Anda di halaman 1dari 14

Materi Pelatihan Pendektan STEM

Guru-Guru SDN Unggulan

Secara khusus, kegiatan diprioritaskan untuk memberikan wawasan pengetahuan tentang pendekatan
STEM dan cara penerapannya. Adapun pelaksanaan kegiatan pelatihan tentang STEM ini diuraikan
sebagai berikut.

1) Tahap Penjelasan atau Presentasi Tentang STEM

Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:


a. Merencanakan tempat penjelasan yang disepakati bersama.
b. Penjelasan dan pengantar tentang STEM.
c. Diskusi dan Tanya Jawab.

2) Tahap SimulasiTentang STEM

Langkah-langkah kegiatannya dibagi ke dalam 4 sesi:


a. Sesi 1: Mengenal Beruang

b. Sesi 2: Mengenal Volume dan Kubus

c. Sesi 3: Mengenal Tuas/Pesawat Sederhana

d. Sesi 4: Problem Solving

1. Penjelasan dan Pengantar Tentang Apa Itu STEM

Pada tahap ini peserta pelatihan diberikan materi pengantar tentang apa itu STEM dan mengapa
STEM. Penjelasan tentang pengantar STEM dilakukan dengan metode ceramah yaitu presentasi
menggunakan powerpoint. Setelah itu dilanjut dengan diskusi dan tanya jawab.

2. Tahap Simulasi tentang STEM

Tahap simulasi dilakukan setelah tahap penjelasan dan pengantar tentang STEM. Pada tahap ini
dibagi menjadi 4 sesi, yaitu sesi mengenal beruang (materi IPA/sains), mengenal volume dan kubus
(matematika), mengenal pesawat sederhana (materi IPA/sains) dan terakhir peserta diberikan sebuah
masalah yang harus diselesaikan dalam kelompok. Dalam sesi terakhir ini peserta menghasilkan
produk. Inilah yang menjadi ciri dan pendekatan STEM, yaitu adanya produk.
Sesi 1:
Peserta melihat tayangan video tentang “Beruang”. Setelah melihat tayangan, peserta dalam
kelompok menyajikan pengetahuan yang mereka peroleh tentang beruang.

Sesi 2 yaitu materi tentang volume dan kubus (matematika)


Peserta sedang berdiskusi membuat kubus dari kertas pada sesi mengenal volume dan kubus
(matematika)
Sesi 3. Mengenal pesawat sederhana.
Peserta diberi lembar kerja tentang pesawat sederhana.
Peserta dalam kelompok membuat produk dalam rangka menjawab permasalahan yang diberikan
yang diberikan
Sesi ke 4 peserta diberi pertanyaan berupa kasus. Dengan berbekal pengetahuan yang telah diperoleh
di sesi-sesi sebelumnya, peserta dalam kelompok diminta untuk memecahkan masalah tersebut.

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pelatihan diperoleh beberapa hasil yang positif,
diantaranya adalah:
1. Para peserta menunjukkan perhatian yang sangat tinggi terhadap materi yang disampiakan naras
umber.
2. Para peserta menunjukkan reaksi yang positif terhadap cara menerapkan pendekatan STEM.
3. Para peserta aktif bertanya dan mengungkapkan masalah-masalah yang dialaminya selama ini dan
mereka bersemangat untuk dapat menerapkan pendekatan STEM dalam mengajar.
4. Para peserta terlihat kompak dan menjalin kerja sama yang cukup baik dalam latihan tentang
penerapan pendekatan STEM.
Lampiarn Penjelasan
MATERI PENGGUNAAN PENDEKATAN STEM DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaarn STEM


Pendekatan Pembelajaran STEM (Science, Technology, Engeneering, and
Mathematics) Pendidikan STEM bermakna memberi penguatan praktis pendidikan dalam
bidang-bidang STEM secara terpisah, sekaligus lebih mengembangkan pendekatan
pendidikan yang mengintegrasikan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika dengan
memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-
hari ataupun kehidupan profesi (Septiani, 2016). STEM adalah pendekatan pembelajaran
terpadu yang menghubungkan pengaplikasian di dunia nyata dengan pembelajaran di dalam
kelas yang meliputi empat disiplin ilmu yaitu ilmu pengetahuan alam (sains), teknologi, hasil
rekayasa, dan matematiknya.
Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, pendidikan STEM bertujuan
mengembangkan peserta didik sebagai berikut (Bybee, 2013):
a) Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi pertanyaan
dan masalah dalam situasi di kehidupannya, menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta
menarik kesimpulan bukti mengenai isu-isu terkait STEM.
b) Memahami karakteristik khusus disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk
pengetahuan, penyelidikan, dan desain yang digagas manusia.
c) Memiliki kesadaran bagaimana disiplin-disiplin STEM membentuk lingkungan
material, intelektual, dan kultural. 7
d) Memiliki keinginan untuk terlibat dalam kajian-kajian ilmu terkait STEM
(misalnya efesiensi energi, kualitas lingkungan, keterbatasan sumber daya alam) sebagai
warga negara yang konstruktif, peduli dan reflektif menggunakan gagasan-gagasan sain,
teknologi, rekayasa, dan matematik. Pendekatan STEM tidak hanya dapat diterapkan di
sekolah dasar dan sekolah menengah, tapi juga dapat diterapkan di perkuliahan bahkan
program doctoral. Pendekatan STEM menghubungkan pembelajaran dengan empat
komponen pengajaran, yaitu science, technology, engeneering, and mathematics. Selaras
dengan hal tersebut pendekatan STEM dapat dilaksanakan pada tingkat pendidikan formal/di
dalam kelas dan tingkat satuan non formal/di luar kelas (Gonzales dan Kuenzi, 2012).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STEM diharapkan dapat
membangun dan mengembangkan siswa agar tidak hanya menghafal konsep, tetapi juga
dibimbing untuk dapat mengintegrasikan sains, teknologi, rekayasa, dan matematik
sehingga dapat meningkatkan 8 kemampuan berpikir kritis pada siswa terhadap materi
pembelajaran.

Science :
Sains merupakan kajian berhubungan dengan peristiwa alam yang melibatkan penyelidikan,
penelitian dan pengukuran untuk menjelaskan sebab akibat dari sebuah fenomena alam.
Penyelidikan dan penilitian sains dapat digunakan untuk mengidentifikasi bukti – bukti yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan ilmiah dan menjawab permasalahan dalam kehidupan
manusia.
Technology :
Inovasi atau penemuan manusia yang dapat berupa perangkat lunak dan keras sebagai sarana untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia, sehingga dapat mempermudah pekerjaan manusia
untuk kehidupan yang lebih maju.

Engineering :
Pengetahuan dan keterampilan untuk mendesain, mengaplikasikan, mereplikasi serta marekayasa
sebuah karya berupa peralatan, sistem dan mesin yang dapat digunakan oleh manusia untuk
mempercepat dan mempermudah proses produksi terhadap barang dan jasa.

Mathematic :

Ilmu yang berhubungan dengan numerasi, pola perubahan dan hubungan, ruang dan bentuk.
keterampilan berpikir secara rasional dan logis serta bernalar, dan menggunakannya secara
sistematik dan terstruktur.

B. Karakteristik pendekatan pembelajaran berbasis STEM :

a. Integrasi antara Sains, Teknologi, Enjinering (mesin) dan Matematika dalam satu pokok
pembahasan.
b. Diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PjBL)
c. Sesuai dengan kehidupan nyata, bersifat konstektual
d. Penerapan pembelajaran yang bertujuan untuk melatihkan soft skill dan hard skil

C. Ciri-ciri pendektan STEM


Setiap aspek dari STEM memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara ke empat
aspek tersebut. Masing-masing dari aspek membantu peserta didik menyelesaikan masalah
jauh lebih komprehensif jika diintegrasikan. Adapun ke empat ciri tersebut berdasarkan
defenisi yang dijabarkan oleh Torlakson (2014) yakni:
(1) Sains yang mewakili pengetahuan mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep
yang berlaku di alam;
(2) Teknologi adalah keterampilan atau sebuah sistem yang digunakan dalam
mengatur masyarakat, organisasi, pengetahuan atau mendesain serta menggunakan sebuah
alat buatan yang dapat memudahkan pekerjaan;
(3) Teknik atau Engineeringadalah pengetahuan untuk mengoperasikan atau
mendesain sebuah prosedur untuk menyelesaikan sebuah masalah; dan (4) matematika adalah
ilmu yang menghubungkan antara besaran, angka dan ruang yang hanya membutuhkan
argument logis tanpa atau disertai dengan bukti empiris. Seluruh aspek ini dapat membuat
pengetahuan menjadi lebih bermakna jika diintegrasikan dalam proses pembelajarn.

Pola Pendekatan STEM dalam pembelajaran

STEM memiliki pola yang dikenal dengan istilah EDP (Engineering Design Process) atau
proses mendesain sebuah karya atau mesin. EDP ini kemudian memiliki banyak versi yang telah
dirumuskan para ahli, namun secara umum EDP memiliki pola sebagai berikut.
 Perumusan masalah
 Rencana solusi
 Membuat dan Mengembangkan model
 Menggunakan model
 Mengevaluasi,
 Mengomunikasikan dan merefleksi.
Penjelasan Pola EDP (Engineering Design Process) atau proses mendesain sebuah karya atau mesin
dalam pendekatan STEM
No Pola EDP Penjelasan
1 Define the problem Perumusan masalah
2 Plan Solutions Rencana solusi
3 Make a model Membuat dan Mengembangkan model
4 Test The model Menggunakan model
5 Reflect and redesign Mengomunikasikan, merefleksi, mengevaluasi, mendesain
ulang
Maka dari itu, peneliti mengembangkan media http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All
rights reserved
mobil bertenaga angin berbasis STEM di kelas 157
IV sekolah dasar mengacu pada langkah-
langkah Education Design Research (EDR) yang
dikemukakan oleh McKenney & Reaves (2012).
Langkah-langkah tersebut antara lain, 1)
Analysis and Exploration; 2) Design and
Construction; 3) Evaluation and Reflection.
Gambar 1
Model Generik EDR McKenney & Reaves
Tahap Analysis and Exploration ini berfungsi
untuk mencari dan menganalisis permasalahan
yang akan diangkat dalam penelitian di kelas IV
SDN 1 Nagarasari Kota Tasikmalaya.
Pengambilan data dilakukan dengan dua tahap
yaitu studi literatur dan studi lapangan. Studi
literatur berupa kajian dan referensi dari
Kurikulum 2013, buku-buku, jurnal dan
penelitian terdahulu. Sedangkan studi lapangan
berupa observasi dan wawancara kepada
pendidik kelas IV di SDN 1 Nagarasari
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
Tahap Design and Construction ini berfungsi
untuk merancang solusi untuk permasalahan
yang terkait pada penelitian ini. Desain yang
akan dibuat yaitu media pembelajaran berbasis
STEM (Science, Technology, Engineering and
Mathematics) berupa mobil bertenaga angin,
media ini disesuaikan dengan kebutuhan anak
pada tahap perkembangan kognitif menurut
teori Piaget dan disesuaikan pula dengan
kurikulum 2013 dalam pendidikan Abad 21
yang dikhususkan pada 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Creativity
Innovation).
Tahap ini dilakukan untuk melihat kelayakan
media mobil bertenaga angin dalam
pembelajaran melalui kegiatan uji coba yang
dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Nagarasari. Uji
coba ini dilakukan sebanyak dua kali
disesuaikan dengan hasil dari kelayakan media,
keterpakaian media dan hasil belajar peserta
didik menggunakan media mobil bertenaga
angin dalam pembelajaran tematik Kurikulum
2013 dengan subtema perubahan energi yang
mengintegrasikan mata pelajaran IPA dan
Matematika dengan cakupan materi Perubahan
Energi Gerak Akibat Pengaruh Angin dan
pembulatan hasil pengukuran. Pada tahap ini
juga bertujuan untuk merenungkan dan
melihat secara logis kemungkinan kelemahan
yang masih ada dalam media mobil bertenaga
angin Cika Tiar Falentina1, Dindin Abdul Muiz Lidinillah2
Mobil Bertenaga Angin : Media Berbasis STEM untuk Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar
@2018-PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 3 (2018) 152-162
buku panduan yang dapat diperbaiki sehingga Untuk mengetahui penggunaan media tersebut
produk hasil pengembangan dapat dilakukan identifikasi dan analisis melalui dua
memberikan kontribusi terhadap dunia cara yakni studi literatur dan studi
pendidikan. Hasil refleksi tersebut bisa berupa pendahuluan di SD.
keputusan untuk desain dan prinsip desain, Berdasarkan studi literatur yang peneliti
yang sewaktu-waktu keputusan tersebut dapat lakukan dapat diketahui bahwa tujuan dan
dikembangkan lagi oleh peneliti lain. Dari tahap karakteristik Kurikulum 2013 selaras dengan
ini dapat dilihat kelayakan media mobil pembelajaran STEM, dimana pembelajaran
bertenaga angin setelah melalui proses validasi mengarahkan peserta didik dapat
dan uji coba. Dikatakan produk layak jika tidak mengembangkan keseimbangan antara
ditemukan atau sedikit perbaikan pada media pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
mobil bertenaga angin, sehingga produk akhir ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
dari penelitian pengemabngan ini dapat kemampuan intelektual dan psikomotorik;
digunankan oleh pendidik dan peserta didik di menyenangkan, menantang, dan memotivasi
sekolah dasar. peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan
Subjek penelitian yang terlibat dalam penelitian kontekstual dan kolaboratif. STEM mampu
ini adalah pendidik dan peserta didik kelas IV A membuat pembelajaran dikemas sesuai dengan
dan IV C SDN 1 Nagarasari Kota Tasikmalaya. tujuan dan karakteristik Kurikulum 2013
Dalam proses pengumpulan data, instrumen dengan melibatkan peserta didik dalam
yang digunakan yaitu, lembar wawancara, pembelajaran serta mengintegrasikan
lembar validasi media mobil bertenaga angin, pengetahuan dan keterampilan pada peserta
lembar obsevasi perilaku pendidik dan peserta didik. dilansir juga bahwa di sekolah dasar
didik, kuesioner tanggapan pendidik, dan pendidik masih melakukan pembelajaran di
lembar wawancara respon peserta didik. Teknik dalam kelas secara konvensional dengan
analisis data yang peneliti lakukan adalah data metode ceramah dan minim media
reduction (mereduksi data), data display pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh Rahayu
(membuat uraian terperinci), dan conclusion (2014, hlm. 2) bahwa fakta di Cika Tiar Falentina1,
drawing/verification (melakukan kesimpulan). Dindin Abdul Muiz Lidinillah2 Mobil Bertenaga Angin : Media
Berbasis STEM untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Data yang telah diperoleh selanjutnya direduksi @2018-PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU
sesuai dengan kebutuhan dan disajikan SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 3 (2018) 152-162
kedalam bentuk tabel dengan penjelasan teks http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All
bersifat deskripsi. Kemudian terakhir dilakukan rights reserved
158
penyimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penggunaan Media Pada Pembelajaran
STEM di Sekolah Dasar
beberapa sekolah, pada umumnya pelaksanaan media pembelajaran pada pembelajaran
pembelajaran di dalam kelas masih tematik itu penting, karena penyampaian
menggunakan metode konvensional yaitu materi akan lebih mudah dan peserta didik
metode ceramah yang paling dominan. akan lebih mudah juga dalam memahami
Pembelajaran pun menjadi kurang bermakna seluruh materi. Namun kendalanya wali kelas
dan perserta didik kurang aktif dalam proses belum mampu menggunakan media untuk
pembelajaran, karena pembelajaran berpusat pembelajaran tematik secara menyeluruh.
pada pendidik dan terfokus pada buku sumber Keberadaan media pembelajaran di sekolah
yang digunakan. Sumber belajar yang merupakan hal yang paling penting, sementara
digunakan pada pembelajaran kurikulum 2013 hasil wawancara menunjukkan bahwa di
adalah buku guru dan buku siswa. Pada sekolah keberadaan media yang inovatif masih
pengggunaanya pendidik cenderung merasa jarang hanya sebatas media yang diperoleh dari
cukup hanya menggunakan buku tersebut saja pemerintah seperti KIT dan torso. Hal tersebut
tanpa alat bantu lain. Sehingga dapat menunjukkan bahwa keinginan pendidik dalam
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran mengembangkan media pembelajaran masih
pendidik kurang memperhatikan penggunaan kurang, hampir semua pendidik yang bersedia
media pembelajaran dengan berbagai macam di wawancara menyebutkan bahwa
alasannya. Selain itu pendidik maupun sekolah keterbatasan waktu yang dimiliki pendidik
masih kurang dalam mengembangkan media untuk membuat media pembelajaran menjadi
pembelajaran, padahal media pembelajaran alasan.
merupakan salah satu komponen vital dalam Dari hasil studi literatur dan wawancara
pembelajaran. Pengembangan media terhadap tiga narasumber tersebut dapat
pembelajaran perlu dilakukan terutama media ditarik benang merah bahwa penggunaan
yang dapat membantu menyampaikan media dalam proses pembelajaran dinilai
pembelajaran tematik secara komprehensip. sangat penting. Dengan adanya media
Mengingat tujuan dari pembelajaran tematik pembelajaran, proses penyampaian materi
adalah menciptakan siswa yang mampu dalam pembelajaran menjadi lebih mudah Cika
memahami konsep secara utuh dan siswa Tiar Falentina1, Dindin Abdul Muiz Lidinillah2 Mobil
Bertenaga Angin : Media Berbasis STEM untuk Siswa Kelas IV
mampu mengaitkan segala keterhubungan Sekolah Dasar
dalam konsep tersebut selama pembelajaran. @2018-PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU
Sejalan dengan literatur, studi pendahuluan di SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 3 (2018) 152-162
SDN 1 Nagarasari Kota Tasikmalaya yang http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All
rights reserved
dilaksanakan melalui wawancara kepada 159
pendidik kelas IV memperoleh hasil bahwa
seluruh narasumber setuju bahwa penggunaan
dan terarah. Memperhatikan ketersediaan media dirancang untuk dapat dioprasikan oleh
media pembelajaran yang masih kurang atau peserta didik. Untuk mencapai media mobil
mungkin belum tersedia, sangat bertenaga angin yang sesuai harapan, media
memungkinkan untuk merancang media diujicobakan kepada peserta didik pada
pembelajaran yang dibuat khusus untuk pembelajaran untuk kemudian dievaluasi
pembelajaran tematik di kelas 4. Maka, kekurangan dan kelebihannya. Cika Tiar Falentina1,
ditetapkanlah media pembelajaran berbasis Dindin Abdul Muiz Lidinillah2 Mobil Bertenaga Angin : Media
Berbasis STEM untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
STEM jenis tiga dimensi berupa mobil @2018-PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU
beertenaga angin sebagai solusi untuk SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 3 (2018) 152-162
mengatasi permasalahan yang terjadi. http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All
2. Rancangan Media Mobil Bertenaga Angin rights reserved
160
Berbasis STEM di Kelas IV Sekolah Dasar

Pengembangan media mobil bertenaga angin


merupakan tahapan kedua dari EDR. Proses
pengembangan dan perancangan desain mobil
bertenaga angin tersebut mengacu pada design
principle menurut van den Akker (1999, dalam
Lidinillah 2014, hlm 7) sehingga media yang
akan dikembangkan sesuai dengan teori dan
kebutuhan di lapangan. Prinsip desain (design
principle) adalah urutan pernyataan (heuristic
statement) yang oleh van den Akker (1999,
dalam Lidinillah 2014, hlm 7) dibuat dengan
format sebagai berikut: “Jika Anda ingin
merancang intervensi X untuk tujuan atau
menghasilkan Y dalam konteks Z, maka lebih
baik Anda melakukan intervensi dengan
karakteristik A, B, dan C (penekanan
substantif), dan dilakukan dengan prosedur K, L
dan M (penekanan prosedural), dengan
argumen P, Q, dan R.”
Penjabaran dari design principle media mobil
bertenaga angin berbasis STEM berupa model
media, tujuan media, konteks media,
karakteristik media, unsur STEM pada media,
dan prosedur media. Selain itu, peneliti mulai
merancang media dengan mempertimbangkan
prinsip visuals yang diungkapkan oleh
Mukminan dalam Nurseto (2011, hlm. 24) yang
berati bahwa media yang dirancang harus
mudah dilihat, menarik, sederhana, isinya
berguna/bermanfaat, benar (dapat
dipertanggung jawabkan), masuk akal dan
tersusun dengan baik. Selain itu, media
pembelajaran yang dirancang juga
memperhatikan karakteristik pembelajaran
STEM yakni penggunaan media harus
mengintegrasikan (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics), media mampu
memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengidentifikasi, mengamati dan
menjelaskan apa yang telah diamatinya.
Kemudian media harus mampu memberikan
pengalaman langsung kepada peserta didik
melalui tahap Engineering agar peserta didik
mampu memahami kebermaknaanya, sehingga
Namun sebelum diujicobakan pada peserta pembelajaran tematik berbasis STEM efektif
didik, rancangan media mobil bertenaga angin digunakan dalam proses pembelajaran, dengan
divalidasi terlebih dahulu oleh beberapa orang catatan pendidik harus memahami secara
ahli untuk mengetahui kelayakannya. Hasil uji menyeluruh media tersebut dimulai dari
validitas menunjukan bahwa secara umum, komponen material penyusunnya hingga pada
media mobil bertenaga angin layak untuk fungsi dan cara kerjanya sebagai antisipasi
diujicobakan dalam pembelajaran dengan apabila peserta Cika Tiar Falentina1, Dindin Abdul Muiz
pertimbangan ada perbaikan pada beberapa Lidinillah2 Mobil Bertenaga Angin : Media Berbasis STEM
untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
bagian media mobil bertenaga angin. @2018-PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU
3. Uji Coba dan Produk Akhir Media Mobil SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 3 (2018) 152-162
Bertenaga Angin Berbasis STEM di Kelas IV http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All
Sekolah Dasar rights reserved
161

Setelah diperbaiki berdasarkan saran ahli,


media mobil bertenaga angin kemudian
diujicobakan di SD. Uji coba produk dilakukan
sebanyak dua kali di SDN 1 Nagarasari Kota
Tasikmalaya. Uji coba pertama dilakukan di
kelas IV A dengan jumlah peserta didik
sebanyak 30 orang. Hampir seluruh siswa
menunjukkan respon positif terhadap
penggunaan media mobil bertenaga angin
selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan wawancara terhadap beberapa
peserta didik diperoleh informasi bahwa
selama pembelajaran peserta didik merasa
senang karena dapat memahami hal baru serta
melalui media dirinya mampu bekerja sama
dengan teman dalam merancang dan membuat
mobil bertenaga angin. Tanggapan positif juga
ditunjukkan oleh pendidik. Pendidik
menjelaskan bahwa penggunaan media mobil
bertenaga angin ini mampu memberikan
pengalaman langsung yang bermakna kepada
peserta didik. Pasalnya media mobil bertenaga
angin ini mampu menunjukkan konsep
perubahan energi gerak akibat angin dari uji
coba yang dilakukan serta peserta didik mampu
membulatkan angka dari hasil pengukuran
yang dilakukan dari uji coba tersebut. Namun
ada beberapa masukan dan tanggapan dari
pendidik mengenai media mobil bertenaga
angin yang harus ditindak lanjuti. Media mobil
bertenaga angin hasil revisi, selanjutnya media
mobil bertenaga angin kembali diujicobakan
namun pada kelas yang berbeda. Uji coba
kedua dilakukan di kelas IV C dengan jumlah
siswa sebanyak 22 orang. Pada uji coba kedua
peserta didik dan pendidik lebih menunjukkan
tanggapan positif. Dari hasil wawancara
peserta didik merasa senang dan sangat
memahami materi pembelajaran. pendidik juga
menyampaikan bahwa melalui media ini arah
pembelajaran menjadi sangat jelas dan lebih
mudah untuk disampaikan pada peserta didik.
Dengan demikian secara keseluruhan
penggunaan media mobil bertenaga angin pada
didik memberikan pertanyaan mengenai media didik dalam merancang pun jarang dilakukan
tersebut. hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang
Setelah media mobil bertenaga angin dimiliki pendidik untuk mengembangkan
mengalami validasi, uji coba dan perbaikan, media. Pengembangan media pembelajaran
maka dihasilkan produk akhir yaitu media mobil bertenaga angin dilakukan sebagai solusi
mobil bertenaga angin yang dilengkapi dengan permasalahan pada penggunaan media Cika Tiar
buku panduan pendidik dan peserta didik untuk Falentina1, Dindin Abdul Muiz Lidinillah2 Mobil Bertenaga
Angin : Media Berbasis STEM untuk Siswa Kelas IV Sekolah
pembelajaran berbasis STEM di sekolah dasar Dasar
pada sub tema perubahan energi. Media mobil @2018-PEDADIDAKTIKA: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU
bertenaga angin diperuntukkan kepada siswa SEKOLAH DASAR- Vol. 5, No. 3 (2018) 152-162
kelas IV sekolah dasar. Media mobil bertenaga http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index - All
rights reserved
angin mampu memuat materi pembelajaran 162
subtema perubahan energi berdasarkan
kurikulum 2013 yang mengintegrasikan
kompetensi dasar pada mata pelajaran IPA dan
Matematika. Materi utama yang disajikan pada
media mobil bertenaga angin yaitu berkaitan
dengan Perubahan Energi Gerak Akibat
Pengaruh Angin dan Pembulatan Hasil
Pengukuran. Tujuan utama pembuatan media
mobil bertenaga angin ini adalah untuk
mengatasi permasalahan terkait masih
minimnya media pembelajaran yang secara
khusus dibuat untuk pembelajaran tematik
berbasis STEM dalam menjawab tuntutan abad
21. Mengingat media yang ada sebagian besar
masih parsial diperuntukan untuk mata
pelajaran tertentu. Adapun kelebihan dari
media mobil bertenaga angin ini adalah
Penggunaan media mobil bertenaga angin
mampu mengarahkan peserta didik untuk
belajar aktif dan mampu mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik
dalam belajar, sehingga peserta didik mampu
mengaitkan keterhubungan dari setiap materi
yang telah dipelajari, mampu menemukan
konsep yang dipelajarinya secara individu,
mampu membantu pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan
mampu menyampaikan materi yang abstrak
menjadi lebih konkret.
Dengan adanya produk media mobil bertenaga
angin ini diharapkan mampu menjadi solusi dan
alternatif dalam pemilihan media pada
pembelajaran tematik berbasis STEM.
SIMPULAN
Penggunaan media pembelajaran di SDN 1
Nagarasari untuk pembelajaran STEM masih
jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Metode
ceramah masih dominan, pembelajaran dengan
menggunakan media belum
komprehensip,kurangnya kemampuan pendidik
dalam mengoprasikan media, ketersediaan
media pembelajaran yang dirancang khusus
untuk mengintegrasikan antara keterampilan
dan pengetahuan peserta didik belum
memadai. Pendidik dalam melibatkan peserta
pembelajaran STEM tersebut. Pengembangan media mobil bertenaga angin dilakukan mengikuti
unsur yang ada pada STEM itu sendiri. Setelah rancangan media mobil bertenaga angin siap
yang sebelumnya melalui tahap design principle, kemudian media divalidasi oleh ahli/pakar
pada bidangnya untuk mengetahui kelayakan dari rancangan media. Kritik dan saran dari para
ahli tersebut menjadi pertimbangan untuk merevisi media mobil bertenaga angin menjadi lebih
baik sehingga layak diujicobakan. Uji coba media mobil bertenaga angin dilaksanakan sebanyak
2 kali. Kedua uji coba tersebut secara terus menerus menghasilkan tanggapan positif baik dari
pendidik maupun dari peserta didik. Refleksi yang dilakukan setelah validasi dan uji coba
menghasilkan produk akhir berupa media mobil bertenaga angin yang dilengkapi dengan buku
panduan pendidik dan peserta didik. Produk ini untuk pembelajaran tematik berbasis STEM
pada sub tema perubahan energi yang mengintegrasikan mata pelajaran IPA dengan materi
Perubahan Energi Gerak Akibat Pengaruh Angin dan Matematika dengan materi Pembulatan
Hasil Pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Lidinillah, D A M. (2012). Educ

Anda mungkin juga menyukai