Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS

OLEH :
1. MARIA BEATRIX HOAR
2. REVALYN PAULA DJAMI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
Rahmat dan Karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “ Asuhan
Keperawatan pada Anak Atresia Bilier” makalah ini di susun gunnya untuk memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan Anak.

Makalah ini di buat dengan tujuan agar pembaca mendapatkan informasi mengenai
Asuhan keperawatan anak dengan atresia Bilier, sehingga pembaca dapat mengetahui
tindakan keperawatan yang dapat di lakukan pada anak dengan atresia Bilier. Kami harap
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai Asuhan
keperawatan anak dengan atresia Bilier.

Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan.Oleh karena


itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
sekalian untuk penyempurnaan makalah ini.

Kupang, 23 januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................
1.1 latar belakang.....................................................................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................................................................
1.3 Rumusan masalah...............................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................
2.1 Definisi..........................................................................................................................
2.2 Etiologi......................................................................................................................
2.3 Klasifikasi....................................................................................................................
2.4 Patofisiologi....................................................................................................................
2.5 Manifestasi klinis............................................................................................................
2.6 Pemeriksaan diagnostik..................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................................
2.8 Komplikasi.......................................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................
3.1 Pengkajian ......................................................................................................................
3.2 Diagnosa..........................................................................................................................
3.3 Intervensi........................................................................................................................
3.4 Implementasi...................................................................................................................
3.5 Evaluasi...........................................................................................................................
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................
4.2 saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Atresia biler merupakan inflamasi dan obliterasi system bilier ekstrahepatik pada
neonatus,kelainan dapat mengakibatkan ikterus dan dapat menimbulkan serosis yang
cukup berat sehingga memerlukan transplatasi hati jika tidak terdeteksi secara dini.terapi
berupa pembedahan :prosedur kasai yaitu mengangkat saluran yang mengalami obliterasi
dan menghubungkan kembali duodenum dengan hati untuk menormalkan aliran getah
empedu.kedekatan usus dengan hati pasca pembedahan dapat menimbulkan
infeksi(kolangitis asenden)(Berkowitz,Aaron,2013)

Atresia bilier merupakan keadaan tidak terbentuk atau tidak berkembangnya saluran
empedu di luar hati.(ekstrahepatik),sehingga tidak ada saluran aliran empedu dari hati
menuju deadenum atau usu 12 jari yang menyebabkan cairan empedu menumpuk di
dalam hati ( Anugroho,2016 ). Gejala yang sering tampak pada bayi yaitu air seni
berwarna kuning gelap atau seperti teh, kulit menguning,warna feses berubah menjadi
pucat atau dempul karena kurangnya pewarnaan bilirubin, berat badan bertambah,mual
dan muntah ( Anugroho,2016).
Atresia bilier merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus bilier
ekstrahepatik yang dapat menyebabkan hambatan pada aliran empedu (Noordiati,2018).
atresia biler terjadi karena proses inflamasi yang berkepanjangan yang dapat
menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga terjadi
hambatan aliran empedu ( kolestasis),akibatnya di dalam hati terjadi penumpukan garam
empedu dan peningkatan bilirubin direk.(kapuangan,2018). Mekanisme pathogenesis
atresia bilier di duga di sebabkan adanya infeksivirus pada hepar yang di ikuti proses
imunologis sekunder yang dapat menyebabkan terjadinya proses inflamasi secara
progresif kemudian berakhir dengan fibroobliterasi saluran empedu ( Mahfur, 2016)
Atresia bilier merupakan penyakit saluran empedu langka yang hanya menyerang
bayi.saluran empedu pada hati di sebut juga dengan duktus hepatikus.pada anak dengan
atresia bilier,saluran tersebut tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
Akibatnya cairan empedu meningkat di hati dan dapat menyebabkan kerusakan hati
( Anugroho, 2016 )
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1.Apa definisi dari Atresia Bilier?

1.2.2.Apa etiologi dari Atresia Bilir ?

1.2.3. Apa klasifikasi dari Atresia Bilier ?

1.2.4. Apa manifestasi dari Atresia Bilier?

1.2.5. bagaimana patofisiologi dari Atresia Bilier ?

1.2.6. bagaimana komplikasi dari Atresia Bilier?

1.2.7.Bagaimana asuhan keperawatan Atresia Bilier?

1.3 Tujuan

1.1.1 Untuk Mengetahui definisi Atresia Bilier


1.1.2 Untuk Mengetahui etiologi Atresia Bilier
1.1.3 Untuk Mengetahui Mengetahui klasifikasi Atresia Bilier
1.1.4 Untuk Mengetahui manifestasi klinis Atresia Bilier
1.1.5 Untuk Mengetahi patofisiologi Atresia Bilier
1.1.6 Untuk Mengetahui komplikasi Atresia Bilier
1.1.7 Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Atresia Bilier
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Atresia bilier

Atresia biler adalah penyakit hati dan saluran empedu langka pada bayi baru
lahir.Saluran empedu pada hati, disebut juga dengan duktus hepatikus, memiliki
banyak fungsi.Saluran empedu bisa berfungsi untuk menghancurkan lemak, menyerap
vitamin larut lemak,serta membawa racun dan produk sisa keluar tubuh. Pada atresia
bilier terjadi penyumbatanaliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal ini bisa
menyebabkan kerusakan hati dansirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat
fatal.Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-
saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu
(gallbladder ). Ini merupakan kondisi congenital , yang berarti terjadi saat
kelahiran(Lavanilate.2014. Askep Atresia Bilier ).
Atresia biler merupakan inflamasi dan obliterasi system bilier ekstrahepatik pada
neonatus,kelainan dapat mengakibatkan ikterus dan dapat menimbulkan serosis yang
cukup berat sehingga memerlukan transplatasi hati jika tidak terdeteksi secara dini.terapi
berupa pembedahan :prosedur kasai yaitu mengangkat saluran yang mengalami obliterasi
dan menghubungkan kembali duodenum dengan hati untuk menormalkan aliran getah
empedu.kedekatan usus dengan hati pasca pembedahan dapat menimbulkan
infeksi(kolangitis asenden)(Berkowitz,Aaron,2013)
Atresia duktus hepaticus atau atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu
penghambatan di dalam pipa atau/saluran – saluran yang membawa cairan empedu
(bilier)dari liver menuju ke kantung empedu. Ini merupakan kondisi congenital,yang
berarti terjadi saat kelahiran (lavanilate,2015 )
2.2.Etiologi

Etiologi atresia biller masih belum di ketahui dengan pasti sebagian ahli mengatakan
bahwa faktor genetik ikut dalam berperan,yang di kaitkan dengan adanya kelainan kromoson
trisomi 17,18,& 21. Serta terdapatnya anomalin organ pada 30% kasus atresia biller.namun,
sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia biler adalah akibat proses inflamasi yang
merusak duktus biler,bisa karena infeksi atau iskeni

Beberapa anak terutama,mereka dengan bentuk janin atresia biler,sering kali memiliki
sat sat lahir lainnya di jantung,limfa,atau usus.sebuah fakta penting adalah bahwa atresia biler
merupakan penyakit ketrunan.

Kemungkinan besar di sebabkan oleh sebuah peristiwa,yang terjadi selama hidup janin dan
sekitar saat kelahiran. Yang memicu dapat mencakup faktor – faktor predisposisi berikut

1. Infeksi virus atau bakteri


2. Masalah dengan sistem kekebalan tubuh
3. Komponen yang abnormal empedu
4. Kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu
5. Hepatocelluler dysfunction

2.3.Klasifikasi
Beberapa klasifikasi dari atresia bilier adalah :
1. Tipe 1 : atresia sebagian atau totalitas yang di sebut duktus hepatikus
komunis,segmen proksimal paten
2. Tipe 11 : obliterasi duktus hepatikus komunis(duktus biliaris komunis,duktus
sistikus,dan kandung empedu semuannya)
3. Tipe 111 :obliterasi pada semua system duktus bilier ekstra hepatik sampai ke
hilus.
(soetikno,D.Rista,2013)

2.4 patofisiologi

Menurut ( carpatito & linda 2013) atresia duktus hepatikus terjadi karena proses
imflamasi berkepanjangan yang menyebabkan berprogresif pada duktus hepatikus ekstra
hepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu dan tidak adanya lumen pada bagian
keseluruhan praktus biller ekstra hepatik biler menyebabkan obstruksi saluran empedu.
Obstruksi salera biler ektra hepatik akan menimbulkan hiperbilurbinemia terkonjugasi yang
di sertai bilirubinuria.obstruksi selera hepatik dapat total maupun parsian di sertai tinja yang
alkoholik. Penyebab tersering obstruksi biler ekstra hepatik adalah sumbatan batu empedu
bawa ujung duktus koledokus.

Obstruksi pada saluran empedu menempatkan ekstra hepatik menyebabakan obstruksi


aliran normal empedu, dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan
dan menyebabakan sumbatan dan cairan empedu akan balik ke hati menyebabkan peradangan
edema,dan degenerasi hati,dan apa bila asam empedu tertumpuk dapat merusak hati. Bahkan
hati menjadi fibrosis dan cirhosis.kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena
portal sehingga menggalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati

Jika cairan empedu tersebar ke dala darah dan kulit,akan menyebabkan rasa gatal.
Bilirubin yang bertahan da;lam hati juga akan di keluarkan ke dala aliran darah,yan dapat
mewarnai kulit dan bagian putyih mata sehingga berwarna kuning.karna tidak ada aliran
empedu dari hati ke usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diasorbsi.kekurangan
vitain larut lemak yaitu vitamin A,D,E,K dan gagal tumbuh. Vit A,D,E,K larutdalam lemak
sehingga memerlukan lemak agar dapat di serap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitammin
tersebut akan di simpan dalam hati dan lemak di dalam tubuh, keudian di gunakan saat di
perlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat membuat
keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual,munta,masalah hati dan
jantung.
2.5 .Manifestasi Klinis

Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala penyakitini
biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup.

Gejala-gejala termasuk :

1. Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat
tinggi(pigmen empedu) dalam aliran darah.
2. Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru lahir.
Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan. Seorang
bayidengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi ikterus berkembang
pada duaatau tiga minggu setelah lahir
3. Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang
masuk kedalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi bengkak
akibat pembesaranhati.
4. Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus, dan
hepatomegali,Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang larut
dalam air sehinggamenyebabkan kondisi malnutrisi, defisiensi lemak larut dalam air
serta gagal tumbuhPada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala
berikut:
5. Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan malnutrisi.
6. Splenomegali menunjukkan sirosis yang progresif dengan hipertensi portal /
Tekanandarah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari
lambung,usus dan limpa ke hati).
7. Bilirubin meningkat
8. Sinosis bilier

2.6.Penatalaksanaan

Atresia bilier mutlak memerlukan pembedahan.secara garis besar ada dua prosedur
bedah yang dipilih (Noordiati, 2018 )
1. Operasi kasai ( hepatoportoenterostomy procedure )
Operasi kasai di perlukan untuk mengalirkan empedu keluar dari hati dengan
menyambungkan usus halus langsung dari hati untuk menggantikan saluran empedu.
Untuk menghubungkan hati dengan usus halus,dilakukan pembedahan yang di sebut
prosedur kasai.biasanya pembedahan ini hanya merupakan pengobatan sementara, dan
pada akhirnya di lakukan transplantasi hati.
2. Transplanstasi hati
Apabila operasi kasai tidak berhasil maka dilakukan transplantasi hati agar anak dapat
bertahan hidup.

2.7.Komplikasi

Menurut widodo juderwanto (2014),ada beberapa komplikasi yaitu:

1. Kolangitis
Komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatik ke usus, dengan aliran
empedu yang tidak baik,dapat menyebabkan ascending kolangitis. Hal ini terjadi
terutama dalam minggu-minggu pertama. Atau bulan setelah prosedur kasai
sebanyak 30-60% kasus.infeksi bisa berat dan kadang – kadang fulminan.ada
tanda-tanda sepsis (demam,hipotermi,status hemodinamik terganggu),ikterus yang
berulang, feses acholi dan mungkin timbul sakit perut. Diagnosa dapat di pastikan
dengan kultur darah dan /biopso hati.
2. Hipertensi portal
Portal hipertensi terjadi setidaknya pada 2/3 dari anak – anak setelah
portoenterostomy. Hal yang paling umum yang terjadi adalah farises
esofagus
3. Hepatopulmonari syndrom dan hieprtensi pulmona
Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau
prehepati hipertensi portal) atau di peroleh (bedah) portossistemik shunts,
shunts pada arterio anteri venosus pulmo mungkin terjadi. Biasanya hal ini
menyebabkan hipoksia sianosis,dan dispneu. Diagnosa dapat di tegakan
dengan scintigraphyparu. Selain itu, hipertensi pilmonal dapat terjadi pada
anak-anak dengan sirosis yang menjadi penyebab kelesuan dan bahkan
kematian mendadak. Diagnosis dalam kasus ini dapat di tegakan
achocardiodraphy.tranplatasi liver dapat membalikan shunts dan
membalikan hpertensi pulmonal ke tahap semula
4. Hepatocacinomas
Hepatocacinomas ,dan cholanggiocarcinomas dapat timbul pada pasien
dengan atresia bilier yang telah mengalami sirosis.skrining untuk ke
ganasan harus di lakukan secara teratur dalam tindak lanjut pasien dengan
operasi-operasi kasai yang berhasil. Hasil setelah gagal operasi kasai
sirosis bilier bersifat progresif jika operasi kasai gagal untuk memulikan
aliran empedu, dan pada keadaan ini harus di lakukan tranplantasi hati.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Pengkajian

 Identitas Meliputi Nama,Umur, Jenis Kelamin dan data-data umum lainnya.


Hal ini dilakukan sebagai standar prosedur yang harus dilakukan untuk
mengkaji keadaan pasien.
 Keluhan Utama
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Kesehatan Keluarga Anak dengan atresia biliaris gejalanya
berupaletargi atau kelemahan.
 Pemeriksaan Fisik

Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:

1. Air kemih bayi berwarna gelap


2. Tinja berwarna pucat
3. Kulit berwarna kuning
4. Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
5. Hati membesar.
6. Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:

a.Gangguan pertumbuhan

b.Gatal-gatal

c.Reweld.Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darahdari
lambung, usus dan limpa ke hati).

 Keadaan umum :
 TTV
 Kepala dan leher
 Dada Inspeksi
 Abdomen Inspeksi
 Kulit
 EkstremitasTidak terdapat odem pada pada extremitas
 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Bilirubin direk dalam serum meninggi (nilai normal bilirubin total < 12
mg/dl)karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang
luas.
 Tidak ada urobilinogen dalam urine.
 Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase
alkalifosfatase (5-20kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid
(kolesterol fosfolipid trigiliserol)
2. Pemeriksaan diagnostik
 .USG yaitu untuk mengetahui kelainan congenital penyebab kolestasis
ekstrahepatic (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu)
 Memasukkan pipa lambung cairan sampai duodenum lalu cairan duodenum
diaspirasi. Jika tidak ditemukan cairan empedu dapat berarti atresia empedu
terjadi.
 .Sintigrafi radio kolop hepatobilier untuk mengetahui kemampuan
hatimemproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai
tercurahke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka dapat
berartiterjadi katresia intra hepatik
 .Biopsy hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan
noduler.Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75% penderita tidak
ditemukan lumenyang jelas

3.2 .Diagnosa Keperawatan


1. Pola napas tidak efektif b.d
2. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d
3. Defisit nutrisi b.d
4. Pertumbuhan dan perkembangan b.d
5. Kerusakan integritas kulit b.d

3.3 Intervensi

N SDKI SLKI SIKI


O
1 ( D.0005)Pola napas Pemantauan respirasi(1.01014)
Pola napas
tidak efektf b.d Tindakan
( L.01004)
depresi pusat Observasi
Setelah
pernapasan d.d - Monitor
dilakukan
penggunaan otot frekuensi ,irama,pedalaman
tindakan 1x24
membantu dan uppaya napas
jam di
pernapasan - Monitor pola napas (seperti
harapkan
bradipnea,takipnea,hiperven
dengan kriteria
tilasi,kussmaul,cheyne-
hasil :
stokes,biot,ataksik)
- Penggu
- Monitor kemammpuaan
naan
batuk efektif
otot
- Monitor adanya produksi
bantu
sputum
napas
- Monitor adanya sumbatan
menuru
jalan napas
n (5)
- Palpasi kesimetrisan
- Frekuen
ekspansi paru
si napas
- Auskultasi bunyi napas
membai
- Monitor satu rasi oksigen
k (5)
- Monitor nilai AGD
- Tekana
- Monitor hasil x-ray toraks
n
Terapeutik
ekspiras
- Atur interval dengan tawon
i
respirasi sesuai kondisi
membai
klien
- Dokumentasikan hasil
k(5)
pemantauan
- Tekana
Edukasi
n
- Jelaskan tujuan dan
inspirasi
prosedur pemantauan
membai
- Informasikan hasil
k(5)
pemantauan ,jika perllu
2 ( D.0036)Risiko Keseimbangan Manajemen cairan ( I.03098)
ketidak seimbangan cairan( L.03020 Tindakan
cairan b.d ) Setelah Observasi
trauma/pendarahan melakukan - Monitor status hidrasi
d.d prosedur tindakan (mis,frekuensi
pembedahan mayor keperawatan nadi,kekuatan
1x24 jam di nadi,akral,pengisian
harapkan kapiler,kelembapan
dengan kriteria mulkosa ,turgor
hasil : kulit ,tekanan darah)
- Asupan - Monitor berat badan harian
cairan - Monitor berat badan
mening sebelum dan sesudah di
kat(5) alisis
- Output - Monitor hasil pemeriksaan
urine laboratorium
mening (mis,hematocrit,Nakcl,berat
kat (5) jenis urine,BUN)
- Asupan - Monitor status
makana hemodinamik
n (mis,MAP,CVP,PAP,PCW
mening P jika tersedia )
kat(5) Terapeutik
- Intake-output dan hitung
balans cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intra vena
jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretic jika perlu

3 (D.0019)Defisit Status nutrisi Manajemen nutrisi(I.03119)


nutrisi d.d ketidak (L.03030) Tindakan
mampuan menelan Setelah Observasi
makanan d.d berat dilakukan - Identifikasi status nutrisi
badan menurun tindakan - Identifikasi alergi dan
minimal 10% di keperawatan intoleransi makanan
bawah rentang ideal 1x24 jam di - Identifikasi makanan yang
harapakan di sukai
status nutrisi - Identifikasi kebutuhan
dengan kriteria kalori dan jenis nutrien
hasil : - Identifikasi perlunya
- Porsi pengggunaan selang
makan nasogastric
yang di - Monitor asupan makanan
habiska - Monitor berat badan
n - Monitor hasil pemeriksaan
mening laboratorium
kat (5) Terapeutik
- Kekuata - Lakukan oral hygiene
n otot sebelum makan,jika perlu
mengun - Fasilitasi menentukan
yah pedoman diet (mis,piramida
mening makanan)
kat (5) - Sajikan makanan secara
Kekuatan otot menarik dan suhu yang
menelan sesuai
meningkat (5) - Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan,jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat di
toleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,jika
mampu
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis,pereda
nyeri,antiemetic) jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di butuhkan,jika
perlu
4 ( D.0106) Gangguan Status Perawatan perkembangan
tumbuh kembang b.d perkembangan ( I.10339)
efek ketidak (L.10101) Tindakan
mampuan fisik d.d Setelah di Observasi
ketidak mampu lakukan - Identifikasi pencapaian
melakukan tindakan tugas perkengan anak
keterampilan atau keperawatan di - Identifikasi isyrat periilaku
perilaku khas sesuai harapkan dan fisiologis yang di
usia dengan kriteria tunjukan baik
(fisik,bahasa,motorik hasil : ( mis,lapar,tidak nyaman )
,psikososial) - Ketera Terapeutik
mpilan / - Pertahankan sentuhan
perilaku seminimal mungkin pada
sesuai bayi prematur
usia - Berikan sentuhan yang
mening bersifat genkle dan tidak
kat (5) ragu – ragu
- Kemam - Minimalkan nyeri
puan - Minimalkan kebisingan
melaku ruangan
kan - Pertahankan lingkungan
perawat yang mendukung
an diri perkembangan optimal
mening - Motivasi anak berintegrasi
kat (5) dengan anak lain
- Respon - Sediakan aktifitas yang
social bermotivasi anak
mening berintegrasi dengan anak
kat(5) lainnya
- Fasilitasi anak berbagi dan
berggantian /bergilir
- Dukungan anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan positif
atau umpan balik atas
usahanya
- Pertahankan kenyamanan
anak
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebetuhan secara mandiri
(mis,makan,sikat gigi,cuci
tangan,memakai baju)
- Bernyayi bersama anak
lagu-lagu yang di sukai
- Bacakan cerita/ dongeng
- Dukung partisipasi anak di
sekolah ekstrakurikuler dan
aktivitas komiunitas
Edukasi
- Jelaskan kemampuan
dan/pengasu tentang
mllestone perkembangan
anak dan perilaku anak
- Anjurkan orang tua
menyentuh dan
mengendong bayi
- Anjurkan orang tua
berintekrasi dengan \anak
- Ajarkan anak keterampilan
berintekrasi
- Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling,jika
perlu
5 Gangguan integritas Intergritas kulit Perawatan integritas kulit (I.11353)
kulit b.d perubahan (L.14125) Tindakan
status Setelah di Observasi
nutrisi( kelebihan lakukan - Identifikasi penyebab
atau kekurangan) d.d tindakan 1x24 ganguan integtritas kulit
kerusakan jaringan jam di (mis, perubahan
dan/atau lapisan harapakan sirkulasi,perubahan status
kulit(D.0129) dengan kriteria nutrisi ,penurunan
hasil : kelebapan ,lingkungan
- Kerusak ekstrem,penurunan
an mobilitas )
jaringan Terapeutik
menuru - Ubah posisi tiap 2 jam jika
n(5) tirah baring
- Kerusak - Lakukan pemijatan pada
an area penonjollan tulang jika
lapisan perlu
kulit - Bersihkan perineal dengan
menuru air hangat, terutama selama
n(5) periode diare
- Nyeri - Gunakan produk berbahan
menuru petrolium atau minyak
n (5) pada kulit kering \
- Suhu - Gunakan produk berbahan
kulit ringan atau alami dan
membai hipoalergik pada kulit
k(5) sensitif
- Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab(mis,lotion ,serum
)
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
- Anjurka mengghindari
terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF,minimal 30
saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
3.4.Implementasi

Pelaksanaan perencanaan atau intervensi keperawatan yang sesuai standart operasionalyang


ada. Yang mana tindakan ini berkaitan dengan tanggung jawab dan tanggung gugat.

3.5.Evaluasi

Penilaian akhir dari asuhan keperawatan terutama pada intervensi dan


implementasikeperawatan. Hal yang dievaluasi sesuai dengan format SOAP (Subjektif,
Objektif,Assassment, dan Planning).
BAB 4

PENUTUP

4.1 .kesimpulan
Atresia biler adalah penyakit hati dan saluran empedu langka pada bayi baru
lahir.Saluran empedu pada hati, disebut juga dengan duktus hepatikus, memiliki
banyak fungsi.Saluran empedu bisa berfungsi untuk menghancurkan lemak, menyerap
vitamin larut lemak,serta membawa racun dan produk sisa keluar tubuh. Pada atresia
bilier terjadi penyumbatanaliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal ini bisa
menyebabkan kerusakan hati dansirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat
fatal.Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-
saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu
(gallbladder ). Ini merupakan kondisi congenital , yang berarti terjadi saat
kelahiran(Lavanilate.2014 Askep Atresia Bilier ).

4.2.Saran

Sebaiknya, para perawat memahami bagaimana asuhan keperawatan pada anak


dengan atresia ductus hepaticus. Serta dapat menguasai danmenerapkan implementasi yang
benar dan baik. Dan terus mengembangkan dalam tindakannyata pada kehidupan di
masyarakat, seperti pada tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai acuan tambahan pembelajaran
bagiilmu keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai