Oleh :
Atin Siti Taryanti
NIM. 2120110035
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh sekolah dari masyarakat
dan sebaliknya yang bisa diperoleh oleh masyarakat dari hadirnya sekolah
itu. Antara sekolah dan masyarakat harus mengadakan banyak interaksi.
Beberapa komponen masyarakat yang bisa terlibat dalam proses belajar
sekolah, yaitu : 1. orang tua, 2. masyarakat, yaitu tempat-tempat ibadah,
rumah sakit, polisi, media lokal, pasar, pengusaha, dan kerabat siswa.
a. Peran Orang tua. Agar Model Pembelajaran Nilai-nilai Kemanusiaan
Terpadu benar-benar berhasil, kita membutuhkan orang tua yang benar-
benar menjadi partner yang berkomitmen tinggi terhadap proses belajar
anak-anak mereka. Orang tua adalah guru di rumah, karenanya mereka
harus menganut visi yang sama dengan sekolah demikian pula dengan
tujuan sekolah. Orang tua mesti setuju dengan tujuan sekolah untuk
menghasilkan anak-anak yang baik yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan. Sekolah mesti memberikan pelatihan mengenai Human
Vajlues Parenting atau Menjadi orang tua yang baik kepada semua ayah
dan ibu atau yang mengantar anak-anak. Ketika siswa berada di rumah,
orang tua mesti meluangkan waktu bertemu bersama anak-anak mereka
dan memberikan cinta kasih dan kehangatan.
Orang tua dan guru mesti mengadakan pertemuan reguler untuk
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi siswa dan mesti
membuat rencana untuk membantu memecahkan masalah-masalah itu.
Para orang tua harus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di sekolah
dan membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada para
siswa dan guru.
b. Komunitas atau mas arakat sekitar: temat-tem at ibadah rumah sakit
polisi media setemsat »asar »-n:usaha dan kerabat sara siswa. Dari
Gambar 10, dapat dilihat dengan jelas bahwa ada kaitan erat antara
sekolah dan komunitas. Sekolah harus diperlakukan sebagai sebuah
sistem hidup yang terus-menerus tumbuh dan berkembang. Sekolah juga
sedang dalam proses belajar karena selalu ada interaksi antara setiap
orang di sekolah dan komunitas. Guru dan siswa selalu berhubungan
dengan orang tua dan kerabat mereka di masyarakat.
Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para orang tua dapat memainkan
peranan penting dalam pengembangan sekolah. Setiap orang di sekolah
termasuk semua staf sangat dipengaruhi oleh tempat-tempat ibadah
seperti masjid, gereja, pura, vihara, kuil, klenteng, dil, yang ada dalam
komunitas juga termasuk rumah sakit, kantor polisi, pasar, dan media
lokal.
Sebagai bagian dari pembelajaran, siswa harus belajar melayani
komunitas atau masyarakat dalam pengembangannya. Mereka mesti turut
serta dalam kegiatan pelayanan yang diadakan tempat-tempat ibadah.
c. Sekolah mesti membantu komunitas untuk mengembangkan dan
membantu pendidikan orang-orang dalam komunitas. Ketika komunitas
menjadi sebuah komunitas belajar atau learning communities, sekolah
akan mendapatkan manfaat besar dari komunitas seperti itu.
.
3. BUKTI – BUKTI EFEKTIVITAS MODEL – MODEL INI DI
LAPANGAN
a. Pelatihan para guru dalam Konsep Belajar Nilai-nilai Kemanusiaan
Terpadu Studi dokumen respon peserta terhadap pelatihan sejak konsep
ini diperkenalkan di Thailand tahun 1987 menunjukkan bahwa dari
jawaban peserta terhadap formujir evaluasi sebanyak 7,854 buah, rata-
rata 92,6fc peserta menyatakan bahwa pelatihannya "Sangat bagus” atau
“bagus” Materi dari pelatihan juga “bagus” atau "Sangat bagus”
sebanyak 92,39. Rata-rata 869 guru mengatakan bisa menerapkan
konsep ini dalam mengajar di sekolah mereka. Sebanyak 744 guru-guru
mengatakan bahwa konsep tersebut bermanfaat dalam hidup mereka.
Lebih lanjut guru-guru menyarankan agar jenis pelatihan seperti ini
diteruskan kepada semua pihak di masyarakat,
b. Dokumentasi Laporan-laporan dari Sathya Sai School di negara-negara
lain Contoh-contoh transformasi dilaporkan terjadi di Sekolah-sekolah
Sathya Sai di negara lain, diantaranya di Venezuela, Singapora, Kenya,
dan Zambia. Transformasi terjadi pada para siswa, guru, dan orang tua.
Semuanya adalah umpan balik yang sangat positip mengenai konsep
belajar itu.
c. Mantan Siswa Asing peserta pelatihan di Thailand. Laporan-laporan
dokumentasi diperoleh dari 25 mantan mahasiswa dari 17 negara
(Australia, India, Indonesia, Israel, Belanda, Jepang, Malaysia, Mexico,
Moroko, Oatar, Singapore, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Inggris,
Amerika Serikat dan Venezuela). Sebanyak 1004 berkata bahwa mereka
berubah setelah tinggal di Sekolah dan Institute of Sathya Sai, Lopburi,
Thailand. Mereka menyebutkan banyak penyebab perubahan itu
termasuk, cinta kasih, doa, dan duduk hening, teladan para tutor, serta
kebaikan hati guru-guru dan anak-anak di sekolah. Mereka mengatakan
memperoleh banyak manfaat bagi hidup mereka.
d. Fase 3 Riset Ex Post Facto pengaruh penerapan model ini di Sekolah
Sathya Sai, Lopburi, Thailand. Penelitian terhadap 286 siswa yang
sedang menuntut ilmu di Sekolah Sathya Sai Thailand menunjukkan
bahwa semua siswa berubah atau mengalami transformasi setelah
bersekolah di sekolah ini. Mereka memperlihatkan lebih banyak nilai-
nilai kemanusiaan. Anak-anak SD paling banyak memperlihatkan nilai
kebajikan dan kasih sayang, sedangkan siswa SLTP dan SMA
menunjukkan nilai kedamaian sebagai nilai yang paling penting.
Penyebab utama disebutkan adalah guru-guru yang baik untuk anak-
anak SD, doa dan duduk hening bagi para siswa SMP dan SMA.
Penyebab-penyebab lain adalah teman-teman dan suasana sekolah.
e. Penelitian terhadap Guru-guru di Sekolah Sathya Sai.Semua guru
mengatakan bahwa hidup mereka berubah setelah mengajar di Sekolah
Sathya Sai. Mereka memiliki lebih banyak nilai-nilai kemanusiaan,
Menurut mereka, penyebab perubahan itu adalah doa dan duduk hening
setiap hari, rekan sesama guru, anak-anak yang penuh cinta kasih,
suasana sekolah, dan teladan pimpinan di sekolah.