: 21 Oktober 2015
Waktu Praktikum
: 11.30-14.00 WIB
:7
LAPORAN OPERASI
MATA KULIAH ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER I
KASTRASI
Tim Penyusun :
Imas Kurniasih
Rita Nuryani
Achmad Tachjudin S
M Fatah Yasin
Junaidi Abdillah
Rojivni Sadewo
B04120066
B04120067
B04120076
B04120079
B04120089
B04120094
Operator
Asisten 3 / Jantung
Asisten 1 / Asisten operator
Asisten 5 / kotor
Asisten 4 / Napas dan suhu
Asisten 2 / Anaesthesi
Latar Belakang
Populasi kucing domestik di Indonesia setiap tahun semakin meningkat,
khususnya kucing domestik yang tidak berpemilik yang berkeliaran dilingkungan
sekitar. Pengendalian harus dilakukan untuk mengontrol dan menekan populasi
kucing, salah satunya adalah dengan melakukan tindakan bedah kastrasi. Hal ini
dilakukan untuk mengendalikan kucing domestik liar (khususnya jantan) dengan
harapan kucing jantan yang telah dikastrasi tidak akan dapat mengawini kucing
betina sehingga dapat mengkontrol populasi.
Kastrasi atau orchiectomy atau neutered adalah tindakan bedah yang
dilakukan pada testis, berupa pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh.
Testis merupakan organ genitalia (alat reproduksi) primer pada hewan jantan
yang menghasilkan spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi, khususnya
testosteron. Pada saat hewan sudah dewasa kelamin, testis secara alamiah
akan turun dari rongga perut ke dalam skrotum melalui kanalis inguinalis,
terkecuali jika terjadi anomali-anomali yang terjadi pada masa kebuntingan.
Kastrasi umumnya dilakukan untuk sterilisasi (mengontrol populasi),
penggemukan hewan, mengurangi sifat agresif, serta salah satu pilihan terapi
untuk kelainan pada testis atau scrotum. Kasus yang sering ditemukan antara
lain oedemascrotalis, orchitis ( Peradangan pada testis), tumor testis, monorchid,
cryptorchid, dermatitis scrotalis. Pada hewan yang muda, kastrasi dilakuklan
dengan maksud mengurangi sifat agresif yang berhubungan dengan hormone
dan menggemukkan hewan, sedangkan pada hewan tua kastrasi cenderung
dilakukan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan senilitas pada testis. Hewan
yang hendak dikastrasi haruslah berkondisi baik.
Tujuan
Mempelajari teknik pengambilan testis hewan jantan (kucing) untuk
mengurangi risiko-risiko penyakit dan membantu pengendalian serta populasi
hewan.
MATERI DAN METODE
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan selama praktikum meliputi satu set alat bedah
yang terdiri dari empat buah towl clamp, dua buah pinset anatomis, dua buah
pinset sirurgis, satu buah gagang scalpel serta satu buah blade, tiga buah
gunting yang terdiri dari gunting lurus tajam tumpul, gunting lurus tumpul-tumpul
dan gunting bengkok, empat buah tang arteri lurus anatomi, dua buah tang arteri
bengkok anatomis, dua buah tang arteri lurus sirurgis, satu buah needle holder.
Perlengkapan operator dan asisten satu yaitu tutup kepala (topi) dan masker,
sikat tangan, handuk kecil, baju operasi (jas lab), sarung tangan (gloves) dan
duk. Perlengkapan preparasi dan monitoring hewan yaitu stetoskop,
thermometer, timer/Stopwatch, alat cukur, syringe, empat buah tali, gunting kuku,
alat dokumentasi. Selain itu itu digunakan perlak untuk alas hewan, benang cat
gut 3.0, dan tampon.
Bahan yang digunakan selama operasi dan post operasi adalah atropin
sulfat, Ketamin 10%, xylazin 2%, penisilin, air hangat, antiseptik berupa iodium
tincture, desinfektan berupa alkohol 70%, amoxicilin.
Metode
Prosedur operasi terdiri dari tiga tahapan yang dilakukan yaitu pre operasi,
operasi, dan post operasi. Semua prosedur yang baik akan mendukung
keberhasilan dari operasi.
a. Preparasi Ruangan
Ruang operasi, meja, dan peralatan operasi dibersihkan terlebih dahulu,
kemudian didesinfeksi dengan desinfektan, fumigasi dengan campuran
formaldehida dan KMNO4 5% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit.
b. Persiapan dan Sterilisasi Peralatan operasi
Peralatan yang akan digunakan dalam operasi harus melalui proses
sterilisasi, begitu juga dengan perlengkapan operator dan asisten pertama.
Peralatan harus dalam keadaan bersih agar proses sterilisasi dapat maksimal
dan efektif. Alat-alat tersebut kemudian dibungkus dengan kain muslin/non
woven sebelum dimasukkan kedalam oven kering (auto clave) pada 121 oC
salama 13 menit. Sedangkan peralatan operasi minor dicuci dengan bersih
dan didisinfeksi. Selanjutnya sterilisasi dilkakukan dengan oven kering 121oC
selama 13 menit.
c. Persiapan dan Preparasi Hewan
Hewan (kucing) yang akan dioperasi harus dipuasakan selama 12 jam
sebelum tindakan operatif dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya muntah, urinasi, dan defekasi saat operasi dilakukan. Sebelum
dilakukan operasi hewan diperiksa status kesehatannya untuk mengetahui
kondisinya jika dilakukan operasi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik,
keadaan umum dan status present
Pemeriksaan Fisik
Nama
Ras/Bangsa
Jenis kelamin
Umur
Warna rambut
Berat badan
Tanda khusus
: Puma
: Domestik
: Jantan
: 8 Bulan
: Hitam putih
: 3,2 kg
:-
Keadaan Umum
Perawatan
Habitus/sikap
: Baik
: berdiri dengan 4 kaki
Temperamen
Gizi
: Jinak
: baik
Status Present
Suhu tubuh
: 39.1C
Frek. Jantung
: 140 kali/menit
Frek. Nafas
: 64 kali/menit
CRT
: <3 detik
Refleks pupil
: ada
Sclera
: putih
Mukosa
: rose
Turgor kulit
: <2 detik
Refleks digit
: ada
.
Pemeriksaan fisik (PE) dilakukan untuk menghindari kemungkinan keadaan
hewan menjadi bertambah buruk setelah operasi, karena dalam operasi ada
persyaratan yang harus dipenuhi. Selanjutnya hewan ditimbang bobot
badannya untuk menentukan dosis obat yang akan diberikan pada pre
operasi, operasi, dan post operasi. Tindakan operasi pada hewan dibutuhkan
restrain dan handling yang tepat untuk bisa mengendalikan hewan dengan
baik. Dalam hal ini dibutuhkan chemical restrain, yaitu mengendalikan hewan
dengan cara mengurangi atau menghilangkan kesadaran hewan dengan
menggunakan bahan kimia, diantaranya transquilizer, sedative, dan
anastetikum. Pemberian sediaan ini harus disesuaikan dengan jenis dan berat
badan hewan, karena dosis sediaan untuk setiap jenis hewan berbeda-beda.
Berikut adalah perhitungan dosis sediaan anaesthesi untuk kucing dengan
berat badan 3.2 kg :
Atropin
Diketahui :
BB
Dosis obat
Dosis pakai
= 3.2 kg
= 0.025 mg/kg BB
= 0.025mg/kg BB x 3.2 kg = 0.32 ml
0,25mg/ml
Ketamin HCl 10 %
Diketahui :
BB
Dosis obat
Dosis pakai
= 3.2 Kg
= 10 mg/kg BB
= 3,2 kg x 10 mg/ml = 0.32 ml
100mg/ml
Xylazine 2 %
Diketahui:
BB
= 3.2 kg
Dosis obat
= 2 mg/ kg BB
Xylazine yang diperlukan = 3.2kg x 2 mg/kg = 0.32 ml
20 mg/ml
Amoxicillin
Diketahui :
BB
Dosis obat
Dosis pakai
= 3,2 Kg
= 1 ml/kg BB
= 3.2kg x 1 ml/kg = 3.2 ml
Setelah hewan
teranastesi
dengan sempurna, maka dilakukan
pencukuran rambut disekitar daerah yang akan dioperasi yaitu didaerah
perineal hingga bersih atau sekitar scrotum dan scrotum terutama raphe
scroti. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan
memudahkan persembuhan. Bagian yang telah bersih didesinfeksi
menggunakan alkohol 70% dan selanjutnya pemberian antiseptik Iodine
tincture 3% dengan pola melingkar dari arah dalam keluar. Kemudian hewan
dibawa ke meja operasi dan diletakkan di meja operasi dengan posisi ventro
dorsal keempat kakinya difiksasi dengan tali menggunakan ikatan tomfool
(tali simpul) pada sisi meja operasi. Setelah itu daerah perineal ditutup
dengan duk dan dijepit dengan towl clamp yang dilakukan oleh asisten satu.
d. Persiapan Operator dan Asisten Operator
Operator dan asisten mengenakan pakaian dan perlengkapan yang telah
disterilisasi sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk mengurangi terjadinya
kontaminasi silang dari operator dan asisten ke daerah steril di meja operasi.
Langkah-langkah yang harus dilakukan operator dan asisten adalah mencuci
tangan sebelum mengenakan tutup kepala dan masker, kemudian mencuci
tangan dengan menggunakan sikat dan sabun. Pencucian dilakukan dari
ujung jari sampai ke bagian siku selama kurang lebih 5 menit, karena waktu
tersebut merupakan lama waktu kontak yang efektif antara sabun dan kulit
untuk membunuh mikroba yang menempel dipermukaan kulit.
Tangan
kemudian dibilas dengan air mengalir sebanyak sepuluh kali. Setelah itu,
tangan dilap hingga kering dengan menggunakan handuk yang telah
disterilisasi sebelumnya. Operator dan asisten kemudian memakai baju
operasi dan sarung tangan. Selanjutnya assisten menyiapkan alat-alat bedah
minor dimeja. Setelah semua prosedur persiapan tersebut dilalui secara
aseptis, proses operasi dapat segera dilakukan.
e. Prosedur Operasi
Operasi kastrasi ini menggunakan metode kastrasi
terbuka. Metode
tangan. Setelah testis terfiksasi dilakukan insisi pada salah satu testis
(kiri/kanan) dari kulit sampai subkutaneus. Testis kemudian dikeluarkan dan
dilakukan penyayatan kembali sampai tunika vaginalis communis. Tunika
vaginalis communis dikuakan dan dipisahkan dari testis dengan gunting,
kemudian testis dikeluarkan. Setelah itu ligamentum dikuakan / digunting dan
dipisahkan dari testis. Pembuluh darah dan ductus deferens dipisahkan,
ductus deferens di potong. Tang arteri dijepitkan pada pembuluh darah, lalu
diikat dengan benang cat gut 3.0 dan pembuluh darah dipotong pada
pertengahan di antara tang arteri diatas ikatan. Tang arteri dilepas dan dilihat
apakah masih terlihat adanya darah yang keluar. Setelah semua dipastikan
baik maka dilakukan sayatan kembali pada testis yang satunya dengan
metode yang sama. Setelah kedua testes dipotong masukkan antibiotik.
Kemudian pada bagian yang telah di insisi di ditekan-tekan sampai rapat dan
tidak dilakukan penjahitan.
Monitoring keadaan kesehatan kucing dilakukan setiap 15 menit meliputi
pemeriksaan suhu tubuh (oC), frekuensi pernapasan(kali/menit), frekuensi
jantung (kali/menit), warna mukosa, CRT, refleks pupil dan refleks digit. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan hewan selama teranestesi,
serta menghindari terjadinya hipotermia. Pada kastrasi hewan tidak ditutup
dengan kasa, agar persembuhan lebih cepat.
f. Post Operasi
Hal yang dilakukan pada post operasi adalah monitoring kesehatan hewan,
pemberian antibiotik sebanyak 3,2 ml pagi dan sore hari selama lima hari,
perawatan luka, kebersihan kandang, serta pemberian pakan dan minum
sampai proses persembuhan sempurna. Monitoring kesehatan post operasi
dilakukan selama satu minggu yang meliputi pemeriksaan fisiologis terhadap
suhu tubuh (oC), frekuensi jantung (kali/menit), frekuensi napas (kali/menit),
nafsu makan dan minum, defekasi, urinasi, dan aktifitas harian. Hal yang
diperhatikan pada saat perawataan luka (insisi) adalah adanya pendarahan
dan peradangan yang ditandai dengan kemerahan, panas, dan bengkak.
Sanitasi kandang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi
pada luka. Pemberian pakan dan minum pada saat hewan benar-benar sudah
sadar dan stabil.
Menit ke15
30
Frekuensi Jantung
120
100
124
36
20
28
38.5
36.9
35.1
<3
<3
<3
Rose
pucat
Pucat
Refleks pupil
Refleks digit
(kali/menit)
Frekuensi Nafas
(kali/menit)
Suhu (C)
CRT (detik)
Mukosa
60
H+2
H+3
H+4
H+5
H+6
H+7
Frekeunsi
jantung
(kali/menit)
100
140
120
128
168
160
148
156
156
148
148
140
124
128
Frekeunsi napas
(kali/menit)
40
44
32
44
40
56
48
52
60
48
72
64
44
48
Suhu (C)
38.6
39.1
37.4
38.9
38
37.8
38
38.4
38.7
38
38.7
38.3
38.6
37.8
CRT (detik)
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
<3
Mukosa
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Minum
Makan
Urinasi
Defekasi
Lain-lain
Keterangan: P: pagi
S: sore
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Gambar
Keterangan