Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah Swt. menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaannya dari
makhluk lainnya. Sebagai ciptaan terbaik, yang diberi kelebihan berupa akal
maka manusia dituntut untuk dapat mengambil suatu pengajaran. Akal dapat
mengambil suatu pengajaran melalui pendidikan, dari pendidikan yang
membedakan pemahaman manusia dengan manusia lainnya. Pendidikan
sebagai cara manusia dalam menuntut ilmu pengetahuan. Allah Swt
memerintahkan manusia untuk berlomba-lomba dalam menuntut ilmu, karena
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan akan ditinggi derajatnya oleh Allah
Swt. Firman Allah tersebut, dalam surah Al-Mujaadillah ayat 11 yang
berbunyi:
       
        
       
       
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujaadillah
(58):11)

Lembaga pendidikan di Indonesia memiliki beraneka ragam misalnya


sekolah berbasis negeri ataupun swasta, ada sekolah berbasis agama misalnya
agama Islam disebut madrasah negeri ataupun swasta yaitu SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA.1 Keragaman lembaga pendidikan memiliki tujuan yang sama, untuk
meningkatkan pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu akan
menghasilkan peserta didik yang cerdas secara intelektual, spiritual dan
emosional dan persaingan di kancah abad 21. Keberhasilan suatu lembaga
pendidik bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi,
1
Yenny Merinatul Hasanah and Cepi Safruddin Abdul Jabar, ‘Evaluasi Program Wajib
Belajar 12 Tahun Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta’, Jurnal Akuntabilitas Manajemen
Pendidikan, 5.2 (2017), 228 <https://doi.org/10.21831/amp.v5i2.8546>.
2

mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan suatu input,


proses, output, maupun outcome sekolah. Keberhasilan kepala sekolah meliputi
pendidik-pendidik yang bermutu, peserta didik yang bermutu, kurikulum yang
bermutu, fasilitas yang bermutu dan berbagai aspek penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu, proses pembelajaran yang bermutu, lulusan yang
berkompetensi, dan lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Berdasarkan di atas, suatu mutu pendidikan akan tercapai
jika terdapat biaya yang mencukupi.2
Biaya pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam pelaksanaan pendidikan. Untuk mencapai mutu sekolah yang baik, biaya
pendidikan harus dikelola dengan optimal. Oleh karena itu, tahapan pada
manajemen pembiayaan pendidikan perlu diperhatikan. Pada dasarnya tujuan
manajemen pembiayaan pendidikan adalah mencapai mutu sekolah yang
diharapkan. Pada sestiap proses tahapan manajemen pembiayaan perhatian
utamanya untuk mencapai visi dan misi sekolah. Tahapan manajemen
pembiayaan meliputi perencanaan pembiayaan pendidikan, pelaksanaan
pembiayaan pendidikan, dan pengawasan pembiayaan pendidikan.
Bedasarkan daftar penerima dana BOS di Kabupaten Bandung Barat
pada sub-rayon 1 terdapat 33 sekolah mendapatkan dana BOS sebagai sumber
pembiayaan pendidikan, sedangkan tiga sekolah lainnya merupakan sekolah
swasta dengan sumber pembiayaan dari orang tua dan yayasan. Penggunaan
dana BOS SMP sub-rayon 1 Kabupaten Bandung Barat tahun 2014
menjelaskan penggunaan dana BOS pada 33 sekolah menengah pertama di
sub-rayon 1 Kabupaten Bandung Barat pada Tahun 2014 adalah sebesar
Rp.13.086.434,047. Berdasarkan jumlah dana tersebut, pada masing-masing
siswa diberikan keleluasaan untuk memanfaatkan dana pendidikan tersebut
berdasarkan pada petunjuk teknis untuk mencapai visi dan misi sekolah. 3 Hal
tersebut sebagai bukti pentingnya manajemen pembiayaan pendidikan.

2
Muhamad Husin, ‘Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun Di Provinsi DKI Jakarta’, Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 16.1 (2010), 92 <https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i1.435>.
3
Ulpha Lisni Azhari and Dedy Achmad Kurniady, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan,
Fasilitas Pembelajaran, Dan Mutu Sekolah’, Jurnal Administrasi Pendidikan UPI, 23.2 (2016).
3

Melihat dana tersebut setiap sekolahan harus mengelola dengan sebaik


mungkin, memilih dan memilah suatu kebutuhan yang urgen. Dana tersebut
bukan sebagai hura-hura pribadi tetapi dana tersebut milik masyarakat sekolah
bersama untuk memajukan mutu sekolah. Sudah tidak asing dalam berita
offline maupun online seperti kepala sekolah menyelewengkan dana sekolah.
Banyak permasalahan pendidikan terkait biaya seperti, pihak sekolah yang
kesulitan dalam menggaji pendidik, buku yang tidak memadai, bangunan yang
rusak, tidak adanya laboratotium dan lain-lain.4 Melihat hal itu tidak sesuai
standar pembiayaan dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP RI SNP). “Pada Bab IX
pasal 62 dari PP tersebut disebutkan bahwa standar peraturan pemerintah
nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan dan menegaskan bahwa
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan masyarakat. Agar penyelenggaraan pendidikan di
sekolah dapat berjalan dengan baik maka harus ada ketersediaan dana yang
mencukupi. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan dan adiabatik akan
mengalami proses peningkatan pendidikan. Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan masyarakat harus menyadari setelah melakukan kewajiban dan tanggung
jawabnya dalam hal pendidikan agar terlaksana dengan baik.
Pemaparan diatas menyatakan, bahwasannya manajemen pembiayaan
pendidikan sebagai urgensi suatu lembaga pendidikan. Menghindari
penyelewengan biaya pendidikan dan kecukupan biaya pendidikan dalam
mengelola seluruh elemen sekolah maka perlunya pegelolaan dalam
perencanaan, pelaksanakan dan pengawasan biaya pendidikan harus efektif dan
sesuai aturan. Maka dibuatlah makalah yang berjudul “Manajemen
Pembiayaan Pendidikan”. Isi dari makalah ini sebagai wawasan dalam dunia
lembaga pendidikan agar dapat lebih efektif dalam memanjemen biaya
pendidikan untuk meningkatkan mutu sekolah.
B. Rumusan Masalah

4
Masditou, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Menuju Pendidikan Yang Bermutu’,
Jurnal ANSIRU PAI, Vol. 2.20 (2017), 119–45.
4

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan


masalah dalam makalah ini adalah bagaimana manajemen pembiayaan
pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah
untuk mengetahui manajemen pembiayaan pendidikan.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan
5

1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa latin yaitu kata manus dan
agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja
managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan dalam bahasa
Inggris dalam bentuk kata kerja to manage dengan kata benda management
kemudian menjadi manajemen dalam bahasa Indonesia. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran.5
Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan
usaha yang minimal demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
maksimal baik bagi pemimpinan maupun para pekerja serta memberikan
pelayanan sebaik mungkin kepada masyarakat.6 Menurut Oemar hamalik
manajemen adalah proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha
manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya
menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya.7 Firman Allah yang berkaitan dengan manajemen
terdapat pada surah as-Sajdah ayat 7 yang berbunyi, sebagai berikut:
          

Artinya: yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS. As-
Sajdah: 7).
Berdasarkakan ayat tersebut, bahwasannya Allah telah menciptkan
alam semesta dnegan sebaik mungkin, diatur begitu rinci. Begitupun dengan
penciptaan manusia sebagai manusia penciptaan terbaik diantara makhlauk
lainnya. Dengan diberi kelebihan akal tersebut agar mansusia dapat
mengatur dalam segala kehidupan dengan baik. Sebagaimana hadis berikut:
َ ‫عَن شَ داد ب‬
َ َّ ‫سل‬
‫م‬ َ َ‫ه عَلَيْهِ و‬ ُ ‫صلَّى الل‬
َ ‫ي‬ِّ ِ ‫ن النَّب‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ت‬ ُ ْ ‫مع‬ ِ ‫س‬َ ‫ل‬ َ ‫س قَا‬ ٍ ْ‫ن أو‬ ِ ْ ِ َّ ْ
‫يءٍ فَإِذ َا‬ْ َ‫ل ش‬ ِّ ُ ‫ن عَلَى ك‬
َ ‫سا‬ َ ‫ح‬ ْ ِ ‫ب اإل‬َ َ ‫ل كَت‬ َّ ‫ج‬َ ‫ه عَ َّز َو‬َ ‫ن الل‬ َّ ِ ‫ل إ‬ َ ‫ن فَقَا‬
ِ ْ ‫إِثْنَتَي‬
َ ِ ‫ة وإذ َا ذ َبحتم فَأَحسنوا الذ َّبح ولْي‬ َ
ْ ُ ‫حدُك‬
‫م‬ َ ‫حد َّ أ‬ ُ َ َ ْ ُ ِ ْ ْ ُ ْ َ ِ َ َ َ ‫سنُوا الْقِتْل‬ ِ ‫ح‬ْ ‫م فَأ‬ْ ُ ‫قَتَلْت‬
‫ه‬
ُ َ ‫حت‬
َ ‫ح ذ َبِي‬ َّ ُ ‫ه ث‬
ْ ِ‫م لِيُؤر‬ ُ َ ‫شَ ف َْرت‬
5
Achmad Anwar Abidin, ‘Dalam Upaya Peningkatan Mutu ( Studi Kasus Pada Perguruan
Tinggi Swasta Menengah Di Surabaya )’, Jurnal Penjaminan Mutu, 2017, 87–99.
6
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h.109.
7
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2006), h.16-17.
6

Artinya: Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah mewujudkan perbuatan


yang dilkukan dengan cara yang baik, jika kamu mau
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik,
pertajamlah alat potongnya, kemudian istirahatkanlah
binatangnya. (HR. Muslim, Tirmidzi, Daud, Ibnu Majah).
Kata ihsan bermakna melakukan sesuatu yang baik, secara maksimal
dan optimal. Bahkan dalam hadis itu dicontohkan pada penyembelihan
binatang, harus dilakukan dengan cara yang baik dan hati- hati dan
dikaitkan dengan agama, yaitu harus disertai dengan sebutan asma Allah
sebelum menyembelih. Jika tidak menyebutnya maka penyembelihan
dianggap tidak sah.Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak boleh
gegabah dan melakukan sekehendak hati.Dengan binatang dan juga dengan
musuh sekalipun umat Islam tetap dianjurkan berprilaku baik dan penuh
etika, apalagi terhadap sesama muslim.8
Jika dikaitkan dengan manajemen pendidikan Islam, maka hadis
tersebut menganjurkan pada umat Islam agar mengerjakan sesuatu dengan
baik dan selalu ada peningkatan nilai dari jelek menjadi baik, dari baik
menjadi lebih baik.Manajemen adalah melakukan sesuatu agar lebih baik.
Perbuatan yang baik dilandasi dengan niat atau rencana yang baik, tata cara
pelaksanaan sesuai syariat dan dilakukan dengan penuh kesungguhan dan
tidak asal-asalan sehingga tidak bermanfaat.
2. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berasal dari kata biaya, biaya dan pembelajaan memiliki
arti yang berbeda. Arti biaya berasal dari bahasa Inggris yaitu cost. Biaya
adalah nilai besar dana yang diperkirakan perlu disediakan untuk
membiayai kegiatan tertentu, misalnya kegiatan akademik, kegiatan
kesiswaan, dan sebagainya. Sedangkan pembelanjaan adalah besar dan riil
yang dikeluarkan untuk membiayai unit kegiatan tertentu, misalnya kegiatan

8
Sri. Harmonika, ‘Hadist-Hadist Tentang Manajemen Sumber Daya Manusia’, Jurnal At-
Tadair, 1.1 (2017), 1–14.
7

praktikum siswa. Dari dua arti tersebut seringkali muncul adanya perbedaan
biaya yang dianggarkan dengan pembelajaan riil.9
Kata pembiayaan berasal dari bahasa Inggris yaitu financing, artinya
pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan
kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan.10
3. Pengertiaan Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan adalah jumlah uang yang dihasilkan dari
belanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang
mencakup gaji guru, peningkatan profesionalisme guru, pengadaan sarana
ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan, buku peralatan, alat
tulis kantor, pendukung kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan
pendidikan dan supervisi pendidikan.11
Biaya pendidikan merupakan hal yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan
tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Biaya pendidikan merupakan
salah satu komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan khususnya di sekolah.
Firman Allah dalam surah al-Ankabut ayat 8, yang berbunyi:
       
          
    
Artinya: dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti

9
Muhammadiyah Garut, ‘Model Pembiayaan Pendidikan Madrasah Aliyah Swasta (Studi
Di Madrasah Aliyah Mu’allimin Mu’allimat Muhammadiyah Garut)’, Jurnal Of Islamic
Education, II.2 (2017), 221–48.
10
Muhammad, Manajemen Pembiayaan, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN,2005), h.17.
11
Nanang Fatah, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Rosdakrya, 2000), h.
12.
8

keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan


kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. al-Ankabut (29): 8)
Berdasarkan bunyi dari surah al-Ankabut ayat 8, bahwasannya biaya
pendidikan pada sumber internal berasal dari orang tua (Ibu-Bapaknya).
Orang tua salah obyek dalam keterlaksanaan proses pembelajaran, melalui
mendanai sekolah ataupun kebutuhan sekolah internal setiap peserta didik.
4. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Manajemen pembiayaan pendidikan adalah pengelolaan semua
bentuk keuangan baik usaha untuk memperoleh atau mengumpulkan modal
untuk membiayai aktivitas atau kegiatan secara langsung maupun tidak
langsung untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, baik yang
dikeluarkan oleh sekolah ataupun orang tua siswa secara transparansi,
akuntabilitas, dan value for money.12
5. Fungsi Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Manajemen pembiayaan pendidikan yang transparan dan akuntabel
menjadi penentu keberhasilan pembangunan Madrasah bermutu. Fungsi-
fungsi management accounting dan auditing yang dilaksanakan madrasah
harus mampu menunjukkan tingkat akuntabilitas yang tinggi. Urgensi
akuntabilitas pada setiap fungis manajemen sebagai keberhasilan dalam
mengelola yang efektif. Akuntabilitas menyusun rencana keuangan atau
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah RAPBM
akuntabilitas, implementasi atau accounting dan akuntabilitas evaluasi
(auditing). Berikut pemaparannya, yaitu:13
a. Budgeting yaitu penyusunan RAPBM dilakukan oleh tim, Rapat dihadiri
oleh semua unsur, penyusunan RAPBM didasarkan atas analisis
kebutuhan, penentuan skala prioritas yang berorientasi pada mutu,
sumber dana yang variatif dan alokasi anggaran untuk peningkatan mutu
pendidikan.

12
Muhammad, Manajemen Pembiayaan, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN,2005), h.17.
13
Umi Zulfa, ‘Membangun Madrasah Bermutu Melalui Praktik Manajemen Pembiayaan
Pendidikan Berbasis Potensi Umat’, Jurnal Kependidikan, 1.1 (2013), 12–23.
9

b. Accounting yaiu akuntabilitas pengeluaran keuangan untuk kepentingan


proses pendidikan. Terdapat 6 indikator yaitu apa BBM disosialisasikan
kepada warga madrasah, pelaksanaan APBN sesuai dengan yang
direncanakan, ada buku kontrol pemasukan, ada buku kas atau
pembukuan keuangan, SPJ dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah dan
ada berita acara pemeriksaan administrasi keuangan.
c. Auditing (evaluasi) yaitu dikatakan akuntabel jika memenuhi pengelolaan
keuangan dilaporkan kepada pihak-pihak terkait seperti yayasan,
pemerintah, guru, komite dan wali siswa secara periodik, serta
pertanggungjawaban keuangan sekolah dilaporkan secara terbuka dalam
rapat pleno komite.
6. Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Konsep dasar pembiayaan pendidikan yang ideal dan komponen-
komponen pembiayaan dalam pelaksanaan lembaga pendidikan meliputi
beberapa istilah penting yang harus diperhatikan yaitu objek biaya,
informasi manajemen, biaya pembiayaan, keuangan anggaran biaya, pemicu
biaya, berikut istilah-istilah tersebut dijabarkan yaitu:14
a. Objek Biaya adalah akumulasi dari berbagai aktivitas. Menurut Blocher
membagi jenis objek yang menjadi empat yaitu produk atau kelompok
produk yang sering berhubungan, jasa, departemen, dan proyek.
b. Informasi Manajemen Biaya yaitu dapat dikaitkan dengan informasi
tentang sumber biaya, baik dari pemerintah, orang tua murid, masyarakat
serta potensi lain yang menopang biaya penyelenggaraan pendidikan. Di
sisi lain juga dapat memberi informasi tentang sistem pelayanan proses
belajar mengajar yang dikaitkan dengan biaya yang layak untuk suatu
layanan yang sifatnya lebih baik serta upaya mendukung keputusan
dengan program yang harus dilakukan secara baik dan benar sebagai
manifestasi dari pertanggungjawaban.

14
Ahmad Munir, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Perspektif Islam’, Jurnal
At-Ta’dib, 8.2 (2013), 223–39 <https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/at-tadib.v8i2.502>.
10

c. Pembiayaan, pada dasarnya pembiayaan pendidikan terkait dengan massa


Bagaimana mencari dana (sumber dana), bagaimana menggunakan dana
itu dengan memanfaatkan rencana biaya standar, memperbesar modal
kerja dan merencanakannya untuk kebutuhan masa yang akan datang.
Sementara biaya pendidikan adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat baik berupa uang maupun non moneter
tersebut memerlukan pengelolaan yang jelas.
d. Keuangan, persoalan keuangan di setiap lembaga pendidikan, tidak
hanya mencakup uang pembiayaan yang sah semata, namun juga kredit
bank. Definisi secara sederhana tentang keuangan adalah seni untuk
mendapatkan alat pembayaran. Sementara dalam dunia usaha keuangan
meliputi pemeliharaan kas yang memadai dalam bentuk uang atau kredit
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Alat yang digunakan dalam
keuangan meliputi seluruh metode peminjaman uang dan pertukaran satu
jenis hak yang berkenaan dengan yang lainnya.
e. Anggaran, merupakan suatu instrumen yang dirancang untuk
memfasilitasi perencanaan. Anggaran juga memberikan sebuah konteks
proses perencanaan dalam pemilihan langkah-langkah dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan. Anggaran menjadi dokumen yang meringkas
keputusan yang direncanakan dan dapat bertindak sebagai alat untuk
memastikan penggunaan dana masyarakat secara jujur dan hati-hati.
f. Biaya adalah jumlah uang yang disediakan dialokasikan dan digunakan
atau dibelanjakan untuk melaksanakan berbagai fungsi atau kegiatan
guna mencapai suatu tujuan dan sasaran dalam rangka proses
manajemen.
g. Pemicu Biaya adalah faktor yang memberi dampak pada biaya
perubahan. Pemicu biaya pada lembaga pendidikan sebagai lembaga non
profit yang bergerak di bidang jasa, maka faktor-faktor yang menjadi
pemicu biaya diantaranya jumlah jam mengajar guru, media pengajaran,
buku teks yang digunakan, fasilitas pendukung yang sifatnya temporer.
Program-program pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah yang secara
11

akumulatif dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan


lulusan serta dapat juga dijadikan sebagai pemicu biaya dalam
pendidikan
7. Jenis Pembiayaan Pendidikan
a. Biaya Langsung
Biaya langsung merupakan biaya penyelenggaraan pendidikan
yang dikeluarkan oleh sekolah, siswa atau keluarga siswa, biaya langsung
ini lebih mudah dihitung karena diketahui oleh para wajib pajak dan data
di sekolah tersedia. Biaya langsung terwujud dalam bentuk pengeluaran
uang yang secara langsung digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
proses belajar. Mengajar biaya langsung berpengaruh terhadap kualitas
output pendidikan dan penyelenggaraan kegiatan kegiatan akademik
lainnya.15
Biaya rutin bagian dari biaya langsung. Biaya rutin merupakan
biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pendidikan
selama satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang
pelaksanaan program pengajaran, pembayaran gaji guru dan personil
sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan sarana
prasarana. Menurut Gaffar biaya rutin dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
rata-rata gaji guru per tahun, ratio guru murid dan proporsi gaji guru
terhadap usulan biaya rutin dan biaya pembangunan merupakan biaya
yang digunakan untuk pembelian tanah, pembangunan ruang kelas,
perpustakaan, lapangan olahraga, konstruksi bangunan, pengadaan
perlengkapan biaya penggantian dan perbaikan. Untuk menghitung biaya
pembangunan ada beberapa faktor yang dipertimbangkan yaitu tempat
yang menyenangkan untuk peserta didik belajar, biaya lokasi atau tapak
dan biaya perabot dan peralatan.16
b. Biaya Tidak Langsung

15
Budi Budaya, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar Yang Efektif’,
Likhitaprajna, 18.1 (2006), 42–59.
16
W P Ferdi, ‘Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis’, Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 19.4 (2013), 565–78.
12

Biaya tidak langsung adalah biaya yang berbentuk biaya hidup


yang dikeluarkan oleh keluarga atau anak yang belajar untuk keperluan
sekolah, biaya ini dikeluarkan tidak langsung digunakan oleh lembaga
pendidikan, melainkan dikeluarkan oleh keluarga atau orang yang
menanggung. Biaya peserta didik yang meliputi pendidikan biaya tidak
langsung merupakan biaya hidup yang menunjang kelancaran
pendidikannya. Misalnya biaya transportasi biaya maka biaya kesehatan
biaya tinggal selama masa pendidikan.17
Biaya tidak langsung terdiri dari biaya pribadi, yang dikeluarkan
keluarga untuk sekolah anaknya dan termasuk di dalamnya forgone
opportunities, biaya masyarakat yag dikeluarkan oleh masyarakat
membiayai sekolah, semua bentuk pengeluaran dalam bentuk uang dan
seluruh pengeluaran tidak dalam bentuk uang.
Manajemen pembiayaan pendidikan mengacu pada standar
Nasional pendidikan. Standar Nasional pendidikan meliputi Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Prasarana, Standar Pengelolaan,
Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian. Sekolah dalam pengelolaan
keuangan merujuk pada ketentuan yang berlaku, mulai dari perencanaan
(RAPBS dan RKAS) pembukuan dan pelaporan, pembukuan dan
pelaporan, namun pembelanjaan keuangan belum sesuai dengan
perencanaan. Di samping itu tidak semua warga sekolah dapat mengakses
dengan mudah pengelolaan keuangan sekolah. Oleh karena itu sekolah
memfasilitasi pengelolaan keuangan yang efektif, transparan dan
akuntabel.18
B. Sumber-sumber Pembiayaan Pendidikan
Sumber-sumber manajemen pembiayaan pendidikan tersebut telah
memiliki posisi strategis dalam sirkulasi pembiayaan pendidikan untuk

17
Ibid, h. 24.
18
Luki Eko Cahyono, Satrijo Budi Wibowo, and Juli Murwani, ‘Analisis Penerapan 8
Standar Nasional Pendidikan Pada Smp Negeri 2 Dolopo Kabupaten Madiun’, Assets: Jurnal
Akuntansi Dan Pendidikan, 4.2 (2015), 161 <https://doi.org/10.25273/jap.v4i2.684>.
13

menopang program pendidikan yang diagendakan, baik oleh pihak lembaga


pendidikan sendiri sebagai wadah pemberdayaan dan pengembangan maupun
pemerintah sebagai pihak yang mempunyai kebijakan dalam penganggaran
yang secara institusional memiliki tanggung jawab utamadan mendorong ke
arah efektivitas dan efisiensi aktivitas pendidikan.19
Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), biaya pendidikan di pulau
dari subsidi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, iuran siswa, dan sumbangan
masyarakat. Sejauh ini tercatat dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah
(RKAS), sebagian besar biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari
pemerintahan pusat sedangkan sekolah swasta berasal dari para siswa dan
yayasan.20 Bantuan sekolah swasta dapat berupa penempatan guru negeri yang
dipekerjakan, bantuan khusus untuk pembangunan gedung dan peralatan serta
uang rutin untuk kebutuhan rutin bantuan ini berbentuk sumbangan bantuan
atau subsidi. Sumbangan dapat diberikan untuk menutup sebagian kecil
kebutuhan sekolah.21
Menurutk buku Harsono “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan”,
berdasarkan sumbernya biaya pendidikan dapat digolongkan menjadi 4 jenis
yaitu:22
1. Biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh masyarakat atau orang tua atau
wali siswa.
3. Biaya pendidikan dikeluarkan oleh masyarakat bukan orang tua siswa
misalnya sponsor di lembaga keuangan dan perusahaan.
4. Biaya dari lembaga pendidikan itu sendiri.
Sumber-sumber pembiayaan pendidikan di bagi menjadi empat
kategori, yaitu:

19
Ahmad Munir, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan ....,
20
Lantip Diat Prasojo, ‘Financial Resources Sebagai Faktor Penentu’, Jurnal
Internasional, 4.2 (2010), 19–27.
21
Fattah, Nanang, Ekonomi Dan Pembiayaan (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000), h.
57.
22
Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007), h. 10.
14

1. Hasil penerimaan Umum Pemerintah merupakan sumber yang terpenting


dalam pembiayaan pendidikan. Termasuk di dalamnya adalah semua
penerimaan pemerintah di semua tingkat pemerintahan baik pajak, bantuan
luar negeri maupun pinjaman pemerintah. Besaran yang ditentukan oleh
aparat pemerintah di tingkat pusat atau daerah yang pertimbangannya
berdasarkan prioritas tertentu.
2. Penerimaan khusus untuk pendidikan seperti bantuan atau pinjaman luar
negeri yang diperuntukan untuk pendidikan, seperti UNICEF, UNESCO,
pajak khusus yang hasilnya seluruhnya atau sebagian diberikan untuk
pendidikan.
3. Uang sekolah atau iuran lainnya yaitu pembayaran dari orang tua murid
secara langsung kepada sekolah berdasarkan pertimbangan tertentu.
4. Sumbangan sukarela seperti sumbangan perseorangan, sumbangan
masyarakat, dapat berupa uang tunai, barang atau jasa serta segala usaha
sekolah untuk mengumpulkan dana yang sifatnya sukarela.
Dana BOS sebagai sumber dana hibah dari pemerintah, sebagai
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Tujuan dana BOS adalah
untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Penggunaan dana BOS ini
berdasarkan keputusan pemerintah adalah sebagai berikut:23
1. Pembelian/penggadaan dana buku teks pelajaran
2. Kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik.
3. Kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler.
4. Kegiatan ulangan dan ujian.
5. Pembeliaan bahan-bahan habis pakai.
6. Langganan daya dan jasa.
7. Perawatan sekolah.
8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan
honorer.

23
himyar Pasrizal, ‘Manajemen Biaya Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan’,
Al-Fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 2.1 (2016), 11 <https://doi.org/10.31958/jaf.v2i1.367>.
15

9. Pengembangan profesi.
10. Membantu peserta didik kurang mampu.
C. Perencanaan Anggaran dan Belanja Lembaga Pendidikan
Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk menetapkan
jawab berbagai hasil akhir yang dicapai oleh instansi atau organisasi di masa
mendatang. Perencanaan pada sebuah lembaga sangat esensial karena pada
kenyataannya perencanaan memegang peranan penting yang lebih penting
dibandingkan fungsi lain. Tanpa perencanaan, maka akan sulit mencapai
tujuan. Berikut langkah-langkah dalam perencanaan, yaitu:24
1. Perencanaan pertama yaitu menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan yang
dimulai dengan keputusan.
2. Perencanaan kedua yaitu merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan
kondisi sekarang dari tujuan yang akan dicapai sangat penting, karena
tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang.
3. Perencanaan ketiga yaitu mengidentifikasi segala kemudahan, kekuatan,
kelemahan, serta hambatan yang perlu diidentifikasi kan untuk mengukur
kemampuan dalam mencapai tujuan.
4. Perencanaan keempat yaitu mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan untuk mencapai tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan
meliputi pengembangan sebagai alternatif kegiatan mencapai tujuan.
Perencanaan pembiayaan pendidikan berbasis sekolah sedikitnya
mencakup dua kegiatan yakni penyusunan anggaran dan pengembangan
rencana kegiatan atau anggaran sekolah (RKAS). Kedua kegiatan tersebut
diuraikan sebagai berikut:25
1. Penyusunan anggaran pembiayaan berbasis sekolah atau sering disebut
anggaran belanja sekolah (ABS).
Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara
kuantitatif pada bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman

24
Jamiludin Usman, ‘Urgensi Manajemen Pembiayaan Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Madrasah’, Tradis, 11.2 (2016), 219–46.
25
Departemen Agama, Pedoman Manajemen, (Bandung:Direktorat Kelembagaan Agama
Sekolah,2003) h.116.
16

pelaksanaan kegiatan kegiatan lembaga Pada kurun waktu tertentu.


Penyusunan anggaran merupakan visualisasi atau gambaran terhadap
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang
dapat diketahui pula penentuan satuan biaya untuk tiap-tiap kegiatannya.26
2. Pengembangan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Proses pengembangan RKAS pada umumnya menempuh langkah-
langkah pendekatan prosedur sebagai berikut:
a. Pada tingkat kelompok kerja, dibentuk sekolah yang terdiri dari
pembantu kepala sekolah memiliki tugas antara lain melakukan
identifikasi kebutuhan kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan
selanjutnya diklasifikasi sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil analisis
kebutuhan biaya yang dilakukan seleksi alokasi yang diperkirakan sangat
mendesak dan tidak bisa dikurangi sedangkan yang dipandang tidak
mengganggu kelancaran kegiatan pendidikan khususnya proses
pembelajaran maka dapat dilakukan pengurangan biaya sesuai dengan
dana yang tersedia.
b. Pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah dengan kelompok kerja
yang telah terbentuk perlu dilakukan untuk mengadakan rapat pengurus
dan rapat anggota dalam mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan
sehubungan dengan pengembangan RKAS.
c. Sosialisasi dan legalitas selanjutnya mensosialisasikan kepada berbagai
pihak Kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan kepada pihak
pengawas serta mengajukan usulan kepada Kanwil departemen agama
untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.
D. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi
biasanya dilakukan staf perencanaan sudah dianggap siap secara sederhana

26
Nanang Fattah, Op,Cit h.4
17

pelaksanaan bisa diartikan sebagai penerapan. Berikut tahap-tahap pelaksanaan


pembiayaan pendidikan, yaitu:27
1. Penerimaan
Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber dana perlu
dibutuhkan berdasarkan proses pengolahan yang selaras dengan ketepatan
yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun pemerintah secara
konsep banyak pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan
keuangan, secara beraturan termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan
sekolah ada beberapa karakteristik yang identik.
Prosedur pembukaan penerimaan keuangan sekolah di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional, tanpa mengatur pola panduan antara
pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya dari beberapa anggaran
yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak
boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan atau pengeluarannya dan
sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat makro dan
kelembagaan dengan demikian pola manajemen keuangan terbatas
pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu kebijakan keuangan
sekolah adalah adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat
selanjutnya cara pengelolaannya dibandingkan sesuai dengan tatanan yang
lazim dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Pengeluaran
Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan
sekolah untuk pembelian sumber atau input dari proses sekolah seperti
tenaga administrasi, guru, bahan-bahan, perlengkapan dan fasilitas. Dalam
manajemen keuangan sekolah pengeluaran keuangan yang dibukukan sesuai
dengan pola yang telah ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus
dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukaan,
meliputi format, buku kas harian, buku tabelaris dan format laporan daya

27
Nurdin Usaman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT Grafindo
Persada ), h. 70.
18

serap penggunaan anggaran serta beban pajak aliran pengeluaran keuangan


harus dicatat sesuai dengan waktu serta peruntukannya.
Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah
maka yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana adalah kepala
sekolah. Kepala sekolah mampu mengembangkan sejumlah dimensi
pembuatan administratif berdasarkan prestasi tersebut rencana keuangan
sekolah harus dapat membuka jalan bagi pengembangan dan penjelasan
konsep konsep tentang tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam
manajemen keuangan sekolah menyusun anggaran belanja sekolah
dilaksanakan oleh kepala sekolah dibantu para wakilnya yang ditetapkan
oleh kebijakan sekolah setelah komite sekolah dibawah pengawasan
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
Pemasukan dan pengeluaran keuangan sekolah diatur dalam
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Ada
beberapa hal yang berhubungan dengan penyusunan RAPBS yaitu
penerimaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban. Pengelolaan akan
dianggap efektif apabila merujuk pada RAPBS untuk satu tahun pelajaran.
Penyusunan RAPBS harus melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah,
staf TU dan komunitas sekolah. Sumber pembiayaan dasar gratis berasal
dari pemerintah dan pemerintah daerah. Pendidikan gratis yang bermutu
juga perlu disesuaikan dengan kondisi setempat dan tetap berdasarkan
kualitas yang standar. Dalam menggratiskan pendidikan dasar dan
menengah, bentuk dan ilai subsidi juga tidak harus seragam. Selain itu,
perbedaan antara sekolah swasta, negeri, madrasah, dan pondok pesantren
secara umum cukup berbeda. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
dalam dunia pendidikan bertujuan dalam pemerataan pendidikan di
Indonesia. Sejak tahun 2003,dari APBN sudah dialokasikan Dana Alokasi
Khusus (DAK) untuk mendukung program penuntasan wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun. Ada beberapa program pemerintah dalam
memberikan bantuan dalam pendidikan, diantaranya Biaya Operasional
19

Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Indonesia Pintar


(PIP), dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).28
E. Pengawasan Pembiayaan Lembaga Pendidikan
Terkait pengawasan, terdapat hadis agar seseorang selalu berbuat baik
dengan perilaku baik juga terhadap diri sendiri maupun orang lain. Dengan
bertaqwa kepada Allah dimana saja dan bergaul dengan orang berakhlak baik,
sebagaimana hadis berikut:
َ ‫ع‬
‫ت‬ َ ُ ‫حيْث‬
َ ْ ‫ماُ ن‬ َ ‫ق الله‬ َ َّ ‫سل‬
ِ َّ ‫م إِت‬ َ ‫ه عَلَيْهِ َو‬ ُ ‫صلَّى الل‬
َ ‫ل الله‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ل َر‬َ ‫ي ذ َِّر قَا‬ ْ ِ ‫َن أب‬
ْ
ُ َ
‫ن‬
ٍ ‫س‬َ ‫ح‬َ ‫ق‬ ٍ ‫س بِخُل‬َ ‫ة وَخَالِقْ النَّا‬
َ َ ‫سن‬
َ ‫ح‬َ ْ ‫ة ال‬
َ َ ‫سئ‬
ِّ ‫وَأتْبِعْ ال‬
Artinya: Rasulullah Saw. bersabda, “Bertakwalah kepada Allah Swt. di mana
saja berada, gantilah yang jelek dengan yang baik, bergaullah
dengan orang lain dengan akhlak yang bagus. (HR. At-Tirmidzi dan
Ahmad)
Untuk mencapai kebaikan maka ibutuhkannya pengawasan pada diri
amnusia. Tetapi untuk mencapai semua hal itu, terdapat kendala bahwa
manusia adalah manusia yang khilaf. Maka diperlukan adanya pengawasan dari
orang lain dengan saling menasihati sesama teman. Sebagaimana hadis berikut
hadis riwayat Imaam Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad:
‫م عَلَى‬
َ َّ ‫سل‬
َ ‫ه عَلَيْهِ َو‬
ُ ‫صلَّى الل‬
َ ‫ل الله‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ت َر‬ َ ْ‫ل بَايَع‬َ ‫ن عَبْدِاللهِ قَا‬ ِ ْ ‫جرِيْرِ ب‬
َ ‫َن‬ ْ ‫ع‬
ٍ ‫سلِم‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ل‬ِّ ُ ‫ص ِح لِك‬ْ ُّ ‫صاَل ةِ وَإِيْتَاءِ ال َّزكَاةِ وَالن‬َّ ‫إِقَام ِ ال‬
Artinya: Jarir bin Abdillah berkata “Aku baiat pada Rasulullahu untuk
menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan saling menasihati
sesama saudara muslim.(HR. Imaam Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i
dan Ahmad)
Kegiatan pengawasan pemilihan dikenal dengan istilah Auditing yaitu
kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan
penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan
bendaharawan kepada pihak pihak yang berwenang. Pengawasan pembiayaan
pendidikan bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai lokasi biaya
Meyranti Iloe Lestari, ‘Sistem Pengelolaan Keuangan Program Pendidikan Gratis Di
28

Pesantren’, JMSP: Jurnal Manajemen Dan Supervisi Pendidikan, 3.3 (2019), 115–23.
20

dan tingkat penggunaannya. Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari


memantau, menilai, menampilkan hasil temuan baik pada kinerja aktual
maupun hasilnya. Langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses
pengawasan yaitu:29
1. Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas, kualitas,
biaya maupun waktu.
2. Membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan standar yang
telah ditetapkan.
3. Menentukan tindakan perbaikan atau koneksi yang kemudian menjadi
materi rekomendasi.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Analisis data pada makalah ini, berdasarkan data penelitian dari jurnal
yang bertema tentang manajemen pembiayaan pendidikan. Penulis

29
Moh. Jamaluddin Imron, ‘Manajemen Pembiayaan Sekolah’, Al-Ibroh, 1.1 (2016), 71–
95 <http://ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/view/14/11>.
21

mengumpulkan jurnal-jurnal bertema manajemen pembiayaan pendidikan yang


terindeks DOAJ dan SCOPUS, kemudian penulis memberi kesimpulan dari
hasil data.
1. Jurnal-jurnal penelitian manajemen pembiayaan pendidikan yang ada di
Indonesia terindeks DOAJ, yaitu:
a. Jurnal atas nama Iraan Habsyi, dengan judul “Manajemen Pembiayaan
pada SMP Negeri 13 Kota Ternate.”30
Hasil dari penelitian ini, penulis memberi kesimpulan yaitu
manajemen pembiayaan pada SMP Negeri 13 Kota Ternate diawali
dengan pengumpulan data yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengkoordinasi daya dukung penyelenggaraan pendidikan melalui
penyediaan data yang akurat dari berbagai sumber antara lain kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah, guru, dan tenaga
administrasi. Kegiatan penyusunan rencana biaya program sekolah
dibentuk tim work menyusun program sekolah dari dari pimpinan sekolah,
perwakilan guru dan tenaga administrasi yang merupakan pengelola
kegiatan dan komite sekolah. Penyusunan rencana program didasarkan
pada visi misi tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Pembiayaan pendidikan di sekolah ini dilaksanakan untuk
membiayai berbagai program yang menjadi prioritas, akan tetapi dalam
pelaksanaannya tidak semua program dan super logam bisa didanai karena
alasan kekurangan dana namun menurut para guru dana yang ada
Sebenarnya cukup tapi kepala sekolah kurang transparan dalam
pengelolaan keuangan sekolah yang menyebabkan sebagian program yang
dikatakan tidak bisa dibiayai, sebenarnya bisa dibiayai dengan dana yang
ada.
Pengawasan pembiayaan pendidikan dilaksanakan oleh Kepala
Sekolah secara berkala setiap bulan bagi bendahara dan panitia yang
ditunjuk untuk mengolah dana, tim monitoring dari sumber dana yang

Irsan Habsyi, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada SMP Negeri13 Kota Ternate’,
30

EDUKASI-Jurnal Pendidikan, 13.2 (2015), 542–54.


22

masuk Baik dana BOS, pendamping dan dana block grant serta dari
inspektorat dan BPKP.
b. Jurnal atas nama Akhmad Fathurohman, Enny Winaryati dan Siti Hidayah
dengan judul “Analisis Deskriptif Pembiayaan Pendidikan di Kabupaten
Blora Tahun 2012.”31
Hasil dari penelitian ini, penulis memberi kesimpulan bahwa,
dalam pembiayaan pendidikan komitmen pemerintah Kabupaten Blora
masih dinilai rendah, biaya pendidikan sekarang masih bertumpu pada
pembiayaan dari pemerintah pusat dan provinsi, disamping itu juga
dukungan pembiayaan pendidikan dari dunia usaha dan industri serta
perusahaan asing di Kabupaten Blora masih rendah.
Berdasarkan pengelolaan pembiayaan pendidikan yang masih
menjadi permasalahan adalah ketepatan waktu pencairan dinilai tidak
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, sehingga kadang menganggu
karena tidak seiring dengan kalender pendidikan. Kebutuhan tertinggi
pembiayaan pendidikan adalah untuk sarana prasarana dan progam
kurikulum, serta secara khusus untuk pengembangan keterampilan/vokasi
pada bagi SMK, pemenuhan pembiayaan untuk mencapai standar
pembiayaan sehingga mencapai standar Nasional di Kabupaten Blora
masih relatif rendah.
c. Jurnal atas nama Inten Nurmalasari, Zamzam Lukmanul Jamil dan Ara
Hidayat dengan judul “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah Swasta di Bandung.”32
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengelolaan pembiayaan
pendidikan di MI al-misbah Kota Bandung bahwa perencanaan
pembiayaan pendidikan di MI al-jihad dimulai dengan memilih program
kerja yang akan dilaksanakan dalam satu tahun ajaran ke depan, kemudian

31
Akhmad Fathurohman, Enny Winaryati, and Siti Hidayah, ‘Analisis Deskriptif
Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Blora Tahun 2012’, Jurnal Karya Pendidikan, 1.1 (2014),
1–13 <https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat/article/view/1040>.
32
Zamzam Lukmanul dan Ara Hidayat Inten Nurmalasari, ‘Pengelolaan Pembiayaan
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Swasta Di Bandung’, Dirasat: Jurnal Manajemen Dan
Pendidikan Islam, 5.1 (2019), 1–19.
23

menentukan besaran biaya pendaftaran bagi siswa yang masuk. Kepala


madrasah dan bendahara sekolah kemudian membuat RKAM berdasarkan
jumlah dan kebutuhan siswa selama satu periode pembelajaran.
Penggunaan pembiayaan pendidikan dana bantuan BOS digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang 8 standar, sementara untuk
kebutuhan sekolah yang tidak terpenuhi oleh dana BOS menggunakan
uang partisipasi atau uang infaq siswa. Pembelanjaan kebutuhan
Madrasah dilakukan di awal semester dan biasanya dana BOS belum cair
kepala madrasah menggunakan dana dari tabungan siswa yang nanti
diganti setelah dana BOS cair. Pengawasan dalam penggunaan
pembiayaan pendidikan yang bersumber dari pemerintah yaitu dilakukan
oleh Kementerian Agama kota Bandung sementara pengawasan
pembiayaan bersumber bukan dari pemerintah dilakukan oleh Yayasan dan
komite madrasah.
Pengawasan pembiayaan dilakukan setiap akhir semester sebelum
pembuatan pelaporan pertanggungjawaban dan pengawasan yang
dilakukan lebih berat pada melihat kondisi fisik Madrasah dan
perkembangan yang terjadi. Laporan pemasukan dan pengeluaran biaya
selama satu periode belajar yaitu satu semester dengan menampilkan
seluruh bukti transaksi baik dengan hard file maupun soft file.
d. Jurnal atas nama Tarmizi, Jamaludin Idris dan Djailani AR dengan judul
“Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Melalui Bantuan Operasional
Sekolah pada MIN Cempala Kuneng Kabupaten PIDIE.”
Hasil penelitian tersebut, penulis menyimpulakan bahwa
perencanaan keuangan sekolah atau Madrasah khususnya dalam
penerimaan dan pengeluaran serta pelaporannya keikutsertaan atau
partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan belum dilibatkan secara
langsung dan juga dalam penyusunan RAPBM. Perencanaan biaya atau
penganggaran dari sumber dana belum terarah pada peningkatan mutu
pendidikan. Artinya, kebutuhan biaya yang secara langsung berhubungan
24

dengan PBM (Proses Belajar Mengajar) dan pembinaan guru serta siswa
belum mendapatkan skala prioritas.
Pengawasan terhadap penggunaan biaya pendidikan pada Min
Cempala Kuneng masih rendah, sehingga sumber-sumber pendidikan
yang terbatas belum memberikan dampak yang optimal. Hal ini
disebabkan, pemanfatan biaya masih kurang tepat dengan tidak
memberikan prioritas bagi faktor-faktor yang benar-benar dapat memacu
peningkatan prestasi.
e. Jurnal atas nama Asfila, Murniati dan Nasir Usman dengan judul
“Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran pada MTs N Janarata Kecamatan Bandar Kabupaten
Bener Meriah.”33
Hasil penelitian tersebut maka penulis dapat menyimpulkan yaitu
peran kepala sekolah dalam perencanaan sumber dana pembiayaan
pendidikan pada MTsN Janarata sudah sesuai dengan dengan pos yang
telah diberikan oleh pemerintah, maka kepala sekolah melakukan
musyawarah dengan komponen sekolah dalam merencanakan pembiayaan
pendidikan, sehingga pembiayaan pendidikan tersebut sesuai dengan apa
yang telah disepakati bersama. Dilakukan pada awal tahun walupun
mungkin dana anggaran yang diberikan oleh pemerintah belum turun,
perencanaan pembiayaan pendidikan yang direncanakan tersebut dengan
memperioritas hal-hal yang penting dan mendesak.
Pelaksanaan pengawasan pembiayaan pendidikan pada MTsN
Janarata Kabupaten Bener Meriah telah berlangsung dan berjalan yang
didasarkan petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan pembiayaan
pendidikan yang berlaku, baik pengawasan yang dilakukan secara intern
maupun ekstern sekolah. Pengawas yang mengawasi pembiayaan ini
adalah berbagai pihak-pihak yang berwenang, seperti pengawasan intern
dilakukan oleh Kepala Sekolah, Team Pengawas jenjang Tsanawiyah dan
33
Murniati dan Nasir Usman Asfila, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pada MTsN Janarata Kecamatan Bandar Kabupaten Bener
Meriah’, Jurnal Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Unsyiah, 3.4 (2015), 123–29.
25

komite sekolah. Sedangkan secara ekternal pengawasan dilakukan oleh


bagian Keuangan Kementerian Agama Kabupaten Bener Meriah,
Inspektorat dan BPK, Kementerian agama Kabupaten Bener Meriah serta
Kementerian agama wilayah Aceh sesuai dengan kewenangan dan
kapasitasnya masing-masing dalam mengawasi pembiayaan yang ada pada
MTsN Janarata Kabupaten Bener Meriah.
Hambatan yang dialami oleh kepala sekolah dan guru terhadap
pembiayaan pendidikan adalah dana yang telah diterima, tidak sesuai
antara rencana penggunaan keuangan dengan realisasi yang dilaksakan
dilapangan, sehingga terjadi apa yang disebut penciutan dana dari apa
yang telah direncakan, kurangpahamnya para pengelola keuangan baik
kepala sekolah, bendahara, dan dewan guru dalam pengelolaan keuangan.
f. Jurnal atas nama Teguh Eko Atmaja, Cut Zahri Harun dan Sakdiah
Ibrahim dengan judul “Analisis Penetapan Standar Biaya Pendidikan
pada SMA Negeri 2 Kuala Kabupaten Nagan Raya.”34
Hasil dari penelitian ini menyatkan bahwa penyusunan biaya
pendidikan melalui Rencana Penggunaan Anggaran (RKA) dan
Rancangan Anggaran Pendapat Belanja Sekolah (RAPBS) yang dibahas
dalam rapat anggaran di DPRK. Penggunaan prioritas biaya pendidikan
terbesar adalah untuk membayar gaji guru/ pegawai, yaitu antara 75-80%
dari total anggaran, dan selebihnya untuk non-gaji, terutama untuk
membiayai kegiatan proses belajar mengajar. Penggunaan biaya
pendidikan bersumber anggaran pemerintah berasal dari APBN, dan
APBD. Sedangkan sumber biaya pendidikan lainnya dari orang tua,
swasta, dunia usaha, dan alumni. Pengawasan penggunaan anggaran
pendidikan yang terdiri dari kegiatan memonitor, memeriksa, menilai dan
melaporkan adalah merupakan kegiatan yang bersifat sistemik dan
sistematis.

34
Sakdiah Atmaja, Teguh Eko RM.; Harun, Cut Zahri; Ibrahim, ‘Analisis Penetapan
Standar Biaya Pendidikan’, Jurnal Administrasi Pendidikan, 4.1 (2016), 119–28
26

Pengauditan biaya pendidikan melalui mengecek dan meneliti


kebenaran, keaslian, dan keabsahan dokumen-dokumen yang ada sebagai
akibat telah terjadinya transaksi antara pihak-pihak yang terlibat, dan
menelusuri setiap pencatatan terhadap semua buku yang digunakan dalam
melakukan transaksi-transaksi tersebut, baik penerimaan maupun
pengeluaran uang, termasuk penerimaan dan pengeluaran barang.
g. Jurnal atas nama Susiana, Darwin dan Arif Rahman dengan judul “Pola
Pengelolaan Pembiayaan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (Studi Kasus Di
MIS Al – Jihad Sunggal Kabupaten Deli Serdang).”35
Perencanaan pembiayaan pendidikan MIS Al-Jihad Sunggal belum
disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa dan belum menerapkan
prinsip perhitungan biaya satuan, iuran SPP hanya ditentukan berdasarkan
keikhlasan para wali murid dalam musyawarah sehingga pengalokasian
biaya perkomponennya dalam perencanaan pembiayaan pendidikan
disusun/dihutung berdasarkan jumlah dana terkumpul. Penggunaan
pembiayaan pendidikan untuk dana yang bersumber dari iuran komite
digunakan untuk membiayai komponen-komponen yang tidak bisa
dibiayai dengan menggunakan dana BOS. Pembukuan yang digunakan
masih sangat sederhana.
Pengawasan dalam penggunaan pembiayaan pendidikan yang
bersumber dari iuram komite dilakukan oleh yayasan, komite dan guru
setiap enam bulan sekali Pengawasan dalam penggunaan pembiayaan
pendidikan yang bersumber dari iuram komite dilakukan oleh yayasan,
komite dan guru setiap enam bulan sekali. Laporan pertanggungjawaban
dibuat dengan menguraikan semua penerimaan dan pengeluaran selama 6
bulan yang sudah berjalan dengan melampirkan semua bon, kwitansi dan
bukti-bukti transaksi menyangkut pengeluaran yang sudah dilakukan.

35
Darwin dan Arif Rahman Susiana, ‘Pola Pengelolaan Pembiayaan Madrasah Ibtidaiyah
Swasta (Studi Kasus Di MIS Al – Jihad Sunggal Kabupaten Deli Serdang)’, Jurnal Manajemen
Pendidikan Indonesia, 8.1 (1979), 1–25.
27

h. Jurnal atas nama Ainul Mardiyah Usman, Cut Zahari Harun dan Nasir
Usman dengan judul “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan pada SMP
Negeri 19 Percontohan Banda Aceh.”36
Hasil penelitian dapat penulis simpulkan yaitu sumber keuangan
dan pembiayaan di sekolah pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, orang tua peserta didik, masyarakat. Rencana
Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) SMP Negeri 19
Percontohan Banda Aceh dilakukan secara rutin tiap tahun ajaran atau
awal semester setiap 6 bulan sekali yang dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, siswa bendahara dan komite sekolah. Pihak sekolah menyusun
RAPBS berdasarkan anggaran rutin. Dana pendidikan dari APBK
diperuntukkan bagi intensif wali kelas. Sedangkan APBN diperuntukkan
untuk pengembangan kompetensi lulusan seperti pengayaan sore hari bagi
kelas IX semester genap dan ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan terdiri dari penerimaan siswa
baru (PSB), pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi, kegiatan
remedial/pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, PMR,
membiayai ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah, membeli bahan
habis pakai, biaya perawatan sekolah, membayar honor GTT,
pengembangan profesi, karya ilmiah, pengadaan mobiler dan alat peraga
sekolah.
Pengawasan pembiayaan pendidikan dilakukan oleh Tim
Manajemen BOS Kota Banda Aceh, Komite Sekolah dan
Bawasda/Inspektorat dengan cara melakukan pemantauan, pembinaan dan
penyelesaian masalah yang dilakukan setiap triwulan dan semester, Tim
Manajemen BOS Tingkat Kabupaten Kota bisa saja diwakili oleh pihak
BPKP atau pihak lain yang ditunjuk.
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan dilakukan untuk membiayai
siswa kurang mampu, membayar honor GTT, pengembangan profesi
36
Cut Zahri Harun, Nasir Usman Ainul Mardiyah Usman, ‘Pengelolaan Pembiayaan
Pendidikan Pada Smp Negeri 19 Percontohan Banda Aceh’, Jurnal Administrasi Pendidikan :
Program Pascasarjana Unsyiah, 4.2 (2016), 235–40.
28

(pelatihan), perawatan gedung, membeli alat-alat pelajaran, olahraga,


kesenian, membiayai ulangan harian/umum dan sekolah, remedial,
pengayaan dan pengadaan mobiler, namun dalam pengadaan gedung dan
mobiler yang membutuhkan dana yang banyak masih membutuhkan
uluran masyarakat/orang tua siswa dan pemerintah.
Pengawasan pembiayaan pendidikan dilakukan secara melekat oleh
Tim Manajemen Kota Banda Aceh, komite sekolah dan pengawasan
fungsional oleh Bawasda/Inspektorat terhadap RAPBS, Kas dan peralatan,
namun kurang melibatkan masyarakat dan orang tua siswa dalam
pembiyaan pendidikan.
i. Jurnal atas nama Pratiwining Utami, Chiar dan Sukmawati dengan judul
“Manajemen Pembiayaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Anjongan.”37
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu hendaknya kepala
sekolah menciptakan dan mencari solusi lain dalam mengambil keputusan
baik dalam rangka penyempurnaan program pembelajaran pembiayaan
sekolah sehingga dapat berjalan dengan lebih baik. Kemudian, guru
melakukan pembinaan lebih mendalam agar nantinya mampu mengatasi
berbagai masalah sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan dengan
berbagai aspek manajemen pembiayaan yang baik. Ikut mengawasi dan
berpartisipasi aktif dalam proses pengelolaan pembiayaan karena hal ini
akan sangat berpengaruh terhadap efektifitas penggunaan dana. Untuk bisa
kooperatif dan terbuka, asas transparansi dan akuntabilitas agar dijadikan
patokan dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan. Untuk tetap mengkaji
dan mengevaluasi kebijakan yang dikeluarkan, termasuk efektifitas
pengelolaan dana.
2. Jurnal-jurnal terkait manajemen pembiayaan pendidikan yang ada pada
sekolah di luar Negara Indonesia, berikut beberapa pemparannya:

37
Pratiwining Utami and H M Chiar, ‘Manajemen Pembiayaan Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Anjongan’, Progam Studi Magister Adminitrasi Pendidikan FKIP Untan
Pontianak, 1–13.
29

a. Mekanisme pendanaan untuk sekolah umum di Negara bagian


Mississippi tejadi kurang stabil, hasil dari penelitian Mississippi
mengalami ketepurukkan dalam prestasi akademik. Ketepurukkan
berawal dengan disahkannya Undang-undang MAEP (Mississippi
Adequate Education Progam), terjadi ketidak adilan antara siswa dengan
keluarga yang memiliki ekonomi tinggi dengan yang rendah.38
b. Manajemen sekolah menengah di Kenya, terdapat masalah terkait
manajemen keuangan sekolah yang tidak transparan dengan orang tua
peserta didik. Hasil dari penelitian ini menyatakan, keterlibatan orang tua
dalam bidang keuangan manajemen masih rendah di kabupaten ini
dengan adanya tidak ada transparansi keuangan di sekolah.39
c. Manajemen keuangan di sekolah dasar telah berubah di Inggris dengan
diperkenalkannya Nilai Keuangan Sekolah Standar (SFVS). SFVS
sebagai cara perbaikan manajemen anggaran sekolah, adanya
peningkatan delegasi tanggung jawab keuangan kepada tim manajemen
sekolah. Hasil dari penelitian, bahwa peneliti melakukan penelitian
dengan tiga sumber pemangku kepentingan di sekolah yaitu kepala
sekolah, komite sekolah dan anggota sub-komite keuangan badan
pengatur. Tiga sumber tersebut, ditemukan bahwa manajemen keuangan
semakin diresepkan tanpa jelas pedoman.40
d. Tidak transprannya dikalangan pendidikan terkait keuangan maka Susan
Hoadley, dkk mengembangkan konsep ambang batas (Applying
Threshold Concept), bertujuan untuk menginformasikan rancangan
progam keuangan. Jadi, konsep ambang batas dalam keuangan

38
Michael Putnam and Jill Cabrera, ‘Mississippi: One State’s Search for Equity in School
Finance’, SAGE Open, 5.2 (2015), 215824401558118
<https://doi.org/10.1177/2158244015581187>.
39
Peter Kiplangat Koross, Moses Waithanji Ngware, and Anthony Kiplangat Sang,
‘Principals’ and Students’ Perceptions on Parental Contribution to Financial Management in
Secondary Schools in Kenya’, Quality Assurance in Education, 17.1 (2009), 61–78
<https://doi.org/10.1108/09684880910929935>.
40
Sarah Fitzgerald and Julie Drake, ‘Responsibility for Financial Management in Primary
Schools: Evidence from an English Local Authority’, Management in Education, 27.3 (2013), 96–
105 <https://doi.org/10.1177/0892020613490501>.
30

memberikan titik awal untuk keuangan pendidik dalam desain dan


pengiriman progam keuangan yang lebih eksplisit.41
e. Manajemen pendidikan dasar di Negara bagian Akwa Ibom, mengalami
masalah pembiayaan dan manajemen sekolah. Setelah terjadinta
pembubaran NPEC mempengaruhi perkembangan pendidikan dasar.
Pendidikan dalam lembaga swasta atau pemerintah tidak efektif dalam
mendanai, sehingga mengakibatkan sekolah dasar mengalami
kekurangan biaya pendidikan. Setiap sekolah memberi semua
tanggungan biaya kepada orang tua, tetapi banyak orang tua yang tidak
mampu untuk membiayai pendidikan dasar. Sehingga, banyak yang putus
sekolah.42
f. Manajemen kepala sekolah terkait pembiayaan pendidikan di sekolah
ekuitas Afrika Selatan. Kepala sekolah memberikan progam bebas biaya
dalam pendidikan, tentu menjadi masalah besar dalam pendanaan biaya
yang besar. Sekolahan tersebut tergolong untuk rakyat miskin. Peneliti
menemukan bahwa kepala sekolah mengelola setiap siswa untuk
berwirausaha sama-sama membangung biaya pendidikannya.43
g. Salah satu sekolah di Negara Afrika, ada bagian daerah dimana badan
pemerintahan tidak memiliki keterampilan keuangan yang diperlukan
untuk mengembangkan anggaran praktis dan belum mampu mengelola
sumber daya fisik secara ekonomi untuk sekolah tersebut.44
h. Permasalahan pembiayaan sekolah di Negara Inggris pada siswa yang
tidak mampu mengalami kesulitan untuk mengeluarkan biaya,
permasalahan tersebut diberikan kebijakan pemerintah adanya pendanaan
41
Susan Hoadley and others, ‘Applying Threshold Concepts to Finance Education’,
Education and Training, 58.5 (2016), 476–91 <https://doi.org/10.1108/ET-02-2016-0035>.
42
George S. Ibe-Bassey, ‘Problems and Issues in the Financing and Management of Basic
Education in Akwa Ibom State’, International Journal of Educational Management, 10.1 (2006),
11–16 <https://doi.org/10.1108/09513549610105326>.
43
Raj Mestry, ‘The Role of Governing Bodies in the Management of Financial Resources
in South African No-Fee Public Schools’, Educational Management Administration and
Leadership, 46.3 (2018), 385–400 <https://doi.org/10.1177/1741143216665838>.
44
Raj Mestry and Kishan Bodalina, ‘The Perceptions and Experiences of School
Management Teams and Teachers of the Management of Physical Resources in Public Schools’,
Educational Management Administration and Leadership, 43.3 (2015), 433–51
<https://doi.org/10.1177/1741143214549972>.
31

berbasis sekolah untuk siswa kurang mampu. Tetapi penemuan,


mengemukakan masih banyak sekolah yang kekurangan biaya
pendidikan kurang mencukupi. Hal itu, menjadikan bukti menunjukkan
sumber daya dialokasikan ke sekolah dengan cara yang tidak terlalu
redistributif.45
i. Sistem pendidikan publik di New South Wales, Australia memiliki
masalah terkait manajemen dan adminitrasi pendidikan khususnya dalam
bidang keuangan sekolah. Penelitian ini memberikan, manajemen
pembiayaan sekolah dapat MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana
pengelolaan pembiayaan pendidikan lebih transparan.46
B. Pembahasan
Berdasarkan beberapa jurnal dalam analisis data menunjukkan
keanekaragaman yang terjadi di lapangan terkait manajemen pembiayaan
pendidikan. Permasalhan manajemen pembiayaan tidak hanya di Indonesia
tetapi di luar negara Indoensia masih terdapat masalah. Ada yang sudah sesuai
dengan tahap-tahap dan standar, ada juga yang masih ada harus diperbaiki.
Tujuan dari menganalisis data tersebut sebagai per-misalan bahwa pentingnya
manajemen pembiayaan pendidikan berpengaruh dengan mutu sekolah. Jika
dalam memanajemen saja belum baik bagaimana dengan kondisi mutu sekolah
tersebut.
Pentingnya manajemen pembiayaan pendidikan karena biaya
pendidikan di Indonesia merupakan salah satu masalah dirasakan masih
krusial. Meskipun masalah pembiayaan seutuhnya tidak sepenuh berpengaruh
langsung terhadap kualitas pendidikan, namun pembiayaan berkaitan erat
dengan kelancaran dalam pembelajaran di sekolah seperti pengadaan sarana
prasarana dan sumber belajar. Berapa banyak sekolah yang tidak dapat
melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal hanya karena masalah

45
Anne West, ‘Redistribution and Financing Schools in England under Labour: Are
Resources Going Where Needs Are Greatest?’, Educational Management Administration and
Leadership, 37.2 (2009), 158–79 <https://doi.org/10.1177/1741143208100296>.
46
Geoffrey Newcombe and John McCormick, ‘Trust and Teacher Participation in School-
Based Financial Decision Making’, Educational Management & Administration, 29.2 (2001),
181–95 <https://doi.org/10.1177/0263211x010292004>.
32

keuangan baik untuk menggaji guru maupun untuk pengadaan sarana prasarana
pembelajaran. Dalam kaitan ini, meskipun tuntutan reformasi menghendaki
pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan yang berkualitas
senantiasa memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Kecukupan pembiayaan pendidikan dapat dilihat dari manajemen
keuangan yang ada di sekolah tersebut sehingga dapat menghindari
penggunaan biaya yang tidak perlu atau tidak direncanakan dalam Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Efektivitas pembiayaan
merupakan salah satu alat ukur efisiensi, sehingga program kegiatan dihitung
berdasarkan biaya tapi juga waktu dan lebih amat penting lagi menghindari dan
seleksi penggunaan dana operasional pemeliharaan dan biaya lain yang
mengarah pada pemborosan.
Kondisi dana yang sangat hebat dan sekarang dihadapkan pada
kebutuhan yang beragam, maka sekolah harus mampu membuat keputusan
dengan tetap berpedoman pada peningkatan mutu. Manakala skornicki rencana
untuk mengadakan perbaikan fasilitas seperti pagar sekolah atau
merencanakan pengadaan media pembelajaran budi pekerti atau agama Islam,
maka sekolah perlu mempertimbangkan prioritas mana yang diasumsikan
memiliki pengaruh yang dominan terhadap peningkatan mutu proses belajar
mengajar. Apabila melalui berbagai pertimbangan dan atas dasar musyawarah
dan mufakat dengan para pemangku kepentingan, pengadaan media budi
pekerti atau agama Islam lebih baik dampak yang kuat, maka keputusan yang
efisien menggunakan media budi pekerti atau agama Islam.

BAB VI
33

PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen pembiayaan pendidikan adalah mengelola suatu dengan
baik terkait biaya, antara pemasukkan dan pengeluaran suatu biaya pendidikan.
Adanya manajemen pembiayaan sebagai keteraturan sekolah dalam mengelola
keuangan terdapat kejelasan, transparan dan terbuka satu sama lainn. Biaya
yang masuk dan keluar memiliki nilai kejelasan dalam membelanjakan suatu
anggaran. Konsep dasar pembiayaan pendidikan yang ideal dan komponen-
komponen pembiayaan dalam pelaksanaan lembaga pendidikan meliputi
beberapa istilah penting yang harus diperhatikan yaitu objek biaya, informasi
manajemen, biaya pembiayaan, keuangan anggaran biaya, pemicu biaya.
Berdasarkan jenisnya ada biaya langsung dna tidak langsung. Sumber biaya
yang didapat yaitu biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah, biaya
pendidikan yang dikeluarkan oleh masyarakat atau orang tua atau wali siswa,
biaya pendidikan dikeluarkan oleh masyarakat bukan orang tua siswa misalnya
sponsor di lembaga keuangan dan perusahaan, biaya dari lembaga pendidikan
itu sendiri. Manajemen pembiayaan pendidikan dilakasankan dengan tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. `
B. SARAN
Penulisan pada makalah ini masih jauh dalam kata sempurna dan masih
banyak tata cara penulisan yang salah. Untuk itu, bagi pembaca untuk dapat
memberi saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA
34

Abidin, Achmad Anwar, ‘Dalam Upaya Peningkatan Mutu ( Studi Kasus Pada
Perguruan Tinggi Swasta Menengah Di Surabaya )’, Jurnal Penjaminan
Mutu, 2017, 87–99
Ainul Mardiyah Usman, Cut Zahri Harun, Nasir Usman, ‘Pengelolaan
Pembiayaan Pendidikan Pada Smp Negeri 19 Percontohan Banda Aceh’,
Jurnal Administrasi Pendidikan : Program Pascasarjana Unsyiah, 4.2
(2016), 235–40
Asfila, Murniati dan Nasir Usman, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pada MTsN Janarata Kecamatan Bandar
Kabupaten Bener Meriah’, Jurnal Administrasi Pendidikan Program
Pascasarjana Unsyiah, 3.4 (2015), 123–29
Atmaja, Teguh Eko RM.; Harun, Cut Zahri; Ibrahim, Sakdiah, ‘Analisis
Penetapan Standar Biaya Pendidikan’, Jurnal Administrasi Pendidikan, 4.1
(2016), 119–28
<http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/8167/8148>
Azhari, Ulpha Lisni, and Dedy Achmad Kurniady, ‘Manajemen Pembiayaan
Pendidikan, Fasilitas Pembelajaran, Dan Mutu Sekolah’, Jurnal Administrasi
Pendidikan UPI, 23.2 (2016)
Budaya, Budi, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar Yang
Efektif’, Likhitaprajna, 18.1 (2006), 42–59
Cahyono, Luki Eko, Satrijo Budi Wibowo, and Juli Murwani, ‘Analisis Penerapan
8 Standar Nasional Pendidikan Pada Smp Negeri 2 Dolopo Kabupaten
Madiun’, Assets: Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, 4.2 (2015), 161
<https://doi.org/10.25273/jap.v4i2.684>
Departemen Agama, Pedoman Manajemen, (Bandung:Direktorat Kelembagaan
Agama Sekolah,2003).
Fathurohman, Akhmad, Enny Winaryati, and Siti Hidayah, ‘Analisis Deskriptif
Pembiayaan Pendidikan Di Kabupaten Blora Tahun 2012’, Jurnal Karya
Pendidikan, 1.1 (2014), 1–13
<https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMat/article/view/1040>
Fattah, Nanang, Ekonomi Dan Pembiayaan (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2000).
Ferdi, W P, ‘Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis’, Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 19.4 (2013), 565–78
Fitzgerald, Sarah, and Julie Drake, ‘Responsibility for Financial Management in
Primary Schools: Evidence from an English Local Authority’, Management
in Education, 27.3 (2013), 96–105
<https://doi.org/10.1177/0892020613490501>
Garut, Muhammadiyah, ‘Model Pembiayaan Pendidikan Madrasah Aliyah Swasta
(Studi Di Madrasah Aliyah Mu’allimin Mu’allimat Muhammadiyah Garut)’,
Jurnal Of Islamic Education, II.2 (2017), 221–48
Habsyi, Irsan, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada SMP Negeri13 Kota
Ternate’, EDUKASI-Jurnal Pendidikan, 13.2 (2015), 542–54
Harmonika, Sri., ‘Hadist-Hadist Tentang Manajemen Sumber Daya Manusia’,
Jurnal At-Tadair, 1.1 (2017), 1–14 .
35

Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Book


Publisher, 2007), h. 10.
Hasanah, Yenny Merinatul, and Cepi Safruddin Abdul Jabar, ‘Evaluasi Program
Wajib Belajar 12 Tahun Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta’, Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 5.2 (2017), 228
<https://doi.org/10.21831/amp.v5i2.8546>
Hoadley, Susan, Leigh N. Wood, Leonie Tickle, and Tim Kyng, ‘Applying
Threshold Concepts to Finance Education’, Education and Training, 58.5
(2016), 476–91 <https://doi.org/10.1108/ET-02-2016-0035>
Husin, Muhamad, ‘Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun Di Provinsi DKI Jakarta’,
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16.1 (2010), 92
<https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i1.435>
Ibe-Bassey, George S., ‘Problems and Issues in the Financing and Management of
Basic Education in Akwa Ibom State’, International Journal of Educational
Management, 10.1 (2006), 11–16
<https://doi.org/10.1108/09513549610105326>
Imron, Moh. Jamaluddin, ‘Manajemen Pembiayaan Sekolah’, Al-Ibroh, 1.1
(2016), 71–95
<http://ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/view/14/11>
Inten Nurmalasari, Zamzam Lukmanul dan Ara Hidayat, ‘Pengelolaan
Pembiayaan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Swasta Di Bandung’, Dirasat:
Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam, 5.1 (2019), 1–19
Jamiludin Usman, ‘Urgensi Manajemen Pembiayaan Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Madrasah’, Tradis, 11.2 (2016), 219–46
Koross, Peter Kiplangat, Moses Waithanji Ngware, and Anthony Kiplangat Sang,
‘Principals’ and Students’ Perceptions on Parental Contribution to Financial
Management in Secondary Schools in Kenya’, Quality Assurance in
Education, 17.1 (2009), 61–78
<https://doi.org/10.1108/09684880910929935>
Masditou, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Menuju Pendidikan Yang
Bermutu’, Jurnal ANSIRU PAI, Vol. 2.20 (2017), 119–45
Mestry, Raj, ‘The Role of Governing Bodies in the Management of Financial
Resources in South African No-Fee Public Schools’, Educational
Management Administration and Leadership, 46.3 (2018), 385–400
<https://doi.org/10.1177/1741143216665838>
Mestry, Raj, and Kishan Bodalina, ‘The Perceptions and Experiences of School
Management Teams and Teachers of the Management of Physical Resources
in Public Schools’, Educational Management Administration and
Leadership, 43.3 (2015), 433–51
<https://doi.org/10.1177/1741143214549972>
Meyranti Iloe Lestari, ‘Sistem Pengelolaan Keuangan Program Pendidikan Gratis
Di Pesantren’, JMSP: Jurnal Manajemen Dan Supervisi Pendidikan, 3.3
(2019), 115–23
Muhammad, Manajemen Pembiayaan, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN,2005)
Munir, Ahmad, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Perspektif Islam’,
Jurnal At-Ta’dib, 8.2 (2013), 223–39
36

<https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/at-tadib.v8i2.502>
Nanang Fatah, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Rosdakrya,
2000)
Newcombe, Geoffrey, and John McCormick, ‘Trust and Teacher Participation in
School-Based Financial Decision Making’, Educational Management &
Administration, 29.2 (2001), 181–95
Nurdin Usaman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT
Grafindo Persada ).
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2006).
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009).
Pasrizal, Himyar, ‘Manajemen Biaya Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan’, Al-Fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 2.1 (2016), 11
<https://doi.org/10.31958/jaf.v2i1.367>
Prasojo, Lantip Diat, ‘Financial Resources Sebagai Faktor Penentu’, Jurnal
Internasional, 4.2 (2010), 19–27
<https://journal.uny.ac.id/index.php/jimp/article/viewFile/741/585>
Putnam, Michael, and Jill Cabrera, ‘Mississippi: One State’s Search for Equity in
School Finance’, SAGE Open, 5.2 (2015), 215824401558118
<https://doi.org/10.1177/2158244015581187>
Susiana, Darwin dan Arif Rahman, ‘Pola Pengelolaan Pembiayaan Madrasah
Ibtidaiyah Swasta (Studi Kasus Di MIS Al – Jihad Sunggal Kabupaten Deli
Serdang)’, Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia, 8.1 (1979), 1–25
Umi Zulfa, ‘Membangun Madrasah Bermutu Melalui Praktik Manajemen
Pembiayaan Pendidikan Berbasis Potensi Umat’, Jurnal Kependidikan, 1.1
(2013), 12–23
Utami, Pratiwining, and H M Chiar, ‘Manajemen Pembiayaan Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Anjongan’, Progam Studi Magister Adminitrasi
Pendidikan FKIP Untan Pontianak, 1–13
West, Anne, ‘Redistribution and Financing Schools in England under Labour: Are
Resources Going Where Needs Are Greatest?’, Educational Management
Administration and Leadership, 37.2 (2009), 158–79
<https://doi.org/10.1177/1741143208100296>

Anda mungkin juga menyukai