Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM PADA


PERIODE INDONESIA MERDEKA (1945-SEKARANG)

DI SUSUN
Oleh:
KELOMPOK 5
• TATA ETIKANNUR SITOHANG ( 020.08.0024)

• NURLAILA TUMANGGOR ( 020.08.0013)

• ROHIMAH LUBIS ( 020.08.0016)

SEMESTER : VII (TUJUH)

PRODI : PAI

MATA KULIAH :PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN : Dr. ABDUSIMA NASUTION, MA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH HAMZAH AL-FANSURI SIBOLGA


BARUS (STIT HASIBA)
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulila, penulis ucapkan kepada allah swt, yang telah melimpahkan karunia
serta nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“ Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam pada Periode Indonesia Merdeka
(1945-sekarang)” guna memenuhi tugas pada mata kuliah PEMIKIRAN
PENDIDIKAN ISLAM.

Shalawat beriring salam penulis ucapakan kepada junjungan kita nabi besar
muhamad SAW karena dengan perjuanganya kita bisa membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekeliruan,


namun penulis mengharap tegur sapa, saran dan kritik yang sifat nya membangun dari
pembaca, sehingga dengan saran dan kritikan dari pembaca mudah-mudahan penulis
bisa memperbaiki untuk kedepaan nya. Karena tak ada manusia terlepas dari
kesalahan dan khilaf. Penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin

Manduamas, 05 Oktober 2023


Penyusun,

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A.Latar Belakang Masalah 4

B.Rumusan Masalah 5

C.Tujuan Makalah 5

BAB II PEMBAHASAN 6

A. Konsep pendidikan Islam 6

B. Dasar pelaksanaaan pendidikan Islam di Indonesia 6

C. Pendidikan Islam pada zaman kemerdekaan I (1945-1965) 8

D. Pendidikan Islam pada zaman kemerdekaan II (1965- sekarang) 12

BAB III PENUTUP 15

A.Kesimpulan 15

B.Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbicara tentang pendidikan islam di Indonesia, sangatlah erat hubunganya
dengan kedatangan Islam itu sendiri di Indonesia. Dalam konteks ini Mahmud Yunus
mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya Islam di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama baru sudah barang tentu ingin
mempelajari dan mengetahui lebih mendalam tentang ajaran-ajaran Islam.Ingin
pandai shalat, berdoa, dan membaca Ai-qur’an yang menyebabkan timbulnya proses
belajar, meskipun dalam pengertian yang amat sederhana.Dari sini mulai timbul
pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah,
langgar/surau, masjid dan kemudian berkembang menjadi pondok pesantren.Setelah
itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang kenal sekarang ini.
Kendatipun pendidikan Islam dimulai sejak pertama Islam itu sendiri
menancapkan dirinya di Kepulauan Nusantara, namun secara pasti tidak dapat
diketahui bagaimana cara pendidikan pada masa permulaan Islam di Indonesia,
tentang buku yang dipakai, pengelola dan sistem pendidikan. Hal ini disebabkan
karena bahan-bahan yang terbatas.Yang dapat dipastikan, pendidikan Islam waktu itu
telah ada, tetapi dalam bentuk yang sangat sederhana.
Demikian pula halnya dengan peranan pendidikan Islam, di kalangan umat Islam
merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita untuk melestarikan dan
mentransformasikan ajaran Islam kepada pribadi dan generasi penerus, sehingga nilai-
nilai religius yang dicita-citakan dapat berfungsi dan berkembang dalam masyrakat
dari waktu ke waktu.
Bagi Indonesia, sebagian tanggung jawab menurut asumsi diatas terletak di
pundak lembaga pendidikan Islam yang sekaligus sebagai bagian dari sistem
pandidikan nasional.Secara ideal, pendidikan Islam menghantarkan manusia
mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh, hal ini dapat dilakukan melalui
latihan-latian kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan ataupun panca indera.
Seperti pernyataan A. Syafi’i Ma’arif, bahwa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam merupakan pusat kosentrasi penganut Islam terbesar di dunia, pasti
membutuhkan lembaga pendidikan islam yang qualified yang diperuntukkan bagi
kepentingan bangsa secara keseluruhan, agar wawasan keislaman terkait dengan
wawasan ke Indonesiaan. Oleh karena itu, pendidikan Islam di Negara ini seharusnya

4
tidak hanya sebagai wadah penyaluran “hoby” artinya agar benar- benar dapat
diharapkan sebagai perakit masa depan bangsa.
Dalam menyikapi keadaan yang demikian dan tuntutan serta kebutuhan
masyarakat dewasa ini yang semakin mendesak perlu adanya upaya-upaya
pembaharuan, pengembangan, dan pemberdayaan sistem pendidikan nasional agar
sistem yang ada mampu menghadapi berbagai tantangan. Di antara upaya yang
dilakukan perlu adanya perumusan kembali paradigma dan visi pendidikan agar hasil
yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut lebih berdaya guna dan siap
menghadapi kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pendidikan Islam pada zaman kemerdekaan I (1945-1965)?
2. Bagaimana keadaan pendidikan Islam pada zaman Orde Lama?
3. Bagaimana pendidikan Islam pada zaman kemerdekaan II (1965-
SEKARANG)?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan pendidikan Islam pada zaman kemerdekaan I (1945-1965).
2. Menjelaskan keadaan pendidikan Islam pada zaman Orde Lama
3. Menjelaskan pendidikan Islam pada zaman kemerdekaan II (1965-
SEKARANG)

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Islam
Istilah pendidikan Islam dapat dipahami dari tiga sudut pandang. pertama,
pendidikan agama islam. kedua, pendidikan dalam Islam. ketiga, pendidikan menurut
Islam. dari kerangka akademi ketiga sudut pandang tersebut harus dibedakan dengan
tegas karena ketiganya akan melahirkan disiplin ilmu sendiri-sendiri.
Agama Islam menunjukkan kepada proses operasional dalam usaha pendidikan
ajaran-ajaran agama Islam. Pendidikan ini kelak menjadi bahan kajian dalam “ilmu
pendidikan Islam teoritis”. Sedangkan pendidikan dalam Islam bersifat sosio-historis
dan menjadi bahan kajian dalam “sejarah pendidikan Islam”. selanjutnya pendidikan
menurut Islam bersifat normative dan menjadi bahan kajian dalam “filsafatpendidikan
Islam”. Berkaitan dengan ketiga konsep tersebut maka pendidikan Islam yang
dimaksud dalam makalah ini adalah konsep yang pertama.
Membahas pendidikan Islam tidak terlepas dari pengertian pendidikan Islam
secara umum, sehingga akan diperoleh batasan-batasan pengertian pendidikan Islam
secara jelas. Ahmad D. Marimba menyatakan pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam atau memiliki kepribadian
muslim. Selanjutnya Musthafa al-Ghulayani berpendapat bahwa pendidikan Islam
adalah menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak
mereka kembali menjadi salah satu kemampuan yang meresap dalam jiwanya dan
mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja bagi kemamfaatan tanah air.

B. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam Di Indonesia


Pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia memiliki dasar yang cukup kuat,
diantaranya dasar yuridis/hukum, religius, social psychologist. Ketiga dasar ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Dasar Yuridis/Hukum
Pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang secara langsung maupun tidak, dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan pendidikan Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal. Adapun
dasar yuridis pelaksanaan pendidikan tersebut adalah:

6
Dasar ideal yakni falsafah Negara yaitu Pancasila; dengan sila pertamanya;
Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia
memilliki kepercayaan dak ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan untuk
merealisasikan hal tersebut maka diperlukan pendidikan agama, karena tanpa
pelaksanaan pendidikan tersebut, ketakwaan kepada Tuhan sulit untuk terwujud.
Di samping itu dasar pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia, adalah UUD
1945 pasal 29 ayat 1 dan 2, berbunyi: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Negara menjamin kemerdekaan ditiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaanya.
Selanjutnya dijelaskan pula dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 2 tahun 1989, bab 1 pasal 11 ayat 7, bahwa pendidikan keagamaan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama agama
yang bersangkutan.
2. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius disini adalah dasar-dasar yang bersumber
pada al-Qur’an dan al-Hadits tentang perintah pelaksanaan pendidikan yang
merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah kepada-Nya. Di antaranya
tertera dalam surat al-Nahl; 125.
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.dan
mereka orang-orang yang beruntung”.(Q.S Ali-Imran: 104).
“ tiap-tiap anak itu dalam keadaan suci (fitrah) maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, dan Majusi” (HR. Baihaqi)
Di antara ayat dan hadits di atas memberikan pengertian, bahwa dalam ajaran
Islam ada perintah untuk mendidik, baik dalam keluarga maupun pada orang lain dan
tanggung jawab pendidikan itu bukan saja terletak pada orang tua, namun masyarakat
dan pemerintah ikut berperan dalam proses pendidikan.
3. Dasar social psychologis
Semua manusia di dalam hidupnya selalu membutuhkan adanya pegangan hidup
yang di sebut agama, yakni adanya perasaan yang mengakui adanya Dzat yang Maha
Kuasa, tempat mereka berlindung dan mohon pertolongan.Dalam hal ini umat muslim

7
membutuhkan pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan fitrahnya ke jalan
yang benar, sehingga mereka dapat mengabdi dan beribadah secara benar menurut
ajaran Islam.

C. Pendidikan Islam Pada Zaman Kemerdekaan I (1945-1965)


Setalah Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama mendapat
perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Usaha untuk
itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga tersebut sebagaimana yang
dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasioanal Pusat (BPKNP) tanggal 27
desember 1945, yang menyebutkan bahwa: Madrasah dan pesantren yang pada
hakikatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelatayang
sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula
mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntutan dan bantuan material dari
pemerintah.1
Sementara itu bila membicarakan organisasi Islam dan kegiatan pendidikan,
sudah tentu tidak bisa terlepas dari membicarakan bentuk, sistem dan cita-cita bangsa
Indonesia yang sekian lama. Dasar Negara yang telah disepakati bersama saat
mandirikan Negara adalah Pancasila, yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945
inilah yang disajikan pangkal tolak pengelolaan Negara dalam membangun Bangsa
Indonesia.
Meskipun Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaanya dan tengah
menghadapi revolusi fisik, pemerintah Indonesia sudah bebenah terutama
memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup vital dan untuk itu
dibentuklah Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K).dengan
terbentuknya kementrian Pendidikan pengajaran dan Kebudayaan tersebut, maka
diadakanlah berbagai usaha terutama sistem pendidikan dan menyelesaikannya
dengan keadaan yang baru.
Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K ) pertama Ki
Hajar Dewantara mengeluarkan Instruksi Umum yang isinya memerintahkan pada
semua kepala-kepala sekolah dan guru-guru, yaitu:
 Mengibarkan Sang Merah Putih tiap-tiap hari di halaman sekolah.
 Melagukan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
1
Hasbullah,Sejarah Pendidikan Islam di Indoneia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Edisi Baru.
(Cet. III; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 71.

8
 Menghentikan pengibaran bendera jepang dan menghapuskan nyanyian
Kimogoya lagu Kebangsaan Jepang.
 Menghapuskan pelajaran Bahasa Jepang, serta segala ucapan yang berasal dari
pemerintah Bala Tentara Jepang.
 Memberi semangat Kebangsaan kepada semua murid-muridnya.
Seirama dengan perjalanan sejarah bangsa dan Negara Indonesia sejak
proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga sekarang,
maka kebijakan Pendidikan di Indonesia termasuk didalamnya Pendidikan Islam
memang mengalami pasang surut, serta kurung waktu tertentu, yang ditandai dengan
peristiwa-peristiwa penting dan tonggak sejarah sebagai pengingat.
Oleh karena itu, perjalanan sejarah Pendidikan Islam di Indonesia semenjak
Indonesia merdeka sampai tahun 1965 yang lebih dikenal dengan masa Orde Lama
(Orla), akan berbeda dengan tahun 1965 sampai sekarangyang lebih dikenal Orde
Baru sampai sekarang.
Tindakan pertama diambil pemerintah Indonesia ialah menyesuaikan pendidikan
dengan tuntutan dan aspirasi rakyat, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 Pasal
31 yang berbunyi:
1. Tiap -tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.
2. Pemerintah mengusahakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang.
Pada periode Orde Lama (Orla) ini, berbagai peristiwa dialami oleh bangsa
Indonesia dalam dunia pendidikan, yaitu:
1. Dari tahun 1945-1950 Landasan Idiil pendidikan ialah UUD 1945 dan
falsafah Pancasila.
2. Pada permulaan tahun 1949 dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia
Serikat (RIS) dinegara bagian Timur dianut suatu sistem pendidikan yang
diwarisi dari zaman pemerintah belanda.
3. Pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan terbentuknya kembali Negara
Kesatuan RI, Landasan Idiil UUDS RI.
4. Pada tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUF 1945 dan
menetapkan Manifesta Politik RI menjadi Haluan Negara. Dibidang
pendidikan ditetapkan Sapta Usaha Tama dan Panca Wardana.
5. Pada tahun 1965, sesuai peristiwa G.-30-S/PKI kembali lagi melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.

9
Inilah bentuk perjalanan sejarah Pendidikan Islam di Indonesia pada awal
2
kemerdekaan dan Orde Lama.
1. Keberadaan Pendidikan Islam
Di tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah RI tetap membina
pendidikan agama.Pembinaan Pendidikan agama tersebut secara formal institusional
dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.Oleh karena itu dikeluarkanlah peraturan-peraturan bersama antara kedua
Departemen tersebut untuk mengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum
baik negeri meupun swasta.
Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah
umum tersebut, maka pada bulan Desember 1946, dikelurkanlah Surat Keputusan
Bersama (SKB) antara Mentari PP dan K dengan Menteri Agama, yang mengatur
pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum (negeri dan swasta), yang
berada di bawah Kementerian PP dan K.
Maka sejak itulah terjadi semacam dualisme pendidikan di Indoneseia, yaitu
Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum.Di satu pihak Departemen Agama
mengelola semua jenis pendidikan agama baik di sekolah-sekolah agama maupun di
sekolah -sekolah umum. Dan di lain pihak Departemen Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan mengelola pendidikan pada umumnya dan mendapatkan kepercayaan
untuk melaksanakan sistem Pendidikan Nasional.
Selanjutnya Pendidikan Agama ini diatur secara khusus dalam UU Nomor 4
Tahun 1950 pada Bab XII pasal 20, yaitu:
1. Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid
menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut.
2. Cara penyelanggaraan pengajaran agama di sekolah- sekolah negeri diatur
dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayan, bersama – sama denga Menter i Agama.
Sementara itu pada Peraruran Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama
Nomor; 1432/kab. Tanggal 20 januari 1951 (pendidikan), Nomor K 1/652 tanggal 20
januari (Agama), diatur tenyang Peraturan Pendidikan Agama di sekolah-sekolah,
yaitu;

2
Samsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai di
Indonesia, hlm. 347.

10
1. Pasal 1: Di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan kejuruan)
diberi pendidikan agama.
2. Pasal 2:
1. Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai pada kelas 4;
banyaknya 2 jam dalam satu minggu.
2. Di lingkungan yang istimewa, Pendidikan Agama dapat dimulai pada kelas 1,
dan jamnya dapat di tambah menurut kebutuhan.
3. Pasal 3: Di sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingkatan atas, baik
sekolah-sekolah umum maupun sekolah-sekolah kejuruan, diberi pendidikan agama 2
jam dalam tiap-tiap minggu.
4. Pasal 4:
1. Pendidikan agama diberikan menurut agama murid masing-masing.
2. Pendidikan agama baru diberikan pada sesuatu kelas yang mempunyai murid
sekurang-kurangnya 10 orang, yang menganut suatu macam agama.
3. Murid dalam suatu kelas yang memeluk agama lain dari pada agama yang
sedang diajarkan pada suatu waktu, boleh meninggalkan kelasnya selama
pelajaran itu.
Dalam bidang kurikulum pendidikan agama diusahakan penyempurnaan-
penyempurnaan, dalam hal ini telah di bentuk suatu kepanitiaan yang dipimpin oleh
KH.Imam Zarkasyi dari pondok Gontor Ponogoro.Kurikulum tersebut disahkan oleh
menteri Agama pada tahun 1952.
Begitulah keadaan Pendidikan Islam dengan segala kebijaksanaan pemerintah
pada zaman Orde Lama. Pada akhir Orde Lama tahun 1965 lahir semacam kasadaran
baru bagi ummat Islam, di mana timbulnya minat yang mendalam terhadap masalah-
masalah pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkuat ummat Islam, sehingga
sejumlah oganisasi Islam dapat dimantapkan. Dalam hubungan ini Kementerian
Agama telah mencanangkan rencana-rencana program pendidikan yang akan
dilaksanakan dengan menunjukan jenis-jenis pendidikan serta pengajaran Islam
sebagai berikut:
1. Pesantren Indonesia Klasik, semacam sekolah swasta keagamaan yang
menyediakan asrama, yang sejauh mungkin memberikan pendidikan yang
bersifat pribadi, sebelumnya terbatas pada pengajaran keagamaan serta
pelaksanaan ibadah.
2. Madrasah Diniyah, yaitu sekolah-sekolah yang memberikan pengajaran

11
tambahan bagi murid sekolah negeri yang berusia 7 sampai 20.
3. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern,
yang bersamaan dengan pengajaran agama juga diberikan pelajaran umum.
Tujuannya adalah menyediakan 60%-65% dari jadwal waktu untuk mata
pelajaran umum, dan 35%-40% untuk mata pelajaran agama.
4. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu Sekolah Dasar Negeri enam tahun,
di mana perbandingan umum kira-kira 1:2 pendidikan lanjutan dapat diikuti
pada MTsN murid-murid dapat mengikuti pendidikan keterampilan,
misalnya pendidikan Guru Agama untuk sekolah dasar Negeri, setelahnya
dapat diikuti latihan lanjutan dua tahun menyelesaikan Kursus Guru Agama
untuk sekolah menengah.
5. Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) 6 tahun, dengan menambahkan kursus selama dua tahun, yang
memberikan latihan keterampilan sederhana.
6. Pendidikan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan sejak tahun
1960 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dua bagian atau dua Fakultas di
Yogyakartadan dua Fakultas di Jakarta.3

D. Pendidikan Islam Pada Masa kemerdekaan II (1965-Sekarang)


Orde baru bukanlah merupakan golongan tertentu, sebab orde baru bukan berupa
pengelompokkan fisik. Perubahan orde lama (sebelum 30 september 1965) ke orde
baru berlangsung melalui kerja sama erat antara pihak ABRI atau Tentara dan
gerakan –gerakan pemudah, disebut angkat 1966. Para pemuda itu bergabung dalam
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda
dan Pelajar Indonesia). Dalam KAMI yang memegang peran penting khususnya
adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang amat kuat serta mempunyai
hubungan yang tidak resmi dengan masyumi dan organisasi islam lainnnya.
1. Makna Orde Baru
Sejak ditumpasnya peritiwa G. 30 S/PKI pada tanggak 1 Oktoger 1965. Bangsa
Indonesia telah memasuki pase baru yang diberi nama orde baru. orde baru adalah :
1. Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengorkesi segala
penyelewengan terhadap pancasila dan UUD 1945.

3
Hasbullah,Sejarah Pendidikan Islam di Indoneia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, hlm. 80.

12
2. Memperjuangkan adanya suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik
material maupun spiritual melalui pembangungan.
3. Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rakyat dan melaksanakan
pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dengan demikian, orde baru bukanlah merupakan golongan tertentu, sebab orde
baru bukan berupa pengelompokan fisik. Perubahan orde lama (sebelum 30
September 1965) menjadi orde baru berlangsung melalui kerja sama erat antara pihak
ABRI atau Tentara dan Gerakan-Gerakan Pemuda, yang disebut Angkatan 1966.
2. Kebijaksanaan Pendidikan Secara Umum
Pada ketetapan MPRS No.XXVII/MPRS/1966, Bab II pasal 3 disebutkan tentang
tujuan pendidikan nasionnal Indonesia yang dimaksudkan untuk membentuk manusia
pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh
pembukaan UUD 1945.
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian kemampuan di dalamdan diluar sekolah berlangsung seumur hidup. Oleh
karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Menurut UU No. 2 tahun 1989 tersebut, pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan budi
pekerti luhur, memilki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Dengan berlakunya UU serta peraturan-peratuaran pelaksanaannya, maka
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dari tingkat persekolahan samapi dengan
pendidikan tinggi harus mengacuh dan berpedoman kepadanya.
Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional disusun sebagai usaha
sadar untuk memungkinkan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan mengemmbangkan dirinya secara terus menerus dari satu generasi ke
generasi berikutnya.4
3. Keberadaan Pendidikan Agama Islam

4
Hasbullah,Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan , hlm. 84.

13
Sejak tahun 1966 telah terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia baik itu
menyangkut kehidupan sosial, agama maupun politik, hal ini didukung dengan
adanya keputusan sidang MPRS yang dalam keputusannya dalam bidang pendidikan
agama mengatakan, Pendidikan Agama menjadi hak yang wajib mulai dari sekolah
dasar sampai pergutruan tinggi. Dengan adanya keputusan tersebut keberadaan
Pendidikan Agama semakin mendapatkan tempat dan akses yang luas untuk
dijangkau setiap masyarakat.
4. Tujuan Pendidikan Islam Pada Masa Kemerdekaan
1. Tujuan yang bersifat individu, mencakup perubahan, yaitu perubahan
pengetahuan.
2. Tujuan yang mencakup masyarakat, yaitu perubahan kehidupan masyarakat
serta memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, seni profesi dan kesertaan masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam pada masa merdeka diarahkan
sebagai upaya integrasi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional.
5. Pengelolaan Pendidikan Islam di Indonesia
Setelah Indonesia merdeka pendidikan Islam dilaksanakan dilembaga pendidikan
Islam diserahkan pengelolaannya kepada Departemen Agama.Secara bertahap
Departemen Agama memberdayakan pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan
pesantren dan madrasah, di bawah asuhan dirijen pendidikan Islam hingga saat
sekarang ada tiga badan yang berada di bawah koordinasi dirijen tersebut.
a. Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam
b. Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum
c. Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam.
Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam adalah bertugas untuk membina
perguruan-perguruan Islam yang mencakup pesantren dan madrasah, baik negeri
maupun swasta, pembinaan ketenagaan, kurikulum, sarana dan lain-lain.
Direktorat Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum, membina pendidikan
agama Islam yang dilaksanakan di sekolah-seloah umum, pada tingkat pendidikan
dasar dan menengah. Pembinaan ketenagaan, kurikulum, sarana dan lain-lain.
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, membina pendidikan Islam pada jenjang
perguruan tinggi negeri dan suasta, IAIN, STAIN, UIN dan Perguruan Tinggi Islam
Swasta. Pembinaan ketenagaan, kurikulum, sarana, mahasiswa, perpustakaan dll

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Penyelenggaraan pendidikan agama pada masa Orde Lama yaitu mendapat
perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Usaha
untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga tersebut
sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasioanal Pusat
(BPKNP) tanggal 27 Desember 1945.
2) Di tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah RI tetap membina
pendidikan agama. Pembinaan Pendidikan agama tersebut secara formal
institusional dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan dan kebudayaan. Oleh karena itu dikeluarkanlah peraturan-peraturan
bersama antara kedua Departemen tersebut untuk mengelola pendidikan agama di
sekolah-sekolah umum baik negeri meupun swasta.
3) Perubahan orde lama (sebelum 30 september 1965) ke orde baru berlangsung
melalui kerja sama erat antara pihak ABRI atau Tentara dan gerakan-gerakan
pemuda, disebut angkat 1966. Para pemuda itu bergabung dalam KAMI (kesatuan
aksi mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar
Indonesia).

B. Saran
Semoga makalah ini memberikan mamfaat untuk rekan-rekan pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya. Selain itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan dari semua pihak pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan untuk
pembuatan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Putra, Haider,Sejarah Pertumbuhan dan Pembauran Pendidikan Islam di
Indonesia , Edisi Baru. Cet. II; Jakarta: Kencana, 2009.
Hasbullah,Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan, Edisi Baru . Cet. III; Jakarta: PT GrafindoPersada, 1999.
Mustafa dkk,SejarahPendidikan Islam Di Indonesia, Bandung: CV PustakaSetia,
1998.
Nizar, Samsul,Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai di Indonesia , Edisi.Baru. Cet. IV: Jakarta: Kencana, 2011.

16

Anda mungkin juga menyukai