A. Latar Belakang
ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran
bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta
kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016).
Peserta didik yang memiliki literasi sains adalah peserta didik yang memiliki
pengetahuan ilmiah dan menjelaskan fenomena alam dan mendapatkan pengetahuan baru
melalui penyelidikan ilmiah serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah. Literasi
sains merupakan keterampilan peserta didik dalam mendapatkan dan mengubah informasi
yang mereka peroleh serta mengkomunikasikan hasil analisis kedalam bentuk pengetahuan
yang baru (Katherin Wright,2016). Dengan kemampuan literasi sains yang baik maka
peserta didik akan dapat memaknai pembelajaran IPA, mudah mengkontruksi pengetahuan
baru, membuat inferensi secara up to date dan relevan dengan perkembangan sains dan
teknologi.
Selain literasi sains secara umum dan global, peserta didik khususnya yang berada di
Indonesia juga dituntut untuk memiliki pengatahuan tentang cabang literasi sains yaitu
mitigasi bencana. Hal ini dikarenanakan, kondisi geografis Indonesia yang berada dalam
kawasan cincin api, sehingga banyak gunung berapi aktif yang sewaktu-waktu dapat
negara kepulauan dengan banyak pulau serta pantainya yang berada diatas pertemuan
lempeng (kurang data Indonesia) juga mengakibatkan potensi bencana gempa bumi tektonis,
penyampaian suatu informasi. Dalam pembelajaran IPA, media yang sering digunakan yaitu
LKPD, Presentasi, Ensiklopedia dan lain lain. Akan tetapi saat ini pembelajaran berbasis
teknologi menjadi salah satu inovasi bagi beberapa peneliti pendidikan. Hal ini didasarkan
pada perkembangan teknologi yang semakin berkembang serta penggunaan teknologi yang
tidak lagi menjadi sesuatu yang aneh bagi peserta didik SMP. Sehingga diperlukan adanya
Augmented Reality (AR) atau dalam bahasa Indonesia disebut realitas tertambah
adalah salah satu teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi ataupun tiga
tersebut dalam waktu nyata. Benda-benda maya berfungsi menampilkan informasi yang
tidak dapat diterima oleh manusia secara langsung. Hal ini membuat Augmented Reality
berguna sebagai alat untuk membantu persepsi dan interaksi penggunanya dengan dunia
nyata. Menurut Ronald T. Azuma (1997:1), ada tiga prinsip dari Augmented Reality.
Yang pertama yaitu Augmented Reality merupakan penggabungan dunia nyata dan virtual,
yang kedua berjalan secara interaktif dalam waktu nyata (realtime), dan terdapat integrasi
antar benda dalam tiga dimensi, yaitu benda maya terintegrasi dalam dunia nyata. Fitur
Augmented Reality dapat dimanfaatkan dalam menampilkan objek 3D simulasi
kebencanaan.
meningktakan kualitas media tersebut. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran adalah
STEM. Lilia (2012 : 9) mengungkapkan bahwa STEM education adalah penglibatan aktif
dari peserta didik. Sehingga, dapat diketahui bahwa penerapan STEM dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan keaktifan peserta didik sehingga peserta didik lebih paham
mengenai konsep yang diajarkan. Pembelajaran IPA yang dikaitkan dengan teknologi dan
engineering dapat melatih peserta didik untuk meengikuti perkembangan jaman dan melek
pelajaran tentang teknologi dan rekayasa (engineering) hanya sedikit diajarkan dan bahkan
hampir tidak ada dalam kurikulum. Perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran untuk
kepada guru untuk memperlihatkan kepada peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik
dari sains, teknologi, engineering, dan matematika digunakan secara terintegrasi dalam
pengembangan produk, proses, dan sistem yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Lilia (2012 : 9) mengungkapkan bahwa ciri aplikasi STEM education adalah
penglibatan aktif dari peserta didik. Sehingga, dapat diketahui bahwa penerapan STEM
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan peserta didik sehingga peserta didik
lebih paham mengenai konsep yang diajarkan. Becker (2011 : 31), “with the integration of
knowledge in the integrated context. The types of integration may be the key factor that
impact the effects of the integrative approaches among STEM subjects”. Pembelajaran IPA
berbasis STEM tersebut juga memperkenalkan peserta didik pada proses pemecahan
masalah sehingga secara otomatis peserta didik memahami konsep materi dengan
menghubungkan sains dengan teknologi. Morrison (2006 : 2), several benefits of STEM
education include making students better problem solvers, innovators, inventors, self-
reliant, logical thinkers, and technologically literate. Selain pemecahan masalah dan
keaktifan peserta didik, STEM juga membentuk peserta didik untuk menjadi seorang
inovator dan penemu yang berpengaruh bagi masa depan bangsa, seorang yang mampu
berpikir logis dan melek teknologi. Jadi, dengan menggunakan SSP berbasis STEM ini,
dan matematika sehingga dapat mengasah keterampilan berpikir kreatif peserta didik untuk
memecahkan permasalahan yang ada dan memacu inovasi peserta didik untuk mendesain
bidang STEM yang dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar kontekstual
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan suatu hasil
peserta didik menyelesaikan masalah nyata dengan kegiatan praktikum, sehingga dapat
sains.