Fisika merupakan salah ilmu sains. Sains memerlukan matematika sebagai alat
dalam mengolah data, sedangkan teknologi dan teknik merupakan aplikasi dari sains
itu sendiri. Pembelajaran fisika dengan pendekatan STEM tidak hanya mempelajari
ilmu pengatahuan saja, namun mengkaitkannya dengan teknologi, teknik, dan
matematika. Berikut merupakan empat aspek pembelajar fisika dengan pendekatan
STEM: 1) Sains, penggunaan pengatahuan dan keterampilan proses sains untuk
memahami dan memanipulasi gejala alam; (2) Teknologi, pengguanaan teknologi,
yaitu mengetahui bagaimana teknologi baru dapat dikembangkan dan teknologi dapat
di gunakan untuk memudahkan kerja manusia; (3) Teknik, yaitu mengoprasikan,
mendesain atau merangkai dengan merujuk pada sains dan teknologi; (4) Matematika,
menganalis, menunjukan bukti, menyekesaikan masalah, menginterpretasikan solusi
dari data dan hasil perhitungan (Siswanto, 2018).
4. Wahyun, Sri, dkk. (2023). Bahan Ajar Fisika Kelas X Berdasarkan Pilar
Education for Sustainable Development(ESD) dan Science, Technology,
Engineering, Art, and Mathematics(STEAM). 7(2): 106-144. Pada jurnal ini
disajikan tabel, dijelaskan bahwa Pilar ESD ditemukan pada kelima buku muncul
pada paragraf-paragraf, pertanyaan, pernyataan, gambar, tabel beserta keterangannya,
komentar, serta tugas-tugas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
bahan ajar fisika kelas X pada materi pengukuran, energi terbarukan, dan
pemanasan global, terdapat kemunculan indikator ESD dan STEAM pada setiap
materi yang diteliti. Pada materi pengukuran, terdapat tiga pilar ESD yang
dianalisis, yaitu pilar sosial, lingkungan, dan ekonomi. Dari hasil penelitian, pilar
ekonomi mempunyai persentase paling tinggi dibandingkan dengan pilar sosial
dan lingkungan. Sementara itu, pada aspek STEAM, aspek sciencemempunyai
persentase tertinggi dibandingkan dengan aspek yang lain. Pada materi energi
terbarukan, dari tiga pilar ESD yang dianalisis, yaitu pilar sosial,
lingkungan, dan ekonomi, didapatkan dari hasil analisis bahwa pilar
lingkunganmempunyai persentase paling tinggi dibandingkan dengan pilar sosial dan
ekonomi. Sementara itu, pada aspek STEAM, aspek sciencedan art mempunyai
persentase tertinggi dibandingkan dengan aspek yang lain. Pada materi
pemanasan global, pilar ekonomi dalam ESD belum muncul sama sekali pada
semua bahan ajar. Sementara itu, pada aspek STEAM, aspek sciencedan
artmempunyai persentase tertinggi dibandingkan dengan aspek yang
lain.Berdasarkan data hasil analisis bahan ajar fisika kelas X secara
keseluruhan, menunjukkan persentase dan tingkat kemunculan indikator ESD dan
STEAM masih rendah dengan persentase kemunculan rata-rata 12% untuk pilar
sosial budaya, 36% untuk pilar lingkungan, 16% untuk pilar ekonomi, 87% pada
komponen Science, 50% pada komponen technology, 57% pada komponen
engineering, 77% pada art, dan 40% pada komponen mathematic. Pada ketiga
materi yang diteliti, pilar lingkungan memiliki persentase kemunculan yang paling
tinggi pada pilar ESD, sementara aspek sciencememiliki persentase kemunculan
tertinggi pada aspek STEAM. Hal ini menunjukkan sudah adanya kesadaran
akan pentingnya aspek lingkungan dan sains dalam pembelajaran fisika yang
berkelanjutan. Selain itu, perlu dilakukan pengembangan bahan ajar yang lebih
memperhatikan pilar sosial dan ekonomi dalam aspek ESD agar peserta didik
dapat memahami dampak sosial dan ekonomi dari topik-topik yang dipelajari
dalam fisika. Data hasil penelitian terkait dengan aspek STEAM, dapat
disimpulkan bahwa implementasi STEAM pada pembelajaran fisika sudah
dilakukan, namun masih perlu ditingkatkan agar seluruh aspek STEAM
terintegrasi dengan baik pada setiap materi pembelajaran fisika. Dalam hal ini,
pendekatan pembelajaran STEAM dapat membantu guru fisika untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi, menarik, dan berbasis proyek,
sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar-
mengajar.Hasil penelitian analisis bahan ajar fisika kelas X ini dapat
dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh sejumlah
peneliti. Penelitian sebelumnya telah menekankan pentingnya bahan ajar dalam
pembelajaran fisika, yang konsisten dengan temuan dari penelitian
ini(Kurnia & Fathurohman, n.d.; Nisa Umi Fatimah & Siswanto, 2022;
Wijayanti et al., 2021; Widarti & Roshayanti, 2021). Namun, penelitian ini
berfokus pada aspek penting yaitu analisis bahan ajar dengan
mempertimbangkan perspektifESD dan STEAM. Hasilnya menunjukkan bahwa,
dalam konteks ESD, perhatian terhadap aspek sosial dan ekonomi dalam bahan
ajar masih terbatas, dengan persentase kemunculan yang rendah. Temuan ini
mencerminkan kesadaran yang terbatas terhadap isu-isu sosial dan ekonomi
dalam konteks pembelajaran berkelanjutan. Selain itu, dalam konteks STEAM,
meskipun telah ada implementasi, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk
mengintegrasikan semua aspek STEAM dengan baik dalam setiap materi
pembelajaran fisika. Hasil ini konsisten dengan temuan penelitian terdahulu yang
mengindikasikan bahwa pembelajaran fisika belum sepenuhnya mengadopsi
pendekatan STEAM(Yuni, 2020). Oleh karena itu, penelitian ini
memberikan wawasan yang berharga tentang tantangan dan peluang dalam
pengembangan bahan ajar fisika yang memadukan pendekatan ESD dan
STEAM, khususnya dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang isu-
isu sosial, ekonomi, lingkungan, dan ilmu pengetahuan secara holistik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa pilar lingkungan dan aspek science adalah komponen ESD dan
STEAM yang paling banyak muncul pada bahan ajar fisika kelas X pada
materi pengukuran, energi terbarukan, dan pemanasan global. Namun
demikian, komponen ekonomi dan aspek mathematicsmasih perlu lebih
diperhatikan agar terintegrasi dengan lebih baik dalam bahan ajar tersebut.
Untuk mengembangkan cara berpikir kritis peserta didik dalam
menyelesaikan masalah tentang keberlanjutan tanpa merugikan generasi
mendatang, ada beberapa saran yang dapat diberikan. Saran yang dapat
diberikan adalah perlu dilakukan peningkatan pada bahan ajar untuk
memperkuat komponen ekonomi dan aspek mathematicssehingga terjadi
integrasi yang lebih baik antara ESD dan STEAM Hal ini dapat dilakukan
dengan melibatkan para ahli di bidang ekonomi dan matematika dalam
pengembangan bahan ajar, serta meningkatkan pelatihan bagi para guru dalam
mengintegrasikan aspek ESD dan STEAM dalam pembelajaran. Sekolah
harus menggunakan bahan ajar yang memiliki pilar ESD dengan persentase
yang tinggi. Sekolah juga harus menggunakan bahan ajar yang memiliki
komponen STEAM dengan persentase yang tinggi.Selain itu, perlu
dilakukan evaluasi dan peningkatan secara berkala pada bahan ajar, dengan
memperhatikan kemunculan indikator ESD dan STEAM pada setiap materi.
Evaluasi ini dapat dilakukan oleh para ahli di bidang pendidikan dan
lingkungan, serta melibatkan peserta didik dalam proses penilaian dan
perbaikan bahan ajar. Disarankan juga untuk Penulis buku agar menambahkan
pilar ESD dan STEAM pada materi-materi dalam penulisan bahan ajar
berikutnya Dengan demikian, diharapkan bahan ajar fisika kelas X pada materi
pengukuran, energi terbarukan, dan pemanasan global dapat lebih baik dalam
mengintegrasikan aspek ESD dan STEAM sehingga peserta didik dapat
lebih memahami dan mengapresiasi keterkaitan antara sains, teknologi,
lingkungan, ekonomi, dan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
5. Widarti, Rezki, dkk. (2021). Potensi Implementasi STEAM (Science,
Technology, Engineering, Art and Mathematic) berorientasi ESD (Education for
Sustainable Development) dalam Pembelajaran Fluida. Unnes Physics Education
Journal. 10(3). Dari jurnal ini terdapat 2 grafik yang pembahasannya adalah :
Berdasarkan Gambar 1, dari 21 guru fisika yang mengajar fluida, 76% guru
menggunakan model pembelajaran project base learning. 90% guru telah mengenal
pendekatan pembelajaran STEAM. 52% guru telah mengimplementasikan STEAM
dalam pembelajaran fluida, dan dari 52% guru yang telah mengimplementasikan
STEAM tersebut menyatakan bahwa implementasi STEAM dalam pembelajaran
fluida mampu mengatasi per soalan kesulitan belajar peserta didik. Hasil angket juga
menunjukkan bahwa dari 21 guru, 62% guru telah mengenal potensi ESD. Walaupun
tidak semua guru mengenal potensi ESD namun mereka sebenarnya telah
mengimplementasikanya. Hal ini terbukti dengan jawaban dari angket tersebut bahwa
90% guru telah menanamkan sikap ramah lingkungan kepada peserta didik. Selain itu
86% guru telah mengaitkan materi fluida dengan isu lingkungan. 71% guru telah
mengaitkan isu sampah dan pengelolaanya. Hampir semua guru fisika di MA
Kabupaten Demak yaitu 95% guru telah memanfaatkan limbah untuk bahan praktik
dalam pembelajaran fluida.
Berdasarkan Gambar 2, hasil rata-rata menunjukkan bahwa 90% guru telah
mengenal pendekatan pembelajaran STEAM, 52% guru telah
mengimplementasikan STEAM dalam pembelajaran fluida,62% guru telah
mengenal ESD, 86% guru telah mengaitkan materi fluida dengan isu lingkungan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang potensi implementasi STEAM
berorientasi ESD dalam pembelajaran fluida telah ditemukan bahwa
pembelajaran fisika dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran project
base learning (PBL). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengampu
mata pelajaran fisika alasan menggunakan model pembelajaran (PBL) karena
untuk mengajarkan fisika yang berorientasi ESD dan diintegrasikan pada mata
pelajaran lain melalui STEAM yang paling memungkinkan ialah pembuatan
produk sehingga peserta didik bisa belajar tidak hanya teori saja melainkan
melalui praktik yang menghasilkan produk. Selain pembuatan produk,
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa
pembelajaran fluida dilakukan dengan melakukan percobaan-percobaan yang
memanfaatkan barang limbah atau barang yang sudah tidak terpakai namun
masih bisa dimanfaatkan. Adapun barang limbah yang bisa dipakai antara lain
gelas plastik air mineral, minyak goreng bekas, oli bekas untuk praktik percobaan
Hukum Archimedes. Botol sirup yang sudah tidak terpakai, limbah kardus,
selang, dan barang-barang lain bisa dimanfaatkan untuk praktik pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket menunjukkan bahwa potensi
implementasi STEAM berorientasi ESD pada pembelajarn fluida telah diterapkan
oleh guru di Madrasah Aliah Kabupaten Demak, namun belum tertuang dalam
dalam rencana pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan dengan model PBL
karena model pembelajaran inilah yang paling tepat digunakan. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan ialah pada setiap percobaan, peserta didik
mengkaitkan kegiatan sains dengan teknologi, Enginering, seni dan matematika.
Integrasi dengan teknologi, peserta didik bisa melihat inovasi dari peralatan atau
teknologi yang digunakan dalam mempelajari fluida dan bagaimana
pemanfaatnya. Untuk engineering, para peserta didik akan belajar tentang
memanfaatkan sumber daya yang ada, dalam hal ini dihubungkan dengan ESD
untuk membuat rencana desain kemudian kerangka, dan aseembling, peserta
didik belajar bagaimana merakit peralatan yang digunakan sesuai dengan jenis
percobaan yang dilakukan. Intergrasi dengan art, dilakukan dengan peserta didik
belajar bagaimana membuat peralatan dengan bentuk yang proposional, jika ada
pewarnaan maka peserta didik belajar tentang bagaimana pewarnaan yang baik
yang memiliki nilai seni. Intergrasi dengan matematika, peserta didik belajar
tentang bagaimana memberikan ukuran atau hitungan yang tepat dalam membuat
peralatan percobaan, bentuk dan juga sudut.
Berdasarkan uraian diatas, STEAM merupakan salah satu cara untuk
mempersiapkan peserta didik dalam berbagai macam disiplin ilmu yang nantinya
akan bermanfaat secara praktis didalam kehidupan dimasa yang akan datang. Hal
itu terbukti dengan percobaan-percobaan yang dilakukan oleh peserta didik
sehingga sains tidak dipelajari secara teori saja atau bersifat abstrak namun
peserta didik dibekali dengan kegiatan sebagai pengalaman belajar nyata yang
dikemas dalam STEAM.Pembelajaran juga berorientasi ESD dengan
memanfaatkan limbah atau benda-benda yang tidak terpakai.
SIMPULAN
Potensi implementasi STEAM berorientasi ESD dalam pembelajaran Fluida telah
dilakukan dengan cara penerapan percobaan- percobaan. Proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Peralatan yang digunakan saat
proses pembelajaran dengan memanfaatkan limbah atau barang-bahan yang tidak
terpakai untuk membuat peralatan pada percobaan-percobaan tersebut. Serta
sarannya yaitu Potensi implementasi STEAM berorientasi ESD dalam
pembelajaran perlu diterapkan tidak hanya pada materi fluida saja namun bisa
diterapkan pada materi pelajaran lain. Melalui implementasi STEAM berorientasi
ESD dalam pembelajaran juga memberikan pembekalan dan keterampilan-
keterampilan peserta didik untuk mengahadapi kehidupan didunia nyata.