Anda di halaman 1dari 10

KEDUDUKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas:

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu:

Dr. Drs. Lukman Hakim M.si

Tugas ini disusun oleh:

Kelompok 5

Octhatia Nurhidayah

rahInsani P Pamungkas

Resa Nurasipa

SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG

TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya kelompok kami
dapa menyelsaikan tugas makalah yang berjudul “ Kedudukan Pendidikan Agama Islam Dalam
Undang Undang” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kapita Selekta Islam,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kdudukan Pendidikan Agama bagi
para pembaca dan yang lainnya

Kami mengucapkan terimkasih kepada bpk Dr. Drs. Lukman Hakim M.si selaku dosen
mata kuliah Kapita Selekta Islam. Ucap terimakasih juga kami ucapkan kepada semua pihak
yang telah membantu menuangkan pikiran menyelsaikan makalah ini

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh sebab itu saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 25 February 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Lata Belakang

Rumusan masalah

Tujuan dan Kegunaan II

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Agama islam


2. Kedudukan Pendidikan Islam Dalam UU
3. Kedudukan Pendidikan Islam Dalam Pendidikan Nasional

BAB IV

Kesimpulan

Saran

Daftar pustaka
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat martabat dan kualitas diri
manusia, maka dari itu pendidikan merupakan tanggung jawab semua orang. Tanpa adanya pendidikan
manusia tidak akan pernah ada kemajuan. Maka dari itu peradaban dari sebuah pola pendidikan dalam
skala luas akan menghasilkan pendidikan tepat guna dan efektif serta mampu menjawab tantangan
zaman ke zaman atau juga bias di bilang masa depan bangsa ini tergantung pada kondisi pendidikan hari
ini

Sebagai bangsa Indonesia, kita harus mengartikan pendidikan sebagai perjungan bangsa , yaitu
pendidikan yang akarnya pada kebudayaaan bangsa Indonesia sendiri dan berdasarkn pada pancasila
dan UUD 1945 dalam oprasionalnya, pendidikan ini dengan sifat dan kekhususan tujuannya yang di
kelola dalam perjenjangan sesuai dengan tahapan atau tingkat perkembangan peserta didiknya dalam
keluasan dan kedalaman bahan pengajaran , oleh karena itu pendidikan harus sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional

Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam dalam pasal 4 UU Satuan Pendidikan “
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seeutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa kepda Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki kterampilan,
kesehatan, mandiri serta bertanggung jawab dalam kemasyaraktan dan bangsa negara

Sistem pendidikan Islam di Indonesia sudah berkembang sejak abad-abad pertama Islam datang ke
Indonesia (sekitar 614 M), sebagaimana di uraikan oleh Thomas Arnold dalam bukunya the Preaching of
Islam.

Dalam UU No.20/3002 tentang system pendidikan nasional (sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa,
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Menyikapi system pendidikan nasional yang dikembangkan di Indonesia dengan berdasarkan Pancasila.
Pendidikan Islam sangat mempengaruhi system tersebut. Terkait hal tersebut akan dijabarkan dalam
makalah yang kami susun ini.

Pendidikan Islam sangat sekali mendukung system pendidikan nasional. Hal ini juga secara sepintas bias
dilihat dalam tujuan pendidikan yang diterapkan di Indonesia yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Ini dilakukan dalam pendidikan Islam.
2.1. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Sistem Pendidikan Islam?

2. Bagaimana Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003?

3. Bagaimana Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional?

2.2. Tujuan Penyusunan Makalah

Makalah ini secara khusus akan menganalisa posisi pendidikan Islam baik secara kelembagaan maupun
secara normatif menyangkut nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan Islam melalui analisa terhadap
pendidikan keagamaan dan pendidikan agama dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003. Analisa
terhadapnya akan dilakukan dengan pendekatan content analysis. Yang dengan cara membaca secara
seksama naskah Undang-Undang tersebut plus Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 sebagai
pedoman pelaksanaan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, untuk melacak pernyataan-
pernyataan yang menyiratkan atau menegaskan concern Undang-Undang ini terhadap pendidikan
agama maupun pendidikan keagamaan. Hasil pelacakan tersebut kemudian dikritisi dengan teori dan
pandangan para pakar tentang pendidikan Islam, dan dikonfirmasikan dengan fakta pelaksanaan
pendidikan Islam dalam tataran empirik.
BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan suatu upaya yang terstruktur untuk membentuk manusia yang berkarakter
sesuai dengan konsekuensinya sebagai seorang muslim.

Istilah pendidikan Islam dapat dipahami dari tiga sudut pandang, Pertama, pendidikan agama Islam,
Kedua, pendidikan dalam Islam. Ketiga, pendidikan menurut Islam. Dari kerangka akademik ketiga sudut
pandang tersebut harus dibedakan dengan tegas karena ketiganya akan melahirkan disiplin ilmu sendiri-
sendiri (Abuddin Nata, 2003:58).

Pendidikan agama Islam menunjukan kepada proses operasional dalam usaha pendidikan ajaran-ajaran
agama Islam. Pendekatan ini kelak menjadi bahan kajian dalam “ilmu pendidikan Islam teritis”.
Sedangkan pendidikan dalam Islam bersifat sosio-historis dan menjadi bahan kajian dalam “sejarah
pendidikan Islam”. Selanjutnya pendidikan menurut Islam bersifat normative dan menjadi bahan kajian
dlaam “filsafat pendidikan Islam”. Berkaitan dengan ketiga konsep tersebut maka pendidikan Islam yang
dimaksus dalam makalah ini adalah konsep yang pertama.

Ahmad D. Marimba menyatakan pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hokum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam
atau memiliki kepribadian muslim. Selanjutnya Mushtafa al-Ghulayani berpendapat bahwa pendidikan
Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan
menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak mereka menjadi salah satu kemampuan
yang meresap dalam jiwanya dan mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja bagi
kemanfaatan tanah air.

Selanjutnya Azyumardi Azra menjelaskan tentang pengertian pendidikan Islam penekanannnya pada
“bimbingan”, bukan “pengajaran” yang mengandung konotasi otoritatif pihak pelaksana pendidikan,
katakanlah guru. Dengan bimbingan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam maka anak didik mempunyai
ruang gerak yang cukuo luas untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dBerdasarkan penegasan
diatas maka dapat dipahami ilmu pendidikan Islam, adalah:

1. Ilmu pengetahuan praktis karena ilmu ini dilaksankan dalam kegiatan pendidikan dan bertujuan
untuk dapat mengetahui ajaran Islam dan mengamalkannya.
2. Ilmu pengetahuan normative karena ilmu ini berdasarkan pada ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan
al-Sunnah dan mengarahkan pada manusia untk hidup sesuai dengan ajaran Islam dan memiliki
harkat dan budaya yang tinggi.
3. Ilmu pengetahuan empiris karena obyek dan situasi pendidikannya berada dalam pergaulan
manusia yang ada dalam dunia pengamalanimilikinya.

2. Kedudukan Pendidikan Islam Dalam Undang Undang

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 lahir melalui perdebatan sengit.
Bahkan unjuk rasa sampai ancaman disintegrasi ikut mewarnai proses lahirnya Undang-Undang ini.
Singkat kata, Undang-Undang ini menjelang kelahirannya ada dalam situasi yang dilematis. Kritik tajam
terhadap Undang-Undang ini (saat itu masih RUU) dapat dicatat antara lain berkaitan dengan tujuan
pendidikan nasional yang dirumuskan terlalu ditekankan pada kesalehan beragama dan mengabaikan
tujuan pendidikan nasional yang universal dan komprehensif; bersifat diskriminatif dan mengabaikan
keberadaan serta kepentingan agama/kepercayaan lain di luar lima agama yang selama ini diakui resmi
oleh negara; visi pendidikan agama yang ditawarkan tidak mendorong semangat pluralisme, serta
memberi peluang intervensi berlebihan negara pada pelaksanaan pendidikan dan menghalangi
partisipasi serta otonomi masyarakat, khususnya lembaga-lembaga pendidikan; campur-tangan
pemerintah terlalu besar pada masalah agama; dan kentalnya nuansa politik yang mebidani lahirnya
Undang-Undang tersebut. Demikianlah kritik yang mengemuka dari kelompok yang menolak Undang-
Undang teresebut.

Sementara pada sisi lain, Undang-Undang ini dimaksudkan sebagai jawaban legal formal terhadap krisis
pendidikan yang telah menggurita dalam tubuh bangsa Indonesia. Dalam peringatan Hari Pendidikan
Nasional tahun 2003, Megawati Sukarno Putri, Presien RI saat itu misalnya menegaskan, kegagalan dan
kekurangberhasilan yang terjadi selama ini merupakan cerminan dari kegagalan dalam membentuk
mental dan karakter sebagai bangsa yang sedang membangun. Semua itu bagaikan bermuara pada
kesimpulan tentang tipisnya etika kita dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau
disimak ujung dari semua itu seakan-akan berhenti pada ungkapan tentang gagalnya sistem pendidikan
nasional kita. Kesadaran akan adanya kegagalan dalam dunia pendidikan ini ditandai dengan tuntutan
reformasi yang beriringan dengan tuntutan reformasi pada bidang kehidupan lainnya. Bahkan di
kawasan Asia, Indonesia di nilai sebagai negara yang paling ketinggalan (least well-educated country)
dalam pendidikan baik dari budgeting, out put, maupun manjerial. Dalam konteks reformasi pendidikan
inilah sesungguhnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 ini lahir.

Terdapat banyak isu reformasi pendidikan yang diusung saat itu. Sedikitnya isu-isu sentral
reformasi pendidikan ini bermuara pada empat hal, yaitu 1) pendidikan agama sebagai basis pendidikan
nasiona, 2) pemerataan kesempatan pendidikan, 3) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, dan 4)
efisiensi menajemen pendidikan. Keempat hal pokok ini tidak lagi bisa dijawab oleh Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun menjelang disahkannya Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 sebagai pengganti UU Sisdiknas sebelumnya –seperti ramai diberitakan
oleh media massa - seluruh persoalan pendidikan yang rumit didiskusikan oleh para pakar pendidikan
selama kurang lebih dua tahun itu, semuanya tenggelam ditelan polemik pasal-pasal “yang berpihak“
terhadap pendidikan agama. Bahkan polemik ini sudah jauh melampaui diskusi-diskusi kependidikan,
tetapi merambah masuk ke dalam ranah politik dan sentimen agama. Dapat dikatakan, bahwa pasal-
pasal yang beraroma agama dan bersentuhan dengan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan
menjadi pusaran konflik yang mengundang debat sengit, unjuk rasa, sampai pada ancaman memisahkan
diri dari NKRI. Hal penting yang dapat disimpulkan dari pelacakan jejak kontroversi seputar UU Sisdiknas
di atas adalah pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, terutama Islam- telah menjadi konteks
tersendiri yang memotivasi, mewarnai dan memperkaya UU Sisdiknas, sekaligus menjadikan Undang-
Undang ini dianggap kontroversial. Dari konteks ini lah penulis melihat kajian terhadap posisi pendidikan
agama dan pendidikan keagamaan dalam UU Sisdiknas Nomor 2 tahun 2008 memiliki urgensi dan
signifikansi yang besar.

A. Sejarah UU Sisdiknas Dan Pendidikan Agama

Undang-Undang Nomor 54 tahun 1950 sebagai Undang-Undang pertama yang mengatur pendidikan
nasional tidak memberikan tempat bagi pendidikan keagamaan. Pun terhadap pendidikan agama yang
saat itu diistilahkan dengan pengajaran agama Undang-Undang ini cenderung bersikap liberal dengan
menyerahkan keikutsertaan siswa dalam pengajaran kepada keinginan dan persetujuan orang tua.
Namun demikian, Undang-Undang ini mengamanatkan tersusunnya undang-undang tersendiri yang
mengatur pendidikan agama ini. Secara sederhana sikap pemerintah saat itu dapat disimpulkan sebagai
tidak memihak dan tidak menunjukkan concern yang tinggi terhadap pendidikan agama.

Sejak saat itu, isu pendidikan agama ramai dibicarakan dan diperdebatkan. Akumulasi perdebatan ini
memberikan pengaruh terhadap Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 sebagai Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional “jilid dua” yang disahkan pada tanggal 27 Maret 1989. Dalam Undang-Undang yang
muncul 39 tahun kemudian dari Undang-Undang pertama ini, pendidikan keagamaan dan pendidikan
agama mulai mendapat tempat yang cukup signifikan di bandingkan dengan sebelumnya. Pendidikan
keagamaan diakui sebagai salah satu jalur pendidikan sekolah. Pendidikan agama menjadi mata
pelajaran wajib dalam setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan.

B. Jejak Religiusitas UU Sisdiknas 2003

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 adalah implementasi dari amanat Undang-Undang
Dasar 1945 pada Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 13 yang mengamanatkan bahwa :
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
diatur dengan undang-undang.

C. Kedudukan Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, tersebut dalam Bab Vi Jalur, Jenjang dan Jenis
Pendidikan pada Bagian ke Sembilan Pendidikan Keagamaan Pasal 30 isinya adalah :

1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari


pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pendidkan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamnya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

3. Pendidkan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, informal dan nonformal.

4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera dan
bentuk lain yang sejenis.
5. Ketentuan mengenai pendidikan keagmaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,2,3 dan 4 diatur
lebih lanjut dengan Peraturan pemerintah

3. Kedudukan Pendidikan Dengan Pendidikan Nasional

Dengan demikian, keberadaan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989,
merupakan wadah formal supaya terintegrasinya pendidikan Islam dalam system pendidikan nasioanl
dan dengan wadah tersebut, pendidikan Islam mendapat peluang serta kesempatan untuk terus
dikembangkan. Peluang dan kesempatan untuk berkembang dapat dilihat dalam undang-undang
tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dalam pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa pendidikan nasional, adalah pendidikan yang berakar oada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 tidak bias dipungkiri
bahwa pendidikan Islam, baik sebagai system maupun institusinya merupakan wadah budaya bangsa
yang berakar pada masyarakat Indonesia. Oleh karena jelas pendidikan Islam merupakan bagian integral
dari system pendidikan nasional.

2. Pada pasal 4 diungkapkan tentang tujuan pendidikan nasional, yakni untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karenanya perkembangan pendidikan Islam akan mempunyai
peran yang menentukan dalam keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

3. Pada pasal 10, bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, moral, dan
keterampilan. Seperti dipahami dalam ajaran Islam bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan
pertama dan utama atau sebagai basis dan dengan masuknya lembaga pendidikan keluarga, menjadi
bagian dasar system pendidikan nasional maka pendidikan keluarga muslim pun menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari system pendidikan nasional..
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

UU Sisdiknas 2003 adalah implementasi dari berbagai dorongan untuk mencapai tujuan Pendidkan
Nasional yang menginginkan out put manusia Indonesia yang berakhlak mulia. NAmun, UU Sisdiknas in
dinilai belum menyentuh aspek religi dari pendidikan Islam, juga belum mengatur tentang tata
penyelenggaraan. Namun, UU Sisdiknas ini telah memberikan ruang dan penempatan atau kedudukan
yang kjelas pada Sistem Pendidikan NAsional yaitu berpampingan antara Sistem Pendidikan NAsional
dengan Pendidikan Agama yang juga diatur oleh Pemerintah. Namun, diperlukan formulasi khusus untuk
pengembangan pendidikan Islam yaitu pengembangan Sistem Independent Pendidikan Islam yang
disahkan melalui Peraturan Pemerintah.

B. Saran

1. Pendidikan Islam harus diformulasikan melalui pembuatan sebuah system Independent Pendidikan
Islam yang disahkan melalui Peraturan Pemerintah.

2. Pendidikan Islam yang diselengarakan haruslah pendidikan Islami murni dengan mangacu pada
sumber hakiki pendidkan Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin. 2003. Kapita selekta pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

______. 2000. Kapita Selekta Pendidikan: Umum dan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

http://lpmpalmuhajirin.blogspot.com/2009/02/pendidikan-islam-dalam-sisdiknas-part.html

Hasbullan. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai