Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dinda Pertiwi Busman

NIM : 21029076

SEJARAH PERKEMBANGAN STEM EDUCATION

Sains (science), teknologi (technology), teknik (engineering), dan matematika


(mathematics) atau disingkat STEM merupakan sebuah konsep yang mencakup integrasi antara
keempat disiplin ilmu, yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika Sejak konsep
STEM pertama kali diperkenalkan, pendidikan berbasis STEM telah menjadi sebuah pilar dalam
upaya meningkatkan pembelajaran dan keterampilan siswa yang mendorong pemikiran kritis,
kreativitas, dan inovasi (Davidi, Sennen, & Supardi, 2021). Penerapan pendekatan STEM dalam
pembelajaran, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan beripikir
tingkat tinggi sebagai bagian penting dari keterampilan abad 21 (Muttaqiin, 2023). Sejak awal
abad ke-20, pendidikan STEM sudah menjadi fokus utama bagi pembangunan kapasitas manusia
dalam menghadapi perubahan dunia yang semakin kompleks dan teknologi yang berkembang
pesat. Oleh karena itu, memahami sejarah perkembangan STEM tidak hanya memberikan
wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memberikan
pandangan yang dalam tentang peran STEM dalam membentuk masa depan pendidikan dan
perkembangan manusia secara keseluruhan.
Istilah STEM pertama kali dicetuskan oleh National Science Foundation (NSF) yang
merupakan agensi pemerintahan Amerika Serikat yang menyokong pendidikan dan penelitian
fundamental pada tahun 1990-an (Stohlmann, Moore, & Roehrig, 2012). Pada awalnya, istilah
yang digunakan adalah SMET, namun kemudian diubah menjadi STEM agar lebih efektif dalam
mempromosikannya (Sanders, 2009). Pencetusan istilah STEM dijadikan sebagai bagian dari
gerakan reformasi pendidikan dengan tujuan memperkuat angkatan kerja di bidang STEM,
meningkatkan literasi STEM di kalangan masyarakat, serta meningkatkan daya saing global
Amerika Serikat dalam inovasi sains dan teknologi (Stohlmann, Moore, & Roehrig, 2012). Di
Amerika Serikat, pendidikan STEM diakui sebagai reformasi pendidikan penting dan dijelaskan
sebagai pendekatan instuksional untuk mempersiapkan generasi menghadapi ekonomi global abad
ke-21. Munculnya ide pengembangan model pembelajaran STEM di AS dikarenakan oleh hasil
Trend in TIMSS 2011 (International Mathematics and Science Study) yang menunjukkan bahwa
pada bidang matematika, siswa kelas empat di AS menduduki peringkat ke-11 dan siswa kelas
delapan menduduki peringkat ke-9 dibandingkan dengan negara-negara lain (Mullis, et al., 2015).
Dalam hal ini, pemerintah AS mengakui pentingnya memperkuat pendidikan melalui sebuah
upaya. Pada tanggal 25 Januari 2011, Presiden Amerika Serikat yang menjabat saat itu
mengucapkan kata-kata “Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Matematika) dalam Pidato Kenegaraan
(White, 2014). Oleh karena itu, pendidikan STEM di Amerika Serikat disoroti sebagai Rencana
Strategis Pendidikan STEM Federal selama 5 tahun yang dimulai pada tahun 2013. Rencana
tersebut bertujuan untuk mempersiapkan 100.000 guru STEM baru pada tahun 2020 serta
memberikan dukungan yang efektif kepada guru-guru STEM yang sudah ada saat itu (Martin et.,
2012).
Selain di Amerika Serikat, pendidikan STEM kini sedang diterapkan oleh beberapa negara
dan menjadi salah satu tren utama dalam pendidikan global. Beberapa negara mulai
mempersiapkan warga negaranya untuk memiliki pemahaman terhadap STEM dan memiliki
kemampuan multidimendional untuk diterapkan dalam kehidupan modern (Pimthong & Williams,
2018). STEM juga dipromosikan sebagai proyek reformasi pendidikan nasional di banyak negara.
Kementerian Pendidikan dan Keterampilan Irlandia, melalui kebijakan pendidikan 2017-2026,
menyediakan empat pilar pengembangan kebijakan STEM untuk menciptakan pengalaman
pendidikan STEM yang berkualitas tinggi (NGSS, 2015). Di sisi lain, Kementerian Pendidikan
Korea Selatan telah memasukkan pendidikan STEM ke dalam agenda kebijakan nasional pada
tahun 2011 (Kang, 2019). Di Taiwan, pembelajaran dimulai dengan memfokuskan pada kurikulum
STEM, di mana siswa dianggap sebagai pusat dari proses pembelajaran (Shi-Jer, Ru-Chu, Diez, &
Hung-Tseng, 2020). Pada tahun 2013, Rencana Pendidikan Malaysia memulai reformasi dalam
pendidikan STEM dengan menekankan peningkatan kualitas melalui penyesuaian kurikulum,
pelatihan guru, dan penggunaan metode pembelajaran yang terintegrasi (Permanasari & Nugroho,
2021). Starategi pendidikan STEM sudah diadopsi oleh Australia pada tahun 2016-2026 melalui
program Strategi Pendidikan STEM Nasional. Kurikulum ini menetapkan lima tujuan utama, yaitu
meningkatkan keterampilan, keterlibatan, dan minat siswa dalam STEM; meningkatkan kapasitas
dan kualitas pengajaran guru STEM; mendukung kesempatan pendidikan STEM di sekolah;
mempromosikan kemitraan yang efektif dengan universitas, bisnis, dan industry; membangun
basis data yang kuat (Education Council, 2015). Pada tahun 2012-2015, diadakan sebuah proyek
yang bernama INSTEM dengan tujuan untuk mendorong pelatihan penelitian dengan fokus pada
mengumpulkan metode pengajaran inovatif dan meningkatkan minat siswa dalam STEM. Selain
itu, juga bertujuan untuk menyediakan informasi lengkap tentang karier di bidang STEM di
Austria, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Norwegia, Rumnia, Turki, dan Britania Raya (Kezar,
2018).
Dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan STEM di Indonesia telah menjadi fokus bagi
semua pihak terlibat dalam bidang pendidikan sains. Semua pelaku pendidikan sepakat untuk
meningkatkan popularitas pendidikan STEM di berbagai level, khususnya di kalangan guru dan
siswa. Melalui kerjsasama dengan USAID (United States Agency for International Development),
Indonesia telah mengembangkan model pembelajaran berbasis STEM terintegrasi (Permanasari &
Nugroho, 2021). Sejumlah penelitian telah dilakukan dalam bidang pendidikan STEM. Misalnya,
penelitian yang mengintegrasi pendidikan STEM dalam pembelajaran dan pengajaran sains di
tingkat sekolah dasar dan menengah yang dilakukan oleh Fakultas Pendidikan Universitas
Kebangsaan Malaysia (UKM) bekerja sama dengan Fakultas Pendidikan Universitasn Syiah Kuala
(Unsyiah) Aceh (Syukri, et al., 2013). Di sisi lain, juga ada penelitian mengenai pembelajaran
sains berbasis STEM dengan mengajak siswa untuk merancang mobil berdaya balon sebagai
media pembelajaran dalam memahami konsep gerak lurus teratur (Wiguna, 2018). Di tingkat
pendidikan tinggi, pengembangan penelitian yang difokuskan pada pendidikan STEM telah
dilakukan oleh beberapa Universitas dengan membentuk pusat studi STEM untuk pengembangan
penelitian yang menitikberatkan pada pendidikan STEM.
DAFTAR PUSTAKA

Davidi, Elisabeth Irma Novianti, E. S. dan K. S. (2021). Integrasi Pendekatan STEM (Science,
Technology, Engggeenering and Matematic) Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11(1), 11-22.
https://doi.org/10.24246/j.js.2021.vll.il.p11-22.

Education Council. (2015). National STEM school education strategy, 2016–2026. Retrieved from
http://www.educationcouncil.edu.au/site/DefaultSite/filesystem/documents/National%20STEM%
20School%20Education%20 Strategy.pdf.

Kezar, A. (2018). Scaling Improvement in STEM Learning Environments: The Strategic Role of a National
Organization. Los Angeles: Pullias Center.

Martin, M. O., Mullis, I. V. S., Foy, P., & Stanco, G. M. (2012). TIMSS 2011 international results in
science. Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College;
Amsterdam, the Netherlands: International Association for the Evaluation of Educational
Achievement.

Muttaqiin, A. (2023). Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathmatics Pembelajaran


IPA Untuk Melatih Keterampilan Abad 21. Jurnal Pendidikan MIPA, 13(1), 34-45.
https://doi.org/10.37630/jmp.v13il.819

Permanasari, A., & Nugroho, O. F. (2021). STEM Education in Indonesia : Science Teachers' and Students'
Perspectives. Journal of Innovation in Educational and Culturan Research, 7-16.

Pimthong, P., & Williams, J. (2018). Preservice teachers' understanding of STEM education. Kasetsart
Journal of Social Sciences, 39(1), 1-7.

Sanders, M. (2009). STEM, STEM Education, STEMmania. The Technology Teacher, 20–27.
https://vtechworks.lib.vt.edu/bitstream/handle/10919/51616/ STEMmania.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Shi-Jer, L., Ru-Chu, S., Diez, & Hung-Tseng, K. (2020). The Impact of Problem Based Learning Strategies
on STEM Knowledge Integration and Attitudes : an exploratory study among female Taiwanese
senior high school students. International Journal of Technology and Design e\Education, 195-
215.
Stohlmann, M., Moore, T. J., & Roehrig, G. H. (2012). Considerations for Teaching Integrated STEM
Education. Journal of Pre-College Engineering Education Research (J-PEER), 28-34.

Syukri, M., Halim, L., Meerah, T. S. M., & FKIP, U. (2013, March). Pendidikan STEM dalam
Entrepreneurial Science Thinking ‘ESciT’: Satu Perkongsian Pengalaman dari UKM untuk ACEH.
In Aceh Development International Conference (pp. 26-28).

White, D. W. (2014). What Is STEM Education and Why Is it Important? Florida Association of Teacher
Educators Journal, 1-9.

Wiguna, B. J. P. K., Suwarma, I. R., & Liliawati, W. (2018, May). STEM-based science learning
implementation to identify student’s personal intelligences profiles. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 1013, No. 1, p. 012082). IOP Publishing.

Anda mungkin juga menyukai