Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini
termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi
dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku perawat
dalam penerapan manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit. Perawat
adalah pekerja medis yang banyak memiliki potensi bahaya baik fisik, ergonomi, biologi, kimia,
psikososial yang dapat mengakibatkan penyakit maupun kecelakaan kerja. 4 prioritas masalah
K3 yakni posisi tubuh atau sikap kerja perawat yang janggal bisa berakibat Low back
pain/mosculoskeletal, perawat terpajan zat kimia, perawat tertusuk jarum atau tersayat benda
tajam, dan perawat tertular penyakit pasien akibat kontak dengan luka atau cairan pada tubuh
pasien. Kesimpulan: Faktor manusia menjadi penyebab dasar yang dominan, seperti kelelahan
kerja akibat shift kerja, kurangnya SDM perawat, kurangnya kepatuhan terhadap standart
tempat kerja.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
pembangunan konstruksi menjadi lebih maju. Tuntutan akan efesiensi dalam segala hal,
membutuhkan modernisasi yang akan mendukung era industrialisasi. Semakin tinggi inovasi
yang akan dibuat, akan semakin membutuhkan sumber daya, baik dari segi manusia maupun
saat ini lebih mengarah kepada pembangunan konstruksi bertingkat. Kota- kota besar di
dunia maupun di indonesia saling berpacu membangun fasilitas gedung bertingkat yang
banyak dan alat produksi yang mendukung. Proyek konstruksi merupakan proyek yang
beresiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini terjadi karena pembangunan
konstruksi dipengaruhi oleh kondisi fisik pekerja seta area yang terbuka, seperti iklim, cuaca
dan lingkungan.
Menurut Ramli (2010), angka kecelakaan kerja di indonesia masih cukup tinggi
dan thailand angka kematian tenaga kerja akibat kecelakaan kerja di indonesia masih sangat
tinggi. Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya
dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan
pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti adanya tanpa adanya intervensi dari
Karena itu, ahli K3 sejak awal tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak,
khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain
dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai
Menurut Cecep (2014), Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun
keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenga kerja akan mencapai ketahanan
fisik,daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan
2. Tujuan
Tujuan umum dari upaya K3 adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan
selamat untuk melindungi pekerja, asset produksi, dan lingkungan sekitarnya (Ramli, 2010).
3. Metode
kerja dalamasuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit adalah metode litelature review
yaitu menggunakan kemampuan dan pemahaman dalam menerapkan sesuai dengan
prosedur.
4. Hasil
Hasil dari penelitian manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dalam asuhan
menghasilkan suatu pembelajaran melalui pemahaman dari penelitian ini untuk selalu
menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada pada pasien dirumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
komitmen pucuk pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja (Ramli, 2014).
Menurut OHSAS Penyusunan perencanaan pelaksanaan K3 (safety plan) pada masa persiapan
Pelaksanaan SMK3 dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai safety plan yang telah dibuat
atas kegiatan yang telah dilaksanakan untuk dilakukan analisis sehingga dapat selalu terkontrol.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Safety Induction, safety patrol, Izin kerja
Selain faktor internal, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi perilaku perawat dalam
penerapan manajemen K3 di rumah sakit. Peneliti berasumsi bahwa ada banyak faktor yang
dapat menentukan perubahan perilaku perawat dari segi faktor eksternal, diantaranya
pengalaman. Pengalaman perawat dapat dilihat dari berbagai aspek. Salah satunya adalah masa
kerja. Semakin lama masa kerja perawat maka pengalaman yang dimiliki juga semakin
meningkat sehingga perilakunya dalam menjaga keselamatan dirinya juga menjadi lebih baik.
Selain itu pengalaman juga dapat diperoleh dari berbagai sosialisasi maupun pelatihan tentang
Faktor selanjutnya yang ikut berperan dalam perubahan perilaku perawat yaitu
tersedianya fasilitas yang mendukung sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Tukatman, Sulistiawati, Purwaningsih dan Nursalam (2015) yang
menyebutkan bahwa faktor enabling (fasilitas keamanan dan keselamatan, hukum/aturan) pada
perawat berpengaruh terhadap K3 pada perawat dalam penanganan pasien. Nilai yang paling
tinggi pada faktor enabling berada pada komponen hukum/aturan, artinya secara umum perilaku
Selain beberapa faktor diatas, budaya organisasi juga berpengaruh terhadap perilaku
perawat dalam melaksanakan keselamatan, dimana budaya organisasi yang baik akan mendorong
perawat untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetentukan (Notoadmodjo, 2010). Hal
ini sejalan dengan penelitian Mulyatiningsih (2013) tentang determinan perilaku perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
PENUTUP
Faktor manusia menjadi penyebab dasar yang dominan, seperti kelelahan kerja akibat
shift kerja, kurangnya SDM perawat, kurangnya kepatuhan terhadap standart prosedur
operasional (SPO), dan kurangnya kesadaran perawat terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta
Depkes RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta : Bakti Husada
Hamid. A., Y. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan: konsep, etika, instrumentasi. Ed 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI. (2011). Standar Akreditas Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Nursalam & Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4 Vol.1. Jakarta : EGC
R.H.Simamora. (2019). Buku Ajar Pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi Indonesia
R.H.Simamora. (2019). The infiuence of Training handover based SBAR Communication for
Improving patient safety. Indian journal of public health research & Development
Samra, R. et al. (2016). How to Monitor Patient Safety in Primary Care? Healthcare
Profesionals. Views, Journal of the Royal Society of Medicine
Sumarni. (2017). Analisis Implementasi Patient Safety Terkait Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
Supinganto, agus. (2015). Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR di RSUD Kota Mataram,
STIKES YARSI Mataram
Stephen P. Robbins, T. A. J. (2008). Perilaku Organisasi. 12th edn. Jakarta : Salemba Empat