Anda di halaman 1dari 18

Nama : Faradhila Nurullaili

NIM : 200321614899
Offering : P14
Mata Kuliah : Pengembangan Bahan Ajar

Tuntutan Abad 21

STEM dan pengembangannya seperti STEAM, STREAM

 STEM

STEM merupakan singkatan dari Science, Technology, Engineering, Mathematics.


Pengertian dari STEM adalah suatu pendekatan pembelajaran antara dua atau lebih dalam
komponen STEM atau antara satu komponen STEM dengan disiplin ilmu lain (Becker, et
al., 2011). Torlakson juga berpendapat bahwa pembelajaran STEM merupakan kolaborasi
dari keempat bidang ilmu yang serasi antar masalah yang terjadi di dunia nyata. Pemaparan
tersebut dapat disimpulkan pembelajaran STEM adalah proses pembelajaran
menyelesaikan suatu permasalahan dengan penelitian yang siSTEMatis (matematika),
dengan melakukan observasi maupun uji coba (sains), menggunakan bidang ilmu yang
dikuasai (teknik) dan memanfaatkan sarana yang tersedia (teknologi).

Dengan adanya perkembangan kurikulum merdeka dikembangkan sebagai


kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan
softskill, karakter dan kompetensi peserta didik (Barlian et al., 2022). Kurikulum Merdeka
lebih menekankan pada pembelajaran berbasis proyek yang dimana sejalan dengan
pendekatan STEM. Bagi Pendidikan, pendekatan STEM sangat berperan dalam proses
pembelajaran (Sulaeman et al., 2022)

Tujuan pembelajaran STEM adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam empat


bidang ilmu yaitu keterampilan sains, keterampilan mengoperasikan teknologi,
keterampilan teknik penyelesaian masalah dan keterampilan matematika yang sangat
cocok diterapkan untuk menghadapi tantangan abad 21 (Rahmi, et al., 2019). Berikut
tujuan STEM lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Pendekatan
STEM
Gambar tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis STEM peserta didik
menggunakan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika pada konteks nyata yang
menghubungkan sekolah, dunia kerja, dan dunia global guna mengembangkan literasi
STEM yang memungkinkan peserta didik mampu bersaing dalam abad ke-21. Penerapan
STEM pada proses pembelajaran tentunya harus saling terintegrasi. Keempat aspek
tersebut saling mengisi bagian dalam setiap pelaksanaannya. Pembelajaran berbasis STEM
sangat mendukung siswa untuk menghasulkan keterampilan abad 21. Agar STEM dapat
berjalan dengan baik harus memiliki 4 aspek seperti yang ditunjukkan gambar tersebut

Gambar 2. Komponen yang mendukung pembelajaran STEM

Penjelasan Gambar 3 adalah sebagai berikut :

1. Aspek support, terkait dengan dukungan penerapan pembelajaran STEM baik itu
kollaborasi sekolah dengan industri, maupun kolaborasi dengan sesama guru dalam
satu sekolah
2. Aspek teaching, terkait dengan penguasaan pembelajaran dalam kelas baik itu
persiapan maupun implementasi pembelajaran di kelas
3. Aspek efficay, terkait dengan kepercayaan pendidik untuk menerapkan pembelajaran
STEM, dimulai dari pengusaan materi serta komitmen melaksanakan pembelajaran
4. Aspek materials, terkait dengan sarana prasarana penunjang pembelajaran

Keempat komponen tersebut harus saling melengkapi agar pada proses pembelajaran
siswa dapat merasakan pendeketan STEM dalam memecahkan suatu permasalahan yang
diberikan (Roehrig, et al., 2012)
Terkait dengan STEM literasi, terdapat empat dimensi yang terintegrasi untuk
mendukung kompetensi siswa di sekolah yaitu sains, teknologi, teknik, dan
matematika (Rustaman, 2015). Literasi sains melibatkan empat komponen (pengetahuan
konten, proses, konteks dan attitude sebagai tiga dimensi terhadap kompetensi
(Kumano & Goto, 2015), maka STEM literasi juga melibatkan cross cutting concepts,
core ideas of four discipline, scientific and engineering practice sebagai konteksnya
untuk mendukung kompetensi dalam STEM

Tabel 1. Literasi Empat Disiplin Ilmu STEM (Ardianto et al., 2019)

Disiplin Ilmu Literasi


STEM
Science Kemampuan dalam menggunakan pengetahuan
ilmiah dalam memahami dunia alam, serta
kemampuan untuk berpartisipasi dalam mengambil
keputusan untuk mempengaruhinya.
Technology Pengetahuan bagaimana menggunakan teknologi
baru bagaimana teknologi baru dikembangkan,
dan memiliki kemampuan untuk bagaimana
teknologi baru mempengaruhi individu, masyarakat,
bangsa, dan negara.
Engineering Pemahaman tentang bagaimana teknologi dapat
dikembangkan melalui proses reakayasa/desain
menggunakan tema pelajaran berbasis proyek
dengan cara mengintregasikan dari beberapa mata
pelajaran.
Mathematic kemampuan dalam dalam menganalisis alasan dan
mengkomunikasikan ide secara efektif dan dari
cara bersikap, merumuskan, dan menafsirkan
solusi untuk maslah matematika dalam
menerapkan berbagai situasi berbeda
Ciri-ciri pembelajaran STEM

Gambar 3. Ciri-Ciri Pembelajaran STEM

Pendidikan STEM merupakan pendidikan yang mengintregasikan ilmu


pengetahuan, teknologi, rekayasa dan matematika secara formal berdasarkan kurikulum.
Pendidikan STEM juga dapat dilaksanakan secara non formal melalui aktivitas
nonakademik dan nonkurikulum. Pendidikan STEM diharapkan membentuk sumber daya
manusia yang memiliki keahlian yang tinggi sesuai bidangnya sehingga dapat memberikan
inovasi baru

Gambar 4. Pelaksanaan STEM


Berdasarkan gambar di atas, fokus pendidikan STEM di setiap tingkatan pendidikan
memiliki perbedaan yang disesuaikan dengan kemampuan berpikir kognitif. Fokus pendidikan
STEM pada tingkat pendidikan awal adalah mencetuskan dan memupuk minat peserta didik
melalui aktivitas-aktivitas yang dapat merangsang rasa ingin tahu peserta didik. Langkah awal ini
memberikan pembelajaran berbasis masalah terstruktur dan berkaitan dengan dunia nyata yang
menghubungkan keempat aspek STEM
Penerapan STEM (langkah) dalam pembelajaran harus menekankan beberapa aspek yaitu :
1. Mengajukan pertanyaan dan mejelaskan masalah
2. mengembangkan dan menggunakan model
3. Merancang dan melaksanaan penelitian
4. Menginterpretasi dan menganalisis data
5. Menggunakan pemikiran matematika dan komputasi
6. Membuat penjelasan dan merancang solusi
7. Berpartisipasi dalam kegiatan argumentasi yang didasarkan pada bukti yang ada
8. Mendapatkan informasi, memberikan evaluasi dan menyampaikan informasi
(National Research Council, 2012)

Gambar 5. Model yang Menunjukkan Hubungan antara Pembelajaran STEM dan Industri
(Idin, 2018)
Model pada gambar 5 menunjukkan bahwa pembelajaraan STEM mendukung tujuan
Industri 4.0 dengan keterampilan abad ke-21 yang dibutuhkan (Idin, 2018). Model tersebut juga
menunjukkan bahwa pembelajaran STEM harus ditingkatkan agar masyarakat siap untuk memiliki
industri berkualitas tinggi. Keterampilan abad ke-21 dan tujuan pembelajaran STEM sangat
penting agar suatu bangsa dapat menghadapi masa dalam revolusi industri 4.0. Indikator penting
lainnya adalah kepentingan menghubungkan tujuan pembelajaran STEM dan dengan keterampilan
abad ke-21 yang sangat dibutuhkan, sehingga pembelajaran STEM dapat mendukung industri 4.0.

 STEAM
STEAM merupakan pengembangan dari STEM, yang membedakan yaitu kata “Art”.
STEAM merupakan disiplin ilmu yang mengintegrasikan sains, teknologi, teknik, seni, dan
matematika yang menjadi suatu pendekatan yang dapat diimplementasikan dalam suatu
pembelajaran di sekolah.

Tujuan pembelajaran berbasis STEAM adalah agar pemahaman dan pengetahuan peserta
didik mengenai science, technology, engineering, art, dan mathematics dapat meningkat,
sehingga pemahaman tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan
membuat suatu keputusan untuk kemajuan manusia.
Karena tantangan abad ke-21, STEM saja tidak akan cukup, maka
dikembangkanlah STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics). in
mathematical elements”. Konsep Art (seni) dalam pendidikan berbasis STEAM adalah
untuk mendorong siswa untuk bisa melihat sesuatu dalam aspek yang berbeda.
Penambahan art dan design memberikan kenyamanan dan menstimulasi imajinasi siswa
(creative thinking). Pembelajaran berbasis STEAM menggunakan media loose parts secara
efektif meningkatkan kemampuan 4c anak usia 4-5 tahun sehingga direkomendasikan
pembelajaran ini terus dilakukan secara berkelanjutan untuk melihat capaian kemampuan
di aspek yang lainnya (Prameswari & Lestariningrum, 2020).
Untuk menerapkan pembelajaran STEAM, peserta didik didorong untuk
menemukan cara sistematis dan berulang untuk merancang objek, proses, dan sistem untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia (engineering). Unsur engineering dalam
STEAM dapat dimulai dari suatu masalah, kebutuhan, atau keinginan dengan kriteria
terukur yang kemudian diuji untuk mengidentifikasi kendala atau batasan. Kegiatan
pengembangan inovasi tersebut, dapat dilakukan di dalam kelas dengan mengadopsi
serangkaian proses yang digunakan engineer (insinyur) dalam menciptakan sebuah produk
atau teknologi tertentu agar sesuai kriteria yang sudah ditetapkan. Proses tersebut dikenal
dengan istilah Engineering Design Process (EDP). Berikut tahapan EDP dalam STEAM.
 Ask (menemukan masalah dan solusi)
 Imagine (membayangkan produk)
 Plan (perencanaan produk)
 Create and Improve (membuat dan menguji coba produk)

Keterampilan abad 21 seperti keterampilan pemecahan masalah, keterampilan berpikir


kreatif, dan lainnya

Terdapat sejumlah definisi tentang keterampilan abad 21, tetapi tetapi pada satu
pokok pemikiran yang sama. Definisi keterampilan abad 21 menurut Meteriti Group dan
North Central Regional Educational Laboratory dikelompokan menjadi empat kategori:
digital-age literacy, inventive thinking, effective communication, and high productivity
(Lemke, 2003).
Kecakapan abad 21 yang didalamnya terdiri dari keterampilan berpikir kreatif
(creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (criticial thinking and problem
solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang
dikenal dengan 4C
Griffin & Care, E. (2015) mendefinisikan keterampilan abad 21 berdasarkan empat
kategori.
 Pertama, individu harus terlibat pada cara berpikir tertentu, termasuk metakognisi,
mengetahui bagaimana cara membuat keputusan, terlibat dalam berpikir kritis,
menjadi inovatif, dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah.
 Kedua, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan mampu bekerjasama
dalam sebuah tim.
 Ketiga, menggunakan alat yang tepat dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk
bekerja, serta memiliki literasi teknologi informasi.
 Keempat, menjadi warga negara yang baik dengan berpartisipasi dalam
pemerintahan, menunjukkan tanggung jawab sosial yang meliputi kesadaran
berbudaya, kompeten, serta selalu mengembangkan keterampilan yang berhubungan
dengan karir. Benang merah dari beberapa definisi di atas adalah kecenderungan
kemampuan yang harus dimiliki seperti kreativitas, inovasi, rasa ingin tahu,
kecerdasan, dan kemampuan beradaptasi.

Keterampilan abad 21 yang diungkapkan oleh Trilling & Fadel, C. (2009) meliputi:
(1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) information media
and technology skills. Keterampilan abad 21 diilustrasikan degan pelangi keterampilan
pengetahuan abad 21 yang dapat dilihat pada gambar

Pergeseran paradigma pembelajaran abad 21 yang dikemukakan oleh BSNP (2010)


dirangkum pada Tabel 1.
Saavedra dan Opfer (2012) mendefinisikan keterampilan abad 21 ke dalam empat
kategori berikut :
1. Cara berpikir : kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan belajar bagaimana belajar (atau metakognisi)
2. Cara kerja : komunikasi dan kerja sama dalam kelompok
3. Alat untuk kerja : pengetahuan umum dan literasi teknologi komunikasi informasi
(ICT)
4. Hidup sebagai warganegara: kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung
jawab pribadi dan sosial, termasuk kesadaran budaya dan kompetensi

Keterampilan Abad 21 (4C)

1. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)

Kemampuan ini merupakan pemahaman masalah dan mengkoneksikan informasi


dengan menggunakan strategi kognitif untuk meningkatkan probabilitas pencapaian.
Critical Thinking sering bermakna sebagai kemampuan kognitif menalar, memahami
dan menentukan pilihan, menyusun, mengungkapkan, menganalisis, hingga
menyelesaikan masalah.
2. Communication (komunikasi)

Kemampuan ini merupakan aktivitas mentransfer informasi baik tulisan maupun


lisan. Komunikasi yang efektif menjadi hal penting dalam peradaban agar adanya
pemahaman suatu informasi sehingga tidak terjadi salah persepsi. Ada beberapa
teknik dalam komunikasi antara lain:
 Mengucapkan dengan jelas, tegas, tidak berbelit-belit dan tidak ambigu.
 Memhami siapa yang berbicara sehingga informasi dapat masuk dengan baik.
 Menyampaikan informasi dengan global dan tujuan yang detail.
 Memberikan infomasi dengan contoh nyata ataupun secara langsung.

3. Collaboration (Kolaborasi)

Kemampuan ini merupakan kolaborasi atau kerjasama yang saling sinergi dengan
berbagai peran tanggung jawab. Sehingga dapat menjadi pribadi yang dapat bekerja
produktif, menempatkan empati sesuai dengan tempatnya, serta menghormati adanya
perspektif yang berbeda.
Kolaborasi sendiri berarti dalam menjalankan tanggung jawab, fleksibelitas dan
dalam berhubungan masyarakat sehingga dapat mencapai tujuan bersama.

4. Creativity and Inovation (kreativitas dan inovasi)

Kemampuan ini merupakan kemampuan dalam mengembangkan, menyampaikan


gagasan baru, bersikap terbuka serta melaksanakan kegiatan dengan responsive.
Kreativitas memiliki sering berarti dengan kemampuan seseorang dalam membuat
atau menciptakan sesuatu hal yang baru.
Computational Thinking, PISA, dan AKM

 Computational Thinking

Computational Thinking (CT) merupakan sebuah kemampuan yang sangat


dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan ICT yang sangat cepat dan kompleks. Selain
itu, era industri 4.0 juga mensyaratkan komputerisasi di segala bidang. Namun demikian,
masih belum banyak praktik pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan
computational thinking bagi siswa. Bahkan di Indonesia, kajian tentang computitatioan
thinking masih sangat minim.

Computational Thinking (CT) merupakan sebuah cara berpikir analitik, pendekatan


berpikir matematis secara umum yang mungkin digunakan dalam memecahkan sebuah
masalah, pendekatan pemikiran teknik secara umum yang memungkinkan merancang dan
mengevaluasi sistem yang kompleks dan besar yang ada di dunia nyata, serta pendekatan
berpikir saintifik secara umum dalam memahami kemampuan komputasi, kecerdasan,
pikiran dan perilaku manusia.
Terdapat dua kategori yaitu konsep dasar dan konsep periferal dari computational
thinking. Konsep dasar computational thinking yang dimaksud adalah :
a. logical thinking
b. algorithmic thinking
c. decomposition
d. generalisation and pattern recognition
e. modelling
f. abstraction
g. evaluation.

Sedangkan konsep tambahan dalam computational thinking yang dimaksud adalah:


a. data representation
b. critical thinking
c. computer science
d. automation
e. simulation/visualization

Penjabaran dari Wing sebagai pencetus awal yang menjelaskan bahwa karakteristik
computational thinking yaitu :
a. Conceptualising: berpikir seperti layaknya ilmuan computer membutuhkan
kemampuan berpikir pada banyak level abstraksi dan caracara berpikir lebih dari
sekedar kemampuan untuk memprogram sebuah komputer.
b. Fundamental skill for everyone: computational thinking adalah hal yang harus
diketahui setiap orang dalam rangka menghadapi era digital.
c. A way that humans think: yaitu cara seseorang dalam menyelesaikan masalah
(khususnya masalah yang besar dan kompleks), namun tidak berarti berpikir seperti
komputer (hitam-putih).
d. Melengkapi dan mengkombinasikan berpikir logis, matematis dan mekanis.
e. Ideas: memberikan konsep komputasi dalam memecahkan masalah, mengelola
kehidupan sehari-hari dan menguatkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

Cara Penggunaan Computational Thinking

Computational thinking dapat dilakukan oleh setiap orang dalam rangka


pemecahan masalah. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, penggunaan pemikiran
komputasi tidak hanya dapat dilakukan dalam ilmu komputer saja, namun bisa juga
dilakukan dalam berbagai ranah keilmuan. Misalnya saja adalah pemikiran algoritma yang
berbeda pada setiap bidang. Pada bidang ilmu komputer, memiliki arti studi mengenai
algoritma dan aplikasinya dalam masalah-masalah yang berbeda. Dalam ilmu matematika
algoritma berarti serangkaian pemfaktoran atau langkah-langkah perhitungan. Dengan kata
lain algoritma ialah suatu metode yang efektif diekspresikan sebagai rangkaian yang
terbatas dari beberapa instruksi yang telah dijelaskan dengan baik guna menghitung sebuah
fungsi. Sedangkan bagi seorang ilmuan, algoritma bisa bermakna langkah-langkah yang
dilakukan dalam melaksanakan eksperimentasi. Tidak terlalu jauh berbeda, dalam bidang
pendidikan bisa dimaknai langkah prosedural pencapaian tujuan pembelajaran (Ansori,
2020)

 PISA
PISA (Programme Internationale for Student Assessment) adalah penilaian
standar internasional yang dikembangkan bersama oleh negara-negara peserta
meliputi domain matematika, membaca dan ilmu pengetahuan. Domain tersebut
tidak hanya dalam hal apakah peserta didik dapat mereproduksi pengetahuan mata
pelajaran tertentu, tetapi juga apakah mereka dapat memperkirakan dan
menerapkan pengetahuan dalam situasi baru. Domain lainnya yaitu problem
solving dan financial literacy (Mullen, J., 2009).
PISA dalam studinya menggunakan istilah “literasi‟ untuk merujuk pada
penilaian bukan hanya pada pengetahuan sebagai domain tetapi juga kemampuan
mengaplikasikan pengetahuan tersebut (Sawyer, A., 2005).
 Penekanan penilaian PISA yaitu pada penguasaan proses, pemahaman konsep
dan kemampuan untu berfungsi dalam berbagai situasi dalam setiap domain.
 Penilaian PISA mengambil pendekatan yang luas untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mencerminkan perubahan pada
prioritas sekolah dan tugas serta kemungkinan tantangan di luar sekolah. Hal
tersebut didasarkan pada model dinamis pembelajaran seumur hidup dimana
pengetahuan dan keterampilan diperlukan untuk proses beradaptasi selama
hidup berlangsung.
 PISA berfokus pada kompetensi yang dibutuhkan peserta didik di masa
mendatang dan berusaha menilai kemampuan peserta didik dalam mencari
penyelesaian masalah melalui proses menghubungkan masalah yang dihadapi
dengan pengetahuan yang sudah dipelajari dan mengevaluasi pilihan
keputusan yang peserta didik ambil untuk menyelesaikan masalah.
 Penilaian PISA menyediakan tiga hasil utama, yaitu
1. Dasar indikator yang memberikan gambaran profil dasar pengetahuan
dan keterampilan peserta didik
2. Indikator berasal dari kuisioner kontekstual yang menunjukkan
bagaimana hubungan keterampilan peserta didik dengan demografis
penting seperti sosial dan ekonomi, dan
3. Tren indikator yang muncul dari sifat pengumpulan data yang
menunjukkan perubahan berkala baik dalam level hubungan antar
peserta didik maupun level variabel latar belakang sekolah (Ojose, B.,
2011)

 AKM
AKM adalah singkatan dari Asesmen Kompetensi Minimum. Mengutip
Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud, AKM merupakan penilaian
kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu
mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat.
Secara garis besar, tujuan AKM adalah untuk mengukur literasi membaca
dan literasi para murid supaya nanti guru-guru dapat menyusun metode dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kompetensi murid

 Bentuk Soal AKM


Pada dasarnya, soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dapat
dibuat dengan berbagai bentuk seperti soal-soal PISA. Beberapa soal yang
diperkenalkan adalah soal pilihan ganda kompleks yakni sebuah soal
dengan beberapa pilihan jawaban. AKM dilakukan secara nasional
dilaksanakan berbasis komputer, sehingga soal yang umum digunakan
adalah soal pilihan ganda,pilihan ganda kompleks, menjodohkan, atau
benar-salah agar pengolahan hasil ujian dapat dilakukan secara mudah.
Walaupun demikian, ada juga soal essay untuk menguji kemampuan siswa
mengevaluasi teks. Soal AKM juga perlu dibuat oleh guru untuk
pelaksanaan AKM kelas.
Soal AKM sebaiknya di desain menggunakan stimulus dengan
konteks yang beragam, misalnya dengan menyajikan informasi berupa
tulisan, table, grafik, dan ilustrasi. Stimulus yang disajikan perlu dilengkapi
dengan ilustrasi yang kontekstual dan informative. Stimulus tersebut
sebaiknya memiliki unsur edukatif, inspiratif, menarik, dan memiliki nilai
kebaruan.
Soal-soal AKM tidak harus merupakan soal yang sulit, misalnya
hanya mengukur pemahaman dan aplikasi matematika. Namun, juga dapat
dibuat cukup sulit dan mencakup proses bernalar. Soal untuk mengukur
literasi membaca biasa dibuat hanya menemukan informasi. Namun, juga
dapat dibuat cukup sulit, misalnya pertanyaan yang membutuhkan
kemampuan menginterpretasi, mengintegrasikan, dan mengevaluasi teks.
Konteks soal dapat dikaitkan dengan permasalahan personal, sains
(saintifik), atau social budaya. Soal-soal AKM yang di uji cobakan oleh
pemerintah memiliki komponen sebagai berikut :

Tabel 1. Komponen Soal-Soal AKM

Penjabaran Komponen AKM

Literasi Membaca Literasi Numerasi


Konten Teks informasi, Bilangan, meliputi representasi, sifat
teks yang bertujuan urutan, dan operasi beragam jenis
untuk memberikan bilangan (cacah, bulat, pecahan,
fakta, data, dan desimal).
informasi dalam
rangka Pengukuran dan geometri, meliputi
pengembangan mengenal bangun datar hingga
wawasan serta ilmu menggunakan volume dan luas
pengetahuan yang permukaan dalam kehidupan sehari-
bersifat ilmiah. hari. Juga menilai pemahaman peserta
didik tentang pengukuran panjang,
Teks fiksi, teks berat, waktu, volume dan debit, serta
yang bertujuan satuan luas menggunakan satuan baku.
untuk memberikan
pengalaman Data dan ketidakpastian, meliputi
mendapatkan pemahaman, interpretasi serta
hiburan, menikmati penyajian data maupun peluang.
cerita, dan
melakukan Aljabar, meliputi persamaan dan
perenungan kepada pertidaksamaan, relasi dan fungsi
pembaca. (termasuk pola bilangan), serta rasio
dan proporsi.

Proses Menemukan Pemahaman, memahami fakta,


Kognitif informasi, mencari, prosedur serta alat matematika.
mengakses serta
menemukan Penerapan, mampu menerapkan
informasi tersurat konsep matematika dalam situasi nyata
dari wacana. yang bersifat rutin.
Interpretasi dan
integrasi, Penalaran, bernalar dengan konsep
memahami matematika untuk menyelesaikan
informasi tersurat masalah bersifat non rutin.
maupun tersirat,
memadukan
interpretasi antar
bagian teks untuk
menghasilkan
inferensi.

Evaluasi dan
refleksi, menilai
kredibilitas,
kesesuaian maupun
keterpercayaan teks
serta mampu
mengaitkan isi teks
dengan hal lain di
luar teks.

Konteks Pemahaman, Personal, berkaitan dengan


memahami fakta, kepentingan diri secara pribadi.
prosedur serta alat
matematika. Sosial Budaya, berkaitan dengan
kepentingan antar individu, budaya dan
Penerapan, mampu isu kemasyarakatan.
menerapkan konsep
matematika dalam
situasi nyata yang Saintifik, berkaitan dengan isu,
bersifat rutin. aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang
telah dilakukan maupun futuristik.
Penalaran, bernalar
dengan konsep
matematika untuk
menyelesaikan
masalah bersifat non
rutin.

Ragam Butir Soal AKM


1. Pilihan ganda: Siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu
soal
2. Pilihan ganda kompleks: Siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar
dalam satu soal.
3. Menjodohkan: Siswa menjawab dengan cara menarik garis dari satu titik ke
titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat: Siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk
menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
5. Uraian: Siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan
jawabannya.

Jumlah soal yang diujikan pada AKM untuk kelas 5 tahun 2021 adalah 30 soal
untuk masing-masing literasi dan numerasi. Sedangkan untuk kelas 8 dan kelas
11 akan mengerjakan 36 soal. Asesmen Kompetensi Minimum dilaksanakan
secara adaptif, artinya adalah setiap siswa akan mengerjakan soal sesuai dengan
kemampuan siswa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Ansori, M. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif Edisi 2. Airlangga University Press.

Barlian, U. C., Solekah, S., & Rahayu, P. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan. Journal of Educational and Language Research, 1(12),


2105– 2118. https://doi.org/10.53625/joel.v1i12

Becker, K., & Park, K. (2011). Effects of integrative approaches among science, technology,
engineering, and mathematics (STEM) subjects on students' learning: A preliminary
metaanalysis. Journal of STEM Education: Innovations & Research, 12.

BSNP. (2010). Paradigma pendidikan nasional abad XXI. Jakarta: BNSP Press

Carson, J. (2007). A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without Teaching
Knowledge. Mathematics Educator, 17(2), 7–14. Retrieved from
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ841561.pdf

Effendi, L. A. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk


Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Smp. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2), 1–10. Retrieved from
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ841561.pdf

Griffin, P., & Care, E. . (2015). Assessment and teaching of 21st century skills: method and
approach . New York: Springer.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=vo8lEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=defini
si+AKM&ots=pleUp1Kbpu&sig=ePLrp8kwyUTntXj6IKdMGCMMuOQ&redir_esc=y#v=onep
age&q=definisi%20AKM&f=false (Diakses pada tanggal 13 Februari 2023)
https://pak.pandani.web.id/2018/10/pendidikan-STEM-dan-keterampilan-abad-21.html Diakses
pada tanggal 12 Februari 2023)

Lesrtariningrum, Anik dan Intan Prastihastari Wijaya. “Penerapan Bermain Loose Parts untuk
Kemampuan Memecahkan Masalah Sederhana untuk Anak Usia 4-5 Tahun”, Jurnal
Pedagogika Volume 11 No.2 (2020) - 10 februari, 2021- https://ejournal-fip

Mullen, J. (2009). Enhancing Mathematical Literacy. Mathematical and Computing Sciences


asters, Paper 90.

National Research Council. (2012). A Framework for K-12 Science Education: Practices,
Crosscutting concepts, and core ideas. Washington DC: National Academies Press.

Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are We Able To Put The Mathematics We Learn Into

Rifandi, R., & Rahmi, Y. L. (2019, October). STEM education to fulfil the 21st century demand:
a literature review. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1317, No. 1, p. 012208). IOP
Publishing.

Rustaman, N., Y. (2015). STEM EDUCATION: How to integrate STEM Education into Biology
subject-matter?Seminar Nasional Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Yogyakarta

Saad, N.S. & Ghani, A. . (2008). Teaching Mathematics in Secondary School: Theoris and
Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Sawyer, A. (2005) Education for Early Mathematical Literacy: More Than Maths Know-How.
Australia: Queensland University of Technology.
Stohlmann, M., Moore, T. J., & Roehrig, G. H. (2012). Considerations for teaching integ rated
STEM education. Journal of Pre-College Engineering Education Research (J-PEER), 2(1), 4

Sulaeman, N., Efwinda, S., & Putra, P. D. A. (2022). Teacher readiness in STEM education:

Voices of Indonesian Physics teachers. Journal of Technology and Science Education,


12(1), 68. https://doi.org/10.3926/jotse.1191

Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century skills: Learning for life in our times. San Francisco:
Wiley.
Torlakson, T. (2014). Innovate: a blueprint for science. technology, engineering, and
mathematics in california public education. Journal California Department of Education

Anda mungkin juga menyukai