Di Susun Oleh :
Devy Arum Sari 010116A021
Frida Sari Endarwati 010116A038
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati terletak di belakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga
abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gr, dan di
bagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan
tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan
membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut
lobulus. Sirkulasi darah ke dalam dan ke luar hati sangat penting dalam
penyelenggaran fungsi hati.
Saluran empedu terkecil yang disebut kanalikulus terletak di
antara lobulus hati. Kanalikulus menerima hasil sekresi dari hepatosit
yang membawanya ke saluran empedu yang lebih besar yang akhirnya
akan membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan
duktus sistikus dari kandung empedu bergabung untuk membentuk
duktus koledokus (commom bile duct) yang akan mengosongkan isinya
ke dalam intestinum. Aliran empedu ke dalam intestinum di kendalikan
oleh sfingter Oddi yang terletak pada tempat sambungan (junction) di
mana duktus koledokus memasuki duodenum.
Kandung empedu (vesika felea), yang merupakan organ
berbentuk sebuah pear, berongga dan menyerupai kantong dengan
panjang 7,5 hingga 10 cm, terletak dalam suatu cekungan yang dangkal
pada permukaan inferior hati dimana organ tersebut terikat pada hati
oleh jaringan ikat yang longgar. Kapasitas kandung empedu 30-50ml
empedu. Dindingnya terutama tersusun dari otot polos. Kandung
empedu dihubungkan dengan duktus koledokus lewat duktus sistikus.
Atresia Bilier adalah suatu defek kongenital yang merupakan
hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu
pada ekstrahepatik atau intrahepatik (Suriadi dan Rita Yulianni, 2006)
Atresia biliary merupakan obliterasi atau hipoplasi satu
komponen atau lebih dari duktus biliaris akibat terhentinya
perkembangan janin, menyebabkan ikterus persisten dan kerusakan hati
yang bervariasi dari statis empedu sampai sirosis biliaris, dengan
splenomegali bila berlanjut menjadi hipertensi porta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Atresia Duktus Hepatikus Atau Atresia Bilier?
2. Bagaimana Manifestasi Duktus Hepatikus Atau Atresia Bilier?
3. Bagaimana Etiologi Duktus Hepatikus Atau Atresia Bilier?
4. Bagaimana Patofisiologi Duktus Hepatikus Atau Atresia Bilier?
5. Bagaimana Komplikasi Duktus Hepatikus Atau Atresia Bilier?
6. Bagaimana Pemeriksaan penunjang Duktus Hepatikus Atau Atresia
Bilier?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Duktus Hepatikus Atau Atresia Bilier?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan Duktus Hepatikus Atau Atresia
Bilier?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Atresia Duktus Hepatikus Atau
Atresia Bilier
2. Untuk Mengetahui Manifestasi Duktus Hepatikus Atau Atresia
Bilier
3. Untuk Mengetahui Etiologi Duktus Hepatikus Atau Atresia Bilier
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Duktus Hepatikus Atau Atresia
Bilier
5. Untuk Mengetahui Komplikasi Duktus Hepatikus Atau Atresia
Bilier
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang Duktus Hepatikus Atau
Atresia Bilier
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Duktus Hepatikus Atau Atresia
Bilier
8. Untuk Mengetahui Asuhan keperawatan Duktus Hepatikus Atau
Atresia Bilier
BAB II
PEMBAHASAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
pigmentasi
4. Hypertermi b.d inflamasi akibat kerusakan progresif pada
duktusbilier ekstrahepatik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia billiaris adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
dari sistem billier ekstrahepatic. Atresia billiaris merupakan proses
inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu
intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi
obstruksi saluran tersebut (Donna L. Wong, 2008). Atresia bilier banyak
ditemukan pada bayi yang diakibatkan oleh faktor genetik ataua
kelainan bawaan dan faktor infeksi virus.Gejala pasien dengan atresia
bilier ialang dengan ditandai tubuh berwarna kuning atau
ikterik.Diagnosa atresia bilier ditegakkakn melalui pemeriksaan
penunjang.Pemeriksaan seperti ultrasonografi, skintigrafi, dan magnetic
resonance cholangiography dapat digunakan.Akan tetapi sampai saat ini
tidak ada satupun pemeriksaan penunjang preoperatif yang dapat
memberikan diagnosis pasti.Pemeriksaan biokimia hati dan
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut sangat membantu. Penatalaksaan
yang dibutuhkan untuk pasien dengan atresia bilier dapat dengan
prosedur kasai atau dengan transplantasi hati.
B. Saran
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan
yang tepat demi tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental yang optimal bagi penderita atresia bilier.
DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong…[et.al]. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih
bahasa : Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa
Indonesia : Egi Komara Yudha….[et al.]. Edisi 6.Jakarta : EGC
Julinar, Yusri Dianne Jurnalis, dan Yorva Sayoeti. 2009. ATRESIA BILIER.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RS Dr. M. Djamil
Padang.Majalah Kedokteran Andalas.Vol 33.No. 2.
Hadinegoro, Sri Rezeki, Muzal Kadim, dkk (Ed). 2012. Update Management of
Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders. Jakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM