Disusun
TAHUN 2021
1
BAB I
MEMAHAMI PENDIDIKAN
SCIENCE TEHNOLOGY ENGINEERING AND MATHEMATICS (STEM)
B. Pembahasan
2
Pendidikan STEM tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam bidang-
bidang STEM secara terpisah, melainkan mengembangkan pendekatan pendidikan yang
mengintegrasikan sains, teknonogi, enjiniring, dan matematika, dengan memfokuskan proses
pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan
profesi (National STEM Education Center, 2014). Dalam konteks pendidikan dasar dan
menengah, Pendidikan STEM bertujuan mengembangkan peserta didik yang melek STEM
(Bybee, 2013:5), yang mempunyai:
1. pengetahuan, sikap, dan keterampilanuntuk mengidentifikasi pertanyaan dan masalah
dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik
kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM;
2. memahami karakteristik fitur-fitur disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk pengetahuan,
penyelidikan, serta desain yang digagas manusia;
3. kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM membentuk lingkungan material, intelektual
dan kultural,
4. mau terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi energi, kualitas
lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) sebagai warga negara yang konstruktif,
peduli, serta reflektif dengan menggunakan gagasan-gagasan sains, teknologi, enjiniring
dan matematika.
Pendidikan STEM memberikan peluang kepada guru untuk memperlihatkan kepada
peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, enjiniring, dan
matematika digunakan secara terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karenanya, Reeve (2013)
mengadopsi definisi pendidikan STEM sebagai pendekatan interdisiplin pada pembelajaran,
yang di dalamnya peserta didik menggunakan sains, teknologi, enjiniring, dan matematika
dalam konteks nyata yang mengkoneksikan antara sekolah, dunia kerja, dan dunia global,
sehingga mengembangkan literasi STEM yang memampukan peserta didik bersaing dalam
era ekonomi baru yang berbasis pengetahuan.
3
secara sistematik menyiapkan mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dipersyaratkan dunia kerja Abad ke-21, sebagaimana diwujudkan dalam Pendidikan
STEM. Untuk mengatasi hal tersebut Pendidikan dengan pendekatan STEM bisa menjadi
kunci bagi menciptakan generasi penerus bangsa yang mampu bersaing di kancah global.
Oleh sebab itu, Pendidikan STEM perlu menjadi kerangka-rujukan bagi proses pendidikan di
Indonesia ke depan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Jenjang
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Kemdikbud, 2013), bahwa kurikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia. Dinyatakan pula dalam dokumen tersebut bahwa salah satu pola pikir baru yang
digunakan sebagai dasar pengembangan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran ilmu
pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidiscipline). Rumusan tujuan dan pola pikir dalam pengembangan Kurikulum 2013 yang
dikemukakan tersebut mengisyaratkan bahwa Kurikulum 2013 memberikan ruang bagi
pengembangan dan implementasi pendidikan STEM dalam konteks implementasi Kurikulum
2013, yang mengutamakan integrasi S, T, E dan M secara multi- dan trans-disiplin serta
pengembangan pemikiran kritis, kreativitas, inovasi, dan kemampuan memecahkan masalah.
4
4. Matematika adalah studi tentang pola, tata aturan dan hubungan antara jumlah, angka,
dan ruang, atau logika berpikir. Matematika digunakan dalam sains atau bahasa sains,
teknik, dan teknologi.
Pada pendekatan/pendidikan sains terdapat beragam cara digunakan dalam praktik untuk
mengintegrasikan disiplin atau aspek dalam STEM. Pola dan derajad keterpaduannya
bergantung pada banyak faktor, dan berikut ini disajikan beberapa cara mengintegrasikan
STEM (Roberts, 2012):
1. Model STEM Terpisah
Jika mata pelajaran berpendekatan STEM diajarkan sebagai empat mata pelajaran yang
terpisah satu sama lain dan tidak terintegrasi (disebut sebagai “SILO”). Penekanan
pembelajaran STEM ini adalah pada perolehan pengetahuan dibandingkan dengan
kemampuan teknis. Pendekatan silo lebih tepat digambarkan sebagai S-T-E-M daripada
STEM, dengan integrasi pendekatan SILO disajikan pada Gambar 2.1.
5
berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan pengetahuan untuk mencapai suatu
kesimpulan. Integrasi pendekatan STEM Terpadu disajikan pada Gambar 1.3.
6
Tabel 1.1 Hasil Analisis publikasi ilmiah terkait topik pendidikan STEM
No Judul artikel Deskripsi singkat hasil penelitian
01 The results of STEM education methods for Penelitian ini bertujuan untuk: 1) membandingkan
enhancing critical thinking and problem keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
solving skill in physics the 10th grade level masalah sebelum dan sesudah belajar menggunakan
(P.Soros et al, 2018), tersedia STEM, 2) membandingkan prestasi belajar siswa
https://doi.org/10.1063/1.5019536 sebelum dan sesudah belajar tentang hukum gerak
menggunakan Pendidikan STEM, dan 3) kepuasan
belajar dengan menggunakan STEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Siswa
dengan pembelajaran menggunakan rencana
pendekatan STEM memiliki skor berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah pada posttest
lebih tinggi dari pre-test dan signifikan secara
statistik. 2) Siswa yang belajar menggunakan
STEM memiliki nilai prestasi post-test lebih
tinggi dari pre-test dengan signifikan, 3) Tingkat
kepuasan siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan STEM berada pada level tinggi.
02 Develpoment of Activity-Based Learning Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkat-
Conceptuak With The STEM Education kan hasil belajar dan kemampuan pemecahan
Instructional Method the Photosynthesis masalah secara sistematis melalui bahan kajian
Issue at 11th Grade Level to Promote fotosintesis pada kelas11 menggunakan
Students’ Learning Achievements and Their pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas
Systematics Thinking Abilities ( Phanuphong terintegrasi STEM dan hasilnya menunjukan (1)
K, et al, 2017) tersedia on-line at: siswa kelas eksperimen memiliki prestasibelajar
www.oapub.org/edu: www.oapub.org/edu. dan kemampuan berpikir sistematis leb baik
ditinjua dari skor pretes dan postes dan signifikan
dibandikan kelas kontrol.
7
Daftar Pustaka
Bybee, R. (2010). Advancing STEM Education: A 2020 Vision. Technology and Engineering
Teacher, 70(1), pp. 30-35
Bybee, R. W. (2010). Advancing STEM education: A 2020 vision. Technology and
Engineering Teacher, 70(1), 30-35.
Bybee, R. W. (2013). The case for STEM education: Challenges and opportunity. Arlington,
VI: National Science Teachers Association (NSTA) Press.
Dugger, Jr., W. E. (n.d.). Evolution of STEM in the United States. Retrieved July 20, 2015,
from http://www.iteea.org/Resources/PressRoom/AustraliaPaper.pdf.
Hanover Research (2011). K-12 STEM education overview.
Inovasi pendidikan tingkatkan daya saing (2015, July 15). Kompas, p.12.
Kemdikbud (2013). Lampiran Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 68
tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah. Jakarta: Kemdikbud.
National STEM Education Center (2014). STEM education network manual. Bangkok: The
Institute for the Promotion of Teaching Science and Technology.
P. Soros1, K. Ponkham1,a), and S. Ekkapim1 (2018). The results of STEM education methods
for enhancing critical thinking and problem solving skill in physics the 10th grade
level, AIP Conference Proceedings 1923, 030045 (2018); tersedia https://
doi.org/10.1063/1.5019536
Reeve, E. M. (2013) Implementing science, technology, mathematics and engineering
(STEM) education in Thailand and in ASEAN. Bangkok: Institute for the Promotion of
Teaching Science and Technology (IPST).
Roberts, A. (2012). A justification for STEM education. Technology and Engineering
Teacher, 74(8), 1-5.