Oleh :
Kelompok 2
Aulia Cahyani 010116A012
Cahya Miftakhul Fara 010116A015
Devy Arum Sari 010116A021
Dewi Novita Rahma F 010116A022
Dicky Aris S 010116A023
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayah-nya kepada kami. Sholawat serta salam marilah selalu kita hadirkan
keharibaan Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah al-hasanah yang senantiasa
di harapkan syafaatnya di hari kiamat.yang pada kesempatan kali ini kami dapat
membuat makalah untuk mengukir ilmu pengetahuan yang sangat di butuhkan dan
semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta bermanfaat bagi pembaca.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Faridha Aini,
S.Kep.,M.Kep., Sp.KMB selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 3. Untuk ridho dan barokah dari beliau sangat kami harapkan menuju jalan
ilmu yang bermanfaat. Terimah kasih juga atas semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Mengingat makalah ini jauh dari sempurna, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca sehingga ilmu dalam makalah ini dapat sempurna dan
bermanfaat bagi penulis, terlebih lagi bermanfaat bagi pembaca. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata dapat dikatakan sebagai bagian dari panca indra yang paling
penting, dari mata kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan
dengan optimal. Mata merupakan jendela otak karena 90% informasi yang di
peroleh otak berasal dari mata. Jika pada system penglihatan mengalami
gangguan maka akan berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengetahui tentang katarak?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada katarak?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang katarak.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada katarak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam
kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B
dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E
dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata
(Ilyas,1997).
Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak kongenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata
tajam/tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,
seperti dibetes melitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) atau kelainan mata lain seperti
uveitis anterior (Smeltzer,2002).
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun
keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
a. Faktor keturunan.
b. Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Operasi mata sebelumnya.
e. Trauma (kecelakaan) pada mata.
f. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
C. KLASIFIKASI KATARAK
1) Katarak Nuklear
2) Katarak Kortikal
3) Katarak Subkapsular
D. PATOFISIOLOGI
E. STADIUM KATARAK
1) Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan terjadi mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior. Di dalam korteks mulai terlihat adanya
vakuola. Kekeruhan pada stadium ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena
indek refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini terkadang
menetap untuk waktu yang lama (Ilyas, 2010).
2) Katarak Imatur
3) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang terus berjalan menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan
dari lensa sehingga ukuran lensa akan kembali normal. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali. Karena seluruh lensa telah
keruh, maka tidak terdapat bayangan iris, sehingga uji shadow test hasilnya
negatif (Ilyas, 2010).
4) Katarak Hipermatur
F. MANIFESTASI KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai
pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah
silau, diploplia monokuler atau polypia, halo, distorsi, penurunan tajam
penglihatan, sensitivitas kontras, dan myopic shift.
G. PENATALAKSANAAN
A. PENGKAJIAN
I. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting.
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat
(fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau
subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James,
2005).
Kriteria
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
hasil
1 Resio tinggi Setelah Menunjukka Mandiri :
cidera berhub dilakukan n perubahan1. Diskusikan apa 1. Membantu
ungan dengan intervesi sel perilaku, yang terjadi pada megurangi rasa
perdarahan ama 3x24 pola hidup pasca dikoreksi takut an
intra okuler jam untuk tentang nyeri, meningkatkan
diharapkan menurunka pembatasan kerja sama dalam
perdrahan faktor resiko aktivitas, pembatasan yang
intra okuler dan penampilan dan diperlukan
dapat segera untuk melid balutan mata
diatasi ungi diri 2. Batasi aktivitas 2. Menurunkan stres
dari cedera. seperti pada area
megerakkan pengikisan/menur
kepala tiba-tiba, unkan TIO
menggaruk mata,
membongkok
3. Dorong napas
dalam batuk
3. Batuk
untuk bershan
meningkatkan TIO
nafas berihan
paru
4. Pertahankan
4. Digunaknuntuk
perlindungan
melindungi dari
mata sesuai
cedera dan
indikasi
menurunkan
gerakan mata
5. Minta pasien
5. Ketidak amanan
untuk
membedakan mungkin karena
antara prosedur
ketidakyamanan pembedahan,
dan nyeri mata nyeri akut
tajam tiba-tiba, menunjukkan TIO
selidiki dan atau
kegelisaan,disorie perdarahan yang
ntasi, gangguan terjadi karena
balutan regangan dan
atau tak diketahui
penyebabnya.
Kolaborasi:
1. berikan obat
sesuai indikasi
antiemetik contoh
proklorprazin mual, muntah
dapat
meningkatkan
TIO, memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
cedera okuler
asetazolamid(dio diberikan untuk
mox) menurun TIO bila
terjadi
peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
analgesik contoh digunakan untuk
empirin dengam ketidak nyamanan
kodein, ringan, mencega
asetaminofen(tyn gelisah yang
ol) dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah - Meningkat Mandiri
terhadap dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
infeksi intervesi sel penyembu pentingnya jumlah bakteri
berhubungan ama 3x24 han luka mencuci tangan pada tangan,
dengan bedah jam tepat sebelum mencega
pengangkatan diharapkan waktu menyentu atau kontaminasi area
katarak factor - bebas mengobati mata operasi
resiko drainase 2. Gunakan atau 2. Tehnik aseptic
infeksi purulen tunjukan tehnik menurunkan
dapat dan yang tepat untuk resiko penyebaran
diatasi eritema membersihkan bakteri dan
mata dari dalam kontaminasi silang
keluar dengan
tisu basah atau
bola kapas untuk
tiap usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan 3. Mencegah
pentingnya kontaminasi dan
untuk tidak kerusakan sisi
menyentuh atau operasi
menggarut mata
yang di operasi
4. Obserpasi tanda 4. Infeksi mata
terjadinya infeksi terjadi 2-3 hari
contah setelah prosedur
kemerahan, dan memerlukan
kelopak mata upaya intervensi
bengkak, yang tepat
drainase purulen.
Kolaborasi:
1. Berikan obat
sesuai indikasi sediakan topical
antibiotik(topical, yang digunakan
perenteral, atau sevara profilaksis,
subkunjungival) dimana
terapilebih akresif
diperlukan bila
terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
implantasi.
steroid Digunakan untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah - Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkat 1. Tentukann 1. kebutuhan
persepsi(pengl intervesi sel kan ketajaman individu dan
ihatan) ama 3x24 ketajaman penglihatan, catat pilihan intervensi
berhubungan jam penglihata apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
dengan diharapkan n batas mata terlibat kehilangan
gangguan gangguan situasi penglihatan terjadi
penerimaan sensori individu lambat dan
sensori/status persepsi - Memperbai progresif. Bila
organ indra dapat ki potensi bilateral tiap mata
penglihatan diatasi bahaya dapat berlangjut
dalam pada laju yang
lingkunga berbeda tetapi
biasa nya hanya 1
mata diperbaiki
perprosedur.
2. memberikan
peningkatan
2. Orientasikan kenyamanan dan
pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, menurunkancema
orang lain di area s dab disorientasi
nya pasca operasi
3. terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
3. Observasi tanda- tetbatasan
tanda dan gejala- penglihatan dapat
gejala mengakibatkan
disorientasi, bingung pada
pertahankan orang tua.
pagar tempat Menurunkan
tidur sampai resiko jatuh bila
benar-benar pasien bingung
senbuh dari atai tak kenal
anastesia ukuran tempat
tidur
4. Memberikan
rangsangan
sensori tepat
4. Pendekatan dari terhadap isolasi
sisi yang tak dan menurunkan
dioperasi , bicara, bingung
dan menyentuh
sering, dorong
orang terdekat
5. Gangguan
tinggal dengan
penglihatan atau
pasien
iritasi dapat
berakhir 1-2 jam
5. Perhatikan
setelah diberikan
tentang suram
pengobatan tetapi
atau penglihatan
secara bertahap
kabur dan iritasi
menurunkan
mata
denganpengguna
an.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
sementara
6. perubahan
ketajaman dan
6. Ingatkan pasien kedalaman persepsi
menggunakan dapat menyebabkan
kacamata bingung penglihatan
katarakyang atau meningkatkan
tujuannya resiko cedera
memperbesar sampai pasien
kurang lebih 25% belajar untuk
penglihatan mengkompensasi.
perifer hilang dan
buta titik mungkin
ada
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN