Anda di halaman 1dari 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by e-Journal STAI Al Hidayah Bogor

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

MENELUSURI KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA


Oleh: H. Mohammad Emnis Anwar*

Abstrak
Permasalahan pendidikan di Indonesia, berakar pada empat krisis pokok yakni
kualitas, relevansi, elitisme, dan manajemen. Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan
berkenaan dengan keempat masalah di atas, antara lain analisis komparatif yang
membandingkan situasi pendidikan antara negara di kawasan Asia. Namun demikian,
pendidikan Islam yang dinilai justru lebih besar problematikanya, pendidikan Islam
dipandang selalu berada pada posisi deretan kedua dalam sistem pendidikan nasional.
Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional menyebutkan pendidikan Islam
merupakan sub-sistem pendidikan nasional. Rumusan masalah yang dikemukakan pada
kajian ini adalah dimana dan bagaimana seharusnya kebijakan membela posisi pendidikan
islam di Indonesia yang berpusat pada kebijakan dalam sistem perundang-undangan
nasional? Kebijakakan pendidikan merupakakan sub sistem dari kebijakan Negara secara
keseluruhan. sehingga pada akhirnya pendidikan nasional harus dikembalikan kepada
fungsinya yaitu memberdayakan masyarakat dengan mengembalikan kedaulatan rakyat
untuk membangun dirinya sendiri. Paradigma mendasar dalam sistem pendidikan dalam
kerangka Islam diantaranya adalah: (1) Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan
tujuan pendidikan berdasarkan aqidah Islam. (2) Pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan keimanan. (3) Pendidikan ditujukan untuk membangkitkan dan mengarahkan
potensi-potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah manusia dan
meminimalisir aspek yang buruknya. Pendidikan Islam didesak untuk melakukan inovasi
tidak hanya yang bersangkutan dengan kurikulum dan perangkat manajemen, tetapi juga
strategi dan taktik operasionalnya. Strategi dan taktik itu, bahkan sampai menuntut
perombakan model-model sampai dengan institusi-institusinya sehingga lebih efektif dan
efisien, dalam arti paedagogis, sosiologis dan cultural dalam menunjukkan perannya.

Kata kunci: Undang-undang, Kebijakan, Pendidikan Islam, Strategi

A. Pendahuluan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani


Pendidikan pada hakekatnya merupa- oleh masyarakat bangsa tersebut.
kan suatu upaya mewariskan nilai, yang Reformasi di Indonesia seakan
akan menjadi penolong dan penentu umat menjadi cahaya impian yang akan
manusia dalam menjalani kehidupan, dan memberikan banyak perubahan kehidupan
sekaligus untuk memperbaiki nasib dan bagi bangsa ini, khusunya pada sektor
peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan. Akan tetapi, apa yang terjadi
pendidikan, manusia sekarang tidak kemudian, justru pendidikan di bumi
berbeda dengan generasi manusia masa Indonesia semakin menjadi problem baru,
lampau, yang dibandingkan dengan yakni lahirnya ambiguisitas dalam wilyah
manusia sekarang, telah sangat tertinggal pendidikan yang terus berjalan di
baik kualitas kehidupan maupun proes- Indonesia. Kondisi ironis pendidikan
proses pembedayaannya. Secara ekstrim tersebut adalah mengenai goal setting yang
dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya ingin dicapai system pendidikan. Gambaran
atau baik buruknya peradaban suatu riil adalah lahirnya tipe mechanic student di
masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan mana setiap peserta didik sudah diposisikan

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 483


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

pada orientasi pasar sehingga pendidikan mereka yang non Islam. Katakan saja,
bukan lagi berbasis keilmuan dan pendidikan Islam terjebak dalam lingkaran
kebutuhan bakat peserta didik.Selain itu, yang tak kunjung selesai yaitu persoalan
munculnya mitologi ruang pendidikan yang tuntutan kualitas, relevansi dengan
dikukuhkan dengan ritual pendidikan. kebutuhan, perubahan zaman, dan bahkan
Artinya, anak bangsa dihadapkan pada pendidikan apabila diberi “embel-embel
ritual kompetisi, pemilihan sekolah favorit, Islam”, dianggap berkonotasi kemunduran
penyuguhan uang “persembahan”, dan keterbelakangan, meskipun sekarang
pemakaian seragam baru, pembelian secara berangsur-angsur banyak diantara
“ramuan-ramuan” buku-buku paket baru, lembaga pendidikan Islam yang telah
dan segudang ritual lain. Muncul, menunjukkan kemajuan (Soeroyo, 1991:
ambiguisitas kebijakan pemerintah yang 77). Tetapi pendidikan Islam dipandang
sebenarnya sebagai pengelola potensi anak selalu berada pada posisi deretan kedua
bangsa, namun pemerintah justru menjadi atau posisi marginal dalam sistem
penjaga mitos pendidikan. Pemerintah pendidikan nasional di Indonesia.
dengan sangat percaya diri memilih posisi Dalam Undang- Undang sistem
lebih berpihak pada kelangan elite, maka pendidikan nasional menyebutkan
muncul adigium lelang pendidikan (Ahmad pendidikan Islam merupakan sub-sistem
Baharuddin, 2007 : 7). pendidikan nasional. Jadi sistem
Secara umum permasalahan pendidikan itu satu yaitu memanusiakan
pendidikan di Indonesia, berakar pada manusia, tetapi pendidikan memiliki
empat krisis pokok yakni kualitas, banyak wajah, sifat, jenis dan jenjang
relevansi, elitisme, dan manajemen. [pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat,
Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan pondok pesantren, madrasah, program
berkenaan dengan keempat masalah di atas, diploma, sekolah tinggi, institusi,
antara lain analisis komparatif yang universitas, dsb], dan hakekat pendidikan
membandingkan situasi pendidikan antara adalah mengembangkan harkat dan
negara di kawasan Asia. Keempat masalah martabat manusia, memanusiakan manusia
tersebut merupakan masalah besar, agar benar-benar mampu menjadi khalifah.
mendasar, dan multidimensional, sehingga Pendidikan Islam menjadi satu dalam
sulit dicari ujung pangkal pemecahannya sistem pendidikan nasional, tetapi predikat
(Tilaar, 1991). Permasalahan ini terjadi keterbelakangan dan kemunduran tetap
pada pendidikan secara umum di Indonesia, melekat padanya, bahkan pendidikan Islam
termasuk pendidikan Islam yang dinilai sering “dinobatkan” hanya untuk
justru lebih besar problematikanya kepentingan orang-orang yang tidak
Pendidikan Islam juga dihadapkan mampu atau miskin, memproduk orang
dan terperangkap pada persoalan yang yang eksklusif, fanatik, dan bahkan pada
sama, bahkan apabila diamati dan tingkah yang sangat menyedihkan yaitu
kemudian disimpulkan pendidikan Islam “terorisme-pun” dianggap berasal dari
terkukung dalam kemunduran, lembaga pendidikan Islam, karena pada
keterbelakangan, ketidak berdayaan, dan kenyataannya beberapa lembaga
kemiskinan, sebagaimana pula yang pendidikan Islam “dianggap” sebagai
dialami oleh sebagian besar negara dan tempat berasalnya kelompok tersebut.
masyarakat Islam dibandingkan dengan Walaupun “anggapan” ini keliru dan dapat

484 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

ditolak, sebab tidak ada lembaga-lembaga Nasional maka perlu adanya kebijakan
pendidikan yang memihak terhadap pendidikan Islam,
Islam manapun yang bertujuan untuk pemerintah diharapkan memperlakukan
memproduk atau mencetak kelompok- dengan perlakuan yang sama antara
kelompok orang seperti itu.Tetapi realitas pendidikan islam dengan pendidikan
di masyakarat banyak perilaku kekerasan umum. Sehingga dengan kebijakan
yang mengatasnamakan Islam.Apakah ada pendidikan Islam yang baik dapat
sesuatu yang salah dalam sistem, proses, membantu pendidikan Islam di Indonesia
dan orientasi pendidikan Islam.Hal ini, dalam memecahkan berbagai persoalan
merupakan suatu kenyataan yang selama hidup, bangsa dan negara.
ini dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam
di Indonesia. Olah karena itu, muncul 1. Kebijakan Pendidikan
tuntutan masyarakat sebagai pengguna Secara etimologi kebijakan adalah
pendidikan Islam agar ada upaya penataan terjemahan dari kata policy dalam bahasa
dan modernisasi sistem dan proses Inggris. Adapun kebijakan pendidikan
pendidikan Islam agar menjadi pendidikan merupakan terjemahan dari educational
yang bermutu, relevan, dan mampu policy yang merupakan penggabungan
menjawab perubahan untuk meningkatkan antara Education dan Policy. Kebijakan
kualitas manusia Indonesia. Dengan berarti aturan-aturan yang semestinya dan
demikian, penataan model, sistem dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat
proses pendidikan Islam di Indonesia kepada siapapun yang dimaksud untuk
merupakan suatu yang tidak terelakkan, diikat oleh kebijakan tersebut.
untuk menjawab permintaan dari arus Kebijakan (policy) seringkali disama-
globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi kan dengan istilah seperti politik,program,
(Proposal Jurnal Pendidikan Islam PAI keputusan, undang-undang, aturan, ke-
FIAI UII : 2008) dan menjawab predikat tentuan-ketentuan, kesepakatan, konvensi,
keterbelakangan dan kemunduran yang dan rencana strategis.
selalu melekat pada pendidikan Islam. Sebenarnya dengan adanya definisi
Strategi pengembangan pendidikan Islam yang sama dikalangan pembuat kebijakan,
hendaknya dipilih dari kegiatan pendidikan ahli kebijakan, dan masyarakat yang
yang paling mendesak, berposisi senteral mengetahui tentang hal tersebut tidak akan
yang akan menjadi modal dasar untuk menjadi sebuah masalah yang kaku.
usaha penataan dan pengembangan Namun, untuk lebih memperjelasnya bagi
selanjutnya. Katakan saja, perubahan semua orang yang akan berkaitan dengan
paradigama, visi, misi, tujuan, dana, dan kebijakan, maka alangkah baiknya definisi
sampai pada program-program pendidikan policy haruslah dipahamkan.
yang sesuai dengan tuntutan perubahan Berikut adalah definisi kebijakan.
kehidupan dalam negeri ini, seperti: United Nations (1975) :
perubahan kurikulum pendidikan secara
terarah dan kontinu agar dapat mengikuti Suatu deklarasi mengenai suatu
dasar pedoman bertindak, suatu arah
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
tindakan tertentu, suatu program
Dalam pengembangan pendidikan mengenai aktifitas –aktivitas tertentu
Islam sebagai bagian dari Pendidikan atau suatu rencana(Wahab, 1990).

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 485


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

James E. Anderson (1978) : Ministry of Education, Science, Sports and


perilaku dari sejumlah aktor Culture of Japan, 2000).
(pejabat, kelompok, instansi Prinsip yang pertama menetapkan
pemerintah) atau serangkaian aktor bahwa mekanisme pengelolaan diatur
dalam suatu bidang kegiatan tertentu dengan undang-undang dan peraturan-
(Wahab, 1990). peraturan. Sebelum Perang Dunia II
Prof. Heinz Eulau dan Kenneth masalah pendidikan diputuskan oleh
Prewitt : Peraturan Kekaisaran dan pendapat
parlemen dan warga negara diabaikan.
a standing decision characterized by
Namun, setelah reformasi pendidikan pasca
behavioral consistency and
repetitiveness on the part of both perang urusan pendidikan diatur oleh
undang-undang dan peraturan di parlemen.
those who make it and those who
Prinsip kedua mengindikasikan bahwa
abide by it (Jones, 1997).
sistem administrasi pendidikan harus
Definisi kebijakan pendidikan dibangun berdasarkan konsensus nasional
sebagaimana adanya dapat disimak melalui dan mencerminkan kebutuhan masyarakat
pernyatan-pernyataan berikut ini. “Carter dalam membuat formulasi kebijakan
V. Good (1959) (Imron, 2002:18) pendidikan dan prosesnya. Prinsip ketiga
menyatakan, Educational policy is menjamin bahwa kewenangan pendidikan
judgment, derived from some system of harus independen dan tidak dipengaruhi
values and some assesment of situational dan diinterfensi oleh kekuatan politik.
faktors, operating within institutionalized Prinsip keempat mengidikasikan bahwa
adecation as a general plan for guiding pemegang kewenangan pusat dan lokal
decision regarding means of attaining mempunyai tanggung jawab untuk
desired educational objectives.” menyediakan kesempatan pendidikan yang
Pengertian pernyataan di atas adalah, sama bagi semua dengan menyediakan
bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu fasilitas-fasilitas pendidikan yang cukup
penilaian terhadap sistem nilai dan faktor- untuk mencapai tujuan pendidikan. Prinsip
faktor kebutuhan situasional, yang kelima menyatakan bahwa pendidikan
dioperasikan dalam sebuah lembaga harus dikelola berdasarkan otonomi
sebagai perencanaan umum untuk panduan pemerintah lokal karena pendidikan
dalam mengambil keputusan, agar tujuan merupakan fungsi dari pemerintah lokal.
pendidikan yang diinginkan bisa dicapai. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan
Hal menarik lainnya dapat disimak pendidikan adalah suatu produk yang
dalam sebuah konstitusi Jepang, yakni dijadikan sebagai panduan pengambilan
Undang-Undang Pendidikan yang keputusan pendidikan yang legal-netral dan
ditetapkan pada Tahun 1947.Pokok-pokok disesuaikan dengan lingkugan hidup
undang-undang tersebut adalah 1) Prinsip pendidikan secara moderat.
Legalisme, 2) Prinsip Administrasi yang Dalam melakukan pertimbangan
Demokratis, 3) Prinsip Netralitas, 4) dalam mengambil kebijakan ada dua hal
Prinsip Penyesuaian dan Penetapan Kondisi yang harus dipertimbangkan, pertama
Pendidikan, dan 5) Prinsip Desentralisasi. sistem nilai yang berlaku dan keduafactor-
(Research and Statistic Planning Division, faktor situasional. Pertimbangan yang

486 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

mempedomani terhadap sistem nilai dan fungsi pendukung pengambilan


factor-faktor situasional tersebut, khusus- keputusan.
nya dalam melaksanakan pendidikan akan d. Dibuat oleh yang berwenang
dapat mengantarkan pendidikan pada Kebijakan pendidikan itu harus
pencapaiaan tujuannya. Pertimbangan dibuat oleh para ahli di bidangnya
tersebut ketika dirumuskan dapat berupa yang memiliki kewenangan untuk itu,
perencanaan umum. Dan perencanaan yang sehingga tak sampai menimbulkan
bersifat umum ini dapat dijadikan sebagai kerusakan pada pendidikan dan
pedoman dalam pengambilan keputusan lingkungan di luar pendidikan. Para
pendidikan. administrator pendidikan, pengelola
Kebijakan pendidikan memiliki lembaga pendidikan dan para politisi
karakteristik yang khusus, yakni: yang berkaitan langsung dengan
a. Memiliki tujuan pendidikan pendidikan adalah unsur minimal
Kebijakan pendidikan harus memiliki pembuat kebijakan pendidikan.
tujuan, namun lebih khusus, bahwa ia e. Dapat dievaluasi
harus memiliki tujuan pendidikan Kebijakan pendidikan itu pun
yang jelas dan terarah untuk tentunya tak luput dari keadaan yang
memberikan kontribusi pada sesungguhnya untuk ditindaklanjuti.
pendidikan. Jika baik, maka dipertahankan atau
b. Memenuhi aspek legal-formal dikembangkan, sedangkan jika
Kebijakan pendidikan tentunya akan mengandung kesalahan, maka harus
diberlakukan, maka perlu adanya bisa diperbaiki. Sehingga, kebijakan
pemenuhan atas pra-syarat yang pendidikan memiliki karakter dapat
harus dipenuhi agar kebijakan memungkinkan adanya evaluasi
pendidikan itu diakui dan secara sah terhadapnya secara mudah dan
berlaku untuk sebuah wilayah. Maka, efektif.
kebijakan pendidikan harus f. Memiliki sistematika
memenuhi syarat konstitusional Kebijakan pendidikan tentunya
sesuai dengan hirarki konstitusi yang merupakan sebuah sistem jua, oleh
berlaku di sebuah wilayah hingga ia karenanya harus memiliki sistematika
dapat dinyatakan sah dan resmi yang jelas menyangkut seluruh aspek
berlaku di wilayah tersebut. yang ingin diatur olehnya.
Sehingga, dapat dimunculkan suatu Sistematika itu pun dituntut memiliki
kebijakan pendidikan yang legitimat. efektifitas, efisiensi dan
c. Memiliki konsep operasional sustainabilitas yang tinggi agar
Kebijakan pendidikan sebagai sebuah kebijakan pendidikan itu tidak
panduan yang bersifat umum, bersifat pragmatis, diskriminatif dan
tentunya harus mempunyai manfaat rapuh strukturnya akibat serangkaian
operasional agar dapat diimplemen- faktof yang hilang atau saling
tasikan dan ini adalah sebuah berbenturan satu sama lainnya. Hal
keharusan untuk memperjelas ini harus diperhatikan dengan cermat
pencapaian tujuan pendidikan yang agar pemberlakuannya kelak tidak
ingin dicapai. Apalagi kebutuhan menimbulkan kecacatan hukum
akan kebijakan pendidikan adalah secara internal. Kemudian, secara

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 487


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

eksternal pun kebijakan pendidikan desentralisasi bidang pendidikan,


harus bersepadu dengan kebijakan pemerintah memandang perlu untuk segera
lainnya; kebijakan politik; kebijakan menyesuaikan UU tersebut dengan
moneter; bahkan kebijakan paradigma baru pendidikan di era otonomi
pendidikan di atasnya atau disamping daerah.
dan dibawahnya. Kebijakan desentralisasi di bidang
pendidikan membawa konsekwensi adanya
Kebijakan pendidikan adalah salah sejumlah wewenang yang semula dimiliki
satu kebijakan Negara. Selain kebijakan oleh pusat berpindah menjadi kewenangan
pendidikan, masih banyak kebijakan daerah.Pembagian kewenangan antara
kebijakan lain di berbagai bidang seperti pusat dengan daerah tersebut secara yuridis
ekonomi, politik, pertahanan keamanan, diatur melalui PP No.25 tahun 2000.
pertambangan dan energy, indutri, Kebijakan pendidikan berproses
agama,budaya, luar negeri, perhubungan melalui tahapan-tahapan (Ali Imron, 1996:
dan sebagainya. Dengan demikian dapat 31):
dikatakan bahwa kebijakakan pendidikan a. Perumusan kebijakan
merupakakan sub sistem dari kebijakan b. Legitimasi kebijakan
Negara secara keseluruhan. c. Komunikasi dan sosialisasi kebijakan
Kebijakan yang dihasilkan d. Implementasi kebijakan
adakalanya merupakan kebijakan baru e. Mengupayakan partisipasi masyarakat
adakalanya merupakan perkembangan
penyempurnaan atau tambahan dari Untuk kebijakan, suatu masalah dapat
kebijakan sebelumnya.Kebijakan yang dikatakan secara formal sebagai suatu
datang belakangan dapat juga merupakan kondisi atau situasi yang memproduk
terjemahan dan penjabaran lebih lanjut dari kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan-
kebijakan Negara atau kebijakan ketidakpuasan masyarakat yang
pendidikan pada masa sebelumnya. memerlukan penaggulangan. Penang-
Kebijakan pendidikan di Indonesia gulangan tersebut dilakukan oleh karena
berpijak pada legalita hukum yang diatur yang terkena masalah atau mereka yang
secara hirarkis dari yang tertinggi sampai yang merasa bertanggung jawab untuk
yang terendah.Pancasila yang masalah tersebut.
berkedudukan sebagai dasar negara Pada dasarnya, bahwa kebijakan
merupakan landasan idiil dari sestem pemerintah Indonesia 2004-2009 --yang
pendidikan di Indonesia.Sedangkan UUD memiliki orientasi basis ekonomi sesuai
1945 dan GBHN masing-masing dengan Rencana Strategis Pendidikan
berkedudukan sebagai landasan Nasional 2005-2009-- mengacu pada
konstitusional dan operasional dari sistem amanat UUD 1945, amandemen ke–4 pasal
pendidikan nasional kita. 31 tentang Pendidikan; Ketetapan MPR
Sistem pendidikan nasional secara Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi
khusus diatur melalui UU No.2 tahun 1989. Indonesia Masa Depan; Undang-Undang
Walaupun UU No.2 tahun 1989 cukup Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
lengkap mengatur tentang pendidikan, Pendidikan Nasional(Sisdiknas); Undang-
seiring dengan diberlakukannya otonomi Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
daerah yang menghendaki adanya Keuangan Negara; Undang-Undang Nomor

488 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Departemen Pendidikan Nasional).


Pembangunan Nasional; UU Nomor 32 Sehingga, segala bentuk kebijakan
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pendidikan nasional yang dihasilkan oleh
UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang ketiga elemen ini akan mempengaruhi
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah kebijakan pendidikan di seluruh daerah dan
Pusat dan Pemerintahan Daerah; UU seluruh satuan pendidikan di Indonesia.
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Adapun, dengan peran pengambil
Dosen; PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang kebijakan yang bisa mempengaruhi
Rencana Kerja Pemerintah; PP Nomor 21 masalah pendidikan di tingkat daerah ialah
Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan DPRD dan Pemerintah Daerah (Pemda).
Anggara Kementerian/Lembaga, dan PP Khususnya dalam masalah pendidikan,
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar posisi Komisi E di DPRD dan Dinas
Nasional Pendidikan. Pendidikan di Pemda sangatlah berperan
Setiap kebijakan yang berkaitan untuk memfasilitasi adanya pemberlakuan
dengan pendidikan akan berdampak pada kebijakan pendidikan di tingkat daerahnya
pengambilan keputusan oleh para pembuat masing-masing yang didasari oleh
kebijakan dalam bidang pendidikan; baik di peraturan perundang-undangan dari hasil
tingkat makro (nasional); tingkat messo permusyawaratan policy maker nasional.
(daerah); dan tingkat mikro (satuan Maka, pada era reformasi sekarang
pendidikan). yang sedang bergulir ini, seharusnya
Keberadaan Dewan Perwakilan pendidikan nasional dikembalikan kepada
Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) fungsinya yaitu memberdayakan
sebagai sebuah lembaga negara yang masyarakat dengan mengembalikan
memiliki kewenangan untuk membuat kedaulatan rakyat untuk membangun
sebuah kebijakan dan peraturan dalam dirinya sendiri."Pendidikan nasional perlu
bentuk undang-undang di Indonesia direformasi untuk mewujudkan visi baru
tentunya sangat memperngaruhi eksistensi masyarakat Indonesia yaitu suatu
dan prosesi pendidikan yang diharapkan masyarakat madani Indonesia" [Tilaar,
memiliki standar mutu yang layak di dalam 1999:4]. Hal ini, juga terjadi pada
lingkungan masyarakat dalam negeri dan pendidikan Islam, karena pendidikan Islam
luar negeri. Kemudian keberadaan Dewan mempunyai kedudukan yang sama dalam
PerwakilanDaerah (DPD), dan Pemerintah sistem pendidikan nasional Undang-undang
Pusat yang dipimpin oleh Presiden— No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
eksekutif nomor satu yang dibantu oleh Pendidikan Nasional. Untuk itu, pendidikan
Wakil Presiden; jajaran Kementerian; dan Islam harus diupayakan untuk direformasi,
jajaran badan/lembaga kelengkapan karena posisi pendidikan sebagai sub
eksekutif negara---adalah para pembuat sistem pendidikan nasional tidak terlepas
kebijakanyang bisa mempengaruhi dunia dari kehidupan politik bangsa yang sedang
pendidikan Indonesia. mengalami perubahan.
Namun, khususnya pada tingkat Dalam upaya reformasi maka
makro, para pengambil keputusan khusus hendaknya para pakar pendidikan Islam
masalah pendidikan di tingkat DPR RI berupaya memperjuangkan kebijakan-
adalah Komisi X DPR RI Presiden RI, dan kebijakan dalam pendidikan Indonesia yang
Menteri Pendidikan Nasional RI (pemimpin menyangkut pendidikan Islam.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 489


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

2. Pendidikan Islam Pembina masyarakat yang berkualitas


Dari sudut etimologi, pengertian kompetitif.
pendidikan Islam diwakili oleh istilah
taklim, dan tarbiyah yang berasal dari kata Beberapa paradigma dasar bagi
dasar allama dan rabba sebagaimana di sistem pendidikan dalam kerangka Islam:
digunakan dalam Al Qur’an , sekalipun
dalam konotasi kata tarbiyah lebih karena a. Islam meletakkan prinsip kurikulum,
mengandung arti memelihara, membesar- strategi, dan tujuan pendidikan
kan dan mendidik sekaligus mengandung berdasarkan aqidah Islam. Pada aspek
makna mengajar (allama). ini diharapkan terbentuk sumber daya
Dalam pelaksanaannya, dasar manusia terdidik dengan aqliyah
pendidikan Islam di Indonesia adalah Al Islamiyah (pola berfikir islami) dan
quran dan As Sunnah(hukum tertulis), nafsiyah islamiyah (pola sikap yang
hukum yang tidak tertulis serta hasil islami).
pemikiran manusia tentang hukum hukum b. Pendidikan harus diarahkan pada
tersebut, antara lain seperti pancasila, pengembangan keimanan, sehingga
Undang Undang Dasar 1945 serta melahirkan amal salehdan ilmu yang
ketentuan pelaksanaannya. bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan
Pendidikan Islam memiliki fungsi pula bahwa di dalam Islam yang
sebagai sebagai berikut menjadi pokok perhatian bukanlah
a. Individualisasi nilai dan ajaran Islam kuantitas, tetapi kualitas pendidikan.
demi terbentuknya derajat manusia Perhatikan bagaimana Al Quran
muttaqin dalam bersikap, berfikir dan mengungkapkan tentang ahsanu
berperilaku. amalan atau amalan shalihan (amal
b. Sosialisasi nilai nilai dan ajaran islam yang terbaik atau amal shaleh).
demi terbentuknya umat Islam, c. Pendidikan ditujukan dalam kaitan
c. Rekayasa kultur Islam demi terbentuk untuk membangkitkan dan mengarah-
dan berkembangnya perdaban Islam kan potensi-potensi baik yang ada
d. Menemukan dan mengembangkan pada diri setiap manusia selaras
serta memelihara ilmu, teknologi dan dengan fitrah manusia dan
keterampilan demi terbentuknya para meminimalisir aspek yang buruknya.
manajer dan manusia professional. d. Keteladanan merupakan bagian yang
e. Pengembangan intelektual muslim tidak terpisahkan dalam suatu proses
yang mampu mencari, mengebang- pendidikan. Dengan demikian sentral
kan, serta memelihara ilmu dan keteladanan yang harus diikuti adalah
teknologi. Rasulullah . Dengan demikian
f. Pengembangan pendidikan yang Rasulullah merupakan figur sentral
berkelanjutan dalam bidang ekonomi, keteladanan bagi manusia. Al quran
fisika, kimia, arsitektur, seni music, mengungkapkan bahwa: "Sungguh
seni budaya, politik, olah raga, pada diri Rasul itu terdapat uswah
kesehatan, dan sebagainya. (teladan) yang terbaik bagi orang-
g. Pengembangan kualitas muslim dan orang yang berharap bertemu
warga Negara sebagai anggota dan dengan Allah dan hari akhirat".

490 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

Adapun strategi dan arah per- a. Kepribadian Islam


kembangan ilmu pengetahuan dapat kita Tujuan ini merupakan konsekuensi
lihat pula dalam kerangka berikut ini: keimanan seorang muslim, yaitu
a. Tujuan utama ilmu yang dikuasai teguhnya dalam memegang identitas
manusia adalah dalam rangka untuk kemuslimannya dalam pergaulan
mengenal Allah . sebagai Al sehari-hari. Identitas itu tampak pada
Khaliq, menyaksikan kehadirannya dua aspek yang fundamental, yaitu
dalam berbagai fenomena yang pola berfikirnya (aqliyah) dan pola
diamati, dan mengangungkan Allah sikapnya (nafsiyyah) yang berpijak
, serta mensyukuri atas seluruh pada aqidah Islam. Berkaitan dengan
nikmat yang telah diberikanNya. pengembangan keperibadian dalam
b. Ilmu harus dikembangkan dalam Islam ini, paling tidak terdapat tiga
rangka menciptakan manusia yang langkah upaya pembentukannya
hanya takut kepada Allah . semata sebagaimana yang dicontohkan
sehingga setiap dimensi kebenaran Rasulullah , yaitu (1) menanamkan
dapat ditegakkan terhadap siapapun aqidah Islam kepada seorang manusia
juga tanpa pandang bulu. dengan cara yang sesuai dengan
c. Ilmu yang dipelajari berusaha untuk kategori aqidah tersebut, yaitu
menemukan keteraturan sistem, sebagai aqidah aqliyah; aqidah yang
hubungan kausalitas, dan tujuan alam keyakinannya muncul dari proses
semesta. pemikiran yang mendalam. (2)
d. Ilmu dikembangkan dalam rangka mengajaknya untuk senantiasa
mengambil manfaat dalam rangka konsisten dan istiqamah agar cara
ibadah kepada Allah , sebab Allah berfikir dan mengatur kecenderungan
telah menundukkan matahari, bulan, insaninya berada tetap di atas pondasi
bintang, dan segala hal yang terdapat aqidah yang diyakininya. (3)
di langit atau di bumi untuk mengembangkan kepribadian dengan
kemaslahatan umat manusia. senantiasa mengajak bersungguh-
e. Ilmu dikembangkan dan teknologi sungguh dalam mengisi pemikirannya
yang diciptakan tidak ditujukan dengan tsaqafah Islamiyah dan
dalam rangka menimbulkan mengamalkan perbuatan yang selalu
kerusakan di muka bumi atau pada berorientasi pada melaksanakan
diri manusia itu sendiri. ketaatan kepada Allah .
b. Menguasai Tsaqafah Islamiyah
Tujuan pendidikan merupakan suatu
dengan handal.
kondisi yang menjadi target penyampaian
pengetahuan. Tujuan ini merupakan acuan Islam mendorong setiap muslim
dan panduan untuk seluruh kegiatan yang untuk menjadi manusia yang berilmu
terdapat dalam sistem pendidikan. Jadi, dengan cara mewajibkannya untuk
tujuan pendidikan dalam Islam adalah menuntut ilmu. Adapun ilmu
upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan berdasarkan takaran kewajibannya
sistematis dalam rangka membentuk menurut Al Ghazali dibagi dalam dua
manusia yang memiliki: kategori, yaitu: (1) ilmu yang fardlu

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 491


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

‘ain, yaitu wajib dipelajari setiap menentukan suatu tindakan tertentu


muslim, yaitu ilmu-ilmu tsaqafah dan pengetahuan mengenai perbuatan
Islam yang terdiri konsespsi,ide, dan itu sendiri. Berkaitan dnegan akal,
hukum-hukum Islam (fiqh), bahasa Allah telah memuliakan manusia
Arab, sirah nabawiyah, ulumul quran, dnegan akalnya. Akal merupakan
tahfidzul quran, ulumul hadits, ushul faktor penentu yang melebihkan
fiqh, dll. (2) ilmu yang dikategorikan manusia dari makhluk lainnya,
fadlu kifayah, biasanya ilmu-ilmu sehingga kedudukan akal merupakan
yang mencakup sains dan teknologi, sesuatu yang berharga. Allah
serta ilmu terapan-ketrampilan, menurunkan Al Quran dan mengutus
seperti biologi, fisika, kedokteran, RasulNya dengan membawa Islam
pertanian, teknik, dll. Berkaitan agar beliau menuntun akal manusia
dnegan tsaqafah Islam, terutama dan membimbingnya ke jalan yang
bahasa Arab, Rasulullah telah benar. Pada sisi yang lain Islam
menjadikan bahasa Arab sebagai memicu akal untuk dapat menguasai
bahasa pengantar dalam pendidikan IPTEK, sebab dorongan dan perintah
dan urusan penting lainnya, seperti untuk maju merupakan buah dari
bahasa diplomatik dan interaksi keimanan. Dalam kitab Fathul Kabir,
antarnegara. Dengan demikian, setiap juz III, misalnya diketahui bahwa
muslim yang bukan Arab diharuskan Rsulullah pernah mengutus dua
untuk mempelajarinya. Berkaitan orang sahabatnya ke negeri Yaman
dengan hal ini karena keterkaitan untuk mempelajari pembuatan senjata
bahasa Arab dengan bahasa Al Quran muktahir, terutam alat perang yang
dan As Sunnah, serta wacana bernama dabbabah, sejenis tank yang
keilmuan Islam lainnya.. terdiri atas kayu tebal berlapis kulit
c. Menguasai ilmu-ilmu terapan dan tersusun dari roda-roda.
(pengetahuan, ilmu, dan Rasulullah memahami manfaat alat
teknologi/PITEK). ini bagi peperangan melawan musuh
Menguasai IPTEK diperlukan agar dan menghancurkan benteng lawan.
umat Islam mampu mencapai d. Memiliki skills/ketrampilan yang
kemajuan material sehingga dapat tepat guna dan berdaya guna.
menjalankan fungsinya sebagai Perhatian besar Islam pada ilmu
khalifatullahi di muka bumi dnegan teknik dan praktis, serta ketrampilan
baik.Islam menetapkan penguasaan merupakan salah satu dari tujuan
sain sebagai fardlu kifayah, yaitu pendidikan islam. Penguasaan
kewajiban yang harus dikerjakan oleh ketrampilan yang serba material ini
sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu merupakan tuntutan yang harus
tersebut sangat diperlukan umat, dilakukan umat Ilam dalam rangka
seperti kedokteran, kimi, fisika, pelaksanaan amanah Allah . Hal ini
industri penerbangan, biologi, teknik, diindikasikan dengan terdapatnya
dll. Pada hakekatnya ilmu banyak nash yang mengisyaratkan
pengetahuan terdiri atas dua hal, yaitu kebolehan mempelajari ilmu
pengetahuan yang mengembangkan pengetahuan umum dan ketrampilan.
akal manusia, sehingga ia dapat Hal ini dihukumi sebagai fardlu

492 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

kifayah. Penjelasan 3 dan 4 dapat perang badar kepada Baitul maal (kas
diperhatikan pada pembahasan Ilmu negara) dengan memerinahkan mereka
dan kedudukan dalam islam di atas. mengajarkan baca tulis, berarti Rasulullah
Islam merupakan sebuah sistem yang . telah menjadikan biaya pendidikan itu
memberikan solusi terhadap berbagai setara nilainya dengan barang tebusan.
Dengan kata lain, beliau memberi upah
problematika yang dihadapi manusia.
Setiap solusi yang disajikan Islam secara kepada para pengajar itu (tawanan perang)
pasti selaras dengan keadaan fitrah dengan harta benda yang seharusnya
manusia, termasuk perkara pendidikan. menjadi milik kas negara.
Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya Al
Dalam Islam, Negaralah yang berkewajiban
untuk mengatur segala aspek yang Ahkaam menjelaskan bahwa seorang
berkenaan dengan sistem pendidikan yang kepala negara (khalifah) berkewajiban
diterapkan, bukan hanya persoalan yang untuk memenuhi sarana-sarana pendidikan,
sistemnya, dan orang-orang yang digaji
berkaitan dengan kurikulum, akreditasi
sekolah/PT, metode pengajaran, dan bahan- untuk mendidik masyarakat. Jika kita
bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan melihat sejarah kekhalifahan Islam maka
agar pendidikan dapat diperoleh rakyat kita akan melihat perhatian para khalifah
secara mudah. Berkenaan dengan hal ini, (kepala negara) terhadap pendidikan
Rasulullah . memerintahkan dalam rakyatnya sangat besar demikian pula
haditsnya: perhatiannya terhadap nasib para
Seorang Imam (khalifah/ kepala pendidiknya. Banyak hadits Rasul yang
negara) adalah pemelihara dan menjelaskan perkara ini, di antaranya:
pengatur urusan rakyat dan ia akan Barangsiapa yang kami beri tugas
dimintai pertanggungjawaban atas melakukan suatu pekerjaan dan
urusan rakyatnya.(HR. Bukhari dan kepadanya telah kami berikan rezeki
Muslim). (gaji/upah/imbalan), maka apa yang
Perhatian Rasulullah . terhadap diambil selain dari itu adalah
dunia pendidikan tampak ketika beliau kecurangan" (HR. Abu Daud).
menetapkan agar para tawanan perang Barangsiapa yang diserahi tugas
Badar dapat bebas jika mereka pekerjaan dalam keadaan tidak
mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh memiliki rumah maka hendaklah ia
orang penduduk Madinah. Hal ini mendapatkan rumah. Jika ia tidak
merupakan tebusan. Perkara yang beliau memiliki isteri maka hendaklah ia
lakukan tersebut adalah kewajiban yang menikah. Jika ia tidak memiliki
harus dilaksanakan kepala negara. pembantu maka hendaklah ia
Bertanggung jawab penuh terhadap setiap mendapatkannya. Bila ia tidak
kebutuhan rakyatnya.Menurut hukum memiliki hewan tunggangan hendak-
Islam, baranmg tebusan itu merupakan hak lah ia memilikinya. Dan barang siapa
Baitul Maal (kas negara). Tebusan ini sama yang mendapatkan selain itu maka ia
nilainya dengan pembebasan tawanan telah melakukan kecurangan.
perang Badar.
Dengan tindakan yang seperti itu, Hadits-hadits tersebut memberi-kan
yaitu membebankan pembebasan tawanan hak kepada pegawai negeri (pejabat

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 493


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

pemerintahan) untuk memperoleh gaji dan yang sangat besar terhadap para penulis
fasilitas, baik perumahan, isteri, pembantu, buku, yaitu memberikan imbalan emas
ataupun alat transportasi.Semua harus seberat buku yang ditulisnya.
disiapkan oleh negara. Jika kita Pendidikan Islam yang bermakna
membayangkan seandainya aturan Islam usaha untuk mentransfer nilai-nilai budaya
diterapkan maka tentu saja tenaga pendidik Islam kepada generasi mudaya, masih
maupun pejabat lain dalam struktur dihadapkan pada persoalan dikotomis
pemerintahan meresa tentram bekerja dan dalam sistem pendidikannya.Pendidikan
benar-benar melayani kemaslahatan Islam bahkan diamati dan disimpulkan
masyarakat tanpa pamrih sebab seluruh terkukung dalam kemunduran, kekalahan,
kebutuhan hidupnya terjamin dan keterbelakangan, ketidakberdayaan,
memuaskan. Sebagai perbandingan, Imam perpecahan, dan kemiskinan, sebagaimana
Ad Damsyiqi telah menceritakan sebuah pula yang dialami oleh sebagian besar
riwayat dari Al Wadliyah bin Atha yang negara dan masyarakat Islam dibandingkan
menyatakan bahwa di kota Madinah ada dengan mereka yang non Islam.Bahkan,
tiga orang guru yang mengajar anak-anak. pendidikan yang apabila diberi embel-
Khalifah Umar bin Khatthab memberikan embel Islam, juga dianggap berkonotasi
gaji pada mereka masing-masing sebesar kemunduran dan keterbelakangan,
15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas) meskipun sekarang secara berangsur-
(sekitar 5 juta rupiah dengan kurs angsur banyak diantara lembaga pendidikan
sekarang). Islam yang telah menunjukkan kemajuan
Begitu pula ternyata perhatian para [Suroyo, 1991: 77].
kepala negara kaum muslimin (khalifah) Dalam hal ini, maka pendidikan
bukan hanya tertuju pada gaji para pendidik Islam di Indonesia dewasa ini memberi
dan biaya sekolah, tetapi juga sarana kesan yang tidak menggembirakan.
lainnya, seperti perpustakaan, auditorium, Meskipun, kata Muchtar Buchori, tidak
observatorium, dll. Di antara perpustakaan dapat dipandang sebagai evidensi yang
yang terkenal adalah perpustakaan Mosul kongklusif dalam penglihatannya ialah
didirikan oleh Ja'far bin Muhammad (wafat kenyataan, bahwa setiap kali ada murid-
940M). Perpustakaan ini sering dikunjungi murid dari suatu lembaga pendidikan Islam
para ulama, baik untuk membaca atau yang turut serta dalam lembaga cerdas
menyalin. Pengunjung perpustakaan ini tangkas atau lomba cepat-tepat di TVRI,
mendapatkan segala alat yang diperlukan maka biasanya kelompok ini mendapatkan
secara gratis, seperti pena, tinta, kertas, dll. nilai terenda. Evidensi kedua ialah bahwa
Bahkan kepada para mahasiswa yang partisipasi siswa-siswi dari dunia
secara rutin belajar di perpustakaan itu pendidikan Islam dalam kegiatan nasional
diberikan pinjaman buku secara teratur. seperti lomba Karya Ilmiah Remaja
Seorang ulama Yaqut Ar Rumi memuji menurut kesan saya sangat rendah, dan
para pengawas perpustakaan di kota Mer sepanjang pengetahuan saya belum pernah
Khurasa karena mereka mengizinkan ada juara lomba ini yang berasal dari
peminjaman sebanyak 200 buku tanpa lembaga pendidikan Islam [Suroyo,
jaminan apapun perorang. Ini terjadi masa 1991:77]. Hal ini, merupakan suatu
kekhalifahan Islam abad 10 Masehi.Bahkan kenyataan yang selama ini dihadapi oleh
para khalifah memberikan penghargaan lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

494 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

Dalam konfigurasi sistem pendidikan didesak untuk melakukan inovasi tidak


nasional, pendidikan Islam di Indonesia hanya yang bersangkutan dengan
merupakan salah satu variasi dari kurikulum dan perangkat manajemen,
konfigurasi sistem pendidikan nasional, tetapi juga strategi dan taktik
tetapi kenyataannya pendidikan Islam tidak operasionalnya.Strategi dan taktik itu,
memiliki kesempatan yang luas untuk bahkan sampai menuntut perombakan
bersaing dalam membangun umat yang model-model sampai dengan institusi-
besar ini. Apabila dirasakan, memang institusinya sehingga lebih efektif dan
terasa janggal, bahwa dalam suatu efisien, dalam arti paedagogis, sosiologis
komunitas masyarakat Muslim, pendidikan dan cultural dalam menunjukkan perannya
Islam tidak mendapat kesempatan yang [H. M. Arifin, 1991:3].
luas untuk bersaing dalam membangun
umat yang besar ini. Apalagi perhatian B. Kesimpulan
pemerintah yang dicurahkan pada 1. Pendidikan Islam menjadi bagian dari
pendidikan Islam sangatlah kecil porsinya, dari pendidikan nasional maka
padahal masyarakat Indonesia selalu kebijakan pendidikan Islam sangat
diharapkan agar tetap berada dalam tergantung kepada kebijakan
lingkaran masyarakat yang sosialistis pendidikan nasional sehingga para
religius [Muslih Usa, 1991:11]. Maka, dari pakar pendidikan Islam hendaknya
sinilah timbul pertanyaan, bagaimanakah turut serta dalam proses pengambilan
kemampuan pengelola pendidikan Islam kebijakan pendidikan.
mengatasi dan menyelesaikan problem- 2. Dalam membuat kebijakan dua hal
problem yang demikian? yang harus diperhatikan, pertama
Realitas pendidikan Islam pada sistem nilai yang berlaku, kedua
umumnya memang diakui mengalami faktor-faktor situasional.
kemunduran dan keterbelakangan, 3. Kebijakan nasional seharusnya di
walaupun akhir-akhir ini secara berangsur- peruntukkan kepentingannya untuk
angsur mulai terasa kemajuaannya.Ini kesejahteraan rakyat dalam segala
terbukti dengan berdirinya lembaga- bidang termasuk di dalamnya urusan
lembaga pendidik-an Islam dan beberapa pendidikan, rakyat Indonesia yang
model pendidikan yang ditaarkan.Tetapi mayoritas muslim sangat
tantangan yang dihadapi tetap sangat memimpikan kwalitas pendidikan
kompleks, sehingga menuntut inovasi Islam yang unggul dan masuk dalam
pendidikan Islam itu sendiri dan ini tentu system pendidikan nasional.
merupakan pekerjaan yang besar dan sulit.
A. Mukti Ali, memproyeksikan bahwa C. Daftar Pustaka
kelemahan-kelemahan pendidikan Islam Feisal, Yusuf Amir, Reorientasi Pendidikan
dewasa ini disebabkan oleh faktor-faktor Islam, Jakarta : PT Gema Insani
seperti, kelemahan dalam penguasaan Press, 1995.
sistem dan metode, bahasa sebagai alat Imron, Ali, Kebijaksanaan Pendidikan
untuk memperkaya persepsi, dan ketajaman Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Bumi
interpretasi [insight], dan kelemahan dalam Aksara, 2000.
hal kelembagaan [organisasi], ilmu dan Thilaar, Kebijakan Pendidikan Era
teknologi. Maka dari itu, pendidikan Islam Otonomi Daerah, Jakarta, 2005.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 495


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam VOL. 03, Januari 2014

Nizar, Samsul, Dasar-dasar Pemikiran


Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Gaya
Media Pratama, 2001.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam
perspektif Islam, Bandung, PT.
Remaja Karya, 2001
Nata, Abuddin, Paradigma Pendidikan
Islam, Jakarta, PT Gramedia
Widiasara Indonesia
________________________
* Dosen Manajemen Pendidikan Islam
Universitas Djuanda Bogor

496 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai