Oleh:
LEONARDO EMYUS
G1C016064
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................3
DAFTAR TABEL..................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
1.3 Tujuan...........................................................................................................7
1.4 Manfaat.........................................................................................................7
1.5 Batasan Masalah..........................................................................................7
1.6 Sistematika Penulisan..................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
2.1 Serbuk...........................................................................................................9
2.2 Serat...............................................................................................................9
2.3 Sabut Kelapa...............................................................................................11
2.3.1 Jenis Serbuk Sabut Kelapa................................................................12
2.4 Kelapa Sawit...............................................................................................13
2.4.1 Jenis Tanaman Kelapa Sawit............................................................14
2.4.2 Deskripsi Umum Sawit......................................................................15
2.4.3 Potensi Kelapa Sawit...........................................................................15
2.4.4 Tandan Kosong Kelapa Sawit............................................................16
2.5 Fraksi Volume Serat..................................................................................18
2.6 Komposit.....................................................................................................20
2.6.1 Bagian Utama Komposit.....................................................................21
2.6.2 Macam – Macam Komposit...............................................................23
2.7 Komposit Polimer.......................................................................................27
2.8 Komposit Serat Alam.................................................................................29
2.9 Manufakturing Komposit..........................................................................30
2.10 Papan Partikel..........................................................................................32
1
2.11 Perekat......................................................................................................34
2.12 Pengujian Mekanis...................................................................................36
2.12.1 Pengujian Impak Charpy..................................................................36
2.12.2 Pengujian Tarik.................................................................................38
2.12.3 Pengujian Bending............................................................................39
2.13 Pengujian Sifat Fisis.................................................................................41
2.13.1 Kerapatan (P)....................................................................................41
2.13.2 Kadar Air (Ka)..................................................................................42
2.14 Hipotesis………………………………………………………………...43
2
DAFTAR GAMBAR
3
Gambar 3. 11 Uji Kerapatan.................................................................................54
Gambar 3. 12 Uji Kadar Air.................................................................................55
DAFTAR TABEL
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
ton. Di Provinsi Bengkulu sendiri produksi kelapa sawit tahun 2020 mencapai
893.322 sampai tahun 2018 mencapai 1.047.729 ton, Dan di provinsi bengkulu
terdapat beberapa kabupaten yang menghasilkan kelapa sawit lumayan besar yaitu
kabupaten kaur pada tahun 2021 menghasilkan 19.57 ton, muko muko
menghasilkan 535.85 ton, bengkulu utara menghasilkan 78.35 ton dan terkhir
seluma yaitu menghasilkan kelapa sawit sebesar 72.59 ton (BPS 2021). Karena
melimpahnya sumber daya alam tersebut, terdapat potensi besar untuk
memanfaatkan limbah kelapa sawit.Limbah yang digunakan dari kelapa sawit
adalah bagian tandan kosong kelapa sawit. Limbah tandan kosong kelapa sawit
dimanfaatkan dalam bentuk serat menjadi papan komposit. [3]
Pembuatan papan partikel berdasarkan pada pertimbangan ekonomis yaitu
untuk memperbaiki sumber bahan baku yang berasal dari perkebunan dengan
usaha-usaha pemanfaatan limbah dari berbagai jenis yang berkualitas rendah.
Papan partikel selain digunakan untuk keperluan membuat dinding, lemari,
bangku dan lanai, juga digunakan dalam pembuatan bangunan rumah. Papan
partikel adalah produk yang dihasilkan dari pengempaan panas antara campuran
partikel serat atau bahan berligno selulosa lainnya dengan perekat organic serta
bahan perekat lainnya yang dibuat dengan cara pengempaan mendatar dengan dua
lempeng datar. [4]
Untuk mengelolah papan partikel yang kuat dan memiliki karakteristik yang
baik maka dilakukan dengan membuat material komposit yang menggunakan
serbuk sabut kelapa, tandan kosong kelapa sawit dan resin urea-formaldehida
tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan baku serbuk sabut
kelapa dan interaksi dengan konsentrasi perekat terhadap sifat fisis dan sifat
mekanik yang memenuhi standar SNI 03-2105-2006.
6
2. Bagaimana pengaruh perbandingan fraksi volume terhadap pengujian fisis
kerapatan dan kadar air berbahan baku komposit partikel serbuk sabut
kelapa dan serat TKKS.
3. Bagaimana kelayakan komposit papan partikel berbahan dasar serbuk
sabut kelapa dan serat TKKS menurut standar SNI 03-2105-2006.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa pengaruh perbandingan fraksi volume terhadap pengujian
mekanik uji tarik dan uji impak berbahan baku komposit partikel serbuk
sabut kelapa dan serat TKKS.
2. Menganalisa pengaruh perbandingan fraksi volume terhadap pengujian
fisis kerapatan dan kadar air berbahan baku komposit partikel serbuk sabut
kelapa dan serat TKKS.
3. Menganalisa kelayakan papan partikel berbahan baku serbuk sabut kelapa
dan serat TKKS menurut standar SNI 03-2105-2006.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan pengetahuan tentang komposit
papan partikel dari serbuk sabut kelapa dan serat TKKS.
2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk referensi bagi peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah kasanah ilmu
pengetahuan yang dapat diletakan di perpustakaan.
4. Diharapkan serbuk sabut kelapa dan serat tandan kosong kelapa sawit
dapat digunakan menjadi penguat pada macam-macam material komposit.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan serbuk yang digunakan adalah serbuk sabut kelapa dan serbuk
TKKS.
2. Perekat yang digunakan yaitu urea formaldehida dengan tipe UFP-1001.
3. Perbandingan serbuk serbuk sabut kelapa dan serat TKKS dengan variasi
presentase 0:100, 50:50, 100:0 lolos uji Mesh 50.
7
4. Fraksi volume perbandingan serat dan resin variasi presentase 0:100,
30:70, 40:60 dan 50:50.
5. Pengujian mekanik yang digunakan yaitu uji tarik, uji bending dan impak.
6. Pengujian sifat fisis yang digunakan yaitu kerapatan dan kadar air.
7. Manufakturing komposit menggunakan metode press.
8. Menggunakan bahan serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan tandan kosong
kelapa sawit (TKKS).
9. Standar pengujian mekanik yang digunakan adalah ASTM D 256, uji
Tarik standar ASTM D 638.
10. Standar pengujian fisis yang digunakan adalah standar SNI 03-2105-2006.
1.6 Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun per bab dan terdiri dari lima bab yaitu: BAB I
PENDAHULUAN, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat,batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN
PUSTAKA, serbuk, serat, serbuk sabut kelapa, kelapa sawit, serat tandan kosong
kelapa sawit, fraksi Berat, komposit, bagian utama komposit, macam-macam
komposit, komposit polimer, resin urea formaldehida, komposit serat alam,
manufacturing komposit, papan partikel, pengujian fisis, pengujian mekanis,
pengujian impak dan pengujian Tarik. BAB III METODOLOGI, menjelaskan
tentang diagram alir, alat dan bahan, pembuatan specimen, metode penelitian,
prosedur pengujian impak, prosedur pengujian tarik, prosedur pengambilan data,
pengujian impak dan pengujian tarik dan pengujian fisis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serbuk
Serbuk “diterapkan agak longgar untuk kayu halus yang terpisah kemudian
direduksi menjadi partikel lebih mendekat kepada pengertian tepung sereal dalam
ukuran, penampilan, dan teksturnya”. Serbuk Sbiasanya merujuk pada sebuah
partikel yang cukup kecil untuk melewati sebuah saringan dengan ukuran 850
mikron (menurut standar Amerika sekitar 20 mesh).
Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk
keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di
Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan kenaikan rata-rata
sebesar 14,2 % per tahun sedangkan produksi kayu bulat diperkirakan hanya
sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi defisit sebesar 45 juta m3.
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan kayu. Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan
alam menjadi lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktik
pemanenan yang tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang diikuti oleh
perambahan hutan. Di samping meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa
non kayu, dan pengembangan produk-produk inovatif sebagai bahan bangunan
pengganti kayu.
Sabut kelapa adalah limbah dari produksi buah kelapa yang jumlahnya
sangat banyak dan nilai ekonomisnya sangat murah. Agar bahan sabut kelapa ini
dapat dipakai sebagai matrial teknik maka limbah sabut kelapa perlu
dikembangkan sebagai bahan komposit yang penggunaannya sesuai sifat fisis dan
mekanisnya. [4]
2.2 Serat
Serat atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang
menahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat
tergantung dari kekuatan serat pembentuknya [5]
9
Serat merupakan unsur yang terpenting, karena seratlah nantinya yang akan
menentukan sifat mekanik komposit tersebut seperti, keuletan dan kekakuan.
Fungsi utama dari serat adalah:
Sebagai pembawa beban. Dalam struktur komposit 70% - 90% beban
dibawa oleh serat.
Memberikan sifat kekauan, kekuatan, dan stabilitas panas.
Memberikan insulasi kelistrikan (konduktivitas) padam komposit, tetapi
ini tergantung dari serat yang digunakan.
Macam-macam serat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Serat alam
Serat alam merupakan serat yang berasal dari alam, yang bersumber dari
tumbuh-tumbuhan. Seperti serat agel, serat rotan, serat ampas tebu.
2. Serat sintetik
Serat sintetik merupakan serat hasil buatan dengan campuran bahan
kimia. Seperti serat kaca, serat nilon.
Serat alam dapat diperoleh dari tumbuhan, hewan, dan mineral. Serat
memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi serat dapat dilihat pada Gambar 2.1
10
Tumbuhan di seluruh penjuru dunia umumnya memiliki sel dan kelompok sel
yang memberikan kekuatan dan kekakuan yang dapat ditemukan di batang, daun
dan biji. Salah satu serat yang telah digunakan sebagai bahan baku kerajinan dan
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penguat komposit adalah serat
mensiang (Actinoscirpusgrossus),[12]
11
Tabel 2. 1 Kandungan Nutrisi Dalam Sabut Kelapa
12
Gambar 2. 2 Cocopeat
13
sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur sawit) 4% atau 40 kg,
serabut (fiber) 13% atau 130 kg serta limbah cair sebanyak 50%.[9] Kelapa sawit
dapat dilihat pada Gambar 2.4
14
Virescens yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah
matang berwarna merah –kuningorange).
2.4.2 Deskripsi Umum Sawit
Deskripsi Umum Sawit Sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu
batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang
sawit berbentuk silinder dengan diameter 20 – 75 cm. Tinggi maksimum yang
ditanam diperkebunan antara 15 – 18 m, sedangkan yang dialam mencapai 30
meter. Tanaman sawit rata – rata menghasilkan buah 20 – 22 tandan/tahun
(Fauzi dkk.2008). Pertumbuhan produksi sawit meningkat dari tahun ke tahun
meskipun diperhitungkan tidak lebih dari 10%. Peningkatan tersebut
terdongkrak karena banyak petani yang mengkonversi lahan karet, tebu dan
coklat menjadi lahan sawit. Secara otomatis peningkatan produksi sawit akan
meningkatkan produksi tandan kosong sawit. Tanaman sawit menghasilkan
tandan buah sawit (TBS) yang merupakan bahan baku bagi industri pengolahan
pabrik sawit. Pabrik sawit mengolah tandan buah sawit menjadi produk minyak
sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). CPO dan PKO merupakan
bahan baku industri hilir sawit, industri hilir ini 13 dapat dikategorikan menjadi
2 jenis yaitu industri pangan yang berupa industri minyak goreng, dan industri
non-pangan yang meliputi industri oleokimia seperti, fatty acid, fatty alcohol,
stearin, glyserin, dan metallic soap. [10]
2.4.3 Potensi Kelapa Sawit
Perkembangan perkebunan kelapa sawit sangat pesat dewasa ini,
sehingga selain akan meningkatkan produksi minyak kelapa sawit, industri
kelapa sawit juga akan meningkatkan produksi “limbah” TKS yang dihasilkan
dari pabrik kelapa sawit. Selain menghasilkan minyak sawit mentah, pabrik
kelapa sawit menghasilkan produk samping berupa limbah. Limbah tersebut
terdiri dari limbah cair yang berasal dari pengukusan dan buangan hidrosiklon,
limbah padat yang berupa TKS, cangkang dan sludge serta limbah gas dari
pembakaran TKS atau cangkang.
Indonesia merupakan penghasil komoditas kelapa sawit terbesar didunia,
yakni sekitar 25 juta ton per-tahun, memiliki potensi industri kelapa sawit yang
kian prospektif. Hal ini tampak dari jumlah permintaan kelapa sawit yang terus
15
menerus meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk di dunia.
Menurut Ahmad Suryana, kepala badan ketahanan pangan kementrian pertanian,
permintaan domestik atas kelapa sawit dapat meningkat sekitar 2,2 persen per-
tahun hanya dari sektor pangan.
2.4.4 Tandan Kosong Kelapa sawit
Berdasarkan neraca massa bahan, setiap tandan buah segar (TBS) sawit
yang diolah di pabrik kelapa sawit selain akan menghasilkan minyak sawit juga
akan menghasilkan sekitar 25-26% tandan kosong kelapa sawit . Secara visual,
TKKS merupakan sekumpulan serat yang tebal berwarna coklat yang sengaja
disisihkan setelah proses perebusan buah proses melalui rotary drum threshter di
pabrik pengolahan kelapa sawit. TKKS bebentuk tidak teratur dengan bobot
kira-kira 3,5 kg dan memiliki ketebalan 130 mm dengan panjan bervariasi 170-
300 mm dan lebar 250-350 mm. Hasil perhitungan dari 200 sampel TKKS di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), diperoleh bobot rata-rata 5,1 kg, panjang
tandan 44,8 cm, lebar 35 cm dan ketebalan 19,4 cm. Tandan kosong kelapa
sawit dapat dilihat pada Gambar 2.5
16
sekitar 16.49% dan lignin sekitar 22.84%. Serat tandan kososng kelapa sawit
dapat dilihat pada Gambar 2.6
Tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi yang cukup besar untuk
dapat dimanfaatkan. Namun, selama ini TKKS baru dimanfaatkan sebagai pupuk
organik, bahan baku pembuatan kertas, briket, dan umumnya baru sampai pada
pemanfaatan serat sebagai bahan pengisi suatu medium seperti pengisi rongga jok
mobil dan kasur. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian yang mengkaji
mengenai potensi TKKS sebagai material serat alam yang bisa dimanfaatkan
untuk produk yang tidak hanya sekedar menjadi produk hasil cacahan tetapi juga
dapat digunakan sebagai bahan penguat komposit.
Komposisi kimiawi tandan kosong sawit yang terbesar adalah selulosa di
samping hemiselulosa dan lignin dalam jumlah yang lebih kecil. Komponen
kimiawi TKKS dapat dilihat dalam tabel berikut :
17
Tabel 2. 2 Komposisi Kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit (% Berat Kering)
A B C D
18
persamaan yang digunakan menggunakan komponen fraksi volume, namun dalam
kenyataannya pengukuran dapat dilakukan berdasarkan fraksi berat. Fraksi
volume merupakan rasio antara volume komponen penyusun dengan volume total
komposit.
Pada bahan komposit jumlah fraksi volume komponen penyusunnya
harus sama dengan satu, dengan mengasumsikan tidak adanya void:
Vf +Vm=1… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2.1)
Dengan Vf = fraksi volume serat
Vm = fraksi volume matrik
Sedangkan fraksi berat dapat ditulis sebagai berikut:
Wf +Wm=1… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2.2)
Dengan Wf = fraksi berat serat
Wm = fraksi berat matriks
Massa jenis total komposit merupakan gabungan dari massa jenis komponen
penyusunnya:
ρc=ρfVf + ρmVm … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …( 2.3)
Dengan ρc = massa jenis komposit
ρf = massa jenis serat
ρm = massa jenis matrik
Vf = fraksi volum serat
Vm = fraksi volum matrik
Persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut:
ρc=ρfVf + ρm (1−Vf )
ρc=( ρf − ρm ) Vf + ρm … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..(2.4)
Sehingga fraksi volume serat dapat diketahui dari persamaan:
ρc−ρm
Vf = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..(2.5)
ρf − ρm
Dengan mengetahui besar massa jenis total komposit dan komponen
penyusunnya maka fraksi volume serat akan dapat diketahui.
Fraksi volume serat dalam komposit merupakan parameter penting
dalam mengatur sifat mekanik komposit lamina yang dihasilkan. Pada
umumnya besar fraksi volume bahan komposit berkisar 20% sampai 65%.
19
Terdapat berbagai macam cara untuk mengetahui basarnya fraksi volume
komposit, salah satunya adalah dengan menimbang bobot total komposit dan
komponen-komponen penyusunnya untuk menghitung massa jenisnya
kemudian diselesaikan dengan persamaan di atas. [11]
2.6 Komposit
Komposit (composite) memiliki makna susunan atau gabungan. Jadi,
komposit adalah struktur material yang terdiri dari setidaknya dua material yang
dapat diidentifikasi secarama kroskopik yang bekerja bersama untuk mencapai
hasil yang lebih baik. Komposit merupakan suatu material yang terbentuk dari
kombinasi antara dua atau lebih material pembentukannya melalui pencampuran
yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material
pembentukannya berbeda-beda. [12]
Pada dasarnya, komposit dapat didefinisikan sebagai campuran makroskopik
dari serat dan matriks. Serat merupakan material yang umumnya jauh lebih baik
kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan tarik. Sedangkan matriks
berfungsi untuk melindungi serat dari efek lingkungan dan kerusakan akibat
benturan. [13]
Penggunaan material yang siap diaplikasikan sebagai komponen pada suatu
struktur menuntut adanya peningkatan sifat mekanis yang tinggi. Para
rekayasawanpun selalu melakukan berbagai kajian riset untuk merekayasa
material baru yang memiliki sifat fisis-mekanis lebih baik, seperti bahan baru
komposit. Komposit berpenguat serat merupakan jenis komposit yang paling
banyak dikembangkan. [12]
Bahan komposit merupakan bahan gabungan secara makro yang didefinisikan
sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran atau kombinasi dua
atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda dalam bentuk dan atau
komposisi material yang tidak dapat dipisahkan.
Material komposit mempunyai beberapa keuntungan diantaranya: [20]
1. Bobotnya ringan
2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik
3. Biaya produksi murah
4. Tahan korosi
20
2.6.1 Bagian Utama Komposit
Pada umumnya komposit mempunyai dua fase yaitu matriks dan
penguat(reinforcement).Matriks yang banyak digunakan untuk pembuatan bahan
komposit adalah resin polyster dan epoxy, sedangkan penguat(reinforcement)
yang sering digunakan adalah fiberglass, nilon, serat karbon dan serat alam.
1. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matriks umumnya lebih ductile tetapi memiliki
kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah. Syarat pokok matriks yang
digunakan dalam komposit adalah matriks harus bisa meneruskan beban
sehingga serat harus bisa melekat pada matriks dan kompati belantara serat
dan matriks, artinya tidak ada reaksi yang mengganggu. Umumnya matriks
dipilih yang mempunyai ketahanan panas yang tinggi. [21]
Menurut Van Vlack yang menjelaskan bahwa bahan penguat mengalami
penanggungan beban yang paling besar, oleh karena itu modulus elastisitas
bahan penguat harus lebih baik dari bahan matriksnya. Selain itu ikatan antara
matriks dan penguat harus kritis dan mengikat.
Menurut Van Vlack, matriks mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Mentransfer tegangan ke serat.
b) Membentuk ikatan koheren, permukaan matriks/serat.
c) Melindungi serat.
d) Memisahkan serat.
e) Melepas ikatan.
f) Tetap stabil setelah proses manufaktur. [22]
21
Berikut klasifikasi komposit berdasarkan bentuk dari matriks dapat
dilihat pada Gambar 2.7
Composite
Composite
22
2.6.2 Macam – Macam Komposit
Komposit terdiri dari empat kelompok menurut bentuk struktur dari
penyusunnya, yaitu:
A. Komposit Partikel (Particulate Composites)
Komposit Partikel merupakan komposit yang menggunakan partikel atau
serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriks.
Komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu butiran (batu, pasir)
yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton, senyawa komplek
kedalam senyawa komplek. Komposit partikel merupakan produk yang
dihasilkan dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus
mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama dengan satu atau lebih
unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban, katalisator dan
lain- lain. Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga
bersif atisotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan
koheren di antara fasepartikel dan matriks yang menunjukkan sambungan
yang baik.Komposit partikel dapat dilihat pada Gambar 2.9
23
Gambar 2. 10 Komposit Laminasi [23]
C. KompositSerpih (Flake Composites)
Komposit serpihan terdiri atas serpihan-serpihan yang saling menahan
dengan mengikat permukaan atau dimasukkan kedalam matriks. Pengertian
dari serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang
dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar
permukaannya. Sifat sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah
bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun dengan rapat untuk
menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas penampang
lintang tertentu. Pada umumnya serpihan serpihan saling tumpang tindih
pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap
yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau
perembesan. Komposit serpih dapat dilihat pada Gambar 2.11
24
secara acak maupun secaraorientasitertentubahkandapat juga dalambentuk
yang lebih kompleks seperti anyaman. Komposit serat dapat dilihat pada
Gambar 2.12
25
Gambar 2. 13 Continous Fiber Composite [25]
2. Woven fiber composite (komposit diperkuat dengan serat anyaman).
Dapat dilihat pada Gambar 2.14
26
2.7 Komposit Polimer
Komposit polimer dengan serat alam memiliki banyak keunggulan jika
dibandingkan dengan komposit sintesis. Perkembangan material komposit polimer
sebagai pengganti logam dan karbon sangat menjadi perhatian, hal ini karena
komposit polimer memiliki sifat mekanik yang cukup baik, memiliki sifat isolator
panas dan suara, tahan korosi, serta dapat dijadikan sebagai penghambat listrik
yang baik selain itu juga ramah lingkungan.[26] Pada umumnya komposit yang
dibuat manusia dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama yaitu:
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)
2. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
3. KompositMatrikKeramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
Komposit polimer memiliki beberapa tipe matriks komposit yaitu dapat
dilihat pada Gambar 2.17
27
3. Spesifik Strength tinggi.
4. Ketangguhan baik
5. Biaya pembuatan lebih rendah
6. Dapat dibuat dengan produk simassal.
Kekurangan dari PMC yaitu:
1. Pengembangan termal tinggi, menyebabkan dimensi tidak stabil.
2. Sensitif terhadap radiasi, kelembapan, penyerapan air kedalam
struktur yang mengurangi sifat mekanis.
B. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
Metal matrix composites adalah salah satu jenis komposit yang memiliki
matrik logam. Material MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada
mulanya yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yang digunakan dalam
aplikasi aerospace.
Kelebihan dari MMC yaitu:
1. Transfer tegangan dan regangan yang baik.
2. Ketahanan terhadap temperature tinggi.
3. Tidak menyerap kelembapan.
4. Tidak mudah terbakar.
5. Kekuatan tekan dan geser yang baik.
6. Ketahanan aus dan muaitermal yang lebih baik.
Kekurangan dari MMC yaitu:
1. Biayanya mahal.
2. Standarisasi material dan proses yang sedikit.
C. KompostMatrikKeramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)
CMC Merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi sebagai
reinforcement dan 1 fasa sebagai matriks, dimana matriknya terbuat dari keramik.
Reinforcement yang umum digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan
nitrid. Salah satu proses pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu
proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan logam untuk
pertumbuhan matrik keramik disekeliling daerah filler (penguat).
Kelebihan dari CMC yaitu:
1. Dimensinya stabil bahkan lebih stabil dari pada logam.
28
2. Sangat Tangguh, bahkan hamper sama dengan ketangguhan dari cast
iron.
3. Mempunyai karakteristik permukaan yang tahan aus.
4. Unsur kimianya stabil pada temperature tinggi.
5. Tahan pada temperature tinggi.
6. Kekuatan dan ketangguhan tinggi, dan ketahanan korosi tinggi.
Kekurangan dari CMC yaitu:
1. Sulit untuk diproduksi dalam jumlah besar.
2. Biaya relatif mahal
29
resin polimer, baik thermosetting dan thermoplastic yang memiliki ikatan
adhesive antara serat-matrik yang sangat kuat untuk dapat menghasilkan sifat
mekanis bahan, yaitu kekuatan, ketangguhan, kekakuan dan ketahanan impak
yang memenuhi syarat suatu aplikasi Teknik. [28]
Serat alam memiliki potensi yang sangat baik dalam industry otomotif
khususnya untuk komponen interior, sepertiflax dan hemp yang lebih ringan 40%
dari glass fibres. [29] Bahkan, Lotus Cars melaporkan bahwa serat hemp dapat
menggantikan glass fibres dan menurunkan berat kendaraan sebesar 32 kg. [30]
Penggunaan serat alam secaraluas dipengaruhi oleh regulasi di bidang otomotif
untuk kawasan Uni Eropa dan sebagian Asia yang mensyaratkan bahan habis
pakai (end of life) pada produk kompon enotomotif. [31]
2.9 Manufakturing Komposit
Manufakturing komposit dapat dilakukan dengan berbagai metode
pencetakanya itu sebagai berikut:
A. Hand lay-up
Proses manufacturing pada penelitian ini menggunakan metode Hand lay-
up. Hand lay-up dilakukan dengan mengoleskan lapisan secara manual pada
cetakan, dan kemudian meratakan dengan rol atau sikat. Ini adalah proses
keterampilan tangan, membutuhkan langkah-langkah untuk mencegah
perpindahan lapisan. Proses yang hemat biaya karena hanya membutuhkan alat
sederhana dan sejumlah kecil bahan habis pakai. Proses hand lay-up adalah proses
laminasi serat dan resin dengan cara manual. [6] Proses ini dilakukan dengan
memanfaatkan keterampilan tangan. Proses hand lay-up dapat dilihat pada
Gambar 2.18
30
B. Spray-Up
Proses spray-up dilakukan dengan cara penyemprotan serat (fibre) yang
telah melewati tempat pemotongan (chopper). Sementara resin yang telah
dicampur dengan katalis juga disemprotkan secara bersamaan kewadah tempat
pencetakan spray-up telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu proses selanjutnya
adalah dengan membiarkannya mengeras pada kondisi atmosfer standar. Spray-up
dapat dilihat pada Gambar 2.19
31
3. Pendinginan sampel yang masih dalam proses penekanan pada cetakan
dengan interval waktu pendinginan yang telah di tentukkan.
Proses pencetakan dengan metode ini memiliki kelebihan yaitu dapat
menentukkan sifat komposit yang di inginkan. [00]
Proses cetakan tertutup dapat dilihat pada Gambar 2.20
32
atau partikel yang dibedakan dari serat dan dikombinasikan dengan perekat
sintetis atau perekat lainnya serta di kempa dengan kempa panas. Berdasarkan
kerapatannya, papan partikel dibedakan menjadi: [33]
1. Papan partikel kerapatan rendah (Low Density Particleboard), yaitu papan
partikel yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 g/cm3.
2. Papan partikel kerapatan sedang (Medium Density Particleboard), yaitu
papan partikel yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 g/cm3.
3. Papan parikel kerapatan tinggi (High Density Particleboard) yaitu papan
partikel yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/ cm3.
Ada 3 kategori utama dari bahan baku untuk pembuatan papan partikel
yaitu: [34]
4. Kayu di sekitar seperti sisa penebangan, penjarangan, dan kayu non-
komersil.
5. Kayu sisa industri seperti serbuk gergaji, tatal, dan potongan kayu sisa.
6. Bahan serat non-kayu seperti jerami, bagasedan bambu.
Beberapa tipe-tipe utama partikel kayu yang digunakan sebagai bahan
pengisi untuk pembuatan papan partikel yaitu : [35]
a. Pasahan, yaitu partikel kayu berdimensiyang tidak menentu yang
dihasilkan apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu,
bervariasi ketebalannya dan sering tergulung.
b. Serpih, yaitu partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan
sebelumnya yang dihasilkan dariperalatan yang telah dikhususkan.
Ketebalannya seragam dan orientasi serat sejajar permukaannya.
c. Biskit, yaitu partikel yang berbentuk serpihan namun lebih besar
ukurannya.
d. Tatal, yaitu bentuk kepingan yang dipotong dari suatu balok dengan
memakai pisau yang besar atau pemukul, seperti mesin pembuatan tatal
kayu pulp.
e. Serbuk gergaji, yaitu partikel kayu halus yang dihasilkan dari pemotongan
oleh gergaji kayu.
33
f. Untaian, yaitu pasahan dalam bentuk panjang dan pipih dengan permukaan
yang sejajar.
g. Kerat, yaitu potongan potongan melintang dalam bentuk persegi dengan
panjang paling sedikit empat kali ketebalannya.
Proses pembuatan papan partikel diawali dengan mencampur bahan
partikel yang mungkin lebih dari satu jenis bahan. Perbandingan komposisi
bahan-bahan partikel akan mempengaruhi kualitas dari papan partikel. Kemudian
bahan tersebut dicampurkan dengan perekat pada kadar tertentu. Tahap berikutnya
2.11 Perekat
Perekat sebagai suatu bahan yang dapat menyatukan bahan-bahan lainya
melalui ikatan permukaan. Perekat dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok,
yaitu :
1. Perekat alami, dan
34
2. Perekat sintetik.
Perekat sintetik merupakan jenis perekat buatan diperoleh dari hasil
perpaduan dua atau lebih senyawa kimia. Perekat sintetik terdiri dari dua jenis
yaitu:Perekat thermoplastik, yaitu jenis perekat yang mudah lunak apabila
diberikan perlakuan panas karena memiliki sifat yang tidak tahan terhadap panas
dan akan mengeras apabila didinginkan, seperti polivinilasetat, polivinilolkohol,
polivinilasetal, aklirik dan lain-lain. Sedangkan perekat thermosetting yaitu jenis
perekat yang rusak apabila diberi perlakuan panas pada suhu tertentu.
Perekat urea formaldehyde merupakan jenis perekat yang cocok digunakan
sebagai perekat kayu. Perekat ini memiliki sifat kekuatan tarik dan kekerasan
permukaan tinggi, dan menyerap air yang rendah. Pada suatu komposit dengan
adanya perekat akan menjadikan ikatan antar partikel akan semakin erat sehingga
dapat meningkatkan kekuatan lengkung dari produk yang dihasilkan.
Saat di indonesia telah berdiri lebih dari ratusan industri pengolahan kayu
(komposit) yang sebagian besar menggunakan perekat sintetik seperti fenol
formaldehid (PF), urea formaldehid (UF), melamin formaldehid (MF). Namun
pada dasarnya pembuatan perekat tidak luput dari penggunaan formadehida.
Kelebihan penggunaan formaldehida dalam pembuatan perekat dapat
menghasilkan sifat perekatan yang baik.
Pada penelitian ini bahan pereakat yang digunakan yaitu jenis perekat urea
formaldehyde. Perekat urea formaldehyde adalahsuatu resin atau plastik
thermoasetting yang terbuat dari urea dan formaldehida yang dipanaskan dalam
suasana basa lembut seperti amoniak atau piridin. Resin ini memiliki sifat tensile-
strength dan hardhess permukaan yang tinggi, dan absorpi air yang rendah.
Dengan adanya perekat menjadikan ikatan antar partikel akan semakin erat
sehingga dapat meningkatkan kekuatan lengkung dari produk yang dihasilkan.
Tabel 2. 4 Spesifikasi urea formaldehida UA-125
35
Resin Conten 99.2 – 99.5%
36
Gambar 2. 23 Skema PengujianCharpy [26]
Uji impak berdasarkan standar ASTM D 5942 dengan menggunakan metode
Charpy, dapat dilihat pada Gambar 2.24
LO Panjang total 75 ± 2
B Lebar 10 ± 0,2
E serap
¿
Ketangguhan impak A …........………...…………………...(2.14)
Keterangan:
37
Eserap = Energi terserap (J)
w = Berat pendulum (w = 1 kg)
r = Panjang lengan pendulum (m)
= Sudut pantul pendulum (o)
= Sudut ayun pendulum ( = 156o)
A = Luas penampang melintang komposit (m2)
2.12.2 Pengujian Tarik
Pengujian tarik yang dilakukan adalah untuk mengetahui kekuatan tarik
dan regangan dari impak, maupun komposit serat. Metode yang digunakan
adalah benda uji dijepit pada mesin uji dengan pembebanan perlahan-lahan
meningkat sampai suatu beban tertentu dan akhirnya benda uji patah. Beban
tarik yang bekerja pada benda uji akan menimbulkan pertambahan panjang
disertai pengecilan diameter benda uji. Perbandingan antara pertambahan
panjang (∆ L ¿ dengan panjang awal benda uji (Lo) disebut regangan.
Uji Tarik berdasarkan standar ASTM D 638, dapat dilihat pada Gambar
2.25
38
R Radius of fillet 76 ± 1
T Thickness 4± 0,4
(sesuaiketebalanspesimen)
F
σ= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2.15)
A
Keterangan :
σ =¿Kekuatan tarik (Mpa)
F = Beban yang diberikan pada benda (N)
A = Luas penampang awal sebelum ada pembebanan (mm2)
li−lo
ε= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2.16)
lo
Keterangan
ε =Regangan
σ
E= =
ε
F . lo
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2.17)
∆l.A
Keterangan:
E = Modulus Elastisitas (Mpa)
σ =¿ Kekuatan tarik (Mpa)
ε =¿ Regangan
∆l = Pertambahan Panjang (mm)
39
2.12.3 Pengujian Bending
Pengujian kekuatan lentur /Bending dimaksudkan untuk mengetahui
ketahanan komposit terhadap pembebanan pada titik lentur. Di samping itu
pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisitasan suatu bahan.
Pada pengujian ini terhadap sampel uji diberikan pembebanan yang arahnya tegak
lurus terhadap arah penguatan serat. Proses pembebanan menggunakan pendorong
yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau
spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah
ditentukan.Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya
yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan [26]. Uji bending dapat dilihat
pada Gambar 2.26
3 PL
σ=
2bd 2
(2.8)
40
Keterangan :
P = Beban (N)
41
b. Papan partikel berkeraptan sedang (medium density particleboard), yaitu
papan
yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 gr/cm3.
c. Papan partikel berkerapatan tinggi (high density particleboard), yaitu
papan yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 gr/cm3.
Selanjutnya dibandingkan dengan kayu asalnya, papan partikel
mempunyai beberapa kelebihan seperti:
1. Papan partikel bebas mata kayu, pecah, dan retak.
2. Ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Tebal dan kerapatannya seragam serta mudah untuk dikerjakan.
4. Mempunyai sifat isotropis.
5. Sifat dan kualitasnya dapat diatur.
Kerapatan papan partikel dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
m
p= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2.18)
V
Keterangan :
p = Kerapatan (gr/cm3)
m = Massa kering udara contoh uji (gr)
V = Volume kering udara contoh uji (cm3)
42
BA−BKO
KA= X 100 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(2.19)
BKO
Keterangan :
43
BAB III
METODOLOGI
Studi Literatur
Pengolahan Data
Analisa Data
Selesai
44
3.2 Alat dan Bahan
Pada Penelitian ini alat dan bahan yang digunakan yaitu :
3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dapat dilihat
di bawah ini :
1. Alat Uji Tarik
Alat uji tarik berfungsi untuk menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan
bahan atau material. Alat uji tarik dapat dilihat pada Gambar 3.2
45
3. Mesin Uji Bending
Adapun mesin uji Bending merk Torsee’s Universal berfungsi untuk
mengetahui kekuatan bending pada suatu bahan atau material setelah
dilakukan perendaman. Mesin uji bending dapat dilihat pada Gambar 3.4
46
Gambar 3. 6 Tungku Pemanas
6. Sieve Shaker
Sieve Shaker digunakan untuk menyaring partikel cangkang telur ayam.
Pada penelitian ini menggunakan ukuran mesh 50. SieveShaker Dapat dilihat
pada Gambar 3.6
47
Gambar 3. 8 Timbangan Digital
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Serbuk sabut kelapa
Serbuk sabut kelapa padi digunakan sebagai serbuk penguat komposit
papan partikel pada penelitian ini. Serbuk sabut kelapa padi dapat dilihat
pada Gambar 3.16
48
Gambar 3. 6 Serat TKKS
3. Resin
Resin urea formaldehida yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis
UA-125 dimana digunakan sebagai matriks pengikat. Resin urea
formaldehida dapat dilihat pada Gambar 3.18
Gambar 3. 7 Resin
3.3 Pembuatan Spesimen
Pembuatan spesimen dimana langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengerjaan
pembuatan material spesimen.
2. Menghitung fraksi volume bahan. Setelah diketahui fraksi volume untuk
serbuk untuk satu cetakan. Maka serbuk dapat dibagi sesuai dengan
dimensi panjang dan lebar cetakan.
49
3. Tuangkan 2/3 dari air yang dibutuhkan kedalam mixser diikuti oleh resin
urea formaldehida dan serbuk sabut kelapa dan TKKS.
4. Selanjutnya adonan pada cetakan ditekan dengan tekanan 16 kg/cm 3,
kemudian ditahan dalam waktu 15 menit. Setelah mencapai waktu 15
menit kemudian penekanan di angkat dan spesimen komposit dapat
dikeluarkan dari cetakan.
5. Setelah specimen jadi kemudian specimen dipotong sesuai dimensi yang di
inginkan dengan mengacu pada standar SNI 03-2105-2006.
6. Kemudian dilakukan pengujian fisis dan mekanik dengan mengacu pada
standar SNI 03-2105-2006.
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk pengambilan data pada penelitian ini
sebagai berikut:
1. Melakukan perbandingan serbuk dan serat sebesar 0:100%, 50:50%,
100:0%.
2. Kemudian menghitung fraksi volume resin.
3. Mencampur adonan perekat serbuk TKKS dan sabut kelapa secara merata
dimana pengadukan tersebut dilitekan diatas hot plate sampai pemanasan
yang di tentukan.
4. kemudian dicetak dengan menggunakan press molding dengan penekan
16kg/cm3.
5. Selanjutnya papan partikel dilakukan pengujian mekanis dan fisis dengan
mengacu pada standar SNI 03-2105-2006.
6. Selanjutnya dilakukan pembahsan dan ditarik kesimpulan.
3.5 Prosedur Pengujian mekanik
Prosedur pengujian mekanik yaitu uji tarik dan uji impak dapat dilihat
sebagai berikut:
3.5.1 Prosedur Pengujian Impak
Prosedur pengujian impak yaitu sesuai dengan ASTM D 5942-96 yaitu:
1. Siapkan material uji (spesimen) yang akan dilakukan pengujian dengan
dimensi specimen yaitu 75 x 10 x 10 mm.
50
2. Mengkalibrasi ulang alat uji impak dan set indikator pada alat uji
impak dan pastikan jarum pada angka 0.
3. Letakkan material uji pada dudukanalat uji impak.
4. Naikkan pendulum pada alat uji impaksampai sudut 60o.
5. Lepaskan pengunci pendulum hingga berayun dan menabrak spesimen.
6. Kemudian tunggu hingga pendulum berhenti dengan cara injak tuas
rem, lalu ambil data yang terdapat pada skala penunjuk hasil pengujian.
3.5.2 Prosedur Pengujian Tarik
Prosedur pengujian impak yaitu sesuai dengan ASTM D 638 yaitu:
1. Siapkan material uji (spesimen) yang akan dilakukan pengujian.
2. Ukur panjang spesimen dan lebar spesimen
3. Letakkan material uji (spesimen) pada dudukan alat uji.
4. Lakukan penarikan ke specimen dengan menggunakan dongkrak pada
alat uji.
5. Ukur panjang spesimen dan lebar spesimen setelah dilaakukan
pengujian
6. Ambil data hasil pengujian yang ditampilkan pada alat uji.
51
1. Contoh uji di ukur dengan mengunakan jangka sorong, panjangnya
pada sisi lebarnya dari tepi dengan ketelitian 0.1 mm kemudian di
timbang dengan ketelitian 0,1gr.
2. Contoh uji di masukan kedalam oven dengan 103οC± 20 C.
3. Kemudian contoh uji di ukur Kembali tebalnya pada keempat sudut.
(pada titik persilangan pengukuran Panjang dan lebar) dengan ketelitian
0,05 mm.
4. Contoh uji ditimbang dengan ketelitian 0,1 gr.
3.6.2 Pengujian kadar air
Prosedur pengujian kadar air yaitu sesuai dengan SNI 03-2150-2006 yaitu:
1. Contoh uji ditimbang untuk mengetahui berat awal dengan ketelitian
hingga 0,1 gr.
2. Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 1300 C ± 20 C.
3. Masukan contoh uji ke dalam desikator, kemudian ditimbang.
4. Kegiatan ini diulang dengan selang 6 jam sampai beratnya tetSap (berat
kering mutlak), yaitu bisa perbedaan beratnya maksimum 0,1
3.7 Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut:
3.7.1 Pengujian Impak
Data pengujian impak pada serbuk sabut kelapa dan TKKS, dapat dilihat
pada Tabel 3.1
Tabel 3. 1 Pengujian Impak Komposit Papan Partikel
Variasi Variasi Tebal,d Lebar,b Luas,A Sudutα Sudutβ Energi Ketangguhan
Campuran Serat (mm) (mm) (mm) ( 0) (0) (Joule) (J/mm2 )
Resin TKKS
dan SK
0:100 0:100
0% Resin 50:50
: 100:0
100% Serat
30:70 0:100
52
: 100:0
60% Serat
50:50 0:100
Grafik pengujian impak pada komposit papan partikel serbuk sabut kelapa
dan TKKS, dapat dilihat pada Gambar 3.13
Ketangguhan
(J/mm2 )
53
: 100:0
70% Serat
40:60 0:100
50:50
40% Resin
: 100:0
60% Serat
50:50 0:100
50:50
50% Resin
: 100:0
50% Serat
Grafik pengujian tarik pada komposit papan partikel serbuk sabut kelapa
dan TKKS, dapat dilihat pada Gambar 3.14
54
3.7.3 Pengujian bending
Data pengujian bending pada serbuk sabut kelapa dan TKKS, dapat dilihat
pada Tabel 3.3
Tabel 3. 3 Pengujian Tarik Komposit Papan Partikel
Variasi Variasi L (mm) b (mm) d (mm2) P (N) σ (Mpa)
Campuran Serat
Resin TKKS dan
SK
0:100 0:100
50:50
0% Resin
: 100:0
100% Serat
30:70 0:100
50:50
30% Resin
: 100:0
70% Serat
40:60 0:100
50:50
40% Resin
: 100:0
60% Serat
50:50 0:100
50:50
50% Resin
: 100:0
50% Serat
Grafik pengujian tarik pada komposit papan partikel serbuk sabut kelapa
dan TKKS, dapat dilihat pada Gambar 3.15
Kekuatan bending
(KJ/m^2)
55
3.7.4 Pengujian kerapatan
Data pengujian fisis kerapatan pada serbuk sabut kelapa dan TKKS, dapat
dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3. 4 Pengujian Kerapatan Komposit Papan Partikel
Variasi Variasi V (cm3) m (gram) Kerapatan
Campuran Serat
Resin TKKS dan SK
0:100 0:100
50:50
0% Resin
: 100:0
100% Serat
30:70 0:100
50:50
30% Resin
: 100:0
70% Serat
40:60 0:100
50:50
40% Resin
: 100:0
60% Serat
50:50 0:100
50:50
50% Resin
: 100:0
50% Serat
56
Grafik pengujian Kerapatan pada komposit papan partikel serbuk sabut
kelapa dan TKKS, dapat dilihat pada Gambar 3.16
Kerapatan (gr/cm3)
57
50% Serat
Grafik pengujian Kerapatan pada komposit papan partikel serbuk sabut
kelapa dan TKKS, dapat dilihat pada Gambar 3.17
58
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fathanah, U. (2011). Kualitas Papan Komposit dari Serbuk Sabut Kelapa dan
Plastik HDPE Daur Ulang Menggunakan Maleic Anhydride (MAH) sebagai
Compatibilizer. Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 8(2), 53-59.
[2] Martawijaya, A dan Kartasujana, I. 1977. Ciri umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-
Jenis Kayu Indonesia. Bogor ; Departemen Pertanian.
[3] Titi, I., (2011). Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa pada Perancangan Interior dan
Furniture yang Berdampak pada Pemberdayaan Rakyat Miskin. Jurusan Desain
Interior,
[4] Wasni, H., & Arianto, M., 2018. Studi Krakteristik Komposit Sabut Kelapa dan
Serat Daun Nanas Sebagai Peredam Bunyi. Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 2
No.2,
[5] Hidanto, W., & Mora, M. (2019). Analisis Pengaruh Komposisi Serbuk terhadap
Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Papan Partikel Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit,
Serbuk Kayu dan Tempurung Kelapa. Jurnal Fisika Unand, 8(2), 106-112.
[6] Fauziah, Dwiria Wahyuni, & Boni P. Lapanporo. "Analisis Sifat Fisik dan Mekanik
Papan Partikel Berbahan Dasar Sekam Padi." Jurnal Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpurae (2014)
[7] Punyamurthy, R., Sampathkumar, D., Bennehalli, B., Patel, R., & Venkateshappa, S.
C. (2014). Abaca fiber reinforced epoxy composites: evaluation of impact strength.
Int J Sci Basic Appl Res, 18, 305-317.
[8] Bledzki, A. K., Sperber, V. E., & Faruk, O. (2002). Natural and wood fibre
reinforcement in polymers (Vol. 13). iSmithers Rapra Publishing.
[9] Bledzki, A. K., Sperber, V. E., & Faruk, O. 2002. Natural and wood fibre
reinforcement in polymers (Vol. 13). iSmithers Rapra Publishing.
[10] Pandit, I.KN dan Kurniawan, D. 2008. Anatomi Kayu : Struktur Kayu, Kayu
Sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[11] Martawijaya, A dan Kartasujana, I. 1977. Ciri umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-
Jenis kKayu Indonesia. Bogor ; Departemen Pertanian.
59
[12] Kurniawan, M. Pengaruh fraksi volume perekat urea formadehida terhadap sifat
mekanik komposit partikel kayu sengon.2 Oktober 2021.
[13] Riama, G., Veranika, A., Prasetyo, W., 2013, Pengaruh H2o2, Konsentrasi Naoh
Dan Waktu Terhadap Derajat Putih Pulp Dari Mahkota Nanas, Jurnal Teknik
Kimia, 25 – 34.
[14] Pamungkas, D. C., Jokosisworo, S., & Santosa, A. W. B. (2017). Analisa Teknis
Kekuatan Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Tanaman Mendong
(Fimbrystylis Globulosa) Ditinjau dari Kekuatan Bending dan Impak. Jurnal
Teknik Perkapalan, 5(2).
[15] Schwartz,M.M. 1984. “Composite Materials Handbook”. New York: McGraw.
[16] Van Vlack, L. H., & Djaprie, S. 199. Ilmu dan teknologi Bahan. Penerbit
Erlangga
[17] Diharjo,K.2000. BukuPegangan Material Teknik. UniversitasSebelasMaret,
Surakarta.
[18] Nayiroh,N.2013. KlasifikasiKomposit – Metal Matrix Composite. Teknologi
Material Komposit : Indonesia
[19] Kristanto, L. 2018. PengaruhPersentaseSerat Fiberglass TerhadapKekuatan Tarik
Komposit Matriks Polimer Polyester, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,.
[20] Sirait, D.H. 2010. Material Komposit. Erlangga. Jakarta.
[21] Putra.G.L,. 2015. Analisa Sifat Mekanik Komposit Vinylester Berpenguat Serat
E-Glass Tipe Multiaxial Dengan Metode Vartm Untuk Aplikasi Pada Lambung
Kapal Cepat. Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia.
[22] Kristanto, L. 2018. PengaruhPersentaseSerat Fiberglass TerhadapKekuatan Tarik
Komposit Matriks Polimer Polyester, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,.
[23] Sirait, D.H. 2010. Material Komposit. Erlangga. Jakarta.
[24] Putra.G.L,. 2015. Analisa Sifat Mekanik Komposit Vinylester Berpenguat Serat
E-Glass Tipe Multiaxial Dengan Metode Vartm Untuk Aplikasi Pada Lambung
Kapal Cepat. Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia.
[25] Gay, D.2003. Composite Material: Design and Applications, CRC, Canada.
[26] Basyarahil,Z. 2017. Karakterisasi Dan Proses Manufaktur Komposit
Polypropylene Berpenguat Serat Dendrocalamus Asper Untuk Aplikasi Ruang
60
Mesin Otomotif. Departemen Teknik Material, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
61