Abstrak
Permasalahan pendidikan di Indonesia, berakar pada empat krisis pokok yakni
kualitas, relevansi, elitisme, dan manajemen. Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan
berkenaan dengan keempat masalah di atas, antara lain analisis komparatif yang
membandingkan situasi pendidikan antara negara di kawasan Asia. Namun demikian,
pendidikan Islam yang dinilai justru lebih besar problematikanya, pendidikan Islam
dipandang selalu berada pada posisi deretan kedua dalam sistem pendidikan nasional.
Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional menyebutkan pendidikan Islam
merupakan sub-sistem pendidikan nasional. Rumusan masalah yang dikemukakan pada
kajian ini adalah dimana dan bagaimana seharusnya kebijakan membela posisi pendidikan
islam di Indonesia yang berpusat pada kebijakan dalam sistem perundang-undangan
nasional? Kebijakakan pendidikan merupakakan sub sistem dari kebijakan Negara secara
keseluruhan. sehingga pada akhirnya pendidikan nasional harus dikembalikan kepada
fungsinya yaitu memberdayakan masyarakat dengan mengembalikan kedaulatan rakyat
untuk membangun dirinya sendiri. Paradigma mendasar dalam sistem pendidikan dalam
kerangka Islam diantaranya adalah: (1) Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan
tujuan pendidikan berdasarkan aqidah Islam. (2) Pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan keimanan. (3) Pendidikan ditujukan untuk membangkitkan dan mengarahkan
potensi-potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah manusia dan
meminimalisir aspek yang buruknya. Pendidikan Islam didesak untuk melakukan inovasi
tidak hanya yang bersangkutan dengan kurikulum dan perangkat manajemen, tetapi juga
strategi dan taktik operasionalnya. Strategi dan taktik itu, bahkan sampai menuntut
perombakan model-model sampai dengan institusi-institusinya sehingga lebih efektif dan
efisien, dalam arti paedagogis, sosiologis dan cultural dalam menunjukkan perannya.
pada orientasi pasar sehingga pendidikan mereka yang non Islam. Katakan saja,
bukan lagi berbasis keilmuan dan pendidikan Islam terjebak dalam lingkaran
kebutuhan bakat peserta didik.Selain itu, yang tak kunjung selesai yaitu persoalan
munculnya mitologi ruang pendidikan yang tuntutan kualitas, relevansi dengan
dikukuhkan dengan ritual pendidikan. kebutuhan, perubahan zaman, dan bahkan
Artinya, anak bangsa dihadapkan pada pendidikan apabila diberi “embel-embel
ritual kompetisi, pemilihan sekolah favorit, Islam”, dianggap berkonotasi kemunduran
penyuguhan uang “persembahan”, dan keterbelakangan, meskipun sekarang
pemakaian seragam baru, pembelian secara berangsur-angsur banyak diantara
“ramuan-ramuan” buku-buku paket baru, lembaga pendidikan Islam yang telah
dan segudang ritual lain. Muncul, menunjukkan kemajuan (Soeroyo, 1991:
ambiguisitas kebijakan pemerintah yang 77). Tetapi pendidikan Islam dipandang
sebenarnya sebagai pengelola potensi anak selalu berada pada posisi deretan kedua
bangsa, namun pemerintah justru menjadi atau posisi marginal dalam sistem
penjaga mitos pendidikan. Pemerintah pendidikan nasional di Indonesia.
dengan sangat percaya diri memilih posisi Dalam Undang- Undang sistem
lebih berpihak pada kelangan elite, maka pendidikan nasional menyebutkan
muncul adigium lelang pendidikan (Ahmad pendidikan Islam merupakan sub-sistem
Baharuddin, 2007 : 7). pendidikan nasional. Jadi sistem
Secara umum permasalahan pendidikan itu satu yaitu memanusiakan
pendidikan di Indonesia, berakar pada manusia, tetapi pendidikan memiliki
empat krisis pokok yakni kualitas, banyak wajah, sifat, jenis dan jenjang
relevansi, elitisme, dan manajemen. [pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat,
Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan pondok pesantren, madrasah, program
berkenaan dengan keempat masalah di atas, diploma, sekolah tinggi, institusi,
antara lain analisis komparatif yang universitas, dsb], dan hakekat pendidikan
membandingkan situasi pendidikan antara adalah mengembangkan harkat dan
negara di kawasan Asia. Keempat masalah martabat manusia, memanusiakan manusia
tersebut merupakan masalah besar, agar benar-benar mampu menjadi khalifah.
mendasar, dan multidimensional, sehingga Pendidikan Islam menjadi satu dalam
sulit dicari ujung pangkal pemecahannya sistem pendidikan nasional, tetapi predikat
(Tilaar, 1991). Permasalahan ini terjadi keterbelakangan dan kemunduran tetap
pada pendidikan secara umum di Indonesia, melekat padanya, bahkan pendidikan Islam
termasuk pendidikan Islam yang dinilai sering “dinobatkan” hanya untuk
justru lebih besar problematikanya kepentingan orang-orang yang tidak
Pendidikan Islam juga dihadapkan mampu atau miskin, memproduk orang
dan terperangkap pada persoalan yang yang eksklusif, fanatik, dan bahkan pada
sama, bahkan apabila diamati dan tingkah yang sangat menyedihkan yaitu
kemudian disimpulkan pendidikan Islam “terorisme-pun” dianggap berasal dari
terkukung dalam kemunduran, lembaga pendidikan Islam, karena pada
keterbelakangan, ketidak berdayaan, dan kenyataannya beberapa lembaga
kemiskinan, sebagaimana pula yang pendidikan Islam “dianggap” sebagai
dialami oleh sebagian besar negara dan tempat berasalnya kelompok tersebut.
masyarakat Islam dibandingkan dengan Walaupun “anggapan” ini keliru dan dapat
ditolak, sebab tidak ada lembaga-lembaga Nasional maka perlu adanya kebijakan
pendidikan yang memihak terhadap pendidikan Islam,
Islam manapun yang bertujuan untuk pemerintah diharapkan memperlakukan
memproduk atau mencetak kelompok- dengan perlakuan yang sama antara
kelompok orang seperti itu.Tetapi realitas pendidikan islam dengan pendidikan
di masyakarat banyak perilaku kekerasan umum. Sehingga dengan kebijakan
yang mengatasnamakan Islam.Apakah ada pendidikan Islam yang baik dapat
sesuatu yang salah dalam sistem, proses, membantu pendidikan Islam di Indonesia
dan orientasi pendidikan Islam.Hal ini, dalam memecahkan berbagai persoalan
merupakan suatu kenyataan yang selama hidup, bangsa dan negara.
ini dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam
di Indonesia. Olah karena itu, muncul 1. Kebijakan Pendidikan
tuntutan masyarakat sebagai pengguna Secara etimologi kebijakan adalah
pendidikan Islam agar ada upaya penataan terjemahan dari kata policy dalam bahasa
dan modernisasi sistem dan proses Inggris. Adapun kebijakan pendidikan
pendidikan Islam agar menjadi pendidikan merupakan terjemahan dari educational
yang bermutu, relevan, dan mampu policy yang merupakan penggabungan
menjawab perubahan untuk meningkatkan antara Education dan Policy. Kebijakan
kualitas manusia Indonesia. Dengan berarti aturan-aturan yang semestinya dan
demikian, penataan model, sistem dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat
proses pendidikan Islam di Indonesia kepada siapapun yang dimaksud untuk
merupakan suatu yang tidak terelakkan, diikat oleh kebijakan tersebut.
untuk menjawab permintaan dari arus Kebijakan (policy) seringkali disama-
globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi kan dengan istilah seperti politik,program,
(Proposal Jurnal Pendidikan Islam PAI keputusan, undang-undang, aturan, ke-
FIAI UII : 2008) dan menjawab predikat tentuan-ketentuan, kesepakatan, konvensi,
keterbelakangan dan kemunduran yang dan rencana strategis.
selalu melekat pada pendidikan Islam. Sebenarnya dengan adanya definisi
Strategi pengembangan pendidikan Islam yang sama dikalangan pembuat kebijakan,
hendaknya dipilih dari kegiatan pendidikan ahli kebijakan, dan masyarakat yang
yang paling mendesak, berposisi senteral mengetahui tentang hal tersebut tidak akan
yang akan menjadi modal dasar untuk menjadi sebuah masalah yang kaku.
usaha penataan dan pengembangan Namun, untuk lebih memperjelasnya bagi
selanjutnya. Katakan saja, perubahan semua orang yang akan berkaitan dengan
paradigama, visi, misi, tujuan, dana, dan kebijakan, maka alangkah baiknya definisi
sampai pada program-program pendidikan policy haruslah dipahamkan.
yang sesuai dengan tuntutan perubahan Berikut adalah definisi kebijakan.
kehidupan dalam negeri ini, seperti: United Nations (1975) :
perubahan kurikulum pendidikan secara
terarah dan kontinu agar dapat mengikuti Suatu deklarasi mengenai suatu
dasar pedoman bertindak, suatu arah
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
tindakan tertentu, suatu program
Dalam pengembangan pendidikan mengenai aktifitas –aktivitas tertentu
Islam sebagai bagian dari Pendidikan atau suatu rencana(Wahab, 1990).
kifayah. Penjelasan 3 dan 4 dapat perang badar kepada Baitul maal (kas
diperhatikan pada pembahasan Ilmu negara) dengan memerinahkan mereka
dan kedudukan dalam islam di atas. mengajarkan baca tulis, berarti Rasulullah
Islam merupakan sebuah sistem yang . telah menjadikan biaya pendidikan itu
memberikan solusi terhadap berbagai setara nilainya dengan barang tebusan.
Dengan kata lain, beliau memberi upah
problematika yang dihadapi manusia.
Setiap solusi yang disajikan Islam secara kepada para pengajar itu (tawanan perang)
pasti selaras dengan keadaan fitrah dengan harta benda yang seharusnya
manusia, termasuk perkara pendidikan. menjadi milik kas negara.
Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya Al
Dalam Islam, Negaralah yang berkewajiban
untuk mengatur segala aspek yang Ahkaam menjelaskan bahwa seorang
berkenaan dengan sistem pendidikan yang kepala negara (khalifah) berkewajiban
diterapkan, bukan hanya persoalan yang untuk memenuhi sarana-sarana pendidikan,
sistemnya, dan orang-orang yang digaji
berkaitan dengan kurikulum, akreditasi
sekolah/PT, metode pengajaran, dan bahan- untuk mendidik masyarakat. Jika kita
bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan melihat sejarah kekhalifahan Islam maka
agar pendidikan dapat diperoleh rakyat kita akan melihat perhatian para khalifah
secara mudah. Berkenaan dengan hal ini, (kepala negara) terhadap pendidikan
Rasulullah . memerintahkan dalam rakyatnya sangat besar demikian pula
haditsnya: perhatiannya terhadap nasib para
Seorang Imam (khalifah/ kepala pendidiknya. Banyak hadits Rasul yang
negara) adalah pemelihara dan menjelaskan perkara ini, di antaranya:
pengatur urusan rakyat dan ia akan Barangsiapa yang kami beri tugas
dimintai pertanggungjawaban atas melakukan suatu pekerjaan dan
urusan rakyatnya.(HR. Bukhari dan kepadanya telah kami berikan rezeki
Muslim). (gaji/upah/imbalan), maka apa yang
Perhatian Rasulullah . terhadap diambil selain dari itu adalah
dunia pendidikan tampak ketika beliau kecurangan" (HR. Abu Daud).
menetapkan agar para tawanan perang Barangsiapa yang diserahi tugas
Badar dapat bebas jika mereka pekerjaan dalam keadaan tidak
mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh memiliki rumah maka hendaklah ia
orang penduduk Madinah. Hal ini mendapatkan rumah. Jika ia tidak
merupakan tebusan. Perkara yang beliau memiliki isteri maka hendaklah ia
lakukan tersebut adalah kewajiban yang menikah. Jika ia tidak memiliki
harus dilaksanakan kepala negara. pembantu maka hendaklah ia
Bertanggung jawab penuh terhadap setiap mendapatkannya. Bila ia tidak
kebutuhan rakyatnya.Menurut hukum memiliki hewan tunggangan hendak-
Islam, baranmg tebusan itu merupakan hak lah ia memilikinya. Dan barang siapa
Baitul Maal (kas negara). Tebusan ini sama yang mendapatkan selain itu maka ia
nilainya dengan pembebasan tawanan telah melakukan kecurangan.
perang Badar.
Dengan tindakan yang seperti itu, Hadits-hadits tersebut memberi-kan
yaitu membebankan pembebasan tawanan hak kepada pegawai negeri (pejabat
pemerintahan) untuk memperoleh gaji dan yang sangat besar terhadap para penulis
fasilitas, baik perumahan, isteri, pembantu, buku, yaitu memberikan imbalan emas
ataupun alat transportasi.Semua harus seberat buku yang ditulisnya.
disiapkan oleh negara. Jika kita Pendidikan Islam yang bermakna
membayangkan seandainya aturan Islam usaha untuk mentransfer nilai-nilai budaya
diterapkan maka tentu saja tenaga pendidik Islam kepada generasi mudaya, masih
maupun pejabat lain dalam struktur dihadapkan pada persoalan dikotomis
pemerintahan meresa tentram bekerja dan dalam sistem pendidikannya.Pendidikan
benar-benar melayani kemaslahatan Islam bahkan diamati dan disimpulkan
masyarakat tanpa pamrih sebab seluruh terkukung dalam kemunduran, kekalahan,
kebutuhan hidupnya terjamin dan keterbelakangan, ketidakberdayaan,
memuaskan. Sebagai perbandingan, Imam perpecahan, dan kemiskinan, sebagaimana
Ad Damsyiqi telah menceritakan sebuah pula yang dialami oleh sebagian besar
riwayat dari Al Wadliyah bin Atha yang negara dan masyarakat Islam dibandingkan
menyatakan bahwa di kota Madinah ada dengan mereka yang non Islam.Bahkan,
tiga orang guru yang mengajar anak-anak. pendidikan yang apabila diberi embel-
Khalifah Umar bin Khatthab memberikan embel Islam, juga dianggap berkonotasi
gaji pada mereka masing-masing sebesar kemunduran dan keterbelakangan,
15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas) meskipun sekarang secara berangsur-
(sekitar 5 juta rupiah dengan kurs angsur banyak diantara lembaga pendidikan
sekarang). Islam yang telah menunjukkan kemajuan
Begitu pula ternyata perhatian para [Suroyo, 1991: 77].
kepala negara kaum muslimin (khalifah) Dalam hal ini, maka pendidikan
bukan hanya tertuju pada gaji para pendidik Islam di Indonesia dewasa ini memberi
dan biaya sekolah, tetapi juga sarana kesan yang tidak menggembirakan.
lainnya, seperti perpustakaan, auditorium, Meskipun, kata Muchtar Buchori, tidak
observatorium, dll. Di antara perpustakaan dapat dipandang sebagai evidensi yang
yang terkenal adalah perpustakaan Mosul kongklusif dalam penglihatannya ialah
didirikan oleh Ja'far bin Muhammad (wafat kenyataan, bahwa setiap kali ada murid-
940M). Perpustakaan ini sering dikunjungi murid dari suatu lembaga pendidikan Islam
para ulama, baik untuk membaca atau yang turut serta dalam lembaga cerdas
menyalin. Pengunjung perpustakaan ini tangkas atau lomba cepat-tepat di TVRI,
mendapatkan segala alat yang diperlukan maka biasanya kelompok ini mendapatkan
secara gratis, seperti pena, tinta, kertas, dll. nilai terenda. Evidensi kedua ialah bahwa
Bahkan kepada para mahasiswa yang partisipasi siswa-siswi dari dunia
secara rutin belajar di perpustakaan itu pendidikan Islam dalam kegiatan nasional
diberikan pinjaman buku secara teratur. seperti lomba Karya Ilmiah Remaja
Seorang ulama Yaqut Ar Rumi memuji menurut kesan saya sangat rendah, dan
para pengawas perpustakaan di kota Mer sepanjang pengetahuan saya belum pernah
Khurasa karena mereka mengizinkan ada juara lomba ini yang berasal dari
peminjaman sebanyak 200 buku tanpa lembaga pendidikan Islam [Suroyo,
jaminan apapun perorang. Ini terjadi masa 1991:77]. Hal ini, merupakan suatu
kekhalifahan Islam abad 10 Masehi.Bahkan kenyataan yang selama ini dihadapi oleh
para khalifah memberikan penghargaan lembaga pendidikan Islam di Indonesia.