Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REPORT

OLEH :

NAMA : REYNALDI EINAR PASARIBU

NIM : 1163311081

MATA KULIAH : PEND. IPS SD KELAS TINGGI

DOSEN PENGAMPU : RISMA , S.Pd, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


BAB I

Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan salah
satu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat yang berbunyi mencerdaskan kehidupan
bangsa, walaupun hasil yang dicapai belum memenuhi harapan. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun
2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu cerminan kualitas pendidikan di sekolah
adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa disekolah tersebut. Dengan demikian hasil belajar siswa
pada mata pelajaran tertentu merupakan salah satu indikator kualitas pendidikan di sekolah yang
bersangkutan.

Pada abad ke-21, siswa harus benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran, hal ini membutuhkan
penggunaan alat-alat teknologi dan sumber daya, keterlibatan dengan proyek yang menarik dan relevan,
serta lingkungan belajar termasuk lingkungan online yang mendukung dan aman. Pada abad ke-21,
pendidik harus diberikan dan siap untuk menggunakan alat-alat teknologi, mereka harus
mengkolaborasikan dalam belajar secara terus menerus serta mencari pengetahuan dan memperoleh
keterampilan baru bersama siswa.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana
bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut
sekarang.Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/selalu mengalami perubahan
antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi
perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena
ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil
pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik
menyelesaikan suatu program pendidikan.Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu
kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.

Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula bersifat
keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum menyangkut
berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam
pelaksanaan pendidikan. Sebagai konsekuensi dari perubahan kurikulum juga akan mengakibatkan
perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut, baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan
maupun faktor-faktor penunjang dalam pelaksannaan kurikulum.

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus
berlangsung.

Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti
oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen
tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja.
Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum.

Perubahan-perubahan yang dilakukan pada kurikulum di Indonesia bertujuan untuk menyesuaikan dan
mengembangkan pendidikan Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi dan teknologi. Selain itu perubahan kurikulum juga ditujukan untuk menyesuaikan
perkembangan peserta didik.

Namun dalam setiap perubahan kurikulum, sistem kurikulum di indonesia tidak selalu berdampak
positif, namun juga ada yang bersifat negatif sehingga diperlukan adanya perbaikan kembali pada sistem
pendidikan yang diterapkan pada saat itu.

Dalam makalah ini penulis ingin menguraikan beberapa hal mengenai kelebihan dan kekurangan
kurikulum, antara kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 yang sedang hangat diperbincangkan oleh
khalayak ramai.
BAB II

Ringkasan Buku
 KTSP
 Pengertian KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1. .Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. .Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) adalah sebagai berikut: KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah
supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di
perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan strategi pengembangan
kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan
paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan,
dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di
sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam
megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. KTSP adalah suatu ide
tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satauan
pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap
tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,
efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan
yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam
pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-
kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya
kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah
dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan
berbagai potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada
masyarakat dan pemerintah. Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada
dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga
pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang
menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang
berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan
berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan
sekolah.
1. Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya
KTSP adalah untuk: .Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia.
2. .Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan
kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. .Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru
dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan
sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama
berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut.

1. .Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya.

2. .Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang


akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3. .Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.

4. .Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum


menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. .Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia
akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran
KTSP.

6. .Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan
orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

7. .Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.

Landasan KTSP
1. .UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. .PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. .Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. .Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. .Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23
Tahun 2006
Ciri-ciri KTSP
1. .KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program
pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber
daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. .Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. .Guru harus mandiri dan kreatif.
4. .Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.

 Kurikulum 2013
 Landasan Ilmu Pendidikan

Pengertian Landasan Pendidikan, Jenis-Jenis Landasan Pendidikan,

fungsi Landasan Pendidikan

1. Pendahuluan

Pendidikan dalam masyarakat modern dewasa ini, seperti Indonesia telah menjadi wacana
publik.Tidak demikian halnya dengan masyarakat yang sederhana atau masih tradisional.
Pendidikan informal dan nonformal merupakan bagian tidak terpisahkan dari hidup keseharian
masyarakat

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara
daerah satu dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang
dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang di perlukan.
Karenanya, banyak teori yang di kemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya
berbagai aliran pendidikan.

Sehubungan dengan adanya berbagai aliran-aliran dalam pendidikan, berlanjut pada datangnya
gerakan-gerakan pembaharun dalam pendidikan itu sendiri yang mengembangkan tentang
kajian-kajian yang telah ada pada aliran pendidikan sebelumnya.Munculnya gerakan-gerakan
dalam pendidikan tersebut ditandai dengan munculnya tokoh gerakan pembaharu dalam
pendidikan.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas maka permasalahan mendasar yang hendak
ditelaah dalam makalah ini adalah:

1. Apakah Pengertian landasan Pendidikan?


2. Apakah jenis-jenis landasan pendidikan ?
3. Apakah Fungsi Landasan Pendidikan?

 Pembahasan

1. Pengertian Landasan Pendidikan

Praktek pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan mantap, memiliki tujuan yang jelas, ada
kesesuaian isi kurikulum dengan kebutuhan anak dan kebutuhan masyarakatnya, terhindar dari
kesalahan-kesalahan sehingga efektif dan efisien cara-cara pelaksanaannya, hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu kepada suatu landasan pendidikan yang kokoh. Sebab itu,
sebelum melaksanakan praktek pendidikan, para pendidik – khususnya para calon pendidik –
perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, landasan diartikan sebagaialas, dasar, atau
tumpuan[1].Mengacu dari arti landasan tersebut, asumsinya landasan adalah sebagai tumpuan,
sebagai pijakan untuk melangkah ke tahap yang lebih tinggi, lebih baik. Sedangkan pendidikan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki arti proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan: proses, cara perbuatan mendidik.

Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang);
dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan endidikan). Landasan yang bersifat koseptual
identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu
aksioma, postulatdan premis tersembunyi

.Sedangkan menurut Tatang Syarifudin landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Karena dalam pendidikan mestiterdapat studipendidikan
dan praktek pendidikan, maka istilah landasan pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai
seperangkan asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan/atau studi
pendidikan.[2]

Didalam Encarta Dictionary Tools (2003) dijelaskan, bahwa asumsi adalah sesuatu yang
dijadikan titik tolak; sesuatu yang diyakinibenar tanpa pembuktian. Sesuatu yang diyakinibenar
tanpa pembuktian tersebut dapat berupa ide atau gagasan, kepercayaan (misal: kepercayaan akan
kebenaran suatu ajaran agama), hukum atau peraturan; di samping itu, dapat pula berupa
aksioma, postulat, prinsip, hukum teori, dsb. Adapun sesuatu yang diyakinibenar tanpa
pembuktian tersebut dijadikan orang sebagai titik tolak dalam rangka berpikir (misalnya saat
melakukan studi pendidikan atau mempelajari konsep pendidikan) dan/atau dalam rangka
bertindak (misalnya dalam rangka melakukan suatu praktek pendidikan).Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa asumsiadalah sesuatu yang sudah dianggap benar tanpa perlu pembuktian
lagi, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir dan/atau dalam rangka bertindak.

Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek
sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita
kenal istilah studi pendidikan.

Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam
membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan
dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan
dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).

Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami
pendidikan.

2, Jenis-Jenis Landasan Pendidikan

Pendidikan nasional sebagai wahana dan sarana pembangunan negara dan bangsa dituntut
mampu mengantisipasi proyeksi kebutuhan masa depan. Tuntutan tersebut sangat bergayut
dengan aspek-aspek penataan pendidikan nasional yang bertumpu pada basis kehidupan
masyarakat Indonesia secara komprehensif.Untuk kepentingan penataan pendidikan nasional
yang benar-benar merefleksi kehidupan bangsa maka sangat penting dunia pendidikan
berlandaskan religious, filosopis, sosilogis, yuridis dengan penajaman landasan tersebut secara
kritis dan fungsional.

Menurut Yoce Aliah Darma, pendidikan merupakan proses yang kompleks, karena
membutuhkan jalinan pemikiran teoritis sebagai dasar pijakan pengambilan keputusan serta
pemahaman beragam gejala yang faktual dan aktual [3]Sehubungan dengan itu, berdasarkan
sumbernya jenis landasan pendidikan dapat diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi empat
jenis, yaitu:

1) Landasan religius pendidikan.

2) Landasan filosofis pendidikan.

3) Landasan ilmiah pendidikan.

4) Landasan hukum/landasan yuridis pendidikan.

1. Landasan Religius Pendidikan.

Landasan religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.Agama berperan penting dalam kehidupan umat
manusia.Agama menjadi pemandu dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai
dan bermartabat.Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka
internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang
ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.

Contoh: dalam Quran surah Al’imran ayat 18 dimana Allah SWT memberikan kemuliaan dengan
kesaksian kepada orang yang berilmu yang dimulai dari diri-Nya terlebih, kemudian para
malaikat-Nya dan ditutup dengan ahli ilmu. “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga masuk liang
lahat (hingga meninggal dunia)”; “Menuntut ilmu adalah fardlu bagi setiap muslim” (al-Hadits).
Bertitik tolak kepada Hadits tadi, maka bagi setiap muslim bahwa belajar atau melaksanakan
pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu kewajiban.

Menurut Imam Al-Ghazali seseorang yang memiliki ilmu, kepicikan terhadap suatu persoalan
dapat dihindari, diminimalisir, sekaligus mampu menepis sikap riya’ yang sangat merugikan diri
sendiri[4]

2. Landasan Filosofis Pendidikan

. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi
titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme,
Pragmatisme, Pancasila, dsb. Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam
sebagaimana ragamnya aliran filsafat.Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan
Idealisme, landasan filsofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh landasan filsafat pendidikan:
Penganut Realisme antara lain berpendapat bahwa ”pengetahuan yang benar diperoleh manusia
melalui pengalaman indra (penginderaan)”. Implikasinya, penganut Realisme mengutamakan
metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman langsung (misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau
pengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian, dsb).

Dua hal yang dipertimbangkan dalam menentukan landasan filosopis dalam pendidikan nasional
Indonesia.Pertama, adalah pandangan tentang manusia Indonesia. Filosopis pendidikan nasional
memandang manusia Indonesia sebagai:

1. Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya.


2. Sebagai makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya.
3. Sebagai makhluk sosial dengan segala tanggung jawab yang hidup di dalam masyarakat
yang pluralistik baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup dan segi
kemajuan Negara kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global yang
senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.

Kedua pandangan filosopis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial yang selalu
berinteraksi dengan kelembagaan sosial lain dalam masyarakatyang berasaskan Pancasila.

Landasan filosopis pendidikan nasional memberikan penegsan bahwa penyelenggaraan


pendidikan nasional di Indonesia hendaknya mengimplementasikan ke arah:[5]

1. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma persatuan bangsa dari
segi sosial, budaya, ekonomi dan memlihara keutuhan bangsa dan negara.
2. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang proses pendidikannya memberdayakan semua
institusi pendidikan agar individu dapat menghargai perbedaan individu lain, suku, ras,
agama, status sosial, ekonomi dan golongan sebagai manifestasi rasa cinta tanah air.
Dalam hal ini pendidikan nasional dipandang sebagai bagian dari upaya nation character
building bagi bangsa Indonesia.
3. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma kerakyatan dan
demokrasi. Pendidikan hendaknya memberdayakan pendidik dan lembaga pendidikan
untuk terbentuknya peserta didik menjadi warga yang memahami dan menerapkan
prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Prinsip
kerakyatan dan demokrasi harus tercermin dalam input-proses penyelenggaraan
pendidikan Indonesia.
4. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma keadilan sosial untuk
seluruh warga negara Indonesia. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan menjamin
pada penghapusan bentuk diskriminatif dan menjamin terlaksananya pendidikan untuk
semua warga negara tanpa kecuali.
5. Sistem pendidikan nasional yang menjamin terwujudnya manusia seutuhnya yang
beriman dan bertaqwa, menjunjung tinggi hak asasi manusia, demokratis, cinta tanah air
dan memiliki tanggungjawab sosialyang berkeadilan. Dengan demikian Pancasila
menjadi dasar yang kokoh sekaligus ruh pendidikan nasional Indonesia.
 

3. Landasan Ilmiah Pendidi

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk


mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat
perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan
calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu
yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Sebagaimana Anda ketahui, terdapat berbagai
disiplin ilmu, seperti: psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, sejarah, biologi, dsb. Sebab itu,
ada berbagai jenis landasan ilmiah pendidikan, antara lain: landasan psikologis pendidikan,
landasan sosiologis pendidikan, landasan biologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan,
landasan historis pendidikan, landasan ekonomi pendidikan, landasan politik pendidikan, dan
landasan fisiologis pendidikan.

 Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-


kaidah psikologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Setiap individu
mengalami perkembangan secara bertahap, adapun pada setiap tahap perkembangannya
setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya”.
Implikasinya, pendidikan mesti dilaksanakan secara bertahap; tujuan dan isi pendidikan
mesti disesuaikan dengan tahapan dan tugas perkembangan individu/peserta didik.

.Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis merupakan salah
satu landasan yang penting dalam pendidikan.Memahami peserta didik dari aspek psikologis
merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan.Oleh karena itu hasil kajian dalam
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan, umpamanya
pengetahuan tentang urutan perkem-bangan anak.Setiap individu memiliki bakat, minat,
kemampuan, kekuatan, serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya.
Sebagai implikasinya pendidikan tidak mungkin mem-perlakukan sama kepada peserta didik.
Penyusunan kurikulum harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang
akan dijadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang
digariskan.

Berdasarkan perkembangan individu, tenaga kependi-dikan  memerlukan ilmu pendidikan  yang


cocok dengan tingkat perkembangan usia.  Bagi anak-anak, pendidikan dikenal dengan istilah
pedagogi yang berarti ilmu dan seni mengajar (membelajarkan) anak-anak
(pedagogyisthescienceandartsofteachingchildren) (Knowles, 1977).  Bagi orang dewasa,
pendidikan dikenal dengan istilah andragogiyaitu ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar
(andragogyisthescienceandartsofhelpingadultslearn) (Cross, 1982).  Bagi lanjut usia, pendidikan
dikenal dengan gerogogi yaitu ilmu dan seni untuk membantu manusia lanjut usia belajar
(gerogogyisthescienceandartsofhelpingaginglearn[6]
 Landasan sosiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-
kaidah sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Di dalam
masyarakat yang menganut stratifikasi sosial terbuka, terdapat peluang besar untuk
terjadinya mobilitas sosial. Adapun faktor yang memungkinkan terjadinya mobilitas
sosial itu antara lain bakat dan pendidikan”. Implikasinya, para orang tua rela berkorban
membiayai pendidikan anak-anaknya (dengan menyisihkan kebutuhan hidup sekunder
lainnya) agar anak mereka dapat naik dalam tingkatan anak tangga sosialnya.

Sistem pendidikan nasional tidak mungkin selalu bertumpu pada Pemerintah sebab dengan
adanya krisis Pemerintah semakin tidak mampu membiayai pendidikan, demikian pula apabila
pendidikan hanya terarah pada tujuan pembelajaran murni pada aspek kognitif, afektif tanpa
mengaitkan dengan kepentingan sosial, politik dan upaya pemecahan problem bangsa maka
pendidikan tidak akan mampu dijadikan sebagai sarana rekonstruksi sosial. Dalam kaitannya
dengan perluasan fungsi pendidikan lebih jauh, maka diperlukan pengembangan sistem
pendidikan nasional yang didasarkanatas kesadaran kolektif bangsa dalam kerangka ikut
memecahkan problem sosial

 Landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-


kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: masyarakat
akaan tetap eksis apabila terdapat konformitas dan homogenitas di dalamnya, untuk itu
maka masyarakat menyelenggarakan enkulturasi terhadap generasi mudanya.

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu menjadi anggota
masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu dalam Undang-undang RI no.
20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa, pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasar Pancasila dan undang-undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945, yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan
zaman. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat
diwariskan dengan jalan meneruskan kepada generasi penerus melalui pendidikan. Sebaliknya
pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses pendidikan
berlangsung.

 Landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah


ekonomi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Kalkulasi ekonomi selalu
berkenaan dengan modal, produksi, distribusi, persaingan, untung/ laba dan rugi”.
Implikasinya, pendidikan dipandang sebagai penanaman modal pada diri manusia
(human investment) untuk mempertinggi mutu tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan
produksi. Selain itu, pemilihan sekolah atau jurusan oleh seseorang akan ditentukan
dengan mempertimbangkan kemampuan biaya/modal yang dimilikinya, prosfek
pekerjaan serta gaji yang mungkin diperolehnya setelah lulus dan bekerja. Jika sekolah
ingin laku (banyak memperoleh siswa), maka harus mempunyai daya saing tinggi dalam
hal prestasi.
 Landasan biologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
biologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Dibanding dengan khewan,
manusia memiliki otak yang lebih besar sehingga ia mampu berpikir”. Implikasinya,
manusia memungkinkan untuk dididik.
 Landasan politik pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
politik yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: Pemerintahan demokrasi
mengimplikasikan manajemen pendidikan yang bersifat desentralistik.
 Landasan historis pendidikan adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari
konsep dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak
perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang. Contoh: Semboyan “tut wuri
handayani” sebagai salah satu peranan yang harus dilaksanakan oleh para pendidik
adalah semboyan dari Ki Hadjar Dewantara (Pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa
pada tgl 3 Juli 1922 di Yogyakarta) yang disetujui hingga masa kini dan untuk masa
datang karena dinilai berharga.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa bangsa Indonesia pernah mengalami masa penjajahan dan ini
mempengaruhi pula sistem pendidikan di Indonesia. Secara historis pendidikan di Indonesia
mengalami beberapa decade:

1. Pendidikan zaman Kolonial Belanda


2. Pendidkan zaman Kolonial Jepang
3. Pendidikan Zaman Kemerdekaan hingga sekarang.

 Landasan fisiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari


kaidah-kaidah fisiologi tentang manusia yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
Contoh: “kematangan organ-organ tubuh seperti fungsi otak, susunan syaraf, alat dria,
otot-otot, dsb. mendahului perkembangan kemampuan berpikir sebagai fungsi jiwa.
Implikasinya, isi pendidikan harus disesuaikan dengan masa peka, yaitu masa
kematangan organ-organ tubuh untuk dapat menerima pengaruh-pengaruh dari luar
secara efektif dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan berpikir sebagai fungsi
kejiwaan.

4. Landasan hukum/landasan yuridis pendidikan

Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah  seperangkat konsep peraturan perundang-


undangan yang menjadi titik tolak  system pendidikan Indonesia, yang menurut  Undang-
Undang  Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR,
Undang-Undang Peraturan Pemerintah  pengganti undang-undang, peraturan pemerintah,
Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri,
dan lain-lain.

1. UUD 1945 sebagai Landasan Yuriidis Pendidikan Indonesia


2. Pancasila sebagai Landasan Idiil Sistem Pendidikan Indonesia
3. Pasal-Pasal  UUD 1945 sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia
4. Ketetapan MPR sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Nasional
5. Undang-Undang  sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Nasional

1)   Latar Belakang Perlunya UU No. 2 th 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2)Ketentuan Umum Undang – Undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

3) Satuan,  Jalur dan Jenis Pendidikan

4) Jenjang Pendidikan

1. Peraturan Pemerintah sebagai Landasan Yuridis Sistem Pendidikan Nasional


2. Keputusan Presiden sebagai Landasan Yuridis  Pelaksanaan Pendidikan Nasional
3. Keputusan Menteri sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional
4. Instruksi Menteri sebagai Landasan yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional.

3. Fungsi Landasan Pendidikan

Suatu gedung dapat berdiri tegak dan kuat apabila dinding-dindingnya, atapnya,dsb. didirikan
dengan bertumpu pada suatu landasan (fondasi) yang kokoh. Apabila landasannya tidak kokoh,
apalagi jika gedung itu didirikan dengan tidak bertumpu pada fondasi atau landasan yang
semestinya, maka gedung tersebut tidak akan kuat untuk dapat berdiri tegak. Mungkin gedung
itu miring dan retak-retak, sehingga akhirnya runtuh dan berantakan.

Demikian pula pendidikan, pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh,
maka praktiknya akan mantap, benar dan baik, relatif tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan
yang dapat merugikan, sehingga praktik pendidikan menjadi efisien, efektif, dan relevan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan pembangunan.pendidikan yang diselenggarakan dengan
suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, benar dan baik, relatif tidak akan
terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan, sehingga praktek pendidikan menjadi efisien,
efektif, dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan pembangunan.Berdasarkan
uraian tersebut fungsi landasan pendidikan terbagi atas dua, yaitu bagi pendidik dan tenaga
kependidikan.

Fungsi landasan pendidikan bagi pendidik, sebagai titik tolak,acuan dalam rangka melaksanakan
tugas profesionalnya merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pendidikan

guru memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tut wuri handayani (yaitu: kodrat
alam dan kebebasan siswa), maka ia akan dengan sadar dan mantap melaksanakan peranannya.
Dalam hal iniia relatif tidak akan melakukan kesalahan dalam praktek mendidik. Misalnya: guru
akan menghagaidan mempertimbangkan bakat setiap siswa dalam rangka belajar, sekalipun para
siswa memiliki kesamaan, tetapi guru juga menghargai individualitas setiap siswa. Guru akan
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengatur diri mereka sendiri dalam rangka
belajar, guru menghargai kebebasan siswa.

Bagi tenaga kependidikan fungsi landasan pendidikan adalah sebagai tempat berpijak atau dasar
dalam melaksanakan tugas profesioanalnya, seperti mengembangkan kurikulum, melaksanakan
penelitian dan pengembangan pendidikan, mengelola pendidikan baik dalam lingkup makro
maupun dalam lingkup mikro.
Berdasarkan uraian di atas, jelas kiranya bahwa landasan pendidikan berfungsi sebagai titik tolak
atau acuan bagi para pendidik (guru) dalam rangka melaksanakan praktek pendidikan dan/atau
studi pendidikan.Disamping itu, landasan pendidikan memiliki kegunaan untuk menghindari
terjadinya berbagai kesalahan, baik dalam rangka praktek pendidikan maupun dalam memahami
dan membangun wawasan kependidikan.

1. Kesimpulan

1. Pengertian landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak
dalam rangka praktek pendidikan dan/atau studi pendidikan
2. Jenis-jenis Landasan pendidikan
1. Landasan Filosofis Pendidikan
2. Landasan Psikologis Pendidikan
3. Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan
4. Landasan Historis pendidikan
5. Landsan Yuridis Sistem PendidikanNasional
BAB III
Pembahasan

PERBANDINGAN KTSP DAN KURIKULUM 2013

A.    Pengertian Kurikulum


Menurut S. Nasution istilah kurikulum baru muncul dalam kamus 1856, dan itu pun
penggunaannya baru di dalam bidang olah raga. Kemudian istilah kurikulum digunakan di dalam
dunia pendidikan dan ditulis dalam kamus Webster tahun 1955 dan diartikan sebagai sejumlah
mata pelajaran atau kuliah di sekolah atau perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu ijazah atau tingkat, juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga
pendidikan (Nasution, 2005).

Namun pemerintah RI dalam UUSPN menyebutkan bahwa:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan isi pelajaran, bahan kajian, dan
cara penyampaian serta penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman  penyelenggaraan
kegiatan belajar-mengajar.

B.     Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli


Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli:
         Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing
murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
         Neagley dan Evans (1967)

Kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.

         Beauchamp (1968)

Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada
peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
         Kerr, J. F (1968)
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun
secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
         Good V. Carter (1973)

Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.

         UU No. 20 Tahun 2003

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.

C.    Fungsi dan Peranan Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi
sekolah atau pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi
atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri,
kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat empat
fungsi kurikulum (Wahyudin, 2011 dalam Komponen-komponen Kurikulum Online), yaitu:

         Fungsi Kurikulum dalam Kepentingan Pendidikan

Adapun fungsi kurikulum dalam kepentingan pendidikan diantaranya:

a.       Ditinjau dari segi pencapaian tujuan pendidikan


Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin di
capai,oleh karena itu, fungsi kurikulum adalah sebagai alat atau media untuk mencapai tujuan
pendidikan.

b.      Ditinjau dari segi perkembangan siswa

Sebagai organisasi belajar (learning organisation) yang tersusun dengan cermat, kurikulum selalu
di siapkan dan di rancang bagi siswa sebagai salah satu aspek yang akan di konsumsi siswa. Oleh
karena itu, merancang kurikulum akan amat penting artinya bagi upaya pembentukan dan
pembinaan karakter siswa agar mereka mandiri dan menjadi sosok yang yang bermanfaat bagi
dirinya dan masyarakat

c.       Ditinjau dari segi para pendidik

Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi sebagai pedoman kerja
dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa. Pedoman untuk mengadakan
evaluasi terhadap tingkat perkembangan siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan
sebagai pengalaman bagi mereka. Pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan
pembelajaran.

d.      Ditinjau dari segi pimpinan

Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise, yakni memperbaiki situasi belajar agar
lebih kondusif. Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan
situasi belajar yang menunjang situasi belajar siswa kearah yang lebih baik. Sebagai pedoman
dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan pada kepada para guru dalam
menjalankan tugas kependidikan mereka. Sebagai seorang administrator maka kurikulum dapat
di jadikan pedoman dalam mengembangkan kurikulum pada tahap selanjutnya. Sebagai acuan
bagi pelaksanan evaluasi agar proses belajar mengajar dapat lebih baik.

e.       Ditinjau dari segi orangtua siswa


Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua mereka, dapat berperan serta dalam
membantu sekolah melakukan pembinaan terhadap putra-putri mereka. Dengan mengacu pada
kurikulum sekolah di mana anak-anak mereka di bina, maka orang tua dapat memantau
perkembangan informasi yang di serap anak mereka.

f.       Ditinjau dari segi sekolah tingkat atas

Kurikulum pada tingkat sekolah yang lebih rendah akan sangat berkait, dengan upaya
perancangan kurikulum pada tingkat pendidikan selanjutnya. Pengelola sekolah setingkat SLTA
misalnya, akan selalu mengacu pada rumusan kurikulum pada tingkat SLTP dalam
perancangannya. Dengan kata lain, kesinambungan dan keterkaitan antara tingkatan pendidikan
tadi dari sisi korelasi keilmuwan harus sinergis dalam rumusan kurikulum.

g.      Ditinjau dari segi kepentingan masyarakat

Masyarakat dapat mengacu pada kurikulum yang di tetapkan lembaga pendidikan, untuk
kepentingan memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang
membutuhkan kerjasama dengan pihak masyarakat. Masyarakat dapat memberikan kritik dan
saran yang konstruktif dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi
dengan kebutuhan masyarakat.

         Fungsi Kurikulum Secara Umum dan Khusus

Fungsi kurikulum dibagi menjadi dua yaitu fungsi umum dan fungsi khusus.

a.       Fungsi umum kurikulum

Kurikulum berfungsi sebagai penyedia dan pengembang individu siswa.

b.      Fungsi khusus kurikulum

Fungsi khusus kurikulum diantaranya:

  Fungsi preventif

Dimaksudkan agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang
ditetapkan dalam kurikulum.
  Fungsi korektif

Sebagai rambu-rambu yang harus dipedomani dalam membetulkan pelaksanaan yang


menyimpang dari kurikulum.

  Fungsi konstruktif

Memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan mengembangkan pelaksanaannya, asalkan
arah pengembangannya mengacu pada kurikulum yang berlaku.

         Fungsi Kurikulum Berdasarkan Sudut Pandang Siswa

Fungsi kurikulum berdasarkan sudut pandang siswa diantaranya:

a.    Fungsi penyesuaian (The Adaptation Function)

Kurikulum sebagai salah satu upaya manusia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
kepada individu-individu itu, dan harus mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan lingkungan yg bersifat dinamis, agar bisa membantu dalam mengadaptasi
lingkungannya.

b.      Fungsi pengintegrasian

Artinya kurikulum berfungsi untuk mendidik individu yang terintegrasi secara utuh dengan
masyarakatnya.

c.       Fungsi diferensiasi

Artinya kurikulum berfungsi memberikan layanan terhadap perbedaan-perbedaan pendapat serta


perbedaan lainnya dalam diri siswa dan masyarakat.

d.      Fungsi persiapan

Kurikulum mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi atau terjun dalam masyarakat
seandainya dia tidak mampu melanjutkan sekolahnya.

e.       Fungsi pemilihan


Disini fungsi kurikulum memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih sesuai dengan minat
dan kemampuan agar dia bisa mengembangkan kemampuannya secara optimal.

f.       Fungsi diagnostik

Kurikulum berfungsi untuk membantu memberikan pemahaman dan pengarahan kepada siswa
agar ia dapat memahami dirinya dan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
Jika dilihat dari sudut pandang sekolah, fungsi kurikulum adalah sebagai alat dalam mencapai
tujuan pendidikan. Jika dilihat dari sudut masyarakat, fungsi kurikulum adalah dalam rangka
penempatan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pendidikan, misalnya saran kesesuaian
pendidikan dan lapangan kerja.

         Fungsi Bagi Masyarakat

Pada tamatan sekolah memang dipersiapkan untuk terjun dimasyarakat atau tugasnya untuk
bekerja sesuai dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum sekolah
haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para
pemakai keluaran sekolah. Untuk keperluan itu perlu ada kerja sama antara pihak sekolah dengan
pihak luar dalam hal pembedahan kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian, masyarakat
atau para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik atau saran-saran yang
berguna bagi penyempurnaan program pendidikan di sekolah.

Dewasa ini kesesuaian antara program kurikulum dengan kebutuhan masyarakat harus benar-
benar diusahakan. Hal itu mengingat seringnya terjadi kenyataan bahwa lulusan sekolah tidak
sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan. Akibatnya, walau semakin
menumpuk tenaga kerja yang ada, kita tak dapat mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia
karena tidak memiliki keterampilan atau keterampilan yang dimilikinya tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan pada lapangan pekerjaan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, ada seorang tokoh
pendidikan yang mengemukakan agar sekolah tingkat SD sudah dibuat menjadi dua jalur, yaitu
jalur akademis (dipersiapkan untuk melanjutkan sekolah) dan jalur vokasional (dipersiapkan
untuk segera bekerja). Hal itu berdasarkan kenyataan penelitian bahwa masih sebagian besar
anak tamatan SD yang tidak meneruskan pendidikan ke tingkat di atasnya. Sering terjadi karena
suatu tingkat keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu tingkat pekerjaan, maka hal itu segera
diajarkan di sekolah. Dengan adanya hal itu, para pemakai lulusan sekolah tentunya sudah
tanggap, lulusan dengan keterampilan.

D.    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional


pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia.

KTSP secara yuridis diamanatkan oleh undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta
Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BNSP).

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan dan kalender
pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan


Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan
KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru
dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi
setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat.

E.     Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Terdapat 4 karakteristik KTSP (Mulyasa 2007:179-180)  adalah sebagai berikut:


         Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
KTSP mernberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat
tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan
satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. 
         Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua
peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung
sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan
merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
         Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang
memiliki kemampuan dan  integrity profesional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan
profesional yang bekerjasama dengan komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut oleh sekolah merupakan
pendidik profesional dalam bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan
pola kinerja profesional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung
keberhasilan pembelajaran peserta didik.
Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan proses "bottom-
up" secara demokratis, sehingga semua pihak  memiliki  tanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil beserta pelaksanaannya.
         Tim kerja yang kompak dan transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh kinerja
tim yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dengan
demikian, keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (synergistic effect) dari kolaborasi tim
yang kompak dan transparan.
Dalam konsep KTSP yang utuh kekuasaan dimiliki oleh sekolah dan satuan pendidikan, terutama
mencakup pengambilan keputusan tentang pengembangan kurikulum dan pembelajaran, serta
penilaian hasil belajar peserta didik.
F.     Kurikulum 2013
Inti dari Kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa
depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, agar mampu lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan
kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif,
sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di
zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
G.    Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mempunyai ciri dan karakteristik tertentu (Mohammad Ali), yaitu:
         Mewujudkan pendidikan berkarakter
Pendidikan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum pendidikan
sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana mencetak peserta didik yang
memiliki karakter yang baik, bermoral dan memiliki budi pekerti yang baik. Namun pada
implementasi kurikulum ini masih terdapat berbagai kekurangan sehingga menuai berbagai
kritik.
         Menciptakan pendidikan berwawasan lokal
Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun pada kenyataan yang terjadi
selama ini, potensi dan budaya lokal seakan terabaikan dan tergerus oleh tingginya pengaruh
budaya modern. Budaya yang cenderung membawa masyarakat untuk melupakan cita-cita luhur
nenek moyang dan potensi yang dimilikinya dari dalam jiwa. Hal itulah yang mendorong
bagaimana penanaman budaya lokal dalam pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini akan
diterapkan dalam konsep sistem pendidikan kurikulum 2013. Sistem yang dapat lebih
mengentalkan budaya lokal yang selama ini dilupakan dan seakan diacuhkan. Oleh karena itu
dengan sistem pendidikan kurikulum 2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali menjadi
inspirasi dan implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Diharapkan budaya lokal dapat
menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak punah ditelan zaman.

         Menciptakan pendidikan yang ceria dan bersahabat

Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi pada dasarnya pendidikan
merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri. Oleh karena itu, dengan sistem
pendidikan yang diterapkan pada kurikulum 2013 nantinya akan diharapkan dapat menggali
seluruh potensi diri peserta didik, baik prestasi akademik maupun non akademik. Maka dengan
begitu pada kurikulum 2013 nantinya akan diterapkan pendidikan yang lebih menyenangkan.
BAB IV
Kelemahan dan Kekurangan
Kelebihan KTSP :
 Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
 Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
 KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata
pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan siswa..
 KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih
20%.
 KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
Kekurangan KTSP :
 Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada
 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan
KTSP
 Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik konsepnya,
penyusunanya maupun prakteknya di lapangan
 Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurangnya pendapatan guru.

Kelebihan Kurikulum 2013 :


Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter juga
penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan
karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
 Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota. Seringkali
anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.
 Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang pendidikan anak usia dini.
 Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-
pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara
terus menerus.
Kekurangan Kurikulum 2013 :
Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum
2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
 Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013.
Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
 Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
BAB 5
Kesimpulan
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum KTSP dirancang untuk memperbaharui kurikulum
sebelumnya yaitu KBK, sedangkan Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang digadang-gadang sebagai
perbaikan dari kurikulum KTSP. Namun sepanjang perjalanannya mengalami banyak pro-kontra di
tengah dunia pendidikan, sehingga dalam prosesnya Kurikulum 2013 tersebut masih perlu sedikit
pembenahan agar dapat digunakan dikemudian hari. Sedangkan dari segi kelebihan dan kekurangan dari
KTSP dan Kurikulum 2013, penulis menarik kesimpulan secara garis besar bahwa Kurikulum 2013 lebih
unggul dibandingkan dengan KTSP dalam hal penyempurnaan aspek-aspek penilaian baik psikomotor,
afektif dan kognitif. Sedangkan dari segi pengaturan dalam mata pelajar, penulis lebih setuju dengan
KTSP dimana setiap mata pelajaran tidak dijadikan satu. Karena hal tersebut akan membuat siswa dan
guru menjadi tidak siap dalam melakukan proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai