Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt


dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada
kemampuan akal pikirannya / kecerdasannya. Dengan kemampuannya ini manusia
mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.
Pengembangan diri untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa
yang kita sebut dengan pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang
diawali dengan proses kependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.
Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman maka diperlukan satu
pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam dimensi daya cipta,
rasa dan karsa. Dimana ketiga hal tersebut di atas akan menjadi motivasi bagi manusia
untuk saling berlomba dalam mencapai kemajuan sehingga keberadaan pendidikan
menjadi semakin penting. Yang pada akhirnya menjadikan pendidikan sebagai kunci
utama kemajuan hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang
didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses
transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang
diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia
yang berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam
pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan
yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh
karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai
basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan pendidikan nasional ?
2. Apa komponen-komponen keberhasilan pendidikan nasional?
3. Apa unsur-unsur tujuan pendidikan nasional ?
4. Bagaimana mewujudkan tujuan pendidikan nasional ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui tujuan pendidikan nasional.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen keberhasilan pendidikan nasional.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pendidikan nasional.
4. Untuk mengetahui cara mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional merupakam arah dari semua penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia untuk semua jenis, jenjang, dan tingkat pendidikan.
Pemerintah menetapkan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional setelah mendapat persetujuan dari DPR RI.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, yang disebut dalam pembukaan UUD
Tahun 1945, merupakan salah satu tujuan membentuk pemerintahan Negara
Indonesia. Isi pembukaan UUD Tahun 1945 belum pernah diubah dan
mencerdaskan bangsa itu dilakukan melalui pendidikan nasional sebagaimana
diatur dalam Pasal 31. Isi pasal ini telah diamendemen pada tahun 2002. Demikian
juga sistem pendidikan nasional telah mengalami perubahan mulai dari Undang-
Undang No.4 Tahun 1950 menjadi Undang-Undang No 2 Tahun 1989, dan terakhir
diubah dengan UU No 20 Tahun 2003.
Pada kurun waktu tertentu sistem pendidikan nasional perlu disesuaikan
dengan perkembangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kondisi
sosial masyarakat, serta kebutuhan dunia kerja. Akan tetapi, perubahan sistem
pendidikan nasional itu juga berakibat pada perubahan tujuan pendidikan nasional.
Perubahan itu dianggap perlu untuk menyesuaikan dengan perkembangan dibidang
lain, seperti meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan,
pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan sumber daya manusia dengan
kemampuan yang berbeda, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Tujuan pendidikan diwujudkan secara bertahap melalui pendidikan
prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinngi serta jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Oleh karena itu, sertiap pendidik dan
tenaga kependidikan serta penulis buku teks pelajaran perlu mengetahui dan
memahami tujuan pendidikan nasional secara tepat serta menerjemahkan dalam
setiap kegiatan pembelajaran masing-masing mata pelajaran di dalam atau luar
kelas termasuk dalam isi buku teks pelajaran.
Dalam Bab II, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis.
Dalam proses mencapai tujuan itu, pendidikan harus berlandaskan UUD Tahun
1945 dan Pancasila sebagai sistem pendidikan nasional dapat berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mecerdaskan bangsa secara menyeluruh, merata, serta
berkeadilan sebagaimana dituntut dalam Pembukaan UUD Tahun 1945.

B. komponen – komponen keberhasilan pendidikan.


1. Komponen pendidik: Syarat utama pendidik adalah mampu sebagai sosok
tauladan. Konsep pendidik yang sekaligus pemimpin seperti yang diungkapkan
oleh Ki Hadjar Dewantara di atas, yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani yang semaksimal mungkin harus dipenuhi
komponen pendidik. Jika konsep ini dipenuhi, maka dalam diri pendidik tersebut
akan memancarkan “aura” yang menyebabkan wibawa pada dirinya. Di samping
itu pendidik sebagai sosok yang digugu lan ditiru (diikuti dan ditiru) akan menjadi
bukti kebenarannya. Tidak kalah pentingnya dalam usaha memperoleh keberhasilan
ini adalah sikap pendidik yang ikhlas.

2. Komponen Peserta Didik: Manusian sebagai peserta didik adalah salah satu
komponen penentu keberhasilan pendidikan. Jika manusia sebagai peserta didik itu
pasif, apatis, dan masa bodoh, maka mustahil pendidikan akan memperoleh
keberhasilan. Oleh karena itu, peserta didik dituntut berperan aktif di dalam proses
pendidikan. Peran aktif ini diwujudkan dalam sikap taat pada pendidik, yaitu taat
pada perintah maupun larangan pendidik. Taat pada pendidikan ini dilakukan ada
maupun tidak ada pendidik. Ada atau tidak adanya orang tua maupun guru, ia akan
tetap taat.
3. Komponen Pelaksanaan : Di dalam pelaksanaan pendidikan, manusia baik
pendidik maupun peserta didik harus dalam kondisi yang “bebas-demokratis”.
Dalam suasana gembira dan saling memahami. Pendidik didasari dengan niat yang
tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peserta didik. Demikian pula peserta
didik juga selalu dalam niat yang ikhlas untuk mencari dan menerima ilmu. Jika
keduanya telah terjalin dalam hubungan yang harmonis sama-sama ikhlas dan
sama-sama dalam kondisi “bener tur pener” (benar dalam kebenaran) maka ilmu
yang didapat akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Indikator keberhasilan proses
pendidikan ini adalah adanya perubahan nilai secara positif, dari tidak tahu menjadi
tahu, dari “tidak” menjadi “ya”, dari “buta” menjadi “melek” dari “faham” menjadi
“mahir” dan seterusnya.

Tujuan pendidikan disebut juga dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dalam
pasal 3 adalah sebagai berikut “pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dalam tujuan
pendidikan seperti tersebut tadi, terdapat beberapa kata kunci antara lain iman dan
takwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan demokratis.
Konsekuensinya adalah kriteria atau bisa juga disebut sebagai evaluasi pendidikan
yang diterapkan harus mampu melihat sejauh mana ketercapaian setiap hal yang
disebutkan dalam tujuan tersebut. Evaluasi harus mampu mengukur tingkat
pencapaian setiap komponen yang tertuang dalam tujuan pendidikan yaitu tertuang
dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Dari penjelasan tersebut tampak
sinkron antara konsep pendidikan yang dituangkan oleh pemerintah dengan konsep
pendidikan masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakekat pendidikan dan tujuan


pendidikan adalah bahwa pendidikan seumur hidup sejak manusia lahir sampai
dewasa, baik itu pendidikan formal dari kecil hingga perguruan tinggi, maupun
pendidik di lingkungan masyarakat atau di tempat dia tinggal. Tujuan pendidikan
itu juga untuk menciptakan manusia yang matang dan wibawa secara lahir dan
batin, menyangkut keimanan, ketakwaan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
C. Unsur-unsur Tujuan Pendidikan Nasional
1. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Beriman dan bertakwa berkaitan dengan pengetahuan dan perilaku manusia
dalam mewujudkan keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu, dalam kurikulum semua jenjang dan jenis pendidikan terdapat kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia yang mencakup semua agamayang
diakui di Indonesia: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan
untuk membentuk siswa menjadi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulai mencakup etika, budi pekerti,
atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Akan tetapi, pendidikan
tentang iman dan takwa itu harus juga disampaikan melalui semua bidang
studi/mata pelajaran lainnya secara implisit dan bukan sebagai bahan pelajaran.
Sebagai contoh, dalam bidang studi/mata pelajaran bahasa Indonesia, kata-
kata, frase, dan bahan bacaan dipilih dari bahan yang berkaitan dengan
pengetahuan agama. Misalnya, kata soleh, berdoa, sembahyang, umat, jemaat,
musala, masjid, gereja, candidan kata-kata lainnya dapat dipakai dalam latihan
membaca atau menulis yang sekaligus memperkaya kosakata siswa sejak
pendidikan usia dini. Untuk latihan menyimak dan pemahan siswa, bahan
bacaan dapat dikarang atau dikutip dari sumber tertentu yang berkaitan dengan
perilaku orang yang beriman dan bertakwa dengan tetap berpegang teguh pada
kemampuan yang harus dicapai oleh siswa dalam pokok bahasan tersebut.

2. Berakhlak Mulia
Maraknya pembicaraan tentang pendidikan karakter belakangan ini
dilandasi oleh perilaku banyak warga negara yang dianggap tidak atau kurang
berakhlak mulia, seperti melakukan korupsi dan pembohongan publik, memiliki
egoism kelompok dan pribadi yang tinggi, melalukan kekerasan, dan lemahnya
toleransi terhadap kemajemukan. Fenomena-fenomena yang demikian terjadi
antara lain karena sistem pendidikan nasional belum dijalankan sepenuhnya
berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila serta belum mengacu secara ketat pada
tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter juga belum dilaksanakan pada
semua bidang studi/mata pelajaran.
Begitu pentingnya dianggap akhlak mulia itu sehingga di samping melalui
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pembentukan akhlak mulia
juga dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan dan kepribadian.
Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan
wawasan siswa akan status, hak, dan kewajiban dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan yang dimaksud termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa dan patriotism bela Negara, penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan
gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaan hukum, ketaan membayar
pajak, dan sikap serta perilaku antikorupsi, kolusi, nepotisme.
Pendidikan karakter dapat juga dilakukan secara implisit dalam mata
pelajaran lain. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dimasukkan pada
bahan bacaan atau menulis/mengarang tentang perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotism bela Negara, dan sebagainya.
Dalam mata pelajaran sejarah dapat dimasukkan pada pembahasan tentang
pahlawan bangsa serta perjuangan bangsa melawan penjajah. Dalam mata
pelajaran olahraga dapat dimasukkan untuk mentaati peraturan permainan di
berbagai cabang olahraga.
Penulis buku teks pelajaran tidak cukup hanya untuk menguasai bidang
ilmu yang ditulisnya, tetapi juga perlu memahami bagaimana menyajikan bahan
itu sehingga siswa tidak mengalami kesulitan belajar serta memperoleh
pendidikan karakter yang utuh walaupun secara bertahap. Dengan demikian,
siswa yang dihasilkan tidak hanya cerdas dan cakap, tetapi memilik karakter
yang andal.
3. Sehat
Berdasarkan pengelompokan mata pelajaran di pendidikan dasar dan
menengah, pendidikan kesehatan diberikan dalam kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan. Di SD/MI/SDLB kelompok mata pelajaran ini
bertujuan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan
kesadaran hidup sehat. Di SMA/SMALB/SMAK/MAK pendidikan kesehatan
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap
sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk
kesadaran, sikap dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang
bersifat kolektif kemasyarakatan.
Ciri-ciri sehat seperti yang dimaksudkan dalam tujuan kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan itu dapat juga dibentuk melalui bahan
pelajaran kelompok mata pelajaran lain dalam bentuk contoh atau metode
penyajian. Dengan menggunakan metode belajar mengacu pada kinestetik atau
gerak dan bermain, siswa melakukan gerakan-gerakan fisik yang dapat membuat
fisiknya menjadi sehat.
Membudayakan sikap sportif, disiplin, dan kerja sama dapat dilakukan
melalui model belajar kolaboratif, kooperatif, dan pemecahan masalah. Model
pembelajaran ini dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran. Belajar kolaboratif
dapat membentuk sikap sportif dalam arti mau mengakui dan menerima
pendapat orang lain yang ternyata benar dan mengakui kelemahannya atau
kesalahan pendapat sendiri. Belajar kooperatif dapat menumbuhkan dan
mengembangkan disiplin dan kerja sama yang baik dalam mencapai suatu
tujuan, sedangkan model belajar pemecahan masalah dapat
menumbuhkembangkan kreativitas, disiplin dan kerjasama.
4. Berilmu
Kebutuhan siswa akan ilmu yang sesuai untuk diri dan bangsanya dipenuhi,
melalui kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok
ini di SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan
mengapresiasi, menyikapi, dan menggapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta nenanamkan kebiasaan berpikir dan berprilaku ilmiah yang kritis, kreatif,
dan mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis,
kreatif, dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kreatif
dan mandiri, sedangkan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMK/MAK dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja.
Penulis buku teks pelajaran perlu memperhatikan secara cermat kebenaran,
keakuratan, dan kemutakhiran konsep, teori, penjelasan, ilustrasi, serta contoh-
contoh-contoh yang disampaikan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari
disiplin ilmu yang bersangkutan . agar dapat mengembangkan materi pokok
mencapai kompetensi yang ditetapkan, penulis buku perlu menguasai dan
mengikuti perkembangan disiplin ilmu serta penerapan dan manfaatnya dalam
kehidupan manusia. Model belajar pemecahan masalah, discovery learning, dan
berbasis proyek dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan memotivasi siswa
belajar lebih lanjut, berpikir kritis, serta menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam memecahkan berbagai masalah. Penggunaan model belajar
yang tepat dapat melatih siswa belajar secara mandiri sesuai dengan gaya belajar
masing-masing.
5. Cakap
Cakap yang dimaksud adalah terampil menerapkan semua kemampuan yang
dimiliki siswa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari secara nyata. Tugas
pendidik adalah memberikan keterampilan hidup kepada siswa dalam bentuk
kemampuan membaca , menulis, berhitung, bernalar, berkomunikasi,
menyesuaikan diri, memecahkan masalah, membangun diri sendiri dan
lingkungannya dalam situasi yang terus menerus berkembang dan berubah.
Mewujudkan manusia yang cakap tidak dapat dilakukan melalui satu kelompok
mata pelajaran tertentu, tetapi melalui semua kelompok mata pelajaran secara
terkoordinasi. Dalam penulisan buku teks, pembentukan manusia yang cakap itu
terlihat pada bahan pelajaran yang relevan dengan kebutuhan dirinya,
masyarakat, dan bangsanya, sedangkan penyajian bahan itu dapat menggunakan
beraneka ragam model pembelajaran yang membuat siswa aktif belajar dan
menerapkan pengetahuan yang diperolehnya itu dalam memecahkan masalah
sehari-hari yang dihadapinya atau yang ada disekitarnya. Model belajar
kontekstual, pemecahan masalah, pengalaman adalah contoh-contoh model
belajar yang sesuai untuk memberikan kecakapan hidup kepada siswa
Tugas dan latihan yang aktual berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa
dapat mendorong siswa untuk menggunakan teori dan pengetahuan yang mereka
pelajari di sekolah. Sebagai contoh dalam mata pelajaran IPA siswa belajar
tentang penyebab dan akibat banjir. Setelah mempelajari pokok bahasan itu ,
siswa dimintai mengidentifikasi peyebab banjir yang terjadi dilingkungan nya
serta mengatasi penyebab banjir itu sehingga tidak terjadi banir lagi
dilingkunganya. Contoh lain tentang penerapan teori dan pengetahuan yang telah
diperoleh siswa dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan lingkungan
serta masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.
6. Kreatif
Kreatif diartikan sebagai suatu kempauan yang dapat melihat sesuatu dengan
cara pandang yang berbeda dari yang ada. Misalnya , mampu mendapatkan ide
mengerjakan sesuatu atau memecahkan masalah dengan hasil yang lebih baik
dengan cara baru yang berbeda dari yang biasa dilakukan. Sifat kreatif dapat
dilakukan disemua kelompok mata pelajaran karena dapat dibentuk melalui
berbagai model belajar, seperti pemecahan masalah, diskoveri, dan inkuiri.
Penulis buku teks perlu cermat memilih model pembelajaran yang tepat dalam
menyajikan bahan pembelajaran sehingga menumbuhkan dan mengembangakan
kreatifitas siswa. Contoh sederhana dalam mengembangkan kemapuan
menjumlah dan mengurang dapat dilakukan secara tradisional, yaitu menjumlah
danmengurangi dua bilangan dan mencari hasilnya. Apabila teknik ini dipakai
maka hasilnya yang benar hanya satu jawaban. Misalnya 19 + 48 = …. Atau 20
– 9 = …. Akan tetapi, konsep tersebut dapata juga dilatihkan dengan
memberikan hasil penjumlahan atau pengurangan dan siswa disuruh mecari
bilangan yang dijumlahkan atau di kurangkan. Contoh: …. + …. = 28 atau …. -
…. = 6. Jawaban yang benar akan bervariasi bergantung apada bagaimana siswa
mencari alternatif bilangan yang hasil penjumlahan atau pengurangannya adalah
sama. Tanpa disadarinya, siswa dilatih berpikir untuk mengembangkan alternatif
memecahkan masalah.
7. Mandiri
Sifat mandiri berkaitan dengan kepercayaan akan kemampuan sendiri dan
tidak bergantung pada orang lain dalam bekerja atau memecahkan masalah.
Mandiri juga berlaku dalam belajar, yakni siswa tahu apa yang harus dipelajari,
bagaimana mempelajarinya, sumber-sumber belajar yang relevan, serta cara
mengumpulkan, memilah, dan mengolah informasi yang diperolehnya.
Kemandirian yang demikian merupakan modal bagi siswa untuk belajar
sepanjang hayat.
Sifat ini juga dapat ditumbuhkembangkan melalui semua kelompok mata
pelajaran. Sungguhpun bahan pelajaran berbeda untuk setiap kelompok mata
pelajaran, tetapi model pembelajaran dan metode pembelajaran dapat dirancang
sehingga menimbulakan kemandirian siswa. Misalnya, memberikan tugas-tugas
individual atau mengembangkan bahan pelajaran dengan memperhatikan
karakteristik siswa dapat memebentuk kemandirian siswa secara bertahap.
8. Warga Negara yang Demokratis
Menjadikan siswa warga negara yang demokratis, secara khusus dilakukan
melalui kelompok mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan kepribadian.
Dalam kelompok mata pelajaran ini siswa diberikan pengetahuan tentang status,
hak, dan kewajiban sebagai warga negara, hak-hak asasi manusia, hidup
bermasyarakat yang memliki latar belakang yang beraneka ragam, toleransi
terhadap perbedaan, serta serta pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam kelompok mata pelajaran lain, sikap demokratis dapat dikembangkan
melalui penyajian bahan pelajaran dengan model belajar kooperatif, kolaboratif,
penglaman, dan yang sejenisnya. Model-model belajar yang demikian membuat
siswa bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok besar atau kecil,
mendengar dan menghargai pendapat dan sikap orang lain serta belajar menahan
diri, mementingkan kerja sama dan keutuhan kelompok, serta belajar bagaimana
mengambil keputusan yang benar.
Dengan demikian, tujuan pendidiakan nasional dapat dicapai secara
bertahap dan berjenjang melalui substansi/isi, model serta teknik pembelajaran
dalam buku teks. Itu berarti penulis buku teks perlu menguasai disipin ilmu serta
teori belajar dan membeljarkan berkaitan dengan mata pelajaran yang buku
teksnya ditulis.

D. Cara Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional Secara Bertahap Melalui Isi


dan Penyajian Buku Teks Pelajaran
Isi naskah buku harus memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
pendidikan nasional dan tujuan masing-masing jenjang dan jenis pendidikan.
1. Pahami sungguh-sungguh isi tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan masing-
masing jenjang dan jenis pendidikan.
2. Pikirkan bagaimana menyusun dan menyajikan isi naskah buku Anda sehingga
dapat :
a) Menambah keyakinan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b) Mendorong siswa memiliki budi pekerti yang santun dan berakhlak sesuai
dengan budaya bangsa Indonesia
c) Mendorong siswa menghargai kesehatan dan meningkatkan potensi fisik
secara baik
d) Memotivasi siswa untuk belajar terus meningkatkan kemampuannya
e) Mendorong siswa menerapkan tepat pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya dari isi buku dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
f) Mendorong siswa berpikir dan bertindak secara kreatif dengan menemukan
alternative-alternatif baru dalam memecahkan masalah
g) Memberikan keterampilan belajar pada siswa sehingga dapat hidup secara
mandiri
h) Membuat siswa berjiwa dan berperilaku demokratis, mengetahui hak dan
kewajibannya, menghargai hak dan kewajiban orang lain, serta toleransi
dalam keberagamaan, pendapat dan budaya
i) Dalam mencapai masing-masing komponen tujuan tersebut dapat Anda
sajikan secara tersurat atau tersirat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang amat sangat penting di dalam
pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di
tuju oleh pendidikan. Tujuan pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai salah satu
unsur dari pendidikan yang berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh para
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai