Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

ISLAM DAN BUDAYA NUSANTARA


TRADISI PUTER KAYUN (BOYOLANGU)

Dosen pengampu: Al Muftiyah, M.Pd.I

Disusun oleh:
Siti Nur Rohmah (2022390101648)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
BANYUWANGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas pentunjuk dan rahmat
serta inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan
apapun.
Shalawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan alam yaitu
nabi Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang.
Makalah ini disusun berdasarkan ilmu yang telah kami pelajari dari
berbagai sumber. Dalam pembuatan makalah ini kami usahakan semaksimal
mungkin sehingga kami berharap mendapatkan penilaian yang sesuai.
Dan kami atas nama penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini serta kami memohon kritik,saran dan bimbingan dari dosen
pengampu.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susun dapat
bermanfaat bagi masyarakat sekaligus menjadi amal perbuatan yang baik bagi
kami.

Banyuwangi, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Gambaran umum suku jawa.......................................................................................6
2.2 Kajian Antropologi pada Suku Jawa..........................................................................11
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
3.1 Simpulan...................................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat jawa secara antropologi budaya adalah orang - orang yang
dalam kesehariannya menggunakan bahasa jawa dengan berbagai ragam
bahasa secara turun temurun. Hal yang dapat dilihat pada ciri - ciri masyarakat
jawa secara keseluruhan. Sistem hidup masyarakat jawa tergambar dalam
kekerabatan masyarakat jawa (Amin,2000).

Kehidupan orang Jawa tak luput dari kehidupan sosial dan budaya yang
memiliki corak yang beragam. Kehidupan sosial dan budaya orang Jawa
dipengaruhi oleh kebiasaan kerajaan Hindu-Budha,sampai kerajaanIslam.
Sehingga menjadi kebudayaan yang khas dibanding dengan kebudayaan yang
lain. Pada awalnya masyarakat Jawa menganut ajaran nenek moyang,yaitu
keperrcayaan dinamisme dan animisme.

Salah satu budaya yang dilestarikan oleh keluarga Jawa adalah


menjalankan empat keutamaan tata krama keluarga Jawa,1.Bersikap sesuai
derajat masing-masing pihak dan saling menghormati kedudukan masing-
masing. 2.Menyatakan sesuatu secara langsung melalui sanepo atau kiasan.
3.Bersikap menghormati hal-hal yang bersifat pribadi. 4.Menghindari ucapan
atau sikap kasar atau melawan secara langsung.(rachim dan Nashori,2007).

Dalam pandangan masyarakat Jawa, watak, perbuatan dan kepribadian


dipengaruhi oleh pergaulan,atau sebagai akibat dari komunikasi dengan orang
lain. Maka dari itu orang Jawa hati-hati memilih teman pergaulan. Berdasarkan
hal itu, seseorang perlu memilih pergaulan yang baik.

Orang jawa dikenal mempunyai stereotip sebagai suku bangsa kelompok


orang yang berpenampilan halus dan sopan. Ciri khas yang digunakan adalah
menggunakan bahasa jawa dalam kesehariannya.bahasa jawa sendiri menurut
pakar bahasa diakui bahasa yang halus dan sopan. Bahasa jawa juga
mempunyai tingkatan seperti bahasa jawa halus atau krama dan bahasa jawa
kasar atau ngoko.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul Tradisi Puter Kayun?


2. Bagaimana prosesi pelaksanaan Tradisi Puter Kayun?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui asal usul Tradisi Puter Kayun?


2. Untuk mengetahui bagaimna prosesi pelaksanaan Tradisi Puter Kayun?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal usul Tradisi Puter Kayun


Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan
jumlahnya di sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni
khususnya di provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur tetapi di provinsi Jawa Barat,
Banten dan tentu saja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan.
Menurut Prof. Mr. Hardjono almarhum Guru besar universitas gajah mada,
ditahun 1980-an mengatakan mengenai arti jawa atau jawi dari sudut pandang
kebatinan. Begini katanya: Dimas, Banyak orang yang tidak mengerti arti kata jawa
atau jawi. Ja itu artinya lahir dan wi artinya burung., jadi seperti burung, manusia
itu harus melewati dua tahapan untuk menjadi manusia sempurna. Pertama terlahir
sebagai telur, baru kemudian terbuka menjadi burung. Beliau tidak mau
menjelaskan artinya yang jelas, dan membiarkan kita untuk mengkajinya lebih
dalam lagi.
Berikut adalah beberapa aspek yang bisa menggambarkan masyarakat suku
jawa secara umum :

1. Kepercayaan
Agama Islam berkembang baik di Jawa. Hal ini tampak dari banyaknya
bangunan-bangunan tempat ibadat agama ini. Agama Islam adalah agama
mayoritas masyarakat Jawa. Selain itu ada juga penganut agama Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan aliran kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia ini sudah diatur
dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap
nrimo, yaitu menyerahkan diri pada takdir. Selain itu, orang Jawa percaya
kepada kekuatan atau kesakten (kesaktian) yang terdapat pada benda-benda
pusaka, seperti : keris, gamelan, dan lain-lain.
Mereka juga mempercayai keberadaan arwah dan roh leluhur, dan
mahluk-mahluk halus seperti memedi, lelembut, tuyul, serta jin yang
menempati alam sekitar tempat tinggal mereka. Menurut kepercayaan,
mahluk halus tersebut dapat mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan,
ketentraman, atau keselamatan. Tetapi sebaliknya ada juga mahluk halus
yang dapat menimbulkan ketakutan dan kematian.
2. Ekonomi
Bertani merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat
pedesaan di Jawa. Pekerjaan pertanian ini dilakukan dengan membuat
kebun kering (tegalan) atau membuat sawah. Selain tanaman padi,
masyarakat pedesaan di Jawa biasanya menanam ketela pohon, jagung,
ketela rambat, kedelat, kacang tanah, kacang tunggak, gude, dan lain-lain.
Penduduk desa tidak semuanya memiliki tanah pertanian yang luas.
Bahkan ada yang tidak mempunyai tanah sama sekali yang tidak memiliki
tanah akhirnya terpaksa bekerja menjadi buruh atau menyewa tanah dengan
bagi hasil. Buruh tani melakukan pekerjaan seperti: mencangkul,
memantun, membajak, menggaru, dan menuai di sawah milik orang lain
(gacong). Besarnya upah ditentukan menurut angkatan ia bekerja. Satu
angkatan sama dengan waktu kerja selama 4 jam 06.00 sampai 10.00 pagi;
angkatan kedua dari jam 10.00 sampai jam 14.00 siang. Angkatan ketiga
dari jam 14.00 siang sampai jam 18.00 sore.
Selain dari pertanian, masyarakat Jawa juga menjalankan beberapa
usaha sambilan untuk menambah pendapatan, seperti: membuat tempe kara
benguk (mucuna utilis), mencetak bata merah, mbotok, membuat minyak
goreng kelapa, membatik, menganyam tikar, tukang kayu, tukang batu,
reparasi sepeda, dan lapangan pekerjaan lain.
3. Kesenian
Masyarakat Jawa sangat kaya akan kesenian yang terdiri dari seni
bangunan, seni tari, seni musik, seni pertunjukan, dan seni kerajinan. Salah
satu unsur seni yang menonjol adalah seni musik. Gamelan merupakan seni
musik jawa yang sangat terkenal. Gamelan adalah jenis alatmusik pukul
(perkusi) yang terbuat dari besi, kuningan, atau perunggu. Seperangkat
gamelan biasanya terdiri dari : gambang, bonang, barang penerus, gender,
slentem, sarom, peking, kenong, kempul, dan gong. Selain itu gamelan juga
dilengkapi dengan kendang, seruling, rebab, dan siter.

4. Bahasa

Sebahagian besar suku bangsa Jawa menuturkan bahasa Jawa sebagai


bahasa percakapan harian. Sebuah tinjauan pendapat yang dijalankan oleh
Majalah Tempo pada awal dekade 1990-an menunjukkan bahwa hanya
sekitar 12% daripada orang-orang Jawa menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertuturan harian. Sekitar 18% menggunakan campuran
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dengan yang lain menuturkan bahasa
Jawa sebagai bahasa utama mereka.
Keturunan-keturunan masyarakat Jawa berpendapat bahawa bahasa
Jawa adalah bahasa yang sangat sopan dan mereka, khususnya orang-
orang yang lebih tua, menghargai orang-orang yang menuturkan bahasa
mereka. Bahasa Jawa juga sangat mempunyai arti yang luas.
5. Susunan lapisan social
Masyarakat Jawa juga terkenal kerana pembahagian golongan
sosialnya. Pada dekade 1960-an, Clifford Geertz, pakar antropologi
Amerika Serikat yang ternama, membahagikan masyarakat Jawa kepada
tiga buah kelompok, yakni kaum santri, kaum abangan, dan Kaum priyayi
Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang warak,
manakala kaum abangan adalah penganut Islam pada nama saja atau
penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan kaum bangsawan.
Tetapi kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan
golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Pengelasan sosialnya juga
dicemari oleh penggolongan kaum-kaum lain, misalnya orang-orang
Indonesia yang lain serta juga suku-suku bangsa bukan pribumi seperti
keturunan-keturunan Arab, Tionghoa dan India.

6. Streotaip orang jawa


Orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi
mereka juga terkenal sebagai suatu suku bangsa yang tertutup dan tidak
mahu terus terang. Sifat ini konon berdasarkan sifat orang Jawa yang ingin
memeliharakan keharmonian atau keserasian dan menghindari pertikaian.
Oleh itu, mereka cenderung diam saja dan tidak membantah apabila
tertimbulnya percanggahan pendapat. Salah satu kesan yang buruk daripada
kecenderungan ini adalah bahwa mereka biasanya dengan mudah
menyimpan dendam.
Orang suku Jawa juga mempunyai kecenderungan untuk membeda-
bedakan masyarakat berdasarkan asal-usul dan kasta atau golongan sosial.
Sifat seperti ini dikatakan merupakan sifat feodalisme yang berasal daripada
ajaran-ajaran kebudayaan Hindu dan Jawa Kuno yang sudah diyakini secara
turun-temurun oleh masyarakat Jawa sehingga sekarang.
7. Tokoh – tokoh jawa
Berikut ini tokoh-tokoh terkemuka yang berasal dari jawa.
- Abdurrahman Wahid, bekas Presiden Republik Indonesia
- RA. Kartini, pahlawan negara
- Michelle Branch, penyanyi internasional berketurunan Jawa
- Suharto, bekas Presiden Republik Indonesia
- Sukarno, pengasas negara serta bekas Presiden Republik Indonesia
- Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia
- Megawati Soekarno Poetri, mantan Presiden Republik Indonesia dan
sekaligus presiden wanita pertama di Indonesia
2.2 Kajian Antropologi pada Suku Jawa

Pada dasarnya antropologi dibagi ke dalam dua garis besar, yakni


antropologi fisik dan antropologi budaya. Dan dalam hal ini, kami mencoba
mengupas keduanya, tentang bagaimana kajian antropologi fisik suku jawa dan
kajian antropologi budayanya.

1. Antropologi fisik suku Jawa

Orang Jawa adalah sebutan bagi orang yang tinggal di Jawad wipa atau
di pulau Jawa pada dulu kala. Pada saat ini yang dinamakan orang Jawa
adalah penduduk yang menghuni di pulau Jawa bagian tengah dan timur
yang disebut suku bangsa Jawa dan anak keturunannya.
2. Antropologi budaya suku jawa
Masyarakat Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat
kental. Adat istiadat suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai
kegiatan masyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian. Ini
merupakan sebuah bahan kajian yang sangat menarik untuk dituangkan ke
dalam sebuah makalah. Maka, saya coba kupas satu per-satu dari mulai
masa kehamilan sampai kematian pada adat suku jawa.
a. Adat Istiadat Suku Jawa saat Kehamilan
Saat seorang wanita suku Jawa mengandung dan usia kandungannya
sudah mencapai tujuh bulan, mereka akan melakukan semacam ritual
selamatan atau biasa disebut mitoni. Salah satu ritual mitoni yang harus
dijalankan oleh ibu hamil tersebut adalah tingkeban.
Pada ritual ini, wanita yang tengah mengandung dimandikan
menggunakan campuran air dan bunga. Kain yang digunakan sebagai
kemben pun jumlahnya harus tujuh dan dipakai secara bergantian saat
acara tingkeban berlangsung.
b. Adat Istiadat Suku Jawa saat upacara pernikahan
Adat istiadat suku Jawa juga sering dilaksanakan saat upacara
pernikahan. Masyarakat suku Jawa percaya akan adanya hari yang baik
untuk melaksanakan pernikahan. Hari baik tersebut, biasanya,
berpatokan pada buku primbon Jawa.
Sebulan sebelum acara pernikahan berlangsung, calon pengantin
suku Jawa tidak diperbolehkan untuk saling bertemu. Khusus calon
mempelai wanita, biasanya, akan dipingit. Ritual pingitan ini ditujukan
untuk mempersiapkan fisik dan mental si gadis yang akan memasuki
jenjang pernikahan. Sehari sebelum acara pernikahan, calon mempelai
wanita kembali melakukan ritual. Kali ini, ritualnya berupa siraman.
Pada acara siraman, air yang digunakan oleh calon pengantin
biasanya sudah dicampur dengan bermacam-macam bunga. Kemudian,
malam harinya, diadakan ritual midodareni. Ritual ini biasanya juga
menjadi acara pertemuan sebelum pernikahan antara kedua keluarga
calon mempelai.
Saat acara pernikahan berlangsung, ritual adat istiadat suku Jawa
yang dilakukan lebih banyak. Mulai saling melempar sirih hingga ritual
membasuh kaki mempelai pria oleh mempelai wanitanya.
c. Adat Istiadat Suku Jawa saat upacara kematian
Ketika salah satu masyarakat suku Jawa meninggal, ritual adat
istiadat pun tidak lepas mengiringi. Ritual yang biasa dilakukan adalah
brobosan, yaitu melintas di bawah mayat yang sudah ditandu dengan cara
berjongkok. Ritual adat istiadat pun belum selesai hingga di situ. Setahun
pertama setelah meninggal, biasanya, pihak keluarga yang ditinggalkan
akan mengadakan selamatan pendak siji, pendak loro, hingga pendak
telu atau selamatan yang dilakukan di tahun ketiga.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan
jumlahnya di sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni
khususnya di provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur tetapi di provinsi Jawa
Barat, Banten dan tentu saja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan. Berikut
adalah beberapa aspek yang bisa menggambarkan masyarakat suku jawa secara
umum :
1. Kepercayaan
2. Ekonomi
3. Kesenian
4. Bahasa
5. Susunan lapisan social
6. Streotaip orang jawa
7. Tokoh – tokoh jawa

Antropologi dibagi ke dalam dua garis besar, yakni antropologi fisik dan
antropologi budaya.

1. Antropologi fisik suku Jawa. Yang dinamakan orang Jawa adalah penduduk
yang menghuni di pulau Jawa bagian tengah dan timur yang disebut suku
bangsa Jawa dan anak keturunannya.
d. Antropologi budaya suku jawa. Masyarakat Jawa hidup dalam
lingkungan adat istiadat yang sangat kental. Adat istiadat suku Jawa
masih sering digunakan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Mulai
masa-masa kehamilan hingga kematian. Saat seorang wanita suku Jawa
mengandung dan usia kandungannya sudah mencapai tujuh bulan,
mereka akan melakukan semacam ritual selamatan atau biasa disebut
mitoni. Adat Istiadat Suku Jawa saat upacara kematian. Ketika salah satu
masyarakat suku Jawa meninggal, ritual adat istiadat pun tidak lepas
mengiringi. Ritual yang biasa dilakukan adalah brobosan, yaitu melintas
di bawah mayat yang sudah ditandu dengan cara berjongkok.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

________. (2010) Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia.


(http://www.scribd.com/doc/6269543/2/D-Keragaman-Suku-Bangsa-dan-Budaya-
di-Indonesia).

___________. (2004). Berkenalan dengan Antropologi. Bandung:___

Ahira, A. (2010). Adat istiadat Suku Jawa. (http://www.anneahira.com/adat-


istiadat-suku-jawa.htm).

Anda mungkin juga menyukai