Anda di halaman 1dari 8

BAHAN AJAR

SCIENCE TEHNOLOGY ENGINEERING AND MATHEMATICS (STEM)

Disusun

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2021

1
BAB I

MEMAHAMI PENDIDIKAN
SCIENCE TEHNOLOGY ENGINEERING AND MATHEMATICS (STEM)

A. Deskripsi Uraian Materi


Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pengertian dari pendidikan Science
Tehnology Engineering and Mathematic (STEM), model-model keterpaduan dalam STEM,
beberapa keunggulan dan keterbatasan STEM.

B. Pembahasan

1. Konsep Pendidikan STEM


STEM adalah akronim dari science, technology, engineering, dan mathematic dan
merupakan tema gerakan reformasi pendidikan dalam keempat bidang disiplin, sekaligus
untuk menumbuhkan angkatan kerja bidang STEM, mengembangkan warga negara yang
melek STEM, serta meningkatkan daya saing global dalam inovasi IPTEK (Hanover
Research, 2011). Gerakan reformasi pendidikan STEM ini didorong oleh laporan penelitian
yang menunjukkan terjadi kekurangan calon untuk mengisi lapangan kerja dalam keempat
bidang STEM, tingkat iliterasi yang signifikan dalam masyarakat tentang isu STEM, serta
posisi capaian siswa sekolah menengah AS dalam TIMSS dan PISA masih kurang baik
(Roberts, 2012). Dewasa ini komitmen AS terhadap gerakan pendidikan STEM diwujudkan
dalam bentuk dukungan anggaran dari pemerintah, dukungan kepakaran perguruan tinggi,
serta dukungan teknis dari dunia industri, bagi pengembangan dan implementasi pendidikan
STEM. Sejauh ini gerakan pendidikan STEM telah bergema di berbagai negara, baik negara
maju dan berkembang, yang memandang pendidikan STEM sebagai jalan keluar bagi
masalah kualitas SDM dan daya saing setiap negara. Oleh sebab suatu penelitian dan
pengembangan dalam pendidikan STEM menjadi tema yang semakin mendominasi dalam
konferensi dan publikasi ilmiah internasional dalam bidang pendidikan. Pentingnya
pendidikan STEM telah mulai muncul di kalangan pakar pendidikan di Indonesia, sehingga
banyak kelompok studi di perguruan tinggi melakukan penelitian dan pengembangan
mengenai pendidikan atau pendekatan STEM. Untuk UNNES, berbagai penelitian mulai
skripsi, tesis dan disertasi dalam bingkai pendidikan STEM pun kini telah mulai
bermunculan.
Sebagai komponen dari STEM, sains adalah kajian tentang fenomena alam yang
melibatkan observasi dan pengukuran, sebagai wahana untuk menjelaskan secara obyektif
alam yang selalu berubah. Terdapat beberapa domain utama dari sains pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, yakni fisika, biologi, kimia, serta ilmu pengetahuan
kebumian dan antariksa. Teknologi adalah tentang inovasi-inovasi manusia yang digunakan
untuk memodifikasi alam agar memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga
membuat kehidupan lebih baik dan lebih aman. Teknologi-teknologi membuat manusia dapat
melakukan perjalanan secara cepat, berkomunikasi langsung dengan orang di tempat yang
berjauhan, mendapati makanan yang sehat, serta alat-alat keselamatan. Enjiniring
(engineering) adalah pengetahuan dan keterampilan untuk memperoleh dan mengaplikasikan
pengetahuan ilmiah, ekonomi, sosial, serta praktis untuk mendesain dan mengkonstruksi
mesin, peralatan, sistem, material, dan proses yang bermanfaat bagi manusia secara ekonomis
dan ramah lingkungan. Selanjutnya, matematika adalah ilmu tentang pola-pola dan
hubungan-hubungan, dan menyediakan bahasa bagi teknologi, sains, dan enjiniring.

2
Pendidikan STEM tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam bidang-
bidang STEM secara terpisah, melainkan mengembangkan pendekatan pendidikan yang
mengintegrasikan sains, teknonogi, enjiniring, dan matematika, dengan memfokuskan proses
pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan
profesi (National STEM Education Center, 2014). Dalam konteks pendidikan dasar dan
menengah, Pendidikan STEM bertujuan mengembangkan peserta didik yang melek STEM
(Bybee, 2013:5), yang mempunyai:
1. pengetahuan, sikap, dan keterampilanuntuk mengidentifikasi pertanyaan dan masalah
dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik
kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM;
2. memahami karakteristik fitur-fitur disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk pengetahuan,
penyelidikan, serta desain yang digagas manusia;
3. kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM membentuk lingkungan material, intelektual
dan kultural,
4. mau terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi energi, kualitas
lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) sebagai warga negara yang konstruktif,
peduli, serta reflektif dengan menggunakan gagasan-gagasan sains, teknologi, enjiniring
dan matematika.
Pendidikan STEM memberikan peluang kepada guru untuk memperlihatkan kepada
peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, enjiniring, dan
matematika digunakan secara terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karenanya, Reeve (2013)
mengadopsi definisi pendidikan STEM sebagai pendekatan interdisiplin pada pembelajaran,
yang di dalamnya peserta didik menggunakan sains, teknologi, enjiniring, dan matematika
dalam konteks nyata yang mengkoneksikan antara sekolah, dunia kerja, dan dunia global,
sehingga mengembangkan literasi STEM yang memampukan peserta didik bersaing dalam
era ekonomi baru yang berbasis pengetahuan.

2. Pendidikan STEM di Indonesia serta Kompatibilitasnya


Dewasa ini Pendidikan STEM diadopsi oleh banyak negara sebagai cetak-biru inovasi
pendidikan pendidikan, sehingga muncul sebagai gerakan global untuk menjembatani
kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan keahlian yang diperlukan untuk
pembangunan ekonomi di Abad ke-21. Biro Statistika Tenaga Kerja AS pada tahun 2011
menguraikan bahwa di lingkup global pada satu dekade mendatang struktur lapangan
pekerjaan STEM akan meningkat sebesar 17%, sedangkan lapangan pekerjaan non-STEM
hanya meningkat 10 % (Kompas 12 Juli 2015).
Dalam menghadapi era persaingan global, Indonesia pun perlu menyiapkan
sumberdaya manusia yang handal dalam disiplin-disiplin STEM secara kualitas dan
mencukupi secara kuantitas. Sebagaimana dirilis dalam Surat Kabar Kompas (Juli 2015)
Indonesia mengalami kendala kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDM. Merujuk
data Badan Pusat Statistik 2010, sumber daya manusia Indonesia masih didominasi tenaga
kera kurang terampil (sebanyak 88 juta), dan diprediksi 2020 akan ada 50% kekurangan
tenaga kerja untuk mengisi lowongan jabatan di struktur lapangan kerja. Namun, jalan untuk
mengatasi persoalan ini bukanlah perkara mudah, sebab tanpa upaya mengembangkan
kemampuan dasar, soft skills(kolaborasi, komunikasi, kreativitas, pemecahan masalah), dan
nilai-nilai prasyarat memasuki profesi STEM pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
sukar untuk mengharapkan generasi muda yang bermotivasi dan siap menekuni bidang-
bidang STEM.
Kurikulum 2013 yang baru saja diluncurkan tidak akan dapat mengatasi permasalahan
kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya siang global, jika tidak

3
secara sistematik menyiapkan mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dipersyaratkan dunia kerja Abad ke-21, sebagaimana diwujudkan dalam Pendidikan
STEM. Untuk mengatasi hal tersebut Pendidikan dengan pendekatan STEM bisa menjadi
kunci bagi menciptakan generasi penerus bangsa yang mampu bersaing di kancah global.
Oleh sebab itu, Pendidikan STEM perlu menjadi kerangka-rujukan bagi proses pendidikan di
Indonesia ke depan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Jenjang
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Kemdikbud, 2013), bahwa kurikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia. Dinyatakan pula dalam dokumen tersebut bahwa salah satu pola pikir baru yang
digunakan sebagai dasar pengembangan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran ilmu
pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidiscipline). Rumusan tujuan dan pola pikir dalam pengembangan Kurikulum 2013 yang
dikemukakan tersebut mengisyaratkan bahwa Kurikulum 2013 memberikan ruang bagi
pengembangan dan implementasi pendidikan STEM dalam konteks implementasi Kurikulum
2013, yang mengutamakan integrasi S, T, E dan M secara multi- dan trans-disiplin serta
pengembangan pemikiran kritis, kreativitas, inovasi, dan kemampuan memecahkan masalah.

3. Pembelajaran Berpendekatan STEM


Pada uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa saat ini telah dikenal suatu
pendidikan STEM, yang mana kata STEM diluncurkan oleh National Science Foundation
dari Ameria Serikat (AS) pada tahun 1990-an sebagai tema gerakan reformasi pendidikan
(Permanasari, 2016). STEM adalah akronim dari Science, Technology, Engineering, and
Mathematics. Dugger (2015) menyatakan bahwa pendekatan STEM dari keempat aspek
merupakan pasangan yang serasi berdasarkan konteks dunia nyata dan pembelajaran
berpendekatan masalah. Dengan demikian suatu pendidikan STEM adalah pendidikan yang
menekankan suatu penggunaan ilmu pengetahuan, teknologi, rekaya, dan matematika untuk
menciptakan lingkungan belajar yang berpusat kepada peserta didik, dengan kegiatan
menyelidiki, merancang dari suatu masalah, dan membangun penjelasan berbasis bukti dari
fenomena dunia nyata. Pendidikan dan pendekatan STEM merupakan disiplin ilmu yang
berkaitan antara sains yang memerlukan matematika sebagai alat dalam mengolah data,
sedangkan teknologi dan rekayasa (engineering) merupakan aplikasi dari sains. Pada awal
telah dibahas mengenai konsep, namun menurut Torlakson (2014) keempat disiplin STEM
dijelaskan seperti berikut:
1. Sains merupakan studi tentang fenomena atau gejala atau fenomena alam, termasuk
aturan atau hukum alam yang terkait dengan fisika, kimia, biologi, bumi antariksa serta
perlakuan atau penerapan fakta, prinsip, hukum, atuaran, konsep, dan konvensi yang
terkait dengan disiplin ilmu dalam sains.
2. Teknologi merupakan keseluruhan sistem dari orang dan organisasi, pengetahuan proses
atau prosedural, dan perangkat yang kemudian menciptakan benda, metode dan
mengoperasikannya. Adanya teknologi manusia dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhannya.
3. Engineering (rekayasa) merupakan tubuh suatu pengetahuan tentang desain dan
penciptaan benda atau suatu model buatan manusia dan sebuah proses untuk
memecahkan suatu permasalahan atau menjawab suatu fenomena. Pada bidang teknik,
maka ilmuwan memanfaatkan konsep dalam sains, matematika, dan alat-alat teknologi.

4
4. Matematika adalah studi tentang pola, tata aturan dan hubungan antara jumlah, angka,
dan ruang, atau logika berpikir. Matematika digunakan dalam sains atau bahasa sains,
teknik, dan teknologi.
Pada pendekatan/pendidikan sains terdapat beragam cara digunakan dalam praktik untuk
mengintegrasikan disiplin atau aspek dalam STEM. Pola dan derajad keterpaduannya
bergantung pada banyak faktor, dan berikut ini disajikan beberapa cara mengintegrasikan
STEM (Roberts, 2012):
1. Model STEM Terpisah
Jika mata pelajaran berpendekatan STEM diajarkan sebagai empat mata pelajaran yang
terpisah satu sama lain dan tidak terintegrasi (disebut sebagai “SILO”). Penekanan
pembelajaran STEM ini adalah pada perolehan pengetahuan dibandingkan dengan
kemampuan teknis. Pendekatan silo lebih tepat digambarkan sebagai S-T-E-M daripada
STEM, dengan integrasi pendekatan SILO disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 1.1 Pendekatan Terpisah “SILO” Pendidikan STEM


2. Model STEM Tertanam
Pembelajaran STEM secara tertanam secara luas dapat didefinisikan sebagai pendekatan
pendidikan dominan pengetahuan yang diperoleh melalui penekanan pada situasi dunia
nyata. Pada pendekatan tertanam, salah satu materi dan bidang kajiannya lebih
diutamakan sehingga mempertahankan integrasi dari subjek materinya. Namun,
pendekatan STEM tertanam berbeda dari pendekatan STEM “SILO” dalam hal bahwa
pendekatan tertanam meningkatkan pembelajaran dengan menghubungkan materi utama
dengan materi lain yang tidak diutamakan atau materi yang tertanam. Tetapi bidang yang
tidak diutamakan tersebut dirancang untuk tidak dievaluasi atau dinilai. Integrasi
pendekatan STEM Tertanam disajikan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Pendekatan Tertanam Pendidikan STEM

3. Pendekatan STEM Terpadu


Pendekatan terpadu mengintegrasikan satu aspek ke dalam tiga disiplin STEM
yang lain, misalnya konten sains diintegrasikan ke dalam teknologi, engineering, dan
matematika. Pendekatan terpadu untuk pendidikan STEM menghubungkan materi dari
berbagai bidang kajian dalam STEM yang diajarkan di kelas berbeda, pada waktu yang
berbeda dan menggabungkan konten lintas kurikuler dengan kemampuan keterampilan

5
berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan pengetahuan untuk mencapai suatu
kesimpulan. Integrasi pendekatan STEM Terpadu disajikan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Pendekatan Terpadu Pendidikan STEM

4. Pendekatan STEM Terintegrasi


Pada pendekatan STEM terintegrasi, maka karakteristik dari Pendekatan STEM ini
adalah mengintegrasikan antara sains, teknonogi, teknik, dan matematika dalam memecahkan
masalah nyata. Adapun bentuk integrasi pembelajaran berpendekatan STEM dapat dilihat
pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Integrasi Pembelajaran Berpendekatan STEM


Pendekatan STEM ini akan mampu menciptakan sebuah sistem pembelajaran secara
kohesif dan pembelajaran aktif karena keempat aspek dibutuhkan secara bersamaan untuk
menyelesaikan masalah. Pendekatan STEM terintegrasi ini, maka solusi yang diberikan
menunjukkan bahwa peserta didik mampu untuk menyatukan konsep abstrak dari setiap
aspek. Pendekatan ini mampu menciptakan sebuah sistem pembelajaran secara kohesif dan
pembelajaran aktif, karena keempat aspek dibutuhkan secara bersamaan untuk menyelesaikan
masalah dengan mengutamakan aspek sains. Pembelajaran berpendekatan STEM Terintegrasi
bertujuan agar peserta didik memiliki hard skills yang diimbangi dengan soft skills, karena
dalam proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan saintifik untuk mengaplikasikan
pengetahuan akademik dalam dunia nyata. Capaian pembelajaran tersebut beririsan dengan
kreativitas, maka dapat dikatakan pula bahwa pembelajaran berpendekatan STEM yang
didukung oleh pendekatan saintifik dapat mengaktualisasi kreativitas dan hasil belajar
kognitif peserta didik.

4. Penelitian Pembelajaran Berpendekatan STEM di Bebeapa Negara


Penelitian terkait banyak berkembang dalam berbagai negara dan di indonesia pada
Tabel berikut ini disajikan hasil analisis jurnal dan artikel terkait STEM

6
Tabel 1.1 Hasil Analisis publikasi ilmiah terkait topik pendidikan STEM
No Judul artikel Deskripsi singkat hasil penelitian
01 The results of STEM education methods for Penelitian ini bertujuan untuk: 1) membandingkan
enhancing critical thinking and problem keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
solving skill in physics the 10th grade level masalah sebelum dan sesudah belajar menggunakan
(P.Soros et al, 2018), tersedia STEM, 2) membandingkan prestasi belajar siswa
https://doi.org/10.1063/1.5019536 sebelum dan sesudah belajar tentang hukum gerak
menggunakan Pendidikan STEM, dan 3) kepuasan
belajar dengan menggunakan STEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Siswa
dengan pembelajaran menggunakan rencana
pendekatan STEM memiliki skor berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah pada posttest
lebih tinggi dari pre-test dan signifikan secara
statistik. 2) Siswa yang belajar menggunakan
STEM memiliki nilai prestasi post-test lebih
tinggi dari pre-test dengan signifikan, 3) Tingkat
kepuasan siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan STEM berada pada level tinggi.
02 Develpoment of Activity-Based Learning Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkat-
Conceptuak With The STEM Education kan hasil belajar dan kemampuan pemecahan
Instructional Method the Photosynthesis masalah secara sistematis melalui bahan kajian
Issue at 11th Grade Level to Promote fotosintesis pada kelas11 menggunakan
Students’ Learning Achievements and Their pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas
Systematics Thinking Abilities ( Phanuphong terintegrasi STEM dan hasilnya menunjukan (1)
K, et al, 2017) tersedia on-line at: siswa kelas eksperimen memiliki prestasibelajar
www.oapub.org/edu: www.oapub.org/edu. dan kemampuan berpikir sistematis leb baik
ditinjua dari skor pretes dan postes dan signifikan
dibandikan kelas kontrol.

7
Daftar Pustaka

Bybee, R. (2010). Advancing STEM Education: A 2020 Vision. Technology and Engineering
Teacher, 70(1), pp. 30-35
Bybee, R. W. (2010). Advancing STEM education: A 2020 vision. Technology and
Engineering Teacher, 70(1), 30-35.
Bybee, R. W. (2013). The case for STEM education: Challenges and opportunity. Arlington,
VI: National Science Teachers Association (NSTA) Press.
Dugger, Jr., W. E. (n.d.). Evolution of STEM in the United States. Retrieved July 20, 2015,
from http://www.iteea.org/Resources/PressRoom/AustraliaPaper.pdf.
Hanover Research (2011). K-12 STEM education overview.
Inovasi pendidikan tingkatkan daya saing (2015, July 15). Kompas, p.12.
Kemdikbud (2013). Lampiran Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 68
tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah. Jakarta: Kemdikbud.
National STEM Education Center (2014). STEM education network manual. Bangkok: The
Institute for the Promotion of Teaching Science and Technology.
P. Soros1, K. Ponkham1,a), and S. Ekkapim1 (2018). The results of STEM education methods
for enhancing critical thinking and problem solving skill in physics the 10th grade
level, AIP Conference Proceedings 1923, 030045 (2018); tersedia https://
doi.org/10.1063/1.5019536
Reeve, E. M. (2013) Implementing science, technology, mathematics and engineering
(STEM) education in Thailand and in ASEAN. Bangkok: Institute for the Promotion of
Teaching Science and Technology (IPST).
Roberts, A. (2012). A justification for STEM education. Technology and Engineering
Teacher, 74(8), 1-5.

Anda mungkin juga menyukai