Anda di halaman 1dari 14

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM DAN

LANDASAN ONTOLOGIS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam pada program studi Pendidikan Agama Islam fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negri (IAIN) Bone semester 4

Oleh:
Kelompok 5
A. DINITA FAJRIAH
862082020039

IRMA SILPIANA
862082020111

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Landasan
Filosofis Pendidikan Islam Dan Landasan Ontologis ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak H. Misbahuddin Amin, S.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami perlukan demi terciptanya makalah yang lebih baik.

Bone, 19 April 2022


Penyusun,

Kelompok 5

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Landasan Filosofis Pendidikan Islam 3

B. Landasan Ontologi 5

BAB III PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

B. Saran 10

DAFTAR RUJUKAN 11

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berlandaskan atas dasar-


dasarajaran Islam, yakni Al Qur'an dan Hadits sebagai pedoman hidup bagi
seluruh umatIslam. Melalui pendidikan inilah, kita dapat memahami, menghayati
danmengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan As-
sunnah. Sehubungan dengan hal tersebut, tingkat pemahaman, penghayatan, dan
pengamalankita terhadap ajaran Islam sangat tergantung pada tingkat kualitas
pendidikan Islamyang kita terima.

Pendidikan Islam di Indonesia seringkali berhadapan dengan berbagai


problematika. Sebagai sebuah sistem pendidikan Islam mengandung
berbagaikomponen antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Akan tetapi,
seringkali dilakukan apa adanya, tanpa perencanaan dan konsep yang matang.
Sehingga mutu pendidikan Islam kurang berjalan sesuai yang diharapkan.

Menyikapi hal tersebut, Filsafat pendidikan Islam, berupaya mencari


kebenaran sedalam-dalamnya, berfikir holistik, radikal dalam pemecahan
problem filosofis pendidikan Islam, pembentukan teori – teori baru ataupun
pembaharuan dalam pelaksanaan pendidikan Islam yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman. Berdasarkan sumber-sumber yang shohih yaitu Al-Qur’an
dan hadist. Kajian Filsafat pendidikan Islam dari segi ontologi, epistemologi, dan
aksiologi memberikan manfaat besar bagi kita sebagai calon pendidik.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan filosofis pendidikan Islam


2. Bagaimana landasan ontologi pendidikan Islam

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui landasan filosofis pendidikan Islam


2. Untuk mengetahui landasan ontologi pendidikan islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis Pendidikan Islam

Landasan adalah sesuatu yang menjadi sandaran semua dasar dalam suatu
bangunan. Dalam usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai landasan yang tepat sebagai tempat berpijak yang
baik dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai suatu usaha dalam
membentuk manusia dan peradabannya harus mempunyai landasan yang kuat ke
mana semua kegiatan itu dihubungkan atau disandarkan.1 Baik sebagai sumber
maupun dasar yang menjadi pedoman penerapan dan pengembangannya.
Landasan itu terdiri dari al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad SAW yang dapat
dikembangkan dengan ijtihad, mashlahah al-mursalah, istihsan, qiyas dan
sebagainya. 2 Dasar dan fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari
bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan yang menjadikan tetap
berdiri tegaknya bangunan itu. 3 Dengan demikian, fungsi dari suatu landasan
pendidikan Islam adalah di samping tegaknya suatu bangunan dalam dunia
pendidikan Islam, juga agar bangunan itu tidak akan terombang-ambing oleh
berbagai “persoalan” yang mempengaruhinya dan bahkan dia akan semakin kuat
dan tegar di dalam menghadapinya.

Dasar filosofis pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai


pendidikan Islam yang didasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber
primer, dan pendapat para ahli, khususnya para sahabat nabi SAW sebagai
sumber sekunder. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan filsafat Islam

1
Zakiah Darajad, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h.19.

2
Darajad, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996.)
3
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1980) h.41

3
adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan
yang dijiwai oleh ajaran Islam. 4 Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipil
diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya.
Dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama
dan utama tentu saja al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan
prinsip penghormatan kepada akal, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah
manusiadan memelihara kebutuhan sosial yang hal ini sangat penting bagi
pendidikan. Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial
kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah atas
prinsip mendatangkan kemashlahatan dan menjauhkan kemudharatan bagi
manusia. Kemudian warisan pemikiran para ulama dan cendekiawan muslim
yang merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam. 5 Di samping itu, di
bagian lain Azyumardi Azra juga mengemukakan mengenai sumber dan
dasarpendidikan Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah serta nilai-nilai, norma
dantradisi sosial yang memberi corak keislaman dan dapat mengikuti
perkembangannya.6

Pendidikan Islam berpangkal dari ajaran Ilahiyah, maka tentu harus


bersumber dari kebenaran dan kebesaran Ilahi. Bagi kita sumber kebenaranIlahi
telah diperkenalkan kepada manusia melalui para nabi berupa kitab suci. Dari
empat kitab suci yang pernah diturunkan sebagai petunjuk umat manusia, maka
sejak kehadiran Rasulullah SAW. di muka bumi ini satu yang harus

4
H. Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
h.30-31.
5
Azyumardi Azra, M.A., Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h.9.
6
Azyumadi Azra, M.A.,Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999) h.76-77.

4
ditegakkokohkan yakni al-Qur’an. Di samping itu ketetapan-ketetapan Rasul
SAW juga merupakan sumber utama pendidikan Islam.7

B. Landasan Ontologi

Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan
sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada.8

Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi
yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis). Filsafat pendidikan Islam
bertitik tolak pada konsep the creature of God, yaitu manusia dan alam. Sebagai
pencipta, maka Tuhan telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah
berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti
bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah transformasi
pendidikan.

Ontologi pendidikan Islam membahas hakikat substansi dan pola


organisasi pendidikan Islam. Secara ontologis, Pendidikan Islam adalah hakikat
dari kehidupan manusia sebagai makhluk berakal dan berfikir. Jika manusia
bukan makluk berfikir, maka tidak ada pendidikan. Selanjutnya pendidikan
sebagai usaha pengembangan diri manusia, dijadikan alat untuk mendidik.9

Pada bagian ini karakteristik ontologi dikelompokkan ke dalam 4 kategori,


adalah sebagai berikut:

1. Berdasar pada ideolgi ketuhanan

7
Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat(Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah),
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998) h.90
8
Mohammad Abid, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 69.
9
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.18

5
Sargent (bukunya Contemporary Political Ideologies), mengindikasikan
sebagaimana dikemukakan oleh William F. O’neil, bahwa ideologi adalah sebuah
sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh
kelompok tertentu. Ia tersusun dari serangkaian sikap terhadap berbagai lembaga
serta proses masyarakat. Ia menyediakan sebuah potret dunia sebagaimana
adanya dan sebagaimana seharusnya dunia itu bagi mereka yang meyakininya.10
Pandangan ketuhanan yang menjadi landasan-asas pendidikan Islam. Seluruh
kegiatan pendidikan Islam dijiwai dan diarahkan untuk menyakini Ke-Esa’an
Tuhan, dan membentuk kesadaran manusia tentang keberadaannya sebagai
hamba. Dalam Al Qur’an, surat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.,
perintah membaca (iqra’) merupakan keharusan yang mesti diawali dengan
menyebut nama Allah. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh aktivitas
penjelajahan ilmiah dalam konsepsi pendidikan Islam, harus berititik tolak dari
motif kesadaran ketuhanan.

2. Komponen materi kesatuan holistic

Kesatuan holistik, menurut pemahaman Yusuf Al-Qardawi, bahwa karena


dunia dan akhirat merupakan satu kesatuan konsistensi struktural yang utuh,
maka ilmu-ilmu kealaman dan kemanusiaan (natural dan social sciences) dan
ilmu-ilmu keagamaan hendaknya mempunyai rujukan yang sama, yakni Allah
swt. 11 Atas dasar pandangan tersebut, maka pendidikan Islam juga bersumber
dari ontologi yang demikian. Dengan demikian, konsepsinya merupakan
perwujudan dari pandangan yang menganggap segala wujud merupakan satu
kesatuan holistic, sehingga implikasinya adalah satu kesatuan antara ilmu-ilmu
kealaman dan ilmu-ilmu sosial serta dengan ilmu-ilmu keagamaan.

10
William F.O’Neill, Educational Ideologies; Contemporary Expressions of Educational
Philosophies, h.33
11
Yusuf Al-Qardlawi, Al-Rasul wa al-‘Iim, diterjemahkan oleh Kamaluddin A. Marzuki,
dengan judul “Metode dan Etika Pengembangan Ilmu”, (Cet. I; Bandung: CV. Rosdaya Karya, 1989),
h. 1

6
3. Manusia sebagai makhluk antropocentris

Di dalam Al-Qur’an Allah Swt., menegaskan bahwa manusia diciptakan


dengan struktur fisiologi dan psikologi yang paling sempurna. Kapasitas
manusiawi yang ada pada setiap manusia menjadi alat ukur utama yang memberi
penegasan bahwa manusia adalah makhluk antropocentris. Jadi manusia dalam
hubungannya dengan pendidikan menjadi titik pusat pembinaan. Setiap aktivitas
pembinaan yang dilalui dan dialami senantiasa memperhatikan kapasitas
manusiawinya. Manusia mempunyai modal fisik dan psikhis yang dibutuhkan
untuk mengembangkan dirinya ke arah yang beradab. Jika hal itu dikembangkan
maka manusia menjadi makhluk yang bertuhan, beradab, bermoral dan
berbudaya. Kemampuan seperti inilah yang membedakannya dengan makhluk
lain. Potensi manusiawi yang bersifat antropocentris, yaitu manusia adalah
makhluk individualitas, makhluk bermoral, dan makhluk sosial. Ketiga aspek ini
sangat mendasar ketika manusia dipandang sebagai subyek pendidikan, dan jika
terabaikan maka justeru menjadikan manusia hanya sebagai makhluk yang
memiliki sifat-sifat primitif.

4. Jawaban terhadap esensi dan eksistensi Manusia

Pendidikan Islam berfungsi mengantar, membina dan menguatkan


kualitas hidup manusia yang tercermin pada tiga hal sebagai berikut;

a. Keberadaan manusia. Pendidikan Islam memandang bahwa keberadaan


manusia mencakup tiga ruang waktu yang saling berkesinambungan; keberadaan
sebelum lahir (alam rahim ibu), sesudah lahir (alam dunia) dan setelah meninggal
dunia

b. Hakikat hidup manusia. Manusia sebagai makhluk edukatif sangat


membutuhkan proses pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung sejak
masa pranatalis, selanjutnya berlanjutnya pada masa post-natalis. Pada intinya

7
bahwa seluruh interaksi manusia dengan dirinya dan dengan lingkungannya
merupakan pengalaman yang diperoleh secara eduaktif. Maksudnya sudah jelas
yaitu membentuk kesadaran diri sebagai hamba yang mengerti dari mana dia
berasal dan kemana akan pergi, kesadaran untuk berubah.

c. Hakikat tujuan hidup manusia, yaitu mencapai kualitas metafisis-


keagamaan (segalanya mencari keredhaan dari Tuhan Sang Pencipta). Konsepsi
dasar pendidikan Islam menempatkan segala yang berkaitan duniawi hanya
merupakan tujuan elementer yang perlu diusahakan dicapai secara seimbang
tujuan yang lebih substansial, yaitu tujuan akhirat. Tujuan ini merupakan tujuan
hakiki, abadi.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam sesungguhnya telah memiliki konsep dasar filosofis Pendidikan


Islam yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW yaitu berupaal-Kitab (al-
Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah). Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah
SWT sesungguhnya telah mengajarkan kepada Rasul bagaimana cara mendidik
dan mengajarkan para sahabatnya dan kaum muslimin tentang Islam yang benar
pada waktu itu yaitu dengan berpedoman kepada al-Kitab (al-Qur’an) dan al-
Hikmah (al-Sunnah) tersebut. Karena dengan berlandaskan dua landasan primer
tersebut konsep Pendidikan Islam akan memiliki arah yang jelas sebagaimana
yang telah tertuang dalam penjelasan-penjelasan para ulama yaitu, untuk
menyucikan diri-diri umat manusia dari syirk dan akhlak yang buruk, lalu
mengajarkan mereka dengan al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah).

Ontologi pendidikan Islam memaparkan hakikat pendidikan yang


sebenarnya dan sesuai dengan kebutuhan manusia sebagai upaya untuk
menguatkan eksistensi dan esensi manusia sebagai makhluk bertuhan dan
memiliki sifat-sifat humanistik. Untuk itu, pendidikan yang dikembangkan
adalah pendidikan yang memperhatikan aspek-aspek realitas kenyataan manusia
secara terpadu dan holistic dengan aspek metafisis-spritualnya. Pendidikan Islam
jika dilihat dari karakteristik ontologinya, maka tampak perbedaannya medasar
dengan konsep-konsep pendidikan pada umumnya. Karakteristik itu adalah
pendidikan yang berbasis teosentris; segala hal yang ada, termasuk dalam
pengembangan keilmuan.

9
B. Saran

Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak


kekurangan dalam pembuatannya. Untuk itu kami memohon maaf bila ada
kesalahan dan kami sangat mengharap kritik yang membangun dari pembaca
agar kemudian pembuatan makalah kami semakin lebih baik.

10
DAFTAR RUJUKAN

Zakiah Darajad, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h.19.

Darajad, Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996.)

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif,


1980) h.41

H. Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997) h.30-31.

Azyumardi Azra, M.A., Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju


Millenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h.9.
Azyumadi Azra, M.A.,Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999) h.76-77.
Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat(Ekonomi, Pendidikan dan
Dakwah), (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) h.90
Mohammad Abid, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 69.
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.18
William F.O’Neill, Educational Ideologies; Contemporary Expressions of
Educational Philosophies, h.33
Yusuf Al-Qardlawi, Al-Rasul wa al-‘Iim, diterjemahkan oleh Kamaluddin A.
Marzuki, dengan judul “Metode dan Etika Pengembangan Ilmu”, (Cet.
I; Bandung: CV. Rosdaya Karya, 1989), h. 1

11

Anda mungkin juga menyukai