Anda di halaman 1dari 23

KINETIKA KIMIA II

Disusun oleh :

YUDHISTIRA YOSSA ADIRAJASA

4201416081

ELVIRA FIONA

4201416040

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2016
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Kinetika Kimia II”. Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Kimia
Dasar.

Penulis sadar bahwa makalah ini mungkin masih terdapat kekurangan, baik isi
maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun
yang membaca sebagai pengetahuan umum ataupun khusus.

Semarang, 31 Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................ i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................1

1.3 Tujuan .............................................................................................................1

II. Isi

2.1 Teori tumbukan ................................................................................................3

2.2 Teori keadaan transisi ......................................................................................7

2.3 Temperatur dan laju reaksi ..............................................................................8

2.4 Katalis ..............................................................................................................9

2.5 Penerapan laju reaksi .....................................................................................13

III. Penutup

3.1 Simpulan ........................................................................................................19

3.2 Saran ..............................................................................................................20

3.3 Daftar Pustaka ................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia pada zaman sekarang tidak dapat dipisahkan dari bahan-
bahan kimia. Hampir seluruhnya bagian dari kehidupan manusia berhubungan sangat
erat dengan bahan-bahan kimia. Dalam bidang kehidupan rumah tangga, kesehatan,
perhiasan, dan lain-lain, hampir seluruhnya menggunakan bahan kimia. Dalam suatu
reaksi kimia terdapat perbedaan laju reaksi antara reaksi yang satu dengan reaksi yang
lain. Misalnya, ketika kita membakar kertas, reaksi berlangsung cepat sedangkan reaksi
pembakaran minyak bumi memakan waktu yang sangat lama. Dari hal ini dapat
diketahui bahwa reaksi kimia memiliki laju reaksi yang berbeda. Laju reaksi sangat
penting untuk dipelajari karena dengan mengetahui laju reaksi dan mengetahui hal-hal
yang mempengaruhinya dapat menerapkannya dalam kehidupan, misalnya dalam
kegiatan industri, dengan mengetahui laju reaksi dapat membuat produksi lebih
terkendali sehingga didapat jumlah produk dalam waktu yang bisa diperhitungkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengkaji beberapa rumusan


masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana teori tumbukan pada laju reaksi?

1.2.2 Bagaimana teori keadaan transisi energi aktivasi?

1.2.3 Bagaimana pengaruh temperatur terhadap laju reaksi?

1.2.4 Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi?

1.2.5 Bagaimana penerapan laju reaksi?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, makalah ini bertujuan untuk :

1.3.1 Memahami teori tumbukan pada laju reaksi

1
1.3.2 Memahami teori keadaan transisi energi aktivasi

1.3.3 Memahami pengaruh temperatur terhadap laju reaksi

1.3.4 Memahami pengaruh katalis terhadap laju reaksi

1.3.5 Memahami penerapan laju reaksi pada kehidupan sehari-hari

2
BAB II

ISI

2.1 Teori Tumbukan


Teori kinetik molekul gas menyatakan bahwa molekul gas sering bertumbukan satu
dengan lainnya. Jadi, sangat masuk akal jika kita menganggap, dan biasanya benar,
bahwa reaksi kimia berlangsung sebagai akibat dari tumbukan antara molekul-molekul
yang bereaksi. Dari segi teori tumbukan dari kinetika kimia maka, kita perkirakan laju
reaksi akan berbanding lurus dengan banyaknya tumbukan molekul per detik, atau
berbanding lurus dengan frekuensi tumbukan molekul :

banyaknya tumbukan
Laju ∞
detik

A+BC+D

Hubungan sederhana ini menjelaskan ketergantungan laju reaksi terhadap konsentrasi.


Kita asumsikan reaksi molekul A dengan molekul B membentuk suatu produk.
Misalkan setiap molekul produk terbentuk lewat penggabungan langsung satu molekul
A dan satu molekul B. jika kita lipat duakan konsentrasi A misalnya, jumlah tumbukan
A-B juga akan berlipat dua, sebab dalam volume berapapun akan ada dua kali lebih
banyak molekul A yang dapat bertumbukan dengan molekul B. Akibatnya, laju akan
meningkat dua kali. Sama halnya melipat duakan konsentrasi molekul B akan
meningkat laju menjadi dua kali. Jadi, kita dapat menyatakan hukum laju dengan

Laju = k [A][B]

Reaksi ini adalah reaksi orde pertama dalam A maupun B dan mematuhi kinetika orde
kedua.

Teori tumbukan secara intuitif cukup menarik, tetapi hubungan antara laju dan
tumbukan molekul jauh lebih rumit dibandingkan yang diduga. Implikasi dari teori
tumbukan ialah bahwa suatu reaksi selalu terjadi bila satu molekul A dan satu molekul
B bertumbukan. Namun demikian, tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi.
Perhitungan berdasarkan teori kinetik molekul menunjukkan bahwa pada tekanan

3
biasanya (misalnya, 1 atm) dan suhu biasa (misalnya, 298K) terdapat sekitar 1027
tumbukan biner (tumbukan antara dua molekul) dalam volume 1 mL setiap detik, dalam
fasa gas. Jumlah tumbukan per detik yang terjadi dalam cairan lebih banyak lagi. Jika
setiap tumbukan biner menghasilkan produk, maka sebagian besar reaksi akan selesai
dalam sekejap saja. Pada praktiknya, kita temukan bahwa laju reaksi sangat beragam.
Ini berarti bahwa dalam banyak hal, tumbukan saja tidak menjamin bahwa suatu reaksi
akan berlangsung. Jadi, makin banyak tumbukan yang terjadi akan makin cepat reaksi
berlangsung, namun demikian hanya fraksi tumbukan yang efektiflah yang
memungkinkan reaksi dapat berlangsung. Yang dimaksud dengan tumbukan yang
efektif adalah tumbukan antar molekul yang orientasinya sesuai dan memungkinkan
untuk menghasilkan produk. Dengan kata lain, hanya bila tumbukan menghasilkan
energi yang dapat melampaui energi pengaktifan maka reaksi akan dapat berlangsung.

Tumbukan antara pereaksi ada yang menghasilkan reaksi dan tidak, sebagai contoh
amati gambar reaksi antara hidrogen dan iodium berikut:

4
Agar pereaksi dapat bereaksi, terlebih dahulu harus terjadi tumbukan antara partikel-
partikel zat pereaksi tersebut. Pada reaksi sederhana, yaitu reaksi yang berlangsung satu
tahap, perubahan konsentrasi pereaksi sebanding dengan perubahan kecepatan
reaksinya. Misalnya, pada reaksi sederhana A + B → C jika konsentrasi A dijadikan 2
kali dan konsentrasi B tetap, maka laju reaksi akan menjadi 2 kali pula. Demikian pula,
jika konsentrasi B dijadikan 2 kali dan konsentrasi A tetap. Pada reaksi yang tidak
sederhana, tumbukan antara partikel-partikel pereaksi tidak langsung menghasilkan
hasil akhir. Reaksi ini dapat terjadi pada reaksi yang melibatkan satu jenis pereaksi atau
lebih. Reaksi yang melibatkan lebih dari dua partikel seperti dalam reaksi 2H2 +
2NO → N2 + 2H2O tidak mungkin terjadi karena tumbukan sekaligus antara 4 partikel
pada satu titik dan satu saat yang sama. Tumbukan hanya mungkin terjadi antara dua
partikel. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa reaksi yang tidak sederhana berjalan tahap
demi tahap yang pada setiap tahap hanya terjadi tumbukan antara dua partikel. Pada
contoh reaksi di atas, diperkirakan reaksi berjalan melalui tahap-tahap sebagai berikut.

Tahap 1 : NO(g) + NO(g) ↔ N2O2(g) (cepat)

Tahap 2 : N2O2(g) + H2(g) → N2O(g) + H2O(l) (cepat)

Tahap 3 : N2O(g) + H2(g) → N2(g) + H2O(l) (lambat) +

2NO(g) + 2H2(g) → N2(g) + 2 H2O(l) (reaksi stoikiometri)

Tiap-tiap tahap merupakan reaksi sederhana.

Rangkaian tahap-tahap yang menerangkan jalannya suatu reaksi dari awal hingga akhir
disebut mekanisme reaksi. Setiap tahap mempunyai laju reaksi yang berbeda. Seringkali
ditemukan bahwa di antara tahap-tahap reaksi dalam mekanisme reaksi terdapat satu
tahap dengan laju yang relatif rendah. Dalam hal ini, laju reaksi secara keseluruhan

5
ditentukan oleh tahap yang lambat atau dengan kata lain tahap yang paling lambat
dalam suatu mekanisme reaksi merupakan tahap penentu laju reaksi.

Pada mekanisme reaksi tersebut, tahap ketiga merupakan tahap yang menentukan laju
reaksi keseluruhan.

r = k [N2O] [H2]

Oleh karena N2O tidak terdapat dalam reaksi stoikiometri, maka konsentrasi N2O pada
persamaan laju reaksi harus dieliminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
reaksi tahap 1. Reaksi tahap 1 merupakan reaksi yang berjalan dua arah dengan laju
yang sama (reaksi kesetimbangan).

rke kanan = rke kiri

rke kanan = k" [NO]2

rke kiri = k" [N2O2]

k' [NO]2 = k" [N2O2]

Berdasarkan stoikiometri reaksi tahap 2, dapat dilihat bahwa [N2O2] sama dengan [N2O]

k’ [NO]2 = k” [N2O]

[N2O] = k’/ k” [NO]2

Jadi, r = k . k’/ k” [NO]2 [H2] atau jika k . k’/ k” = K, maka,

r = K [NO]2 [H2]

6
2.2 Teori Keadaan Transisi

Teori ini lebih menekankan pada apa yang terjadi selama tumbukan berlangsung. Setiap
molekul yang bergerak memiliki energi kinetik, semakin cepat geraknya semakin besar
energi kinetiknya. Ketika molekul-molekul bertumbukan, sebagian dari energi
kinetiknya diubah menjadi energi vibrasi. Jika energi kinetik awalnya besar, molekul
yang bertumbukan akan bergetar kuat sehingga memutuskan beberapa ikatan kimianya.
Putusnya ikatan merupakan langkah pertama ke pembuatan produk. Jika energi kinetik
awalnya kecil, molekul hanya akan terpental, tetapi masih utuh. Dari segi energi ada
semacam energi tumbukan minimum yang harus tercapai agar reaksi terjadi. Jadi, untuk
bereaksi molekul yang bertumbukan harus memiliki energi kinetik total sama dengan
atau lebih besar daripada energi aktivasi yaitu jumlah minimum energi yang diperlukan
untuk mengawali reaksi kimia. Apabila energinya lebih kecil daripada energi aktivasi,
molekul tetap utuh dan tidak ada perubahan akibat tumbukan. Spesi yang terbentuk
sementara oleh molekul reaktan sebagai akibat tumbukan sebelum membentuk produk
dinamakan kompleks teraktifan atau juga dinamakan keadaan transisi.

7
2.3 Temperatur Dan Laju Reaksi

A+BC+D

Jika produk lebih stabil dibandingkan reaktan, maka reaksi akan diiringi dengan
pelepasan kalor, dengan kata lain reaksinya eksotermik. Sebaliknya, jika produk kurang
stabil dibandingkan reaktan maka kalor akan diserap dari lingkungannya oleh campuran
yang bereaksi dan reaksinya bersifat endotermik. Secara teori reaksi kimia berjalan
lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Untuk mempercepat reaksi biokimia yang
terlibat, kita menaikkan suhu dan untuk melambatkan reaksi, kita menurunkan suhu.
Ketergantungan konstanta laju reaksi terhadap suhu dapat dinyatakan dengan persamaan
yang dikenal sekarang sebagai persamaan Arrhenius :

k = A𝑒 −𝐸𝑎 /𝑅𝑇

dimana 𝐸𝑎 adalah energi aktivasi dari reaksi, R adalah konstanta gas (8,314 J/Kmol) dan
T adalah suhu mutlak serta 𝑒 adalah basis dari skala logaritma natural. Besaran A
menyatakan frekuensi tumbukan dan dinamakan faktor frekuensi. Faktor ini dapat
dianggap sebagai konstanta untuk sistem reaksi tertentu dalam kisaran suhu yang cukup
lebar. Persamaan diatas menunjukkan bahwa konstanta laju berbanding lurus dengan A
dengan begitu berbanding lurus dengan frekuensi tumbukan. Selain itu karena tanda
minus untuk eksponen 𝐸𝑎 /𝑅𝑇 maka konstanta laju menurun dengan meningkatnya
energi aktivasi dan meningkat dengan meningkatnya suhu. Persamaan ini dapat
dinyatakan dalam bentuk yang lebih baik dengan menghitung logaritma natural di kedua
sisi :

8
ln k = ln A𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇

𝐸𝑎
ln k = ln A -
𝑅𝑇

Persamaan yang menghubungkan konstanta laju k1 dan k2 pada suhu T1 dan T2 dapat
digunakan untuk menghitung energi aktivasi atau untuk menentukan konstanta laju pada
suhu lain jika energi aktivasinya telah diketahui. Sehingga persamaan dapat diperoleh :

𝐸𝑎
ln k1 = ln A -
𝑅𝑇1

𝐸𝑎
ln k2 = ln A -
𝑅𝑇2

dengan mengurangkan ln k2 dari ln k1 dihasilkan :

𝐸𝑎 1 1
ln k1 - ln k2 =
𝑅
(𝑇 − 𝑇 )
2 1

𝑘1 𝐸𝑎 1 1
ln
𝑘2
=
𝑅
(𝑇 − 𝑇 )
2 1

𝑘1 𝐸𝑎 𝑇1 −𝑇2
ln
𝑘2
=
𝑅
(𝑇𝑇 )
1 2

3.4 Katalis

Suatu reaksi biasanya dapat dibuat agar berjalan lebih cepat dengan
meningkatkan suhunya. Cara lain untuk mempercepat reaksi adalah dengan
menggunakan katalis. Katalis adalah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut
terpakai. Katalis memberikan alternatif lintasan reaksi dengan energi aktivasi lebih
rendah. Katalis berperan serta dalam reaksi kimia, tetapi katalis tidak menjalani
perubahan permanen. Akibatnya, rumus katalis tidak muncil dalam persamaan kimia
keseluruhan dan biasanya diletakkan di atas tanda panah reaksi.

9
Keberhasilan suatu proses kimia sering bergantung pada pencarian katalis yang benar,
sebagaimana dalam manufaktur asam nitrat. Dengan mengatur agar oksidasi NH3(g)
berlangsung sangat cepat (kurang dari 1 ms) dengan kehadiran katalis Pt-Rh, NO(g)
dapat diperoleh sebagai produk, bukan N2(g). pembentukan HNO3(aq) dari NO(g).
Katalisis bersifat spesifik artinya hanya berfungsi sebagai katalis untuk reaksi tertentu
saja dan tidak dapat dipakai untuk reaksi-reaksi lainnya. Contoh :
MnO2
2KClO3 2KCl + 3O2

Terdapat beberapa jenis katalis yaitu :

1. Katalisis Homogen

Yaitu reaksi diamana semua reaktan dan produk reaksi ini berada dalam larutan atau
campuran homogen (fase yang sama, biasanya fasa cair). Katalisis asam dan basa adalah
jenis katalisis homogen yang paling penting dalam larutan cairan. Contohnya, reaksi etil
asetat dengan air yang menghasilkan asam asetat dan etanol biasanya berlangsung
sangat lambat sehingga sukar diukur.

10
Tanpa kehadiran katalis, hukum lajunya :

v = k [CH3COOC2H5]

Namun, reaksi dapat dikatalisis oleh asam. Dengan bantuan asam klorida, lajunya
menjadi :

v = kc [CH3COOC2H5] [H+]

2. Katalisis Heterogen

Adalah katalisis dimana reaktan dan katalis berbeda fasa. Biasanya katalis berupa
padatan dan reaktan berwujud gas atau cairan. Katalisis heterogen sejauh ini adalah
jenis katalisis yang paling penting dalam kimia industri, terutama dalam sintesis
berbagai bahan kimia penting. Terdapat dua contoh katalisis heterogen yang spesifik.

a. Pembuatan asam nitrat

Asam nitrat ialah salah satu asam anorganik yang paling penting yang biasanya
digunakan dalam produksi pupuk, zat pewarna, obat-obatan, dan bahan peledak. Metode
industri yang utama dalam memproduksi asam nitrat adalah proses Ostwald . Bahan
awalnya yaitu amonia dan molekul oksigen, dipanaskan dengan tambahan adanya
katalisis platina-rodium sampai sekitar 800oC :

4NH3(g) + 5O2(g)  4NO(g) + 6H2O(g)

Nitrat oksida yang terbentuk mudah teroksidasi tanpa katalis menjadi nitrogen dioksida
:

2NO (g) + O2 (g)  2NO2 (g)

Ketika dilarutkan di dalam air, NO2 membentuk asam nitrit dan asam nitrat:

2NO2 (g) + H2O (l)  HNO2(aq) + HNO3(aq)

Jika dipanaskan, asam nitrit berubah menjadi asam nitrat sebagai berikut :

3HNO2(aq)  HNO3(aq) + H2O (l) + 2NO(g)

11
b. Konverter katalitik

Pada suhu tinggi didalam mesin mobil yang sedang berjalan, gas nitrogen dan gas
oksigen bereaksi membentuk nitrat oksida :

N2(g)+ O2(g)⇌ 2NO (g)

Ketika lepas ke atmosfer, NO segera bergabung dengan O2 membentuk NO2. Nitrogen


dioksida dan gas lain yang diemisikan oleh mobil, seperti CO dan berbagai hidrokarbon
yang tidak terbakar, menjadikan mobil sebagai sumber pencemar yang utama. Sebagian
besar mobil baru dilengkapi dengan konverter katalitik yang memiliki tujuan
mengoksidasi CO dan hidrokarbon yang tidak terbakar menjadi CO2 dan H2O dan
mereduksi nitrogen oksida dan nitrogen dioksida menjadi N2 dan O2. Gas buang panas
yang telah diinjeksi dengan udara dilewatkan di bilik pertama dari salah satu konverter
untuk mempercepat pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan untuk menurunkan
emisi CO.

persamaan reaksi sebagai berikut.

Katalis reduksi :

2NO  O2 + N2

Katalis oksidasi:

2CO + O2  2CO2

C7H16 + 11O2  7CO2 + 8H2O

Pada dasarnya, katalisis heterogen melibatkan (1) adsorbsi reaktan, (2) difusi reaktan di
sepanjang permukaan, (3) reaksi pada tapak aktif untuk membentuk produk adsorbs, (4)
desorpsi produk.

3. Katalisis Enzim

Enzim ialah katalis biologis, enzim bekerja secara spesifik yang artinya satu enzim
hanya bekerja untuk molekul-molekul tertentu, yang disebut substrat dan tidak

12
mengganggu bagian lain dari sistem itu. Katalisis enzim biasanya merupakan katalisis
homogen dengan substrat dan enzim berada dalam larutan berair yang sama.

3.5 Penerapan Laju Reaksi

A. Kehidupan Sehari - hari

Laju reaksi sangat berkaitan erat dengan luas bidang permukaan, contoh penerapannya
adalah:

 Ibu di rumah atau pedagang bubur kacang mengiris terlebih dahulu gula merah
yang akan di masukan ke dalam bubur kacang.
 Penduduk pedesaan membelah kayu gelondongan menjadi beberapa bagian
sebelum dimasukkan ke dalam tungku perapian.
 Penjual gado-gado, lontong, dan pecel terlebih dulu menggerus kacang goreng
sebelum dicampurkan dengan bahan lain.
 Dalam pembuatan kertas, bahan baku pembuat kertas digerus terlebih dahulu untuk
membuat bubur kertas. Agar memperluas pemukaan bidang sentuh sehingga
campuran menjadi homogen danreaksi berlangsung sempurna.
 Bahan baku yang sering di tambang, tersedia dalam bentuk butir-butiran kasar.
Untuk mempercepat pengolahan selanjutnya, butiran-butiran tersebut dihancurkan
sampai halus.

Laju reaksi dapat dikontrol dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi


laju reaksi tersebut. Penerapan laju reaksi dapat ditemukan pada berbagai bidang

13
industri, yang menjadi penerapan laju reaksi dalam bidang indusri adalah penggunaan
katalis yang merupakan faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

C. Bidang Industri

Banyak orang berpendapat bahwa teknologi enzim adalah teknologi yang tergolong
baru. Perlu diketahui, enzim sudah dimanfaatkan oleh manusia sejak masa awal
peradaban. Selama manusia telah mengkonsumsi roti dan keju, meminum anggur dan
bir, maka sejak itulah manusia sudah menggunakan enzim. Dan sekarang enzim banyak
dimanfaatkan untuk berbagai industri. Ini semua karena sifat enzim. Enzim mengambil
perannya tidak hanya pada industri makanan, namun sudah merambah ke industri
plastik, deterjen, pakan ternak, kosmetik, obat-obatan, bahkan energi. Yang juga tak
kalah penting adalah peran enzim yang juga bersifat ramah lingkungan. Dengan
semakin meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan dan industri ramah lingkungan,
maka dapat dipastikan bahwa peran enzim akan semakin meningkat dan kuat dalam
dunia industri.

1. Produksi Enzim

Pada kasus pembuatan keju, Chymosin adalah enzim yang berperan dalam merubah
susu menjadi keju. Dan Chymosin hanya dapat ditemukan di dalam perut sapi muda
(juga pada kambing muda, domba muda, dan sedikit mamalia ternak lainnya). Sampai
tahun 60-an, semua keju di dunia dibuat dengan mengunakan Chymosin yang diambil
dari perut sapi muda yang disembelih.Lalu dua hal terjadi. Permintaan akan keju
meningkat, dan permintaan daging sapi muda menurun.

Akhirnya tidak terdapat cukup banyak sapi muda yang sudah disembelih untuk
mencukupi permintaan dari industri keju akan Chymosin berkualitas. Untuk
memecahkan permasalahan ini, akan sangat tidak bijak dan mahal untuk menyembelih
sapi muda hanya untuk mengambil sedikit enzim Chymosin dari perut mereka. Dan
industri keju serta para peneliti enzim mulai mencari cara lain untuk mendapatkan dan
memproduksi enzim Chymosin dalam jumlah banyak dan murah.

14
Para peneliti ingin mencari organisme penghasil enzim Chymosin yang lebih murah dan
lebih mudah dibanding sapi muda. Organisme yang dapat berkembang biak secara cepat
dan tidak membutuhkan ruang dan makanan yang besar. Maka mereka mulai mencari
diantara organisme yang lebih kecil dan sederhana yang sudah mereka kenal,
Mikroorganisme.

2. Pembuatan Roti

Katalis yang digunakan dalam pembuatan roti adalah enzim zimase yang merupakan bio
katalis. Penambahan zimase dilakukan pada proses peragian pengembangan roti. Ragi di
tambahkan ke dalam adonan sehingga glukosa dalam adonanterurai menjadi etil alkohol
dan karbon dioksida.

Penguraian berlangsung dengan bantuan enzim zimase yang dihasilkan ragi.

Pada proses ini, CO2 berfungsi mengembangkan adonan roti. Banyaknya rongga kecil
pada roti membuktikan terjadinya gelembung CO2 saat peragian

3. Pembuatan Amonia menurut proses Haber-Bosch

Penerapan laju reaksi dalam industri kimia dapat ditemukan pada penggunaan katalis
pada industri pembuatan ammonia menurut proses Haber-Bosch . Dalam pembuatan gas
ammonia dilakukan dengan mereaksikan gas nitrogen dengan gas hydrogen. Nitrogen
terdapat melimpah di udara, yaitu sekitar 78% volume. Walaupun demikian, senyawa
nitrogen tidak terdapat banyak di alam. Satu-satunya sumber alam yang penting ialah
NaNO3 yang disebut Sendawa Chili. Sementara itu, kebutuhan senyawa nitrogen
semakin banyak, misalnya untuk industri pupuk, dan bahan peledak. Oleh karena itu,
proses sintesis senyawa nitrogen, fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri
yang sangat penting. Metode yang utama adalah mereaksikan nitrogen dengan hidrogen
membentuk amonia. Selanjutnya amonia dapat diubah menjadi senyawa nitrogen lain
seperti asam nitrat dan garam nitrat.

15
Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz
Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan
amonia untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang
insinyur kimia juga dari Jerman. Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah :

Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan


reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan
tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu
500oC sekalipun. Dilain pihak, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu
akan mengurangi rendemen. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu
sekitar 500oC dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalisator, yaitu Fe2O3 Katalis
ini mempercepat laju reaksinya dengan cara mengadsorbsi zat-zat pereaksi pada
permukaannya, reaksinya sebagai berikut:

Seiring dengan kemajuan teknologi, digunakanlah tekanan yang jauh lebih besar,
bahkan mencapai 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang
terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen
dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian
campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator sehingga
terbentuk amonia. Diagram alur dari proses Haber-bosch untuk sintesis amonia :

16
4. Pembuatan asam sulfat menurut proses kontak

Penerapan laju reaksi dalam industri dapat ditemukan pada industri pembuatan asam
sulfat menurut proses kontak yakni pada proses nya menggunakan katalis. Katalis
banyak digunakan dalam industri kimia, karena dengan penggunaan katalis akan
mempercepat proses produksi sehingga biaya produksi lebih hemat dan
menguntungkan. Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air melalui proses
kontak.Pembuatan asam sulfat menurut proses kontak berlangsung dengan beberapa
tahap-tahap reaksi yaitu sebagai berikut ini :

1. Belerang dibakar dengan udara membentuk belerang dioksida

2. Belerang dioksida dioksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida.

3. Belerang trioksida dilarutkan dalam asam sulfat pekat membentuk asam pirosulfat.

17
4. Asam pirosulfat direaksikan dengan air membentuk asam sulfat pekat.

Untuk mempercepat laju reaksinya ditambahkan katalis vanadium pentoksida


(V2O5). Katalis ini dapat mempercepat laju reaksi dengan proses reaksi sebagai berikut :

5. Industri asam nitrat

Metode yang sering digunakan dalam industri asam nitrat adalah metode Proses
Ostwald, yang dikembangkan oleh ahli kimia Jerman, Wilhelm Ostwald.Bahan baku
industri asam nitrat adalah amonia. Mula-mula, amonia dibakar pada suhu 800 oC.

4 NH3 (g) + 2 O2 (g)  4 NO (g) + 6 H2 (g)

Oksida NO terbentuk teroksida dengan cepat membentuk NO2 .Kemudian gas


NO diserap oleh air menghasilkan asam nitrit dan asam nitrat.HNO2 diubah mnjadi
HNO3 (g).,

Gas NO dimasukan kembali ke dalam reaktor dan dioksidasi menjadi NO2 .

6. Industri perminyakan

Kebutuhan akan bensin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan


bermotor, Itulah sebabnya perlu dilakukan pengembangan metode distilasi yang
menghasilkan bensin. Metode yang dikembangkan tersebut, yaitu pemecahan katalis
dan alkilasi. Katalis yang digunakan, diantaranya asam, oksida alumunium, silikon, dan
krom.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Teori tumbukan adalah penjelasan kualitatif tentang bagaimana reaksi kimia


berlangsung dan mengapa laju reaksi dapat berbeda untuk reaksi yang berbeda. Teori ini
menyatakan bahwa ketika partikel reaktan bertumbukan satu sama lain, hanya beberapa
persen tumbukan saja yang menyebabkan perubahan kimia yang dikenal sebagai
tumbukan yang berhasil.

2. Teori keadaan transisi energi aktivasi lebih menekankan pada apa yang terjadi selama
tumbukan berlangsung. Setiap molekul yang bergerak memiliki energi kinetik, semakin
cepat geraknya semakin besar energi kinetiknya. Dari segi energi ada semacam energi
tumbukan minimum yang harus tercapai agar reaksi terjadi. Jadi, untuk bereaksi
molekul yang bertumbukan harus memiliki energi kinetik total sama dengan atau lebih
besar daripada energi aktivasi yaitu jumlah minimum energi yang diperlukan untuk
mengawali reaksi kimia.

3. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi adalah Jika produk lebih stabil dibandingkan
reaktan, maka reaksi akan diiringi dengan pelepasan kalor, dengan kata lain reaksinya
eksotermik. Sebaliknya, jika produk kurang stabil dibandingkan reaktan maka kalor
akan diserap dari lingkungannya oleh campuran yang bereaksi dan reaksinya bersifat
endotermik. Secara teori reaksi kimia berjalan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi
dan lambat pada suhu yang rendah.

4. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi adalah katalis memberikan alternatif lintasan
reaksi dengan energi aktivasi lebih rendah atau dengan kata lain katalis berfungsi
sebagai menurunkan energi aktifasi. Katalis berperan serta dalam reaksi kimia, tetapi
katalis tidak menjalani perubahan permanen. Akibatnya, rumus katalis tidak muncil
dalam persamaan kimia keseluruhan dan biasanya diletakkan di atas tanda panah reaksi.

5. Penerapan laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan erat dengan bidang luas
permukaan, dalam biokimia berkaitan erat dengan enzim, sedangkan contoh dalam

19
bidang industri berkaitan dengan penggunaan katalis seperti pembuatan roti, pembuatan
amonia, pembuatan asam sulfat, pembuatan asam nitrat, dan industri perminyakan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca, khususnya bagi pelajar.
Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai bahan
referensi atau pembelajaran.

3.3 Daftar Pustaka

Supardi, Kasmadi Imam.2014.Kimia Dasar II.Semarang:UNNES.

Petrucci, Ralph H.2011.Kimia Dasar Jilid 1.Jakarta:Erlangga.

Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti.Jakarta:Erlangga.

Suharto, dkk.2004.Kimia Dasar 2.Yogyakarta:UNY.

20

Anda mungkin juga menyukai