Anda di halaman 1dari 10

Ayunan Newton Mei 2023

Laporan Project Based Learning Dr. Mona Berlian Sari, M.Si

Analisis Hubungan Antara Jumlah Bunyi Pada


Peristiwa Tumbukan dengan Kecepatan Awal
Pada Sistem Ayunan Newton
Faiqa Haura Tsagifa, Mesi Anggun Sari, Vioni Yulianti
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang, Padang 25132,
Indonesia

E-mail: vioniyulianti@gmail.com

Abstract
Dalam percobaan ayunan Newton, diperlukan kegiatan pengukuran dan analisis data untuk memperoleh hubungan antara
jumlah bunyi pada peristiwa tumbukan dengan kecepatan awal pada sistem ayunan Newton. Kegiatan pengukuran yang
dilakukan menggunakan alat ukur seperti mistar sebagai alat ukur panjang dan busur untuk mengukur ukuran derajat suatu
objek. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai prinsip kerja serta penerapan hukum
kekekalan momentum dan hukum Newton pada Newton’s Cradle ini. Analisis mengenai Newton’s Cradle akan dilakukan
dengan menggunakan beberapa teori dan pendekatan mengenai hukum kekekalan momentum serta analisis mengenai hukum
Newton. Sehingga nantinya didapatkan hasil bahwa dalam instrumen Newton’s Cradle terjadi konversi dan perpindahan energi
antar bola-bola yang saling menumbuk serta adanya penggunaan hukum aksi-reaksi sehingga tercipta gerakan harmonik secara
terus menerus dengan mengabaikan gesekan udara yang ada disekitarnya.

Kata Kunci: Ayunan Newton, Bunyi, Tumbukan, Kecepatan, Pengukuran

1. Pendahuluan
Ayunan Newton adalah salah satu permainan Fisika populer. Peralatan ayunan Newton ini terdiri atas beberapa
bola metal sejenis (misalnya 5 buah). Masing-masing bola tersebut digantungkan dengan dua utas tali yang sama
panjang pada kerangka dan diatur agar semua bola saling bersentuhan. Dengan demikian posisi semua bola terletak
pada bidang datar yang sama. Seperti ditunjukkan pada gambar 1.

1 © monaberliansari@fmipa.unp.ac.id
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

Pada tumbukan dua buah benda yang biasa, kedua benda tersebut berubah bentuk seringkali cukup nyata
karena gaya besar yang terlibat ketika terjadi tumbukan. Gaya biasanya melonjak dari nol pada saat kontak menjadi
nilai yang sangat besar dalam waktu yang singkat, kemudian secara drastis kembali ke 0 lagi. Seperti terlihat pada
gambar 2.

Gambar 2

Berdasarkan Hukum II Newton, gaya yang bekerja pada benda bermassa m akan mengalami percepatan a
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

F = m.a (1)

Hukum kekekalan energi mengatakan, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Hal ini
terjadi dalam prinsip kerja ayunan Newton, dimana energi yang ditumbukkan tidak dihilangkan melainkan
dikonversikan. Dalam ayunan Newton juga terjadi hukum kekekalan momentum. Hukum kekekalan momentum
menyatakan jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka momentum total sesaat sebelum sama dengan
momentum total sesudah tumbukan. Artinya, jika ada dua benda ditumbukkan dengan massa m1 dan m2 serta
kecepatan vl dan v2, maka kedua bola akan saling menekan dengan gaya F yang sama besar, tetapi arahnya
berlawanan. Akibat adanya gaya aksi dan reaksi dalam selang waktu tersebut, kedua bola akan saling
melepaskan diri dengan kecepatan masing-masing sebesar v1' dan v2'.

Tumbukan adalah proses pertemuan dua benda bemassa yang memiliki momentum. Tumbukan pada
ayunan Newton terdiri dari 3 macam, yaitu :

• Lenting Sempurna (Elastis)


Merupakan tumbukan dimana hukum kekekalan momentum dan energi kinetik berlaku. Hukum
kekekalan momentum dapat dibuktikan melalui adanya tumbukan Elastik Sempurna (Lenting Sempurna).
Tumbukan elastik terjadi jika gaya antara benda-benda adalah kekal, maka tidak ada energi mekanik yang
berubah (bertambah atau berkurang) pada tumbukan, energi kinetik total sesudah dan sebelum tumbukan
adalah sama.

Persamaan kekekalan energi kinetik pada tumbukan elastik sempurna:


1 1 1 1
2
m1v1 + 2m2v2 = 2m1v1’ +2 m2v2’ (2)

2
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

Persamaan hukum kekekalan momentum pada tumbukan elastik sempurna:

m1v1 + m2v2 = m1v1’ + m2v2’ (3)

• Lenting Sebagian
Merupakan tumbukan dimana hukum kekekalan momentum berlaku, energi kinetik tidak.
Persamaan hukum kekekalan momentum pada tumbukan lenting sebagian:

v2’−v1’
e= (4)
v2− v1

• Tak Lenting Sempurna (Inelastis)


Tumbukan tidak elastik terjadi jika energi kinetik total setelah tumbukan lebih kecil daripada energi
kinetik sebelum tumbukan.
Persamaan kekekalan momentum pada tumbukan tidak elastik sempurna:

m1v1 + m2v2 = (m1 + m2) v’ (5)


Persamaan tenaga kinetik awalnya:
1 1
K = 2mv12 + 2mv22 (6)

Persamaan tenaga kinetik akhirnya:


1
K’ = 2 (m1 + m2) v2’ (7)

Bola disimpangkan dengan sudut simpangan θ kemudian dilepaskan. Ketika terjadi tumbukan, momentum
bola pertama akan diberikan ke bola kedua, dan v2 seterusnya sampai bola ke-5, sehingga bola terpantul dengan
sudut simpangan yang relatif mirip dengan simpangan dari bola pertama. Selanjutnya juga dilanjutkan percobaan
untuk 2, 3, dan 4 bola yang disimpangkan.

Peristiwa tumbukan tunggal ini dapat dilakukan untuk 1, 2, 3 bola yang disimpangkan. Bola pertama akan
menumbuk bola kedua sehingga momentum bola pertama ditransfer ke bola kedua. Setelah tumbukan, kecepatan
bola pertama relatif diam. Momentum dari bola kedua setelah tumbukan diberikan ke bola ketiga. Setelah tumbukan
kecepatan bola kedua relatif tidak bergerak. Begitu seterusnya, hingga akhirnya momentum bola ke-4 diberikan ke
bola ke-5, sehingga bola kelima akan terpental yang ketinggiannya kurang lebih sama dengan ketinggian bola
pertama kali direntangkan. Hal ini ditunjukkan hukum kekekalan energi bisa digunakan. Proses terjadinya tumbukan
untuk satu bola yang disimpangkan pada ayunan Newton terlihat pada gambar 3:

3
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

Gambar 3

Untuk menentukan kecepatan awal tumbukan pada ayunan Newton dapat dicari melalui persamaan :

V0 = √2𝑔 (ℎ1 − ℎ0) (8)

Keterangan :

V0 : Kecepatan Awal (m/s)


g : 10 m/s2

h0 : Ketinggian Bola Saat Istirahat

h1 : Ketinggian Bola Saat Diangkat

Ketika bola bertumbukan maka menghasilkan bunyi, jumlah bunyi yang dihasilkan pada peristiwa
tumbukan ini dapat dicari melalui persamaan :
∑𝒏
̅=
𝒏 (9)
𝑵

Keterangan :

̅
𝒏 : Rata-Rata bunyi

∑𝒏 : Jumlah Bunyi

N : Banyaknya Percobaan

2. Material dan Metode

Material eksperimen yang digunakan adalah satu set ayunan newton, busur derajat, dan mistar. Dimana
material penelitian ini telah disediakan oleh Laboratorium Fisika Sekolah Universitas Negeri Padang. Sebagai
berikut:

4
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

Gambar 1. Satu set Ayunan Newton

Gambar 2. Busur

Gambar 3. Mistar

5
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

Metode eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen langsung dimana percobaan ini dilakukan di
Laboratorium Fisika Sekolah Universitas Negeri Padang yakni sebagai berikut.

6
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

3. Hasil dan diskusi

3.1 Hasil
No Besar h1 V௦ log V௦ Jumlah bunyi tik (n) ͞n
sudut (m) (m/s)
1 40˚ 0,025 0,44 -0,36 30 28 26 28
2 40˚ 0,025 0,44 -0,36 28 26 28 27,3
3 40˚ 0,025 0,44 -0,36 30 28 26 28
4 60˚ 0,035 0,63 -0,20 38 34 36 36
5 60˚ 0,035 0,63 -0,20 38 38 38 38

Analisis Data

Data 1

V0 = √2𝑔 (h1 − h0)

𝑚
= √2 (9,8 𝑠2) (0,025 𝑚 − 0,015 𝑚)

𝑚2
= √0,196 𝑠2

= 0,44 m/s
∑𝑛
𝑛̅ = 𝑁

30 + 28 + 26
= 3

= 28

Data 2

V0 = √2𝑔 (h1 − h0)

𝑚
= √2 (9,8 𝑠2) (0,025 𝑚 − 0,015 𝑚)

𝑚2
= √0,196
𝑠2

= 0,44 m/s
∑𝑛
𝑛̅ = 𝑁

28 + 26 + 28
= 3

= 27,3

7
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

Data 3

V0 = √2𝑔 (h1 − h0)

𝑚
= √2 (9,8 𝑠2) (0,025 𝑚 − 0,015 𝑚)

𝑚2
= √0,196 𝑠2

= 0,44 m/s
∑𝑛
𝑛̅ = 𝑁

30 + 28 + 26
= 3

= 28

Data 4

V0 = √2𝑔 (h1 − h0)

𝑚
= √2 (9,8 𝑠2) (0,035 𝑚 − 0,015 𝑚)

𝑚2
= √0,392 𝑠2

= 0,63 m/s
∑𝑛
𝑛̅ = 𝑁

38 + 34 +36
= 3

= 36

Data 5

V0 = √2𝑔 (h1 − h0)

𝑚
= √2 (9,8 𝑠2) (0,035 𝑚 − 0,015 𝑚)

𝑚2
= √0,392 𝑠2

= 0,63 m/s

8
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

∑𝑛
𝑛̅ = 𝑁

38 + 38 + 38
= = 38
3

hubungan Vo dengan 𝑛 ̅
0.7

0.6

0.5

0.4
Vo

0.3
Series1
0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
𝑛̅

3.2 Diskusi

Setelah percobaan pada peristiwa tumbukan ayunan Newton, pada data percobaan 1 diketahui bahwa sudut
simpangannya yaitu 40° dengan ketinggian saat bola istirahat adalah 0,015 m dan ketinggian saat bola diangkat
adalah 0,025 m. Sehingga diperoleh Vo 0,44 m/s dengan 𝑛̅ 28. Pada data ke 2 diketahui bahwa sudut simpangannya
yaitu 40° dengan ketinggian saat bola istirahat yaitu 0,015 m dan ketinggian saat bola diangkat yaitu 0,025 m serta
diperoleh Vo 0,44 m/s dan 𝑛̅ 27,3. Pada data 3 diketahui bahwa sudut simpangangannya adalah 40°, dengan
ketinggian saat istirahat 0,015 m dan ketinggian saat bola diangkat adalah 0,025 m. Dari data diperoleh Vo 0,44 m/s
dan 𝑛̅ 28. Kemudian pada data 4 dan 5 diketahui bahwa sudut simpangannya yaitu 60° dengan ketinggian bola saat
bola istirahat sebesar 0,015 m dan ketinggian saat bola diangkat adalah 0,025 m. Dari data tersebut diperoleh Vo
sebesar 0,63 m/s dengan 𝑛̅ 36 dan 38. Dan untuk hubungan Vo dengan 𝑛̅ yaitu apabila kecepatan awal pada
tumbukan ayunan Newton semakin besar, maka jumlah bunyi yang dihasilkan akan semakin banyak.

4. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut
simpangan pada ayunan Newton maka akan semakin banyak jumlah bunyi tik yang dihasilkan dan semakin besar
kecepatan yang dihasilkan dari sistem ayunan Newton tersebut.

9
Laporan PjBL Ayunan Newton Tsagifa et al

References
[1] Allain, R. (2022, April 15). What actually happens if you shoot a ball at a Newton’s Cradle? Wired.
[2] Fesharaki, A. J. (2019). Investigation of parametters in Oscillations of Newton’s Cradle. Latin-American
Journal of Physics Education, 13(3), 3.
[3] Mosey, H. I. R., & Lumi, B. M. (2016). Penentuan Percepatan Gravitasi Lokal di Universitas SAM Ratulangi
Manado Berdasarkan Teori Getaran Harmonik. Jurnal Ilmiah Sains, 16(2), 104–107.
[4] Pourciau, B. (2020). The Principia’s second law (as Newton understood it) from Galileo to Laplace. Archive for
History of Exact Sciences, 74(3).
[5] Sya’bana Zahra, S., Hary Syahbana, I., Ocha Wiyadnyana, M., & Anggraini, F. (2022). Analisis Ayunan
Pendulum Menggunakan aplikasi Phyphox Pada Materi Fisika kelas x. Mitra Pilar: Jurnal Pendidikan, Inovasi,
Dan Terapan Teknologi, 1(2), 53–64.
[6] White, C. (2018). Further reply to remarks of R Cross on “A comparative study of two types of ball-on-ball
collision.” In Physics Education (Vol. 53, Issue 2).
[7] Pratama, F.R, 2015, Simulasi Pengendalian Chaos dengan Model Couple map Lattice, Tesis Jurusan Fisika,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[8] Schwartz, S., Feugnet, G., Lariontsev, E., dan Pocholle, Jean-Paul, 2007, Oscillation regimes of a solid-state
ring laser with active beat-note stabilization: From a chaotic device to ring-laser gyroscope, Physical Review A
Vol.76.
[9] Gitterman, Mosshe, 2010, The Chaotic Pendulum,World Scientific Publishing,USA.
[10] Korsch, H.J., Jodl, H.-J., Hartmann, T., 2008, Chaos: A Program Collection for the PC,Springer-Verlag,
Berlin Heidelberg

10

Anda mungkin juga menyukai