Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Penerapan Pembelajaran STEM Berbasis ESD Dalam Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik Dikelas XI SMA NEGERI 1 TIGO


NAGARI

1. Pengertian Pembelajaran STEM


Pembelajaran STEM adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
hubungan pengetahuan dan keterampilan Science, Technology, Engineering,
Mathematics (STEM). Pendekatan ini dapat menciptakan sebuah pembelajaran secara
menyatu dan pembelajaran yang aktif karena semua aspek dalam STEM dibutuhkan
secara bersamaan untuk menyelesaikan masalah Pernyataan ini sejalan dengan hasil
penelitian Guzey dkk (Nuraeni, 2019) mengemukakan bahwa “Pembelajaran STEM
mampu membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan abad 21. Karena
pembelajaran STEM dapat melatih anak menyelesaikan masalah yang menyerupai
masalah di dunia nyata secara kritis dan kreatif. Pembelajaran STEM menggambarkan
lingkungan belajar dimana masalah di lapangan mendorong pembelajaran. Pada
pembelajaran berbasis STEM melalui empat tahapan proses kegiatan yang meliputi
(1) perencanaan; (2) tindakan; (3) pengamatan, dan; (4) evaluasi dan refleksi.
Widana & Septiari (2021) menyatakan bahwa tujuan dan manfaat dari model
pembelajaran STEM yang diharapkan antara lain: (1) mengasah keterampilan berpikir
kritis dan kreatif, logis, inovatif dan produktif; (2) menanamkan semangat gotong
royong dalam memecahkan masalah; (3) mengenalkan perspektif dunia kerja dan
mempersiapkannya; (4) memanfaatkan teknologi untuk menciptakan dan
mengomunikasikan solusi yang inovatif, dan; (5) media untuk menumbuh
kembangkan kemampuan menemukan dan menyelesaikan masalah. Penerapan model
pembelajaran berbasis STEM. Salah satu proses dalampembelajaran berbasis STEM
yaitu merencanakan dan melakukan investigasi/penyelidikan (Bybee, 2013).

Tabel 1. definisi dari literasi STEM


STEM Keterangan
Sains (Science) Literasi sains yaitu kemampuan dalam mengidentifikasi
informasi ilmiah, lalu mengaplikasikannya dalam dunia
nyata yang juga mempunyai peran dalam mencari solusi.
Teknologi Literasi teknologi yaitu keterampilan dalam menggunakan
(Technology) berbagai teknologi, belajar mengembangkan teknologi,
menganalisis teknologi, dapat mempengaruhi pemikiran
siswa dan masyarakat
Teknik Literasi desain yaitu kemampuan dalam mengembangkan
(Engineering) teknologi dengan desain yang lebih kreatif dan inovatif
melalui penggabungan berbagai bidang keilmuan.
Matematika Literasi matematik yaitu kemampuan dalam menganalisis
(Mathematics) dan menyampaikan gagasan, rumusan, menyelesaikan
masalah secara matematik dalam pengaplikasiannya
Sumber: Bybee, 2013.

Fisika merupakan salah ilmu sains. Sains memerlukan matematika sebagai alat
dalam mengolah data, sedangkan teknologi dan teknik merupakan aplikasi dari sains
itu sendiri. Pembelajaran fisika dengan pendekatan STEM tidak hanya mempelajari
ilmu pengatahuan saja, namun mengkaitkannya dengan teknologi, teknik, dan
matematika. Berikut merupakan empat aspek pembelajar fisika dengan pendekatan
STEM: 1) Sains, penggunaan pengatahuan dan keterampilan proses sains untuk
memahami dan memanipulasi gejala alam; (2) Teknologi, pengguanaan teknologi,
yaitu mengetahui bagaimana teknologi baru dapat dikembangkan dan teknologi dapat
di gunakan untuk memudahkan kerja manusia; (3) Teknik, yaitu mengoprasikan,
mendesain atau merangkai dengan merujuk pada sains dan teknologi; (4) Matematika,
menganalis, menunjukan bukti, menyekesaikan masalah, menginterpretasikan solusi
dari data dan hasil perhitungan (Siswanto, 2018).

2. Aspek Pendekatan STEM


Pendekatan STEM perlu menekankan pada keseimbangan masing-masing
disiplin, baik sains, teknologi, enjiniring ataupun matematika dan peserta didik
diharapkan mampu untuk membuat koneksi baru pada dua atau lebih disiplin ilmu
yang dibuktikan dengan meningkatnya minat dan keterlibatan peserta didik pada
pembelajaran (English, 2016). Kelley & Knowles (2016) mengilustrasikan kerangka
kerja pembelajaran STEM seperti sistem katrol dimana pembelajaran STEM
terintegrasi dan saling berhubungan sebagai suatu sistem dengan penyelidikan sains
(ilmiah), desain enjiniring, literasi teknologi dan pemikiran matematis. Pendekatan
STEM fokus kepada integrasi sains, teknologi, enjiniring dan matematika untuk
memecahkan suatu permasalahan pada situasi kehidupan nyata, dimana masing-
masing aspek memiliki peran dalam proses pemecahan dan penyelidikan masalah.
Penjelasan mengenai aspek pendekatan STEM dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pendekatan STEM
STEM Proses/Langlah-langkah Aspek
Sains Penyelidikan Sains Peserta didik dapat berfikir aktif,
(Science) bertanta, berhipotesis dan melakukan
penyelidikan ilmiah berdasarkan
standar ilmiah.
Teknologi Literasi Teknologi Aktivitas menggunakan teknologi
(Technology) baik dalam hal perancangan maupun
pembuatan sesuatu.
Teknik Rancangan Teknik Memungkinkan peserta didik untuk
(Engineering) membangun pengetahuan sains dan
matematika melalui analisis
perancangan dan penyelidikan
ilmiah.
Matematika Berfikir Matematis Penggunaan konsep matematika atau
(Mathematics) berpikir matematis dalam proses
penyelidikan ilmiah.
Sumber Kelley & Knowles (2016)

3. Tujuan Pembelajaran STEM


Hasil penelitian Bybee (seperti dikutip dalam Khoiriyah, 2018) mengatakan
bahwa STEM dalam konteks literasi memiliki tujuan untuk:
1) Mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan memecahkan masalah dalam situasi
kehidupan yang berbeda,menjelaskan fenomena alam yang terjadi, dan menarik
kesimpulan dari STEM;
2) memahami ciri-ciri disiplin STEM seperti inkuiri, bentuk pengetahuan, dan
desain yang diprakarsai manusia
3) membentuk lingkungan intelektual, material dan kultural dan sebagai warga
negara yang peduli;
4) Partisipasi pribadi yang konstruktif dan reflektif (misalnya, sumber daya yang
terbatas, efisiensi energi, dan kualitas lingkungan) untuk memiliki keinginan agar
terlibat dalam penelitian ilmiah yang terkait dengan STEM.

4. Education for Sustainable Development (ESD)


Pendidikan dapat menjadi sarana untuk mencapai pemahaman warga terhadap
sustainable development. Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan atau sering
disebut Education for Sustainable Development (ESD) adalah pendidikan yang
memberdayakan peserta didik untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi dan
tindakan yang bertanggung jawab untuk integritas lingkungan, kelayakan ekonomi
dan masyarakat yang adil, untuk generasi sekarang dan mendatang, dengan tetap
menghormati keragaman budaya (Taimur and Sattar, 2019). ESD dapat didefinisikan
sebagai pendidikan yang memberdayakan manusia dalam mencoba memahami dan
memecahkan masalah yang mengancam kehidupan di bumi. ESD mengintegrasikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan pada semua aspek pendidikan dan
pembelajaran (Kolleck 2013).

5. Penelitian yang Relevan


1. Sitorus, Belman. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Stemdalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimiasiswa Kelas Xii Mipa 7
Sma Negeri 7 Denpasar. Indonesian Journal of Educational Development,
3(1), hlm. 25-33. Pada jurnal ini terdapat hasil dan pembahasan, Penjelasannya
sebagai berikut: Sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis STEM,
diketahui bahwahasil belajar kimia siswa pada materi benzena dan turunannya
masih tergolong rendah. Hal ini terbukti dari hasil skor nilai pada prasiklus yakni
hanya beberapa orang siswa yang memperoleh nilai baik dan sisanya memperoleh
nilai cukup.Dari hasil refleksi awal siswa yang berjumlah 35 orang dan hanya 6
orang siswayang dinyatakan tuntas sedangkan 29 orang dinyatakan belum tuntas.
Respon siswa dalam prasiklus ada dalam kategori kurang baik.Siklus I. Pada
tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan oleh guru antaralain (a) berdiskusi
dengan teman sejawat tentang model pembelajaran STEM,(b) menyusun RPP, (c)
menyiapkan LKS, (d) menyusun instrumen observasi,dan (e) menyusun tes hasil
belajar kimia. Pada tahap pelaksanaan tindakan,guru menyajikan pembelajaran
dengan mengimplementasikan model pembelajaran STEM menggunakan dengan
LKS dan media pembelajaranlainnya. Tahap observasi/pengamatan difokuskan
pada langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan aktivitas yang
dilakukan olehsiswa. Hasil-hasil observasi dicatat dalam bentuk catatan harian,
yang akan dijadikan bahan refleksi pada akhir siklus. Setelah berakhirnya siklus I
siswa diberikan tes hasil belajar dan guru melakukan analisis terhadap hasil-hasil
observasi yang telah dilaksanakan selama pelaksanaan siklus. Hasil yang dicapai
dalam siklus I adalah sebagai berikut. Nilai rata-rata hasil belajar kimia secara
klasikal sebesar 69, sedangkanrespon siswa 68,91 dalam kategori cukup baik.
Hasil-hasil ini selanjutnya dibandingkan dengan kriteria keberhasilan yaitu nilai
rata-rata hasil belajar kimia secara klasikal minimal setara dengan KKM=70 dan
respon siswa minimal baik. Ternyata hasil yang dicapai pada siklus I belum
memenuhi kriteria keberhasilan. Dengan demikian penelitian tindakan
dilanjutkan pada siklus II.Siklus II. Pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus
II pada dasarnya hampirsama dengan siklus I. Hanya saja dilakukan beberapa
tindakan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Pada tahap
perencanaan, kegiatanyang dilakukan oleh guru antara lain (a) berdiskusi dengan
teman sejawat tentang model pembelajaran STEM, (b) menyusun RPP, (c)
menyiapkan LKS,(d) menyusun instrumen observasi, dan (e) menyusun tes hasil
belajar kimia. Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru menyajikan pembelajaran
dengan mengimplementasikan model pembelajaran STEM menggunakan dengan
LKS dan media pembelajaran lainnya. Pada tahap ini dilakukan beberapa
perbaikan langkah sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Tahap
observasi/pengamatandifokuskan pada langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru danaktivitas yang dilakukan oleh siswa. Hasil-hasil observasi
dicatat dalam bentuk catatan harian, yang akan dijadikan bahan refleksi pada
akhir siklus. Setelah berakhirnya siklus II siswa diberikan tes hasil belajar dan
guru melakukan analisis terhadap hasil-hasil observasi yang telah dilaksanakan
selama pelaksanaan siklus. Hasil yang dicapai dalam siklus II adalah sebagai
berikut. Nilai rata-rata hasil belajar kimia secara klasikal sebesar
75,71.Sedangkan respon siswa mencapai 75,51 dalam kategori baik. Hasil-hasil
iniselanjutnya dibandingkan dengan kriteria keberhasilan yaitu nilai rata-rata
hasil belajar kimia secara klasikal minimal setara dengan KKM=70 dan respon
siswa minimal baik. Ternyata hasil yang dicapai pada siklus I telah memenuhi
kriteria keberhasilan. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini dinyatakan
berhasil dalam dua siklus. Keberhasilan ini tentu didukung oleh model
pembelajaran berbasis STEM danproses pembelajaran kimia di kelas
dilaksanakan dengan tepat. Dengandemikian melalui penerapan model
pembelajaran berbasis STEM kemampuan hasil belajar kimia pada materi
benzena dan turunannya pada siswa kelas XIIMIPA 7 SMA Negeri 7 Denpasar
dapat meningkat dan dinyatakan tuntas.Dengan adanya peningkatan hasil belajar
kimia pada materi benzena dan turunannya pada siklus II maka secara tidak
langsung hal ini menunjukkan respon yang positif terhadap model pembelajaran
berbasis STEM. Dari hasil penelitian dengan penerapan model pembelajaran
berbasis STEM dinyatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan hasil
belajar kimia siswa kelas XII MIPA 7 SMA Negeri 7 Denpasar tahun pelajaran
2019/2020. Hal inidapat dilihat dari nilai rata-rata perbandingan prasiklus, siklus
I, dan siklus II.Skor yang diperoleh siswa pada kegiatan prasiklus adalah 59,0;
kemudian meningkat pada siklus I menjadi 69,0; dan kembali meningkat pada
siklus II menjadi 75,71. Apabila dibandingkan, skor rata-rata mengalami
peningkatandari prasiklus ke siklus I sebesar 10,0 poin, dan dari siklus I ke siklus
II mengalami peningkatan sebesar 6,71 poin. Rata-rata skor hasil observasi
respon siswa yang mencapai 68,91 dengan kategori cukup baik pada siklus I dan
kemudian meningkat pada siklus II menjadi 75,51 dengan kategori baik.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II dinyatakan berhasil karena dari 35
orang siswa yang mengikuti tes, 30 orang atau 94,29% siswa meraih nilai tuntas.
Penerapan model pembelajaran berbasis STEM dapat meningkatkan hasil belajar
kimia dan respon siswa kelas XII MIPA 7 SMA Negeri 7 Den pasartahun
pelajaran 2019/2020.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan dari penerapan model pembelajaran
berbasis STEM, simpulan yang didapat adalah sebagai berikut: (1) penerapan model
pembelajaran berbasis STEM dinyatakan berhasil dalam meningkatkanhasil belajar
kimia pada materi benzena dan turunannya; (2) implikasi penerapan model
pembelajaran berbasis STEM dapat meningkatkan respon siswa dalam meningkatkan
hasil belajar kimia siswa pada materi benzena danturunannya.

2. Muttaqiin, Arief . (2023). Pendekatan STEM (Science, Technology,


Engineering, Mathematics) pada Pembelajaran IPA Untuk Melatih Keterampilan
Abad 21. Jurnal Pendidikan MIPA, 13(1). Hasil dan pembahasannya sebagai
berikut: Hasil analisis artikel menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
STEM seringkali dikombinasikan dengan model-model pembelajaran. Hasil analisis
yang dilakukan kepada beberapa artikel menunjukkan bahwa peneliti
mengkombinasikan pendekatan STEM dengan model-model pembelajaran sehingga
penerapan pendekatan STEM dapat lebih terorganisir karena terdapat langkah-
langkah dalam menerapkan pembelajaran. Lebih jauh, dari 13 artikel yang dianalisis,
pendekatan STEM dikombinasikan dengan model-model pembelajaran tertentu
sehingga pembelajaran dapat mengakomodasi peserta didik untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang lebih bermakna. Contoh kombinasi antara pendekatan
STEM dan model-model pembelajaran ini diantaranya adalah STEM-PjBL dan
STEM-PBL.
A. STEM-PjBL (STEM Project-based learning)Pembelajaran berbasis proyek
merupakan salah satu model pembelajaran yang sering digunakan untuk
memfasilitasi pendekatan STEM. Berdasarkan hasil analisis, STEM-PjBL
merupakan model yang paling banyak digunakan oleh peneliti. Pembelajaran
berbasis proyek memberikan pengalaman otentik dan kontekstual kepada peserta
didik sehingga jika dikombinasikan dengan STEM, menjadi model pembelajaran
yang memotivasi dan menantang dalam merangsang peserta didik untuk berpikir
tingkat tinggi (Capraro & Slaugh, 2013). Dengan demikian, STEM PjBL dapat
dijadikan pilihan untuk mengasah keterampilan abad 21 seperti keterampilan
berpikir kritis (pemecahan masalah) dan kreatifitas. Menurut Slough & Milam
(2013), prinsip-prinsip yang berdampak pada PjBL adalah 1) membuat konten
yang mudah diakses, 2) memfasilitasi peserta didik untuk berpikir, 3) membantu
peserta didik untuk dapat belajar dari orang lain dan 4) menekankan pada
pembelajaran seumur hidup (lifelong learning). Pada pembelajaran PjBL yang
dikombinasikan dengan STEM, salah satu ciri khas dari kombinasi ini adalah
adanya Engineering Process Design (EDP) yang menekankan pada proses
perancangan. Alasan melibatkan EDP dalam penerapan pembelajaran STEM
adalah karena Engineeringmenerapkan konsep matematika, sains dan teknologi
untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks secara sistematis (Morgan et
al., 2013).
B. STEM-PBL (STEM Problem-based learning)Selain pembelajaran berbasis
proyek, salah satu model yang dapat dikombinasikan dengan pendekatan STEM
adalah pembelajaran berbasis masalah (PBL). Terdapat 3 jenis pembelajaran
dalam PBL yang terdiri dari pembelajaran kognitif, pembelajaran konten dan
pembelajaran kolaboratif (El Sayary et al., 2015). Gambar 4 menunjukkan bahwa
pembelajaran kognitif menekankan pada berpikir kritis, kreatifitas dan inovasi
sedangkan pembelajaran kolaboratif berfokus pada kolaborasi, self-direction dan
komunikasi, sementara pembelajaran konten fokus pada integrasi pengetahuan
melalui STEM, penggunaan teknologi dan hubungan ke kehidupan nyata yang
secara keseluruhan pada akhirnya mengarah kepada keterampilan berpikir tingkat
tinggi (El Sayary et al., 2015). Dengan demikian, pendekatan STEM menjadi
suatu alternatif untuk mengintegrasikan pengetahuan dari beberapa disiplin.
Kombinasi antara PBL dan STEM menjadi STEM-PBL diterapkan sebagai upaya
untuk mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik yang
merupakan bagian dari keterampilan abad 21.Hal utama yang menjadi tuntutan
keterampilan abad 21 pada negara berkembang di tahun 2030 adalah
perkembangan teknologi sebagai pendorong utama dan juga keterampilan
individu dalam pekerjaan berbasis kelompok dan proyek (team- and project-
based work), keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan untuk secara
terus menerus dalam memperbaharui keterampilan individu melalui pembelajaran
mandiri atau peer-topeer serta kesempatan dalam memperoleh pelatihan
penggunaan teknologi (Joynes et al., 2019). Dengan adanya tuntutan penguasaan
keterampilan abad 21 di tahun 2030, pendekatan STEM yang dikombinasikan
dengan berbagai model pembelajaran diharapkan dapat menjadi alternatif solusi
untuk mengasah keterampilan peserta didik dalam menguasai keterampilan abad
21.
SIMPULAN
Hasil kajian literatur menunjukkan bahwa pendekatan STEM (Science,
Technology, Engineering and Mathematics) telah diterapkan dalam berbagai
kegiatan pembelajaran IPA di Indonesia. Sebagian besar penelitian
mengkombinasikan pendekatan STEM dengan model pembelajaran sehingga
memiliki langkah yang terstruktur dan sistematik dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas. Berbagai kajian literatur menunjukkan bahwa pendekatan
STEM memiliki dampak yang positif terhadap keterampilan abad 21 seperti
keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah dan kreatifitas. Penerapan
pendekatan STEM diharapkan dapat menjadi salah satu penopang dalam
kurikulum di Indonesia serta mampu mempersiapkan peserta didik yang terampil
dalam menyongsong persaingan di dunia kerja.Pendekatan STEM menjadi
penting saat terjadi pergeseran paradigma dari student-centered ke arah
teachercentered yang bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi lebih
partisipatif selama proses pembelajaran berlangsung. Perubahan paradigma ini
mendorong penerapan berbagai pendekatan pembelajaran, termasuk diantaranya
pendekatan STEM dalam rangka peningkatan keterampilan abad 21. Pendekatan
pembelajaran STEM memiliki berbagai keunggulan, salah satunya dalam hal
integrasi beberapa disiplin ilmu sehingga cocok digunakan untuk
mengembangkan keterampilan abad 21. Dengan demikian, pendekatan STEM
diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
mengimplementasikan pembelajaran, khususnya IPA atau sains, di kelas dalam
rangka mengasah keterampilan abad 21 peserta didik di berbagai tingkatan
pendidikan.

3. Zainatul, Hasanah, dkk. (2021). Implementasi Model Problem Based Learning


Dipadu LKPD Berbasis STEM untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
pada Materi Pencemaran Lingkungan. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia
(Indonesian Journal of Science Education). 9(1): 65-75. Hasil dan Pembahasan dari
jurnal ini adalah: Setelah di sajikan beberapa tabel, dapat dikatakan bahwa
Penggunaan LKPD berbasis STEM ini antusias peserta didik dalam memecahkan
masalah melalui pembuatan produk. Hal itu dapat mendorong peserta didik aktif
dalam belajar. Pembelajaran menggunakan pendekatan STEM peserta didik dapat
mengamati fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan membantu peserta
didik untuk melakukan perancangan produk yang akan dihasilkan tentang pencemaran
lingkungan. Peserta didik diarahkan dan dibimbing untuk mengamati dan melihat
LKPD. Pemecahan masalah yang dilakukan peserta didik yaitu melalui produk yang
dihasilkan peserta didik pada materi pencemaran lingkungan adalah saringan air untuk
menyaring air keruh. Belajar dengan STEM membuat peserta didik saling berdiskusi
menuangkan ide dan pemikirannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada
di LKPD sesuai langkah dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran peserta didik
mendapatkan informasi atau hal baru dari apa yang telah diamati dan menguraikan ide
baru dengan memahami percobaan dan menjawab pertanyaan sesuai kemampuan dan
pengetahuan. Selain itu, peserta didik menerapkan pemahaman kedalam konsep
dengan mengumpulkan hasil data percobaan. Peserta didik juga diminta untuk
merancang alat serta membuat saringan air untuk menyaring air keruh.Penggunaan
pendekatan STEM terintegrasi mampu membantu peserta didik dalam memperoleh
ilmu pengetahuannya dengan cara menemukan dan melakukan percobaan untuk
membuktikan hipotesis yang dibuat. Pendidikan STEM terintegrasi tampaknya
meningkatkan prestasi akademik lebih sesuai dengan pendekatan konstruktivis tetapi
memiliki efek terbatas pada prestasi akademik (Sarican, dkk., 2018). Model PBL
dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik sendiri dalam belajar, dengan demikian
mengarah pada peningkatan KBK dan peningkatan motivasi untuk mencari informasi
baru (Choi, dkk., (2014). PBL dapat meningkatkan KBK peserta didik, karena
melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran seperti klarifikasi masalah,
penilaian kebutuhan informasi, identifikasi hubungan antara konsep, kerja sama
antara bentuk-bentuk baru pengetahuan, produksi hipotesis yang mungkin,
memperdebatkan masalah terkait situasi, mempertimbangkan solusi alternative (Yuan,
dkk., 2014). Bahkan, model PBL adalah prediktor terkuat pengembangan pemikiran
kritis, ditandai dengan fasilitasi otentik keterampilan, termasuk membimbing peserta
didik untuk mengeksplorasi, mengevaluasi, dan mensintesis ide dengan bebas
(Martyn, dkk., 2014). Penggunaan Problem based video animation instruction efektif
dalam meningkatkan KBK (Ritonga, dkk., 2020).Model PBL dipadu dengan STEM
untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna melalui integrasi sistematis
pengetahuan, konsep, dan keterampilan (Tseng, dkk., 2013). Penggunaan LKPD
berbasis STEM juga pernah dilakukan oleh Sulistiyowati, dkk (2018) yang
menjelaskan LKPD berbasis STEM secara efektif dapat meningkatkan KBK
danprestasi belajar (Yildirim, 2011).LKPD berbasis STEM dapat digunakan untuk
melatih KBK yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran (Hartini, dkk., 2020).
Implementasi LKPD dasar STEM dan kearifan lokal dapat diimplementasikan di
kegiatan belajar mengajar, juga meningkatkan kemampuan kritis untuk berpikir
(Prasadi, dkk., 2020). Penggunaan LKS STEM dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, sedangkan untuk aktivitas belajar siswa menunjukkan nilai 24,9>5,99 yang
artinya dengan menggunakan LKS STEM juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa (Rahmiza, dkk., 2015). Modul STEM terintegrasi kewirausahaan efektif untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa (Adlim, dkk., 2015).Hasil uji
siginfikansi menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui
pembelajaran PBL-STEM lebih besar daripada pembelajaran PBL. Siswa juga
memberikan respon yang baik terhadap penerapan PBL-STEM dalam pembelajaran di
era Covid-19 sebesar 81% (Putri, dkk., 2020). Pembelajaran berbasis masalah
menggunakan metode praktikum dapat mempengaruhi keterampilan proses sain siswa
dalam belajar. Hal ini dapat dilihat tingginya perolehan skor n-gain pada kelas
eksperimen dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
Pembelajaran pembelajaran berbasis masalah menggunakan metode praktikum dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar kimia. Respon siswa terhadap
penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan metode praktikum pada
pokok bahasan hidrolisis garam mendapatkan respon positif dari siswa (Yusmanida,
dkk., 2017).
KESIMPULAN
Implementasi model pembelajaran PBL dipadu dengan LKPD berbasis STEM
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik SMA pada materi
pencemaran lingkungan. Di samping itu, terdapat perbedaan KBK peserta didik
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pencemaran lingkungan.

4. Wahyun, Sri, dkk. (2023). Bahan Ajar Fisika Kelas X Berdasarkan Pilar
Education for Sustainable Development(ESD) dan Science, Technology,
Engineering, Art, and Mathematics(STEAM). 7(2): 106-144. Pada jurnal ini
disajikan tabel, dijelaskan bahwa Pilar ESD ditemukan pada kelima buku muncul
pada paragraf-paragraf, pertanyaan, pernyataan, gambar, tabel beserta keterangannya,
komentar, serta tugas-tugas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
bahan ajar fisika kelas X pada materi pengukuran, energi terbarukan, dan
pemanasan global, terdapat kemunculan indikator ESD dan STEAM pada setiap
materi yang diteliti. Pada materi pengukuran, terdapat tiga pilar ESD yang
dianalisis, yaitu pilar sosial, lingkungan, dan ekonomi. Dari hasil penelitian, pilar
ekonomi mempunyai persentase paling tinggi dibandingkan dengan pilar sosial
dan lingkungan. Sementara itu, pada aspek STEAM, aspek sciencemempunyai
persentase tertinggi dibandingkan dengan aspek yang lain. Pada materi energi
terbarukan, dari tiga pilar ESD yang dianalisis, yaitu pilar sosial,
lingkungan, dan ekonomi, didapatkan dari hasil analisis bahwa pilar
lingkunganmempunyai persentase paling tinggi dibandingkan dengan pilar sosial dan
ekonomi. Sementara itu, pada aspek STEAM, aspek sciencedan art mempunyai
persentase tertinggi dibandingkan dengan aspek yang lain. Pada materi
pemanasan global, pilar ekonomi dalam ESD belum muncul sama sekali pada
semua bahan ajar. Sementara itu, pada aspek STEAM, aspek sciencedan
artmempunyai persentase tertinggi dibandingkan dengan aspek yang
lain.Berdasarkan data hasil analisis bahan ajar fisika kelas X secara
keseluruhan, menunjukkan persentase dan tingkat kemunculan indikator ESD dan
STEAM masih rendah dengan persentase kemunculan rata-rata 12% untuk pilar
sosial budaya, 36% untuk pilar lingkungan, 16% untuk pilar ekonomi, 87% pada
komponen Science, 50% pada komponen technology, 57% pada komponen
engineering, 77% pada art, dan 40% pada komponen mathematic. Pada ketiga
materi yang diteliti, pilar lingkungan memiliki persentase kemunculan yang paling
tinggi pada pilar ESD, sementara aspek sciencememiliki persentase kemunculan
tertinggi pada aspek STEAM. Hal ini menunjukkan sudah adanya kesadaran
akan pentingnya aspek lingkungan dan sains dalam pembelajaran fisika yang
berkelanjutan. Selain itu, perlu dilakukan pengembangan bahan ajar yang lebih
memperhatikan pilar sosial dan ekonomi dalam aspek ESD agar peserta didik
dapat memahami dampak sosial dan ekonomi dari topik-topik yang dipelajari
dalam fisika. Data hasil penelitian terkait dengan aspek STEAM, dapat
disimpulkan bahwa implementasi STEAM pada pembelajaran fisika sudah
dilakukan, namun masih perlu ditingkatkan agar seluruh aspek STEAM
terintegrasi dengan baik pada setiap materi pembelajaran fisika. Dalam hal ini,
pendekatan pembelajaran STEAM dapat membantu guru fisika untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi, menarik, dan berbasis proyek,
sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar-
mengajar.Hasil penelitian analisis bahan ajar fisika kelas X ini dapat
dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh sejumlah
peneliti. Penelitian sebelumnya telah menekankan pentingnya bahan ajar dalam
pembelajaran fisika, yang konsisten dengan temuan dari penelitian
ini(Kurnia & Fathurohman, n.d.; Nisa Umi Fatimah & Siswanto, 2022;
Wijayanti et al., 2021; Widarti & Roshayanti, 2021). Namun, penelitian ini
berfokus pada aspek penting yaitu analisis bahan ajar dengan
mempertimbangkan perspektifESD dan STEAM. Hasilnya menunjukkan bahwa,
dalam konteks ESD, perhatian terhadap aspek sosial dan ekonomi dalam bahan
ajar masih terbatas, dengan persentase kemunculan yang rendah. Temuan ini
mencerminkan kesadaran yang terbatas terhadap isu-isu sosial dan ekonomi
dalam konteks pembelajaran berkelanjutan. Selain itu, dalam konteks STEAM,
meskipun telah ada implementasi, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk
mengintegrasikan semua aspek STEAM dengan baik dalam setiap materi
pembelajaran fisika. Hasil ini konsisten dengan temuan penelitian terdahulu yang
mengindikasikan bahwa pembelajaran fisika belum sepenuhnya mengadopsi
pendekatan STEAM(Yuni, 2020). Oleh karena itu, penelitian ini
memberikan wawasan yang berharga tentang tantangan dan peluang dalam
pengembangan bahan ajar fisika yang memadukan pendekatan ESD dan
STEAM, khususnya dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang isu-
isu sosial, ekonomi, lingkungan, dan ilmu pengetahuan secara holistik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa pilar lingkungan dan aspek science adalah komponen ESD dan
STEAM yang paling banyak muncul pada bahan ajar fisika kelas X pada
materi pengukuran, energi terbarukan, dan pemanasan global. Namun
demikian, komponen ekonomi dan aspek mathematicsmasih perlu lebih
diperhatikan agar terintegrasi dengan lebih baik dalam bahan ajar tersebut.
Untuk mengembangkan cara berpikir kritis peserta didik dalam
menyelesaikan masalah tentang keberlanjutan tanpa merugikan generasi
mendatang, ada beberapa saran yang dapat diberikan. Saran yang dapat
diberikan adalah perlu dilakukan peningkatan pada bahan ajar untuk
memperkuat komponen ekonomi dan aspek mathematicssehingga terjadi
integrasi yang lebih baik antara ESD dan STEAM Hal ini dapat dilakukan
dengan melibatkan para ahli di bidang ekonomi dan matematika dalam
pengembangan bahan ajar, serta meningkatkan pelatihan bagi para guru dalam
mengintegrasikan aspek ESD dan STEAM dalam pembelajaran. Sekolah
harus menggunakan bahan ajar yang memiliki pilar ESD dengan persentase
yang tinggi. Sekolah juga harus menggunakan bahan ajar yang memiliki
komponen STEAM dengan persentase yang tinggi.Selain itu, perlu
dilakukan evaluasi dan peningkatan secara berkala pada bahan ajar, dengan
memperhatikan kemunculan indikator ESD dan STEAM pada setiap materi.
Evaluasi ini dapat dilakukan oleh para ahli di bidang pendidikan dan
lingkungan, serta melibatkan peserta didik dalam proses penilaian dan
perbaikan bahan ajar. Disarankan juga untuk Penulis buku agar menambahkan
pilar ESD dan STEAM pada materi-materi dalam penulisan bahan ajar
berikutnya Dengan demikian, diharapkan bahan ajar fisika kelas X pada materi
pengukuran, energi terbarukan, dan pemanasan global dapat lebih baik dalam
mengintegrasikan aspek ESD dan STEAM sehingga peserta didik dapat
lebih memahami dan mengapresiasi keterkaitan antara sains, teknologi,
lingkungan, ekonomi, dan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
5. Widarti, Rezki, dkk. (2021). Potensi Implementasi STEAM (Science,
Technology, Engineering, Art and Mathematic) berorientasi ESD (Education for
Sustainable Development) dalam Pembelajaran Fluida. Unnes Physics Education
Journal. 10(3). Dari jurnal ini terdapat 2 grafik yang pembahasannya adalah :
Berdasarkan Gambar 1, dari 21 guru fisika yang mengajar fluida, 76% guru
menggunakan model pembelajaran project base learning. 90% guru telah mengenal
pendekatan pembelajaran STEAM. 52% guru telah mengimplementasikan STEAM
dalam pembelajaran fluida, dan dari 52% guru yang telah mengimplementasikan
STEAM tersebut menyatakan bahwa implementasi STEAM dalam pembelajaran
fluida mampu mengatasi per soalan kesulitan belajar peserta didik. Hasil angket juga
menunjukkan bahwa dari 21 guru, 62% guru telah mengenal potensi ESD. Walaupun
tidak semua guru mengenal potensi ESD namun mereka sebenarnya telah
mengimplementasikanya. Hal ini terbukti dengan jawaban dari angket tersebut bahwa
90% guru telah menanamkan sikap ramah lingkungan kepada peserta didik. Selain itu
86% guru telah mengaitkan materi fluida dengan isu lingkungan. 71% guru telah
mengaitkan isu sampah dan pengelolaanya. Hampir semua guru fisika di MA
Kabupaten Demak yaitu 95% guru telah memanfaatkan limbah untuk bahan praktik
dalam pembelajaran fluida.
Berdasarkan Gambar 2, hasil rata-rata menunjukkan bahwa 90% guru telah
mengenal pendekatan pembelajaran STEAM, 52% guru telah
mengimplementasikan STEAM dalam pembelajaran fluida,62% guru telah
mengenal ESD, 86% guru telah mengaitkan materi fluida dengan isu lingkungan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang potensi implementasi STEAM
berorientasi ESD dalam pembelajaran fluida telah ditemukan bahwa
pembelajaran fisika dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran project
base learning (PBL). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengampu
mata pelajaran fisika alasan menggunakan model pembelajaran (PBL) karena
untuk mengajarkan fisika yang berorientasi ESD dan diintegrasikan pada mata
pelajaran lain melalui STEAM yang paling memungkinkan ialah pembuatan
produk sehingga peserta didik bisa belajar tidak hanya teori saja melainkan
melalui praktik yang menghasilkan produk. Selain pembuatan produk,
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa
pembelajaran fluida dilakukan dengan melakukan percobaan-percobaan yang
memanfaatkan barang limbah atau barang yang sudah tidak terpakai namun
masih bisa dimanfaatkan. Adapun barang limbah yang bisa dipakai antara lain
gelas plastik air mineral, minyak goreng bekas, oli bekas untuk praktik percobaan
Hukum Archimedes. Botol sirup yang sudah tidak terpakai, limbah kardus,
selang, dan barang-barang lain bisa dimanfaatkan untuk praktik pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket menunjukkan bahwa potensi
implementasi STEAM berorientasi ESD pada pembelajarn fluida telah diterapkan
oleh guru di Madrasah Aliah Kabupaten Demak, namun belum tertuang dalam
dalam rencana pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan dengan model PBL
karena model pembelajaran inilah yang paling tepat digunakan. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan ialah pada setiap percobaan, peserta didik
mengkaitkan kegiatan sains dengan teknologi, Enginering, seni dan matematika.
Integrasi dengan teknologi, peserta didik bisa melihat inovasi dari peralatan atau
teknologi yang digunakan dalam mempelajari fluida dan bagaimana
pemanfaatnya. Untuk engineering, para peserta didik akan belajar tentang
memanfaatkan sumber daya yang ada, dalam hal ini dihubungkan dengan ESD
untuk membuat rencana desain kemudian kerangka, dan aseembling, peserta
didik belajar bagaimana merakit peralatan yang digunakan sesuai dengan jenis
percobaan yang dilakukan. Intergrasi dengan art, dilakukan dengan peserta didik
belajar bagaimana membuat peralatan dengan bentuk yang proposional, jika ada
pewarnaan maka peserta didik belajar tentang bagaimana pewarnaan yang baik
yang memiliki nilai seni. Intergrasi dengan matematika, peserta didik belajar
tentang bagaimana memberikan ukuran atau hitungan yang tepat dalam membuat
peralatan percobaan, bentuk dan juga sudut.
Berdasarkan uraian diatas, STEAM merupakan salah satu cara untuk
mempersiapkan peserta didik dalam berbagai macam disiplin ilmu yang nantinya
akan bermanfaat secara praktis didalam kehidupan dimasa yang akan datang. Hal
itu terbukti dengan percobaan-percobaan yang dilakukan oleh peserta didik
sehingga sains tidak dipelajari secara teori saja atau bersifat abstrak namun
peserta didik dibekali dengan kegiatan sebagai pengalaman belajar nyata yang
dikemas dalam STEAM.Pembelajaran juga berorientasi ESD dengan
memanfaatkan limbah atau benda-benda yang tidak terpakai.
SIMPULAN
Potensi implementasi STEAM berorientasi ESD dalam pembelajaran Fluida telah
dilakukan dengan cara penerapan percobaan- percobaan. Proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Peralatan yang digunakan saat
proses pembelajaran dengan memanfaatkan limbah atau barang-bahan yang tidak
terpakai untuk membuat peralatan pada percobaan-percobaan tersebut. Serta
sarannya yaitu Potensi implementasi STEAM berorientasi ESD dalam
pembelajaran perlu diterapkan tidak hanya pada materi fluida saja namun bisa
diterapkan pada materi pelajaran lain. Melalui implementasi STEAM berorientasi
ESD dalam pembelajaran juga memberikan pembekalan dan keterampilan-
keterampilan peserta didik untuk mengahadapi kehidupan didunia nyata.

Anda mungkin juga menyukai