Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS ANDROID UNTUK

MENINGKATKAN LITERASI SAINS DAN KREATIVITAS SISWA SMP DI

KABUPATEN LOMBOK BARAT

Oleh:

KURNIA DEWI RUSDIANA PUTRI


NIM. I2E 019 010

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang menjelaskan bagaimana

peserta didik belajar dan berpikir mengenai fakta dan konsep sains (Jufri & Hikmawati,

2014). pembelajaran sains saat ini harus lebih dari sekedar menghafal fakta dan

memahami konsep umum saja seperti pada era awal industri, melainkan sudah pada tahap

revolusi dari industri tersebut. Pembelajaran sains pada abad ini tidak sekedar

menjelaskan apa yang dipikirkan oleh guru, melainkan guru harus meredifinisikan

pengetahuan, dan keterampilannya tentang persiapan, pelaksanaan, instrumen, dan

strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

di abad ini (Jufri, 2017).

Bahan ajar menjadi salah satu bentuk perangkat yang menunjang setiap

pelaksanaan pembelajaran (Akbar, 2017). Pembelajaran IPA di SMP membutuhkan

bahan ajar yang sesuai dan tepat secara ilmiah. Bahan ajar IPA merupakan salah satu

bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan

pembelajaran dari IPA itu sendiri, baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum

yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran (Nugraha & Binadja, 2016).

Oleh karena itu, bentuk bahan ajar yang tepat untuk IPA merupakan bahan ajar yang

selaras dengan perkembangan teknologi dan kurikulum terbaru sehingga mampu

mengakomodasi pembelajaran sains (Tegeh & Kirna, 2013).

Bahan ajar yang dapat dibuat oleh guru dalam menyampaiakan pembelajaran

adalah 1) Modul; 2) LKPD ; 3) Diktat. Pengembangan bahan ajar sangat bermanfaat


dalam proses belajar mengajar (Depdiknas,2016). Bahan jar merupakan komponen yang

tidak dapat dipisahkan dari suatu proses pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, bahan

jar dibuat agar peserta didik mampu mendapatkan informasi yang sesuai dengan tagihan

kompetensi yang sudah disusun sedemikian rupa dalam kurikulum yang berlaku disuatu

sekolah. Bahan ajar dibuat sesuai dengan jenjang satuan pendidikan, sistem pendidikan,

kurikulum dan tagihan kompetensi yang telah disusun dalam peraturan pemerintahan

yang berlaku di Indonesia.

Selain itu, hal yang menjadi masalah dalam terhambatnya peningkatan mutu

generasi muda bangsa pada bidang sains adalah rendahnya pemahaman peserta didik

terhadap konsep IPA. Kemampuan generasi muda Indonesia masih berada dalam tingkat

kognisi rendah terutama dalam pemahaman terhadap mata pelajaran IPA. Hal ini telah

dianalisis oleh PISA sehingga memberikan peringkat 61 untuk Indonesia dari 66 negara

dengan skor rata-rata 383 untuk pemahaman IPA (OECD, 2012), dan pada tahun 2012

Indonesia berada pada posisi ke-64 dari 65 dengan skor rata-rata sebesar 382 (OECD,

2018). Hal ini menunjukkan bahwa pendidik masih belum dapat mengidentifikasi

rencana pembelajaran yang tepat. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam

penyusunan rencana tersebut adalah kecerdasan peserta didik yang beragam dalam

menerima materi, kreativitas ilmiah mereka dalam memberikan solusi serta kemampuan

literasi sains mereka.

Literasi sains merupakan salah satu modal dalam menghadapi tantangan global

pada abad 21 terutama dengan datangnya bonus demografi nanti pada tahun 2045.

Menurut Jufri (2017), kecerdasan peserta didik menjadi dasar dalam setiap pembentukan

proses pembelajaran. Sama halnya dengan kreativitas ilmiah yang sangat diperlukan oleh
siswa agar berhasil mengatasi masalah dan tantangan-tantangan dalam kehidupannya

sehari-hari.

Berdasarkan pada hal-hal tersebut, dibutuhkan suatu inovasi baru dari rencana

pembelajaran yang disusun oleh pendidik. Inovasi tersebut mengikuti perkembangan dari

revolusi 4.0, dimana pembelajaran saat ini berbasis pada teknologi. Lingkungan belajar

dimana bahan ajar ditransfer secara elektronik atau melalui internet dengan bantuan

teknologi computer dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan e-learning. E-learning

adalah metode umum karena dapat menyajikan konten pembelajaran dalam waktu yang

lama dibandingkan dengan di lingkungan kelas langsung atau metode lainnya. Akan

tetapi, lingkungan e-learning memiliki kekurangan dalam proses sosialisasi dan

psikomotorik peserta didik, kurangnya rekognisi antara guru dan peserta didik, dan

batasan komunikasi antar peserta didik. Kelemahan-kelemahan ini telah menyebabkan

kemunculan dari lingkungan baru berupa kombinasi antara kelebihan e-learning dan

lingkungan pembelajaran tradisional. Hal ini dimaksudkan untuk membeuat pembelajaran

tersebut menjadi lebih menarik dan materi yang bersifat abstrak dapat divisualisasi dalam

media sesuai dengan kondisi actual dilapangan. Salah satu sistem operasi yang terus

berkembang hingga saat ini dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar adalah sistem

operasi android.

Android merupakan sistem operasi untuk mobile device yang awalanya

dikembangkan oleh android inc. Android menyediakan palatform terbuka bagi para

pengembang untuk menciptakan aplikasi sendiri yang akan digunakan untuk bermacam

peranti bergerak (Artha,2013). Android yang bersifat platform dapat dimanfaatkan


sebagai sistem operasi yang membantu menyelesaikan berbagai masalah dalam proses

pembelajaran.

Pengembangan bahan ajar IPA pada materi sistem pencernaan manusia berbasis

android menjadi bentuk inovasi baru dimana bahan ajar dapat diintegrasikan secara

online dan dipelajari tanpa ada batas ruang dan waktu. Selain itu, proses tatap muka tetap

dilaksanakan sebagai bentuk interaksi antara guru dengan peserta didik. Menurut

Yunendar (2016), penggembangan bahan ajar berbasis android sangat bagus dan tepat

untuk mengajari materi sistem pencernaan manusia untuk membuat peserta didik

memahami proses pencernaan secara langsung, dan tidak cukupnya waktu pembelajaran.

Menurut Aminatun et al (2016) pengembangan bahan ajar berbasis android efektif dalam

meningkatkan kreativitas peserta didik, karena peserta didik dapat dengan mudah

mengembangkan kreativitas ilmiah mereka dengan melihat jelas suatu proses yang terjadi

secara langsung melalui animasi-animasi pada bahan ajar pada android yang mereka

miliki.

Berdasarkan pada hal-hal di atas, peneliti akan mengembangkan bahan ajar IPA

pada materi sistem pencernaan berbasis android. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas kreativitas ilmiah, dan kemampuan literasi sains peserta didik. Urgensi dari abad

21 mengenai kebutuhan generasi muda yang memiliki keterampilan berpikir tingkat

tinggi seperti kreativitas ilmiah dan kemampuan literasi sains, membutuhkan bahan ajar

yang sesuai dengan perkembangan abad tersebut.

Oleh karena itu, pendidik harus mampu dalam mempersiapkan peserta didiknya

untuk menghadapi perkembangan zaman dan menjadikan mereka generasi yang unggul.

Akan tetapi, Nisrina et al (2017) mengungkapkan bahwa masalah yang sering muncul
akibat perbedaan dari kecerdasan yang dimiliki peserta didik adalah kesulitan pendidik

dalam menentukan bentuk pembelajaran apa yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Selain itu, kurangnya kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan

pembelajaran yang dapat menunjang perkembangan karakter, literasi sains, dan

kreativitas ilmiah peserta didik (Jufri & Hikmawati, 2014; Ramdani et al, 2014) juga

menjadi penghambat dalam meningkatkan kecerdasan mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Aminatun, T., Subali, B., Prihartina, I., Masing, F.A., Dwiyani, A., Nindiasari, T., Sidiq, A. and

Luthfi, M., 2016. Pengembangan E-Modul berbasis Android Mobile Materi Ekosistem

Lokal Nusa Tenggara untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa SMA.

In Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) (Vol. 3, pp. 223-230).

Artha, N.M.W.I. and Supriyadi, S., 2013. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Self Efficacy

Dalam Pemecahan Masalah Penyesuaian Diri Remaja Awal. Jurnal Psikologi

Udayana, 1(1).

Depdiknas, U.N.P., 2016. Buku Panduan Pedoman Penulisan Tugas Akhir/Skripsi.

Jufri, Wahab. (2017). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Nisrina N, Gunawan G and Harjono A 2017. Pembelajaran Kooperatif dengan Media Virtual

untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fluida Statis Siswa Jurnal Pendidikan Fisika dan

Teknologi 2(2) p 66-72.

Jufri, A.W. dan Hikmawati. 2014. Analisis Kemelekan Sains (Science literacy) dan Kemelekan

Inkuiri (Inquiry literacy) Guru Mata Pelajaran IPA SMP. Jurnal Pijar MIPA Universitas

Mataram. Vol. IX No. 1.

Ramdani, A., Jufri, A.W., Azizah, A. 2014. Model Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui

Pembelajaran Sains Biologi Berbasis Inkuiri di SMP. Laporan Penelitian tidak

dipublikasikan. Universitas Mataram.


OECD. 2012. Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy A Framework for PISA

2006. Diunduh dari http://edu. au.dk/fileadmin/ www. dpu. dk/omdpu.

OECD. 2018. PISA 2012 Results in Focus. What 15-year-olds Know and What They Can Do

with What They Know. Diunduh dari www.oecd.org/pisa/.../pisa-2012- results.htm.

Nugraha, D. A., & Binadja, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Reaksi Redoks Bervisi SETS,

Berorientasi Konstruktivistik. Journal of Innovative Science Education, 2(1).

Tegeh, I. M., & Kirna, I. M. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan

Dengan Addie Model. Jurnal Ika, 11(1).

YUNENDAR, W., 2016. Pengembangan modul pembelajaran berbasis smartphone (android) di

SMA Negeri 2 Makassar (Doctoral dissertation, Pascasarjana).

Anda mungkin juga menyukai