Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin, atau
42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak
langsung terhadap persalinan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan
meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar
99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian
maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan
dan setelah persalinan (ICD-10, 2012; WHO, 2014). Menurut laporan WHO tahun
2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu
9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per
100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per
100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per
100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2014).
Angka kematian ibu di Indonesia masih jauh lebih tinggi dari pada negara asia
Tenggara lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelompok kehamilan berisiko.
Kelompok kehamilan risiko tinggi di Indonesia pada tahun 2007 sekitar 34%.
Kategori dengan risiko tinggi tunggal mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu <18
tahun sebesar 4,1%, umur ibu > 34 tahun sebesar 3,8%, jarak kelahiran < 24 bulan
sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar 9,4% (BkkbN,
2008). Kategori risiko tinggi ganda sebesar 11,6%, dengan rincian umur <18 tahun
dan jarak kelahiran < 24 bln sebesar 0,2%, umur > 34 tahun dan jarak kelahiran < 24
bulan sebesar 0,1%, umur > 34 tahun dan jumlah anak terlalu banyak (> 3
orang)sebesar 8,5%, umur > 34 dan jarak kelahiran < 24 bulan dan jumlah anak
terlalu banyak (> 3 orang)sebesar 1,1%, jarak kelahiran < 24 bulan dan jumlah anak
yang terlalu banyak (> 3 orang) sebesar 1,8% (BkkbN, 2008).

Undang undang kesehatan no 36 tahun 2009 mengamanatkan bahwa upaya


kesehatan ibu di tunjukan untuk mrnjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan
generasi yang sehat dan berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu
sebagainsalah satu indikato renstra dan MDGs jug dapat meminimalkan angka BBLR
khususnya di wilayah jawa Timur. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
undang undang tersebut meliputi upayapromotif, preventif, kuratif, dan rehanilitas.
Kegiatan kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan kegiatan prioritas mengingat
terdapat indikator dampak yaitu angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah khususnya
pembangunan keehatan. Indikator ini juga digunakan sebagai salah satu
pertimbangan dalam menentukan indeks pembangunan manusia (IPM) . untuk mlihat
kinerja kesehatan ibu dan anak, maka perlu untuk melihat secara keseluruhan
indikator kesehtan ibu dan anak

Ini tentunya cukup menggembirakan sebagai upaya kita untuk mendukung


pencapaian rangka pemenuhan capaian Program Millenium Development Goals
(MDG's) 2015
1.2. Tujuan Penyusunan LTA
1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil
2. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
3. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas
4. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
5. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana (KB)
6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB
1.3. Sasaran, Tempat dan Waktu asuhan kebidanan
1. Sasaran
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan
2. Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu adalah
Puskesmas singosari kota malang.
3. Waktu
Waktu yang dimulai dari tanggal 2 sampai 28 April 2018.

1.5. Manfaat
1.5.1. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan mahasiswi dalam
memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat ilmu pengetahuan dan pengalaman serta wawasan yang lebih luas
dalam penelitian.
1.5.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian
serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan secara berkesinambungan
(continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga
berencana.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Kehamilan
2.1.1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah awal dari proses menjadi seorang ibu seutuhnya bagi seorang
wanita sepatutnya hal ini menjadi sesuatu yang disyukuri dan sudah menjadi
kodratnya akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kehamilan
merupakan fenomena normal yang terjadi karena adanya pertemuan sel sperma
dengan sel telur di tuba fallopi, kemudian bernidasi dilapisan endometrium yang akan
berkembang menjadi janin, lamanya kehamilan normal 280 hari atau 40
minggu (conny, 2015).
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita
yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat
sangat besar kemungkinanya akan mengalami kehamilan (Diah,2015).

b. Fisiologi Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan

1. Payudara yang membesar dan (kadang) nyeri. Anda merasakannya seperti


saat mendekati menstruasi. Payudara Anda menjadi lebih besar, kadang nyeri jika
disentuh. Beberapa wanita bahkan bisa merasakan perbedaannya beberapa hari
setelah terjadinya pembuahan.

2. Mudah lelah anda tiba-tiba jadi malas melakukan kegiatan biasanya, ingin
tidur seharian, seperti kehabisan tenaga. Jangan coba melawannya, tenang
saja, dan biarkan berjalan apa adanya sampai anda membuktikannya nanti.

3. Mual dan Muntah (Morning Sikcnes) Gejala ini identik dengan kehamilan.
Perubahan hormon (peningkatan HCG) akan menyebabkan wanita hamil merasa mual
dan muntah di pagi hari dan bahkan di siang dan malam hari. Jika Anda benar-benar
positif hamil, tenang saja karena biasanya gejala ini hanya berlangsung di trimester 1.
4. Penciuman lebih sensitif. Kadang ketika Anda merasa bahwa penciuman
menjadi lebih tajam dari biasanya, bisa jadi Anda sedang “mencium” gejala
kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan karena perubahan hormonal dalam tubuh
anda.

5. Sering Kencing. Ooppps, kenapa ya akhir-akhir ini Anda mendapati diri jadi
lebih sering ke toilet? Perubahan hormon bertanggung jawab penuh atas peningkatan
aliran darah, dan juga frekuensi kencing Anda. Jadi saat ke toilet besok, mungkin
anda perlu membawa alat tes kehamilan.

6. Perut kembung. Jika belakangan anda sering merasa perut anda kembung
(bloated), bisa jadi perubahan hormon akibat kehamilan adalah penyebabnya.

7. Tidak haid. Walaupun tidak selalu berarti suatu kehamilan, tapi tidak
munculnya haid bisa jadi merupakan tanda bahwa Anda hamil. Sangat disarankan
bagi wanita untuk rajin mencatat tanggal siklus haid mereka.

8. Kenaikan suhu tubuh. Jika Anda teliti, suhu basal anda (suhu ketika anda
baru bangun tidur di pagi hari) akan meningkat hingga 1 derajat semenjak terjadinya
konsepsi, dan ini bisa berlangsung terus jika anda memang hamil.

9. Spotting. Jika Anda sedang mengharapkan kehamilan, dan kalender sudah


menunjukkan anda terlambat haid, jangan keburu panik ketika mendapati bercak
darah (spotting). Itu bisa saja akibat penempelan embrio pada dinding rahim, dan itu
hal yang normal. Yang perlu Anda lakukan adalah beristirahat, dan mungkin
berkonsultasi dengan dokter Anda.

Nah, sekali lagi, sembilan tanda atau gejala kehamilan itu semuanya bukanlah
tanda pasti, sehingga sebaiknya memastikannya dengan melakukan tes kehamilan,
atau memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk konfirmasi diagnosa.
Fisiologi kehamilan
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh pemeliharaan janin
dalam kandungan yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma, saat hamil
akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah drastis.
Ada beberapa perubahan fisiologis kehamilan, perubahan tersebut antara lain:
1) Perubahan Hormon
Pada ibu hamil adakn terjadi perubahan hormon yang memengaruhi tubuh ibu, antara
lain:
Human Chorionic Gonadotropin (HCG): hormon ini dihasilkan
oleh chorionik villi yang menyebabkan ovarium memproduksi hormon progesteron,
mencegah terjadinya menstruasi dan menjaga kehamilan.
Estrogen: pada masa kehamilan, estrogen diproduksi oleh rahim dan plasenta.
Fungsi hormon estrogen pada masa kehamilan adalah merangsang pertumbuhan
kelenjar susu, menguatkan didnding rahim, membantu meningkatkan aliran darah
sehingga bayi mendapat nutrisi.
Progesteron: selama kehamilan, hormon ini membentuk lapisan yang dapat
menompang plasenta pada dinding rahim, menghindari terjadinya kontraksi yang
dapat memicu kelahiran didni, membantu mempersiapkan payudara untuk laktasi,
membantu melenturkan sendi dan ligamen.
Relaxin : hormon relaxin membantu melenturkan sendi dan legamen,
termasuk pada otot panggul, dalam mempersiapkan persalinan.
Laktogen: dihasilkan oleh payudara untuk membantu memproduksi
kolostrum dan air susu ibu.
Melanosit Stimulating Hormon (MSH) : diproduksi oleh jumlah lebih
banyak dibandingkan pada saat anda tidak mengalami kehamilan. Hormon ini
memicu kulit untuk menghasilkan lebih banyak pigmen, sehingga pada masa
kehamilan bagian wajah, paha, areola akan semakin gelap. MSH juga memnyebabkan
munculnya garis vertikal di bagian perut yang disebut linea nigra.
2) Perubahan pada Payudara
Perubahan pada payudara mulai terjadi di awal masa kehamilan. Perubahan yang
mungkin disarakan adalah ukuran yang semakin membesar dan sedikit nyeri baik
pada keseluruhan payudara ataupun pada puting susu. Ini terjadi karena payudara
sedang mempersiapkan produksi air susu yang akan dikeluarkan menjelang saat
persalinan, kolostrum akan diproduksi sepanjang masa kehamilan. Dan pada daerah
yang menghitam (areola) akan semakin membesar dan menghitam seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan.
3) Rahim
Selama kehamilan, rahim akan trus merenggang dan membesar karena janin yang
semakin lama semakin membesar sesuai usia kehamilan. Rahim akan berkontraksi
setelah usia kehamilan ditrimester tiga dan biasanya kontraksi ini disebut Braxton
Hicks (kontraksi semu) ciri-cirinya adalah datangnya tidak teratus, durasi pendek,
biasanya berkurang jika dengan melakukan aktivitas.
4) Vagina
Perubahan vagina sudah mulai terjadi pada awal masa kehamilan. Perubahan yang
terjadi penebalan mukosa, peningkatan jumlah jaringan pada otot vagina
gunanya mempersiapkan vagina untuk proses persalinan agar vagina mampu
merenggang pada saat persalinan. Vagina juga akan mengeluarkan cairan berwarna
keputihan gunanya untuk terhindar dari infeksi.
5) Organ Vital
Yang dimaksud organ vital di sini adalah jantung, paru-paru, darah, dan ginjal.
Selama masa kehamilan, sistem tubuh anda akan berubah karena adanya perubahan
hormonal dalam tubuh. Perubahan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan janin
dalam kandungan. Perubahan darah wanita hamil meningkat hingga 40-45%%.
Perubahan tersebut meningkat cepat pada usia kehamilan 6-8 minggu. Peningkatan
jumlah darah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan darah pada wanita hamil,
maka kerja jantung juga meningkat untuk bisa memompa darah. Kerja jantung
semakin meningkat ini juga menyebabkan wanita hamil mudah lelah. Paru-paru juga
bekerja lebih keras agar darah memiliki suplai oksigen yang cukup. Sedangkan ginjal
akan bekerja lebih keras untuk menyaring dan membersihkan volume darah anda
meningkat.
6) Kulit, kuku, gigi, dan rambut
Perubahan hormon pada masa kehamilan mengakibatkan terjadinya
peningkatan kelenjar minyak yang membuat kulit menjadi lebih mengilap dan
pertumbuhan rambut meningkat. Namun adanya perenggangan pada kulit akibat
kenaikan berat badan pada masa kehamilan bisa menyebabkan sretch mark pada
bagian perut, paha, dan lengan.Perubahan hormon juga menyebabkan terjadinya
penipisan pada gigi dan kuku. Selain itu, karena adanya penyerapan kalsium yang
cukup tinggi pada masa kehamilan menyebabkan gigi dan kuku menjadi lebih rapuh
(conny, 2015).

2.1.1. Asuhan Kehamilan


Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanyanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal:
Satu kali kunjungan selama trimester pertama ( sebelum 14 minggu)
Satu kali kunjungan selama trimester kedua ( antara minggu 14-28)
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga ( antara minggu 28-36)
Berdasarkan jadwal di atas maka dapat dilihat bahwa semakin tua umur
kehamilan maka semakin sering pula jadwal kunjungan yang harus dilakukan.
Sehingga dengan melakukan ANC secara teratur kelainan atau masalah yang terjadi
pada kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin.
Pada setiap kunjungan ibu hamil, seorang bidan harus melakukan pelayanan
atau asuhan standar minimal 7 T yang meliputi :
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT
5. Pemberian tablet zat besi
6. Test PMS
7.Temu wicara dalam rangka perawatan kehamilan, persiapan persalinan dan persiapan
rujukan
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah dan komplikasi setiap
saat Sehingga seorang ibu hamil memerlukan pemantauan intensif selama
kehamilannya antara lain dengan pemeriksaaan abdomen atau sering disebut
dengan palpasi (Abdul,2006)
Palpasi abdomen ada empat macam palpasi abdomen pada ibu hamil,bertujuan
untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Empat macam palpasi abdomen
pada ibu hamil ini antara lain : plpasi Leopold, palpasi ahfeld, palpasi Budin, dan
palpasi Knebel. Dari keempat macam palpasi abdomen yang sering dipakai adalah
palpasi Leopold I,II,III,IV.
a. Palpasi Leopold I
Tujuan dari palpasi leopold I adalah untuk menentukan umur kehamilan dengan
menentukan TFU dan menetukan bagian janin yang ada pada fundus uteri.
Prosedur pemeriksaan palpasi Leopold I adalah sebagai berikut:
1) Bidan menghadap kearah muka ibu, uterus dibawa ke tengah
2) Menetukan TFU dengan jari dan bisa juga dengan pitacenti meter.

b. Palpasi Leopold II
Tujuan pemeriksaan palpasi Leopold II adlah menetukan letak janin, apakah
memanjang atau melintang, serta menetukan bagian janin yang ada di sebelah kanan
dan kiri uterus.
Prosedur pemeriksaan palpasi Leopold II adalah sebagai berikut:
1) Kedua tangan pindah ke samping
2) Tangan kiri menahan sisi uterus ibu sebelah kanan, tangan kanan meraba
sisi kiri uterus ibu dari atas ke bawah, apakah teraba bagian punggung atau
bagian-bagian kecil janin. Sifat punggung adalah rata, luas tahanan kuat
sifat bagian-bagian kecil janin adalah berbenjol-benjol sempit,bila didorong
tahanan lemah. Pada letak lintang sisi uterus sebelah kanan atau kiri bias
teraba kepala atau bokong janin.
3) Berganti tangan kanan menahan sisi uterus ibu sebelah kiri, tangan kiri
meraba sisi uterus ibu sebelah kanan dari atas ke bawah, apakah teraba
bagian punggung atau bagian-bagian kecil janin.
c. Palpasi Leopold III
Tujuan pemeriksaan palpasi Leopold III adalah menetukan bagian terendah
(presentasi) janin dan menetukan apakah presentasi janin sudah mulai masuk PAP.
Procedure pemeriksaan palpasi Leopold III adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan satu tangan
2) Tangan kanan memegang bagian yang berada bagian bawah uterus dan
menggoyang-goyangkan. Sifat kepala adalah keras, bulat, melenting, , sifat
bokong adlah lunak, kurang melenting. Pada letak lintang fundus uteri
kosong.
3) Apabila bagian terendah janin masih dapat digoyang-goyangkan berate
bagian presentase janin belum masuk panggul. Apabila bagian persentase
janin sudah tidak dapat digoyng-goyangkan berate persentase janin sudah
masuk panggul.
d. Palpasi leoplol IV
Tujuan pemeriksaan palpasi Leopold IV adalah menetukan seberapa jauh
masuknya persentase janin masuk ke PAP
prosedur pemeriksaan palpasi Leopold IV adalah sebagai berikut:
1) Bidan menghadap kearah kaki ibu
2) Kedua tangan dirapatkan pada permukaan persentse janin. Jika kedua tangan
convergen berate hanya sebagian kecil persentase janin yang sudah masuk
panggul. Jika kedua tangan sejajar berate separuh bagian persentase janin sudah
masuk rongga panggul. Jika kedua tangan divergen berarti bagian terbesar dari
persentase janin telah masuk rongga panggul dan telah melewati PAP (wafi,
2009).

2.2.Persalinan
2.2.1. Konsep Dasar Persalinan
a. Penagertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit (APN, 2007).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progesif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran
plasenta (Helen, 2008).
b. Fisiologi Persalinan
Tanda-tanda Permulaan Persalinan
Pada kebanyakan wanita, melahirkan dimulai antara minggu ke 39 dan 41 usia
kehamilan. Namun karena lama kehamilan setiap orang berbeda-beda, maka
banyak bayi yang dilahirkan pada salah satu minggu tersebut tanpa
menunjukkan tanda-tanda prematur atau lahir terlambat. Pada bulan-bulan
akhir kehamilan, tubuh akan memproduksi progesteron yang bertujuan
melunakkan jaringan di sekitar cervix (leher rahim menghubungkan uterus
dan vagina) dan pelvis (panggul) untuk persiapan proses melahirkan.
Melahirkan di mulai saat kontraksi rahim mulai meregangkan jaringan di
sekirar cervix. Biasanya ini ditandai dengan kluarnya flek ataupun lendir
berwarna putih susu. Proses persalinan ini sendiri terbagi menjadi 3 tahapan,
yaitu:

1. KALA I
Kala 1 merupakan kala awal dari proses persalinan. Kala ini sering disebut
sebagai kala pembukaan, yaitu pada saat dimulainya dilatasi serviks sampai terjadi
pembukaan 10 cm.
Awal dimulainya proses persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah. Ini terjadi karena serviks mulai mengalami pembukaan dan penipisan.Darah
berasal dari pecahnya pembuluh darah kapilerpada jalan lahir karena pergeseran
serviks pada saat pembukaan. Kala ini terbagi menjadi dua fase yaitu:
Fase laten: yaitu pada saat pembukaan serviks berjalan lambat, sampai pada
pembukaan 3 cm, dan
Fase aktif: yaiu pada saat pembukaan berjalan lebih cepat dari pembukaan 4 cm
sampai 10 cm.
Pada proses persalinan, tahap kala 1 adalah saat yang terlama, di mana dapat
berlangsung selama 12-14jam pada kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk
kehamilan berikutnya. Pembukaan dikatakn sudah lengkap apabila pembukaan jalan
lahir sudah menjadi 10 cm. menjelang akhir kala 1, kontraksi yang terjadi akan
semakin sering dengan durasi kontraksi yang semakin lama kuat.menjelang fase akhir
ini, biasanya ibu akan merasakan perasaan ingin mengejan dan buang air besar.
2. KALA II
Kala II dimulai pada saat telah terjadi pembukaan lengkap sampai pada saat
bayi dilahirkan. Pada fase ini, ibu akan merasa sangat mulas dan ingin buang air
besar. Kontraksi akan terus berlangsung untuk membantu mending bayi keluar
melalui jalan lahir.
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang
hasilnya adalah :
a. Pembukaan serviks telah lengkap, atau
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

Perubahan Fisiologi pada kala II Persalinan


1) Kontraksi dorongan otot-otot persalinan
Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan
menjadi lebih pendek.Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantong ke arah segmen bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lain dari his adalah
involunter, intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris, terkadang dapat
dipengaruhih dari luar secara fisik, kimia, dan psikis.
2) Pergeseran organ dasar panggul
Saat persalinan segmen atas berkontraksi, menjadi tebal, dan mendorong anak keluar.
Sementara itu, segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi, dilatasi, serta
menjadi yang tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui bayi. Tanda fisik dini
pada persalinan kala II adalah ketuban pecah spontan, tekanan rektum, sensasi ingin
defekasi, muntah, bercak atau keluar cairan merah terang dari vagina.Tanda lanjut
kala II adalah perineum mengembung, vagina melebar, dan anus mendatar, bagian
presentasi tampak dan uterus berlanjut selama kontraksi.
3. KALA III
Kala III dimulai saat bayi telah dilahirkan dan berakhir pada saat plasenta
dikeluarkan. Plasenta akan keluar dengan sendirinya 5-30 menit setelah bayi
dilahirkan. Kelahiran plasenta diikuti dengan keluarnya darah sebanyak 100-200cc.

Fisiologi Kala III Persalinan

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume


rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat perlekatan menjadi semakin
mengecil, ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau ke dalam vagina. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan
berkontraksi dan menekan semua pembuluh darah sehingga akan
menghentikan perdarahan dari tempat
melekatnya plasenta.Sebelum uterus berkontraksi, dapat terjadi
kehilangan darah 350-560 cc / menit dari tempat pelekatan plasenta.

Tanda Pelepasan Plasenta Pada Kala III Persalinan


Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sebagai berikut:
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahirdansebelum miometrium mulaiberkontraksi, uterus berbentukbulat
penuhdantinggi fundus sekitardibawahpusat.Setelah uterus berkontraksidan plasenta
terdorongkebawah, uterus berbentk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat
dan fundus berada di atas pusat.
1. Tali pusat memanjang
2. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
4. KALA IV
Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi
menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan antara dinding uterus
dan plasenta, di mana nantinya akan memisahkan plasenta dari tempat lekatnya.
Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus plasenta dan menyebabkan perdarahan.
Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut:
serabut otot polos uterus tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-
pembuluh darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh karena
itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang
sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.
1) Evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia
Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan di tengah-tengah abdomen kurang
lebih dua per tiga sampai tuga per empat antara simfisis pubis dan umbilikal.Uterus
yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh.Jiga segmen atas uterus keras,
tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajian segmen bawah perlu dilakukan.Uterus yang
lunak, hipotonik, longgar, tiak berkontraksi dengan baik disebut sebagai keadaan
atonia uterus.
2) Pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum
Setelah memastikan uterus berkontraksi secara efektif dan perdarahan berasal dari
sumber lain, bidan hendaknya menginspeksi perineum, vagina bawah, dan area
periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematom, laserasi pada
pembuluh darah, atau mengalami perdarahan.
2.2.2. Asuhan Persalinan
Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal
yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes, 2004).
Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1. Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan
adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vaginanya.
c. Perineum menonjol .
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan .
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3. Pakai celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
pemeriksaan dalam.
6. Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi
air disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
8. Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan
dia merasa nyaman ).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
16. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala.
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain
di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala,
menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
19. dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
menggunakan kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
terjadi lilitan tali pusat.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara kedua klem tersebut.
21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara
spontan.Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah
luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu
posterior. Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung
dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati
membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering.Biarkan bayi diatas perut ibu.
27.Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat, mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan 1 tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29. mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan
yang sesuai.
30. memberikan bayi pada ibunya dan menganjurkan ibu untuk mremeluk
bayinya dan memulai pemberian asi jika ibu menghendakinya.
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah
bayi dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
31. Meletakan kain yang bersihdan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinana bayi kedua.
32.memberikan ibu bahwa ibu akan disuntik oksitoksin
33. dalam waktu dua menit setelah bayi, memberikan suntikan oksitoksin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, stelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi
dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37.Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap
lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.

Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase
uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus
menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase.
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik
atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan
penjahitan.

Melakukan Prosedur paska persalinan


42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.

Mengevaluasi Perdarahan Vagina


43. Mencelupkan kedua tanggan yang memakai sarung tanggan kedalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tanggan yang bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat dan mengerikannya dengan kain yang bersih dan
kering
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tingi atau steril atau
mengikatkan tali disifeksidengan simpul mati disekeliling tali pusat sekitar 1
cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan
simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakannya kedalam larutan klorin
0,5%
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi baga kepalanya meemastikan
kainnya bersih atau kering.
48. menganjurkan ibu untuk mulai pemberian ASI

Evaluasi
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
 2-3 kali dalam 15 menit pertama paska persalinan
 Setiap 15 menit pada satu jam pertama paskah persalinan
 Setiap 20-30 menit paskah persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
 Jika ditemukan laserasi yang memerlukan jahitan, lakukan penjahitan
dengan anastesi lokal dan mengunakan teknik yang sesuai.
50. mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana melakukan massase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. mengevaluasi kehilangan darah.
52. memeriksa TD, Nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama paskah persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua.
Kebersihan Dan keamanan
53. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi
( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
54. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.Bantu ibu untuk memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Pendokumentasian
60. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan
asuhan kala IV). ( APN 2008)

2.3.Nifas
2.3.1. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2009)
b. Fisiologi Nifas
Perubahan Fisiologi
1. Uterus (Rahim)
a. pengerutan rahim
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidus yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi neurotic ( layu/mati ).
Perubahan ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi dimana TFU nya (
tinggi fundus uteri ).
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 700 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 300 gram
6 minggu Bertambah kecil 40-60 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
1. Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar dari hari pertama sampai hari ke masa post partum .
2. Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4
sampai hari ke-7 post pastum.
3. Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
4. Lochea alba/putih
Lochea ini mengandug leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik, dan
serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6
minggu post partum.
c. Perubahan pada servik
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti
corong, segera setelah bayi baru lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang
dapt mengadakan kontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
servik berbentuk semacam cincin.
Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi b ru lahir, tangan dapat masuk kedalam
rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post
partum, servik sudah menutup kembali
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, sera peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam bebrapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyatap makananya dua jam setelah
persalinan. Kalsium mat sangat penting untuk gigi pada kehamilan, masa nifas,
dimana pada massa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena
meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, teruutama pada bayi yang dikandunganya
untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu pada massaa laktasi
f. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali
normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Pemeriksaan sistokopik
segera setelah melahirkan menunjukan tidak saja edema dan hyperemia dinding
kendung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstavasai darah pada submukosa.
Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang non patologis sejak
pasca melahirkan sampai dua hari post partum agar dapat dikendalikan.
g. Sistem muskuloskeletal
ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan
dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament
rotundum mengendur,sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang
alat genetalia yang mengendur dapat di atasi dengan latihan-latihan tartentu.
2.3.2. Asuhan Nifas
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
a. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya4 kali
yaitu:
6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
6 hari setelah persalinan
2 minggu setelah persalinan
6 minggu setelah persalinan
b. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi,
kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin
c. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah,
dan nyeri punggung.
d. Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan salah satu
tanda berikut:
Perdarahan berlebihan
Sekret vagina berbau
Demam
Nyeri perut berat
Kelelahan atau sesak
Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau pandangan
kabur
Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan puting
e. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut:
kebersihan diri
Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang air kecil
atau besar dengan sabun dan air
Mengganti pembalut dua kali sehari
Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelamin
Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
Istirahat
Beristirahat yang cukup
Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap
latihan
Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul
Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul:
Menarik otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam posisi tidur
terlentang dengan lengan di samping, tahan napas sampai hitungan 5, angkat
dagu ke dada, ulangi sebanyak 10 kali.
Berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan. Tahan dan kencangkan otot pantat,
pinggul sampai hitungan 5, ulangi sebanyak 5 kali
gizi
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
Minum minimal 3 liter/hari
Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di
daerah dengan prevalensi anemia tinggi
Suplemen vitamin A: 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah persalinan
dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian
Menyusui dan merawat payudara
Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat payudara. Lihat
bab 2.4 untuk informasi lebih lanjut.
senggama
Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak merasa
nyeri ketika memasukan jari ke dalam vagina
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan
kontrasepsi dan keluarga berencana
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga berencana
setelah bersalin. lihat bab 7.3 untuk informasi lebih lanjut.

2.4. Bayi baru lahir


2.4.1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru
lahir satu jam pertama sampai 24 jam setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru
lahir menunjukan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau
gangguan (APN, 2007)
b. Fisiologi Bayi Baru Lahir
1. Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru. Setelah lahir
darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen danmengadakan sirkulasi
melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses
ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan
alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya
gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2. Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar
:
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah
ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan
oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada
atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada
atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali
secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

2.4.2. Asuhan Bayi Baru Lahir


Asuhan segera Bayi Baru Lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru
lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran.Sebagian besar BBL akan
menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit bantuan/gangguan. Oleh karena itu
penting diperhatikan dlm memberikan asuhan segera, yaitu jaga bayi tetap kering &
hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin.
Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran
Pemantauan 2 jam pertama meliputi :
Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
Bayi tampak aktif/lunglai
Bayi kemerahan /biru
Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan &
penilaian ada tidakanya masalah kesehatan terutama pada :
Bayi kecil masa kehamilan/KB
Gangguan pernafasan
Hipotermia
Infeksi
Cacat bawaan/trauma lahir
Jika tidak ada masalah,
a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :
a. hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C
b. bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup
c. Lakukan pemeriksaan fisik
gunakan tempat yang hangat & bersih
cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak
lembut
lihat, dengar, & rasakan
Rekam /catat hasil pengamatan
jika ditemukan faktor risiko/masalah segera cari bantuan lebih lanjut
d. Pemberian vitamin K
untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vit. K
Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari
Bayi berisiko 0,5mg – 1mg perperenteral/ IM
Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
1). Pemberian nutrisi
Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan
zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.
Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC
Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi
air panas
3). Mencegah infeksi
Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk
BAK/BAB
Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali
pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke
bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau
bau busuk.
Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap
hari
Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun
setiap hari
Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang
memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

2.5.Keluarga Berencana
2.5.1. Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian
Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP) dengan kematangan reproduksi pada perempuana usia 20 tahun
keatas dan laki – laki umr 25 tahun keatas, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
b. Macam- Macam Kontrasepsi

1. Metode Kontrasepsi Sederhana


Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Coitus Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu
Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik.
a. Metode Amenorhoe Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara
yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA)
atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain.
b. Coitus Interuptus (Senggama Terputus)
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana
biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina
dan sperma dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena
suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar.
c. metode Kalender (pantang berkala)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam masa
subur. Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender juga difungsikan untuk
sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini kurang dianjurkan karena sukar
dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang juga
istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.
d. Metode Lendir Serviks (MOB)
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masasubur dari siklus
menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa
pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
e. Metode Suhu Basal Badan
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau
dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
f. Simptotermal
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode
simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuhdan mukosa serviks.
Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator
kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan
perhitungan masa subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan
hari aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika
menggunakan metode ini bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang
lainnya akan saling melengkapi.

Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma,


dan spermisida.
a. Kondom
Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk
menutupi penis sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga sperma tertampung
didalamnya dan tidak masuk ke vagina, dengan demikian akan mencegah terjadinya
kehamilan. Kondom yang menutupi penis juga berguna untuk mencegah penularan
penyakit kelamin
b. Diafragma

Diafragma dirancang aman dan


disesuaikan vagina untuk menutupi serviks. Diafragma merupakan kap berbentuk
bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dapat dibengkokkan. Alat
kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai
berikut:
Mencegah masuknya sperma melalui kanalis
servikalis keuterus dan salura telur (tuba falopi),sebagai alat untuk
menempatkan spermisida.
c. Spermisida
Metode kontrasepsi secara kimiawi adalah: mencegah terjadinya kehamilan dengan
menggunakan tissue KB, tablet berbusa, suppositoriakimiawi dan krim jelly,atau
preparat yang menghentikan atau membunuh sperma pada saat bersentuhan.
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9)
yang digunakan untuk membunuh sperma.
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.
a. pil Jenis kontrasepsi yang digunakan wanita untuk mencegah kehamilan, pil yang
berisi estrogen dan progrestin harus diminum setiap hari, juga selama haid yang
berkhasiat mencegah kehamilan bila diminum secara teratur, tetapi bila tidak teratur
atau diberhentikan bisa terjadi kehamilan. Pil ini berbentuk tablet, normalnya tidak
hancur dan tidak retak, umumnya berwarna putih.
b. suntikan/injeksi Jenis kontrasepsi yang digunakan wanita untuk mencegah
terjadinya kehamilan, suntikan ini mengandung estrogen dan progresteron yang
pemberiannya melalui suntikan.
c. Implan ( susuk )
Alat kontrasepsi jangka panjang bagi wanita yang disusupkan dibawah kulit lengan
atas. Implant terdiri dari 6 buah kapsul kecil dan tipis kira-kira sebesar korek api.
Kapsul-kapsul tersebut mengandung obat yang dapat mencegah terjadinya kehamilan
dan dikeluarkan sedikit demi sedikit kedalam darah selama 5 tahun. Setelah 5 tahun
harus diganti dengan yang baru karena masa pakai atau khasiatnya habis.
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.
AKDR adalah Suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan
reversibel yang terbuat dari plaslik atau logam kecil yang dimasukan dalam uterus
melalui kanalis servikalis (WHO, 2007).
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi
karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii
sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens
sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
5. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil dan
AKDR.

Anda mungkin juga menyukai