Disusun oleh:
Abdul Rahim 2005030073
AR
DAFTAR ISI
COVER…....………………………………………………….......................................................................
I
KATA PENGANTAR……………………………………................................................................
……………... ii
DAFTAR ISI……......................................................………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Apakah arti dan pengertian dari Manajemen Sekolah...................................................
B. Bagaimana Ruang Lingkup dari Manajemen Sekolah Inklusif.........................................
C. Bagaimana Prinsip Umum dari Manajemen Sekolah Inklusif..........................................
D. Apa sajakah Kriteria dari Manajemen Pendidikan Inklusif..............................................
E. Bagaimana Pelaksanan dari Manajemen Sekolah Inklusif..............................................
F. Bagaimana aplikasi Manajemen Pendidikan Inklusif dalam pendidikan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus.....................................................................................................
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial
Kepala Sekolah. Kepala Sekolah hendaknya berupaya untuk mendayagunakan sumber-
sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.
Manajemen sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia
yang professional untuk mengoperasikan sekolah, kurikulum yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan commitment (tanggung jawab
terhadap tugas) tenaga kependidikan yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk
mendukung kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan
fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas tidak sesuai
dengan yang diharapkan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka efektivitas
dan efisiensi pengelolaan sekolah kurang optimal.
Manajemen (berbasis) sekolah, memberikan kewenangan penuh kepada Kepala Sekolah
untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi,
dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan suatu sekolah, yang meliputi input
siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dana, manajemen, lingkungan,
dan kegiatan belajar-mengajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kami dapat menarik beberapa masalah yang telah kami
rumuskan, yaitu sebagai berikut :
1. Apakah arti dan pengertian dari Manajemen Sekolah?
2. Bagaimana Ruang Lingkup dari Manajemen Sekolah Inklusif ?
3. Bagaimana Prinsip Umum dari Manajemen Sekolah Inklusif?
4. Apa sajakah Kriteria dari Manajemen Pendidikan Inklusif?
5. Bagaimana Pelaksanan dari Manajemen Sekolah Inklusif?
6. Bagaimana aplikasi Manajemen Pendidikan Inklusif dalam pendidikan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan arti dan pengertian dari Manajemen Sekolah
2. Menjelaskan Ruang Lingkup dari Manajemen Sekolah Inklusif
3. Untuk menyebutkan dan menjelaskan Prinsip Umum dari Manajemen Sekolah Inklusif
4. Mengetahui dan menjelaskan Kriteria dari Manajemen Pendidikan Inklusif
5. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana Pelaksanan dari Manajemen Sekolah
Inklusif
6. Menjelaskan bagaimana aplikasi Manajemen Pendidikan Inklusif dalam pendidikan bagi
Anak Berkebutuhan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
Merencanakan (planning),
Mengorganisasikan (organizing),
Mengarahkan (directing),
Mengkoordinasikan (coordinating),
Mengawasi (controlling), dan
Mengevaluasi (evaluation).
B. Ruang Lingkup
Manajemen (berbasis) sekolah, memberikan kewenangan penuh kepada pihak sekolah
untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi,
dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Komponen-komponen tersebut meliputi:
C. Prinsip Umum
Manajemen Sekolah bersifat praktis dan fleksibel, dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi
dan situasi nyata di sekolah.
Manajemen Sekolah berfungsi sebagai sumber informasi bagi peningkatan pengelolaan
pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar.
Manajemen Sekolah dilaksanakan dengan suatu system mekanisme kerja yang menunjang
realisasi pelaksanaan kurikulum.
Manajemen Kesiswaan
Penerimaan siswa baru pada sekolah inklusi hendaknya memberi kesempatan dan peluang
kepada anak luar biasa untuk dapat diterima dan mengikuti pendidikan di sekolah inklusi
terdekat. Untuk tahap awal, agar memudahkan pengelolaan kelas, seyogianya setiap kelas
inklusi dibatasi tidak lebih dari 2 (dua) jenis anak luar biasa, dan jumlah keduanya tidak lebih
dari 5 (lima) anak.
Manajemen Kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar
kegiatan belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan lencar, tertib, dan teratur, serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen Kesiswaan meliputi antara lain: (1) Penerimaan Siswa Baru; (2) Program
Bimbingan dan Penyuluhan; (3) Pengelompokan Belajar Siswa; (4) Kehadiran Siswa; (5)
Mutasi Siswa; (6) Papan Statistik Siswa dan; (7) Buku Induk Siswa.
Manajemen Kurikulum
Kurikulum mencakup kurikulum nasional dan kurikulum muatan local. Kurikulum nasional
merupakan standar nasional yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Sedangkan kurikulum muatan local merupakan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan/atau
Kabupaten/Kota.
Kurikulum yang digunakan di kelas inklusi adalah kurikulum anak normal (reguler) yang
disesuaikan (dimodifikasi sesuai) dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa.
Modifikasi dapat dilakukan dengan cara: Modifikasi alokasi waktu, Modifikasi isi/materi,
Modifikasi proses belajar-mengajar, Modifikasi sarana-prasarana, Modifikasi lingkungan
belajar, dan Modifikasi pengelolaan kelas.
Manajemen Kurikulum (program pengajaran) Sekolah Inklusi antara lain meliputi: (1)
Modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa (anak
luar biasa); (2) Menjabarkan kalender pendidikan; (3) Menyusun jadwal pelajaran dan
pembagian tugas mengajar; (4) Mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran
persemester dan persiapan pelajaran; (5) Mengatur pelaksanaan penyusunan program
kurikuler dan ekstrakurikuler; (6) Mengatur pelaksanaan penilaian; (7) Mengatur
pelaksanaan kenaikan kelas; (8) Membuat laporan kemajuan belajar siswa dan; (9)
Mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran.
Model kurikulum pendidikan inklusif terdiridari :
Model kurikulum reguler, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum reguler sama seperti kawan-kawan
lainnya di dalam kelas yang sama.
Model kurikulum reguler dengan modifikasi, yaitu kurikulum yang dimodifikasi oleh
guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian, maupun pada program tambahan
lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus.
Di dalam model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan khusus yang memiliki PPI.
Model kurikulum Program Pembelajaran Individual (PPI), yaitu kurikulum yang
dipersiapkan guru program PPI yang dikembangkan bersama tim pengembang yang
melibatkan guru kelas, guru pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan
tenaga ahli lain yang terkait
Manajemen Sarana-Prasarana
Di samping menggunakan sarana-prasarana seperti halnya anak normal, anak luar biasa
perlu pula menggunakan sarana-prasarana khusus sesuai dengan jenis kelainan dan
kebutuhan anak.
Manajemen sarana-prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan
penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada
kegiatan belajar-mengajar.
Komponen sarana dan prasarana dalam sistem pendidikan inklusi, menjadi salah satu
komponen yang termasuk penting. Melihat karakteristik anak berkebutuhan khusus, maka
sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan tentunya menyesuaikan dengan
kebutuhan anak. Selain komponen sekolah seperti tanah, gedung, kantor, gedung sekolah,
laboratorium, monumen, tempat tinggal dan sebagainya, diperlukan pula alat-alat spesifik
seperti ruang khusus bagi anak Low Vision, ruang kedap suara bagi anak tunarungu,
berbagai macam alat peraga bagi anak autis, serta alat-alat bantu pembelajaran yang
kesemuanya diharapkan dapat menunjang untuk anak dapat belajar secara efektif dan
maksimal.
Manajemen Keuangan/Dana
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponen-komponen lain. Dengan kata
lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya.
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu dialokasikan dana khusus, yang
antara lain untuk keperluan: (1) Kegiatan identifikasi input siswa, (2) Modifikasi kurikulum,
(3) Insentif bagi tenaga kependidikan yang terlibat, (4) Pengadaan sarana-prasarana, (5)
Pemberdayaan peranserta masyarakat, dan (6) Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
Pada tahap perintisan sekolah inklusi, diperlukan dana bantuan sebagai stimulasi, baik dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun untuk penyelenggaraan program
selanjutnya, diusahakan agar sekolah bersama-sama orang tua siswa dan masyarakat
(Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah), serta pemerintah daerah dapat
menanggulanginya.
Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas pemisahan tugas antara
fungsi : (1) Otorisator; (2) Ordonator; dan (3) Bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang
diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian
dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi
yang telah ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan
penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang serta diwajibkan membuat perhitungan
dan pertanggungjawaban.
Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi fungsi
Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan melaksanakan
fungsi Bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan
Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan, juga dilimpahi fungsi
Ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.
B. Saran
Agar dapat terciptanya sekolah inklusif yang efektif dan efisien penulis menyarankan supaya
tiap-tiap sekolah yang menyelenggaraan pendidikan inklusif harus benar-benar mengetahui
dan memahami tentang manajemen sekolah inklusif agar dapat merencanakan,
mengorganisasikan, mengelola, dan mengawasi pendidikan inklusif di sekolah tersebut
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.