau cairan. Terdapat banyak merek obat-obatan paracetamol.

2.4 OBAT PARACETAMOL


Paracetamol Digunakan sebagai penurun demam. Selain itu parasetamol juga dapat digunakan untuk
mengatasi kepala pusing (headache). Parasetamol memiliki efek Analgesik dan Antipiretik yaitu
mengurangi rasa nyeri dan pernurun demam. Obat Paracetamol memiliki Aksi utama di CNS (Central
Nervous System), tidak bekerja dijaringan perifer (tepi) sehingga efek gangguang lambung rendah.

Berikut ini terdapat beberapa merek dagang atau nama dagang obat yang mengandung Parasetamol baik
sediaan tunggal atau pun kombinasi :

Alphamol

Panadol

Pyrexin

Xepamol

Sanmol

Analpim

Buscopan Plus

Calapol

Citamol

Cymacold

Erphamol

Farmadol

Fasidol

Fasidol Forte

Grafadon

Hufagesic

Mirasik

Nalgesik

Nasamol

Novagesic
Omegrip

Ottopan

Pacetik

Pamol

Paracetol

Paradyn

Procet

Progesic

Propyretic

Pyrexin

Pyridol

Samconal

Sanmol

Scopma Plus

Sistemol

Sumagesic

Tempra

Termagon

Termagon Forte

Tropigesic

Turpan

Uni Cetamol

Varsemol

Xepamol

Zetamol
2.5 Indikasi Parasetamol

Parasetamol berguna untuk menurunkan panas dan nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala,
mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain, dimana aspirin efektif sebagai analgesik. Parasetamol
atau Asetaminofen saja adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi seperti arthritis rheumatoid,
sekalipun ia dapat dipakai sebagai tambahan analgesik terhadap terapi anti inflamasi. Untuk analgesik
ringan, Aseataminofen adalah obat yang lebih disukai pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau
bilamana salisilat tidak bisa di toleransi. Ia lebih disukai dari pada aspirin pada pasien dengan hemophilia
atau dengan riwayat ulkus peptikum dan pada mereka yang mengalami bronkospasme yang dipicu oleh
aspirin. Berbeda dengan aspirin, asetaminofen tidak mengantagonis efek-efek, agen-agen urikosurik
(Katzung, 2002).

2.6 Aturan Pakai Parasetamol untuk Anak

Seseorang bisa dikatakan demam jika suhu tubuhnya meningkat di atas normal. Suhu tubuh yang normal
berkisar antara 36,5°C - 37,5°C. Pengukuran suhu tubuh anak sebaiknya menggunakan termometer agar
hasilnya lebih akurat.

Ketika anak mengalami demam, salah satu langkah yang bisa dilakukan orangtua adalah dengan
memberikan obat penurun demam. Obat penurun demam anak yang terkenal adalah parasetamol.

Parasetamol mempunyai efek analgesik yaitu bekerja dengan meningkatkan ambang rasa sakit atau
pereda nyeri. Efek lain dari parasetamol adalah antipiretik (diduga bekerja langsung pada pusat pengatur
panas atau penurun demam).

Di pasaran, seperti di apotek, toko obat, dan pasar moderen, banyak sekali dijumpai merek dagang
parasetamol. Parasetamol juga mempunyai sediaan bermacam-macam seperti suspensi, sirup, tablet,
obat tetes, dan suppositoria.

Walaupun pada umumnya parasetamol telah mencantumkan dosis dan takaran pemakaiannya sesuai
dengan usia anak, orangtua juga perlu mengetahui perhitungan dari dosis pemakaian parasetamol
supaya tidak terjadi kelebihan dosis.

Dosis parasetamol disarankan diberikan berdasarkan berat badan. Pertimbangan dosis menurut berat
badan dipilih karena berat badan anak pada umur yang sama belum tentu mempunyai berat badan yang
sama pula.

Aturan pakai parasetamol berdasarkan berat badan adalah 10 - 15 mg parasetamol per kilogram berat
badan (mg/kg berat badan).
Dengan melihat aturan pakai di atas, dapat diilustrasikan dengan contoh di bawah ini.

Umur anak 2 tahun dengan berat badan 10 kg, artinya anak bisa diberikan obat penurun deman anak
parasetamol dengan dosis minimal 100 mg parasetamol (10 mg parasetamol × 10 kg berat badan) dan
maksimal 150 mg parasetamol (15 mg parasetamol × 10 kg berat badan).

Umur anak 6 tahun dengan berat badan 20 kg, artinya bisa diberikan obat penurun demam anak
parasetamol dengan dosis minimal 200 mg parasetamol (10 mg parasetamol × 20 kg berat badan).

Salah satu sediaan dari parasetamol yang mudah diberikan kepada anak dan praktis adalah sediaan
suspensi dan sirup. Sediaan suspensi dan sirup mudah dihitung berdasarkan berat badan anak.

Komposisi yang sering ditemui pada kemasan obat demam anak parasetamol adalah setiap 5 ml suspensi
atau sirup mengandung 120 mg parasetamol atau setiap 5 ml suspensi/sirup mengandung 250 mg
parasetamol.

Dari keterangan komposisi yang tercantum pada kemasan dan dengan melihat berat badan anak, bisa
diartikan untuk anak umur 2 tahun dengan berat badan 10 kg seperti ilustrasi di atas bisa diberikan
parasetamol dengan dosis minimal 100 mg parasetamol (10 mg parastamol × 10 kg berat badan) tiap 1
sendok takar (5 ml) dan dosis maksimal 150 mg parasetamol (15 mg parasetamol × 10 kg berat badan).

Sementara untuk anak berumur 6 tahun dengan berat badan 20 kg seperti ilustrasi di atas dapat
diberikan parasetamol dengan dosis minimal 200 mg parasetamol (10 mg parasetamol × 20 kg berat
badan) tiap 1 sendok takar (5 ml) dan dosis maksimal 300 mg parasetamol (15 mg parasetamol × 20 kg
berat badan) tiap 1 sendok takar (5 ml)

Parasetamol bisa diberikan kembali paling cepat 4 - 6 jam setelah pemberian sebelumnya dengan
maksimal pemberian 4 kali selama 24 jam.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Paracetamol Tablet

Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 3 – 4 kali sehari.

Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ – 1, tablet 3 – 4 kali sehari.

Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml

Anak usia 0 – 1 tahun : ½ sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Anak usia 1 – 2 tahun : 1 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Anak usia 2 – 6 tahun : 1 – 2 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Anak usia 6 – 9 tahun : 2 – 3 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.


Anak usia 9 – 12 tahun : 3 – 4 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

KEMASAN

Paracetamol tablet 500 mg.

Paracetamol sirup 125 mg/5 ml.

Paracetamol sirup 160 mg/5 ml.

Paracetamol sirup 250 mg/5 ml.

Paracetamol suppositoria.

2.7 Mekanisme Kerja

Selama bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh belum
sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam salah satu jurnal
Bertolini A, et. al dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug, mengenai aksi pereda nyeri
dari parasetamol ini.

Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan. Parasetamol
menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit
memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk
teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa
penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan suhu pada otak. Tetapi mekanisme
secara spesifik belum diketahui.

Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktivitas tak langsung reseptor
canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol mengalami reaksi deasetilasi
dengan asam arachidonat membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal sebagai zat
endogenous cababinoid.

Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar canabinoid endogen dalam tubuh, disamping
juga menghambat enzim siklooksigenase yang memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek
canabino-mimetik inilah terkadang parasetamol digunakan secara berlebihan.
Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat
menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai
senyawa pro-inflamasi.

Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat enzim
siklooksigenase seperti halnya aspirin mengurangi produksi prostaglandin, yang berperan dalam proses
nyeri dan demam sehingga meningkatkan ambang nyeri, namun hal tersebut terjadi pada kondisi
inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga
tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki
khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.

MEKANISME REAKSI

Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu enzim


cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif
dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat
kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit
kepala dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak seperti analgesik-
analgesik lainnya

2.8 Farmakologi Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang menurunkan demam (antipiretik). Parasetamol
menurunkan demam dengan cara menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.

Selain untuk demam, paracetamol digunakan juga untuk analgetik yaitu obat yang dapat mengurangi
rasa nyeri dengan fwra menghambst impuls/rangsang nyeri di perifer.

Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti sakit kepala,
nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu dan demam. Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada
radang sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab peradangan dan pembengkakan
sendi.

Paracetamol tidak menimbulkan iritasi lambung sehingga aman dikonsumsi. Hanya saja obat ini tidak
boleh diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi hati berat dan penderita yang alergi dengan
paracetamol

2.9 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Parasetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, seperti
sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan nyeri setelah pencabutan gigi serta menurunkan demam. Selain
itu, parasetamol juga mempunyai efek anti-radang yang lemah.
Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non-steroid
(AINS), menderita hepatitis, gangguan hati atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian parasetamol juga
tidak boleh diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan jantung, paru, dan ginjal.

Parasetamol terdapat dalam berbagai bentuk dan dalam berbagai campuran obat sehingga perlu diteliti
jumlahnya untuk menghindari overdosis. Risiko kerusakan hati lebih tinggi pada peminum alkohol,
pemakai parasetamol dosis tinggi yang lama atau pemakai lebih dari satu produk yang parasetamol.

2.10 Efek Samping

Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa gejala ringan seperti pusing
sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal, gangguan hati, reaksi alergi dan gangguan darah.
Reaksi alergi dapat berupa bintik – bintik merah pada kulit, biduran, sampai reaksi alergi berat yang
mengancam nyawa. Gangguan darah dapat berupa perdarahan saluran cerna, penurunan kadar
trombosit dan leukosit, serta gangguan sel darah putih. Penggunaan parasetamol jangka pendek aman
pada ibu hamil pada semua trimester dan ibu menyusui.

2.11 Interaksi Obat

Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih.
Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan
effek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang
tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan
“Polypharmacy" atau “Multiple Drug Therapy”.

Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang memuat lebih
dari dua macam obat. Dan penderita biasanya mengonsumsi obat dengan makanan apabila obat
tersebut diminum, setelah itu penderita makan makanan yang berinteraksi dengan obat itu sendiri dan
mengakibatkan toksik atau merugikan kesehatan bagi tubuh penderita. Belum lagi kebiasaan penderita
yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang Sama dan mendapat resep obat yang baru.

Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh
pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang seorang penderita
mendapat obat lebih dari satu macam obat, menggunakan obat ethical, obat bebas tertentu selain yang
diresepkan oleh dokter maupun mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu seperti alkohol, kafein.

Perubahan efek obat akibat interaksi obat dapat bersifat membahayakan dengan meningkatnya
toksisitas obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun, interaksi dari beberapa obat juga dapat bersifat
menguntungkan seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta-bloker dalam
pengobatan hipertensi.

Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk
mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas. Interaksi
obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyaii pengetahuan farmakologi tentang obat-
obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita
sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima
pengobatan polypharmacy cukup banyak. Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks.

2.12 Peringatan dan Perhatian

Paracetamol sudah digunakan secara luas, dan pada dosis yang dianjurkan, efek sampingnya ringan dan
jarang terjadi. Laporan mengenai efek yang tidak diinginkan, jarang. Kebanyakan laporan dari efek
samping parasetamol berhubungan dengan dosis yang berlebihan.

Paracetamol harus digunakan dengan hati-hati pada penderita payah hati dan disfungsi ginjal.

2.13 Toksisitas

Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi

paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak mencukupi

NAPQI bereaksi dengan membran sel

Hepatosit rusak -> nekrosis

Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%, plasma t1/2-nya
1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi
metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat-glukuronida dan sulfat.

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Parasetamol merupakan senyawa kimia organik yang banyak digunakan dalam obat sakit kepala karena
bersifat analgesik (menghilangkan sakit). Parasetamol atau 4-hidroksiasetanilida dengan rumus molekul
dan bobot molekul 152.16. Parasetamol sebagai obat penurun panas sekaligus pereda nyeri.
Parasetamol bisa digunakan untuk demam dan sakit seperti sakit gigi, sakit lambung, dan sebagainya.
Parasetamol ini lebih aman bagi lambung sehingga cocok bagi penderita maag atau gastritis. Tetapi
dibalik keampuhannya tersebut, parasetamol memiliki bahaya yang cukup besar yakni dapat
menurunkan fungsi paru-paru, merusak ginjal dan dapat mengakibatkan asthma, bronchitis. Selain itu,
Overdosis dari asetaminofen atau parasetamol dapat menyebabkan kematian. Dan kematian itu dapat
terjadi dalam waktu 1-4 hari setelah mengkonsumsi asetaminofen atau parasetamol yang berlebih
karena timbulnya nekrosis hati.

3.2 Saran

1. Bagi Pengguna Parsetamol

Para pengguna parasetamol diharapkan untuk menggunakan dosis tepat, tidak berlebihan, bila dosis
berlebihan dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal. Pengguna setia parasetamol diharapkan
untuk mengurangi ketergantungannya dalam mengkonsumsi parasetamol agar tidak menimbulkan efek
yang berlebih seperti dapat menurunkan fungsi paru-paru, merusak ginjal dan dapat mengakibatkan
asthma, bronchitis, serta dapat menyebabkan kematian.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua diharapkan menjaga serta menyimpan parasetamol atau asetaminofen agar jauh dari
jangkauan anak-anak. Dan orang tua di harapkan memberikan obat parasetamol sesuai dengan dosis dan
berlebihan.

3. Bagi Penulis atau penyusun

Penyusun diharapkan mampu mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak berlebihan dalam
penggunaan parasetamol atau asetaminofen. Dan diharapkan, penyusun dapat meningkatkan kualitas
makalah yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.landasanteori.com/2015/09/parasetamol-efek-samping-sejarah-dosis.html

Oxorn, Heri dan William R. Forte. 2010.Apa yang Anda Kerjakan Jika Tidak Ada Dokter Yogyakarta: Andi
press.
https://toksikologi519.wordpress.com/2015/01/06/paracetamol/

http://farmasicare.blogspot.co.id/2015/10/farmakologi-paracetamol.html

http://ngintips-kesehatan.blogspot.co.id/2013/01/aturan-pakai-parasetamol-untuk-anak.html

http://dzakwannet.blogspot.com/2017/09/makalah-parasetamol.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai