Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu


lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu
profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu
manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana,
fasilitas pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan
pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan
tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
Mulyasa (2005), menyatakan berbagai program yang dilaksanakan telah
memberikan harapan bagi kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan
Indonesia semasa krisis. Akan tetapi, karena pengelolaannya yang terlalu kaku
dan sentralistik, program itu tidak banyak memberikan dampak positif, angka
partisipasi pendidikan nasional maupun kualitas pendidikan tetap menurun.
Diduga hal tersebut erat kaitannya dengan masalah manajemen. Dalam kaitan ini,
munculah salah satu pemikiran ke arah pengolahan pendidikan yang memberi
keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan
secara luas. Pemikiran ini dalam perjalanannya disebut menajemen berbasis
sekolah atau school based manajement, yang telah berhasil mengangkat kondisi
dan memecahkan berbagai masalah pendidikan di beberapa negara maju, seperti
Australia dan Amerika.
Perjalanan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sudah berlangsung cukup
panjang, yaitu dengan dibentuknya Asosiasi Pendidikan Nasional (National
Education Association, NEA), pada tahun 1857. Pada tahun 1887, guru-guru di
New York membentuk sebuah asosiasi kepentingan bersama dan asosiasi yang
sama didirikan di Chicago. Pada tahun 1903 para guru di Philadelphia membentuk
organisasi Asosiasi Guru-Guru Philadelphia. Melalui asosiasi inilah guru-guru
bangkit untuk meningkatkan martabat hidupnya, yang hasilnya antara lain guru-
guru memperoleh gaji lebih baik.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 1


Kemudian di Atlanta, guru-guru juga membentuk Persatuan Guru-Guru
Sekolah Publik Atlanta. Persatuan ini dibentuk untuk menghadapi tekanan dari
dewan kota, yang pada akhirnya dewan kota memberikan dana lebih untuk
pendidikan. Kemudian juga guru-guru Leaque, yang dipelopori oleh tokoh
sosialis, Henry Linville, Jhon Dewey, dan Suffrajist Charlotte Perkins Gilman,
membentuk sebuah asosiasi yang berbicara lebih dari sekedar masalah-masalah
ekonomi. Tujuannya memberikan pilihan bagi guru dalam menentukan kebijakan
sekolah (school policy) untuk memperoleh wakil di pentas pendidikan di New
York, membantu masalah-masalah sekolah, membersihkan politik Amerika
Serikat dari penyimpangan keputusan, dan meningkatkan kebebasan diskusi
publik dari masalah-masalah pendidikan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini
adalah :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah?
1.2.2 Bagaimana perkembangan manajemen berbasis sekolah?
1.2.3 Apa saja tujuan dan fungsi manajemen berbasis sekolah ?
1.2.4 Apa saja prinsip dan karakteristik manajemen berbasis sekolah ?
1.2.5 Apa saja kelemahan manajemen berbasis sekolah ?
1.2.6 Apa saja tantangan, dan strategi pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1.3.1. Mengetahui pengertian manajemen berbasis sekolah.
1.3.2. Mengetahui perkembangan manajemen berbasis sekolah.
1.3.3. Mengetahui berbagai tujuan dan fungsi manajemen berbasis sekolah.
1.3.4. Mengetahui prinsip dan karakteristik manajemen berbasis sekolah.
1.3.5. Mengetahui kelemahan manajemen berbasis sekolah.
1.3.6. Mengetahui tantangan, dan strategi pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah.
1.3.7.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 2


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah


Istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan terjemahan dari
‘School Based Management’. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat.
Manajemen sekolah memiliki arti yaitu segala usaha bersama untuk
mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif
dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara
optimal.
Menurut Slamet istilah Manajemen Berbasis Sekolah terdiri dari tiga kata
yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengorganisasian dan
penyerasian sumberdaya melalui sejumlah input manajemen untuk menacapi
tujuan atau untuk memenuhi keutuhan pelanggan. Berbasis berarti berdasarkan
pada atau berfokus pada. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran
Departemen pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan “bekal
kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan yang bersifat
legalistik dan profesionalistik.
Manajemen berbasis sekolah memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi tersebut
diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat. Manajemen berbasis sekolah adalah strategi untuk
meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan
keputusan penting dari pusat dan daerah ketingkat sekolah. Dengan demikian,
manajemen berbasis sekolah pada dasarnya merupakan sistem manajemen dimana
sekolah merupakan unit pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
pendidikan secara mandiri.
Dalam manajemen berbasis sekolah wilayah sekolah bukan kepala sampai
pagar sekolah dengan anggota keluarganya yang terdiri dari atas kepala sekolah,
guru, karyawan, dan siswa, tetapi meliputi sampai lingkungan masyarakat
setempat. Anggota organisasinya pun tidak terbatas pada warga masyarakat lokal,

Manajemen Berbasis Sekolah Page 3


tetapi siapa saja yang mempunyai kepentingan terhadap urusan sekolah meskipun
berdomisili sangat jauh dari sekolah.
Dari urain diatas dapat dipahami bahwa Manajemen Berbasis Sekolah
adalah pengorganisasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara
mandiri oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan
sekolah dalam kerangka pedidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan dalam pengambilan keputusan (partisipatif)
2.2 Perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah
Berkaitan langsung dengan prakarsa MBS, di Negara maju reformasi
pendidikan, khususnya reformasi manajemen pendidikan, selama lebih kurang
empat puluh tahun terakhir terus mengarah kepada desentralisasi. Menurut Bailey
yang dikutip oleh Sudarwan Danim, di Amerika misalnya sejak tahun 1960
hingga tahun 1990-an, secara prinsip telah berjalan “empat generasi” gerakan
reformasi manajemen pendidikan. Dari empat generasi gerakan reformasi
tersebut, semuanya menjurus kepada desentralisasi hingga sampai pada istilah
disebut sebagai MBS. Adapun skema kearah desentralisasi dan gambaran sejarah
perkembangan MBS itu disajikan sebagai berikut :

Gambar 1 Perkembangan MBS di Amerika Serikat

Manajemen Berbasis Sekolah Page 4


Menurut Ogawa, seperti yang dikutip oleh Dede Rosyada bahwa uji coba
manajemen berbasis sekolah dibeberapa sekolah di Amerika pada tahun 1987,
memperlihatkan bahwa rata-rata hasil belajar sekolah uji coba lebih baik daripada
sekolah non-uji coba. Demikian pula tingkat kehadiran para siswanya lebih baik
daripada sekolah non-uji coba, serta berbagai variable pengamatan lainnya.6 Oleh
sebab itu, kemudian menurut Duhou kebijakan school based management
berpenetrasi ke hampir seluruh negara bagian di Amerika Serikat. Pada saat yang
sama beberapa negara lain juga mengembangkan kebijakan yang sama, misalnya
Canada, Australia, New Zealand, dan bahkan Hongkong yang memulai SBM pada
awal dekade 1990-an. Kebijakan MBS di Indonesia secara relatif sungguh-
sungguh baru dimulai sejak tahun 1999/2000, yaitu dengan peluncuran dana
bantuan yang disebut dengan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM).
Dana bantuan ini disetor langsung ke rekening sekolah, tidak melalui alur
birokrasi pendidikan di atasnya. Memasuki tahun anggaran 2003 , dana BOMM
itu diubah namanya menjadi Dana Rintisan untuk MPMBS, khususnya untuk
SLTP. Hal ini sejalan dengan implementasi dari Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah di bidang pendidikan dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. Adapun skema
berfikir kebijakan MBS di Indonesia, sebagai berikut:

Gambar 2 Skema Kebijakan MBS di Indonesia

Manajemen Berbasis Sekolah Page 5


Gagasan MBS ini semakin mengemuka di Indonesia setelah
dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999, seperti yang telah disebutkan di atas, dan
PP Nomor 25 tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah
otonom yang memberi isyarat terjadinya perubahan kewenangan dalam
pengelolaan pendidikan di daerah provinsi dan kabupaten/kota maupun di sekolah
yang melahirkan wacana akutabilitas sekolah. Sejak saat itu MBS menjadi kata
kunci dalam reformasi pendidikan di Indonesia. Walaupun belum ada uji coba,
dan bahkan belum ada hasil uji coba lokal yang memperkuat serta mendukung
implementasi MBS tersebut sebagai penguat sebuah kebijakan. Akan tetapi ini
sudah menjadi wacana publik, dan sudah dilakukan diseminasi nasional melalui
berbagai pelatihan. Oleh sebab itu, arah kajian manajemen pendidikan sekarang
ini, lebih banyak difokuskan pada manajemen berbasis sekolah tersebut, walaupun
masih banyak pro dan kontra di kalangan akademisi dan pemerhati pendidikan itu
sendiri.
Seiring perjalanan implementasi desentralisasi atau otonomi pemerintah
daerah sudah menjadi sistem pemerintahan, maka otoritas pengambilan keputusan
mengenai pengelolaan sekolah dipindahkan dari pusat ke daerah yaitu oleh
pemerintah daerah (local stakeholders) yang diatur melalui UUSPN No. 20 Tahun
2003 Pasal 51 ayat (1) menyatakan pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.
Undang-undang ini diperkuat oleh PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasa 49 ayat (1)
menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akutabilitas.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 6


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tujuan dan Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen berbasis sekolah adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan
untuk me-redesain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada
kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan
kinerja sekolah yang meliputi guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, dan
masyarakat. Manajemen berbasis sekolah dapat pula diartikan yakni model
pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepala sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan semua warga
sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,
kabupaten dan kota.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2003), tujuan MBS
dengan adalah: pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia. Kedua, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. Ketiga,
meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada sekolahnya. Keempat,
meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk "memberdayakan"
sekolah, terutama sumber daya melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan
sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan. Ciri-ciri sekolah yang "berdaya" pada umumnya: tingkat
kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah; bersifat adaptif dan
antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif,
gigih, berani mengambil resiko, dsb.); bertanggungjawab terhadap hasil sekolah;
memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya;
kontrol terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada dirinya; dan dinilai
oleh pencapaian prestasinya.
Chapman juga berpendapat bahwa penerapan MBS tak lain tujuannya
adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan penelitian mengenai

Manajemen Berbasis Sekolah Page 7


efektivitas sekolah secara lebih luas bahwa salah satu ciri sekolah efektif yang
dapat meningkatkan perbaikan prestasi peserta didik adalah pada sekolah-sekolah
yang relatif otonom, memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri, dan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat. Dengan kata lain, MBS
dimaksudkan untuk membentuk sekolah-sekolah efektif sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
Kubick Kathlen mengutip hasil rumusan The American Association of
School Administration, The National Association of Elementary School Principal,
& The National Association of Secondary School Principal yang mengadakan
pertemuan pada tahun 1988 mengidentifikasi beberapa tujuan penerapan MBS
sebagai berikut: (1) secara formal MBS dapat memahami keahlian dan
kemampuan orang-orang yang bekerja di sekolah dan dimanfaatkan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, (2)
melibatkan guru, staf lainnya dan masyarakat dalam setiap pengambilan
keputusan di sekolah, (3) meningkatkan moral guru-guru, (4) keputusan yang
diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas, (5) menyesuaikan sumber-sumber
keuangan terhadap tujuan instruksional yang dikembangkan di sekolah, (6)
membina dan menstimulasi munculnya pemimpin baru di sekolah, dan (7) untuk
meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi tiap komunitas
sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah sesuai yang telah
diprogramkan.
Dari beberapa tujuan yang dikemukakan tersebut, pada dasarnya tujuan
MBS bermuara pada lima hal, yakni: (1) meningkatkan mutu pendidikan dalam
mengelola dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia, (2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan, (3)
meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolah, (4) meningkatkan kompetisi yang sehat antar
sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan, dan (5)
memberdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan lulusan yang
berhasil guna dan berdaya guna.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 8


Desentralisasi fungsi manajemen menurut UU No. 20 Tahun 2003, UU No. 14
Tahun 2005, dan peraturan adalah :
1. Perencanaa dan Evaluasi
Dalam hal ini sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan
sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk meningkatkan mutu sekolah.
Maka sekolah perlu melakukan analisa tentang kebutuhan mutu yang
dijadikan dasar untuk membuat suatu rencana. Di samping diberi
kewenangan untuk membuat rencana juga diberi kewenangan untuk
mengevaluasi secara internal (evaluasi diri).
2. Pengembangan Kurikulum.
Satuan pendidikan sepenuhnya dapat mengembangkan kurikulum dengan
mengacu kepada kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Sehingga sekolah berkewenangan mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan. Mengembangkan yang dimaksud
adalah dapat memperdalam, memperkaya dan memodifikasi kurikulum,
tetapi tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional.
3. Pengelolaan Proses Pembelajaran
Di dalam PBM sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode, dan
tehnik-tehnik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif sesuai
dengan karakteristik, baik siswa, guru, media atau sarana yang tersedia.
Agar pembelajaran agar dapat lebih efektif dan menghasilkan prestasi
yang tinggi maka proses pembelajaran harus disusun berdasarkan
kebutuhan sekolah. Dengan kata lain kurikulum jangan terbebani oleh
materi yang lain yang tidak relevan bagi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Karena proses belajar mengajar merupakan
pemberdayaan peserta didik, buka hanya pada penekanan penguasaan
pengetahuan melainkan juga internalisasi tentang sesuatu yang diajarkan
sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta
diaplikasikan.
4. Pengelolaan Ketenagaan
Kewenangan sekolah dalam mengelola ketenagaan nasih terbatas dalam
rangka MBS, batasan tersebut sebatas mengelola pemanfaatan tenaga yang

Manajemen Berbasis Sekolah Page 9


sudah diangkat oleh pemerintah. Tenaga honorer insentifnya sebagian
besar dapat dibayarkan melalui dana BOS atau komite sekolah. Satuan
pendidikan melalui kerja sama dengan pihak lain dapat melakukan
penggalian sumber daya manusia dari luar sehubungan dengan
keterbatasan tenaga yang diperlukan atau tidak mungkin pemerintah untuk
mengangkatnya karena sifat keahliannya.
5. Pengelolaan Fasilitas Sekolah
Sekolah merupakan lembaga yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas
yang erat kaitanya dengan kelangsungan proses belajar mengajar, maka
dari itu dalam pengelolaan fasilitas sekolah seharusnya dilakukan oleh
sekolah mulai pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan sampai
pengembangan. Akan tetapi Peraturan Pemerintah No. 19. tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan bab VII pasal 42 sampai dengan 49
menjelaskan bahwa di bidang sarana dan prasarana kewenangan bagi
sekolah ada batasnya yaitu didasarkan pada kriteria minimal yang harus
dimiliki oleh sekolah.
6. Pengelolaan Keuangan
Kewenangan sekolah dalam pengeloalan bidang keuangan secara yuridis
sesuai dengan konsep MBS terutama sekolah negeri. Hal tersebut
berkaitan dengan pendanaan pendidikan yang dialokasikan 20 % untuk
biaya pendidikan selain gaji pendidik dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Daerah. Salah satu realitas yang telah terjadi dalam
pendanaan yaitu adanya BOS (Bantuan Operasional Sekolah ). Dengan
dana BOS sekolah dapat mengembangkan dalam pengelolaan pendidikan
di satuan pendidikan walau di satu sisi kebijakan tersebut masih dirasakan
kurang adil terutama bagi sekolah-sekolah yang jumlah siswanya sedikit.
Namun demikian penyelenggara pendidikan dapat mengelola dana dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk melakukan inovasi pengalokasian
sumber dana bukan hanya dari pemerintah melainkan dapat bersama-sama
sengan komite sekolah dapat menghimpun dana dari masyarakat, dunia
usaha dan dunia industri ( DUDI ).

Manajemen Berbasis Sekolah Page 10


7. Pelayanan Siswa
Mengenai pelayanan siswa yang sudah didesentralisasikan meliputi
penerimaan siswa baru, pengembangan/pembinaan/pembimbingan,
penempatan untuk melanjutkan sekolah atau memasuki dunia kerja sampai
pengurusan alumni. Dalam manajemen siswa kepala sekolah bertugas
menyeleksi siswa baru, menyelenggarakan pembelajaran, mengontrol
kehadiran murid, melakukan uji kompetensi akademik/kejuruan,
melakasanakan bimbingan karier serta penelusuran lulusan.
Fungsi penggunaan manajemen berbasis sekolah terdiri dari :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan
keputusan manajemen tentang tindakan yang akan dilakukan manajemen
pada waktu yang akan datang. Perencanaan ini juga merupakan kumpulan
kebijakan yang secara sistematik disusun dan dirumuskan berdasarkan
data yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dipergunakan sebagai
pedoman kerja. Dalam perencanaan terkandung makna pemahaman
terhadap apa yang dikerjakan, permasalahan yang dihadapi dan alternativ
pemecahannya serta untuk melaksanakan priorits kegiatan yang telah
ditentukan secara proporsional.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana
manajemen menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan
manajemen secara efektif & efisien. Rencana yang telah disusun oleh
manajemen akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan
efisien. Dalam pelaksanaan setiap organisasi harus memiliki kukuatan
yang mantap dan meyakinkan sebat jika tidak kuat maka proses
pendidikan seperti yang diinginkan akan sulit terealisasi.
3. Pengawasan
Pengawasan merupakan upaya untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan,petunjuk, pembinaan,
dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat, serta memperbaiki
kesalahan. Pengawasan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan

Manajemen Berbasis Sekolah Page 11


proses manajemen, perlu dilihat secara komprehensif, terpadu, dan tidak
terbatas pada hal – hal tertentu.
4. Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara professional
semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga
rencana manajemen untuk mencapai tujuan dapak terlaksana secara
efektif & efisien. Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien
menuntut dilaksanakannya keempat fungsi pokok manajemen tersebut
secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang – bidang
kegiatan manajemen pendidikan. Manajemen Pendidikan merupakan
alternative strategis untuk meningkatkan mutu / kualitas pendidikan,
karena hasil penelitian Balitbangdikbud (1991) menunjukan bahwa
manajemen pendidikan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
kualitas pendidikan.
3.2 Prinsip dan Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Cheng mengemukakan empat prinsip MBS dalam mengelola sekolah, yaitu:
(1) prinsip ekuifinalitas, (2) prinsip desentralisasi, (3) prinsip sistem pengelolaan
mandiri, dan (4) prinsip inisiatif sumber daya manusia. Berikut penjelasan
mengenai prinsip yang dikemukakan Cheng :
1 Prinsip Ekuifinalitas (principal of Equifinality) Prinsip-prinsip ini
didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi, bahwa
terdapat beberapa metode yang berbeda-beda untuk mencapai suatu
tujuan. Model MBS menekankan pada fleksibilitas sehingga sekolah
harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-
masing. Karena kompleksnya tugas sekolah saat ini dan adanya
perbedaan yang besar antara sekolah yang satu dengan yang lain,
terutama perbedaan prestasi akademik dan non akademik siswa dan
karakteristik lingkungannya, maka sekolah tidak dapat dijalankan dengan
struktur yang standar secara nasional.
2 Prinsip Desentralisasi (Principal of Decentralization) Desentralisasi
adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen sekolah modern.
Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas. Prinsip

Manajemen Berbasis Sekolah Page 12


desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan
aktivitas pembelajaran dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan.
Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga
memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
3 Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principal of Self-Managing System)
MBS menyadari pentingnya sekolah mendisain sistem pengelolaan
secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi
untuk mengembangkan tujuan pembelajaran, strategi manajemen,
distribusi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan
masalah, dan mencapai tujuan berdasarkan kondisi mereka masing-
masing. Oleh karena itu, sekolah dikelola secara mandiri maka mereka
lebih memiliki inisiatif dan tanggung jawab.
4 Prinsip Inisiatif Manusia (Principal of Human Initiative) Sejalan dengan
perkembangan pergerakan hubungan antar manusia dan pergerakan ilmu
perilaku pada manajemen modern, manusia mulai menaruh perhatian
serius pada pengaruh penting faktor manusia pada efektivitas organisasi.
Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa manusia adalah
sumber daya berharga di dalam organisasi sehingga prioritas utama
manajemen adalah mengembangkan sumber daya manusia di sekolah
untuk berinisiatif. Berdasarkan perspektif ini, maka MBS bertujuan untuk
membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat
bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas pendidikan dapat diukur dari perkembangan aspek
sumber daya manusianya.
Dalam MBS peran serta masyarakat sangat penting, tidak seperti masa lalu
yang hanya terbatas memobilisasi sumbangan uang dan sejenisnya. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan dalam model MBS memiliki fungsi dan peran yang
sangat besar. Masalah keuangan, kegiatan pembelajaran, sarana prasarana, dan
seluruh komponen penunjang pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab
sekolah yang telah “di-result”oleh masyarakat.
Dalam hal pembelajaran atau proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
maka model MBS ini menekankan kepada pembelajaran aktif (active

Manajemen Berbasis Sekolah Page 13


learning), pembelajaran efektif (efektive learning) dan pembelajaran yang
menyenangkan (joyfull learning). Cara pembelajaran seperti ini memungkinkan
munculnya keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat, bertanta,
mengkritik, dan mengakui kelemahannya apabila memang mereka melakukan
kesalahan. Dengan semangat belajar yang tinggi, kondisi tempat dan iklim belajar
yang menyenangkan, dukungan dari masyarakat serta orang tua yang cukup. Pada
gilirannya pendekatan ini akan dapat mengurangi bahkan mengikis habis masalah
putus sekolah atau Drop Out (DO). Manajemen sekolah yang menitik beratkan
pada aspek kemandirian sekolah dengan ciri utama pada adanya keterbukaan atau
transparansi pelaksanaannya dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan
diselenggarakan secara terbuka.
Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen
berbasis sekolah antara lain sebagai berikut :
1 Lingkungan sekolah yang aman dan tertib Suasana dan lingkungan
sekolah, baik fisik maupun psikologis merupakan prasyarat utama
terlaksananya suatu proses belajar mengajar secara optimal, Iklim sekolah
yang kondusif memberikan perlindungan kepada siswa dan warga sekolah
lainnya untuk melaksanakan kegiatan pendidikan sesuai target rencana
yang ditetapkan. Karena itu, salah satu ciri utama sekolah efektif terlihat
dari lingkungan sekolah yang menyenangkan, aman, dan tertib, sehingga
siswa merasa betah belajar dan bersosialisasi dengan warga sekolah dalam
kegiatan sehari-hari.
2 Perumusan visi, misi, dan target mutu yang jelas. Sekolah efektif
mempunyai visi dan misi lembaga yang akan dicapai secara jelas dan
lugas. Visi ini merupakan pandangan masa depan lembaga tetang
keberadaan dirinya dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Sedangkan, misi merupakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan visi lembaga. Untuk mencapai visi dan misi ini, sekolah juga
menetapkan target-target mutu yang akan dicapai baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Dengan demikian arah kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan disekolah ini selalu berpegang kepada visi

Manajemen Berbasis Sekolah Page 14


dan misi lembaga melalui upaya-upaya pencapai target-target mutu yang
telah ditetapkan.
3 Kepemimpinan sekolah yang kuat. Dalam sekolah efektif kepala sekolah
mempunyai peran yang sangat sentral dalam mengelola dan menggerakkan
semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala
sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah untuk dapat
mewujudkan visi dan misi lembaganya melalui pencapai target-target
pendidikan secara terencana dan bertahap. Oleh karerna itu, kepala sekolah
dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
memadai agar mampu mengambil inisiatif untuk memperbaiki kinerja
sekolah.
4 Harapan prestasi yang tinggi Sekolah efektif mempunyai dorongan dan
harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi siswa dan lembaganya.
Kepala sekolah mempunyai komitmen dan motivasi yang kuat untuk
meningkatkan kinerja sekolah secara optimal. Guru mempunyai harapan
yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai tingkat prestasi yang
maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumberdaya pendidikan
yang ada disekolah. Sedangkan murid mempunyai motivasi untuk selalu
meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Harapan tinggi dari ketiga unsur ini merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan sekolah selalu dinamis untuk selalu menjadi
lebih baik dari keadaan sebelumnya.
5 Pengembangan staf sekolah secara terus menerus Pengembangan staf
sekolah baik tenaga kependidikan maupun administratif merupakan salah
satu usaha sekolah efektif untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa disekolah. Pengembangan staf ini berupa in service
atau on service training dilaksanakan berdasarkan kebutuhan para guru dan
tenaga lainnya. Bukan berdasarkan permintaan pihak luar sekolah. Karena
itu, kepala sekolah secara terus menerus melakukan pengamatan,
surpervisi, dan penjajakan kebutuhan dan kemampuan setiap staf pengajar
dan tenaga lainnya, sehingga mereka mendapatkan training yang sesuai
dengan kebutuhan individu masing-masing.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 15


6 Evaluasi belajar untuk penyempurnaan PBM Evalusi belajar secara teratur
bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan
kemampuan anak didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu,
fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan prestasi siswa dan kinerja sekola secara keseluruhan.
7 Komunikasi dan dukungan orang tua dan masyarakat. Peran serta dan
dukungan orang tua dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
memberi andil yang besar bagi efektivitas suatu sekolah. Dukungan ini
bukan hanya dalam bentuk sumbangan dana pendidikan, tetapi yang paling
penting adalah sumbangan pemikiran untuk memperbaiki kinerja sekolah
dan prestasi siswa. Karena itu sekolah efektif selalu melakukan
komunikasi intensif dengan orang tua, tokoh masyarakat dan lembaga
sosial kemasyarakatan lainnya dalam perencanaan target mutu,
pengambilan keputusan, dan monitoring penyelenggaraan pendidikan
secara umum. (Umaedi, 2000 : 37).
Sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah akan memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1 Sekolah memperlihatkan bentuk-bentuk kegiatan dalam kerangka aktivitas
perubahan.
2 Sekolah memiliki visi yang jelas
3 Sekolah memberikan kesempatan yang sama bagi guru-gurunya untuk
memunculkan ide dan gagasan
4 Sekolah memberi jalan bagi orang tua untuk berpartisipasi
5 Sekolah memanfaatkan rambu-rambu dalam pengembangan kurikulum
6 Sekolah mendesain setiap kegiatan pembelajaran di sekolah
7 Kepala Sekolah berkedudukan sebagai fasilitator dan manajer perubahan
8 Sekolah menginvestasikan uang yang dikeluarkan dalam bentuk sumber
daya manusia
9 Kepala Sekolah memegang tanggungjawab atas setiap kesalahan yang
dilakukan bawahannya.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 16


3.3 Kambatan dan Keuntungan Manajemen Berbasis Sekolah
Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak yang berkepentingan
dalam penerapan manajemen berbasis sekolah menurut Rosyada (2006:90) adalah
sebagai berikut:
1 Tidak berminat untuk terlibat
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan
yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta
dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota
dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal
yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan
guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan
aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat
dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya
untuk urusan itu.
2 Tidak Efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya
menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan
cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja
sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar
itu.
3 Pikiran Kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah
kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak
positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain,
kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak
merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah
dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena
keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
4 Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak
atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif
ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan

Manajemen Berbasis Sekolah Page 17


keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara
kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
5 Kebingungan atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi
dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS
mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan.
Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan
dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab
pengambilan keputusan.
6 Kesulitan Koordinasi.
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang
beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa
itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-
masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Berikut merupakan keuntungan dari dilaksanakannya manajemen berbasis
sekolah adalah sebagai berikut:
1 Kebijakan dan kewenangan sekolah akan memberikan pengaruh
langsung pada siswa, orang tua, dan guru.
2 Sekolah dapat mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan sekolah,karena lebih mengetahui peta kekuatan,
kelemahan,peluang, dan ancaman yang mungkin dihadapi.
3 Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik.
4 Pengambilan keputusan pada level sekolah akan meningkatkan kegiatan
belajar dan memenuhi kebutuhan sekolah, karena sekolah lebih tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
5 Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyumbangkan
pikirannya dalam pengambilan keputusan.
6 Mengarahkan kreativitas yang tinggi dalam mendesain program-program
sekolah.
7 Mengarahkan sumber daya yang tinggi dalam mendesain program-
program sekolah.
8 Mengarahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah Page 18


9 Menciptakan pengeluaran yang realistik; berapa yang diperoleh dan
berapa yang dikeluarkan, serta dialokasikan untuk program-program apa
saja.
10 Meningkatkan moral kerja guru dan melahirkan pemimpin-pemimpin
baru dalam pengelolaan sekolah.
11 Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan
output pendidikan.
12 Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efefktif bilamana
masyarakat turut serta mengawasi.
13 Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
14 Sekolah bertanggungjawab tentang mutu pendidikan di sekolahnya
kepada pemerintah,orang tua, peserta didik dan masyarakat.
15 Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
16 Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang dinamis dengan
pendekatan kolaboratif.
Keuntungan tersebut akan terlihat ketika menejemen berbasis sekolah
berhasil. Berikut indikator dari berhasilnya penerapan manajemen berbasis
sekolah antara lain yakni:
1 Orientasi kearah efektifitas proses pembelajaran.
2 Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat.
3 Pengelolaan tenaga pendidik & kependidikan yang baik.
4 Budaya mutu sekolah.
5 “Teamwork” sekolah yg kuat, kompak, cerdas, dan dinamis.
6 Kemandirian sekolah.
7 Partisipasi warga sekolah & masyarakat.
8 Tranparansi sekolah.
9 Kemampuan sekolah untuk berubah.
10 Evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
11 Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
12 Akuntabilitas sekolah.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 19


13 Output adalah prestasi sekolah.
14 Penekanan angka dropout.
15 Kepuasan staf.
3.4 Tantangan dan Strategi Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Umaedi (2000 : 38) sedikitnya ada tiga tantangan yangn dihadapi
oleh sekolah untuk melaksanakan manajemen berbasis sekolah ini yaitu :
1 Kemampuan Sekolah (Capacity Building) Tantangan utama pelaksanaan
manajemen pendidikan berbasis sekolah adalah rendahnya kemampuan
sekolah untuk melaksanakan manajemen ini, karena kurangnya
sumberdaya pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan, keberhasilan
manajemen ini sangat bergantung pada faktor leadership dan
ketersediaan resorurces yang memadai. Namun harus diakui,
kemampuan rata-rata kepemimpinan kepala sekolah dewasa ini
merupakan masalah yang paling utama dalam manajemen pendidikan.
Sementara sumberdaya pendidikan yang lain, seperti pembiayaan dan
sarana prasarana pendidikan jauh dari standar minimal yang diperlukan
sekolah untuk bisa operasional secara optimal. Untuk mengatasi masalah
capacity building tersebut diatas maka diperlikan seleksi kepala sekolah
secara ketat, peningkatan kemampuan manajemen kepala sekolah secara
profesional, serta uji profesi dan sertifikasi kepemimpinan dan
manajemen kepala sekolah secara berkala. Sementara itu, pembiayaan
dan sarana prasarana pendidikan perlu dipenuhi oleh pemerintah sesuai
dengan standar minimal yang ditetapkan. Kekurangan sumberdaya
lainnya perlu diupayakan oleh sekolah melalui kegiatankegiatan
produktif dan dukungan masyarakat setempat.
2 Transparansi Manajemen Tantangan kedua adalah bagaimana
menciptakan iklim dan budaya keterbukaan (transparansi) dalam
manajemen sekolah. Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa
manajemen sekolah khususnya yang berkaitan dengan perencanaan dan
penggunaan biaya pendidikan amat tertutup. Hanya kepala sekolah dan
bendaharawan sekolah yang mengetahui berapa besar dana yang
terhimpun sekolah baik dari pemerintah pusat (rutin dan pembangunan),

Manajemen Berbasis Sekolah Page 20


pemerintah daerah, maupun dari masyarakat. Mereka juga yang
mengetahui untuk apa dana tersebut dibelanjakan dan bagaimana
dipertanggung jawabkan.
3 Akuntabilitas Tantangan ketiga adalah seberapa jauh
pertanggunggugatan sekolah terhadap kegiatan dan hasil pendidikan yang
telah dicapai. Masalah akuntabilitas selama ini hampir tidak mendapat
perhatian. Apakah suatu kinerja sekolah menunjukkan suatu prestasi atau
tidak, sekolah tidak memperoleh penghargaan atau sanksi apa-apa.
Sehingga yang terjadi, sekolah hanya melaksanakan rutinitas sepanjanng
tahun dan selama bertahun-tahun tanpa target yang jelas. Karena
Manajemen Berbasis Sekolah memberikan kewewenangan dan tanggung
jawab yang cukup besar dalam peneylenggaraan pendidikan, maka
sekolah perlu mempertanggungjawabkan proses dan hasil pendidikan
yang telah dicapai kepada para stakeholder pendidikan. Akuntabilitas
adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah
terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang telah
dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai
baik kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan laporan
hasil program ini, mereka dapat menilai apakah MBS ini telah mencapai
tujuan yang dikehendaki atau tidak. Bilamana berhasil, maka orang tua,
masyarakat dan pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada
sekolah yang bersangkutan, sehingga menjadi faktor pendorong untuk
terus meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang. Sebaliknya
apabila tidak berhasil, maka sekolah perlu dimintai pertanggungjawaban
atas kegagalan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi siswa dan
diberikan teguran atau sanksi lain atas hasil kinerjanya yang dianggap
memenuhi syarat.

Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu


yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang
tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian
terhadap pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut
(Depdiknas, 1999) :

Manajemen Berbasis Sekolah Page 21


1 Penyusunan basis data dan sebagai profil sekolah presentatif, akurat,
valid dan secara sistematis menyangkut berbagai aspek akademis, ad-
ministratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2 Melakukan evaluasi diri (self assement) untuk menganalisa kekuatan
dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah,
kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan
hasil-hasil yang dicapai siswa.
3 Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan
kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi dan tujuan dalam
rangka menyajikan pendidikan yang berkualiatas bagi siswanya sesuai
dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai.
Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi
kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana
siswa belajar, menye- diakan sumberdaya dan pengelolaan kurikulum
termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4 Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah
bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun
program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan) termasuk
anggarannya. Dua aspek penting yang yang harus diperhatikan dalam
kegiatan ini adalah kondisi alamiah total sumberdaya yang tersedia dan
prioritas untuk melaksanakan program.
5 Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam jangka waktu satu tahun
program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi
peren- canaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi
kunci kebijakan dan prioritas.
6 Melakukan monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan apakah
program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya.
Karena fokus kita adalah mutu meneliti efektifitas dan efesiensi dari
program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka pencapaian
mutu pendidikan

Manajemen Berbasis Sekolah Page 22


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan manajemen altenatif yang
memberikan kemandirian kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu kepada
kebijakan nasional. Konsekuensi dari pelaksanaan program ini adanya komitmen
yang tinggi dari berbagai pihak yaitu orang tua/masyarakat, guru, kepala sekolah,
siswa dan staf lainnya di satu sisi dan pemerintah (Depdiknas) di sisi lainnya
sebagai partner dalam mencapai tujuan peningkatan mutu. Dalam rangka
pelaksanaan konsep manajemen, strategi yang dapat dilaksanakan oleh sekolah
antara lain meliputi evaluasi diri untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
sekolah dan hasil evaluasi tersebut sekolah bersama-sama orang tua dan
masyarakat menentukan visi dan misi sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan atau merumuskan mutu yang diharapkan dan dilanjutkan dengan
menyusun rencana program sekolah termasuk pembiayaannya, dengan mengacu
kepada skala prioritas dan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi sekolah dan
sumberdaya yang tersedia.
4.2 Saran

Dalam penyusunan program, sekolah harus menetapkan indikator atau target


mutu yang ingin dicapai. Kegiatan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan
monitoring dan evaluasi program yang telah direncanakan sesuai dengan
pendanaannya untuk melihat ketercapaian visi, misi, dan tujuan yang telah
ditetapkan sesuai dengan kebijakan nasional dan target mutu yang dicapai serta
melaporkan hasilnya kepada masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu setiap
lapisan ang terlibat dalam Manajemen Berbasis Sekolah harus senantiasa
berkoordinasi dengan baik agar tercapainya proses yang berkelanjutan dan baik.

Manajemen Berbasis Sekolah Page 23

Anda mungkin juga menyukai