Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KATARAK

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 3


Dosen Pengampu : Bu Faridha Faridha Aini, S.Kep.,M.Kep., Sp.KMB.

Oleh :
Kelompok 2
Aulia Cahyani 010116A012
Cahya Miftakhul Fara 010116A015
Devy Arum Sari 010116A021
Dewi Novita Rahma F 010116A022
Dicky Aris S 010116A023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayah-nya kepada kami. Sholawat serta salam marilah selalu kita hadirkan
keharibaan Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah al-hasanah yang senantiasa
di harapkan syafaatnya di hari kiamat.yang pada kesempatan kali ini kami dapat
membuat makalah untuk mengukir ilmu pengetahuan yang sangat di butuhkan dan
semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta bermanfaat bagi pembaca.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Faridha Aini,
S.Kep.,M.Kep., Sp.KMB selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 3. Untuk ridho dan barokah dari beliau sangat kami harapkan menuju jalan
ilmu yang bermanfaat. Terimah kasih juga atas semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan makalah ini.

Mengingat makalah ini jauh dari sempurna, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca sehingga ilmu dalam makalah ini dapat sempurna dan
bermanfaat bagi penulis, terlebih lagi bermanfaat bagi pembaca. Amin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari panca indra yang paling
penting, dari mata kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan
dengan optimal. Mata merupakan jendela otak karena 90% informasi yang di
peroleh otak berasal dari mata. Jika pada system penglihatan mengalami
gangguan maka akan berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari.

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia


memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234
juta penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak.
Sebagian besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas.
Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan
bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya.

Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran


tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%,
dengan penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan
refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut
usia (0,38%).

Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka


kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%,
Thailand 0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun),
sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/
tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup
tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan
operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya
biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata
yang masih terbatas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengetahui tentang katarak?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada katarak?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang katarak.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada katarak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang


sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi paling banyak
karena proses penuaan (Khurana, 2007). Katarak menyebabkan penglihatan
menjadi berkabut / buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana
lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan
progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,
2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).

B. ETIOLOGI
 

Beberapa pandangan teoritis oleh beberapa ahli tentang penjabaran


penyebab terjadinya penyakit (etiologi) katarak :
 Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara
kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan
gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolik, seperti diabetes
melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, traumatik: terapi kortikosteroid,
sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak
(Mansjoer,2000).

 Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam
kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B
dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E
dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata
(Ilyas,1997).

 Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak kongenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata
tajam/tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,
seperti dibetes melitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) atau kelainan mata lain seperti
uveitis anterior (Smeltzer,2002).
 Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun
keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
a.  Faktor keturunan.
b. Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Operasi mata sebelumnya.
e. Trauma (kecelakaan) pada mata.
f. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
C. KLASIFIKASI KATARAK

1) Katarak Nuklear

Setelah melewati usia pertengahan, terjadi proses kondensasi normal dalam


nukleus lensa mata yang disebut sebagai sklerosis nuklear (Vaughan dan
Asbury, 2008). Secara umum, kondisi ini hanya sedikit mengganggu fungsi
penglihatan. Terjadinya sklerosis dan penguningan dalam jumlah yang
berlebihan disebut katarak nuklear yang menyebabkan kekeruhan sentral
(American Academy of Ophtalmology, 2007-2008). Katarak nuklear cenderung
progresif perlahan-lahan, dan secara khas mengakibatkan gangguan penglihatan
jarak jauh yang lebih besar daripada penglihatan jarak dekat (Suhardjo, et al.,
2007). Ini merupakan akibat meningkatnya kekuatan fokus lensa bagian sentral,
menyebabkan refraksi bergeser ke miopia. Gejala-gejala lain dapat berupa
diskriminasi warna yang buruk atau diplopia monokuler. Sebagian besar
katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik (Vaughan dan Asbury,
2008).

2) Katarak Kortikal

Katarak kortikal merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Katarak ini


cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi
penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan
sumbu penglihatan (Vaughan dan Asbury, 2008). Kekeruhan kortikal terjadi
akibat perubahan komposisi ion pada korteks lensa dan perubahan hidrasi pada
serabut lensa. Tanda pertama pembentukan katarak kortikal terlihat dengan
slitlamp sebagai vakuola dan celah air di korteks anterior atau posterior. Gejala
yang sering dijumpai adalah silau akibat sumber cahaya fokal, seperti lampu
mobil (American Academy of Ophtalmology, 2007-2008).

3) Katarak Subkapsular

Posterior Katarak subkapsular posterior terdapat pada korteks di dekat


kapsul posterior bagian sentral. Pada awal perkembangannya, katarak ini
cenderung menimbulkan gangguan penglihatan karena adanya keterlibatan
sumbu penglihatan (Vaughan dan Asbury, 2008). Pasien sering mengeluhkan
silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya terang karena katarak
subkapsular posterior menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang,
akomodasi, atau miotikum. Penglihatan dekat lebih buruk daripada penglihatan
jauh. Katarak ini sering dijumpai pada pasien yang lebih muda (American
Academy of Ophtalmology, 2007-2008).

D. PATOFISIOLOGI

Pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein


yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.
Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi
kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-
serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang
menyimpang (Vaughan dan Asbury, 2008). Penambahan usia akan
menyebabkan lensa menjadi lebih berat dan lebih tebal, lapisan baru serabut
lensa membentuk korteks dan akhirnya nukleus menjadi tertekan dan mengeras.
Melalui mekanisme kimia, kristalina mengalami agregasi dan berat molekulnya
meningkat. Hasil agregasi protein mengakibatkan penurunan kecerahan,
perubahan indek refraksi lensa serta penyebaran sinar (American Academy of
Ophtalmology, 2007-2008).

E. STADIUM KATARAK
1) Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan terjadi mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior. Di dalam korteks mulai terlihat adanya
vakuola. Kekeruhan pada stadium ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena
indek refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini terkadang
menetap untuk waktu yang lama (Ilyas, 2010).

2) Katarak Imatur

Pada katarak imatur kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa,


hanya sebagian saja. Katarak stadium ini biasanya terjadi penambahan volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa yang mencembung dapat menimbulkan hambatan pupil,
mendorong iris ke depan, dan mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder
(Ilyas, 2010).

3) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang terus berjalan menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan
dari lensa sehingga ukuran lensa akan kembali normal. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali. Karena seluruh lensa telah
keruh, maka tidak terdapat bayangan iris, sehingga uji shadow test hasilnya
negatif (Ilyas, 2010).
4) Katarak Hipermatur

Pada katarak stadium ini telah mengalami proses degenerasi lebih


lanjut sehingga masa lensa akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa.
Masa lensa yang keluar mengakibatkan lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning, dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan
kapsul lensa. Pada stadium hipermatur, dapat terjadi penyulit berupa uveitis
dan glaukoma yang disebabkan cairan yang telah keluar dari lensa (Ilyas,
2010).

F. MANIFESTASI KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai
pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah
silau, diploplia monokuler atau polypia, halo, distorsi, penurunan tajam
penglihatan, sensitivitas kontras, dan myopic shift.

Gejala yang lain :

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
o Peka terhadap sinar atau cahaya.
o Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
o Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
o Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

3. Kesulitan melihat pada malam hari


4. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
5. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
6. Sering berganti kacamata
7. Penglihatan sering pada salah satu mata.
8. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan
tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

G. PENATALAKSANAAN

Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat


progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan
pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah
ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan
nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan
terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin
banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi
lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan
secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau
sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak
ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe
ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea
atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  Resi ko tinggi terhadap cidera   b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi
dengan dilator pupil)
  Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
 Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra penglihatan
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
I.   Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

1.      Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

2.      Riwayat kesehatan
a)      Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b)      Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting.
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
c)      Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat
(fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral    atau perifer?
d)     Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
3.      Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau
subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James,
2005).

4.      Perubahan pola fungsi


Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
a)      Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai
riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b)      Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain,
3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat
dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c)      Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia
atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d)     Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan
berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e)      Pola eliminasi       
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk,
warna, bau dan frekuensi.
f)       Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan
nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

g)      Pola konsep diri


Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h)      Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit.
i)        Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi.
j)        Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung
dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien
dirawat di rumah sakit.
k)      Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.

Kriteria
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
hasil
1 Resio tinggi Setelah Menunjukka Mandiri :
cidera berhub dilakukan n perubahan1.     Diskusikan apa 1.     Membantu
ungan dengan intervesi sel perilaku, yang  terjadi pada megurangi rasa
perdarahan ama 3x24 pola hidup pasca dikoreksi takut an
intra okuler jam untuk tentang nyeri, meningkatkan
diharapkan menurunka pembatasan kerja sama  dalam
perdrahan faktor resiko aktivitas, pembatasan yang
intra okuler dan penampilan dan diperlukan
dapat segera untuk melid balutan mata
diatasi ungi diri 2.     Batasi aktivitas 2.     Menurunkan stres
dari cedera. seperti pada area
megerakkan pengikisan/menur
kepala tiba-tiba, unkan TIO
menggaruk mata,
membongkok
3.     Dorong napas
dalam batuk
3.     Batuk
untuk bershan
meningkatkan TIO
nafas berihan
paru
4.     Pertahankan
4.     Digunaknuntuk
perlindungan
melindungi dari
mata sesuai
cedera dan
indikasi
menurunkan
gerakan mata
5.     Minta pasien
5.     Ketidak amanan
untuk
membedakan mungkin karena
antara prosedur
ketidakyamanan pembedahan,
dan nyeri mata nyeri akut
tajam tiba-tiba, menunjukkan TIO
selidiki dan atau
kegelisaan,disorie perdarahan yang
ntasi, gangguan terjadi karena
balutan regangan dan
atau tak diketahui
penyebabnya.

Kolaborasi:
1.    berikan obat
sesuai indikasi
      antiemetik contoh
proklorprazin        mual, muntah
dapat
meningkatkan
TIO, memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
cedera okuler
     asetazolamid(dio        diberikan untuk
mox) menurun TIO bila
terjadi
peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
      analgesik contoh       digunakan untuk
empirin dengam ketidak nyamanan
kodein, ringan, mencega
asetaminofen(tyn gelisah yang
ol) dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah -     Meningkat Mandiri
terhadap dilakukan kan 1.     Diskusikan 1.     Menurunkan
infeksi intervesi sel penyembu pentingnya jumlah bakteri
berhubungan ama 3x24 han luka mencuci tangan pada tangan,
dengan bedah jam tepat sebelum mencega
pengangkatan diharapkan waktu menyentu atau kontaminasi area
katarak factor -      bebas mengobati mata operasi
resiko drainase 2.     Gunakan atau 2.     Tehnik aseptic
infeksi purulen tunjukan tehnik menurunkan
dapat dan yang tepat untuk resiko penyebaran
diatasi eritema membersihkan bakteri dan
mata dari dalam kontaminasi silang
keluar dengan
tisu basah atau
bola kapas untuk
tiap usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3.     Tekankan 3.     Mencegah
pentingnya kontaminasi dan
untuk  tidak kerusakan sisi
menyentuh atau operasi
menggarut mata
yang di operasi
4.     Obserpasi tanda 4.     Infeksi mata
terjadinya infeksi terjadi 2-3 hari
contah setelah prosedur
kemerahan, dan memerlukan
kelopak mata upaya intervensi
bengkak, yang tepat
drainase purulen.
Kolaborasi:
1.    Berikan obat
sesuai indikasi        sediakan topical
     antibiotik(topical, yang digunakan
perenteral, atau sevara profilaksis,
subkunjungival) dimana
terapilebih akresif
diperlukan bila
terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
implantasi.
      steroid        Digunakan untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah -     Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkat 1.    Tentukann 1.    kebutuhan
persepsi(pengl intervesi sel kan ketajaman individu dan
ihatan) ama 3x24 ketajaman penglihatan, catat pilihan intervensi
berhubungan jam penglihata apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
dengan diharapkan n batas mata terlibat kehilangan
gangguan gangguan situasi penglihatan terjadi
penerimaan sensori individu lambat dan
sensori/status persepsi -    Memperbai progresif. Bila
organ indra dapat ki potensi bilateral tiap mata
penglihatan diatasi bahaya dapat berlangjut
dalam pada laju yang
lingkunga berbeda tetapi
biasa nya hanya 1
mata diperbaiki
perprosedur.
2.    memberikan
peningkatan
2.    Orientasikan kenyamanan dan
pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, menurunkancema
orang lain di area s dab disorientasi
nya pasca operasi
3.    terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
3.   Observasi tanda- tetbatasan
tanda dan gejala- penglihatan dapat
gejala mengakibatkan
disorientasi, bingung pada
pertahankan orang tua.
pagar tempat Menurunkan
tidur sampai resiko jatuh bila
benar-benar pasien bingung
senbuh dari atai tak kenal
anastesia ukuran tempat
tidur

4.    Memberikan
rangsangan
sensori tepat
4.   Pendekatan dari terhadap isolasi
sisi yang tak dan menurunkan
dioperasi , bicara, bingung
dan menyentuh
sering, dorong
orang terdekat
5.    Gangguan
tinggal dengan
penglihatan atau
pasien
iritasi dapat
berakhir 1-2 jam
5.   Perhatikan
setelah diberikan
tentang suram
pengobatan tetapi
atau penglihatan
secara bertahap
kabur dan iritasi
menurunkan
mata
denganpengguna
an.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
sementara
6.    perubahan
ketajaman dan
6.    Ingatkan pasien kedalaman persepsi
menggunakan dapat menyebabkan
kacamata bingung penglihatan
katarakyang atau meningkatkan
tujuannya resiko cedera
memperbesar sampai pasien
kurang lebih 25% belajar untuk
penglihatan mengkompensasi.
perifer hilang dan
buta titik mungkin
ada
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang


sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi paling banyak
karena proses penuaan (Khurana, 2007). Katarak menyebabkan penglihatan
menjadi berkabut / buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana
lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa,
sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan
progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,
2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I


Made Kariasa. Jakarta . EGC

Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa :


Setiawan Sari. Jakarta. EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai