Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

TUMBUKAN
(PERCOBAAN ME3)

Disusun oleh :
Kelompok 9
Agustina Wahyu ( 115090807111006 )
Rifatul Imaniyah ( 115090707111012 )
Akbar Putra Wijaya ( 115090707111011 )
Viondy Purtri Bianto ( 115090807111007 )
Dwi Wahyu ( 115090707111015 )
Hendy Afifudin ( 115090707111006 )











LABORATORIUM FISIKA DASAR
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
Laboratorium Fisika Dasar

24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan mengenai tumbukan adalah untuk memahami konsep momentum
linier dan membuktikan hukum kekekalan momentum pada peristiwa tumbukan.

1.2 Dasar Teori
Momentum sebuah benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan
kecepatannya. Berdasarkan definisi tersebut momentum merupakan besaran vektor. Dalam
hal ini berarti, momentum memiliki besar dan arah. (Zemansky, 1994)
Benda-benda yang massanya besar dan bergerak, memiliki momentum yang besar.
Sebagai contoh, kapal laut berkecepatan rendah, tetapi karena memiliki massa yang sangat
besar, kapal laut memiliki momentum yang besar. Secara matematis persamaan momentum
sebuah benda dapat dituliskan :

dengan m = massa benda (kg)
V = kecepatan benda (m/s)
= momentum benda (kg m/s)
(Halliday, 1991)
Hukum kekekalan momentum adalah jika suatu sistem tidak mendapat gaya dari luar,
momentum sistem selalu tetap. Hukum ini merupakan salah satu hukum yang penting dalam
fisika. Kekekalan momentum berguna dalam pembahasan tentang tumbukan. (Cromer, 1974)
Tumbukan adalah dua benda bermassa m
1
dan m
2
bergerak berlawanan arah dan
masing-masing dengan kecepatan v1 dan v2 saling bertumbukan. Oleh karena itu didapatkan
rumus :

) (Wilson, 1990)
Laboratorium Fisika Dasar

25

Jika gaya antara benda-benda lebih besar dari setiap gaya luar, seperti pada
kebanyakan kasus tumbukan. Kita dapat mengabaikan gaya luar dan memperlakukan bola
sebagai sistem yang terisolasi. Maka momentum itu kekal, dan momentum total dari sitem
mempunyai harga yang sama baik sebelum dan sesudah tumbukan. (Young, 2002)
Jika gaya antara gaya-gaya kekal, maka tidak ada energi mekanik yang hilang atau
bertambah pada tumbukan. Energi kinetik total dari sistem sesudah tumbukan, sama dengan
sebelumnya. Tumbukan seperti ini dinamakan tumbukan elastik. (Bueche, 2006)
Ditinjau dari hukum kekekalan energi yang dimiliki oleh kedua benda sebelum dan
sesudah tumbukan maka tumbukan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Tumbukan lenting sempurna
Pada tumbukan ini, jumlah energi kinetik kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan
adalah sama. Dapat menggunakan rumus


2. Tumbukan lenting sebagian
Pada tumbukan ini jumlah energi kinetik setelah tumbukan berkurang disebabkan oleh
adanya energi yang berubah menjadi bentuk energi lain. Dapat menggunakan rumus :


3. Tumbukan tidak lenting sama sekali
Pada tumbukan ini setelah terjadi tumbukan kedua benda menjadi satu sehingga
keduanya memiliki kecepatan yang sama. Rumus yang dapat digunakan adalah


(Giancolli, 2001)
Karena momentum adalah besaran vektor, maka kita dapat mengetahui komponen-
komponen penyusunnya. Sebagai contoh, objek pada gambar 1 memiliki sebuak momentum
P.

Laboratorium Fisika Dasar

26






Vektor momentum ini tersusun atas tiga komponen Px.Py,Pz. Dan jumlah resultan
dari ketiga komponen ini adalh vektor P. (Bueche, 2006)
Terdapat beberapa cara untuk mengkonservasi suatu momentum linier. Diantaranya
adalah pertama kita harus mempertimbangkan kondisi dari berbagai momentum linier yang
dideteksi dengan vektor c= c(t). jika f.c +g .0 = 0. Kemudian memperhitungkan g.c. langkah
kedua adalah konservasi dampak yang mungkin terjadi pada momentum linier yang sistemnya
telah dikonservasi. (Oliver, 2010)
Jika tumbukan dua benda elastik tidak frontal, kecepatannya tidak terletak sepanjang
sebuah garis. Jika kecepatannya terletak pada sebuah bidang, setiap kecepatan akhir
mempunyai dua komponen yang tidak diketahui, dan totalnya aka nada 4 variabel yang tidak
diketahui. Kekekalan energi dan kekekalan komponen x dan komponen y dari momentum
hanya menghasilkan tiga buah persamaan untuk menentukan kecepatan akhir, kita
memerlukan tambahan informasi, seperti arah atau besar salah satu dari kecepatan akhirnya.
(Young, 2002)
Kita mulai mendefinisikan kerja dari suatu gaya dalam suatu sistem. Hubungan antara
impuls dan momentum linier adalah pada kerja dan energy sistem mekanik dimana
momentum linier yang mendasari tentang suatu tumbukan antara 2 benda dengan gaya satu
sama lain dalam suatu interval waktu. Tumbukan adalah hal yang biasa terjadi dan memiliki
diversi yang besar. Konsep dasar antara tumbukan dan teorinya merupakan aplikasi
konsentrasi dalam satu dimensi . (Lerner, 1996)


Jika massa MA dan MB dan kecepatan awal V
A1
dan V
B1
diketahui, persamaan
tersebut dapat dipecahkan untuk mendapatkan kecepatan akhir V
A2
dan V
B2
. Penyelesaian
yang umum sedikit rumit, maka kita berkonsentrasi pada kasus khusus diaman benda B dalam
Laboratorium Fisika Dasar

27

keadaan diam sebelum tumbukan. Anggaplah benda itu sebagai sasaran tumbukan benda A.
kita dapat menyederhanakan notasi kecepatan, kita anggap V sebagai komponen X kecepatan
awal A, serta V
A
dan V
B
sebagai komponen x akhir untuk A dan B. kekekalan energy kinetic
dan momentum menjadi :


(Young, 2002)
Jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja dalam suatu tumbukan maka tumbukan
tidak mengubah momentum total sistem. Gaya impulsive yang bekerja selam tumbukan
merupakan gaya internal, karena itu tidak mempengaruhi momentum total suatu sistem.
Kita telah mendefinisikan tumbukan sebagai interaksi yang terjadi dalam waktu
yang dapat diabaikan terhadap lamanya waktu pengamatan sistem, tetapi tumbukan dapat juga
dicirikan sebagai peristiwa dengan gaya eksternal yang bekerja pada sistem, misalnya
gravitasi atau gesekan. Gay eksternal ini tidak harus sama besar pada masing-masing benda.
Juga tidak harus saling menghapuskan dengan gaya eksternal lain. Juga tidak harus saling
menghapuskan dengan gaya eksternal lain. Walaupun demikian cukup aman untuk
mengabaikan gaya eksternal ini selama tumbukan, sehingga kekekalan momentum dapat
dianggap tetap berlaku dan nampaknya hamper selau benar bahwa gaya eksternal dapat
diabaikan terhadap gaya impulsive tumbukan. Akibatnya, perubahn momentum partikel yang
ditimbulkan oleh gaya eksternal selama tumbukan, dapat diabaikan bila dibandingkan dengan
perubahan momentum yang ditimbilkan oleh gaya impulsive tumbukan pada partikel tersebut.




Momentum dapat diguanakn selam tumbukan. Jadi, dapat kita katakan bahwa
momentum sistem tepat sebelum tumbukan sama dengan momentum sistem tepat sesudah
tumbukan. (Halliday, 1985)

Laboratorium Fisika Dasar

28

BAB II
METODOLOGI

2.1 Peralatan
Pada percobaan tumnbukan, alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah
seperangkat rel udara, pencacah waktu, garpu penghalang cahaya, kabel, sumber tegangan,
blower, penggaris, beberapa buah beban, dan timbangan.
2.2 Tata Laksana Percobaan
Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu alat yang telah tersedia dirangkai
menjadi rangkaian alat seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar susunan trak udara, kereta luncur, dan counter
Pertama-tama, kedua papan luncur dilengkapi dengan beban tambahan 100 gr dan
penahan serta pegas seperti yang ditunjukkan pada gambar, kemudian 4 lempeng interuptor
diselipkan pada tiap papan luncur dan dikumpulkan ke bagian tengah sehingga terbentuk
susunan lempeng rapat selebar s = 2 cm atau sesuai dengan petunjuk asisten dan papan
luncur diletakkan di rel. Kemudian, blower dihidupkan bersamaan dengan cara sekrup
pengukur ketinggian diubah. Jika ini sudah dilakukan dengan benar, maka papan luncur akan
tetap diam ketika ditempatkan di rel. Setelah itu, kabel-kabel penghubung akan dihubungkan
pada rangkaian alat tadi. Lalu, pencacah pada pengukuran waktu diatur dengan resolusi 1 ms
dengan cara skala pencacah tersebut diletakkan pada angka nol dengan tombol reset dan
penghalang cahaya diletakkan pada posisi yang telah ditentukan seperti yang ditunjukkan
gambar.
Pada bagian pertama (m
1
= m
2
, v
2
= 0 m/s), papan luncur 1 diletakkan pada posisi
awal dari rel dan papan luncur 2 dalam keadaan diam, kemudian diletakkan di antara kedua
penghalang cahaya, kemudian dua pencacah diatur pada posisi nol. Setelah itu, papan luncur 1
didorong serta waktu tempuh masing-masing papan luncur dicatat sesuai dengan yang
Laboratorium Fisika Dasar

29

ditunjukkan oleh pencacah (t
1
sebagai t
1
dan t
2
sebagai t
2
). Langkah-langkah tersebut
dapat diulangi untuk beberapa kecepatan awal yang berbeda.
Pada bagian kedua (m
1
m
2
, v
2
= 0 m/s), lebih tepatnya m
1
> m
2
. Sebenarnya langkah
dalam percobaan tersebut sama dengan pada langkah percobaan pertama, tetapi untuk massa
yang berbeda setiap kali melakukan pengukuran, massa papan luncur dapat ditambahkan.
Pada papan luncur 2 diletakkan pada sebelah depan garpu penghalang cahaya dan papan
luncur 1 berada pada belakang garpu penghalang cahaya, lalu papan luncur 1 didorong
sehingga papan luncur 2 ditumbuk oleh papan luncur 1, maka papan luncur 2 mundur ke
belakang sedangkan papan luncur 1 maju ke depan. Pada pencacah waktu dapat direset
menjadi pada posisi nol setelah mencatat waktu t agar t
1
dapat terukur oleh garpu
penghalang cahaya pertama dan kemudian diusahakan pada garpu penghalang cahaya kedua
direset secepat mungkin pada posisi nol agar dapat dicatat t
2
agar t
1
dapat terukur oleh
garpu penghalang cahaya kedua. Pada percobaan tersebut, beban pada papan luncur 1 lebih
besar 2 kali daripada beban papan luncur 2.
Pada bagian ketiga (m
1
m
2
, v
2
= 0 m/s), lebih tepatnya m
1
< m
2
. Sebenarnya
langkah dalam percobaan tersebut sama dengan pada langkah percobaan pada bagian pertama
tetapi untuk massa yang berbeda setiap kali melakukan pengukuran, massa papan luncur dapat
ditambahkan. Papan luncur 2 ditempatkan di depan garpu penghalang cahaya sedangkan
papan luncur 1 ditempatkan di belakang garpu penghalang cahaya. Papan luncur 1 didorong
sehingga papan luncur 2 ditumbuk oleh papan luncur 1. Papan luncur 1 dan 2 bergerak
mundur. Pada pencacah waktu dapat direset menjadi posisi nol setelah mencatat waktu t
1

agar t
1
dapat terukur oleh garpu penghalang cahaya kedua direset secepat mungkin pada
posisi nol agar dapat dicatat t
2
agar t
1
dapat terukur oleh garpu penghalang cahaya kedua.
Pada percobaan tersebut, beban pada papan luncur 2 lebih besar 2 kai daripada beban pada
papan luncur 1. Langkah-langkah pada percobaan tersebut diulangi sebanyak 5 kali untuk
memperoleh variasi data.
2.3 Gambar Alat Percobaan

Gambar seperangkat rel udara
Keterangan gambar :
Laboratorium Fisika Dasar

30

1 = papan luncur 1
2 = papan luncur 2
3 = blower
4 = rel udara
5.1 = pencacah waktu (counter 1)
5.2 = pencacah waktu (counter 2)
6 = sumber tegangan
7 = garpu penghalang cahaya
8 = beban
9 = interuptor

Laboratorium Fisika Dasar

31

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

Lebar interuptor, S = 1 cm = 1 x 10
-2
m
a. Bagian Pertama
m
1
= m
2
= 100 gr = 0,1 kg dengan v
2
= 0 m/s
No. t
1
(ms) t
2

(ms)
1 14 18
2 11 13
3 11 13
4 11 12
5 13 15

b. Bagian Kedua
m
1
> m
2
m
1
= 200 gr = 0,2 kg , m
2
= 100 gr = 0,1 kg dengan v
2
= 0 m/s
No. m
1
(gr) m
2
(gr) t
1
(ms) t
1

(ms) t
2

(ms)
1 200 100 13 99 13
2 200 100 14 98 12
3 200 100 13 222 12
4 200 100 15 101 15
5 200 100 12 64 11

c. Bagian Ketiga
m
1
< m
2
m
1
= 100 gr = 0,1 kg , m
2
= 200 gr = 0,2 kg dengan v
2
= 0 m/s
No. m
1
(gr) m
2
(gr) t
1
(ms) t
1

(ms) t
2

(ms)
1 100 200 18 92 13
2 100 200 31 164 22
3 100 200 27 122 41
4 100 200 31 64 45
5 100 200 22 47 32

Laboratorium Fisika Dasar

32

3.2 Perhitungan
a. Bagian Pertama
m
1
= m
2
= 100 gr = 0,1 kg dengan v
2
= 0 m/s
No. v1 (m/s) v2

(m/s) P1 (kg m/s) P2

(kg m/s) Ek1 (J) Ek2

(J)
1 0,71 0,55 0,071 0,055 0,025 0,015
2 0,91 0,77 0,091 0,077 0,041 0,030
3 0,91 0,77 0,091 0,077 0,041 0,030
4 0,91 0,83 0,091 0,083 0,041 0,034
5 0,77 0,67 0,077 0,067 0,030 0,022

= 0,84

= 0,72

= 0,084

= 0,072

= 0,036

= 0,026


Laboratorium Fisika Dasar

33

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )




Laboratorium Fisika Dasar

34

Hukum Kekekalan Momentum




Hukum Kekekalan Energi




b. Bagian Kedua
m
1
> m
2
m
1
= 200 gr = 0,2 kg , m
2
= 100 gr = 0,1 kg dengan v
2
= 0 m/s
No. v1 (m/s) v1

(m/s) v2

(m/s) P1 (kg m/s) P1

(kg m/s) P2

(kg m/s) Ek1 (J) Ek1

(J) Ek2

(J)
1 0,77 0,10 0,77 0,154 0,020 0,077 0,059 0,00100 0,0295
2 0,71 0,10 0,83 0,142 0,020 0,083 0,050 0,00100 0,0345
3 0,77 0,04 0,83 0,154 0,008 0,083 0,059 0,00016 0,0345
4 0,67 0,10 0,67 0,134 0,020 0,067 0,045 0,00100 0,0225
5 0,83 0,16 0,91 0,166 0,032 0,091 0,067 0,00256 0,0415

= 0,75

= 0,10

= 0,802

= 0,150

= 0,020

= 0,0802

= 0,0564

= 0,001

= 0,0325


Laboratorium Fisika Dasar

35



Laboratorium Fisika Dasar

36

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )


Laboratorium Fisika Dasar

37

Hukum Kekekalan Momentum





Hukum Kekekalan Energi





c. Bagian Ketiga
m
1
< m
2
m
1
= 100 gr = 0,1 kg , m
2
= 200 gr = 0,2 kg dengan v
2
= 0 m/s
No. v1 (m/s) v1

(m/s) v2

(m/s) P1 (kg m/s) P1

(kg m/s) P2

(kg m/s) Ek1 (J) Ek1

(J) Ek2

(J)
1 0,55 0,110 0,77 0,055 0,0110 0,154 0,0151 0,0006 0,0593
2 0,32 0,061 0,45 0,032 0,0061 0,090 0,0051 0,0002 0,0202
3 0,37 0,082 0,24 0,037 0,0082 0,048 0,0068 0,0003 0,0058
4 0,32 0,160 0,22 0,032 0,0160 0,044 0,0045 0,0013 0,0048
5 0,45 0,210 0,31 0,045 0,0210 0,062 0,0101 0,0022 0,0096

= 0,398

= 0,125

= 0,398

= 0,0398

= 0,0125

= 0,0796

= 0,0083

= 0,0009

= 0,02






Laboratorium Fisika Dasar

38



Laboratorium Fisika Dasar

39

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )


Laboratorium Fisika Dasar

40

Hukum Kekekalan Momentum





Hukum Kekekalan Energi





3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur
3.3.1.1 Fungsi alat
Pada percobaan tumbukan digunakan beberapa alat-alat yaitu sebagai berikut
seperangkat rel udara, komponennya adalah papan luncur beserta interuptor, rel, blower, dan
selang udara. Papan luncur dapat digunakan sebagai tempat beban untuk diluncurkan.
Interuptor digunakan untuk media penyelipan pada tiap-tiap papan luncur yangdikumpulkan
ke bagian tengah sehingga terbentuk susunan lempeng pada penghalang cahaya sehingga
sebagai metode pengukuran waktu. Rel dapat digunakan sebagai tempat meluncurkan papan
luncur. Blower dapat digunakan untuk penghasil udara. Dan selang udara digunakan untuk
menyalurkan udara dari blower ke rel.
Garpu penghalang cahaya digunakan sebagai indikator sinar yang akan mengukur
waktu tempuhnya. Pencacah waktu digunakan sebagai alat pengukur waktu yang
menunjukkan waktu tempuh. Sumber tegangan digunakan sebagai penghasil tegangan listrik
Laboratorium Fisika Dasar

41

yang digunakan untuk menghidupkan alat. Penggaris atau mistar digunakan untuk mengukur
lebar interuptor. Kabel digunakan untuk menyalurkan arus listrik ke alat. Dan timbangan
digunakan untuk menimbang massa beban.
3.3.1.2 Fungsi Percobaan
Pada percobaan tumbukan beban dapat ditimbang untuk mengetahui massanya,
kemudian kabel-kabel dihubungkan dengan tepat agar alat dapat berfungsi. Setelah itu, dapat
diukur panjang interuptor dengan penggaris atau mistar, hal tersebut dilakukan agar bisa
diketahui s (lebar interuptor) yang akhirnya bisa menghitung kecepatannya. Setelah itu,
blower dihidupkan sehingga rel akan terisi udara yang dapat mengalirkan udara. Hal tersebut
dilakukan untuk mengurangi gaya gesek antara papan luncur dengan rel.
Pada percobaan pertama m
1
= m
2
( massa 1 sama dengan masa 2 yaitu 100 gram),
papan luncur 1 didorong sehingga menumbuk papan luncur 2, hasilnya papan luncur 2
bergerak mundur dan papan luncur 1 diam setelah terjadi tumbukan. Hal tersebut dikarenakan
massa 1 dan 2 sama besar sehingga saat selesai tumbukan papan luncur 1 berhenti kemudian
dicatat waktu tempuhnya. Pencatatan waktu dimaksudkan agar bisa menghitung kecepatan
papan luncur yang ditunjukkan oleh pencacah waktu yaitu t
1
sebagai t
1
dan t
2
sebagai t
2
.
Pada percobaan kedua m
1
m
2
(massa 1 tidak sama dengan massa 2, lebih tepatnya
m
1
> m
2
yaitu m
1
= 200 gr dan m
2
= 100 gr), papan luncur 1 ditumbukkan ke papan luncur 2,
hasilnya papan luncur 1 maju setelah tumbukan. Hal tersebut disebabkan karena massa papan
luncur 1 lebih besar daripada massa papan luncur 2, kemudian dicatat waktu tempuhnya. Pada
pencacah waktu dapat direset menjadi pada posisi nol setelah mencatat waktu t agar t
1

dapat terukur oleh garpu penghalang cahaya pertama dan diusahakan pada garpu penghalang
cahaya kedua direset agar pada posisi nol untuk dapat dicatat t
2
agar t
1
dapat terukur oleh
garpu penghalang cahaya kedua.
Pada percobaan ketiga m
1
m
2
(massa 1 tidak sama dengan massa 2, lebih tepatnya
m
1
< m
2
yaitu m
1
= 100 gr dan m
2
= 200 gr), papan luncur 1 didorong sehingga papan luncur
2 ditumbuk oleh papan luncur 1. Papan luncur 2 dapat bergerak mundur dan papan luncur 1
juga bergerak mundur. Hal tersebut disebabkan karena papan luncur 2 massanya lebih berat
kemudian dicatat waktu tempuhnya, pada pencacah waktu dapat direset menjadi pada posisi
nol setelah mencatat waktu t agar t
1
dapat terukur oleh garpu penghalang cahaya pertama
dan diusakan pada garpu penghalang cahaya kedua direset agar pada posisi nol untuk dapat
dicatat t
2
agar t
1
dapat terukur oleh garpu penghalang cahaya.
3.3.2 Analisa Hasil
Pada percobaan tumbukan telah digunakan tiga kali percobaan yang berbeda.
Percobaan pertama massa pada papan luncur 1 dan papan luncur 2 sama besar. Pada
percobaan kedua massa papan luncur 1 lebih besar 2 kali dari massa papan luncur 2. Pada
percobaan ketiga massa papan luncur 2 lebih besar 2 kali dari massa papan luncur 1.
Pada percobaan pertama dengan massa yang sama telah diperoleh kecepatan rata-rata
papan luncur sebelum tumbukan adalah 0,84 m/s. Pada papan luncur 2 kecepatannya 0 m/s
Laboratorium Fisika Dasar

42

karena dalam keadaan diam. Setelah terjadi tumbukan, papan luncur 1 dalam keadaan diam
dan papan luncur 2 kecepatan rata-ratanya 0,72 m/s. Maka dari data di atas dapat diperoleh :
Hukum Kekekalan Momentum



Hukum Kekekalan Energi



Pada hukum kekekalan energi momentum

yaitu ,
tetapi perbedaan tersebut cukup kecil, sedangkan untuk hukum kekekalan energi telah
diperoleh

yaitu , perbedaan tersebut juga cukup kecil


karena pada saat tumbukan terjadi tumbukan tidak elastis karena



. Hal
tersebut disebabkan karena ada sebagian energi yang berubah saat terjadi tumbukan. Untuk
momentum pada P
awal
seharusnya = P
akhir
, tetapi pada hasilnya tersebut berbeda tetapi
selisihnya masih cukup kecil.
Pada percobaan kedua

, yaitu pada m
1
= 200 gr > m
2
= 100 gr yang telah
diperoleh kecepatan rata-rata papan luncur sebelum tumbukan 0,75 m/s dan papan luncur 2
kecepatannya 0 m/s karena dalam keadaan diam. Setelah terjadi tumbukan papan luncur 1
kecepatannya 0,1 m/s dan papan luncur 2 kecepatannya 0,802 m/s, sehingga dapat diperoleh :

Laboratorium Fisika Dasar

43

Hukum Kekekalan Momentum




Hukum Kekekalan Energi




Jadi pada

sehingga momentum sebelum tumbukan tidak sama dengan


momentum sesudah tumbukan, tetapi selisih antara P
sebelum
tumbukan dan P
sesudah
tumbukan
cukup kecil selisihnya. Begitu juga pada energi kinetiknya

, pada energi
kinetik awal juga tidak sama dengan energi kinetik akhir tetapi selisihnyapun juga cukup
kecil.

Pada percobaan ketiga

, yaitu pada m
1
= 100 gr < m
2
= 200 gr yang telah
diperoleh kecepatan rata-rata papan luncur sebelum tumbukan 0,398 m/s dan papan luncur 2
kecepatannya 0 m/s karena dalam keadaan diam. Setelah terjadi tumbukan papan luncur 1
kecepatannya 0,125 m/s dan papan luncur 2 kecepatannya 0,398 m/s, sehingga dapat
diperoleh :

Laboratorium Fisika Dasar

44

Hukum Kekekalan Momentum




Hukum Kekekalan Energi




Jadi pada

sehingga momentum sebelum tumbukan tidak sama dengan


momentum sesudah tumbukan dan selisihnyapun cukup besar. Begitu juga pada energi
kinetiknya

, pada energi kinetik awal juga tidak sama dengan energi


kinetik akhir dan selisihnyapun juga cukup besar.
Terjadinya selisih terhadap pengukuran tersebut pada pembuktian masing-masing
hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi disebabkan oleh adanya
perubahan energi selama proses tumbukan yang salah satu diantaranya adalah perubahan
energi mekanik menjadi energi panas serta dapat disebabkan karena kurangnya ketilitian dan
keakuratan pengukuran yang dilakukan.

Laboratorium Fisika Dasar

45

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada percobaan tumbukan data yang diperoleh hasil yang diinginkan dalam
percobaan. Dapat disimpulkan bahwa apabila momentum tersebut kekal maka akan
menghasilkan persamaan pada hukum kekekalan momentum yaitu

dan
pada hukum kekekalan energi yaitu

sehingga itu merupakan bukti


eksperimental dari hukum ketiga newton. Berdasarkan data-data yang diperoleh momentum
yang dihasilkan hanya mendekati nilai kebenarannya saja dan tidak mengasilkan nilai yang
spesifik lagi. Ini menunjukkan bahwa hukum ketiga newton tidak dapat dibuktikan.
Pada percobaan pertama diperoleh

yaitu pada
hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi. Pada percobaan kedua diperoleh

yaitu 0,15 kg m/s 0,10 kg m/s pada hukum kekekalan momentum,


sedangkan pada

yaitu 0,0564 j 0,0335 j pada hukum kekekalan energi.


Pada percobaan ketiga diperoleh pada

yaitu 0,0398 kg m/s 0,0921 kg m/s


pada hukum kekekalan momentum, sedangkan pada

yaitu 0,0083 j
0,0209 j pada hukum kekekalan energi. Jadi, pada

, momentum sebelum
tumbukan tidak sama dengan sesudah tumbukan, tetapi selisihnya cukup kecil. Sedangkan,
pada energi kinetik

, energi kinetik awal tidak sama dengan energi kinetik


akhir, tetapi selisihnya juga cukup kecil.
4.2 Saran
Pada percobaan tumbukan diharapkan agar para peserta praktikum fisika dasar dapat
mengatur keseimbangan rel udara dengan lebih akurat dan teliti lagi agar semua benda
letaknya konstan dan tidak berubah-ubah sehingga data yang diperoleh akan lebih valid.
Dalam percobaan tumbukan mungkin bisa dicoba apabila papan luncur 2 tidak diam,
kemudian perlu diperhatikan pada papan luncur 1 apabila kecepatannya cepat sekali maka
akan mempengaruhi nilai t, karena nilai t-nya bisa semakin besar.



Laboratorium Fisika Dasar

46

DAFTAR PUSTAKA

Bueche, Frederick J dan Eugene Heacht.2006. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Cromer, Alan.1974. Physics for the Life Science. New York: MC. Graw Hill.
Giancoli, D.C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1985. Fisika I. Jakarta: Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika I. Jakarta: Erlangga.
Lerner, Lawrence S. 1996. Physics. London: Jones and Bartlett Publisher International.
O Reilly, Oliver M. 2010. Engineering Dyamics. New York : Springer science and
Business Media, Inc.
Wilson.J.R and Curlett N E . 1990. Fundamental University Physics.USA: Wesley
Publishing.
Young, Hugh D dan Roger Freedman. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Zemansky.S. 1994. University Physics. USA: Addison Wesley Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai