Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan,keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan
nasional tersebut. Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat
manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa
kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.

Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990,
No. 60 tahun 1999 dan No. 73 tahun 1991. Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat serta pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, non formal dan informal, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman. Pendidikan Islam juga Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pendidikan Islam?

2. Apa Pengertian Pendidikan Nasional?

3. Apa Hubungan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional?

4. Bagaimana Pendidikan Islam didalam Sistem pendidikan nasional?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan Nasional.

3. Untuk mengetahui Hubungan pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional.

4. Untuk mengetahui pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam menurut Zarkowi Soejoeti terbagi dalam tiga pengertian. Pertama, “Pendidikan Islam”
adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat
cita-cita untuk menjewantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam nama lembaganya, maupun
dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai yang
akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan
perhatian sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang
diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu, dan diperlakukan
sebagai ilmu yang lain. ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian di atas. Di sini kata
Islam ditempatkan sebagai sumber nilai sekaligus sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program
studi yang diselenggarakan.[1]

Ciri khas pendidikan Islam itu ada dua macam :

a. Tujuannya : Membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Allah.

b. Isi pendidikannya : ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam Al Qur’an yang
pelaksanaannya dalam praktek hidup sehari-hari dicontohkan oleh Muhammad Rasulullah SAW.

Teori-teori pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia secara umum mendefinisikan pendidikan
Islam dalam dua tataran : idealis dan pragmatis. Pada tataran idealis, pendidikan Islam diandaikan
sebagai suatu sistem yang independen (eksklusif) dengan sejumlah kriterianya yang serba Islam. Definisi
ini secara kuat dipengaruhi oleh literatur Arab yang masuk ke Indonesia baik dalam bentuk teks asli,
terjemahan, maupun sadurannya. Sedangkan pada tataran pragmatis, pendidikan Islam ditempatkan
sebagai identitas (ciri khusus) yang tetap berada dalam konteks pendidikan nasional. Perkembangan-
perkembangan aktual di Indonesia khususnya selama tiga dekade terakhir sangat mempengaruhi
munculnya definisi pragmatis ini.[2]

Penulis-penulis Indonesia kontemporer berusaha menjelaskan definisi pendidikan Islam dengan melihat
tiga kemungkinan hubungan antara konsep pendidikan dan konsep Islam. Dilihat dari sudut pandang kita
tentang Islam yang berbeda-beda, istilah pendidikan Islam tersebut dapat dipahami sebagai :

1. Pendidikan (menurut) Islam,

2. Pendidikan (dalam) Islam,

3. Pendidikan (agama) Islam.

Dalam hubungan yang pertama, pendidikan Islam bersifat normatif, sedang dalam hubungan yang
kedua, pendidikan Islam lebih bersifat sosio-historis. Adapun dalam hubungan yang ketiga, pendidikan
Islam lebih bersifat proses-operasional dalam usaha pendidikan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam
kerangka akademik, pengertian yang pertama merupakan lahan filsafat pendidikan Islam, dan
pengertian yang ketiga merupakan kawasan ilmu pendidikan Islam teoritis.

B. Pengertian Pendidikan Nasional

Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan yang berdiri di atas landasan
dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan
cita-cita nasional bangsa tersebut.

Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, merumuskan bahwa pendidikan


nasional ialah suatu usaha yang membimbing para warga negara Indonesia menjadi Pancasila, yang
berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam
sekitar.

Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal
2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945
alinea 4 batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.[3]

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

C. Hubungan Pendidikan Islam dengan Pendidikan Nasional

Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan,keduanya


mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem
pendidikan nasional tersebut. Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi
umat manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu,
masa kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.

Dari bunyi UU No. 2 tahun 1989 beserta peraturan yang menyertai jelas bahwa pendidikan agama islam
adalah kurikulum wajib bagi yang harus diberikan. Jika pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti
tujuan pendidikan nasional tidak akan pernah tercapai secara maksimal, karena ada sebagian siswa,
khususnya yang berada pada satuan pendidikan tertentu tidak mendapat pendidikan agam islam.
Karena itu kehadiran guru pendidikan agama islam yang prefesional sangat dibutuhkan.

Dan jika kita menengok kepada tujuan pendidikan sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan
nasional ( pasal 4 UU no. 2 tahun 1989) yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kepada masyarakat dan
bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani
dan jasmani menurut ajaran islam.

Dengan melihat kedua tujuan pendidikan diatas, baik tujuan pendidikan nasional maupun tujuan
pendidikan islam ada kesamaan yang ingin di wujudkan yaitu: dimensi transcendental (ukhrowi) dan
dimensi duniawi (material).[4]

Pendidikan Islam dan pendidikan nasional terdapat 3 segi yang dapat ditelusuri Pertama dari konsep
penyusunan sistem pendidikan nasional indonesia itu sendiri. Kedua, dari hakikat pendidikan islam dan
kehidupan beragama kaum muslimin di Indonesia. Ketiga, dari segi kedudukan pendidikan islam dalam
sistem pendidikan nasional.

Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990,
No. 60 tahun 1999 dan No. 73 tahun 1991. Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat serta pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, non formal dan informal, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman. Pendidikan Islam juga Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Dalam pasal 3 isi
kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran (PP 28 Bab. VII
pasal 14 ayat 2) meliputi

pendidikan pancasila

pendidikan agama

pendidikan kewarganegaraan

bahsa indonesia

membaca dan menulis

matematika (termasuk berhitung)

pengantar sains dan teknologi

ilmu bumi

kerajinan tangan dan kesenian

pendidikan jasmani dan kesehatan

menggambar
bahasa inggris

Pada PP 29 tahun 1990 Bab VIII pasal (15) ayat (2) isi kurikulum pendidikan menengah wajib memuat
bahan kajian dan mata pelajaran tentang:[5]

pendidikan pancasila

pendidikan agama

pendidikan kewarganegaraan

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 dicantumkan tentang beberapa hal yang berkenaan dengan
pendidikan agama. Pasal 37 (1): kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

pendidikan agama

pendidikan kewarganegaraan

pendidikan bahasa

matematika

ilmu pengetahuan alam

ilmu pengetahuan sosial

seni dan budaya

pendidikan jasmani dan olahraga

keterampilan / kejuruan

muatan lokal

Selain itu kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:

pendidikan agama

pendidikan kewarganegaraan

bahasa

Ada beberapa pokok-pokok pikiran nilai-nilai yang terkandung dalam undang-undang nomor 20 tahun
2003, yaitu:

pendidikan nasional adalah pelaksanaan pembangaunan nasional dibidang pendidikan

asas dan dasar pendidikan berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945

tujuan pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik


pendidikan nasional bersifat demokratis dan humanis yakni memberikan kesempatan kepada setiap
negara untuk memperoleh pendidikan

memberikan kesempatan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik atau mental

menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui pendidikan seumur hidup

pendidikan keagamaan merupakan satu jenis pendidikan yang khusus mengajarkan agama tertentu.[6]

Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa suatu sistem pendidikan nasional tidaklah berlaku
umum. Maksudnya adalah pola penyusunan sistem pendidikan nasional harus berdasarkan keberadaan
umat manusia dan latar belakang sejarah bangsa masa lalu, sekarang dan masa depan.

Dalam laporan komisi pembaharuan pendidikan nasional dikatakan bahwa pengembangan bangsa
merupakan kriteria dasar dalam membangun suatu sistem pendidikan nasional dengan mewujudkan
keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kwantitatif dan pengembangan
kwalitatif serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah.

Dari keterangan tersebut dikatakan bahwa penyusunan sistem pendidikan nasional harus berdasarkan
dan pertimbangan faktor bangsa dan masyarakat Indonesia serta aspek lahiriah dan rohaniah bangsa
Indoneisa, sebab bangsa Indonesia telah menjalani penindasan dan perjuangan melawan penjajah,
tentu dalam hal ini ada keterkaitan dengan masa awal perkembangan dan pendidikan Islam di tanah air
sampai sekarang ini.

Ditinjau dari segi hakikat pendidikan Islam, kegiatan mendidik merupakan bahagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan agama Islam di Indoneisa dengan sistem pendidikan Islam dan usaha-usaha
penyiaran agama di masyarakat. Islam dapat tersebar di seluruh masyarakat Indonesia. Ditambah lagi
dengan kebutuhan akan pendidikan di masyarakat akan semakin meningkat. Karena pendidikan adalah
suatu usaha yang teratur, rinci dan terarah dalam pemeliharaan, pengembangan dan peningkatan
kebudayaan bangsa baik dalam bidang pendidikan formal maupun non formal.

Dengan adanya sistem pendidikan Barat yang terkoordinir dan sistematis, menguntungkan pendidikan
secara umum namun mempengaruhi sistem pendidikan Islam. Pada keharusannya memperbaharui
sistem pendidikan Islam pada lembaga keagamaan ke arah sistem yang lebih sempurna. Dan disamping
itu muncul lembaga pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah nasional swasta dengan
menggunakan pola Barat yang berorientasi kepada kepentingan nasional dan semangat kebangsaan.
Berdasarkan hal ini pendidikan akan tetap tumbuh dan berkembang untuk mendidik masyarakat
Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan juga lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti
pesantren, madrasah, sekolah umum yang berdasarkan keagamaan dan yang lainnya. Dan lembaga-
lembaga inilah yang akan menjadi modal dasar dan modal pokok dari pendidikan nasional yang akan
disusun bangsa Indonesia yang sudah merdeka, bersatu dan berdaulat

D. Fungsi Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional


Secara eksplisit fungsi pendidikan agama telah dituangkan dalam penjelasan pasal 39 ayat (2) UU
Nomor 2 Tahun 1989, yang menyebutkan “pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat
iaman dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut peserta
didiknya yang bersangkutan, dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
[7]

Dari rumusan tersebut, tampaknya terdapat konsistensi dan keterkaitan langsung antara rumusan fungsi
pendidikan agama dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang pada pasal 4 UU Nomor 2 tahun
1989 yaitu: “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa…”

Dalam upaya membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa, maka pendidikan agama
memiliki peranan yang sangat penting. Untuk itulah maka pendidikan agama wajib diberikan pada
semua satuan, jenjang dan jenis pendidikan, baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.[8]

Gambaran tentang peranan madrasah dan pondok pesantren adalah sebagai berikut:

1. Madrasah dan pondok pesantren telah menunjukan kemampuanya untuk tumbuh dan
berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, serta kemampuanya untuk memasuki
pelosok daerah terpencil disamping kemampuanya untuk tetap tumbuh dan berkembang di daerah
perkotaan yang modern dan sangat maju.

2. Madrasah dan pondok pesantren sebagian besar adalah perguruan swasta yang berkemampuan
tinggi untuk berswakarsa dan berswakarya dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain,
madrasah dan pondok pesantren telah menunjukan kemampuanya untuk tumbuh dan berkembang
diatas kemampuan kekuatan sendiri, dengan memobilisasi sumber daya yang tersedia di masyarakat
pendukungnya.

3. Madrasah dan pondok pesantren yang memiliki ciri khas sebagai pusat pendidikan,
pengembangan dari penyebaran agama Islam, diharapkan dan telah membuktikan diri dapat
menghasilkan keluaran atau out put yang berkualitas dan potensial untuk menjadi pendidik, khususnya
di bidang pendidikan agama Islam.

4. Madrasah dan pondok pesantren memiliki potensi yang cukup besar untuk bersama-sama satuan
pendidikan lainnya di dalam system pendidikan nasional untuk menuntaskan wajib belajar tingkat SLTP
dan pelaksana pendidikan dasar 9 tahun. Dan atas dasar inilah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah
Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan dasar.[9]

Adapun madrasah umumnya didirikan atas inisiatif masyarakat Islam yang tujuan umumnya adalah
untuk mendidik para peserta didik memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik.
Dengan dikeluarkanya PP Nomor 28 tahun 1990 dimana pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa SD dan
SLTP yang berciri khas agama Islam yang dikelola oleh Departemen Agama disebut Madrasah Ibtidaiah
dan Madrasah Tsanawiyah. Dengan kenyataan ini, tugas dan fungsi MI dan MTs menjadi ganda, yaitu:
1. Sebagai sekolah pendidikan Islam

2. Sebagai sekolah pendidikan dasar.

Karenanya, keberdayaan fungsi Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah makin kuat dan
penting.

Dengan keadaan yang demikian, orang tidak bisa lagi menomor duakan lembaga-lembaga pendidikan
agama, terlebih-lebih bila lembaga pendidikan agama terutama madrasah mampu memacu diri dengan
berupaya maksimal meningkatkan kualitas dalam berbagai aspeknya, tidak mustahil madrasah nantinya
akan menjadi alternative pertama, pilihan masyarakat untuk memasukan anak-anaknya. Sebab
bagaimanapun disaat globalisasi melanda dunia seperti sekarang ini, nilai-nilai etik dan moral sudah
mulai luntur dan bergeser. Dalam konteks ini madrasah sangat strategis untuk membendung arus
demoralisasi yang sangat merugikan.[10]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan,keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan
nasional tersebut. Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat
manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa
kini dan kemungkinan perkembangan masa depan.

Dan jika kita menengok kepada tujuan pendidikan sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan
nasional ( pasal 4 UU no. 2 tahun 1989) yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kepada masyarakat dan
bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani
dan jasmani menurut ajaran islam.

Dengan melihat kedua tujuan pendidikan diatas, baik tujuan pendidikan nasional maupun tujuan
pendidikan islam ada kesamaan yang ingin di wujudkan yaitu: dimensi transcendental (ukhrowi) dan
dimensi duniawi (material).

B. Kritik dan Saran


Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan karya ilmiah (makalah) ini, baik itu dari
kesalahan tanda baca, bahasa dan sebagainya. Maka, atas dasar kekurangan itu diharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun. Agar ada perubahan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan .Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.2003.

Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional .Jakarta:
Dirjen. Binbaga Islam, 1992.

Ihsan, Fuad. Dasar Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996.

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media. 2004.

A Kholiq, Ismail. dan Nurul Huda. Paradigma Pendidikan Islam. (Semarang: Pustaka Pelajar.2001.

[1] M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2003), hlm : 45.

[2] Ibid, hlm: 46

[3] Fuad Ihsan, Dasar Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 114-115

[4] Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996. Hal: 28-29

[5] Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media. 2004. Hal: 10-12

[6] Hasbullah.Op.cit. Hal 16-17

[7] Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional
(Jakarta: Dirjen. Binbaga Islam, 1992), hlm: 41

[8] Hasbullah.Op.cit.hal.177

[9] Ibid, hlm: 178

[10] Ibid, hlm : 179

Anda mungkin juga menyukai