Anda di halaman 1dari 47

“BIOELEKTRIK”

HUKUM COULOMB
Pada tahun 1768, Coulomb menemukan bahwa jenis muatan yang sama menghasilkan efek
saling tarik-menarik (atraktif), sedangkan jenis yang berbeda akan saling tolak-menolak
(repulsif). Gaya tarikan-tolakan ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara muatan dan
berbanding lurus dengan besarnya muatan benda.

Gambar 1. Perangkat eksperimen Coulomb dalam menemukan hubungan antara elektrostatik


dan muatan (Mikrajuddin, 2017)

Perangkat yang digunakan oleh Coulomb disebut "Torsional Balance", terdiri dari dua buah
bola bermuatan A dan B. Bola-bola ini dapat berputar dan memelintir serat benang. Bola B
adalah bola yang tidak bisa digerakkan, dan bola C merupakan penyeimbang bola A. Ketika
bola bermuatan B mendekati muatan A, ia akan menghasilkan gaya elektrostatis seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1. Jika muatannya sama, gaya elektrostatis akan dihasilkan dan akan
menyebabkan batang A-C berputar. Besarnya gaya elektrostatis sebanding dengan perputaran
pasangan bola A-C. perputaran ini akan melalui serat D yang dikur melalui semacam busur
pada titik E.

Ketika besarnya muatan B meningkat dengan memberi tambahan muatan atau berkurang
dengan mengalirkan muatannya ke tanah, Coulomb mengamati (melihat skala pada busur di
titik E) bahwa puntiran menjadi lebih besar ketika muatan ditambahkan, dan lebih kecil ketika
muatan dikurangi. Hal ini menunjukkan bahwa gaya elektrostatis sebanding dengan besarnya
masing-masing muatan. Oleh karena itu Coulomb merumuskan:
𝐹 ∝ 𝑄𝐴 𝑄𝐵
Selain itu, ketika Coulomb mengatur jarak antara muatan A atau B, dia mengamati bahwa
puntiran menjadi lebih besar ketika jarak lebih dekat, dan menjadi lebih kecil ketika jaraknya
diperjauh. Sehingga beliau menyimpulkan bahwa gaya elektrostatik berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak:
1
𝐹∝
𝑟2
Sehingga dapat disimpulkan bahwa:
𝑄𝐴 𝑄𝐵
𝐹∝
𝑟𝐴𝐵
Yang berarti bahwa gaya elektrostatik akan berbanding lurus dengan muatan dan akan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Agar lebih matematis, tanda sebanding (∝)
diubah menjadi tanda (=) dan diletakkan sebuah konstanta (𝑘), dimana:
𝑄𝐴 𝑄𝐵 (1)
𝐹=𝑘
𝑟𝐴𝐵
Nilai 𝑘 disebut konstanta Coulomb. Saat menghitung nilai G pada konstanta gravitasi universal,
prinsip Cavendish digunakan untuk mengukur nilai k melalui eksperimen, yang membentuk
persamaan yang sangat mirip dengan gaya elektrostatis:
𝑀𝑚 𝑄𝐴 𝑄𝐵
𝐹=𝐺 2
↔ 𝐹=𝑘
𝑟 𝑟𝐴𝐵
Dari persamaan (1) di atas, kita dapat merumuskan hukum Coulomb dengan penjelasan yang
lebih sederhana. Semisal terdapat dua buah partikel yang memiliki muatan 𝑞 dan 𝑞′ yang
memiliki jarak 𝑟12 dalam ruang hampa udara. Jika 𝑞 dan 𝑞′ saling berinteraksi, maka akan
menghasilkan gaya yang disebut gaya Coulomb yang dapat kita rumuskan sebagai:
1 𝑞. 𝑞′ (2)
𝐹= 2 𝑟̂12
4𝜋𝜀0 𝑟12
Dengan:
𝑘 = 1/(4𝜋𝜀0 ) ≈ 9 × 109 𝑁𝑚2 /𝑐 2
𝐹 = Gaya Coulomb (N)
𝑞1 = Muatan pertama (c)
𝑞2 = Muatan kedua (c)
𝑟12 = jarak antar muatan 1 dan 2 (m)
MEDAN LISTRIK
Hubungan Medan Listrik dan Gaya Coulomb
Selain penjelasan pada subbab sebelumnya, gaya elektrostatik juga dapat dijelaskan dengan
menggunakan konsep medan karena seringkali pada penerapannya, medan listrik lebih penting
dan lebih mudah untuk diukur. Melalui konsep ini, kita dapat fokus terhadap muatan listrik 𝑞
sebagai sumber yang memancarkan listrik ke segala arah yang dinamakan medan listrik. Medan
listrik ini akan mempengatuhi muatan listrik lain (𝑞′) yang berada di sekitarnya, atau dengan
kata lain pada kasus tersebut terjadi interaksi Coulomb.

Gambar 4. Arah garis medan listrik (Mikrajuddin, 2017)

Medan listrik merupakan daerah di sekitar muatan yang dimana muatan listrik sumber saling
mempengaruhi muatan listrik lainnya. Medan listrik di suatu titik sejauh 𝑟 dari muatan 𝑞
adalah:
𝑞 (3)
𝐸(𝑟̅ ) = 𝑘 𝑟̂
𝑟2
Dapat kita perhatikan melalui persamaan bahwa jika jarak muatan listrik semakin jauh, maka
medan listrik akan makin kecil secara kuadratik, perhatikan gambar 4.

Gambar 5. Kurva hubungan medan listrik terhadap jarak sumber muatan


Prinsip Superposisi Medan Listrik
Medan listrik juga memenuhi prinsip superposisi, yang berarti jika terdapat lebih dar satu
muatan titik, maka kuat medan listrik pada suatu titik merupakan vector dari seluruh muatan
titik tersebut. Pertanyaannya, bagaimana jika muatan sumber bukanlah merupakan muatan
titik? Misalnya sebuah materi yang bersifat kontinu atau bongkahan yang memiliki volume.
Dalam kasus demikian, kita dapat menggunakan teknik hitung yang dinamakan Hukum Gauss
yang akan diperkenalkan pada Bab selanjutnya.

Muatan Listrik Dalam Pengaruh Medan Listrik


Jika terdapat materi bermuatan q yang berada dalam pengaruh medan magnet 𝐸, maka muatan
tersebut akan mengalami gaya elektrostatik atau gaya Coulomb yang nilainya sesuai dengan
persamaan:
𝐹 = 𝑞. 𝐸
Jika kita menganggap nilai gaya gravitasi sangat kecil (karena massa kecil), maka muatan akan
mengalami percepatan sebesar (Hk. Newton):

∑ 𝐹 = 𝑚. 𝑎

𝑞𝐸 = 𝑚. 𝑎
𝑞
𝑎= 𝐸
𝑚
Yang berarti jika terdapat pengaruh medan magnet, materi bermuatan listrik akan mengalami
perubahan kecepatan. Untuk muatan posisif, percepatan (gaya) ini searah dengan medan listrik
yang mempengaruhi, namun untuk muatan negative berlawanan dengan medan listrik.

DIPOL LISTRIK
Jika dua buah materi bermuatan yang berlawanan ditempatkan sejauh 𝑑 seperti pada gambar
maka akan terbentuk sebuah sistem sumber listrik statis yang kita sebut sebagai dipol listrik.
Pada bahasan dipol listrik, meskipun total muatan bernilai nol (𝑞 + (−𝑞) = 0), namun sistem
dipol masihlah memiliki medan listrik di daerah sekitarnya. Di alam, dipol listrik dapat kita
temukan dalam molekul H2O di mana hydrogen memiliki muatan yang bernilai positif,
sedangkan oksigen bernilai negative.
Gambar 6. Dipol listrik pada molekul H2O

Pada molekul H2O, medan listrik dipol yang dibentuk bergerak searah dengan medan yang
mempengaruhinya. Jika medan bergerak bolak-balik, maka molekul H2O juga akan bergerak
sedemikian sehingga akan menaikkan temperaturnya. Teknik tersebut dimanfaatkan oleh Percy
Spencer dalam menemukan microwave pertama kali pada tahun 1946. Pada prinsip kerja
microwave, medan listrik dengan frekuensi tertentu dibuat bergerak bolak-balik yang membuat
molekul H2O dalam makanan juga bergerak dengan Gerakan yang sama. Akibatnya, makanan
yang dipanggang di dalamnya menjadi panas dan akhirnya matang setelah berapa lama.
Dipol listrik dapat diukur dengan sebuah besaran yang disebut momen dipol 𝑝 yang dapat
diartikan sebagai perkalian antara muatan 𝑞 dengan jarak muatan 𝑑 :
𝑝 = 𝑞. 𝑑
Jika berada dalam medan magnet 𝐸, momen dipol akan berputar hingga sejajar dengan medan
magnetnya seperti dilihat pada gambar 7. Torsi dari putaran tersebut dapat dicari melalui
persamaan:
𝜏 = 𝑝×𝐸 (4)

Gambar 7. Dipol Listrik (Mikrajuddin, 2017)


LISTRIK DINAMIS
Jika sebelumnya kita membahas tentang muatan listrik yang relatif diam, Maka kini kita
membahas tentang listrik dinamis yang bergerak di kabel/bahan penghantar. Jika terdapat
muatan bebas (elektron) yang cukup di dalamnya, maka bahan tersebut disebut bahan konduktif
(bahan konduktor). Elektron bebas adalah elektron yang tidak terikat pada inti atom atau
elektron yang jauh letaknya dari inti atom, sehingga gaya tariknya kecil. Kemudian, elektron-
elektron bebas ini "mengalir" ke dalam material (kawat) ketika ada beda potensial antara dua
titik pada kawat tersebut. Elektron dalam kawat dengan beda potensial mengalir dari potensial
yang lebih rendah (-) ke potensial yang lebih tinggi (+) (tetapi arah sebaliknya terjadi pada
baterai). Sama halnya dengan air sungai, sungai hanya akan mengalir jika terdapat perbedaan
potensial gravitasi (beda ketinggian) antara kedua titik sungai tersebut.

Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai: “Banyaknya muatan yang mengalir dalam satu detik,
sehingga secara matermatis bisa dirumuskan sebagai:

𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝐶𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏) 𝑑𝑄 (1)


𝐾𝑢𝑎𝑡 𝐴𝑟𝑢𝑠 (𝐼) = =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) 𝑑𝑡
Arah aliran arus listrik berlawanan dengan arah aliran electron. Arah arus ini hanya
kesepakatan yang diambil sebelum diketahui bahwa penyebab utama timbulnya arus adalah
partikel bermuatan negatif (elektron bebas).

Gambar 1. Arah arus listrik

Dalam sebuah bahan misalnya tembaga (yang merupakan bahan utama kawat listrik) pada 300
K memiliki jumlah elektron bebas sebanyak n = 1029 buah buah setiap meter kubiknya yang
bergerak sangat acak dan bertumbukan satu sama lain dengan kecepatan rata-rata v = 106 m/s
(satu juta meter tiap detiknya). Waktu antar tumbukan satu dengan yang lainnya yang dialami
sebuah elektron 𝜏 berkisar atara 3x10-14 detik.
Gambar 2. Kecepatan gerak electron dalam konduktor (Mikrajuddin, 2017)

Misalnya jika kita memberi medan listrik pada kawat tembaga, maka menurut hukum
elektrostatik yang telah kita bahas, gaya Coulomb yang akan dialami elektron adalah:

𝐹 = 𝑞𝑒 𝐸 (2)
Akibatnya electron akan mengalami percepatan mengikuti hukum Newton:

𝐹 (3)
𝑎=
𝑚𝑒
Jika waktu antar tumbukan adalah 𝜏, maka kecepatan tumbukan adalah:

𝑣𝑑 = 𝑎. 𝜏 (4)
Jika kita substitusikan a dari persamaan (2) dan F dari persamaan (3), maka dihasilkan
kecepatan arus listrik dengan persamaan:

𝑞𝑒 𝐸 (5)
𝑣𝑑 = .𝜏
𝑚𝑒
Hambatan/Resistansi dan Resistivitas

Saat "mengalir" pada kawat, elektron bertemu dengan molekul dan ion pada kawat konduktor
tersebut menemui hambatan, sehingga aliran arus akan menemui semacam hambatan.
Hambatan (resistance) disimbolkan oleh R yang menunjukkan seberapa besar hambatan
tersebut. Satuan resistansi SI adalah ohm. Besarnya resistansi suatu bahan atau konduktor
dengan luas penampang 𝐴 dan panjang 𝑙 serta hambat-jenis (resistivitas) 𝜌 adalah:

Gambar 3. Sebuah kawat dengan luas A dan panjang l


𝑙 (6)
𝑅=𝜌
𝐴
Resistivitas merupakan sifat dari medium. Zat dengan sifat konduktivitas yang baik memiliki
resistivitas yang sangat kecil, sedangkan zat yang bersifat isolator sebalikya.

Resistansi juga merupakan fungsi dari temperatur (dipengaruhi temperatur) dengan persamaan
sebagai berikut:

𝑅 = 𝑅𝑜 + 𝛼. 𝑅𝑜 . (𝑇 − 𝑇𝑜 ) (6)
Dengan 𝑅 adalah resistansi pada temperature T, Ro adalah resistansi pada temperature To (suhu
kamar), dan 𝛼 adalah koefisien temperature resistansi. Bagaimana perubahan resistansi
terhadap temperatur dapat dilihat pada kurva berikut :

Gambar 4. Kurva perubahan resistansi terhadap temperature

kurva di atas merupakan kurva perubahan resistansi terhadap temperature untuk bahan tembaga
dengan resistansi pada temperatur kamar 1,7 x10-8 Ω dan koefisien temperatur pada temperatur
kamar 3,9 x 10-3 C-1. Hambatan listrik (yaitu resistivitas) material meningkat seiring dengan
kenaikan suhu, di mana kenaikan suhu akan menyebabkan elektron bergerak lebih aktif dan
menyebabkan lebih banyak tumbukan, sehingga arus listrik jadi terhambat.

Dalam rangkaian listrik komponen yang digunakan sebagai hambatan adalah resistor yang
biasa dilambangkan dengan garis zigzag . Besarnya nilai resistansi dalam sebuah resistor
biasanya ditunjukan oleh cincin-cincin warna yang terdapat pada badan resistor tersebut, pada
umumnya sebuah resistor memiliki 4 cincin, meskipun kadang terdapat 5 cincin atau bahkan 6
cincin. Namun di sini kita pakai resistor 4 warna. Warna-warna tersebut adalah kode-kode yang
manunjukan besaran-besaran tertentu seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 1 Tabel kode warna pada pita resistor

Warna Cincin ke-1 Cincin ke-2 Cincin ke-3 Cincin ke-4


Pita (digit pertama) (digit kedua) (pengali) (toleransi)
Hitam 0 0 1
Coklat 1 1 10 1%
Merah 2 2 100 2%
Jingga 3 3 1000
Kuning 4 4 10000
Hijau 5 5 100000
Biru 6 6 1000000
Ungu 7 7 -
Abu-abu 8 8 -
Putih 9 9 -
Emas - - 0,1 5%
Perak - - 0,01 10 %
Kosong - - - 10 %

Untuk resistor dengan 5 cincin, tiga warna pertama menunjukan digit angka dan cincin keempat
menunjukkan pengali, sedangkan digit kelima mengindikasikan toleransi.

Hukum Ohm

George Simon Ohm (1789-1854) merumuskan hubungan antara kuat arus listrik (I), hambatan
(R) dan beda potensial (V) yang kemudian dikenal dengan hukum Ohm yang penurunannya
sebagai berikut:

Sekarang pandanglah sebuah kawat konduktor dengan panjang l dan luas penampang A

Gambar 5 Kawat Konduktor dengan Panjang elemen volume dV


Arus didefinisikan sebagai banyaknya elektron yang melalui sebuah konduktor tiap waktu (atau
satu detik). Kita hitung kuat arus yang mengalir pada panampang dengan volum dV seperti
pada gambar.

Karena berbentuk silinder volume dari dV adalah:

𝑑𝑉 = 𝐴. 𝑑𝑙

karena dl adalah jarak yang ditempuh elektron dengan kecepatan Vd dengan waktu 1 detik
maka:

𝑑𝑙 = 𝑣𝑑 . 1 = 𝑣𝑑

Sehingga:

𝑑𝑉 = 𝐴. 𝑣𝑑

sehingga banyaknya muatan yang mengalir pada dV adalah :

𝐼 = 𝐴. 𝑣𝑑 . 𝑛. 𝑞𝑒

jika kita substitusikan persamaan persamaan (5) untuk vd, maka diperoleh:

𝑞𝑒2 𝜏. 𝑛 (7)
𝐼=( ) 𝐴𝐸
𝑚𝑒
yang berada dalam kurung pada persamaan (10) merupakan sifat bahan dan sering disebut
konduktivitas σ, sehingga:

𝐼 = 𝜎𝐴𝐸

Karena 𝐸 = 𝑉/𝑙 maka:

𝜎𝐴𝑉 (8)
𝐼=
𝑙
karena konduktivitas σ merupakan kebalikan dari resistivitas 𝜌 (𝜎 = 1/𝜌), maka persamaan 8
menjadi:

𝐴𝑉
𝐼=
𝜌. 𝑙

Atau
𝑉
𝐼=
𝜌. 𝑙
( )
𝐴

bagian di dalam kurung dari persamaan (6) kita ketahui sebagai R (resistansi), sehingga:

𝑉 (9)
𝐼=
𝑅

kemudian disketsa dalam grafik, hasilnya nampak bahwa kurva berupa garis lurus dengan
gradien menunjukkan nilai dari R. Sifat material yang menunjukkan kurva V-I berbentuk garis
lurus seperti gambar 6 disebut materal ohmik. Selain material Ohmik ada juga material non
ohmik di mana hambatan R bergantuk juga pada arus listrik I dan jika diplot dalam gravik V
terhadap I tidak lagi linier

Gambar 6. Kurva linier hambatan ohmik dan non ohmik

RANGKAIAN HAMBATAN (KOMBINASI)

Rangkaian Seri dan Paralel

Rangkaian pada peralatan listrik pada umumnya terdiri dari banyak jenis komponen-komponen
yang berupa rangkaian rumit. Namun untuk memudahkan dalam mempelajarinya, jenis
rangkaian ini biasanya dibagi menjadi rangkaian seri dan rangkaian paralel. Beberapa
resistor dirangkai untuk tujuan tertentu seperti untuk membagi arus (memperkecil arus)
ataupun membagi tegangan.

Rangkaian seri adalah rangkaian yang tidak memiliki percabangan, seperti pada gambar
berikut:
Gambar 7. Rangkaian hambatan yang dirangkai secara seri

𝑅𝑇 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 + 𝑅5 (10)

Rangkaian parallel tiga resistor dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 8. Rangkaian hambatan yang dirangkai secara parallel

Hambatan Totalnya adalah:

1 1 1 1 (11)
= + +
𝑅𝑇 𝑅1 𝑅2 𝑅3
𝑅1 . 𝑅2 . 𝑅3
𝑅𝑇 =
𝑅2 . 𝑅3 + 𝑅1 . 𝑅3 + 𝑅1 . 𝑅2

Pembagi Arus dan Pembagi Tegangan

Sebuah rangkaian yang terpasang secara parallel juga berfungsi sebagai pembagi arus. Dalam
suatu rangkaian parallel, tegangan di A, B, dan C sama besar:

Gambar 9. Rangkaian pembagi arus

Namun arus yang mengalir dalam setiap cabang tidak sama dengan arus utamanya (𝐼) karena
arus telah terbagi dalam tiga cabang.
Hal yang sebaliknya terjadi di dalam rangkaian seri, di mana kuat arus pada setiap titik adalah
sama, namun besarnya tegangan dalam setiap resistor tidaklah sama:

Gambar 10. Rangkaian pembagi tegangan

HUKUM KIRCHOFF

Menyederhanakan dan analisis rangkaian yang disusun secara seri atau paralel mungkin bisa
dilakukan untuk rangkaian-rangkaian yang sederhana, namun untuk rangkaian yang lebih
rumit, cara tersebut sulit dilakukan. Salah satu contoh rangkaian yang sulit diselesaikan dengan
cara tersebut adalah sebuah rangkaian yang terdapat pada gambar di bawah ini:

Gambar 11. Rangkaian Kombinasi

Kita akan kesulitan ketika melihat apakah hambatan R5 itu paralel ataukah seri ? Ia terlihat
paralel terhadap R4 atau R3, namun hal tersebut tidak benar.

Cara lain untuk memecahkan rangkaian-rangkaian yang lebih rumit adalah dengan
menggunakan hukum-hukum Kirchoff seperti yang akan diuraikan di bawah ini.

Hukum Kirchoff I

Hukum pertama Kirchhoff didasarkan pada hukum kekekalan energi, yang menyatakan bahwa
dalam rangkaian tertutup, tegangan yang masuk dan tegangan yang keluar harus sama besar.
Pada rangkaian di atas, karena loop (kurva melingkar) searah dengan arus, Ketika loop
melewati titik E, maka terjadi pertambahan potensial, namun saat melewati R yang terjadi
penurunan potensial karena adanya hambatan sehingga berlaku:

𝐸 − 𝐼. 𝑅 = 0 (15)
Atau: E=I.R

Sesuai dengan hukum Ohm.

Misalnya jika terdapat dua loop pada rangkaian seperti di bawah:

Maka pada loop 1:

𝐸 − 𝐼1 𝑅1 − 𝐼2 𝑅2 − 𝐼3 𝑅3 = 0

Pada loop 2:

−𝐼3 𝑅4 − 𝐼3 𝑅5 − 𝐼3 𝑅6 + 𝐼2 𝑅2 = 0

Dengan: 𝐼1 = 𝐼2 + 𝐼3

Hukum Kirchoff II

Kuat arus I yang masuk dalam suatu titik percabangan A sama dengan arus yang keluar dari
titik percabangan B:
Ini berarti berlaku:

𝐼𝐴 = 𝐼𝐵 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 (16)

Yang merupakan bentuk lain dari hukum konservasi mautan.


KAPASITOR DAN RANGKAIAN RC

Ketika rangkaian elektronik tiba-tiba putus, kapasitor berfungsi untuk menyimpan energi. Hal
ini dikarenakan adanya arus transien pada kapasitor. Pada Radio Receiver, kapasitor dan
komponen elektronik lainnya dapat digunakan sebagai filter frekuensi dan gelombang, serta
dapat digunakan sebagai komponen pada rangkaian penyearah arus/tegangan AC menjadi DC
atau disebut ripple smoothers, sehingga alat seperti walkman dapat digunakan dengan
Tegangan AC (PLN) tanpa baterai. Kapasitor juga dapat digunakan sebagai komponen
pencahayaan pada blitz kamera.

Kapasitor (yang pada awalnya disebut kondensator) secara struktur prinsipnya terdiri dari dua
buah pelat konduktor yang berlawanan muatan, masing-masing memiliki luas permukaan 𝐴,
dan mempunyai muatan persatuan luas 𝜎. Konduktor yang dipisahkan oleh sebuah zat
dielektrik yang bersifat isolator sejauh 𝑑. Zat inilah yang nantinya akan memerangkap
(menampung) elektron-elektron bebas. Muatan berada pada permukaan konduktor yang jumlah
totalnya adalah nol. Hal ini disebabkan jumlah muatan negatif dan positif sama besar. Bahan
dielektrik adalah bahan yang jika tidak terdapat medan listrik bersifat isolator, namun jika ada
medan listrik yang melewatinya, maka akan terbentuk dipol-dipol listrik, yang arah medan
magnetnya melawan medan listrik semula.

Gambar 1. Proses yang terjadi dalam kapasitor saat diberikan beda potensial

Bentuk dan jenis kapasitor berbeda-beda, tetapi untuk memudahkan pembahasan kita hanya
fokus pada satu jenis kapasitor yaitu kapasitor plat sejajar. Dari segi bahan pun terdapat
berbagai macam jenis kapasitor, seperti kapasitor yang terbuat dari keramik, polyester,
polystyrene, teflon, tantalum, mika, dan sejenisnya.

Jenis-jenis Kapasitor

Kapasitor Keping sejajar

Kapasitor paling sederhana berbentuk pelat sejajar. Karena berbentuk pelat, dari hukum Gauss
yang telah kita turunkan pada bab elektrostatik, jumlah medan listrik dua keping logam
bermuatan adalah:

𝜎 𝑄
𝐸= =
𝜖𝑜 𝐴. 𝜖𝑜

Maka beda potensial antara kedua pelat adalah:

𝑄. 𝑑
𝑉𝐴𝐵 = 𝑉𝑎 − 𝑉𝑏 = 𝐸. 𝑑 =
𝐴. 𝜖𝑜

Ukuran Kapasitor biasanya dinyatakan dalam kapasitansi. Secara fisis kapasitansi C adalah
seberapa banyak sebuah kapasitor dapat menampung/diisi oleh muatan. Dalam hal ini:

𝑄 𝐴
𝐶= = 𝜖0 … … … … … … … … … . . (1)
𝑉𝐴𝐵 𝑑

Satuan kapasitansi dalam MKS/SI adalah Farad (F).

Kapasitor Bola
Kapasitor bola terdiri dari dua kulit bola bermuatan sepusat sebagai berikut:
Melalui hukum Gauss (yang merupakan tugas anda pada bahasan listrik statis) didapatkan
bahwa antara bola R1 dan R2 adalah:
𝑄 1 1
𝑉12 = ( − )
4𝜋𝜖0 𝑅1 𝑅2
Sehingga kapasitansinya adalah:
𝑄 4𝜋𝜖0 𝑅1 . 𝑅2
𝐶= = = 4𝜋𝜖0 … … … … … … … … … . . (2)
𝑉12 ( 1 − 1 ) 𝑅2 − 𝑅1
𝑅1 𝑅2

Kapasitor Tabung
Kapasitor tabung atau silnder terdiri dari dua silinder konduktor berbeda jari-jari yang
mengapit bahan dielektrik diantaranya.
Gambar 2. Kapasitor Silinder (Mikrajuddin, 2017)

Karena beda potensial diantara silinder adalah :


1 𝑄 𝑅2
𝑉12 = 𝑙𝑛
2𝜋𝜖0 𝑙 𝑅1
Dengan demikian:
𝑄 2𝜋𝜖0 . 𝑙
𝐶= = … … … … … … … … … … . . (3)
𝑉12 𝑅
𝑙𝑛 𝑅2
1

Rangkaian Kapasitor
Seperti halnya resistor, rangkaian kapasitor dapat kita bagi menjadi dua jenis konfigurasi, yaitu
seri dan paralel, tetapi aturannya berbeda, bahkan berlawanan dengan aturan resistansi.
Rangkaian Seri:

Gambar 3. Rangkaian Seri Kapasitor


Kapasitor ekivalen (total/penggalnti dari sebuah rangkaian seri dapat dihitung sebagai berikut:
Karena besarnya arus dalam sebuah rangkaian seri sama dalam setiap kapasitor sesuai dengan
hukum Kirchoff, maka dengan demikian jumlah muatan yang mengalirpun sama sehingga
muatan di C1, C2 dan seterusnya kita sebut saja dengan Q1, Q2, dst akan sama besar:
𝑄1 = 𝑄2 = 𝑄3 = 𝑄4
beda potensial total pada keempat kapasitor pada gambar 3 tidak lain adalah jumlah beda
potensial dari masing-masing kapasitor yaitu:
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + 𝑉4
Karena hubungan:
𝑄
𝑉=
𝐶
Sehingga tegangan total dapat dituliskan sebagai:
𝑄 𝑄1 𝑄2 𝑄3 𝑄4
= + + +
𝐶 𝐶1 𝐶2 𝐶3 𝐶4
Karena muatan pada tiap kapasitor sama, maka diperoleh besarnya kapasitor ekivalen/total
untuk rangkaian seri:
1 1 1 1 1
= + + + + ⋯ … … … … … … … … … … (4)
𝐶𝑠 𝐶1 𝐶2 𝐶3 𝐶4
𝐶1 . 𝐶2 . 𝐶3 . 𝐶4
𝐶4 =
𝐶2 . 𝐶3 . 𝐶4 + 𝐶1 . 𝐶3 . 𝐶4 + 𝐶1 . 𝐶2 . 𝐶4 + 𝐶1 . 𝐶2 . 𝐶3

Untuk rangkaian paralel seperti gambar 4 di bawah kita ketahui bahwa beda potensial pada
masing-masing kapasitor V1, V2, V3 dan V4 adalah sama besar:
𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 𝑉4

Gambar 4. Rangkaian Paralel Kapasitor


Karena total arus (atau total muatan) adalah jumlah dari masing-masing muatan yang mengalir
pada kapasitor maka:
𝑄 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 + 𝑄4
Karena:
𝑄 = 𝐶. 𝑉
Maka total muatan tersebut:
𝐶𝑉 = 𝐶1 𝑉1 + 𝐶2 𝑉2 + 𝐶3 𝑉3 + 𝐶4 𝑉4
dan karena tegangan pada masing-masing kapasitor adalah sama, maka:
𝐶𝑇 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3 + 𝐶4 … … … … … … … … … … … (5)

Rangkaian RC dan Arus Transien Dalam Kapasitor


Arus Transien dalam Rangkaian RC
Selama ini kita tidak tahu apa yang terjadi ketika arus DC dihubungkan ke kapasitor. Jika kita
membuat rangkaian RC seperti gambar dibawah ini, mari kita perhatikan apa yang terjadi pada
arus pada rangkaian dan tegangan pada kapasitor.

Gambar 5. Rangkaian RC

Menurut Hukum Kirchoff dalam rangkaian di atas berlaku :


−𝑉𝐶 = 𝐼. 𝑅 − 𝐸
𝑄(𝑡)
− = 𝐼. 𝑅 − 𝐸
𝐶
Jika diturunkan terhadap waktu, maka:
1 𝑑𝑄 𝑑𝐼
− =𝑅 −0
𝐶 𝑑𝑡 𝑑𝑡
1 𝑑𝐼
− 𝐼=𝑅
𝑐 𝑑𝑡
𝑑𝐼 1
=− 𝑑𝑡
𝐼 𝑅𝐶
𝑡
ln 𝐼(𝑡) = − +𝐵
𝑅𝐶
𝑡 𝑡
𝐼(𝑡) = 𝑒 𝑅𝐶 +𝐵 = 𝑒 𝐵 𝑒 𝑅𝐶
seperti yang akan kita lihat nanti, konstanta 𝑒𝐵 ini adalah arus awal atau arus pada 𝑡 = 0,
sehingga:
𝑡
𝐼(𝑡) = 𝐼0 𝑒 −𝑅𝐶 … … … … … … … … … … … . . (6)
dengan Io merupakan arus maksimum yang nilainya menurut hukum Ohm adalah E/R.
Persamaan terakhir menggambarkan perilaku arus ketika ada kapasitor di rangkaian. Semakin
lama arus akan semakin kecil, dan proses ini disebut arus transien (sementara).
Proses penurunan kuat arus ini terlihat jika kita sketsa dalam kurva berikut ini:
Gambar 6. Arus Transien Dalam rangkaian RC
Arus transien terjadi karena kapasitor membutuhkan waktu untuk terisi penuh, dan sebaliknya.
Kapasitor pada rangkaian RC mengalami dua proses yaitu charging (pengisian muatan) dan
discharging (pengosongan muatan).

Pengosongan muatan listrik dalam kapasitor


Misalkan kapasitor pada awalnya dengan menggunakan baterai, telah terisi penuh oleh muatan
kemudian baterai dilepas, sehingga diperoleh rangkaian di bawah:

Gambar 7. Rangkaian RC

Pada saat awal kapasitor kita anggap terisi muatan penuh maka ketika saklar kita hubungkan
akan terdapat arus awal sebesar pada rangkaian sebesar:
𝑉0
𝐼0 =
𝑅
di mana Vo adalah tegangan (beda potensial) awal pada kapasitor yang bisa dituliskan sebagai
Q/C, sehingga:
𝑄0
𝐼0 =
𝑅𝐶
Menurut hukum Kirchoff berlaki:
−𝑉𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑜𝑟 = 𝐼. 𝑅
Karena 𝑉 = 𝑄/𝐶, maka:
𝑄 𝑑𝑄
− =𝑅
𝐶 𝑑𝑡
𝑑𝑄 1
=− 𝑑𝑡
𝑄 𝑅𝐶
jika kedua ruas diintegrasi (ingat bahwa nilai R dan C adalah konstanta):
𝑑𝑄 1
∫ =− ∫ 𝑑𝑡
𝑄 𝑅𝐶
𝑡
ln 𝑄 = − +𝐴
𝑅𝐶
Karena sifat ln 𝑥 = 𝐴 → 𝑥 = 𝑒 𝐴 , maka:
𝑡 𝑡
𝑄 = 𝑒 𝑅𝐶+𝐴 = 𝑒 𝐴 𝑒 𝑅𝐶
atau kita tuliskan dalam bentuk baru dengan menuliskan eA sebagai C:
𝑡
𝑄 = 𝐶. 𝑒 −𝑅𝐶
konstanta 𝐶 adalah muatan pada 𝑡 = 0 yakni pada saat saklar mulai dihubungkan, sehingga:
𝑡
𝑄 = 𝑄0 . 𝑒 −𝑅𝐶 … … … … … … … … … … … (7)
jika kita plot dalam grafik untuk hambatan 𝑅 = 1 𝑘𝑖𝑙𝑜 𝑜ℎ𝑚 dan kapasitansi 𝐶 = 1 𝑚𝐹 dan
muatan awal sebesar 60 𝐶𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏, maka akan kita peroleh hasil sebagai berikut:

Gambar 8. Pengosongan muatan pada kapasitor

Gambar 8 menunjukkan pelepasan muatan yang ada di dalam kapasitor yang berkurang setiap
saat secara eksponensial (maksudnya turun menurut kurva fungsi eksponen) hingga akhirnya
pada 𝑡 tak hingga (sangat lama) tidak ada muatan lagi dalam kapasitor.
Jika persamaan (7) kita turunkan terhadap waktu, maka akan kita peroleh kembali perilaku arus
transien seperti pada persamaan (6) di atas:
𝑑𝑄 𝑑 𝑡
= 𝑄0 𝑒 −𝑅𝐶
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑄 𝑄 −𝑡
− = 𝑒 𝑅𝐶
𝑑𝑡 𝑅𝐶
𝑉0 𝑡
𝐼 = 𝑒 −𝑅𝐶
𝑅
𝑡
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝑅𝐶
Persamaan terakhir ini disebut dengan arus transien yang secara grafik digambarkan pada
gambar 6.

Pengisian Muatan Listrik dalam kapasitor


Kita juga bisa mengisi kapasitor dengan cara menghubungkan kapasitor pada sebuah sumber
tegangan (baterai) dalam waktu tertentu sebagaimana gambar berikut:

Gambar 9. Rangkaian Pengisi Kapasitor


Kapasitor pada saat awal (𝑡 = 0) kita anggap kosong dari muatan listrik, maka arus listrik
pada awalnya seperti pada gambar 9, maka menurut hukum Kirchoff berlaku:
𝐸 − 𝐼𝑅 − 𝑉𝐶 = 0
dengan 𝑉𝑐 merupakan beda potensial pada kapasitor, karena 𝑉 = 𝑄/𝐶, maka:
𝑄
𝐸 − 𝐼𝑅 − =0
𝐶
Karena 𝐼 = 𝑑𝑄/𝑑𝑡
𝑑𝑄 𝑄
𝐸− 𝑅− =0
𝑑𝑡 𝐶
𝑑𝑄 𝑄
𝐸= 𝑅+
𝑑𝑡 𝐶
Jika kita kalikan dengan C pada masing-masing ruas:
𝑑𝑄
𝐸𝐶 = 𝑅𝐶 − 𝑄
𝑑𝑡
Kita susun persmaan di atas hingga diperoleh:
𝑑𝑄 𝑑𝑡
=
𝐸𝐶 − 𝑄 𝑅𝐶
Jika kita integrasi kedua ruas
𝑑𝑄 𝑑𝑡
∫ =∫
𝐸𝐶 − 𝑄 𝑅𝐶
𝑡
− ln(𝐸𝐶 − 𝑄) = +𝐵
𝑅𝐶
Karena sifat ln 𝑥 = 𝐴 → 𝑥 = 𝑒 𝐴
𝑡
𝐸𝐶 − 𝑄 = 𝑒 −𝐵 𝑒 −𝑅𝐶
Jika kita sebut 𝑒 −𝐵 sebagai A, maka:
𝑡
𝑄 = 𝐶𝐸 − 𝐴𝑒 −𝑅𝐶
persamaan ini bisa kita sederhanakan dengan mengingat bahwa t = 0, muatan Q haruslah 0,
sehingga :
0 = 𝐶𝐸 − 𝐴 → 𝐴 = 𝐶𝐸
Maka:
𝑡
𝑄 = 𝐶𝐸 (1 − 𝑒 −𝑅𝐶 )

Nilai 𝐶𝐸 ini adalah tidak lain muatan maksimum (akhir) dari kapasitor, yang kita sebut saja
sebagai Qmax:
𝑡
𝑄 = 𝑄𝑚𝑎𝑥 (1 − 𝑒 −𝑅𝐶 ) … … … … … … … … … … . . (8)

Untuk 𝐸 = 3 𝑣𝑜𝑙𝑡, 𝑅 = 1 𝐾. 𝑜ℎ𝑚 dan 𝐶 = 3 𝑚𝐹, dihasilkan kurva pengisian kapasitor


seperti di bawah:

Gambar 10. Pengisian muatan pada kapasitor


Gambar 10 menunjukkan bahwa pada 𝑡 = 0 muatan pada kapasitor adalah kosong dan
kemudian terus menerus bertambah hingga menuju suatu nilai maksimum tertentu. Pada saat
tersebut kapasitor akan memiliki polarisasi muatan yang berlawanan dengan baterai E.
Jika kita ingin melihat perilaku arus listrik pada saat pengisian kapasitor maka dengan
menurunkan persamaan (8) terhadap waktu:
𝑑𝑄 𝑄𝑚𝑎𝑥 − 𝑡
= 𝑒 𝑅𝐶
𝑑𝑡 𝑅𝐶
𝐸 𝑡
𝐼 = 𝑒 −𝑅𝐶
𝑅
𝑡
𝐼 = 𝐼0 𝑒 −𝑅𝐶
Dalam gambar 5.15 berikut terlihat bahwa setelah terisi muatan, kapasitor memiliki arah
polarisasi (positif-negatif) yang berlawanan dengan baterai

Gambar 11. Polarisasi kapasitor setelah terisi muatan

Perilaku tegangan pada kapasitor


Pada saat pengisian kapasitor perilaku tegangan pada kapasitor dapat diperoleh sebagai berikut:
𝑄(𝑡) 1
𝑉𝑐 = − = − ∫ 𝐼(𝑡)𝑑𝑡
𝐶 𝐶
1 𝐸 𝑡
= − ∫ 𝑒 −𝑅𝐶 𝑑𝑡
𝐶 𝑅
𝐸 𝑡
=− ∫ 𝑒 −𝑅𝐶 𝑑𝑡
𝑅𝐶
𝑡
= −𝐸. 𝑒 −𝑅𝐶 + 𝐵
Pada 𝑡 = 0 maka 𝑉𝑐 = 0 sehingga 𝐵 = 𝐸, untuk itu persamaan lengkapnya:
𝑡
𝑉𝑐 = 𝐸 (1 − 𝑒 −𝑅𝐶 )

Dari penurunan di atas bisa kita lihat bahwa pada t = 0 tegangan pada kapasitor juga nol, akan
tetapi makin lama makin membesar mendekati harga maksimum E (sumber tegangan)
Gambar 12. Pengisian muatan dalam rangkaian RC
Dari pengalaman sehari-hari, ketika anda mematikan sebuah alat listrik (apapun) yang
mengandung kapasitor di dalamnya, kadang arus listrik tidak langsung mati, akan tetapi
seringkali harus menunggu beberapa saat, ini terjadi karena seperti yang kita bahas di atas,
bahwa arus dalam kapasitor memerlukan waktu untuk mengosongkan muatan sampai benar-
benar kosong (arus sama dengan nol). Hal ini harus menjadi kehati-hatian anda agar menunggu
beberapa saat setelah kontak dengan sumber tegangan diputus.

Konstanta Waktu (𝝉)


Konstanta waktu 𝜏 merupakan indiktator waktu yang diperlukan untuk sebuah kapasitor untuk
mengosongkan muatan yang ada di dalamnya sehingga berkurang sebesar 1/e-nya, sehingga:
𝜏 = 𝑅𝐶 … … … … … … … … … . (10)
Dengan demikian persamaan (6) di atas dapat kita tuliskan menjadi:
𝑡
𝐼(𝑡) = 𝐼0 𝑒 −𝜏 … … … … … … … … … … . (11)
Pada saat waktu = τ, secara grafis ditunjukan pada gambar di bawah:

Gambar 13. Arus pada saat 𝑡 = 𝜏


KAPASITOR DALAM RANGKAIAN ARUS SEARAH
Dalam rangkaian arus searah, keberadaan kapasitor dalam waktu yang lama biasanya dapat
dianggap sebuah kawat yang putus (rangkaian terbuka). namun proses tersebut tidak terjadi
dengan sendirinya, namun melalui proses pengisian muatan terlebih dahulu. Ilustrasi berikut
akan memperjelas proses yang terjadi pada kapasitor dalam sebuah rangkaian arus searah.
Pandanglah sebuah rangkaian sederhana dengan dua buah resistor dan sebuah kapasitor yang
dilengkapi dengan sumber tegangan E seperti gambar di bawah:

Gambar 14. Rangkaian Arus searah dengan sebuah kapasitor dan dua buah resistor
Pada saat awal, kapasitor belum terisi muatan sehingga dapat dianggap sebagai sebuah sirkuit
tertutup (kawat terhubung) tanpa kapasitor seperti gambar 15 di bawah:

Gambar 15. Pada saat awal arus lebih memilih melalui kapasitor dan keberadaan kapasitor
dapat dianggap sebagai kawat terutup
Arus akan memilih melalui kapasitor daripada melalui R2 karena hambatannya jauh lebih kecil.
Dengan demikian tidak ada arus yang melalui R2. Sehingga jika diterapkan hukum Kirchoff
akan menghasilkan:
𝐸 − 𝐼𝑅1 = 0
Namun setelah cukup lama dan kapasitor telah terisi, kapasitor menjadi terpolarisasi secara
berlawanan dengan arah baterai dan melawan arus. Sehingga kapasitor dapat dianggap sebagai
kawat terbuka seperti pada gambar 16, dan arus I lebih memilih melalui R2 daripada melalui
kapasitor
Gambar 16. Setelah beberapa waktu kapasitor dapat dianggap sebagai kawat terbuka
Sehingga hukum kirchoff sekarang menjadi:
𝐸 − 𝐼𝑅1 − 𝐼𝑅2 = 0
Pada umumnya, jika kapasitor berada dalam rangkaian dc dalam waktu yang cukup lama, maka
kapasitor dapat dianggap sebagai kawat terbuka (tak terhubung).
SISTEM SARAF
Kita dapat menemukan fenomena listrik luar biasa pada organisme hidup, yakni pada sistem
saraf hewan. Terdapat sel khusus (neuron) yang membentuk jaringan kompleks di dalam tubuh
yang dapat menerima, memproses, dan mengirimkan informasi dari satu bagian tubuh ke
bagian tubuh lain. Pusat jaringan ini terletak di otak dan memiliki kemampuan untuk
menyimpan dan menganalisis informasi. Berdasarkan informasi ini, sistem saraf dapat
melakukan kontrol terhadap bagian tubuh. Sistem saraf sangat kompleks karena terdiri dari
sekitar 1010 neuron yang saling berhubungan satu sama lain.
Sepanjang 40 tahun terakhir, metode perambatan sinyal melalui sistem saraf kini dapat kita
ketahui melalui sains. Informasi yang disampaikan adalah berupa pulsa listrik yang
ditransmisikan oleh neuron. Ketika menerima informasi rangsangan yang sesuai, neuron
menghasilkan pulsa listrik yang disebarkan melalui jaringan yang dapat dianalogikan seperti
“kabel” Besar dan durasi pulsa listrik adalah konstan, tidak tergantung pada intensitas stimulus.
Kekuatan stimulus ditunjukkan oleh jumlah pulsa yang dihasilkan. Ketika sampai di ujung
"kabel", pulsa-pulsa listrik kemudian mengaktifkan neuron atau sel otot lain.
Tiap neuron terdiri dari badan sel yang memiliki benang-benang sebagai sinyal input yang
disebut dendrit dan ekor panjang (akson) yang menyebarkan sinyal menjauh dari sel (lihat
Gambar 8).

Gambar 8. Neuron (Davidobits, 2018)


Meskipun setiap akson menyebarkan sinyalnya sendiri, banyak akson sering berbagi jalur yang
sama di dalam tubuh. Akson ini biasanya dikelompokkan menjadi sebuah bundel saraf.
Kemampuan neuron untuk mengirimkan sinyal disebabkan oleh karakteristik kelistrikan
khusus yang dimiliki oleh akson. Sebagian besar data tentang sifat kelistrikan dan kimiawi
pada akson diperoleh dengan memasukkan probe kecil (seperti jarum) ke dalam akson. Dengan
probe tersebut, sangat memungkinkan untuk dapat mengukur arus yang mengalir pada akson.
Eksperimen seperti itu biasanya sulit dilakukan karena diameter sebagian besar akson memiliki
ukuran yang sangat kecil. Bahkan akson terbesar dalam sistem saraf manusia memiliki
diameter hanya sekitar 20μm (20 × 10−4 cm). Namun, cumi-cumi memiliki akson yang sangat
besar dengan diameter sekitar 500μm (0,5 mm), yang cukup besar untuk dapat disisipkan oleh
probe. Banyak informasi tentang transmisi sinyal dalam sistem saraf diperoleh dari percobaan
dengan menggunakan akson cumi-cumi.

Potensial Elektri pada Akson


Dalam sistem tubuh yang cenderung berair, garam dan berbagai molekul lain berdisosiasi
menjadi ion positif dan negatif. Hasilnya, cairan tubuh merupakan konduktor listrik yang relatif
baik. Namun, cairan ini hampir tidak konduktif seperti logam (mis: resistivitasnya sekitar 100
juta kali lebih besar dari pada tembaga).
Bagian dalam akson berisi cairan ionik yang dipisahkan dari cairan tubuh yang berada di
sekitarnya oleh membran tipis (Gbr. 9). Membran akson (tebalnya hanya sekitar 50–100Å),
merupakan isolator listrik yang relatif baik tetapi tidak sempurna. Oleh karena itu, beberapa
arus (pulsa listrik) dapat bocor saat melaluinya.
Resistivitas listrik pada cairan dalam (internal) dan luar (eksternal) akson hampir sama, tetapi
komposisi kimianya sangat berbeda. Cairan luarnya mirip dengan air laut. Larutan ioniknya
sebagian besar adalah ion natrium positif (Na+) dan ion klorin (Cl-) negatif. Di dalam akson,
ion positif sebagian besar adalah ion kalium (K+), dan ion negatif sebagian besar merupakan
molekul organik bermuatan negatif yang besar.
Karena terdapat konsentrasi ion natrium yang besar di luar akson dan konsentrasi ion kalium
yang besar di dalam akson, kita mungkin bertanya mengapa konsentrasi tidak berdifusi.
Dengan kata lain, mengapa ion natrium tidak bocor ke akson dan ion kalium keluar?
Jawabannya terletak pada sifat-sifat membran akson.
Dalam kondisi rileks, ketika akson tidak menghantarkan pulsa listrik, membran akson sangat
permeabel terhadap kalium dan hanya sedikit permeabel terhadap ion natrium. Membran tidak
dapat ditembus oleh ion organik yang besar. Jadi, sementara ion natrium tidak dapat dengan
mudah bocor, ion kalium pasti dapat keluar dari akson. Namun, saat ion kalium bocor dan
keluar dari akson, mereka meninggalkan ion negatif besar, yang tidak dapat mengikutinya
melalui membran. Akibatnya, potensial negatif diproduksi di dalam akson. Potensial negatif
ini (bernilai sekitar 70mV) yang dapat menahan aliran kalium sehingga konsentrasi ion berada
dalam kesetimbangan. Beberapa ion natrium sebenarnya bocor ke akson, tetapi terus
dikeluarkan oleh mekanisme metabolisme yang disebut Sodium Pump. Proses pemompaan ini
mengangkut ion natrium keluar dari sel dan membawa ion kalium dalam jumlah yang sama.

Sifat Elektrik Akson


Dalam analisis sifat kelistrikan akson, kita akan menggunakan beberapa teknik-teknik
kelistrikan. Meskipun konsep kerja akson mirip dengan kabel listrik, ternyata ada perbedaan
mencolok di antara keduanya. Namun, kita dapat menganalisis fungsi akson dengan
menganalogikan prinsip kerjanya sebagai kabel listrik insulator yang terendam dalam fluida
konduktor. Dengan analisis seperti itu, kita harus memperhitungkan resistansi fluida baik di
dalam maupun di luar akson dan sifat listrik membran akson. Karena membran adalah
insulator, dan memiliki beberapa karakteristik kelistrikan seperti kapasitansi dan resistansi.
Jadi, kita membutuhkan empat parameter kelistrikan untuk menentukan sifat kabel akson.
Kapasitansi dan resistansi akson didistribusikan terus menerus di sepanjang kabel. Oleh
karena itu, tidak mungkin kita dapat menyederhanakan seluruh akson (atau kabel lainnya)
hanya dengan empat komponen rangkaian. Kita harus menganggap akson sebagai salah satu
bagian kecil dari rangkaian sirkuit listrik yang kemudian disatukan. Ketika kita mengatur beda
potensial antara bagian dalam dan luar akson, selanjutnya empat lokasi arus dapat
diidentifikasi: arus di luar akson, arus di dalam akson, arus yang melalui komponen resistif
membran, dan arus melalui komponen kapasitif membran (lihat Gambar 9). Sirkuit listrik yang
mewakili bagian kecil akson dengan panjang x ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. (a) Arus yang mengalir melalui bagian kecil akson. (b) Sirkuit listrik yang
merupakan representasi bagian kecil dari akson. (Dovidobits, 2018)
Analisa kinerja akson ditunjukkan melalui rangkaian pada Gambar 10. Sinyal listrik di
sepanjang rangkaian merambat dengan kecepatan cahaya (3 × 108 m/s), sedangkan muatan di
sepanjang akson bergerak dengan kecepatan sekitar 100 m/s. Lebih lanjut, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 10, sinyal listrik dapat menghilang dengan sangat cepat, namun
potensial aksi merambat di sepanjang akson tanpa atenuasi apapun. Oleh karena itu, kita harus
menyimpulkan bahwa sinyal listrik di sepanjang akson tidak merambat dengan proses
sederhana.

Gambar 10. Akson dipresentasikan sebagai kabel listrik

Propagation of the Action Potential


Setelah melakukan penelitian bertahun-tahun, distribusi impuls di sepanjang akson kini
dapat kita pahami dengan baik. (Lihat Gambar 11). Ketika besarnya tegangan yang melintasi
sebagian membran berkurang di bawah nilai ambang batas, permeabilitas membran akson
terhadap ion natrium akan meningkat dengan cepat. Proses ini menghasilkan kenaikan yang
tajam pada pulsa potensial aksi. Lonjakan positif yang tajam di satu bagian akson
meningkatkan permeabilitas natrium di depannya yang gilirannya menghasilkan lonjakan di
wilayah itu. Dengan cara ini gangguan disebarkan secara berurutan ke bawah akson, seperti
nyala api yang disebarkan ke sekering.
Pada puncak potensial aksi, membran akson menutup pintu masuk untuk ion natrium
dan membukanya lebar-lebar untuk ion kalium. Ion kalium kemudian mengalir keluar, dan
akibatnya, potensial akson turun ke nilai negatif sedikit di bawah resting potential. Setelah
beberapa milidetik, potensial akson kembali ke keadaan istirahatnya dan bagian akson tersebut
siap untuk menerima pulsa lain.
Gambar 11. Potensi aksi. (a) Potensial aksi membuat membran akson menjadi sangat permeabel
terhadap ion natrium (lingkaran tertutup) yang masuk ke akson sehingga menjadikannya positif. (b)
Gerbang natrium kemudian menutup dan ion kalium (lingkaran terbuka) meninggalkan akson
sehingga interiornya kembali negatif. (Dovidobits, 2018)

Jumlah ion yang mengalir masuk dan keluar akson selama denyut nadi, sangat kecil
sehingga kerapatan ion di akson tidak banyak berubah. Efek kumulatif dari banyak pulsa
diimbangi dengan pompa metabolik yang menjaga konsentrasi ion pada tingkat yang sesuai.
kita dapat memperkirakan jumlah ion natrium yang memasuki akson selama fase kenaikan
potensial aksi. Arus awal ion natrium yang masuk mengubah jumlah muatan listrik di dalam
akson. Kita dapat menyatakan perubahan muatan Q ini dalam hal perubahan tegangan V yang
melintasi kapasitor membran C, yaitu,
∆𝑄 = 𝐶. ∆𝑉 … … … … … … … … (1)
Dalam keadaan istirahat, tegangan akson adalah −70 mV. Selama pulsa, voltase berubah
menjadi sekitar +30 mV, menghasilkan perubahan voltase bersih melintasi membran 100mV.
Oleh karena itu, V digunakan dalam Persamaan. 1 adalah 100mV.

Analisis Sirkuit Akson


Rangkaian pada Gambar 10 tidak berisi mekanisme penghantar pulsa akson. Diperkirakan
untuk memasukkan mekanisme ini ke dalam rangkaian, dapat menghubungkan generator
sinyal kecil di sepanjang rangkaian. Namun, analisis rangkaian kompleks semacam itu berada
di luar cakupan pembahasan kali ini. Bahkan rangkaian pada Gambar 10 tidak dapat
sepenuhnya dianalisis tanpa bantuan Analisa kalkulus. Kita akan menyederhanakan rangkaian
ini dengan mengabaikan kapasitansi membran akson. Rangkaian tersebut ditunjukkan pada
Gambar. 12a. Representasi ini berlaku ketika kapasitor terisi penuh sehingga arus kapasitif
menjadi nol. Dengan model ini, kita dapat menghitung redaman tegangan di sepanjang kabel
ketika tegangan stabil diterapkan di salah satu ujungnya. Model sederhana ini, tidak dapat
membuat prediksi tentang reaaksi akson yang bergantung pada waktu.

Gambar 12. (a) Perkiraan sirkuit pada Gambar 10 dengan kapasitansi diabaikan. (b)
Hambatan di sebelah kanan baris b diganti dengan resistor ekivalen RT.
Masalahnya kemudian adalah menghitung tegangan V(x) pada titik x ketika tegangan Va
diterapkan pada titik x0 (lihat Gambar 12a). Pendekatannya adalah menghitung penurunan
tegangan pada bagian kabel tambahan kecil dengan panjang x yang dipotong oleh garis a dan
b. kita asumsikan bahwa panjang kabel tidak terhingga dan resistansi kabel total di sebelah
kanan baris b adalah RT. Jadi, seluruh kabel di sebelah kanan garis b diganti dengan RT seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 12b. Karena kabel tidak terbatas, resistansi di sebelah kanan
potongan vertikal yang setara dengan garis b juga adalah RT. Secara khusus, hambatan di
sebelah kanan baris a adalah RT. Oleh karena itu, kita dapat menghitung RT dengan
menyamakan resistansi di sebelah kanan garis a pada Gambar 12b dengan RT, yaitu,
𝑅𝑇 𝑅𝑚
𝑅𝑇 = 𝑅𝑂 + 𝑅𝑖 + … … … … … … … … . . (2)
𝑅𝑇 + 𝑅𝑚
Pengukuran menunjukkan bahwa resistivitas di dalam dan di luar akson hampir sama. Oleh
karena itu, 𝑅𝑖 = 𝑅𝑜 = 𝑅 dan Persamaan. 2 disederhanakan menjadi
𝑅𝑇 𝑅𝑚
𝑅𝑇 = 2𝑅 + … … … … … … … … . (3)
𝑅𝑇 + 𝑅𝑚
Solusi dari persamaan 3 adalah
1
𝑅𝑇 = 𝑅 + [𝑅 2 + 2𝑅𝑅𝑚 ]2 … … … … … … … … … . (4)
Analisis rangkaian sederhana juga menunjukkan bahwa:
𝑉𝑎 𝑉𝑎
𝑉𝑏 = =
(2𝑅)(𝑅𝑇 + 𝑅𝑚 ) 1+𝛽
1+[ ]
𝑅𝑇 𝑅𝑚
Dimana 𝛽 adalah konstanta yang mewakili nilai yang berada di dalam kurung siku.
Hambatan R dan Rm adalah nilai untuk bagian akson kecil dengan panjang ∆𝑥. Oleh
karena itu,
1 1
𝑅 = 𝑟. ∆ 𝑑𝑎𝑛 ; = 𝑔𝑚 ∆𝑥; 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑚 =
𝑅𝑚 𝑔𝑚 ∆𝑥
Dari Persamaan diatas dapat ditunjukkan bahwa jika x sangat kecil maka;
2𝑟 1/2
𝑅𝑇 = ( ) … … … … … … … … . . (5)
𝑔𝑚
Dan
1 ∆𝑥
𝛽 = (2𝑟𝑔𝑚 )2 ∆𝑥 = … … … … … … … . . (6)
𝜆
Dimana
2𝑟 1/2
𝜆=( ) … … … … … … … … . . (7)
2𝑟𝑔𝑚
Sekarang kembali ke Persamaan. 4, karena ∆𝑥 semakin kecil, β juga sangat kecil. Oleh karena
itu, istilah 1 / (1 + β) kira-kira sama dengan 1 – β. Akibatnya, tegangan Vb di b, jarak ∆𝑥 jauh
dari a, adalah
∆𝑥
𝑉𝑏 = 𝑉𝑎 [1 − ] … … … … … … … … . . (8)
𝜆
Untuk mendapatkan tegangan pada jarak x jauh dari garis a, dapat dibagikan jarak menjadi
kelipatan ∆𝑥 sehingga 𝑛∆𝑥 = 𝑥. Kita dapat menerapkan Persamaan 8 dengan menurunkan
kabel secara berturut-turut dan didapatkan tegangan pada x sebagai
∆𝑥 𝑛
𝑉(𝑥) = 𝑉𝑎 [1 − ] … … … … … … … … . . (9)
𝜆
Dapat ditunjukkan bahwa, untuk ∆𝑥 kecil dan n besar, maka didapat persamaan
𝑉(𝑥) = 𝑉𝑎 𝑒 −𝑥/𝜆 … … … … … … … … . . (10)
Persamaan 10 menyatakan bahwa jika tegangan stabil Va diterapkan melintasi satu titik di
membran akson, tegangan turun secara eksponensial ke bawah akson. Pada akson tak bermielin
λ diperoleh sekitar 0,8 mm. Oleh karena itu, pada jarak 0,8 mm dari titik penerapan, tegangan
turun menjadi 37% dari nilainya pada titik penerapan.
Akson bermielin, karena selubung luarnya, memiliki konduktansi membran yang jauh lebih
kecil daripada akson tanpa mielin. Akibatnya nilai λ semakin besar. Dari hasil ini membantu
menjelaskan konduksi denyut nadi yang lebih cepat di sepanjang akson bermielin. Selubung
mielin berada dalam segmen dengan panjang 2 mm. Potensi aksi dihasilkan hanya di node
antara segmen. Denyut nadi merambat melalui segmen bermielin sebagai sinyal listrik
konvensional yang cepat. Karena λ 16 mm, pulsa berkurang hanya 13% saat melintasi satu
segmen, dan itu masih cukup kuat untuk menghasilkan potensial aksi di node berikutnya.
KEGIATAN MAHASISWA
Sebuah mikroelektroda di dalam neuron mampu mendeteksi potensial aksi sebagai perubahan positif
dari potensial istirahat (resting potential). Ukuran spike (bagian pangkal) dari potensial istirahat hingga
puncaknya, adalah sekitar 100 mV. Dalam percobaan kali ini, kita akan menggunakan elektroda
ekstraseluler model hisap (extracellular suction electrode) yang mendeteksi arus sirkuit lokal yang
mengalir di sekitar akson saat potensial aksi merambat. Perubahan potensial yang dideteksi oleh
elektroda jauh lebih kecil, sekitar 1 𝑚𝑉 untuk bagian spike pada akson raksasa (giant axon) dan sekitar
±µ𝑉 untuk akson kecil (small axon). Sehingga, kita perlu menggunakan amplifikasi substansial untuk
mengirimkan sinyal pada range yang mampu dibaca pada osiloskop.

Catatan ekstraseluler biasanya menunjukkan banyak lonjakan amplitudo yang beragam. Perbedaan
ukuran spike merupakan konsekuensi dari luas permukaan membran yang dimiliki oleh masing-masing
akson. Akson berdiameter lebih besar memiliki permukaan besar dan arus ionik yang lebih besar yang
mengalir di sekitarnya, dan potensial aksinya tampak lebih besar pada elektroda ekstraseluler. Saat
pertama kali melakukan pengamatan pada kabel saraf cacing tanah, anda mungkin melihat dan
mendengar lonjakan dari aktivitas di akson kecil, yang sering dikaitkan dengan gerakan spontan cacing.
Jika Anda mengatur penguatan pada osiloskop untuk melihat lonjakan pada neuron ini, lonjakan dari
giant axon (akson raksasa) mungkin akan keluar dari layar osiloskop. Anda mungkin perlu mengurangi
penguatan amplifier atau sensitivitas vertikal pada osiloskop untuk membuat sinyal spike dari akson
raksasa pada range yang mampu terlihat pada layer.

PROSEDUR

Grass SD9 stimulators

Sebelum membedah cacing tanah, ada baiknya Anda mengetahui fungsi dari stimulator SD9. Stimulator
ini menghasilkan dua set pulsa listrik: pulsa stimulus "output" untuk mengejutkan saraf, dan pulsa
sinkronisasi untuk memicu osiloskop. Mulailah dengan mengatur koneksi untuk memicu osiloskop:
gunakan kabel [bnc-banana] untuk menghubungkan terminal sinkronisasi PREPULSE ke konektor
pemicu eksternal osiloskop.

Kemudian untuk sementara gunakan kabel [banana] lain untuk menghubungkan output stimulasi ke
saluran osiloskop 2 melalui panel patch. Tegangan output yang dihasilkan oleh stimulator muncul di
antara pos pengikat merah dan hitam di sudut kanan bawahnya. Atur output tegangan stimulator ke
range x1, dan sesuaikan skala vertikal CH2 osiloskop menjadi 5 volt/d. Nyalakan daya stimulator, dan
atur rangkaian sakelar di bagian bawah stimulator sebagai berikut:
Gambar. Osiloskop (Bio 300, 2021)

• Stimulus: REGULAR
• Mode: REPEAT
• Polarity: NORMAL
• Output: MONO.

Atur sumber trigger osiloskop ke eksternal, pindahkan titik pemicu ke awal, sesuaikan level pemicu,
dan amati pulsa stimulus saat Anda mencoba fungsi tombol dan sakelar stimulator. Hubungan antara
prepulse sinkronisasi (yang menuju ke rangkaian pemicu osiloskop) dan pulsa stimulus (yang biasanya
menuju ke elektroda pada saraf) ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar. Hubungan pre-pulse sinkronisasi dan pulsa stimulus (Bio 300, 2021)
Pembedahan

Sebelum memulai pembedahan, pastikan kit pembedahan Anda berisi batang kaca halus dengan ujung
yang halus. Gunakan tongkat untuk memeriksa atau mengangkat tali saraf. Anestesi. Ambil cacing
tanah dan masukkan ke dalam larutan etanol 10% untuk membiusnya. Beberapa hal yang perlu
diketahui mengenai anestesi cacing tanah yakni alkohol encer (konsentrasi rendah) memiliki efek yang
sangat lambat, sehingga seringkali membuat cacing menggeliat dan sulit dibedah, sementara alkohol
pekat (konsentrasi tinggi) "merusak" bagian luar cacing, melumpuhkan respons reseptor sentuhan dan
mengancam respons raksasa serat.

Setelah anestesi yang sesuai, bilas alkohol dari cacing dengan air keran. Tempelkan sisi punggung
cacing ke atas pada cawan bedah datar yang diletakkan di atas mikroskop. Tempatkan pin hanya di
daerah cacing tempat Anda ingin membuka sayatan. Masukkan pin pada sudut yang sangat dangkal
sehingga tidak menghalangi alat bedah atau elektroda.

Gambar. Pembedahan eksperimen cacing tanah (Bio 300, 2021)

Dengan forsep dan gunting (bukan pisau bedah), buka sayatan dan perpanjang hingga satu atau dua
inci, seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Gunakan pin untuk menjaga sayatan tetap terbuka,
dan bilas rongga tubuh dengan garam. Gambar-gambar di bawah ini akan membantu Anda
mengidentifikasi kabel saraf dan struktur internal lainnya. Jaga agar tali saraf yang terbuka tetap lembab
dengan memiringkan cawan bedah. Gunakan balok kecil (tacky wax) untuk menopang piringan dalam
posisi miring.
Gambar. Bagian-bagian dalam organ cacing (Bio 300, 2021)

Potong tali saraf di dekat ujung sayatan terjauh dari kepala, dan bebaskan sekitar satu sentimeter tali
dari sambungan lateral dan ventralnya sampai tidak lagi menempel pada dinding tubuh.

Gambar. Pembedahan cacing dengan perbesaran (zoom in) (Bio 300, 2021)

Tempatkan elektroda. Jepit salah satu ujung jepit buaya ke salah satu pin pembedahan (pilih salah satu).
Tempatkan jepit buaya lainnya ke pos pengikat putih (ground) dari blok input amplifier. Kemudian
klem elektroda penghisap dalam mikromanipulator, pasang sambungannya ke blok input amplifier, dan
turunkan manipulator sehingga ujung elektroda berada di garam dekat kabel saraf. Tarik sedikit garam
ke dalam elektroda. Kawat eksternal elektroda juga harus berada di kolam garam. Posisikan ujung
elektroda pada ujung kabel saraf yang terpotong, dan tarik perlahan kabel saraf ke dalam elektroda.
Nyalakan preamp dan monitor audio Anda, dan Anda akan mendengar dan melihat beberapa aktivitas
spontan di akson (non-giant).

Stimulasi mekanik

Sentuh atau usap ujung anterior cacing dengan ujung tumpul batang kaca Anda. Apakah ada lonjakan
besar sebagai tanggapan? Ini akan berada di giant median. Saat pertama kali menjelajahi spike, cobalah
untuk mengubah Sumber menu pemicu ke CH 1 dan menyesuaikan tombol level pemicu (trigger). Jika
Anda menemukan spike, sesuaikan kembali kenop level pemicu sehingga spike besar memicu sweep.
Screenshot dan simpan gambar dari satu atau dua contoh spike raksasa.

Gambar. Sinyal pada osiloskop (Bio 300, 2021)

Jika Anda tidak mendapatkan respon apapun setelah beberapa menit, segera lanjutkan ke bagian
berikutnya.

Stimulasi listrik

Hubungkan dua elektroda pin ke output (terminal merah dan hitam) dari stimulator. Masukkan elektroda
di seberang satu sama lain melalui dinding tubuh di ujung kepala cacing. Permukaan tubuh dan piring
bedah harus kering di dekat elektroda perangsang, atau garam akan "memperpendek" rangsangan dan
mengurangi keefektifannya.

Periksa apakah kontrol stimulus diatur ke "Regular", bukan "Twin Pulse", dan delay stimulator
berlangsung singkat (1 atau 2ms). Dengan denyut nadi pada frekuensi beberapa per detik, durasi 0,1ms,
dan tegangan pada pengaturan terendah, nyalakan stimulus. Jika Anda mengubah sumber pemicu
osiloskop ke CH1 untuk melihat lonjakan yang ditimbulkan, Anda harus mengembalikannya ke sumber
EXT dan menyesuaikan kembali level pemicu (jika perlu) hingga stimulator memicu sweep. Tingkatkan
tegangan stimulus secara bertahap. Ketika stimulus mencapai ambang, potensi aksi dari satu atau kedua
akson raksasa akan muncul.

Kemudian lakukan langkah berikut:

Gambar. Sinyal pada osiloskop (Bio 300, 2021)

1. Hentikan sapuan (sweep) setelah menangkap contoh potensial aksi yang bagus di akson raksasa.
Simpan gambar layar ke flashdrive USB, dari mana Anda dapat mentransfernya ke komputer
Anda nanti untuk dimasukkan ke dalam halaman ringkasan yang akan Anda buat. Dari layar,
ukur durasi potensial aksi dan amplitudo nyatanya. (Anda dapat menggunakan pengaturan
Kursor manual untuk melakukan pengukuran ini, atau Anda dapat menghitung pembagian di
layar.) Bagilah dengan faktor amplifikasi (gain) dari preamplifier, dan dapatkan amplitudo
nyata dari potensial aksi pada elektroda.
2. Ukur kecepatan konduksi pada akson raksasa. Kecepatan konduksi adalah jarak antara
elektroda perangsang dan elektroda perekam dibagi dengan waktu yang diperlukan potensial
aksi untuk menempuh jarak tersebut. Anda dapat mengukur waktu tempuh dari gambar yang
sama seperti pada gambar di atas. Gunakan penggaris Anda untuk mengukur jarak antara pin
stimulasi dan elektroda perekam. Bagi jarak (dalam mm) dengan waktu (dalam msec) untuk
menemukan kecepatan konduksi (meter/detik) dari paku raksasa medial dan lateral.
3. Ukur dan plot kurva kekuatan-durasi untuk stimulus. Mulailah dengan durasi stimulus
tersingkat yang dapat diberikan oleh stimulator Anda, dan temukan serta catat tegangan
stimulus yang tepat di atas ambang batas untuk salah satu akson raksasa. Kemudian gandakan
durasi stimulus, temukan tegangan ambang baru untuk akson yang sama, dan lanjutkan dengan
cara itu untuk mengukur hubungan antara durasi dan tegangan. Terus gandakan durasi stimulus
sampai tegangan ambang berhenti berubah.
4. Ukur periode refraktori yang mengikuti potensial aksi. Sesuaikan kontrol Delay stimulator
menjadi sekitar 20ms. Saat Anda meningkatkan delay, stimulus dan lonjakan akan bergerak ke
kanan di layar. Sekarang alihkan mode stimulus dari "Reguler" ke "Twin Pulses." Dua
rangsangan sekarang akan dikirimkan untuk setiap sapuan, satu pulsa di titik pemicu, dan yang
kedua di lain waktu diatur oleh kontrol penundaan. Jika pulsa kedua terjadi 10 atau 20ms setelah
pulsa pertama, akson akan pulih sepenuhnya dari responsnya terhadap pulsa pertama.

Secara bertahap kurangi penundaan antara dua pulsa stimulus, dan amati potensial aksi. Ketika
pulsa kedua hanya beberapa 𝑚𝑠 lebih lambat dari yang pertama, akson masih akan pulih dari
menghasilkan potensial aksi sebelumnya dan akan agak refrakter. Interval di mana respons kedua
pertama kali keluar menandai akhir periode refraktori, meskipun interval yang diamati akan
tergantung pada kekuatan stimulus. Stimulus yang lebih kuat dapat memaksa lonjakan kedua
sebelum periode refraktori berakhir sepenuhnya.

Anda juga dapat melihat amplitudo potensial aksi kedua menjadi lebih kecil dari biasanya karena
waktu delay berkurang, yang mencerminkan peningkatan konduktansi kalium dan sejumlah besar
saluran natrium yang tidak aktif yang tertinggal di belakang potensial aksi pertama. Jika
memungkinkan, cobalah ambil gambar lonjakan kedua yang dikurangi dan gambar lonjakan normal
dan simpan gambar layar ke flashdrive Anda. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar.

Gambar. Sinyal pada osiloskop (Bio 300, 2021)

TEKNOLOGI ELEKTRODINAMIKA DALAM PENELITIAN BIOLOGI


Banyak yang bisa dipelajari tentang saraf, khususnya pada otak, dengan mengukur potensi
listrik pada permukaan kulit kepala. Data tersebut disebut electroencephalogram (EEG).
Nunez dan Srinivasan (2005) telah menulis buku yang membahas mengenai EEG melalui sudut
pandang fisika. EEG digunakan untuk mendiagnosis gangguan otak, untuk melokalisasi
sumber aktivitas listrik di otak pada pasien yang menderita epilepsi, dan sebagai alat penelitian
untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana otak merespons rangsangan (respon yang
ditimbulkan) dan bagaimana perubahannya terhadap waktu. Biasanya, EEG diukur
menggunakan 21 elektroda yang dipasang pada kulit kepala menurut sistem "10-20" (Gbr. x).

Gambar x. Susunan elektroda standar “10–20” pada kulit kepala untuk EEG.
(Courtesy of Grass, An Astro-Med, Inc., West Warwick, RI)

Salah satu kesulitan dalam menafsirkan EEG adalah kurangnya elektroda referensi yang sesuai.
Karena, tak satu pun dari 21 elektroda pada Gambar x yang memenuhi syarat sebagai ground
terhadap semua sinyal potensial lainnya. Salah satu cara mengatasi kesulitan ini adalah dengan
mengurangkan setiap potensial terukur terhadap rata-rata dari semua potensial terukur.

LATIHAN
1. Sebuah sel saraf atau otot diregangkan sepanjang sumbu 𝑥 dan tertanam dalam media
homogen tak terbatas dengan konduktivitas sebesar 𝜎0 . Arus 𝑖0 meninggalkan sel pada
𝑥 = 𝑏 dan memasuki sel lagi pada 𝑥 = −𝑏. Tentukan rapat arus 𝒋 pada jarak r dari
sumbu pada bidang 𝑥 = 0.
2. Misalkan terdapat sebuah akson yang dikelilingi oleh lapisan tipis cairan ekstraseluler
dengan ketebalan 𝑑. Gunakan argumen berdasarkan resistensi intraseluler untuk
memperkirakan rasio 𝑣𝑜 /∆𝑣𝑖 dalam kasus ini.
3. Sebuah akson diregangkan sepanjang sumbu 𝑥. Pada suatu saat, impuls yang berjalan
di sepanjang akson memiliki bentuk yang ditunjukkan pada grafik. Konduktivitas listrik
di dalam akson berjari-jari 𝑎 adalah sebesar 𝜎𝑖 . Dalam media eksternal tak terbatas,
konduktivitas listrik sebesar 𝜎0 . Tentukan ekspresi potensial di titik (𝑥0 , 𝑦0 ).
4. Dua elektroda ditempatkan dalam media penghantar yang berjarak 10 cm dari sel yang
berjari-jari 5 m dan 10 cm, sehingga kedua elektroda dan sel membentuk segitiga sama
sisi. Ketika sel mengalami depolarisasi, potensial mengalami kenaikan sebesar 90 mV.
Berapakah beda potensial antara kedua elektroda ketika orientasi sel optimum? Berapa
banyak sel yang diperlukan untuk memberikan perbedaan potensial 1 mV antara
elektroda? Asumsikan 𝜎𝑖 /𝜎𝑜 = 10.
5. Eksperimen dilakukan terhadap jantung anjing, di mana jantung dirangsang oleh
elektroda jauh di dalam miokardium. Tidak ada perbedaan potensial luar yang
terdeteksi hingga gelombang berbentuk sferis (spherical wave) terdepolarisasi cukup
besar sehingga sebagiannya memotong salah satu dinding jantung. Mengapa?

REFERENSI
1. Bio 300 - Lab 4. (n.d.). Retrieved November 12, 2021, from
https://www.science.smith.edu/departments/neurosci/courses/bio330/labs/L4giants.ht
ml
2. Hobbie, R., & Roth, B. (2007). Intermediate physics for medicine and biology.
https://link.springer.com/book/10.1007/978-3-319-12682-1?source=post_page------
3. Davidovits, P. (2018). Physics in biology and medicine. Academic press.
4. Abdullah, M. (2017). Fisika Dasar II. Bandung. Institut Teknologi Bandung.
5. Viridi, S. (2010). Fisika Dasar.

Anda mungkin juga menyukai