Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH DENGAN PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah: ESTETIKA RUPA 3
DIMENSI
DOSEN PENGAMPU :

Disusun oleh:
1. Umiyatun (20.12.00263)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH
2023
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
kami panjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan, baik kesempatan
maupun kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan makalah Hubungan Antara
Manajemen Berbasis Sekolah dengan Peningkatan Mutu Pendidikan ini dengan baik.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW,
yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti
sekarang ini.
Makalah Hubungan Antara Manajemen Berbasis Sekolah dengan Peningkatan
Mutu Pendidikan ini yang telah kami buat. Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini
tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar - besarnya untuk mereka yang telah bekerjasama membantu selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir. Akhirnya, besar harapan penulis agar
kehadiran Matakuliah Anak Usia Dini ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk
para pembaca. Dan terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu
pengetahuan

Pati,11 April 2023

Umiyatun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Tujuan.......................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Pengertian Manajemen Sekolah................................................................................6
B. Manajemen Berbasis Sekolah...................................................................................7
C. Mutu Pendidikan.......................................................................................................9
D. Implikasi Konsep Mutu Dalam Pendidikan.............................................................9
E. Manajemen berbasis Sekolah dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan...........10
BAB III..............................................................................................................................13
PENUTUP.........................................................................................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur
oleh prestasi yang didapat, oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus
menggunakan suatu sistem, artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di
dalamnya terdapat komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, orang tua
siswa, masyarakat, pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang
dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.
Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketertinggalan
artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global,
terutama dari Sekolah Dasar dimana jenjang dasar ini diharapkan peserta didik dapat
memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan dari dasar, sehingga akan
mempermudah melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tantangan ini akan dapat
teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran
dimaksud.
Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan
untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: Ciptakan
keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim
kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil yang
berprestasi. Tunjukan keteladanan, terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses
penyelenggaraan pendidikan, seperti: Perencanaan Pengorganisasian Penentuan staff atas
dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan. Berikan bimbingan dan pembinaan kearah
yang menuju kepada pencapaian tujuan adalah kontrol terhadap semua kegiatan
penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi. Adakan penilaian
terhadap semua program untuk mengukur keberhasilan serta menemukan cara untuk

4
mengatasi kegagalan. Dalam makalah ini, akan dibahas salah satu model dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan, yakni Manajemen Berbasis Sekolah.

B. Tujuan
1. Memahami pengertian manajemen sekolah.
2. Untuk mengetahui Manajemen berbasis Sekolah (MBS).
3. Mengetahui hubungan antara manajemen berbasis sekolah dengan mutu
pendidikan.
4. Mengetahui implikasi konsep mutu dalam pendidikan.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen sekolah?
2. Apa yang dimaksud Manajemen berbasis sekolah?
3. Apa pengertian mutu pendidikan?
4. Apa Hubungan Antara Manajemen Sekolah dengan Manajemen Berbasis
Sekolah?
5. Bagaimana strategi dalam peningkatan mutu pendidikan melalui MBS?
6. Seperti apakah tujuan manajemen sekolah?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Sekolah


Menurut Stoner Manajemen secara umum yang dikutip oleh T. Hani Handoko
(1995) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sedangkan dalam konteks sekolah yaitu Manajemen sekolah menurut buku
manajamen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi ilmu manajemen dalam bidang
persekolahan. Ketika istilah manajemen diterapkan dalam bidang pemerintahan akan
menjadi manajemen pemerintahan, dalam bidang pendidikan menjadi manajemen
pendidikan, begitu seterusnya.
Sedangkan menurut James Jr. manajemen sekolah adalah proses pendayagunaan
sumber-sumber manusiawi bagi penyelenggara sekolah secara efektif. Sedangkan dalam
konteks pendidikan ada juga manajemen pendidikan.
Menurut Ali Imron manajemen pendidikan adalah proses penataan kelembagaan
pendidikan, dengan melibatkan sumber potensial baik yang bersifat manusia maupun
yang bersifat non manusia guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pada hakekatnya istilah manajemen pendidikan dan manajemen sekolah
mempunyai pengertian dan maksud yang sama. Keduanya susah untuk dibedakan karena
sering dipakai secara bergantian dalam pengertian yang sama. Apa yang menjadi bidang
manajemen pendidikan adalah juga merupakan bidang manajemen sekolah. Demikian
pula proses kerjanya ditempuh melalui fungsi-fungsi yang sama, yang diturunkan dari
teori administrasi dan manajemen pada umumnya.
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan
inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap
cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen
pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi

6
sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk
mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna
yang sama.

B. Manajemen Berbasis Sekolah


Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based
management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi
luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional.
Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas
sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk
alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada
sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara
langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa,
dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional.
Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah
administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama,
mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti
dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi
(administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa
manajemen identik dengan administrasi.
Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau
pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik
personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah secara optimal. Pengertian manajemen menurut Hasibuan
merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi
manajemen tersebut menjelaskan pada kita bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka
kita tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan
baik.

7
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai
fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing),
mengarahkan (directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling),
dan mengevaluasi (evaluation).
Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan
mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik, dan
komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Tujuan MBS
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
megelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang
dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan
berikut:
1. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada
peserta didik, orang tua, dan guru.
2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
2. Manfaat MBS
MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya
1. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru
sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;
2. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat
untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;
3. Guru didorong untuk berinovasi;

8
4. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin
layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.

C. Mutu Pendidikan
Dalam pandangan Umaedi (2004), mutu dapat diartikan sebagai derajat
keunggulan sesuatu barang atau jasa dibandingkan dengan yang lain. Mutu dapat bersifat
abstrak, misal dalam cara hidup yang bermutu, sikap hidupyang dilandasi oleh nilai-nilai
yang dianggap luhur dan sangat dihormati. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari
segi relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh
pekerjaan yang bergaji besar serta kemampuan di dalam mengatasi berbagai persoalan
hidup. Mutu pendidikan dapat ditinjau dari manfaat pendidikan bagi individu,
masyarakat, dan bangsa atau negara. Secara spesifik, ada yang melihat mutu pendidikan
dari segi tinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang dicapai oleh seseorang yang
menempuh pendidikan.
Disamping hal diatas, ada yang berpendapat bahwa pendidikan yang bermutu
mengacu pada berbagai input (masukan), seperti tenaga pengajar, peralatan, buku, biaya
pendidikan, teknologi, dan iput-input lainnya yang diperlukan dalam proses pendidikan.
Ada pula yang sangat getol berorientasi pada proses, dengan argumen bahwa proses
pendidikan itu yang paling menentukan kualitas sehingga kalau harus menentukan
kualitas/mutu maka proseslah yang harus diamati dan menjadi fokus perhatian.
Pada saat ini, tampaknya banyak disadari bahwa antara berbagai input dan
konteks, proses, dan output atau hasil perlu memperoleh perhatian yang seimbang,
bahkan untuk menjamin mutu, langkah-langkah sudah dimulai dari misi, tujuan, sasaran,
dan target dalam bentuk desain perencanaan yang mantap. Para pendidik harus selalu
sadar akan hasil yang diperoleh bagi siswa setelah melalui proses pembelajaran tertentu,
dan gambaran akan hasil yang ingin dicapai itu pada gilirannya akan memberikan
motivasi untuk mengupayakan input dan proses yang tepat.
Dari segi lingkup kompetensi yang harus dicapai begitu luas (Sesuai fungsi
pendidikan) maka pandangan tentang mutu juga dalam arti yang luas meliputi berbagai
spektrum (berbagai kompetensi), bukan hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga
afektif, psikomotor, dan bahkan spiritual. Mutu tidak hanya terfokus pada pencapaian
prestasi akademis (academik achievement), teteapi juga bidang-bidang nonakademik,

9
seperti prestasi seni, keterampilan sosial, keterampilan vikasional, keterampilan sosial,
seperti budi pekerti.

D. Implikasi Konsep Mutu Dalam Pendidikan


Berdasarkan praktik penyelenggaraan pendidikan di Indonesia selama ini, dan
langkah-langkah yang telah dirintis (baik oleh pemerintah maupun masyarakat) serta
kebijakan ke depan, konsep mutu dianut secara sinergis, bersamaan, dan saling
melengkapi. Di Indonesia dikenal adanya sekolah-sekolah unggulan (sebagai nama
“generik”, bukan nama diri suatu sekolah) baik yang diprakarsai oleh pemerintah maupun
yang tumbuh atas prakarsa masyarakat termasuk dunia usaha.
Mutu dalam pengertian relatif (standar) diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia,
antara ain terbukti dengan adanya kurikulum nasional yang memberikan perincian tujuan
yang ingin dicapai, rumusan standar
Kompetensi yang diinginkan, standar isi, dan sistem penilaian yang
diantaranya berupa ujian nasional. Ujian nasional sebagai alat pengukur (penerapan
standar) pencapaian standar kompetensi, juga menjadi standar yang dapat dinaikkan atau
diturunkan derajat kualitasnya sesuai kesepakatan. Kalau hasil ujian nasional secara
keseluruhan memuaskan, standarnya secara berangsur-angsur dinaikkan dan hal ini
dikaitkan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai standar mutu yang
lebih tinggi. Disamping standar nasional, terdapat standar lokal maupun sekolah.
Ketentuan tentang standar nasional dapat dilihat pada Bab IX, Pasal 35 UU Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003. Di luar standar yang sifatnya substantif (berhubungan dengan
kompetensi yang harus dicapai), pemerintah juga melakukan pengecekan standar yang
berkaitan dengan kinerja satuan pendidikan dan kelayakan pengelolaan satuan pendidikan
melalui sistem akreditasi.

E. Manajemen berbasis Sekolah dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan


Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma
desentraliasi dalam pemerintahan. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi
yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni
1. Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat
dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi
kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. ”An essential point is that
schools and teachers will need capacity building if school-based management is to
work”. Demikian De grouwe menegaskan.
10
2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan
akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan
pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE)
merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental
berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah
serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama
dalam media tersebut.
3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata
lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama
dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk
pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.
4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar
melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian
informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan
atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan
pola-pola lama berupa penataran MBS.
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat
berdasarkan kriteria berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, lancar, dan produktif.
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.
5. Bekerja dengan tim manajemen
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Satu cara yang berguna dalam menyimpulkan adalah melihat tantangan sebagai
satu cara menciptakan suatu jenis sistem pendidikan baru yang sesuai abad ke-21. Kita
membutuhkan sistem-sistem baru yang terus-menerus mampu merekonfigurasi kembali
dirinya untuk menciptakan sumber nilai publik baru. Ini berarti secara interaktif

11
menghubungkan lapisan-lapisan dan fungsi tata kelola yang berbeda, bukan mencari
cetak biru (blueprint) yang statis yang membatasi berat relatifnya. Pertanyaan mendasar
bukannya bagaimana kita secara tepat dapat mencapai keseimbangan yang tepat antara
lapisan-lapisan pusat, regional, dan lokal atau antara sektor-sektor berbeda: publik,
swasta, dan sukarela. Justeru, kita perlu bertanya Bagaimana suatu sistem secara
keseluruhan menjadi lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya?. Secara sederhana
dikatakan, manajemen berbasis sekolah bukanlah “senjata ampuh” yang akan menghantar
pada harapan reformasi sekolah. Bila diimplementasikan dengan kondisi yg benar, ia
menjadi satu dari sekian strategi yang diterapkan dalam pembaharuan terus-menerus
dengan strategi yang melibatkan pemerintah, penyelenggara, dewan manajemen sekolah
dalam satu sistem sekolah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
MBS adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki karta dasar basis yang berarti dasar atau asas.
Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberikan pelajaran. MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang
berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Dalam konteks manajemen pendidikan menurut MBS, berbeda dari manajemen
pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya,
manajemen pendidikan model MBS ini berpusat pada sumber daya yang ada disekolah
itu sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah,
yaitu yang semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang berbasis
pada potensi internal sekolah itu sendiri.
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung
oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoprasikan sekolah, dan yang
cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana
yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan orang tua
siswa atau masyarakat yang tinggi.
Secara sederhana dikatakan, manajemen berbasis sekolah bukanlah “senjata
ampuh” yang akan menghantar pada harapan reformasi sekolah. Bila diimplementasikan
dengan kondisi yg benar, ia menjadi satu dari sekian strategi yang diterapkan dalam
pembaharuan terus-menerus dengan strategi yang melibatkan pemerintah, penyelenggara,
dewan manajemen sekolah dalam satu sistem sekolah.

13
B. Saran
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, sangat dibutuhkan partisipasi dari
semua lapisan masyarakat. Terlebih khusus ditujukan kepada guru dan staff organisasi
sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah mempunyai peranan yang penting dalam
mengepalai organisasi sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan adanya suatu organisasi di bidang pendidikan, diharapkan pelaksanaan
pendidikan di Indonesia akan semakin tertata secara baik. Oleh karena itu diharapkan
para pelaksana dan pendukung dalam pengorganisasian ini perlu melaksanakan tugasnya
dengan baik dan penuh tanggung jawab.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sutomo dkk. 2011. Manajemen Sekolah. Semarang: UNNES Press


Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Universitas terbuka
manajemen%20sekolah/strategi-peningkatan-mutu-pendidikan.html Diakses pada tanggal
10 Juni 2013
Tara%27s%20Blog%20%20Model%20Strategi%20Implementasi%20Manajemen
%20Pendidikan.htm Diakses pada tanggal 10 Juni 2013
Mursid, Belajar Dan Pembelajaran PAUD, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2015.
Musbikin, Imam, Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein, Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2006.
Nurani Sujiono, Yuliani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT
Macanan Jaya Cemerlang, 2009.

15
16

Anda mungkin juga menyukai