Oleh:
peserta didik belajar dan berpikir mengenai fakta dan konsep sains (Jufri & Hikmawati,
2014). pembelajaran sains saat ini harus lebih dari sekedar menghafal fakta dan
memahami konsep umum saja seperti pada era awal industri, melainkan sudah pada tahap
revolusi dari industri tersebut. Pembelajaran sains pada abad ini tidak sekedar
menjelaskan apa yang dipikirkan oleh guru, melainkan guru harus meredifinisikan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Bahan ajar menjadi salah satu bentuk perangkat yang menunjang setiap
bahan ajar yang sesuai dan tepat secara ilmiah. Bahan ajar IPA merupakan salah satu
bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan
pembelajaran dari IPA itu sendiri, baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran (Nugraha & Binadja, 2016).
Oleh karena itu, bentuk bahan ajar yang tepat untuk IPA merupakan bahan ajar yang
Bahan ajar yang dapat dibuat oleh guru dalam menyampaiakan pembelajaran
tidak dapat dipisahkan dari suatu proses pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, bahan
jar dibuat agar peserta didik mampu mendapatkan informasi yang sesuai dengan tagihan
kompetensi yang sudah disusun sedemikian rupa dalam kurikulum yang berlaku disuatu
sekolah. Bahan ajar dibuat sesuai dengan jenjang satuan pendidikan, sistem pendidikan,
kurikulum dan tagihan kompetensi yang telah disusun dalam peraturan pemerintahan
Selain itu, hal yang menjadi masalah dalam terhambatnya peningkatan mutu
generasi muda bangsa pada bidang sains adalah rendahnya pemahaman peserta didik
terhadap konsep IPA. Kemampuan generasi muda Indonesia masih berada dalam tingkat
kognisi rendah terutama dalam pemahaman terhadap mata pelajaran IPA. Hal ini telah
dianalisis oleh PISA sehingga memberikan peringkat 61 untuk Indonesia dari 66 negara
dengan skor rata-rata 383 untuk pemahaman IPA (OECD, 2012), dan pada tahun 2012
Indonesia berada pada posisi ke-64 dari 65 dengan skor rata-rata sebesar 382 (OECD,
2018). Hal ini menunjukkan bahwa pendidik masih belum dapat mengidentifikasi
penyusunan rencana tersebut adalah kecerdasan peserta didik yang beragam dalam
menerima materi, kreativitas ilmiah mereka dalam memberikan solusi serta kemampuan
Literasi sains merupakan salah satu modal dalam menghadapi tantangan global
pada abad 21 terutama dengan datangnya bonus demografi nanti pada tahun 2045.
Menurut Jufri (2017), kecerdasan peserta didik menjadi dasar dalam setiap pembentukan
proses pembelajaran. Sama halnya dengan kreativitas ilmiah yang sangat diperlukan oleh
siswa agar berhasil mengatasi masalah dan tantangan-tantangan dalam kehidupannya
sehari-hari.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut, dibutuhkan suatu inovasi baru dari rencana
pembelajaran yang disusun oleh pendidik. Inovasi tersebut mengikuti perkembangan dari
revolusi 4.0, dimana pembelajaran saat ini berbasis pada teknologi. Lingkungan belajar
dimana bahan ajar ditransfer secara elektronik atau melalui internet dengan bantuan
adalah metode umum karena dapat menyajikan konten pembelajaran dalam waktu yang
lama dibandingkan dengan di lingkungan kelas langsung atau metode lainnya. Akan
psikomotorik peserta didik, kurangnya rekognisi antara guru dan peserta didik, dan
kemunculan dari lingkungan baru berupa kombinasi antara kelebihan e-learning dan
tersebut menjadi lebih menarik dan materi yang bersifat abstrak dapat divisualisasi dalam
media sesuai dengan kondisi actual dilapangan. Salah satu sistem operasi yang terus
berkembang hingga saat ini dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar adalah sistem
operasi android.
dikembangkan oleh android inc. Android menyediakan palatform terbuka bagi para
pengembang untuk menciptakan aplikasi sendiri yang akan digunakan untuk bermacam
pembelajaran.
Pengembangan bahan ajar IPA pada materi sistem pencernaan manusia berbasis
android menjadi bentuk inovasi baru dimana bahan ajar dapat diintegrasikan secara
online dan dipelajari tanpa ada batas ruang dan waktu. Selain itu, proses tatap muka tetap
dilaksanakan sebagai bentuk interaksi antara guru dengan peserta didik. Menurut
Yunendar (2016), penggembangan bahan ajar berbasis android sangat bagus dan tepat
untuk mengajari materi sistem pencernaan manusia untuk membuat peserta didik
memahami proses pencernaan secara langsung, dan tidak cukupnya waktu pembelajaran.
Menurut Aminatun et al (2016) pengembangan bahan ajar berbasis android efektif dalam
meningkatkan kreativitas peserta didik, karena peserta didik dapat dengan mudah
mengembangkan kreativitas ilmiah mereka dengan melihat jelas suatu proses yang terjadi
secara langsung melalui animasi-animasi pada bahan ajar pada android yang mereka
miliki.
Berdasarkan pada hal-hal di atas, peneliti akan mengembangkan bahan ajar IPA
pada materi sistem pencernaan berbasis android. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kreativitas ilmiah, dan kemampuan literasi sains peserta didik. Urgensi dari abad
tinggi seperti kreativitas ilmiah dan kemampuan literasi sains, membutuhkan bahan ajar
Oleh karena itu, pendidik harus mampu dalam mempersiapkan peserta didiknya
untuk menghadapi perkembangan zaman dan menjadikan mereka generasi yang unggul.
Akan tetapi, Nisrina et al (2017) mengungkapkan bahwa masalah yang sering muncul
akibat perbedaan dari kecerdasan yang dimiliki peserta didik adalah kesulitan pendidik
dalam menentukan bentuk pembelajaran apa yang sesuai dengan kemampuan mereka.
kreativitas ilmiah peserta didik (Jufri & Hikmawati, 2014; Ramdani et al, 2014) juga
Aminatun, T., Subali, B., Prihartina, I., Masing, F.A., Dwiyani, A., Nindiasari, T., Sidiq, A. and
Luthfi, M., 2016. Pengembangan E-Modul berbasis Android Mobile Materi Ekosistem
Artha, N.M.W.I. and Supriyadi, S., 2013. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Self Efficacy
Udayana, 1(1).
Jufri, Wahab. (2017). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Nisrina N, Gunawan G and Harjono A 2017. Pembelajaran Kooperatif dengan Media Virtual
untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fluida Statis Siswa Jurnal Pendidikan Fisika dan
Jufri, A.W. dan Hikmawati. 2014. Analisis Kemelekan Sains (Science literacy) dan Kemelekan
Inkuiri (Inquiry literacy) Guru Mata Pelajaran IPA SMP. Jurnal Pijar MIPA Universitas
Ramdani, A., Jufri, A.W., Azizah, A. 2014. Model Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui
OECD. 2018. PISA 2012 Results in Focus. What 15-year-olds Know and What They Can Do
Nugraha, D. A., & Binadja, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Reaksi Redoks Bervisi SETS,
Tegeh, I. M., & Kirna, I. M. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan