Anda di halaman 1dari 3

KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB II
KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
LEWAT ASPEK BUDAYA

A. Ikhtisar
1. BAB II
Kegiatan pendidikan Islam sudah mulai sejak Rasul menyampaikan
ajaran Islam di Mekah pada tahun 610 M Tepatnya sejak Rasul menerima
wahyu pertama yang memerintahkan manusia unfuk belajar dan beriman
kepada Allah yang Maha pencipta.1
Ajaran yang disampaikan Rasul secara genius dan kreatif, mengajak
masyarakat merubah sistem budaya dan sistem sosialnya dan polytheistik
kepada monotheistik, dari taklid kepada belajar serta mengembangkan
kemampuan membaca secara tersurat-wahyu maupun kompedium ilmu
pengetahuan manusia-dan yang tersirat-hubungan manusia dengan sang
penciptanya-untuk meningkatkan kualitas kebenaran dan tingkat keimanan.
Aktivitas itu terus berlangsung sampai terbentuk masyarakat Islam yang
beriman dan berbudaya belajar.
Ada tiga pola utama kebijakan Pendidikan Islam dalam mengembangkan
masyarakat beriman dan belajar yaitu pertama (kebijakan membina masyarakat
belajar (Iearning saciety) dimana Pada tahun 662 M Rasul membuat suatu
keputusan penting meneriina tawaran hijrah ke Yastrib. Keputusan itu
berangkat dari kesadaran Rasul bahwa Islam tidak untuk kalangan terbatas dan
tertantu saja dan tidak bersifat subjektif dan normatif tetapi juga emperis
objektif justru itu seluruh sistem nilai Islam harus diaktualisasikan dalam
realitas sosial yang luas dan majemuk. Justru itu ditempat baru yng diberi nama
Madinah itu suatu era baru dimulai suatu masyrakat beriman dan berbudaya
belajar (learning society) dalam arti seutuhnya dan senyatanya dalam skopa
yang luas meliputi kehidupan berdampingan dengan yang non Muslim, secara
intensif terus dibangun kebijakan transformasi, trans internalisasi, trans
eksternalisasi dan objektivikasi nilai Islam dalam kehidupan berbudaya dan
bermasyarakat. Kedua (kebijakan pembinaan civil society) Dimana nabi
Muhammad SAW menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang
kemanusian dan.perlunya suatu pemahaman tentang kemanusian dan perlunya
suatu negara yang melindungi warga secara hukum dan berkeadilan dimana
setiap orang bebas menjalankan agarnanya dan dihormati hak hak pribadi tanpa
ada tekanan. Ketiga (kebijakan pengembangan penalaran, penelitian dan
konsorsium ilmiah) dimana sejak awal Rasul telah memberikan fondasi yang
kokoh untuk mempersubur keyakinan iman, Islam dan budaya belajar dengan
memberikan kebebasan penalaran dalam memahami, menafsirkandan
mengaktualisasikan ajaran Islam.

1
Prof. Or. H. Fochruddin Azmi, MA.Kebijakan Pendidikan Islam
BAB V
PELAYANAN PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL
2. BAB V
Pelayanan pendidikan dalam Islam bermakna proses memanusiakan
manusia agar memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi dan
perannya sebagai khalifah dan sekaligus abdillah. Fungsi dan peran itu
bersifat terpadu dan saling nlelengkapi dan menyempurnakan. Proses
memanusiakan manusia iru berlangsung dengan mendidik dan
memberdayakan semua potensi vang dimiliki manusia baik potensi
jasmaniah, aqliyah maupun ruhaniyah Potensi vang berupa kemampuan
dasar dan kecenderungan murni (fitrah ini dalam pengembangannya
berinteraksi dengan lingkungan.2 Seabagai bentuk pelayanan pendidikan
dalam pandangan Islam sangat terbuka dan menempatan semua orang sama
untuk berpartisipasi dan tidak ada paksaan dalam beragama. Adanya
perbedaan etnis, kepentingan dan keyakinan tidak menjadi hambatan untuk
terjadinya proses pelayanan pendidikan dan proses perpindahan nilai
kultural atau budaya, serta untuk kepentingan terjadi akselerasi kemajuan
peradaban manusia ke arah yang lebih baik dan mulia. Peluang untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan itu harus dibuka dan disiapkan tanpa
batas usia, tempat bahkan dapat pula dalam bentuk lintas batas, ras, dan
sebagainya.
Pelayanan pendidikan yang dapat diakses dan diikuti oleh setiap
orang ini memerlukan sistem yang dapat mendukung secara penuh
keberlangsungannya. Untuk kepentingan ini dalam Islam disediakan suatu
sistem pembiayaan pendidikan yang gratis, yaitu melalui sistem infak,
zakat, sedekah, dan wakaf.

B. Rumusan Teori Kebijakan Publik


Dari dua bab tersebut di atas maka menurut penulis rumusan teorinya adalah
dengan adanya kebijakan pendidikan islam dengan berlandaskan pada aspek
kebudayaan yang ada pada suatu daerah ataupun wilayah tertentu yang
dibarengi dengan adanya pemberian pelayanan oleh pendidikan islam yang
bersifat multikultural yang tanpa memandang batas usia, ras, agama dan
sebagainya sudah barang tentu akan mempengaruhi dinamika perkembangan
dan kemajuan terhadap pendidikan islam yang ada disuatu negara termasuk di
indonesia.

C. Model Kebijakan
Berdasarkan dari dua bab diatas maka teori dan model kebijakan yang baik
bagi lembaga pendidikan islam adalah adanya pelayanan pendidikan islam
yang bersifat kultural, alasannya adalah islam di indonesia adalah merupakan
salah satu agama yang merupakan agama mayoritas, meskipun demikian islam
juga harus berdampingan dengan penganut agama lain, serta dalam
menjalankan lembaga pendidikan islam ditengah masyarakat yang majemuk
sudah barang tentu lemabaga pendidikan islam memberikan pelayanan yang
2
Prof. Or. H. Fochruddin Azmi, MA.Kebijakan Pendidikan Islam. Hal 80.
baik dengan tampa memandang batas ras, budaya maupun agama sebagai
wujud dari islam sebagai rahman lil’alamin.

Anda mungkin juga menyukai