MEKANIKA FLUIDA
LA ODE MUSA
MUSRADI MULYADI
i
MEKANIKA FLUIDA
TE 210212 / 2
Penyusun
LA ODE MUSA
MUSRADI MULYADI
Mengtahui;
Pembantu Direktur I Ketua Jurusan Teknik Mesin
ii
PRAKATA
Pembuatan bahan ajar ini didorong oleh keinginan penulis untuk menyajikan materi mata
kuliah yang selama ini diajarkan dengan menggunakan buku teks dari berbagai literature dan
dengan metode cerama
Mata kuliah Mekanika Fluida merupakan Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan
(MKK) yang diajarkan selama 1 semester setelah mahasiswa mempelajari matakuliah Matematika
Terapan, Fisika Terapan dan sebagai dasar untuk mata kuliah; Mesin Fluida, Pembangkit Tenaga I,
Praktikum Pengukuran Fluida, Praktikum Mesin Konversi Energi dan Praktikum optimasi sistim
energi.
Pada mata kuliah ini menjelaskan tentang fluida diam dan fluida bergerak serta perhitungan
mengenai rugi tekanan.
Mata kuliah ini terdiri atas bagian-bagian:
1. Sistem satuan dan analisa dimensi
2. Sifat-sifat fluida
3. Alat ukur dan pengukuran tekanan
4. Statika fluida
5. Energetika aliran tunak (steady flow)
6. Penerapan Dinamika Fluida
7. Aliran tunak fluida tak termanpatkan dalm pipa.
8. Aliran pada saluran terbuka
Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini masih banyak kekurangan-kekurangannya olehnya
itu untuk kesempurnaan materi ini, kritik dan saran sangat diharapkan.
Penyusun,
La Ode Musa
Musradi Mulyadi
iii
DAFTRA ISI
iv
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
Nama Mata Kuliah : Mekanika Fluida
Nomor Kode / Sks : TE210212 / 2
Deskripsi Singkat : Mekanika fluida merupakan mata kuliah yang sangat besar perananya dalam industri karena untuk
mengetahui jumlah aliran dan tekanan fluida untuk pemakaian air atau digunakan sebagai media
pendingin. Materi ini meliputi system satuan, dimensi, sifdat fluida sebagai akibat perubahan tekanan,
suhu serta penggunaan alat-alat ukur aliran, tekanan, gaya-gaya fluida diam dan yang bergerak serta
rugi-rugi energi yang terjadi. Untuk mengikuti mata kuliah ini harus tekah lulus mata kuliah fisika
terapan, matematika terapan dan sebagai syarat untuk mata kuliah mesin fluida, instrumentasi,
praktikum pengukuran, praktikum mesin konversi energi dan praktikum optimasi sistim energi
Tujuan Instruksional Umum : Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar mekanika fluida untuk analisis jaringan pemipaan dan
mesi-mesin fluida serta memiliki pengetahuan tentang alat-alat ukur laju aliran dan tekanan fluida.
Waktu Sumber
No Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
(menit) Kepustakaan
1 2 3 4 5 6
Setelah mengikuti materi perkuliahan ini mahasiswa akan mampu :
Minggu I 2 X 50
Penjelasan Umum Kontrak Perkuliahan
Secara Keseluruhan
Pengantar, Sistem 1. Sistem Satuan 1. Bab 1
1 1.1 Menyebut dan menjelaskan sisti satuan
satuan dan system 2. Sistem Dimensi 2. Bab 1
1.2 Menyebut dan menjelaskan dimensi
dimensi 3. Latihan 4. Bab 1
Minggu II 2 x 50
2 2.1 Menyebut dan menjelaskan sifat-sifat Sifat-sifat fluida, 1. Tekanan, massa jenis 1. Bab 2
fluida tentang tekanan, massa jenis. fiskositas, suhu dan 2. Suhu dan Suhu Mutlak 4. Bab 2
2.2 Menyebut dan menjelaskan sifat-sifat tekanan fluida, v 7. Bab 2 & 3
fluida tentang Suhu Mutlak 3. Kompresibilitas dan Viskositas
2.3 Menyebut dan menjelaskan sifat- sifat 4. Latihan
fluida tentang kompresibilitas dan
viskositas
Minggu III 2 x 50
3.1 Menjelaskan cara kerja dan mem- 1. Barometer 2. Bab 2
baca Pengukuran torak bobot mati 2. Pengukuran torak bobot mati 3. Bab 2
Alat ukur dan
3 3.2 Memasang, menggunaan dan 3. . Pengukuran tekanan manometrik 4. 7. Bab 3
pengukuran tekanan
membaca alat-alat ukur Barometer Latihan
dengan baik
Minggu IV 2 x 50
3.3 Memasang, menggunaan dan membaca 1. Manometer U sederhana 1. Bab 2
alat-alat ukur Manometer Alat ukur dan 2. Manometer differensial 6. bab 2
pengukuran tekanan
3. Latihan 7. Bab 3
Minggu V 2 x 50
1. Manometer peka 1. Bab 3
3.4 Memasang, menggunaan dan mem- Alat ukur dan
2. Tranduser tekanan 2. Bab 2
baca alat-alat ukur Tranduser tekanan pengukuran tekanan
3. Latihan 7. Bab 3
Minggu VI 2 x 50
4 4.3 Menghitung dan menjelaskan gaya Statika fluida 1. Tekanan statik fluida 1. Bab 3
fluida pada bidang di bawah permukaan 2. Gaya pada bidang di bawah 2. Bab 2
vi 7. Bab 4
permukaan
3. Latihan
Minggu VII 2 x 50
1. Letak titik tangkap tekanan 1. Bab 3
4.4 Menghitung dan menjelaskan gaya pada
2. Gaya pada permukaan lengkun 2. Bab 2
permukaan lengkung dan gaya angkat Statika fluida
3. Gaya apung pada benda 7. Bab 4
pada benda dibawah permukaan
4. Latihan
Minggu VIII 2 x 50
5.1 Menyebut dan menjelaskan kekekalan 1. Kekekalan massa dan kontinuitas 3. Bab IV
massa dan kontinuitas Energetika aliran tunak 2. Energi, Usaha dan panas 6. Bab IV
5.
5.2 Menyebut, menghitung Energi, Usaha (steady flow) 3. Persamaan energi aliran.
dan panas dan enrgi aliran 4. Latihan
Minggu IX 2 x 50
Ujian Tengah Semester (U.T.S)
Minggu X 2 x 50
1. Penerapan persamaan energi 1. Bab V
6.1 Menjelaskan dan menganalisa
2. Teorema toriceli 6. Bab V
prinsip kerja alat pengukura tekanan dan Penerapan prinsip
6. 3. Pipa pindah (sfon)
aliran dengan dengan meng gunakan dinamika fluida
4. Pengukuran tekanan dan kecepatan
tabung pitot dan teorema toriceli
5. Latihan
Minggu XI 2 x 50
6.2 Menjelaskan dan menganalisa Penerapan prinsip 1. Venturi meter 5. Bab V
prinsip-prinsip kerja alat pengukura dinamika fluida vii 7. Bab VI
tekanan dan aliran dengan mengguna- 2. Orifis meter
kan orifice dan venturi meter 3. Latihan
Minggu XII 2 x 50
1. Karakteristik aliran dalam pipa 1. Bab VI
7.1 Menjelaskan dan menghitung
Aliran tunak fluida 2. Bilangan Reynold 2. Bab V
Bilangan Reynold
7. incompressible dalam 3. Aliran laminar dalam pipa 7. Bab VIII
7.2 Menjelaskan dan menghitung aliran
pipa 3. Lapisan batas
laminar dalam pipa
Minggu XIII 2 x 50
7.3 Menjelaskan dan menghitun Lapisan 1. Rugi tekanan akibat gesekan dalam 1. Bab VI
batas Rugi-rugi major energi panjang pipa 6. Bab VI
7.4 Menghitun rugi energi akibat gesekan dalam pipa aliran 2. Penggunaan diagram moody 7. Bab IX
panjang 3. Latihan
Minggu XIV 2 x 50
7.5 Menjelaskan dan menghitun rugi 1. Rugi-rugi minor 1. Bab VI
energi akibat gesekan dalam 2. Bagian pipa dengan penampang 6. Bab VI
Rugi-rugi minor energi
sambungan pipa bukan lingkaran 7. Bab X
aliran
7.5 Menjelaskan dan menghitun 3. Latihan
penerapan rugi energi
Minggu XV 2 x 50
8.1 Menghitung distribusi aliran 1. Aliran pada pipa seri dan sejajar 1. Bab VI
8. Jaringan perpipaan
pada jaringan pipa 2. Latihan 7. Bab XI
viii 2 x 50
Minggu XVI
9.1 Menghitung dan menyebutkan klasi- 1. Klasifikasi dan pengukuran aliran 2. Bab XII
Aliran pada saluran
fikasi dan pengukuran aliran pada pada saluran terbuka. 6. Bab VII
9 terbuka
saluran terbuka 2. Kisi-kisi secara keseluruhan
9.2 Kisi-kisi secara keseluruhan
ix
KONTRAK PERKULIAHAN
Nama mata Kuliah : Mekanika Fluida
Kode Mata Kuliah : TE210212 / 2
Pengajar : E-LM, E-MM, E-ES
Semester : II
Hari Pertemuan / Jam : 16 / 32
Tempat Pertemuan : GS. 202
2. Deskripsi Perkuliahan
Fenomena yang bibahas dalam mata kuliah mekanika fluida banyak dijumpai industri karena banyak
membahas laju aliran fluida dan tekanan fluida yang sering digunakan sebagai pendingin. Mata kuliah ini
membahas sistem satuan, dimensi, sifat fluida sebagai akibat perubahan tekanan, suhu serta penggunaan
alat ukur aliran, alat ukur tekanan, gaya-gaya fluida diam dan yang fluida bergerak serta rugi-rugi energi
yang terjadi. Untuk mengikuti mata kuliah ini mahasiswa harus telah lulus mata kuliah Fisika Terapan
dan Matematika Terapan dan sebagai prasyarat untuk mengikuti mata kuliah: mesin fluida,
instrumentasi, praktikum pengukuran, praktikum mesin konversi energi dan praktikum optimasi sistim
energi.
3. Tujuan Instruksional
Pada akhir perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan sistem satuan, dimensi, sifat-sifat fluida, tekanan, suhu mutlak, kompresibilitas, dan
incompresibilitas serta viskositas dengan benar.
2. Menjelaskan cara kerja Pengukuran torak bobot mati dengan tepat.
3. Membaca alat-alat ukur Barometer, Manometer dan mikromanometer, duser tekanan dengan benar.
4. Menganalisis dan menjelaskan distribusi gaya-gaya pada bidang rata, pada bidang lengkung, dan gaya
angkat pada benda dibawah permukaan
5. Menjelaskan dan menghitung Energi, Usaha dan panas, persamaan energi aliran, Persamaan Bernoulli
serta beberapa penerapan persamaan energi
6. Menjelaskan dan menganalisa prinsip-prinsip kerja alat pengukur tekanan dan aliran fluida
10
dengan menggunakan : orifice meter, venturi meter, dan tabung pitot.
7. Menghitung Bilangan Reynold, lapisan batas, aliran laminar didalam pipa dan menganalisis rugi
energi akibat gesekan pada panjang pipa dan pada sambungan pipa, serta penerapan rugi-rugi energi.
8. Menghitung distribusi aliran pada jaringan pipa
9. Menyebutkan klasifikasi dan pengukuran aliran pada saluran terbuka dan kisisi.
5. Strategi Perkuliahan
Metode perkuliahan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan instruksional dan hasil yang maksimal
adalah sistim cerama yang diselingi dengan tanya jawab, latihan penyelesaian soal, pengenalan alat dan
demonstrasi penggunaan, alat serta pembacaan alat ukur di laboratorium.
11
7. Tugas
1. Setiap akhir perkuliahan mahasiswa menyelesaikan soal-soal latihan. Soal pada buku referensi
dijadikan sebagai tugas dan hasil penyelesaian soal yang dikumpul pada setiap dua kali
pertemuan. Pada setiap tiga kali pertemuan diadakan kuis.
2. Evaluasi tengah semester (UTS) akan diadakan pada minggu IX dan evaluasi akhir semester
(UAS) akan diladakan pada minggu XVII (Sesui jadwal Ujian semester).
8. Kriteria Penilaian
Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria berdasarkan Peraturan Akademik
Polteknik Negeri Ujung Pandang sebagai berikut:
Dalam menentukan nilai akhir mahasiswa akan digunakan pembobotan sebagai berikut :
12
9. Jadwal Perkuliahan
13
TINJAUAN MATA KILIAH
Mata kuliah Mekanika Fluida merupakan mata kuliah Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan
(MKK) yang diajarkan selama 1 semester setelah mahasiswa menempuh matakuliah Matematika
Terapan, Fisika Terapan dan sebagai prasarat untuk mata kuliah Mesin Fluida, Pembangkit Tenaga I,
Praktikum Pengukuran Fluida, Praktikum Mesin Konversi Energi, Praktikum optimasi sistim energi.
Pada mata kuliah ini menjelaskan tentang sistim satuan, Sifat-sifat fluida, fiskositas, suhu dan tekanan
fluida, Alat ukur dan pengukuran tekanan, Gaya-gaya hidrostatik pada bidang di bawah permukaan,
Hidrodinamika dan Energi aliran, Penerapan persamaan energi, Penerapan prinsip dinamika fluida,
Aliran tunak fluida incompressible dalam pipa, Rugi-rugi major & minor energi aliran, Jaringan
perpipaan, Aliran pada saluran terbuka.
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa dapat menilai perfomansi energi aliran serta
penerapannya dan melakukan analisa permasalahan dalam mekanika fluida.
Mata kuliah ini terdiri atas bagian-bagian:
1. Sistem satuan dan analisa dimensi
2. Sifat-sifat fluida
3. Alat ukur dan pengukuran tekanan
4. Statika fluida
5. Energetika aliran tunak (steady flow)
6. Penerapan Dinamika Fluida
7. Aliran tunak fluida tak termanpatkan dalm pipa.
8. Aliran pada saluran terbuka
SESI / PERKULIAHAN KE : 1
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menyebut dan menjelaskan sistim satuan Metrik dan sistim satuan Ingris
2. Menyebut dan menjelaskan analisis dimensional
14
Pokok Bahasan : Sistim satuan metric dan sistim satuan Ingris
Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari sistim satuan metrik
(SI) dan satuan ingris yang terdiri dari satuan-satuan dasar, satuan tambahan, dan
satuan-satuan turunan serta hubungan antara satuan metrik dan stuan ingris. Dalam
analisis dimensional akan mempelajari persamaan-persamaan dimensi, satuan-satuan
yang dipilih untuk pengukuran dan persamaan-persamaan dimensional.
I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982, Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3.. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama ,
2. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology,
3. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
15
BAB I
SISTEM SATUAN DAN ANALISA DIMENSI
1.1. Pendahuluan
Mekanika fluida merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat
fluida baik dalam keadaan diam maupun bergerak. Fluida diam dikenal denagan istilah
statika dan fluda yang bergerak dikenal dengan dinamika fluida. Istilah fluida
digunakan untuk gas dan cairan, untuk membedakan cairan dengan gas, dilakukan jika
fluida tersebut diisikan kedalam suatu bejana maka cairan akan menunjukkan sustu
permukaan bebas jika bejana tersebut tidak terisi penuh, sedangkan gas akan mengisi
seluruh tempat dalam bejana tersebut. Perlu diperhatikana bahwa jika tekanan atau
suhu berubah, maka gas akan berubah volumenya, sedangkan perubahan volume
caiaran yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan dapat diabaikan.
Jelaslah bahwa hampir seluruh bagian kehidupana kita serta teknologi moderen
melibatkan pengetahuan serta ketergantungan pada Mekanika Fluida. Misalnya jika
kita memperhatikan aliran darah dalam pembuluh darah halus manusia maupun gerak
pesawat terbang atau laju peluruh yang lebih besar dari kecepatan suara, kita harus
menggunakan bagian dari mekanika fluida untuk menjelaskan gerak-gerak tersebut.
Literatur mengenai masalah ini sangat banyak, sehingga penjelasan singkat tidak akan
mememadai. Masalah-masalah tersebut dapat dibahas dengan menggunakan
pendekatan matematis murni oleh sekelompok peneliti dan secara bersamaan dapat
pula dibahas mengunakan pendekatan eksperimental yang benar-benar empiris oleh
kelompok peneliti lainnya. Dalam buku ini akan digunakan teknik moderen yang
menggunakan kedua pendekatan terseut, yakni gabungan dari teori dan percobaan.
Karena semua pengukuran seperti halnya perkenmbangan teori secara eksplisit
harus menyatakan satuan yang digunakan, maka mata kuliah ini akan dimulai dengan
pembahasan sistim satuan.
16
1.2. Sistem Satuan
Pada saat terjadi revolusi prancis, sistim-sistim pengukuran dan penimbangan di
dunia ini sangat bercampur baur dan membingungkan. Perdagangan Internasional serta
pertukaran ilmiah sangat merasakan akibat dari keadaan tersebut. Pada masa itu para
ilmuwan dan sarjana Prancis mengembangkan suatu sistim penimbangan dan
pengukuran rasional yang disebut sistem metrik, yang kemudian dipergunakan pada
hampir seluruh negara di dunia. Pada tahun 1960, Konfrensi Umum tentang Bobot dan
Ukuran (Genera Converence on Wights and Measures), memperbaiki dan
menyederhanakan sistim metrik, lalu menamakannya dengan nama Perancis, System
International d’Unites (Sistem Satuan Internasional), yang sering disingkat dengan SI.
Perbaikan serta penyempurnaan yang terakhir kalinya dilakukan dalam komperensi
Internasional pada tahun 1971, dan masih menggunakan acuan-acuan (satandard) yang
lama. Bagi para insinyur, kerancuan tersebut adalah mengenai satuan-satuan massa dan
berat. Literatur-literatur pada umumnya menggunakan satua-satuan seperti slug, pound
massa, pound gaya, poundal, kilogram gaya, kilogram massa, dyne dan sebagainya.
Dalam S I, satuan dasar untuk massa (bukan berat atau gaya) adalah kilogram, yang
mengacu atau sama dengan massa kilogram satandar Internasional yang disimpan di
Biro Internasional untuk Bobot dan Ukuran (Iternational Bureau of Weights and
Measures). Massa digunakan untuk mencantumkan jumlah zat dalam satuan benda.
Massa suatu benda tidak berubah dan tidak tergantung pada grafitasi.
1.3. Satuan-satuan metrik.
Dalam susunan satuan metrik (SI) dikenal dengan susunan teknis (statis) yang
terdiri dari statis besar yaitu Meter Kilogram Sekon (MKS) dan statis kecil yaitu
Centimeter, Gram, Second (CGS). Susunan dinamis (absolute) meliputi dinamis besar
contoh Newton dan dinamis kecil contoh dyne.
Satuan turunan SI untuk gaya adalah Newton (N) dan satuan gaya ini
didefenisikan dari hukum kedua Newton tentang gerak yaitu gaya sama dengan massa
kali percepatan ( F = m . a). Menurut defenisi tersebut, jika gaya 1 newto dilakukan
terhadap benda bermassa 1 kilogram akan menimbulkan percepatan 1 meter perdetik
17
kuadrat (N = kg. m/det2). Satuan newton digunakan dalam semua kombinasi satuan
yang melibatkan gaya, seperti tekanan atau tegangan (N/m 2), Energi (N.m), daya
(N.m/s = Watt) dan sebagainya. Dengan ncara ini, satuan gaya tidak berhubungan
dengan gaya berat seperti yang terjadi pada kilogram gaya.
Berat didefenisikan sebagai ukuran gaya graviasi yang bekerja terhadap sebuah
benda di suatu tempat tertentu. Jadi massa yang konstan akan mempunyai berat yang
hampir konstan di permukaan bumi. Nilai acuan yang telah disetujui untuk percepatan
gravitasi adalah 9,806 150 m/s2. Gambar 1-1 menunjukkan perbedaan antara massa
(kilogram) dan gaya (newton).
Istilah “massa” atau “massa satuan” digunakan hanya untuk menyatakan jumlah zat
dalam suatu benda. Penggunaan istilah berat dalam satuan kg untuk menyatakan jumlah
zat harus dihindarkan dalam praktek ilmiah dan kerekayasaan. Hubungan umum antara
massa (m) dengan berat (W) adalah :
W=m.g …………………………. 1-1
Dimana : g merupakan percepatan gravitasi setempat. Dalam satuan SI, g = 9,806 m/s2.
Sistem satuan SI terdiri dari tiga kelompok satuan ;
18
1. Satuan-satuan Dasar.
2. Satuan-satuan Tambahan
3. Satuan-satuan Turunan : a. Dengan nama khusus
b. Tanpa nama khusus
Tabel 1-1 Memperlihatkan tujuh satuan dasar SI, beberapa hal khusus Yang
berkenaan dengan tabel tersebut harus diperhatikan. Misalnya Kilogram adalah satuan
massa, bukan satuan berat. Lambang satuan tidak mempunyai bentuk jamak dan tidak
diakhiri dengan titik, penggunaan huruf besar dan kecil harus seperti yang tercantum
pada tabel tanpa kecuali.
Tabel 1.1 Satuan – satuan dasar SI
Besaran Nama satuan SI Lambang
panjang meter m
massa kilogram kg
waktu sekon (detik) s (dt)
kuat arus listrik Ampere A
suhu termodinamika Kelvin K
Jumlah kandungan zat mol mol
Intensitas cahaya Candela cd
Pada Tabel 1.2 di bawah ini memperlihatkan satuan-satuan tambahan pada SI.
Satuan-satuan ini dapat dianggap sebagai satuan dasar ataupun satuan turunan.
Tabel 1-2 Satuan-satuan Tambahan SI.
Besaran Satuan tambahan S I Lambang
Sudut datar Radian Rad
Sudut ruang Steradian sr
19
kapital/besar (misalnya newton ditulis N). Sedang untuk satuan lainnya, dituliskan
dengan huruf kecil.
Tabel 1 – 3 Satuan-satuan Turunan SI
Dinyatakan
Besaran Nama Lambang Rumus dengan
satuan dasar
Kecepatan Kecepatan m/s m/s m.s
Percepatan Percepatan m/s2 m/s2 m.s-2
Luas Meter kuadrat m2 m2 m2
Kerapatan kilogram permeter kubik - kg/m3 kg.m-3
Energi atau usaha joule J N.m kg.m2.s-2
Gaya newton N kg.m/s2 kg.m.s-2
Momen (torsi) Newton - meter N.m N.m kg.m2.s-2
Momen inersia luas - m4 m4 m4
Daya watt W J/s kg.m2.s-3
Tekanan atau tegangan pascal; Pa N/m2 kg.m-1.s-2
Frekwensi putaran revolusi persecon rev.per.sec s-1 s-1
Suhu derajat celcius o
C o
C o
C
Kecepatan (laju) meter persecon m/s m/s m.s-1
Volume meter kubik - m3 m3
20
terdapat pada akhir kalimat, dan angka yang berhubungan dengan lambang tersebut
harus dipisahkan satu spasi dari lambang satuan (misalnya 1,81 mm bukan 1,81mm).
Tanda titik hanya digunakan sebagai tanda desimal, maka sitem SI tidak menggunakan
tanda koma (untuk menyatakan ribuan). Spasi digunakan untuk memisahkan angka
yang besar menurut kelompok tiga-tiga terhitung dari tanda desimal, baik kekiri
maupun kekanan. Misalnya 3 807 747,0 dan 0,030 704 254. Perhatikan bahwa untuk
nilai numerik yang lebih kecil dari 11, tanda desimal diawali dengan nol. Untuk
bilangan yang terdiri dari empat angka, spasi dapat dihilangkan.
Sebagai tambahan, beberapa aturan berikut ini harus juga diperhatikan :
Jika terdapat perkalian, gunakan spasi diantara nama satuan (misalnya newton meter)
Jika terdapat pembagian, gunakan kata “per” (misalnya meter per sekon).
Jika terdapat perkalian, gunakan kata “kuadrat”, “kubik” dan seterusnya (misalnya
meter kuadrat).Untuk menandai perkalian lambang satuan, gunakan tanda titik di
tengah (misalnya N.s, kg.m). Untuk menandai perkalian lambang satuan, gunakan
tanda garis miring ( / ) atau pangkat negatif (misalnya m/s atau m.s -1). Tanda garis
miring jangan digunakan secara berulang untuk pertanyaan yang sama, untuk
menghindari kebingungan gunakanlah tanda kurung. Jadi gunakan m/s2 atau m.s-2
tetapi bukan m/s/s. Salah satu ciri sistem metrik lama dan sistem SI sekarang yang
sangat bermanfaat adalah penggunaan kelipatan satuan dengan faktor 10. Tabel 1-4
memperlihatkan awalan-awalan yang jika dirangkaikan denga satuan SI akan
membentuk nama dan lambang bagi kelipatan satuan SI.
Tabel 1-4 Faktor 10 bagi Satuan SI
Prafix Symbol Angka Faktor
Tera T 1012 1.000.000.000.000
Giga G 109 1.000.000.000
Mega M 106 1.000.000
Kilo K 103 1.000
Hekto H 102 1.00
Deka Da 101 10
21
Deci D 10-1 0,1
Centi C 10-2 0,01
milli m 10-3 0,001
micro μ 10-6 0,000.001
nano n 10-9 0,000.000.001
pico p 10-12 0,000.000.000.001
lamto l 10-15 0,000.000.000.000.001
atto a 10-18 0,000.000.000.000.000.001
22
Sudut datar derajat o
1 o = 1/180 rad
menit ‘
1’ = 1/60o = 2,908 x 10-4 rad
detik “
1” = (1/60)
= 4,88 x 10-6 rad
Volume liter l 1 l = 1 dm3 = 10-3 m3
Massa ton t 1 t = 1 Mg = 103 kg
b. Satuan-satuan turunan :
Tabel 1-7 Satuan turunan dalam Ingris
Satuan Satuan teknis Satuan absolut
Kecepatan ft/sec ft/sec
Percepatan ft/sec2 ft/sec2
Kerja lb force ft poudal ft
Tenaga lb force ft/sec poundal ft/sec
23
1.5. Hubungan satuan metrik dan Inggris
Telah menjadi suatu ketentuan yang berlaku umum bahwa apabila suatu bahasa
baru harus dipelajari, maka mahasiswa harus benar-benar ikut dan dibiasakan
“berpikir” dalam bahasa tersebut dengan cara menggunakan SI. Tabel 1-8
memperlihatkan beberapa faktor konversi satuan yang sering digunakan antara lain
satuan tradisional yang banyak dipakai.
Tabel 1-8 Faktor-faktor Konversi satuan
24
25
1.6. Analisa Dimensi
Ilmu fisika yang berkaitan dengan penemuan dan perumusan hubungan eksak
antara bermacam-macam besaran yang terlibat dalam berbagai situaasi. Analisa
didasarkan pada aksioma (kenyataan) adanya hubungan yang berlaku umum antara dua
besaran hanya jika kedua besaran tersebut mempunyai hakekat fisik yang ekivalen serta
diukur dengan satuan yang sama. Jadi suatu persamaan akan sahih (valid) jika
homogen secara dimensional (artinya dimensi ruas kanan dan kiri sama). Tetapi
kehomogenan dimensi tidak menjamin bahwa suatu persamaan pasti sahih, sedangkan
persamaan dengan dimensi ruas kiri dan kanan berbeda pasti tidak sahih. Banyak
persamaan empirik yang tak homogen yang hanya digunakan untuk memudahkan
pernyataan data-data eksperimen pada jangkauan variabel tertentu saja.
Prinsip Analisa Dimensi telah digunakan jika kita menggunakan satuan Fisika N dan
Slugs. Dalam setiap kasus lambang-lambang satuan dalam suatu persamaan dinyatakan
dalam massa (M), panjang (L) dan waktu (T). Misalnya:
26
1.7. Latihan-latihan
1-2. Satu kilogram timbal dibawah ke bulan, yang mempunyai percepatan gravitasi
seperenem kali percepatan grafitasi bumi. Berapa massa dan berat timbal
tersebut? dan berapa berat suatu benda yang massanya 10 kg ?
Jawab.
Benada tersebut di bumi beratnya 9,81 N, massanya di bulan tetap 1 kg, karena
percepatan gravitasi bulan besarnya seperenam kali percepatan gravitasi bumi,
maka beratnya di bulan menjadi seperenam kali beratnya di bumi. Sehingga :
Berat (di bulan) = 1/6 x 9,81 = 1,635 N
Berat benda sama denga massa dikalikan dengan percepatan gravitasi, menjadi :
W=m.g
Dengan menggunakn satua SI ,
W = 10 kg x 9,81 m/s2
W = 98,1 kg.m/s2
Karena 1 N = 1 kg. m/s2
Maka W = 98,1 N
1–2 Berapa gayan yang diperlukan untuk mempercepat benda 15 kg dengan
percepatan 30 m/s2 ?
Jawab:
Dengan menggunakan hukum kedua Newton mengenai gerak :
F=m.a
Maka gaya ( F ) = 15 (kg) x 30 (m/s2) = 450 (kg.m/s2)
F = 450 N
1.8. Penutup
Meskipun mahasiswa telah mempelajari materi ini dengan baik, karena hal ini
harus benar-benar dipahami dan dikuasai sebelum pelajaran pokok dimulai. Yakinlah
semua satuan yang digunakan dan dipahami setiap suku serta arti fisisnya dalam suatu
persamaan. Penggunaan analisis dimensional merupakan kunci untuk mencapai hasil
yang memuaskan, tidak hanya dalam mekanika fluida, tetapi juga dalam semua cabang
27
teknologi. Jadikanlah kebiasaan memberikan satuan dan dimensi pada suatu persamaan
untuk mengyakinkan tercapainya hasil yang diinginkan. Soal-soal pada akhir bab akan
membantu untuk mengembangkan kebiasaan tersebut.
1.9. SOAL-SOAL
1-1 Benda bermassa 5 kg ditempatkan di sebuah planet yang mempunyai gaya
grafitasi 10 kali dari pada di bumi. Berapakah berat benda tadi di planet tersbut ?
1-2 Benda bermassa 10 kg beratnya 90 N. Maka percepatan gravitasi di tempat itu
adalah: (a) 1/9 m/s2, (b) 9,0 m/s2, (c) 90 m/s2, (d) 10 m/s2.
1-3 Berapa berat benda (dalam Newton) jika massanya 12 kg, dalam satuan SI dan
Ingris ?
1-4 Jika massa sebuah benda 200 kg, berapakah beratnya ? dalam satuan SI dan
Ingris.
1-5 Berapakah berat benda yang massanya 10 kg di sebuah tempat di bumi dengan
percepatan gravitasi 9,7 m/s2 ? dalam satuan SI dan Ingris.
1-6 Jika benda pada soal no.1-7 dibawah ke tempat lain dengan g = 10 m/s2,
berapakah massanya sekarang ?. dalam satuan SI dan Ingris.
1-7 Benda 100 kg digantung pada sebuah pegas di tempat dengan g = 9,806 m/s2, dan
ternyata pegas menyimpang sejauh 25 mm. Jika benda dengan massa yang sama
dibawah ke sebuah planet dengan g = 5,412 m/s2, berpa simpangan pegas
sekarang jika simpangan pegas berbanding lurus dengan gaya yang bekerja ?
1-8 Sebua neraca digunakan untuk menimbang sebuah sampel di bulan. Jika g di
bulan = 1/6 kali g di bumi, dan berat benda standar di bumi 100 N, berapa massa
benda tersebut ?
1-9 Gaya 10 N bekerja pada sebuah benda yang massanya 0,5 kg, berapakah
percepatannya ?
1-10 Seorang ahli kimia mengukur volume 200 cm3. Berapa meter kubikkah itu ?
28
SESI / PERKULIAHAN KE : 2
I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982, Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
29
III. Pertanyaan Kunci / Tugas
1. Jelaskan tekanan mutlak dan tekanan vakum
2. Jelaskan hubungan tekanan pengukuran dengan tekanan mutlak
3. Jelaskan hubungan suhu pengukuran dengan suhu mutlak.
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal akhir materi perkuliah ini
30
BAB II.
SIFAT-SIFAT FLUIDA
2.1. Pendahuluan
Pada bab I telah ditetapkan bahwa istilah “fluida (Zat cair)” akan digunakan
baik untuk cairan maupun gas, untuk membedakana cairan dengan gas, telah
dibicarakan pula bahwa meskipun keduanya akan mengisi bejana tempatnya berada,
namun jika tidak mengisi penuh maka cairan akan memperlihatkan sesuatu permukaan
bebas, perlu diperhatikan bahwa perubahan volume gas dapat diakibatkan baik oleh
perubahan tekanan maupun perubahan suhu, sedangkan pada umumnya perubahan
volume cairan yang disebabkan oleh perubahan tekanan dapat diabaikan.
Sebagai suatu konsep umum yang dapat diterapkan pada semua keadaan, kita
dapat mendefinisikan istilah sistem secara sederhana sebagai sekumpulan benda dalam
sembarang keadaan. Untuk saat ini, kita anggap bahwa sistem dapat mempunyai energi
yang tersimpan ataupun yang berpindah, dan meskipun kita bebas memilih sistem,
namun dalam penurunan persamaan yang menyangkut sistem tersebut beserta
gerakannya, semua gaya dan energi harus diperhitungkan.
Kita harus menentukan karakteristik luar sistem yang memungkinkan kita untuk
dapat membedakan serta menilai perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem itu.
Sebaliknya, jika karakteristik luar sebuah sistem tidak berubah, maka dapat
diperkirakan bahwa sistem tersebut tidak mengalami perubahan. Beberapa karakteristik
luar yang dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu sistem antara lain adalah suhu,
tekanan dan volume. Karakteristik luar sistem yang dapat diamati disebut sifat dan jika
seluruh sifat sistem dihasilkan pada waktu yang berlainan dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada sistem tak dapat dibedakan, maka sistem tersebut
berada dalam keadaan setimbang. Selanjutnya, kita akan membahas sifat-sifat fluida
yang memainkan peranan penting dalam mata kuliah mekanika fluida.
31
2.2. Tekanan
Ketika suatu gas berada dalam sebuah ruangan, molekul-molekul gas tersebut
akan menumbuk dinding ruangan, dan tumbukan ini akan mengakibatkan terjadinya
gaya yang dilakukan oleh molekul gas terhadap dinding. Cairan berkelakuan sama
dengan gas, meskipun terjadi perbedaan bekerjanya gaya-gaya pada fluida dengan pada
zat padat, namun kita dapat mendefenisikan istilah tekanan sebagai gaya yang bekerja
pada benda dibagi dengan luas bidang yang tegak lurus pada gaya tersebut. Jadi,
………………………………………….. 2-1
Dimana :
P = Tekanan (Pa)
F = gaya (N)
A = Luas (m2)
Kadang-kadang kita harus menentukan tekanan pada suatu titik. Secara
matematis luas tadi mengecil secara kontinyu, maka tekanan pada sebuah titik dapat
didefenisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) tiap satuan luas, dalam hal ini luas
yang mendekati nol. Secara matematis pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:
……………………………………. 2–2
Dalam satuan Inggris (satuan Britis) tekanan dinyatakan dalam pound gaya per
inci kuadrat ( Psi ) atau pound gaya per kaki kuadrat ( Psf ). Dalam satuan S I, tekanan
dinyatakan dalam Newton per meter kuadrat ( N/m2 ) atau pascal ( Pa ).
Pada umumnya pengukuran tekanan mekanik menunjukkan angka nol ketika
dihubungkan dengan udara terbuka ( Atmosfir ) dan karenanya akan mengukur selisih
tekanan fluida dengan tekanan atmosfir setempat. Tekanan ini disebut tekanan
pengukuran ( Gauge Pressure ) dan dalam sistem satuan Inggris biasanya dinyatakan
dengan P s i g atau P s f g. Tekanan mutlak adalah tekanan sistem yang diukur
berdasarkan keadaan hampa sempurna sebagai tekanan mutlak nol. Tekanan mutlak
32
dalam satuan Inggris dinyatakan dengan P s i a atau P s f a. Pada gambar 2-1
memperlihatkan hubungan antara tekanan pengukuran dengan tekanan mutlak.
Tekanan
Pengukuran
Atmosfir standar
33
Pengukuran dengan menggunakan barometer Bourdon merupakan piranti yang
sering digunakan untuk mengukur tekanan secara komersial. Jenis pengukuran ini
diperlihatkan pada gambar 2-3 yang biasanya terdiri dari tabung oval bervolume kecil
yang satu ujungnya tetap, sedangkan ujung lainnya bebas bergerak atau menyimpang
bila ada perbedaan tekanan yang bekerja pada dinding tabung. Dengan bertambahnya
tekanan maka jari-jari busur lingkaran akan bertambah pula melalui sambungan yang
hampir tak mengalami gesekan. Ujung tabung yang bebas akan memutar jarum
penunjuk skala yang telah dikalibrasi dan memberikan indikasi (penunjukkan) mekanis
dari tekanan.
Tekanan pada tabung Bourdon biasanya adalah tekanan atmosfir, sehingga
jarum menunjukkan tekanan pengukuran. Tekanan mutlak dapat diukur secara
langsung tanpa harus mengosongkan pipa pengukur yaitu dengan menempelkan sebuah
tabung Bourdon pengidera pada tabung Bourdon acuan yang dikosongkan dan ditutup
seperti pada gamabr 2-3, Pengukur Bourdon dapat digunakan untuk pengukur tekanan
mutlak, tekanan pengukur serta perbedaan tekanan dengan jangkauan yang cukup lebar
dan dengan ketidak pastian 0,1 % dari pembacaan. Dalam menentukan tekanan fluida
ditentukan oleh sifat-sifat fluida yaitu : kerapatan (massa jenis), berat jenis , volume
jenis, dangberat jenis relative (sp.gr). Kerapatan (massa jenis) dengan siombol ρ (rho;
bahasa Yunani) didefenisikan sebagai massa setiap satuan volume dari suatu zat atau
massa per satuan isi. Jika massa (m) dan volume (v), maka kerapatan :
Berat jenis ( γ ), didefenisikan sebagai berat setiap setiap satuan volume dari suatu zat.
Jika berat dinyatakan sebagai ( w ) dan volume (v) maka berat jenis :
34
Gambar 2 – 2 Barometer Bourdon
35
Jika persamaan (2-6) dibandingkan dengan (2-5) akan diperoleh
……………………………………………… 2-7
Volume jenis ( υ ) didefenisikan sebagai kebalikan dari berat jenis atau volume zat
tiap satuan berat sehingga :
Berat jenis relatif (specific gravity atau s.g ) didefenisikan sebagai perbandingan antara
berat jenis atau kerapatan suatu zat dengan berat jenis atau kerapatan air pada 4oC
(39,2o F), dari defenisi tersebut diperoleh :
………….…………………………… 2-9
…………………………………… … 2 - 10
Pada pengukuran tekanan suatu fluida cair yang bekerja pada dasar kolom jika
berat jenisnya tetap ( γ ) dan luas penampang tetap sebesar (A) dan tinggi fluida dari
dasar kolam (h) seperti pada gambar 2-4 maka tekanan defenisi tekanan yaitu gaya
dibagi dengan luas , mula-mula kita harus menentukan besar gaya yang bekerja pada
dasar kolam fluida yang diberikan persamaan (2-6) yaitu :
W=γv
Volume fluida adalah v = A.h sehingga berat menjadi
W = γ. A. h …………………………………………….. 11
Inilah gaya yang bekerja pada dasar kolam. Jika gaya ini dibagi dengan luas
penampang kolam, akan diperoleh :
Fluida h
36
Gambar 2-4. Penurunan tekanan dari ketinggian
Perahatikan jika kita turun dari puncak kolam ke bawah, maka tekanana akan
bertambah, dan sebaliknya jika naik dari dasar kolam ke atas maka tekanan akan
berkuragn. Perubahan tekanan ini berbanding lurus dengan perubahan tinggi fluida.
Juga perhatikan bahwa berat jenis γ besarnya dianggap konstan. Jika jarak dihitung
dari dasar kolam ke atas, maka persamaan (2-2) harus ditulis:
P = - γ .h ………………………………………………. 2-13
Fluida yang sering digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan atmosfir serta
tekanan hampa adalah air raksa. Pada suhu ruang, massa jenis ( Kerapatan air raksa -
raksa kira-kira 13,6 g / cm3.
Tekanan dapat pula dinyatakan dengan satuan tinggi fluida yang ekivalen
dengan tekanan tersebut ( contoh dalam soal diatas tekanannya 1 inci air raksa ). Hal ini
akan sangat besar manfaatnya, khususnya dalam bab 3. Dalam pekerjaan vakum,
tekanan mutlak di ruang vakum biasanya dinyatakan dengan milimiter air raksa,
misalnya 10-5 mm Hg. Dalam literatur teknik dikenal satuan torr. Satu torr
didenifisikan sebagai 1 mm Hg, jadi 10-5 torr sama dengan 10-5 mmHg.
2.3. S U H U
Suhu suatu sistem merupakan ukuran dari gerakan acak molekul-molekul
sistem tersebut. Jika terdapat suhu yang berbeda dalam sebuah benda (atau benda-
benda yang membentuk sistem), timbul pertanyaan bagaimanakah cara mengukur suhu
pada suatu tempat tertentu dan bagaimanakah menafsirkan hasil pengukuran suhu
tersebut ?. Pertanyaan sejenis juga akan muncul untuk sifat-sifat sistem yang lainnya,
37
dan oleh karena itu, akan di untuk menjawabnya. Pada suhu dan tekanan ruang, di
udara terdapat kira-kira 2,7 x 1018 molekul tiap centimeter kubik. Jika sebuah kubus
dengan sisi 1 cm dibagi menjadi kubus-kubus kecil yang masing-masing bersisi
seperseribu centimeter, maka dalam setiap kubus kecil tersebut akan terdapat 2,7 x 10 10
molekul, dan ini masih merupakan angka yang cukup besar. Jadi jika kita berbicara
mengenai suhu suatu titik, maka yang dimaksud adalah suhu rata-rata molekul-molekul
disekitar titik tersebut.
Ketika mengukur suhu suatu benda dengan termometer, perlu diperhatikan
bahwa termometer hanyalah mengukur bagian ujung pengindera termometer tersebut.
Agar termometer dapat mengukur suhu sistem, maka termometer dan sistem harus
berada dalam kesetimbangan termal. Pengukuran suhu biasanya dinyatakan dengan
pengukuran karakteristik sekunder (misalnya tinggi cairan dalam termometer) bila
sistem berubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Contoh lain dari dampak fisis
yang di gunakan untuk menyatakan suhu adalah pemuaian dari zat cair dan zat padat,
perubahan tekanan gas tertutup, perubahan volume benda, timbulnya tegangan listrik
pada sambungan logam yang berbeda jenisnya.
Skala suhu yang biasa digunakan adalah skala Fahrenheit dan Celsius yang
didefenisikan menggunakan titik beku dan titik didih air pada tekanan normal (1
atmosfir). Pada skala suhu celsius, selang antara titik beku dan titik didih tersebut
dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Seperti nampak pada Tabel 2-1, titik beku air
menurut Celsius adalah nol, sedang menurut Fahrenheit 32. Perubahan (konversi) dari
satu skala ke skala lainnya dapat langsung di turunkan dari Tabel 2-1, dan hasilnya
berupa hubungan berikut :
o
C = 5/9 (oF – 32) ……………………………………… 2.14
o
F = 9/5 (oC) + 32 ………………………………………. 2.15
38
212 100 Titik didih air pada tekanan 1 atm
32 0 Titik beku air pada tekanan 1 atm
-460 -273 Titik nol mutlak
39
Dengan menggunakan suhu tersebut sebagian suhu nol, akan diperoleh dua skala suhu
mutlak yang didefenisikan sebagai :
Derajat Rankine ( oR ) = oF + 460 …. ……………………… 2 – 16
Derajat Kelvin ( K ) = oC + 273 …………………………. 2 – 17
Selain itu mungkin pula kita mendefenisikan skala suhu mutlak yang tidak
tergantung pada sifat zat tertentu dan bagi mahasiswa yang tertarik akan hal ini silakan
merujuk pada buku-buku teks termodinamika untuk mengembangkannya.
(a) (b)
Gambar 2.5 Termometer Gas
0 -460 0 -273
Nol absolut
Gambar 2.6 Hubungan satuan-satuan Suhu
40
………………………………………….. 2-18
41
Gambar. 2-7 Variasi modulus bulk air terhadap tekanan dan suhu
42
atas akan bergerak sesuai dengan kcepatan V. Seperti pada gambar, bahwa kecepatan
sembarang tempat diantara keping dapat dinyatakan sebagai Vy/Y. Gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan keping atas dengan kecepatan konstan relatif terhadap
keping bawah akan berbanding lurus dengan luas keeping dan berbanding terbalik
dengan jarak antar keping dan berbanding lurus dengan kecepatan relatif keping. Jadi,
= ……………………………………… ( 2-20 )
……………………………….. ( 2-21 )
………………………………….. ( 2-22 )
43
Karena dimensi tegangan geser adalah gaya dibagi luas dan dimensi kecepatan
adalah panjang tiap satuan waktu maka dimensi kekentalan haruslah gaya tiap satuan
luas dikalikan dengan waktu. Karenanya satuan kekentalan adalah pound detik per
kaki kuadrat, atau dyne detik percentimeter kuadrat. Dyne detik percintemeter kuadrat
diberi nama poice dan ternyata kekentalan air pada suhu 68,4 0 F adalah satu cP atau
1/100 poise. Pada umumnya kekentalan cairan dan gas tidak tergantung pada tekanan
kecuali pada tekanan yang sangat tinggi, namun jika suhu naik kekentalan cairan akan
berkurang, sedangakan kekentalan gas bertambah, seperti dapat dilihat gambar 2-9.
Dalam satuan SI,
44
Terdapat banyak cara untuk mengukur kekentalan atau besaran-besaran relatif
yang dapat dibandingkan dengan kekentalan. Biasanya, alat pengukur kekentalan
dikenal sebagai Visikometer atau Viskosimeter dapat dibagi atas tiga kategori yakni :
Tipe Rotasional, Bola jatuh dan tipe aliran (Kapiler). Karena adanya pengaruh-
pengaruh dinding, konsentarsi ukuran dan sebaginya maka konstanta dari tiap peralatan
hampir tidak mungkin diperoleh secara analitik. Namun cukup menarik juga untuk
membahas bola yang bergerak jatuh bebas dalam fluida kental yang tenang.
Jika benda berbentuk bola jatuh bebas dalam fluida kental yang tenang, benda
tersebut akan mencapai suatu kecepatan relatif terhadap fluida yang konstant, dan
dikenal sebagai kecepatan terminal. Dalam keadaan ini, benda berada dalam keadaaan
setimbang dan pemecahannya dapat dilakukan pada masalah statistika fluida yang
mana benda mengalami tiga gaya: beratnya, gaya apung karena gaya fluida yang
dipindahkan, dan gaya karena gerak relatif bola dengan fluida (gaya seret ). Ketiga
gaya tersebut digambarkan dalam gambar 2-10. Secara matematik :
Fseret + Fapung = W …………………………………… 2-23
Gamabr 2-10 Diagram benda bebas dari bola yang jatuh bebas.
Jika sebuah bola seluruhnya berada dalam fluida yang mengalir melaluinya
dengan kecepatan V, maka dapat ditunjukkan bahwa gaya yang bekerja terhadap
benda tersebut karena gerak relatifnya muncul dari pengarah Viskos (Kekentalan) pada
permukaannya. Gaya terhadap bola diberikan oleh persamaan ( 2-24 ), yang pertama
kali diturunkan G.G Stokes pada tahun 1851 :
45
Fseret = 6πroµV …………………………………………. 2-24
ro adalah jajari luar bola, µ kekentalan fluida dan V kecepatan relatif antar bola
dan fluida. Dengan menggunakan persamaan ( 2.23 ) dan ( 2.24 ) diperoleh,
dengan γs adalah berat jenis bola dan γf berat jenis fluida.Jika persamaan tersebut
disederhanakan, akan dihasilkan
……………………………………. 2-26
………………………………….. 2-27
2.8 Penutup.
Kita telah membahas dan mengidentifikasikan sifat-sifat yang diperlukan untuk
menyatakan keaadan suatu sistem tertentu . Arti fisis serta satuan dari sifat-sifat
tersebut perlu dipahami karena studi berikutnya akan didasari oleh penggunaan sifat-
sifat fluida dan telah cukup menggunakan metode analisis dimensional yang telah
dibahas pada bab. 1 . Dua unsur utama yang diperlukan untuk kelengkapan studi ini
agar benar-benar berhasil adalah analisis dimensional dan pemahaman sifat-sifat fluida.
Dalam bab–bab berikutnya para mahasiswa akan mempelajari penerapan sifat-sifat
tersebut dalam pemecahan soal-soal mekanika fuida.
46
Karena orang yang terlatih secara teknis akan sering terlibat dan akan paham
dalam pengukuran tekanan. Pengukuran tekanan akan dibahas pada bab-bab
pertengahan sebagai rujukan.
2.9. Latihan.
2.1. Jika 10 kg suatu zat bervolume 2 x 10-2 m3, berpakah berat jenis relatifnya ?
Jawab.
2.2. Tabung gelas yang bagian atasnya terbuka dan berisi air raksa setinggi 1 inci. Jika
kerapatan air raksa 13,6 g/cm3 = 13.600 kg/m3. Tentukan tekanan pada dasar
kolom.
Jawab.
Berat jenis (γ) = ρ . g = 13.600 kg/m3 x 9,81 m/det2 = 133.416 N/m3
Tekanan (P) = γ . h = 133.416 N/m3 x 1 inc x 0,0254 m/inc = 3388,8 N/m2
2.10. Soal-soal
2-1. Ubalah 20 oC; 40 oC; dan 60 oC menjadi derajat Farenheit.
2-2. Ubalah 0 oF; 10 oF dan 50 oF menjadi derajat Celsius.
2-3. Ubalah 500 oR; 500 oK 600 oK dan 650 oR menjadi derajat Celsius dan
Farenheit.
2-4. Thermometer Farenheit digunakan untuk mengukur suhu suatu fluida. Jika
pembacaan Farenheit 1,5 pembacaan Celsius, berapakah suhu tersebut menurut
kedua skala itu ?
2-5. Seorang penyelam turun sampai kedalaman 25 m dalam danau asin dengan
kerapatan 1026 kg/m3. Berapakah tekanan yang bekerja terhadap tubu penyelam
pada kedalaman tersebut ?
47
2-6. Suatu kolom fluida tingginya 1 m, dengan kerapatan 2500 kg/m 3. Berapakah
tekanan di dasar kolam ?
2-7. Sebuah tangki berisi 500 kg fluida. Jika volumenya 0,5 m3, berapakan kerapatan
dan volume jenis fluida tersebut ?
2-8. Berat jenis relative (Spesifik gravity) suatu fluida adalah 1,2. Hitunglah
kerapatan dan berat jenisnya.
SESI / PERKULIAHAN KE : 3
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1 Menjelaskan cara kerja dan membaca Pengukuran torak bobot mati
2 Memasang, menggunaan dan membaca alat-alat ukur Barometer dan mikromanome-
ter dengan baik.
I. Bahan Bacaan
1. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill.
3. Robert L. Mott, 1994. Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &
48
Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. Ruben M Olson, 1993.Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
4. T.R. Banga, 1983 Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher
III. Pertanyaan Kunci / Tugas
1. Jelaskan fungsi dan cara kerja alat ukur barometer, torak bobot mati.
IV. Tugas
Konversi satuan tekanan atmosfir menjadi 12 macam satuan tekanan.
BAB III
ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TEKANAN
3.1 Pendahuluan
Tekanan merupakan suatu sifat sistem dan parameter dasar, maka pengukuran
tekanan harus dilakukan secara tepat. Dalam Bab 2, tekanan didefinisikan sebagai gaya
normal yang dilakukan oleh fluida pada suatu permukaan dan untuk saat ini kita batasi
pada fluida diam. Tetapi, definisi yang betul-betul tepat baru diperoleh setelah kita
dapat menyatakannya sebagai karateristik yang dapat diukur. Gambar 3.1 sampai 3.6
memeperlihatkan definisi dasar dari tekanan dan konsep-konsep statik yang mendasari
bidang pengukuran tekanan.
Gambar 3.1 Tekanan adalah gaya F yang bekerja pada satuan luas permukaan terbatas
49
Gambar 3.2 Tekanan fluida berubah terhadap kedalaman, tetapi pada kedalaman
tertentu sama kesemua arah
Tekanan tidak bergantung pada bentuk dan ukuran bejana. Beda tekanan antara
ketinggian 1 dan 2 selalu P1-P2 = γh, dengan γ adalah berat jenis fluida yang
kerapatannya konstan dalam bejana tersebut seperti pada gambar 3.4.
50
Gambar 3.4. Tekanan tidak tergantung pada ukuran dan bentuk
Distribusi tekanan yang tetap dalam fluida dapat digunakan untuk memperbesar
gaya melalui hubungan P = F1/A1 = F2/A2 seperti pada gambar 3.5.
Dalam pengukuran, diperlukan standar pembanding untuk mengkalibrasi alat
ukur. Pada materi ini akan dibahas lima macam standar yang sering digunakan sebagai
dasar bagi semua pengukuran tekanan.
51
Tabel 3.1 Faktor-faktor Konversi Satuan Tekanan
Satuan
Psi Inci H2O Inci Hg Atmosfir Mikrobar Mm Hg Mikron
tekanan
1 Psi 1,00 27,730 2,0360 6,8046x10-2 68.947,6 51,715 51,715
1.In. H2O 0,03606 1,00 0,07342 2,4539x10-2 2.486,4 1,8650 1,865
1.Inci Hg 0,49115 13,619 1,00 3,3421x10-2 33.846,0 25,400 25.400
1 atm 14,6959 407,513 29,9213 1,00 1,01x106 760 7,6x105
1 Mikrobar 1,4504 4,0218 2,9530 7,5006
9,862x10-7 1,00 0,75
(dynes/cm2) x10-5 x10-4 x10-5 x10-4
1 mm Hg 0,01933 0,5362 0,03937 1,3158x10-3 1.333,2 1,00 1000,0
3,94
1 mkron 1,03x10 -3
3,4x10-4
1,3158x10 -6
1,333 0,001 1,00
x10-5
Manometer Diaphragm
pressure gauge
Differential anometer
52
Inverted differential
manometer
Gambar. 3.7 Diagram Alat ukur tekanan
3.2 Barometer
Barometer tangki atau tandon terdiri dari kolom air raksa dengan acuan fakum
yang dimasukkan kedalam tandon kolom raksa bergaris tengah besar yang
dihubungkan dengan udara . Barometer tangki yang banyak digunakan adalah tipe
fortin, yang tinggi permukaan air raksanya dapat diatur. Cara kerja piranti ini dapat
dijelaskan dan melihat pada gambar 3.8
53
Gambar 3-8 Barometer fortin
Sekrup pengatur sifat datar diputar sampai air raksa dalam tangki menyentuh
jarum, yang dijadikan skala nol bagi alat tersebut. Lalu, tinggi kolom air raksa dalam
tabung kaca dapat ditentukan.Bagian terendah gelang penduga terletak segaris dengan
bagian atas memiskus. Lalu skala dapat dibaca dan hasilnya adalah ketinggian air
raksa pada suhu barometer tertentu.
Pbaro = Hg . Hto …..………………………………… 3-1
Berat jenis air raksa, γHg tergantuang pada faktor-faktor seperti suhu dan percepatan
grafitasi setempat. Tinggi air raksa Hto tergantuang pada faktor-faktor seperti
pemuaian panas. Jika skala nol barometer fortin diatur agar sesuai dengan ketinggian
raksa dalam tangki, maka ketinggian raksa pada suhu (t) sesunnguhnya adalah :
……………….. ………………….. 3-
5
Jika nilai standar S = 10,2 10-8 /oF, m = 101 x 10-6 /oF , ts = 620F dan to 320F
disubtitusikan padapersamaan (3-5),
54
…………………………………. 3-
6
koreksi suhu ini berharga 0 pada t = 28,630F untuk semua nilai hti.
Dengan pendekatan, diperoleh
Ct = - 9 ( t - 28,6 ) 10-5 hti …………………………………... 3-7
Ketakpastian hto yang didapat dari persamaan (3-7) selalu lebih kecil dari 0,001 inci
Hg untuk nilai hti dari 28,5 sampai 31,5 inci Hg dan t dari 60 sampai 1000F.
Berat jenis Hg dalam persamaan (3-1 ) harus didasarkan pada nilai grafitasi setempat
dan suhu acuan to ; γ Hg = γg , to ( 1 + cg ) dengan cg adalah koreksi grafitasi dan γ g, to
sama dengan 0,491155 lb/cm3, Hg jika to = 320 F. Jika barometer digunakan pada
suatu ketinggian yang berbeda dengan keadaan kalibrasi, maka faktor koreksi
ketinggian harus diberikan pada tekanan barometrik mutlak setempat. Faktor koreksi
ketinggian dapat dicari dari hubungan antara tekanan dan ketinggian yang akan
diturunkan dalam bab 4.
Turunnya kolom raksa dalam barometer-barometer komersial diperhitungkan
ketika kalibrasi pertama dipabrik. Mutu barometer sangat ditentukan oleh ukuran
lubang tabung kaca. Barometer dengan garis tengah ¼ inci sesuai untuk pembacaan
sampai 0,01 inci, sedang barometer dengan garis tengah ½ inci untuk pembacaan
sampai 0,002.
55
…………………………. ………………………. 3-
8
Dengan Fa adalah gaya yang ekivalen dengan kombinasi torak dan beban, yang
bergantung pada beberapa faktor seperti percepatan gravitasi setempat dan gaya apung
oleh udara, dan Aa adalah luas yang ekivalen dengan kombinasi torak dan silinder, yang
bergantung pada beberapa faktor seperti kelonggaran antara torak dengan silinder,
tinggi tekan dan suhu.
Lapisan sejenis fluida diberikan sebagai pelumas antara torak dengan silinder
untuk memperkecil gesekan, torak atau kadang-kadang silinder diputar. Dengan
adanya kebocoran fluida, tekanan sistem harus terus menerus ditekan ke atas agar
torak dan beban tetap melayang. Hal ini sering dilakukan dengan mengurangi volume
sistem seperti diperlihatkan pada gambar 3-9. Selama torak berada dalam
kesetimbangan bebas, tekanan sistem akan memenuhi persamaan 3-8.
Agar diperoleh tekanan sistem Pdw yang benar-benar tepat, harus ada koreksi
terhadap penunjukkan pengukur torak bobot mati. Dua koreksi terpenting adalah yang
berkaitan dengan gaya apung dari udara serta gravitasi setempat. Menurut hukum
archimedes, udara yang dipindahkan oleh beban dan torak akan mengakibatkan gaya
apung sehingga tekanan yang ditunjukkan pengukur akan terlampau tinggi. Koreksi
terhadap pengaruh ini sama dengan perbandingan berta jenis udara dan beban,
percepatan gravitasi bumi yang besarnya variasi tergantung pada letak lintang dan
ketinggian. Jika percepatan gravitasi standar di permukaan laut adalah 32.1740
kaki/detik 2 atau 9,806 m/dt2, maka faktor koreksi karena gravitasi adalah :
………………………………………………….…… 3-9
56
Gambar 3-9 Pengatur volume tekanan untuk mengimbangi kebocoran fluida
pada pengukur bobot mati.
57
Tabel 3.3 Berat jenis air raksa dan air ( pada nilai percepatan gravitasi
satndar 32,1740 kaki/detik 2 ).
Berat jenis (γst)
Suhu (oF)
Hg H2O
32 0,491154 0,036122
36 0,490956 0,036126
40 0,490757 0,036126
44 0,490559 0,036124
48 0,490362 0,036120
52 0,490164 0,036113
56 0,489966 0,036104
60 0,489769 0,036092
64 0,489572 0,036078
68 0,489375 0,036062
72 0,489178 0,036045
76 0,488981 0,036026
80 0,488784 0,036005
84 0,488588 0,035983
88 0,488392 0,035958
92 0,488196 0,035932
96 0,488000 0,035905
100 0,487804 0,035877
Jadi tekanan pengukur torak bobot mati yang telah dikoreksi adalah
Pdw = Pi ( 1 +Cb +Cg ) ………………………………………. 3 - 10
Luas efektif pengukur torak bobot mati biasanya menggunakan harga rata-rata luas
silinder dan torak, namun suhupun juga mempengaruhi ukurannya.
3.4 Mikromanometer
Meskipun manometer merupakan alat pengukur tekanan yang mudah dan baik,
namun pemakainnya sanagat terbatas, apalagi untuk pengukuran tekanan rendah, telah
dikemabngkan mikromanometer yang dapat mengukur tekanan samapai sekecil 0,0002
inci H2 O. Salah satu tipe mikromanometer adalah mikromanometer tipe Prandtl, yang
kesalahan kapiler dan meniskusnya dibuat sekecil mungkin dengan menjadikan
miniskus cairan manometer sebagai posisi nol sebelum pengukuran tekanan dilakukan.
Seperti ditunjukkan pada gambar 3.12, reservoir yang menjadi satu bagian dari
58
manometer, digerakkan vertikal untuk menentukan posisi nol. Posisi ini dicapai jika
memiskus berada diantara dua tanda yang sangat berdekatan pada bagian tabung
mikromanometer yang hampir mendatar .
Baik reserfoir mapun tabung yang miring digerakkan dengan menggunakan
susunan poros pemindah yang presisi untuk menentukan simpanagan caiaran
mikromanometer ( h)1 yang sesuai dengan beda tekanan yang diukur.
Mikromanometer tipe prandtl biasanya diterima sebagai standar tekanan dengan
ketidakpastian kalibrasi 0,001 inci H2 O. Cara lain untuk memperkecil efek kapiler dan
meniskus dalam manometri adalah dengan mengukur simpangan cairan menggunakan
ujung mikrometer yang dilengkapi jarum petunjuk tajam yang dapat diatur.
Gamabr 3-12 memeperlihatkan manometer jenis ini, mikrometer ditempatkan
dalam dua bejana tembus panadang yang saling dihubungkan. Pada beberapa
mikromanometer komersial, kontak dengan permukaan cairan manometer dapat dilihat
dengan menyentuhkan jarum penunjuk pada permukaan cairan atau bahkan dengan
kontak elektirk. Mikromanometer yang sangat sensitif dan mempunyai respons yang
tinggi yaitu mikromanometer dengan menggunakan udara sebagai fluida kerja karena
tidak ada efek miniskus dan kapiler yang biasa dijumpai seperti pada manometerr
cairan.
59
Pada peranti semacam ini, seperti pada gambar 3-13, tekanan acuan diperkuat
secara mekanik oleh gaya sentrifugal cakram yang berotasi. Laju putaran cakram diatur
sampai tekanan acuan yang diperkuat tepat mengimbangi tekanan yang diukur. Posisi
nol dapat ditentukan dengan mengamati tidak bergeraknya tetesan minyak yang
disemprotkan kedalam tabung indikator kaca. Pada keadaan setimbang, beda tekanan
pada mikromanometer udara ini;
pmikro = k p n2 ………………………………………… 3 - 11
dengan p adalah kerapatan udar acuan, n laju rotasi cakram dan k konstanta yang
bergantung pada rotasi cakram dan jarak pemisah antar cakram dengan tempatnya.
Pengukuran beda tekanan sampai kecil 0.000222 inci h2O dapat dilakukan dengan
mikromanometer tipe ini dengan ketidak pastian 1 persen.
60
menentukan keadaan aliran. Pengukur tekanan mekanis yg paling sederhana dan paling
banyak pemakaiannya adalah pengukur bourdon. Seperti dalam gambar 3-9 pengukur
ini secara sederhana terdiri atas sebuah tabung lengkung yg salah satu ujungnya ditutup
oleh mekanisme yg menunjukkan getaran pada ujung yang tertutup. Tabung tersebut
umumnya berpenampang bukan lingkaran dan tekanan dilakukan pada ujung terbukah.
Jika tekanan yg lebih besar dari tekanan atmosfir pada ujung yang terbuka, maka ujung
yang tertutup akan bergerak dan pembacaan pengukur akan sebanding dengan
pergeseran/simpangan tabung. Jenis pengukur ini dapat dikalibrasi dan mudah
digunakan . Peranti ini mampu mengukur tekanan yang lebih besar ataupun lebih kecil
dari tekanan atmosfir setempat dan dapat dihampakan sehingga dapat mengukur
tekanan mutlak. Jika pengukur ini dihubungkan pada suatu ketinggian yang berbeda
dengan ketinggian pengukuran tekanan, perlu diberikan koreksi terhadap pembacaan
pengukur. Dari gambar 3-14, terlihat jika pengukur dipasang diatas pipa, pembacaan
pengukur akan lebih rendah sebesar h. Berat jenis γ harus dicapai pada suhu fluida
yang berbeda dalam pipa penghubung kepengukur.
Telah diperlihatkan bahwa tekanan didasar suatu kolom cairan merupakan
fungsi dari tinggi kolom dan berat jenis cairan.
61
Gambar. 3-14 Pengukur Bourdon.
Jadi, tinggi suatu kolom cairan yang berat jenisnya diketahui dapat digunakan
untuk mengukur tekanan dan beda tekanan. Peranti yang menggunakan prinsip ini
disebut manometer dan studi mengenai peranti pengukuran ini disebut manometri.
Dengan mengatur manometer dan memilih fluida secara tepat, peranti ini dapat
digunakan untuk pengukur tekanan yang sangat kecil atau sangat besar dan juga beda
tekanan. Sebuah manometer sederhana diperlihatkan pada gambar 3-15, bagian kanan
dihubungkan dengan atmosfir sedang bagian kiri dihubungkan dengan tekanan yang
diukur, seperti terlihat pada gambar, dibagian kiri, fluida tertekan dan dibagian kanan
fluida naik sampai gaya-gaya tekannya setimbang. Hubungan tekanan lebih mudah
ditentukan bila kita pilih permukaan batas antara fluida manometer dengan fluida yang
diukur sebagai ketinggian acuan. Dalam gambar 3-15 tekanan pada level AA dikedua
tabung manometer berdasarkan prinsip ketinggian sama maka tekanan harus sama
besar. Pada bagian terbuka (kanan ), terdapat tekanan atmosfir pa yg bekerja pada
fluida, serta tekanan dari level AA tekanannya adalah pa + γh. Tekanan ini harus sama
dengan tekanan yg diukur dibagian kiri, pu. jadi
62
Pu = Pa + γh ……………………………………………….. 3 - 9a
P u – P a = γh ………………………………………………. 3 - 9b
63
SESI / PERKULIAHAN KE : 4
I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982. Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L. Mott, 1994. Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 & 2, Penerbit Erlangga.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
4. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
64
3.6. Manometer
Secara sederhana manometer terdiri dari tabung tembus pandang yang
berbentuk huruf U yang diperpanjang, dan sebagian diantaranya diisi dengan cairan
yang sesuai, biasanya fluida yang digunakan sebagai fluida pengukur adalah air, air
raksa dan kerosin yang berat jenisnya cukup jelas. Klasifikasi manometer terdiri dari :
3.6.1. Manometer U Sederhana.
Pada gambar 3.16 memperlihatkan manometer U sedehana yang diisi dengan
air raksa (Hg) sebagai fluida pengukur. Salah satu kaki dihubungkan dengan pipa yang
dialiri oleh air dan kaki yang lain terbuka di atmosfir.
65
Bila s1 = sp gr air = 1 dan s 2 = sp.gr. Hg = 13,6, sehingga besarnya tekanan dalam pipa
adalah :
h = 13,6 h2 – 1h1
h = 12,6 (h2 – h1) ……………………………………. 3 - 16
Keadaan ini menunjukan bahwa tekanan fluida yang mengalir dalam pipa lebih besar
dari pada tekanan atmosfir. Pada gambar 3.17 memperlihatkan bahwa tekan atmosfir
lebih besar dibandingkan dengan tekanan fluida dalam pipa sbb;
hA
hB
A B
66
3.6.3. Manometer differensial
Bila terjadi perbedaan tekanan antara dua titik dalam satu pipa atau dua pipa
yang berbeda dapat diukur dengan manometer differensial, tabung U yang kedua
kakinya dihubungkan pada dua titik yang akan diukur tekanannya :
1. Dua titik yang sama tinggi
Pada gambar 3-19 memperlihatkan hA > hB dengan menentukan garis datum z-z
maka :
hA + s1 h1 = hB + s3 h3 + s2 h
Dimana : s1 = sp.gr. fluida dalam pipa A
s2 = sp.gr. merkuri (Hg)
s3 = sp.gr. fluida dalam pipa B
Dari persamaan di atas diperoleh :
hA – hB = s2 h + s3 h3 – s1 h1 …………………………………… 3 -19
Bila s1 = s2 maka fluida A sama dengan fluida B
hA – hB = s2 h – s1 (h1 – h3)
= s2 h – s1 h
= (s2 – s1) h …………………………………… 3 - 20
67
Gambar 3-20 Manometer diferensial penguku ketinggian berbeda
68
Gambar 3.21 Manometer tabung
Dengan Cg adalah faktor koreksi yang memenuhi persamaan (3-10) dan γc
adalah nilai berta jenis fluida yang tela dikoreksi dari nilai semula γ m pada keadaan
percepatan gravitasi standar ( 32,1740 kaki / detik 2 ) serta suhu t derajat farenheit.
Variasi berat jenis terhadap suhu dinyatakan oleh hubungan empirik :
untuk air raksa
……… 3 -
24
Dalam satuan pound per inci kubik, hubungan tersebut telah terbukti cukup memuaskan
bagi pengukuran menggunakan manometer secara teliti beberapa niali γm.t ditujukan
pada tabel 3-4.
Salah satu koreksi penting bagi ketinggian fluida pengisi manometer ekivalen ho
adalah koreksi karena berat relatif serta tinggi relatif fluida yang bersangkutan.
Koreksi hidroliknya adalah :
………………………. 3 - 25
69
Koreksi penting lainnya pada penentuan ho adalah efek kapiler. Bentuk
permukaan antara dua fluida dalam keadaan diam bergantung pada graviasi relatif serta
gay-gaya koheksi dan adhesi antara fluida serta antara fluida dengan dinding pembatas.
Pada permukaan air-udara kaca, bentuk lingkungan permukaan cairan ( yang disebut
meniskus ) cekung, dan air dikatakan membasahi kaca. Dalam keadaan ini semacam
ini, gaya adhesi lebih dominan, menikusnya cembung dan permukaan rakas dalam
tabung akan turun karena gejala kapiler, seperti diperlihatkan pada gambar 3-21.
Dengan berdasarkan pada pembahasan tegangan permukaan dalam bab.2, faktor
koreksi kapiler bagi manometer dapat dituliskan sebagai
……………………………………… 3 - 26
70
Gambar 3-22 Manometer inverter
Dimana, s1 = sp.gr. fluida dalam pipa A
s2 = sp.gr. merkuri (Hg)
s3 = sp.gr fluida dalam pipa B
hA = tekanan fluida dalam pipa A (Cm H2O)
hB = tekanan fluida dalam pipa B (Cm H2O)
maka :
hB – s1 h1 = hA – s3 h3 – s2 h2
hB – hA = s1 h1 – s3 h3 – s2 h2 ……………………………… 3 - 27
Bila s1 = s3, fluida A sama dengan fluida B :
hB – hA = s1 (h1 – h3) – s2 h2
= s1 h2 – s2 h2
= (s1 – s2 ) h2 ………………………………. 3 - 28
71
SESI / PERKULIAHAN KE : 5
I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982, Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
2. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
3. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
4. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
III. Pertanyaan Kunci / Tugas.
Jelaskan prinsip kerja manometer miring dan manometer tiga fluida
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 11 sampai nomor 15.
72
3.7. Manometer Peka.
Untuk memperoleh ketelitian dan kepekaan manometer yang lebih baik dan
sederhana adalah manometer miring, perhatikan sebuah tangki cairan yang relatif besar
dan dihubungkan dengan tabung kecil yang membentuk sudut terhadap arah
mendatar. Tekanan atau beda tekanan yang akan diukur dilakukan terhadap tangki
besar, sedang tabung yang lain ujungnya terbuka, skamanya diperlihatkan pada
gambar 3-23 .Tekanan yang diukur pu, adalah
73
Δh = h2
30
74
Gambar 3.25 Manometer miring di Industri
75
Gambar. 3-27 manometer tabung u peka
Tetapi, h sama dengan h’ sin θ. jadi ,
Pu – pA = γh’ sin θ ………………..……………………… 3 - 33
Karena θ tertentu, maka skala yg ditempatkan sepanjang tabung dapat
dikalibrasi agar langsung menunjukkan tekanan dalam satuan h fluida. Biasanya p u – pA
langsung dibaca dalam inci H2O, atau cm H2O. Metoda lain untuk memperoleh
kepakan dan ketilitian yg lebih baik adalah dengan mengunakan manometer yg berisi
lebih dari satu macam fluida, seperti pada gambar 3-26 mulai dari ketinggian A,
PA – hA γ1 – y γ3 + hB γ2 = PB …………………………. 3 - 34
PA – PB = – (hB γ2 + hA γ1 ) + Y γ3 …………………... 3 - 35
Biasanya manometer dihubungkan pada posisi yg berbeda dari pipa yg sama ,dan 1
76
berisi dua macam fluida yang tak dapat bercampur. Untuk mengukur tekanan dilakukan
dengan menentukan permukaan fluida dari kedua kaki manometer tersebut pada level
AA dan tinggi kedua fluida terhitung dari AA adalah h1 dan h2, . karena dalam keadaan
setimbang maka :
h1 1 =h2 2 ……………………………………….. 3 - 37
dengan 1 dan 2 adalah berat jenis fluida-fluda dalam tangki.
Pengukuran tekanan dilakukan pada bagian kanan tabung, yang mengakibatkan
permukaan fluida berpindah dan bersamanya perpindah sejauh Y menjadi A1A1.
Sekarang tinggi fluida diatas A1A1 adalah x1 dan x2,dan tekanan yg dilakukan adalah
pB;
PA + x1γ1 = x2 γ2 + PB ……………………………… 3 – 38a
PB – PA = x1γ1 – x2 γ2 ………………………………. 3 – 38b
77
fariabel. Pada transduser ini, peranti elastisnya adalah tabung bervolume kecil yang
satu ujungnya terpasang mati sedang ujung alainnya bebas menyimpang bila ada beda
tekanan terhadap dinding tabung, seperti pada gambar 3-28, tabuing berpenampang
oval melengkung menurut busur lingkaran bila ada tekanan, jejari busur lingkaran akan
bertambah. Melalui sambungan yg hampir tak bergesekan, dan ujung tabung yg bebas
akan memputar jarum sepanjang skala yg telah di kalibrasi untuk menunjukkan
gambaran mekanik dari tekanan sebagai hasil pengukuran. Tekanan acuan pada tabung
bourdon biasanya adalah tekanan udara ular (atmosfir), sehinga jarum akan
menunjukkan tekanan pengukur (gage). Tekanan mutlak dapat diukur langsung tanpa
harus menghampakan seluruh tabung, seperti pada gamabr 3-28. Pengukur Barometer
Boudon sesuai untuk pengukuran tekanan mutlak, tekanan pengukuran dan tekanan
differensial dengan ketidak pastian kalibbrasi sebesar 0,1 % dari pembacaan.
Piranti elastik lainnya yang sering digunakan dalam transduser tekanan dalam
ubub (peniup), seperti ditunjukkan pada gambar 3-29 yang perbedaan tekanannya akan
ditunjukkan oleh sebuah jarum.
78
Gambar 3.28 (b) Pengukuran bourdon yg digunakan dalam pengukuran
tekanan mutlak.
79
Piranti elastik yang lain adalah diafragma seperti pada gambar 3-29,
diafragmanya bisa berupa keping datar, bergelombang ataupun seperti piring
tergantung pada kekuatan dan jumlah simpangan yang diinginkan, pada peranti dengan
ketelitian tinggi sepasang diafragma dipasang saling membelakangi dan membentuk
kapsul elastis. Satu tekanan dikerjakan pada bagian dalam kapsul, sedang tekanan
lainnya dikerjakan dibagian luar. Tergantung pada besarnya tekanan. Transduser
tekanan elektrik pasif yang banyak digunakan ialaah jenis hambatan (tahanan)
variabel. Pengukur tegangan (straingage merupakan tranduser tekanan yang paling
banyak digunakan dengan prinsip kerja; timbulnya perubahan hambatan elektrik suatu
kawat jika panjangnya berubah dengan adanya pembebanan.
Dalam pengukur regangan yang tak terikat, empat kawat secara elektrik
menghubungkan penjepit bersikat yang diletakkan pada kerangka tegar dengan
penjepit yang diletakkan pada angker yang dapat bergeser, seperti pada gambar 3-30.
Kawat-kawatnya dipasang dalam keadaan tegang dan membentuk kaki-kaki.
80
rangkaian jembatan. Bila ada tekanan, elemen elastik (biasanya diafragma) akan
menggerakkan angker, sehingga dua kawat yang lain akan berkurang. Perubahan
hambatan ini mengakibatkan jembatan tak berimbang, dan besarnya sebanding dengan
tekanan yang diukur. Pengukur regangan yang terikat berbentuk filamen kawat halus
yang ditempel pada kain, kertas atau plastik dan direkatkan pada keping lentur yang
mendapatkan beban dari elemen elastic,seperti pada gambar 3-32. Sebagian besar
transduser tekanan pengukur regangan mempunyai impedansi keluaran jembatan
nominal 350 Ω, tegangan eksitasi nominal 10V (ac atau dc) dan frekuensi sampai 50
Hz. Resolusinya tak terhingga, dan ketakpastian yang biasa dijumpai untuk pengukur
semacam ini adalah 1% dari skala penuh.
Bentuk transduser tekanan elektri lain yang digunakan dalam industri, adalah
transduser potensiometer, kapasitansi variabel, travo differensial variabel linear
(LVVDT), dan transduser eluktansi variabel. Tipe potensiometer beroperasi sebagai
transduser tekanan hambatan variabel.
81
Gambar 3-32 Jenis pengukur regangan terikat.
82
merupakan lilitan primer trafo, mempunyai tegangan eksitasi bolak balik (a .c.) pada
ujung-ujungnya.
3.9. Latihan
3.1. Sebuah manometer dihubungkan dengan tangki seperti diperlihatkan gambar 3-12.
Tentukan tekanan dalam tangki, jika tekanan akmosfir 100 kPa?
Gambar 3-34
Jawab.
Karena B dan C tingginya sama, maka menurut prinsip ketinggian sama/tekanan sama,
pc = pb. dibagian kiri , jika kita naik sampai di D, maka tekanannya akan berkurang
sebesar minyak (0,12 + 0,35 ) dan ini harus sama dengan p u, tekanan dalam tangki
yg belum diketahui. Jika informasi ini digabungkan, maka
pa + Hg (0,35) – minyak (0,12 + 0,35) = pu
dengan air = 9,806 kN/m3 serta data dari soal,
100 kPa + 13.6 x 9.806 kN/m3 x 0,35 m – 0,9 X 9,806 kN/m3 X 0,47 = pu
142,53 kPa = pu.
jelas bahwa ini merupakan tekanan mutlak (absolut). Untuk tekanan pengukur (gage),
adalah pu – pa = 142,53 – 100 = 42.53 kPa.
Soal-Soal
3-1. Suatu kolom air tingginya 8 meter. Berpakah kPa tekanan karena air di adasar
83
kolom? Gunakan γ = 9400 N/m3
3-2. Jika tekanan atmosfir 100 kPa, berapa tekanan mutlak pada soal 3-1 ?
3-3. Jika tekanan atmosfir di suatu tempat besarnya setengah dari tekanan di permu-
kaan laut, tentukan ketinggian tempat tersebut. Anggaplah suhu udara tetap dan
besarnya 70oF.
3-4. Sebuah barometer menunjukan 750 mmHg dipermukaan laut pada suhu 20oC. Jika
sekarang barometer tersbut dibawah ke sebuah bukit yang tinggi 1000 m, berapa-
kah pembacaan barometer ? anggaplah suhunya tetap.
3-5. Jika sebuah barometer menunjukkan 750 mmHg, berapakah tekanan mutlak jika
suatu pengukur menunjukan tekanan pengukur 70 kPa. Berat jenis relatif air raksa
13,6.
3-6. Sebuah pengukur tekanan menunjukkan 90 kPa diatas tekanan atmosfir. Jika pem-
bacaan barometer 760 mmHg (berat jenis relatif raksa 13,6 γair = 9810 N/m3),
berapakah tekanan mutlaknya ?
3-7. Pada gambar P3.35, sebuah manometer dihubungkan dengan suatu tangki yang
mula-mula terbuka . Jika tangki ditutup dan tekanan undara di atas air dinaikan
menjadi 70 kPa di atas tekanan atmosfir, berapa pembacaan manometer ?
3-8. Berapakah Pu pada manometer seperi terlihat pada gambar P3-36 ?
3-9. Hitunglah tekanan udara yang terperangkap serta pembacaan pengukur tekanan
pada manometer seprti terlihat pada gambar P3.37. Tekanan atmosfir 100 kPa ?
3-10. Pada gambar P3-38, berpakah pembacaan pengukur ?
3-11. Pada gambar P3-39, berapakah pembacaan pengukur jika tekanan barometer 100
kPa ?
3-12. Sebuah manometer tabung U dihubungkan dengan sumber tekanan seprti pada
gambar P3.40 berapakah tekanan yang diukur, jika Pa = 100 kPa. Anggaplah
berat udara dapat diabaikan.
3-13. Tentukan beda tekanan antara A dan B pada gambar P3.41.
3-14. Pada gambar P3-42, berapakah tekanan dalam tangki di atas permukaan air ?
84
3-15. Pada gambar P3-43, berapakah tekanan pada garis A ?
Sg = 2,0
85
Gambar P3.39 Gambar P3.40
86
Gambar P3-43
87
SESI / PERKULIAHAN KE : 6
I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982., Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 4-1 smpai dengan nomor 4-5
88
BAB IV
STATIKA FLUIDA.
4.1. Pendahuluan
Studi mengenai fluida diam atau yang tidak mempunyai kecepatan relatif
terhadap pengamat dalam medan grafitasi disebut statika fluida. Jika fluida relatif diam
terhadap pengamat, maka tak ada kecepatan relatif antara lapisan-lapisan fluida yang
berdekatan sehingga tak ada masalah kekentalan dalam statika fluida. Anggapan
tersebut memungkinkan untuk membahas fluida diam secara matematis, dan hasilnya
sangat tepat untuk tujuan kerekayasaan. Bagi sebagian besar tujuan rekayasa, jika
fluida relatif diam terhadap sistem yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif
terhadap bumi, maka fluida dapat dianggap diam, karena tidak mempunyai percepatan
relatif terhadap bumi.
Untuk memecahkan persoalan statika fluida, hanya diperlukan prinsip
kesetimbangan benda, seperti dalam mekanika. Jadi untuk benda (atau elemen massa)
yang berada dalam keadaan setimbang, maka jumlah gaya luar dan jumlah momen
yang bekerja padanya adalah nol. Prinsip ini digabungkan dengan pengetahuan tentang
kerapatan fluida.
4.2. Tekanan Statik Fluida.
Dalam bab dua, tekanan didasar kolom cairan yang seragam diturunkan sebagai
fungsi dari berat jenis dan tinggi kolom cairan tersebut. Sekarang masalah tersebut
akan dilihart dari pandang yang sedikit berbeda. Perhatikanlah silinder fluida dengan
ketinggian h dan berat jenis γ. Tinggi kolom diukur positif kearah vertikal atas,
seperti pada gambar 4-1. Dengan menerapkan sarat kesetimbangan, yaitu jumlah gaya
pada arah vertikal didasar kolom harus nol,maka gaya berat yang bekerja kebawah
adalah :
W = hA ……………………. 4-1
Maka pA = hA
Atau p = h .,……………………. 4-2
89
Medan grafitasi
Luas penampang = A
pA
Gambar 4-1 Pengukuran tekanan fluida diam.
Karena h diukur positif kearah “atas”, maka pada persamaan 3.2a harus diberi tanda
kurang, karena berat bertambah kearah “bawah”. Jadi persamaan 3.2 a harus ditulis
P = - h ……………………….. 4-3
Perhatikan bahwa persamaan 3.2a hanya berlaku bagi tekanan kolom cairan saja, tanda
negatif p berarti bahwa tekanan akan berkurang, jika kita naik keatas sepanjang kolom,
dan dianggap konstan. Persamaan 3.2 dapat juga diinterpretasikan menggunakan
gambar 4-2, yang merupakan grafik dan tekanan terhadap ketinggian, dimana
ternyata merupakan kemiringan yang tetap dan dari gambar 4-2 dapat dituliskan .
P = pa + γ h – γx = pa γ (h – x ) ……………………………. 4-4
p
Pa + γh
Kemiringan - γ
∆p
∆X
pa
Tinggi
Gambar 4-2. Hubungan p-x untuk suatu kolom cairan.
90
Dengan Pa adalah tekanan terhadap permukaan bebas dibagian atas (puncak)
kolom. Persamaan 4.2 menyatakan hubungan mendasar antara tekanan, berat jenis dan
tinggi kolom. Seperti telah disebutkan terdahulu tanda negatif menunjukkan bahwa
tekanan berkurang, jika kita bergerak keatas sepanjang kolom. Perhatikan bahwa
tekanan kolom dapat menyatakan dalam tinggi fluida dan kerapatan tertentu. Dalam
peristilahan hidrolika, hal ini dikenal sebagai tinggi tekan (tinggi energi / head. Jika
kerapatan cairan tidak konstan (misalnya karena gradien suhu atau pengaruh tekanan),
maka persamaan 4.2 harus diefaluasi dengan yang berubah besarnya.
Pada gambar 4-3 terdapat empat bejana berbeda yang berisi fluida dengan berat
jenis sama dan bagian atasnya terbuka keatmosfir. Dipuncak ketinggian A, tekanannya
sama dengan tekanan atmosfir, pada ketinggian sembarang lainnya, B yang berada
dibawa A sejauh x , tekanan dalam setiap bejana akan sama, yaitu P B = PA + . x.
variasi tekana hanya merupakan fungsi berat jenis dan kedalaman. Jadi tidak
bergantung pada bentuk,ukuran dan orientasi bejana. Hal ini juga ditunjukan pada
gambar 4-4, yakni tangki dengan beberapa penampang yang berbeda. Perhatikan
bahwa P1 = P2 = P3; garis dengan ketinggian sama juga merupakan garis dengan
tekanan yang sama pula. Hal ini dikenal denagn istilah prinsip ketinggian sama/
tekanan sama, dan merupakan dasar bagi pengukuran tekanan menggunakan
barometer atau manometer.
91
Gambar. 4-4 prinsip tekanan sama / ketinggian sama
……..……………………………. 4-
Hubungan antara tekanan, suhu dan kerapatan untuk gas ideal ( udara dapat
dianggap gas ideal), yaitu
dengan p adalah tekanan dalam Pa, R konstanta gas ( 29,24 m atau 286,8
J/kg ), T suhu mutlak dalam derajat kelvin, dalam N/m3 , masukan dari
persamaan (3.4 ) ke persamaan (3.3),
……………………………………….. 4-7
92
Untuk memperoleh jawaban persamaan 4-8, persamaan tersebut harus
dijumlahkan pada batas tekanan yg diinginkan, secara grafis, proses penjumlahan ini
dapat digambarkan menurut gambar 4-5. dalam bentuk grafik hubungan antara 1/p
terhadap p. Dengan memilih nilai p seperti pada gambar, luas daerah yg diarsir
diperoleh sama dengan p/p, jadi jumlah dari nilai-nilai p/p, sama dengan luas
didaerah dibawah kurva antara harga batas p1 dan p2 . dengan metode kalkulus, dapat
ditunjukkan bahwa luas tersebut sama dengan ln p2 / p1 (dengan )ln x = elog x =2.3026
10
log x . Kembali pada persamaan 4-8 dan dengan catatan bahwa pada saat ini R dan T
kontas, maka ruas kanannya dapat dihitung secara grafis dengan membuat grafik antara
x terhadap 1/RT, seperti pada gambar 4-6. Untuk semua nilai Ax, 1/RT kontas dan
kurvanya berupa empat persegi panjang yg luasnya sama dengan x/RT. Jadi, persamaan
4-8 akan menjadi :
…………………………………………………. 4-9
93
Gambar 4-6 Perhitungan Ax/RT
………………………………………… 4 - 10
94
Tabel 4-1 Standar atmosfir ICAO
95
vertikal yang menyentuh permukaan bebas, (2) bidang vertikal yang seluruhnya
terendam dalam fluida, dan (3) bidang vertikal dengan tinggi cairan pada kedua sisinya
berbeda.
Pada kasus pertama, bidang vertikal yang menyentuh permukaan bebas, tekanan
pada salah satu sisi akan berubah secara linear dari nol sampai γh, sesuai dengan kolom
fluida pada sisi tersebut. Hal ini secara skematis digambarkan pada gambar 4-7, yang
menunjukkan perubahan tekanan secara linear, dan menghasilkan distribusi tekanan
berupa segitiga seperti pada gambar 19.
96
Fn = γ . A . ( N ) ………………………………. 4 - 12
Gaya yang bekerja pada luas A, sama dengan tekanan rata-rata terhadap
permukaan tersebut dikalikan dengan luasnya. Tekanan rata-ratanya adalah
Prata-rata = γx + …………………………………. 4 - 13
Gambar 4-8 Tekanan terhadap bidang vertikal yg berada dalam fluida dan salah
satu ujungn menyentuh permukaan bebas .
Gaya yg bekerja terhadap luas ∆A adalah hasil kali tekanan dengan luas,
Fx = γ x (∆A) + ………………………………… 4-
14
karena ∆x kecil, maka suku (∆x) (∆A) menjadi sangat kecil dan dapat diabaikan jika
dibandingkan suku lainnya yg mengandung x. jadi suku kedua pada persamaan 4-14
dapat diabaikan jika dibandingkan dengan suku pertama.
Fx = γ x (∆A) …………………………………… 4 - 15
Untuk menghitung gaya total pada bidang , maka suku F x dijumlahkan untuk semua
nilai x jika lebar bidang konstan, maka A sebagai hasil penjumlahan ∆A, bukan
merupakan fungsi x, dan untuk menghitung gaya total mengunakan nilai rata-rata x.
jadi, karena x berubah dari nol sampai h, maka
97
Fx = ………………………………………… 4-
16
perhatikan bahwa h/2 menyatak titik berat (atau sentroid) sebuah persegi panjang dan
tekanan rata-rata pada bidang adalah γh/2 atau γh dengan h adalah posisi titik berat
dihitung dari permukaan cairan.
Sekarang perhatikan sebuah bidang yg lebarnya tidak tetap, tetapi berubah
terhadap kedalamaan , seperti terlihat pada gambar 4-9 tekanan terhadap luas ∆A yg
kecil dapat dituliskan sebagai
P= ……………………………………………… 4 - 17
P= …………………………………………. 4-
18
dengan menyatakan penjumlahan untuk seluruh nilai tersebut.
Dari fisika dasar telah diketahui, bahwa (x ∆A/A) merupakan posisi titik berat
atau sentroid dari permukaan dengan luas tertentu. Jadi;
p =γh …………………………………………….. 4 - 19
dengan h adalah posisi titik berat benda dihitung dari permukaan.
Dari persamaan (4-9), terlihat bahwa bidang vertikal yg berada dalam dan
menyentuh permukaan fluida, ternyata tekanan rata-rata terhadap bidang merupakan
hasil kali berat jenis fluida dengan kedalaman titik berat (Cg) dihitung dari permukaan
fluida. Gaya totalnya merupakan hasil kali luas total dengan tekanan rata-rata
tersebut ,jadi
Ftotal = γ A …………………………………………. 4 - 20
Kasus kedua jika bidang vertikal tersebut seluruhnya berada (terendam) dalam
fluida. Gambar 4-20 memperlihatkan sebuah bidang vertikal tipis yang bagian atasnya
berada pada jarak tertentu dibawah permukaan cairan.
98
Gambar 4-9 . Permukaan vertikal yang seluruhnya teredam.
Tekanan pada tiap sisi berubah secara linear terhadap kedalaman fluida, dan grafik
antara tekanan terhadap kedalaman merupakan sebuah trapesium, dengan tekanan
diujung atas keping sama dengan h1 dan diujung bawah sama dengan h 2 maka gaya
terhadap luas sama dengan tekanan rata-rata dikalikan dengan luas. Jadi
Fx = P A ………………………………………… 4 - 21a
Dan P = ………………………………………… 4 - 22
Fx = ( ……………………………………….. 4 - 23
P= ………………………………………………… 4 - 25
Dimana A adalah luas keping total dan menyatakan penjumlahan nilai tersebut untuk
seluruh keping. sama dengan posisi titik berat atau sentroid keping. Jadi
99
untuk keping vertikal yang seluruhnya terendam, tekanan rata-rata terhadap
permukaannya sama dengan hasil kali antara berat jenis fluida dengan kedalaman titik
berat di bawah permukaan fluida. Jadi gaya total besarnya sama dengan luas total
dikalikan dengan tekanan rata-rata.
Pada kasus terakhir mengenai permukaan vertikal yang mengalami gaya
hidrostatik, perhatikan sebuah keping yang berada dalam sejenis fluida, namun
ketinggian fluida disisi kiri berbeda dengan sisi kanan. Gaya total yang bekerja pada
keping tersebut dapat diperoleh dengan menghitung gaya pada tiap sisi secara terpisah,
lalu menjumlahkannya secara vector, seperti pada gambar 4-10, pernyataan mengenai
gaya total pada kasus ini dapat diturunkan. Distribusi tekanan dibagian kiri merupakan
segitiga yang dimulai dari nol pada permukaan atas yang bebas sampai h 1 pada
bagian bawah keeping.
Ftotal = γ h2 A1 + γ A2 ……………………………………….. 4 - 26
100
dengan A1 adalah luas keping di bawah permukaan cairan sebelah kanan dan A2 luas
keping dibagian atas permukaan cairan kanan.
Permukaan-permukaan vertical dan mendatar dapat mewakili kasus khusus dari
bidang yang berbeda dalam fluida, yang umumnya bidang tersebut membentuk sudut
sembarang terhadap permukaan cairan yang bebas. Perhatikan bidang yang terlihat
pada gambar 4-11, yang membentuk sudut θ terhadap permukaan cairan. Pada awal bab
ini, telah dibuktikan bahwa besar tekanan yang bekerja pada suatu bidang mendatar
harus sama disetiap titik pada bidang tersebut. Jadi, tekanan pada kedalaman x akan
selalu sama dan tidak tergantung pada orientasi bidang, dalam hal ini tegak lurus
terhadap y disekitar luas A. Dengan menggunakan cara yang sama, akan diperoleh
P=γ sin θ …. ………………………………………. 4 - 27
dan karena L sin θ = , maka
P=h
Perhatikan bahwa dalam persamaan (3.36) dan (3.37), L dan h merupakan jarak
titikberat keping dihitung dari permukaan (gbr.3-22). Jadi, kita peroleh
Ftotal = γ A. ………………………………….. 4 - 28
Jadi secara umumdapat dinyatakan bahwa gaaya total yang bekerja pada suatu luas
bidang yang terendam (berada dalam fluida) sama denganhasil kali antara berat jenis
cairan (fluida) dengan luas dan dikalikan lagi dengan kedalaman titik berat (atau
sentroid) luas dihitung dari permukaan cairan (fluida). Kesimpulan ini tidak tergantung
pada besarnya sudut yang dibentuk bidang tersebut dengan bidang datar.
101
Gambar 4-11 Bidang miring yang terendam
SESI / PERKULIAHAN KE : 7
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menentukan letak titik grafitasi dan titik pusat tekanan
2. Menjelaskan dan menentukan gaya-gaya apung pada benda yang tenggelam
3. Menjelaskan dan menentukan gaya pada permukaan lengkun, bola dan selinder
102
kesetimbangan benda yang berada dibawah permukaan sebagai fungsi dari titik
grafitasi, titik pusat tekanan dan gaya apung pada permukaan rata serta gaya-gaya
normal pada permukaan lengkun dan selinder.
I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
2. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
5. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
103
berada dalam keadaan setimbang, maka jumlah momen terhadapsembarang titik harus
sama dengan nol.
Jadi dengan mengacu pada gambar 4-11 dan menggunakan notasi hcp bagi posisi
vertikal titik tangkap gaya resultan.
(Ftotal) hcp = γ x ∆A (x) …………………………………. 4 – 29a
Ftotal = γ A
hcp = ……………………………………………… 4 - 30
hcp = …………………………………………… 4 - 31
dimana adalah posisi titik berat dan IG adalah momen inersia luas bidang
terhadap sumbu sentroid. Titik tangkap gaya resultan disebut sebagai pusat teknanan.
Tabel 3-2 menu njukkan nilai besaran-besaran untuk beberapa bentuk benda luas.
Perhatikanlah bahwa dapat menghitung maupun IG secara numerik dengan membagi
luas benda menjadi beberapa bagian kecil. Untung bidang yg tak vertikal, seperti pada
gambar 4-10, posisi pusat tekanan dapat dihitung dengan cara yg sama seperti untuk
bidang vertikal. Jika hal ini dikerjakan menggunakan kalkulus, dapat dibuktikan bahwa
Lcp = ……………………………………….. 4 - 32
dengan Lcp menyatakan posisi pusat tekanan sepanjang bidang. Jadi jarak permukaan
cairan kepusat tekanan sepanjang bidang sama saja, tidak tergantung sudut kemiringan,
selama sudut tersebut tidak nol. Pusat tekanan selalu berada dibawah titik berat.
104
4.5. Gaya Apung Pada Benda Dalam Fluida
Jika sebuah benda ditimbang dalam hampa udara lalu ditimbang lagi dalam
fluida, maka akan terdapat perbedaan penimbangan antara keduanya. Hal ini
diakibatkan oleh adanya gaya apung dari fluida yg dipindahkan. Untuk menghitung
pengaruh ini, perhatikan benda pada gambar 4-12(a). Benda tersebut dianggap
melayang seluruhnya dalam fluida, dan dalam keadaan setimbang. Jelas bahwa hal
tersebut merupakan persoalan hidrostatika yg dapat diselesaikan mengunakan prinsip
dengan melihat volume yg kecil seperti pada gambar 4-12(b) dan kemudian
menjumlahkan seluruh volume tersebut.
(a) (b)
105
106
Dari diagram benda bebas seperti diatas, kita cukup melihat gaya-gaya vertikal
saja, karena seluruh gaya-gaya mendatar pada benda sama besar dan saling berlawanan
sehingga tak ada resultan gaya mendatar. Gaya-gaya yg arahnya vertikal adalah berat
benda dan gaya-gaya pada ujung-ujung benda, dan resultan ketiga gaya tersebut sama
dengan penjumlah tiga vektor dengan demikian :
dengan γb adalah berat jenis benda dan γf berat jenis fluida. Volume elemen
tersebut adalah ∆V dan sama dengan (h2 – h1) A. Sehingga,
Berat semu = γb ∆V – γf ∆V = ∆V ( γb – γf ) ………………….. 4 - 34
Perhatikan bahwa berat semu sama dengan berat benda dalam ruang hampa
dikurangi berat fluida yang dipindahkan. Jika seluruh elemen volume yang kecil
dijumlahkan, maka diperoleh volume total benda. Jadi:
Berat semu benda dalam fluida = ∆V (γb – γf ) …………….. 4 - 35
Dengan kata lain, benda yang berada dalam fluida mengalami gaya apung besarnya
sama dengan berat fluida yang dipindahkan, agar benda seitimbang. Hal ini dikenal
sebagai prinsip Hukum Achimedes.
107
Gaya yang merupakan besaran vector, karena vektor-vektor tak dapat
dijumlahkan secara aljabar, maka gaya pada setiap elemen harus diuraikan menjadi dua
komponen yang saling tegak lurus, dan masing-masing komponenen harus
dijumlahkan. Karena setiap elemen luas membentuk sudut yang berada, vektor-vektor
itupun akan membentuk sudut atau arah yang berbeda-beda, dan kadang-kadang proses
ini tidak mungkin dikerjakan secara analitik.
Prinsip-prinsip yang digunakan pada pemecahan soal mengenai permukaan
lengkung akan lebih jelas bila kita membahas topik khusus. Misalnya, perhatiakan sepr
empat lingkaran pada gambar 4-13. Agar permukaan AE setimbang, gaya reaksi harus
sama dengan jumlah gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut maka jumlah
gaya-gaya mendatar harus sama dengan gaya yang bekerja pada bidang proyeksi AB.
Ini disebabkan karena fluida tidak mengalami gaya-gaya geser. Jika hal ini tidak
dipenuhi, tentu bidang vertikal yang ditempatkan pada AB tak akan setimbang.
Demikian pula dengan titik tangkap FH merupakan pusat tekanan bidang proyeksi AB.
Untuk kesetimbangan vertikal, permukaan AE harus dapat menahan berat fluida di
atasnya. Gaya berat ini sebaiknya dibagi atas gaya yang bekerja pada bidang proyeksi
datar BE dan gaya berat fluida pada ruang yang dibatasi oleh kurva ABE. Masing-
masing gya vertikal tersebut bekerja pada titik berat yang bersangkuta, yang dapat
diperoleh dari tabel 3-2 untuk beberapa bangun geometri.
108
0,1 atau lebih kecil lagi. Dengan anggapan tersebut, perhatikan silinder pada gambar
4-14. Dengan adanya tekanan internal, maka akan terjadi tegangan pada arah melintang
(S2) dan arah longitudinal (S1) seperti pada gambar 4-14a. Jika pipa tersebut dipotong
tegak lurus sumbu longitudonal (dan cukup jauh dari ujungnya) maka diagram benda
bebas resultan akan seperti yang terlihat pada gambar 4-14b. Gaya hambat total di
dalam silinder sama dengan tegangan S1.
109
Gambar. 4-15 Silinder tipis yang mengalami tekanan internal.
S1 = ……………………………………….. 4 – 36
110
Am = 2tL dan FR = S2 . 2tL,
Gaya F yang bekerja karenaadanya tekanan p, sama dengan p2RL. Agar setimbang,
samakan kedua gaya tersebut,
2tLS2 = p2RL.
Dari persamaan 4-36 dan 4-37 terlihat bahwa S 2 dua kali S1. S1 adalah
tegangan tarik pada arah longitudinal silinder dan S2 adalah tegangan transveral
(melintang). Tegangan-tegangan tersebut bekerja terhadap bahan silinder, kekuatan
bahan akan menentukan ketebalan silinder yang diperlukan untuk suatu tekanan
internal. Sekarang perhatikan sebuah bola tipis yang mengalami tekanan internal. Pada
bola ini, S1 akan sama dengan S2 karena simetri. Seperti terlihat pada gambar 4-16,
tegangan S2 bekerja pada bidang seluas 2 π Rt. Jumlah komponen gaya arah mendatar
sama dengan tekanan dikalikan dengan luas proyeksi, yaitu p π R2 . Jadi
S2 2 π Rt = p π R2
atau S2 = S1 = ……………………………….. 4- 37
Persamaan (3.48) menyatakan bahwa S2 pada bola tipis besarnya setengah kali S2
pada silinder tipis dan sama dengan S1, jika keduanya mendapat tekanan internal yang
sama.
4.8 Penutup.
Statika fluida secara sederhana merupakan perluasan prinsip statika benda padat
yang telah dipelajari oleh mahasiswa dalam pelajaran statika dan mekanika. Tetapi hal
ini tidak selalu berarti akan mengurangi pembagian mekanika fluida, karena prinsip-
prinsip statika fluida sering digunakan dalam semua bidang kerekayasaan. Beberapa
pemakainnya telah dibahas secara eksplisit dalam bab ini, tetapi masih banyak lagi
yang belum tercakup; bagaimanapun dengan bahan yang dipeljari secara terbatas,
diharapkan mahasiswa dapat menganalisa situasi yang mungkin ditemui dalam karier
dan tempat kerjanya.
111
Pada bab-bab berikutnya, prinsip-prinsip statika fluida akan banyak digunakan,
tetapi masih memerlukan informasi lebih lanjut mengenai fluida yang bergerak secara
relatif terhadap medan grafitasi tertentu. Hal-hal ini akan dikembangkan pada setiap
bab, dan bab statika fluida ini merupakan langkah pertama menuju pembahasan
dinamika fluida yang lebih kompleks.
4.9. Latihan
4.1. Sebuah barometer menunjukkan 760 mm Hg dipermukaan laut dan 750 mm Hg
pada suatu ketinggian tertentu, jika suhu udara dianggap tetep 20o C (293 K ),
maka tentukanlah ketinggiantempat tersebut.
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan (3.8), akan diperoleh
4.2. Seperti terlihat pada gambar 3-21, suatu keping vertikal memanjang dari
permukaan air pada salah satu sisinya sampai kedalaman 10 m. Pada sisi yang
lain terdapat air sampai 2 m di bawah puncak keping. Jika lebar keping 5m,
berapa gaya yang bekerja pada keping tersebut?
2m
γ = 9810 N/m3
Fkiri 8m
Fkanan
air air
112
Untuk sisi kanan, Fkanan = γ. .A = 9810 N/m3 x 8 m x 4m x 5m = 1.569.600 N.
Jadi, gaya total = 2.452.500 – 1.569.600 = 882.900 N = 882,9 kN.
4.3. Balok penahan dipasang dibagian atas sebuah bendungan dan disangga pipa-pipa
yang berjarak 4 m satu sama lain sepanjang bendungan tersebut. Jika air mengalir
melalui balok penaahan sampai sebagai setinggi 1 m diatasnya, berapakah
momen lentur yang dihasilkan pada alas balok penahan terhadap salah satu pipa?
Jawab :
Untuk memcahkan soal ini, pilihlah bagian balok tahan yang merupakan satuan
ulang, dengan lebar 4m. Gaya total balok tahan adalah :
hcp =
4.4. Tentukan total gaya dan pusat tekanan pintu persegi panjang 1 m x 1m dipasang
pada suatu didnding bejana yang mempunyai kemiringan 45o, air mengisi bejana
sampai kepermukaan 6 m diatas puncak pintu.
Jawab:
= 6,4 m. sehingga
= =8m
113
dan A = 1 x 1 = 1 m2
Secara vertikal, itu akan sama dengan 8,0104 x 0,8 = 6,408 m dibawah
permukaan.
4.5. Sebuah rakit terbuat dari papan yang kerapatannya γ = 7000 N/m 3. Rakit
berukuran 4m x 3m, sedang tebal papan 0,15 m. Rakit tersebut ditempelkan
pada 6 buah drum 55 galon. Dengan mengabaikan berat drum, berapa berat beban
yang dapat disangga rakit sebelum seluruhnya terendam ?
1 gallon = 3,785 x 10-3 m3
Jawab :
Volume rakit adalah 0,15 m x4 m x 3 m = 1,8 m3
Volume drum =6 x 55 x 3,785 x 10-3 = 1,249 m3
Berat rakit =1,8 m3 x 7000 N/m3 = 12 600 N
Volume total air yg dipindahkan adalah 1,8 + 1, 249 =3,049 m3
Gaya apung terhadap rakit jika tepat mulai terendam sama dengan
berat air yg dipindahkan , yaitu 3,049 m3x 9810 N/m3 = 29.911 N
Jadi beban yg tepat disangga rakit sama dengangaya apung dikurangi oleh berat
rakit :
F = 29.911 – 12.600 = 17.311 N
SOAL-SOAL
4.1 Sebuah tangki selinder dengan ujung-ujung datar mempunyai sumbuh panjang
vertikal. Jika bagian atasnya terbuka dan terdapat air setinggi 3 m dari dasar
tangki (γair = 9810 N/m3 ), berapakah gaya yang bekerja pada alas tangki? garis
tengah 2 m.
4.2. Sebuah tengki selinder mendatar diisi minyak sampai pusatnya. Jika garis tengah
tangki 3 m dan berat jenis relatif minyak 0,85 dan berpakah gaya yang bekerja
terhadap ujung selinder ?
4.3. Berapakah gaya total yang bekerja terhap keping persegi panjang pada gambar
114
P 4-18, dan dimanakah posisi pusat tekanannya? Lebar keping adalah 5 m
4.4. Berapakah gaya total yang bekerja terhadapa keping pada gambar P 4-19? lebar
keping 6 m
4.5. Hitunglah gaya yang bekerja pada dinding pada gambar P 4-20 jika panjang
dinding 6 m
4.6. Pintu seperti pada gambar P 4-21 nberbentuk bujur sangkar dan digantung dengan
engsel pada bagian atasnya tentukan gaya total yang bekerja pada pintu tersebut
jika lebarnya 2 m.
4.7. Jika pintu pada gamabar P 4-22 berbentuk ligkaran, tentukan momen hidrostatik
terhadap engsel.
4.8. Sebuah keping vertikal digunakan untuk membendung suatu saluran. Jika bentuk
keping seperti terlihat pada gambar P 4-23, tentukan gaya total yang bekerja
terhadapa keping, anggaplah θ1 = θ2
4.9. Seperti terlihat pada gambar P 4-24, sebuah akuarium diberi jendelah penglihat
yang bergaris tengah 1,5 m. tentukan besar dan titik tangkap gaya hidrostatik
terhadap jendelah tersebut.
4.10. Sekeping benda ditimbang di udara 7,848 N dan di air 5,00 N. Berapakah berat
jenis benda tersebut ?. γudara = 11,8 N/m3 dan γair = 9810 N/m3
4.11. Tentukan gaya besar Fagar pintu pada P 4-25 tertutup. Anggaplah bahawa berat
jenis air γw dan lebar pintu W.
115
Gambar P 4-20 Gambar P 4-21
Gambar P 4-24
Gambar P 4-25
116
SESI / PERKULIAHAN KE : 8
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menyebut dan menjelaskan persamaan kontinuitas
2. Menyebut, menjelaskan, menghitung Energi, Usaha dan panas
3. Menyebut, menjelaskan usaha aliran
4. Menyebut, menjelaskan, menghitung persamaan energi aliran tunak
I. Bahan Bacaan
117
1. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill,
2. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
2. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
118
permukaan kendali, dapat diturunkan pernyataan matematis menganai aliran fluida
relatif terhadap volume kendali. Dalam bab ini kita membahas fluida yeng mengalir
secara tunak melalui volume kendali; dan untuk sistem semacam ini titik pengamat
dimanapun juga dalam volume kendali akan menunjukkan bahwa setiap saat tak ada
perubahan fluida atau energi yang menyeberangi permukaan kendali.
Besaran-besaran tersebut mengkin saja berubah dari suatu tempat ke tempat lain dalam
volume kendali.
Jika konsep dan persamaan yang akan dibahas dalam bab ini hanya berlaku bagi
fluida yang mengalir secara tunak hal ini tak dapat diperluas pada kasus-kasus tidak
tunak (bergantung waktu). Selain itu, aliranpun dianggap bersifat satu dimensi; artinya
parameter-parameter aliran pada bidang tegak lurus arah aliran besarnya rata-rata
konstan
119
Anggaplah pada suatu saat, fluida mulai memasuki volume kendali dengan
menyebrangi permukaan kendali 1 dan setelah selang waktu yg cukup kecil, fluida yg
mengalir akan mengisi pipa sejauh x. Jika pada jarak sekecil itu pada pipa tak ada
fluida yg mengalir antara daerah 1 dan 2 maka volume kendali dapat dihitung. Berat
fluida sama dengan volume daerah tersebut dikalikan dengan berat jenis fluida.
Volumenya adalah Ax dan berat jenisnya ﻻ, sehingga beratnya adalah ﻻAx. Jarak
antara kedua permukaan kendali, x sama dengan V t, dengan V adalah kecepatan fluida
dan t adalah waktu yang dibutuhkan aliran untuk mengisi pipa antara 1 dan 2.
Dengan mensubstitusikan nilai x tersebut,
W = ﻻAVt … ……………………………. 5-1a
Atau ẁ = ﻻA V …………………………………… 5-1b
Dengan w adalah laju perubahan berat tiap satuan waktu, w/t. Persamaan (5.1) dapat
juga dinyatakan dengan massa yang mengalir tiap satuan waktu :
= ρ AV ………………………………………….. 5-1c
Agar massa dalam volume kendali tersebut konstan, maka jumlah massa yang
memasuki sistem harus sama dengan jumlah massa yang meninggalkan sistem.
Sehingga dengan menggunakan subskrip 1 dan 2 untuk menyatakan kedua permukaan,
…………………………………….. 5- 2a
……………………………………….
4-2d
120
Dengan volume jenis (υ) = 1/ρ
Untuk fluida tak termampatkan, γ1 = γ2 , sehingga A1V1 = A2V2.
Persamaan (5`2.2) dikenal sebagai persamaan kontinuitas, dan seperti pada kasus
pipa, maka ada anggapan bahwaa aliran tegak lurus terhadap penampang pipa, dan
kecepatan (V) konstan pada penampang tersebut.
Dalam masing-masing bentuk persamaan (5-2), terdapat perkalian AV. Karena
besaran ini sering muncul pada penerapan mekanika fluida, maka besaran ini diberi
tanda khusus, yakni :
Q = AV …………………………………….. 5-3
Dengan Q adalah laju aliran (m3/det), A adalah luas (m2), V adalah kecepat (m/det)
121
usaha didefinisikan sebagai perkalian gaya dengan perpindahan, maka usaha tidak
disimpan dalam sistem.
(c)
(a) (b)
Gambar 5-3 Usaha.
Untuk membedakan antara usaha yang masuk atau keluar sistem, dapat
dinyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungan besarannya
positif dan usaha yang dilakukan oleh lingkungan terhadap sistem besarannya negatif.
Atau secara mudahnya, usaha yang keluar dari sistem merupakan besaran yang
diinginkan, oleh karenanya positif. Misalnya, pegas yang ditekan oleh suatu gaya. Jika
pegas tersebut merupakan sistem, maka menurut perjanjian usahanya negatif. Jika gaya
luar yang bekerja pada pegas dianggap sebagai sistem, maka menurut perjanjian
usahanya positif. Usaha merupakan fungsi dari lintasan yang ditempuh serta
merupakan pengaruh sementara yang tidak disimpan dalam sistem, jadi bukan
merupakan sifat sistem. Tetapi, ada suatu proses yang memungkinkan kita menghitung
usaha apabila lintasannya diketahui. Proses ini disebut proses kuastitatik, dan selalu
terjadi kesetimbagan. Sebelum membahas beberapa proses, mari kita bicarakan bentuk
energi lain yang dapat menyeberangi perbatasan sistem, yaitu panas.
Jika interaksi panas terjadi pada suatu sistem, terdapat dua hal yang harus
diperhatikan :
1. Perubahan energi terjadi antara sistem dengan lingkungannya.
2. Hal ini tak akan terjadi bila tak ada perbedaan suhu antara sistem dengan lingkun-
gannya. Jadi, panas dapat didefinisikan sebagai energi yang berpindah menyeberangi
perbatasan suatu sistem, yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara sistem dengan
122
lingkungannya. Dalam defenisi tersebut, tidak dibicarakan mengenai perpindahan
massa. Defenisi ini menunjukkan kesamaan antara panas dan usaha. Keduanya
merupakan perpindahan energi dan bukan merupakan sifat suatu sistem.
Karena usaha dan panas merupakan bentuk energi yang berpindah, maka satuan usaha
dapat dinyatakan sebagai satuan panas (Joule atau N.m) merupakan satuan energi
dasar. Dalam sistem inggris, faktor konversi ini besarnya 778,16 kaki pound/Btu.
123
Sebuah benda bermassa m diam diatas satu bidang licin. Bila suatu gaya F
dikerjakan pada benda tersebut, benda akan mengalami percepatan searah dengan gaya.
Setelah bergerak sejauh S, kecepatannya akan bertamabah dari O menjadi V. Satu-
satunya akibat dari usaha yang dilakukan pada benda adalah pertambahan
kecepatannya. Karena gaya F pada gambar 5-3 konstan, maka percepatannya juga akan
konstan.
a = …………………………………………………. 5-9
V2 = 2 S ………………………………………. 5-10
= F . S …………………………………………. 5-11
Karena Fs adalah usaha yang dilakukan oleh gaya konstan F terhadap benda sejauh X,
maka benda dikatakan mempunyai energi kinetik ( EK ). Benda yang mempunyai
kecepatan, mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha. Karena m = w/g,
persamaan (5-11) dapat ditulis sebagai ,
124
EK = (N.m) ……………………………….. 5-12
p1, luas penampangnya A1, laju aliran massa dan kerapatan fuida 1 (atau
kebalikan dari volume jenis 1/υ1 ); sedang pada daerah keluaran (2), tekanannya p2 luas
penampangnya A2, laju aliram massa dan kerapatan fuidanya (kebalikan dari
volume jenis 1/υ2). sekarang perhatikan bagian fuida sepanjang k1 yang memasuki
sistem sedemikian rupa sehigga jumlah fuida dalam bagian tersebut adalah . Gaya
yang bekerja pada penampang masukan A1 adalah p1A1. Gambar bagian fuida tersebut
125
memasuki sistem,maka gaya tadi harus menggerakan bagian fuida sejauh L 1. Ini berarti
usaha yang dilakukan p1 A1 l1.tetapi A1 adalah volume fluida yang massanya . jadi
usahanya adalah :
W = P1A1L1 = P2A2L2 ……………………………………… 5-13
W1 = w ……………………………………… 5-15a
Jika sekarang kita melihat bagian keluaran, maka dengan alasan yang sama
Kedua persamaan (4.15a ) dan (4.15b) disebut usaha aliran (flow work). Jadi usaha
aliran total pada keadaan seperti dalam gambar 4-7 adalah
16
5.4. Persamaan Energi Aliran Tunak.
Istilah tunak (steady) diterapkan pada aliran, berarti keadaan setiap bagian sistem
tidak tergantung pada waktu. Meskipun kecepatan, berat jenis dan suhu fluida dapat
berubah sepanjang aliran, namun disuatu titik tertentu besarnya harus konstan, tidak
126
tergantung waktu. Berat yang memasuki sistem tiap satuan waktu harus sama dengan
berat yang meninggalkan sistem dalam selang waktu yang sama. Jika tidak sistem akan
mengalami penambahan atau pengurangan fluida.
Sebagai ringkasan, kita telah membahas enam macam energi yg diterapkan eperti
berikut :
Tabel 5-1 Bentuk-bentuk energi
No Betuk Energi Nilai (N-m/N)
1 Energi potensial Z
2 Energi kinetik V2/2g
3 Energi dalam U
4 Usaha aliran P/γ
5 Usaha w
6 Panas q
127
Gambar. 5.5 Sistem aliran tunak.
17
Persamaan (5.17) merupakan konsekwensi hukum kekekalan energi pada sistem
ini dan berlaku umum, jika panas dan usaha total, serta dengan menggunakan tanda
matematis yang sesuai maka persamaan (5.17) dapat dituliskan:
Z1 + + U1 + + q = Z2 + + U2 + +W …………………..
5-19
Panas total yang masuk bertanda positif dan usaha keluar bertanda positif . Hal
ini sesuai dengan siklus daya konvesional yang membutuhkan panas (masuk) agar
memperoleh usaha (keluar).
U+ = H ………………………………………………….. 5-20
128
dan H diberi nama entalpi, perhatikanlah bahwa persn (5-20) pun harus menggunakan
satuan yang sesuai. Dengan menggabungkan persamaan (5.19) dan (5.20) akan
diperoleh:
21
Z1 + + = Z2 + + ………………………..
5-23
Setiap suku pada persamaan (5.23 ) dapat mengatakan ketinggian karena
dimensi dari joule per newton adalah ketinggian. Istilah tinggi energi (head) sering
digunakan untuk mengyatakan suku-suku pada persamaan (5.23 ). Setiap suku
129
diinterprestasikan sebagai energi tiap berat sataun fluida. Dari penurunannya, jelas
bahwa persyaratan berlakunya persamaan ini ialah aliran bersifat tunak dan tidak
terjadi perubahan energi dalam selama proses serta tidak ada perpidahan panas ke atau
dari sistem. Meskipun demikian,beberapa modifikasi telah dilakukan untuk melakukan
pendekatan pada berlakunya persamaan energi aliran tunak.Persamaan bernoulli akan
dibahas lebih mendalam pada bab 6.
5.7. Penutup.
Studi rasional mengenai mekanika fluida dari aliran tunak dikembangkan dari
hukum-hukum Newton yg dikombinasikan dengan prinsip kekekalan energi. Hal-hal
tersebut telah diturunkan dalam bab ini dan bab 6, akan membahas pemakaian hukum
Bernoulli secara luas, yg dikembangkan dari persamaan energi.
Prinsip-prinsip serta persamaan-persamaan yg dibahas dalam bab ini bukan merupakan
hal yg sulit bagi mahasiswa. Namun, jika persamaan-persamaan tersebut tidak
digunakan dengan pembatasan-pembatasan serta satuan yg sesuai dan tanpa pemahan
penurunnya, akan terdapat banyak masalah. Selain itu, karena pemgembangan
berikutnya dalam buku ini menggunakan metari pembasahan bab ini, maka materi bab
ini harus benar-benar dikuasai sebelum berlanjut lebih jauh lagi dalam pembahasan
mekanika fluida.
5.8. Latihan-latihan
130
5.1 Air mengalir dari satu pipa ke pipa lain seperti pada gambar 5-6. Tentukan
kecepatan dalam masing-masing pipa.
Luas setiap pipa adalah π d2/4, dengan d garis tengah pipa maka,
A1 = = 1,963 . 10-3 m2
A2 = = 1,227 . 10-2 m2
V2 = = 0,407 m/s
5.2. Sebuah pompa menaikkan air dari sumur yang dalamnya 10 m. Berapakah
perubahan energi potensial air ?
Jawab;
131
Mula-mula, air berada pada bidang acuan Z1 sama dengan nol dan energi
potensialnya juga nol. Keadaan akhir, Z2 sama dengan 10 m, sehingga untuk tiap 1
N air,
EP2 = 1 N X 10 m per Newton.
= 10 N.m/N.
Jadi perubahan energi potensialnya, EP2 - EP1 = 10 - 0 = 10 N.m/N.
5.3. Sebuah benda massa 10 kg jatuh bebas dari keadaan diam dan setelah jatuh 10 m,
berapakah energi kinetik dan kecepatannya ?
Jawab:
Karena tidak ada energi yang terbuang pada sistem, dapat disimpulkan bahwa
jumlah energi potensial dan energi awal sama dengan jumlah energi potensial dn
energi kinetik akhir. Jadi ,
EP1 + EK1 = EP2 + EK2
Perhatikan bahwa pemilihan bidang acuan dan keadaan benda jatuh bebas dari
keadaan diam,akan menghasilkan EP1 = EK2, artinya energi potensial berubah
menjadi energi kinetik. (hilang nya energi potensial besarnya sama dengan
munculnya energi kinetik).
M g Z = ½ m V2
10 x 10 x 9.81 = ½ x 10 x V2
Selanjutnya V2 = 2 x 9.81 x 10 =====> V = 14,0 m/s
5.4. Air ( 9810 e= e ﻻN/m3 ) mengalir pada suatu pipa . disuatu bagian papa yang
garis tengah dalamnya 150 mm , kecepatannya 3 m/s dan tekannanya 350 kpa.
Dibagian lain yang berjarak 10 m dari bagian pertama tadi, garis tengahnya
mengecil menjadi 75 mm. Hitunglah tekanan pada bagian kedua tersebut apabila:
a) pipa mendatar
b) pipa vertikal dan air mengalir kebawah
jawab :
132
Tugas pertama kita adalah mencari kecepatan pada bagian kedua dari pipa,
karena ﻻtidak berubah maka Q1 = Q2
A2V2 = A1V1
V = 12 m/det
Jika letak pipa mendatar , Z1 = Z 2 maka dengan persamaan (5.23),
a) Z1 + + = Z2 + +
+ = +
b) Z1 + + = Z2 + +
10 + + = +
Z1 + + U1 + + q = Z2 + + U2 + +W
133
Dengan memperhatikan bahwa; = , U1 = U2 dan q = 0 maka,
+ 0 = Z2 + + +W
5.9. SOAL-SOAL
5.1 Jika 30 gpm fluida mengalir dalam sebuah pipa, berapa m 3/s kah aliran tersebut ?
5.2. Suatu proses kimia menggunakan 5000 liter/menit fluida. Berapa m3/s kah itu ?
5.3. Seorang produsen amerika dapat memproses 100 gpm. Dalam pembicaraan dengan
pabrik-pabrik eropa, ia harus mengatakan besaran tersebut dalam liter per detik.
Berapakah literper detik yang harus dikatakannya mengenai hal yang di prosesnya?
5.4 Dua puluh liter fluida perdetik mengalir dalam suatu pipa yg garis tengah
dalamnya 7,5 cm. Tentukan kecepatan, laju aliran (flow rate) dan laju aliran massa
(mass flow rate) jika fluida tersebut adalah air dengan berat jenis 9810 N/ m3.
5.5 100 liter/menit air mengalir dalam sebuah pipa yg garis tengahnya mengecil dari 75
mm menjadi 50 mm, berapakah kecepatan air pada masing-masing bagian pipa ?
5.6 Berapa usaha yg harus dilakukan untuk mengangkat benda 10 kg setinggi 3m dan
jika benda tersebut jatuh bebas, berapakah kecepatannya setelah menempuh jarak
3m.
5.7 Sebuah benda bermassa 5kg. jika kecepatannya 10 m/s, berapakah energi
kinetiknya ?
5.8 Suatu tekanan 5 bar ( 1 bar = 10 5 pa) diberikan pada torak 1000 mm2 dan
tekanannya konstan, berapa usaha yg dilakukan terhadap torak ?
5.9 Suatu fluida mengalir melalui suatu bagian pipa dengan tekanan 100 kpa dan
volume jenis 10-3 m3/kg. tentukan usuha alirannya ?
5.10. Pada masukan peranti aliran tunak, tekanannya 350 kPa dan volume jenisnya
134
0,04 m3/kg pada keluaran, tekanannya 1m Pa dan volume jenisnya 0,02 m3 /kg,
tentukan perubahan usaha aliran pada peranti tersebut.
5.11. Suatu aliran 2000 kg/menit, air ditekan dari 100 kPa menjadi 1 Mpa.
kerapatan air besarnya 1000 kg/m3 sedang suhunya tidak berubah. Masukkan
pompa bergaris tengah 100 mm, sedang keluarnya bergaris 150 mm. jika
masukan berada 50 m dibawah keluaran, tentukan usaha pompa.
SESI / PERKULIAHAN KE : 9
135
SESI / PERKULIAHAN KE : 10
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan, menghitung penerapan persamaan bernauli
2. Menjelaskan, menghitung beberapa penerapan persamaan energi dengan
menggunakan teorema toricelli, pipa pindah.
3. Menjelaskan, menghitung pengukuran tekanan dan kecepan dengan menggunakan
piezometer dan tabung pitot
136
Pokok Bahasan : Penerapan Prinsip Dinamika Fluida.
Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari penerapan prinsip-
prinsip dinamika fluida tentang penerapan persamaan Bernouli dan beberapa
penerapana persamaan energi dengan menggunakan teorema toricelli serta pipa
pindah. Mempelajari pengukuran perbedaan tekanan dan kecepatan sebagai aplikasi
penggunaan alat ukur manometer U dan sistim tabung pitot
I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC
137
BAB VI
PENERAPAN PRINSI-PRINSIP DINAMIKA FLUIDA
6.1. Pendahuluan.
Dalam bab yang lalu telah dibahsas penurunan serta pambatasan persamaan energi
dan persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli mula-mula diajukan oleh Daniel
Bernoulli pada tahun 1738, dan sejak itu telah banyak digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah dalam mekanika fluida. Penerapan persamaan Bernoulli sering
138
memerlukan modifikasi penyimpangan dari keadaan ideal, beberapa contoh keadaan
tersebut antara lain aliran fluida termampatkan dengan laju tinggi, aliran fluida dengan
perpindahan panas yang menyebabkan parubahan kerapatan cukup besar dan
perubahan kerapatan yang cukup besar karena pengaruh gesekan. Untuk kasus tersebut
diperlukan penggunaan prsamaan kesinambungan (kontinutas), persamaan energi,
persamaan momentum dan hukum-hukum Newton. Utuk masalah-masalah aliran
kompleks, juga diperlukan menggunakan hasil percobaan untuk memperoleh informasi
yang memadai agar dapat menghubungkan dan memecahkan beberapa masalah
mekanika fluida kompleks tersebut .
Bab ini menekankan pada pembahasan aliran tunak satu dimensi sehingga
persamaan Bernoulli dan persamaan momentum dapat diterapkan untuk menganalisa
kasus-kaus praktis serta pembatasannya. Biasanya, situasi aliran akan disederhanakan
dan diidealisasikan. Para mahasiswa akan cukup mudah mengembangkan idealisasi
tersebut pada ksuss-kasus yang dijumpai. Perahatikan pula anggapan-anggapan yang
dilakukan, serta berhati-hatilah untuk tidak menggunakan analisa sederhana tersebut
pada situasi aliran kompleks yang tidalk diharapkan.
139
dipercepat, garis alir menjadi tidak sejajar satu sama lain dan akan nampak lebih rapat
dan jika aliran diperlambat, garis alir akan nampak lebih renggang. Pada aliran tunak
yang seragam, garis-garis alirnya akan sejajar.Konsep-konsep tersebut nampak jelas
jika kita melihat airfoil pada gambar 6-1. Pada aliran yang tidak mendapat
gangguan/rintangan sebelum dan sesudah airfoil, garisnya lebih rapat hal ini
menunjukan daerah kecepatan tinggi, dan dibawah airfoil garisnya lebih renggang
menunjukan daerah kecepatan rendah.
Dalam aliran tunak tak ada fluida yang memotong garis alir, dan aliran
mengikuti garis alir. Setiap garis alir merupakan garis yang berkesinambungan
(kontinyu). Garis alir yang melalui titik pada sebuah kurva tertutup akan menghasilkan
permukaan tertutup yang disebut dengan tabung alir. Karena permukaan tabung alir
(gambar 6-2) terdiri dari garis-garis alir, maka tak ada aliran yang dapat keluar atau
masuk atbung alir melalui permukaan selimut (lateral)nya, dan garis-garis alir dapat
dianggap bermula dalam tangki fluida diam dan memanjang kesistem bebas.
140
+ + Z1 = + + Z2 …...………………………..
6-1
dan karena aliran dianggap tak termanpatkan, maka 1 = 2 = .
Persamaan (6-1 ) dapat juga dituklis dalam bentuk
+ + Z1 = C ………………………………………….
6-2
Persamaan tersebut menyatakan bahwa jumlah energi aliran, energi kinetik dan
energi potensial konstan sepanjang suatu garis alir. Untuk garis alir yang lain nilai
konstantanya bisa berbeda, seluruh garis alir praktis mempunyai energi total yang
sama, misalnya sebuah tangki yang merupakan tempat bermula garis alir, akan
mempunyai konstanta (energi total) sama untuk semua garis alir. Jadi untuk kasus
tersebut, jumlah energi pada ruas kiri persamaan (6.1) atau (6.2) dapat dihitung
konstan sepanjang posisi sistem idael tanpa melihat asal mula garis alirnya.
Semua keadaan aliran nyata bersiafat tak dapat balik, karena adanya efek
kekentalan yang mengakibatkan munculnya tegangan geser dalam fluida. Secara
teoritis, persamaan bernoulli yang telah kita turunkan harus dimodifikasi agar dapat
diterapkan pada kasus-kasus dengan pengaruh non idael (gesekan, turbulensi dsb) yang
cukup besar. Anggaplah titik 1 sebagai awal aliran (hulu ) dan titik akhir aliran ( hilir )
sepanjang suatu garis alir. Anggaplah tidak ada energi yang keluar atau masuk garis alir
baik dalam bentuk usaha maupun panas; maka dapat dinyatakan bahwa energi dititik 1
sama dengan dititik 2 ditambah semua rugi aliran antara kedua titik tersebut. Secara
matematis,
+ + Z1 = + + Z2 + Rugi1-2 ………………….
6.3
Bagan “rugi” pada ruas kanan persamaan (6-3) dapat dianggap sebagai bagian
yang diperlukan agar kekekalan energi tetap berlaku. Jika pompa menambahkan energi
141
pada garis alir antara titik satu dan dua atau turbin menyerap energi antara kedua titik
tersebut, persamaan bernoulli biasanya dimodifiksi lagi untuk memperhitungkan
tambahan atau pengurangan energi tersebut:
6-4
6-5
Gabungan pompa dan turbin sekaligus:
+ + Z1 + Ep = + + Z2 + Rugi1-2 + ET ………… 6-
6
Akan terlihat bahwa modifikasi persamaan Bernoulli tersebut merupakan cara
yang dilakukan agar kekekalan energitetap berlaku dan hasilnya mirip dengan
persamaan energi yang telah diturunkan pada bab 5. Perlu ditekankan bahwa untuk
aliran dengan perubahan kerapatan yang besar karena perubahan suhu atau
penambahan perubahan energi sistem, persamaan Bernoulli dan persamaan energi tidak
ekivalen dan kemiripan persamaan ( 6.4 )sampai (6.6 ) dengan persamaan energi tidak
dapat diterapkan pada keadaan semacam itu.
Dalam persamaan (6.3 )sampai (6.6), suku P/ disebu tinggi energi tekanan
(presssre head), suku V2/ 2g di sebut tinggi energi kecepatan (velocytihead) dan suku
Z disebut tinggi energi potensial (potencialhead). Masing-masing suku berdimensi
panjang, satuannya meter, dan jumlahnya disebut tinggi energi total (total head).
Perhatikan gambar 6-3 yang akan memudahkan penahanan mengenai setiap suku tinggi
energi pada daerah sepanjang tabung. Dalam gambar ini tinggi energi total besarnya
konstan untuk aliran tanpa gesekan dan dinyatakan dengan garis tinggi energi total
yang berupa garis mendatar dan berjarak konstan dari bidang acuan, garis tinggi energi
total digambarkan sebagai garis putus-putus yang tururn kekenan. Jika kecepatan
142
aliran dalam tabung meningkat maka jumlah tinggi energi potensial dan tekanan akan
akan menurun, dan jika kecepatan menurun, junlah tinggi energi potensial dan tekanan
akan meningkat.
Untuk aliran tunak, V32/2g besarnya konstan, sehingga jika tak ada gesekan p 3/
akan konstan, dan jika ada gesekan P3/ akan berkurang.
143
seluruh garis alir dalam tangki sama, maka dapat dipilih dua tempat dalam sistem yang
memenuhi persamaan Bernoulli.
+ + Z1 = + + Z2
= dan V1 = 0 maka ,
144
Persamaan (5.7) secara sederhan menyatakan bahwa kecepata keluarnya air
sama dengan kecepata benda jatuh bebas dari permukaan tangki kepusat lubang, dan
hasil ini dikenal sebagi teorema Torricelli.
145
Anggaplah bahwa dalam pipa pinda terdapat rugi aliran dan tuliskan persamaan
Bernoulli antara 1- 3 dan 3 – 2, maka,
+ + Z1 = + + Z3 + Rugi1-3 ………………
6-8
+ + Z3 = + + Z2 + Rugi3-2 ………………
6-9
sederhanakan pernyataan tersebut dan perhatikan pula bahwa tekanan di 1 dan 2 sama
dengan tekanan atmosfir, sehingga
yang dapat diperoleh dengan menerapkan persamaan Bernoulli langsung antara titik
satu dan dua. Kembali pada persamaan (6-10) dan (6-11), diselesaikan untuk
memperoleh x, tinggi pipa pindah
x= - - - Rugi1-3 ……………………………. 6-
14
146
atau x= - -h+ - + Rugi3-2 …………………… 6-
14a jika pipa pinda tersebut penuh dengan alira dan penampangnya tetap, V 2 =V3,
sehingga persamaan (6-14a ) akan menjadi :
x= - - h + Rugi3-2 ……………………………….. 6-
14b
Dari persamaan (6-13)sampai (6-16), pipa pinda tesebut dapat dianalisis dan perlu
diperhatikan bahwa tekanan dipuncak, P3 dapat diperiksa bahwa pipa dialiri penuh
dengan cara memeriksa kecepatan dipuncak terhadap debit yang akan diperoleh
6.5a Piezometer
Pengukuran tekanan fluida bergerak merupakan hal yang cukup sulit; karena
adanya piranti pengukur yang akan sedikit mengubah aliran atau besarnya tekanan.
Bukaan pada dinding pipa sering digunakan untuk mengukur tekana fluida yang sedang
mengalir. Tekanan statik ini merupakan tekanan fluida yang tak terganggu, dan lubang
bukaannya disebut bukaan piezometer. Pembacaan pengukuran yang dihasilkan oleh
bukaan tunggal tidak akan tepat jika bukaan tersebut tidak tegak lurus pada permukaan
pipa atau jika ujung/pinggiran lubang bukaan tidak mulus; dan metode pengukuran
tekanan ini akan mempunyai kesalahan yang besar karena adanya gangguan pada
pemasangan bukaan piezometer (gambar 6.8). Untuk meperoleh pembacaan yang lebih
147
tepat, beberapa lubang ditempatkan pada keliling pipa di suatu bidang tetentu dan
dihubungkan satu sama lain. Peranti ini disebut gelang piezometer dan tekanan
langsung dibaca pada manometer yang dipasang pada penghubung tekanan.
148
diakibatkan adanya tabung tersebut. Garis alir pada bagian pusat tabung pitot dianggap
tidak terganggu oleh tabung. Pada masukan tabung, kecepatan aliran berkurang
menjadi nol dan cairan dalam tabung naik sampai mencapai ketinggian h diatas garis
pusat tabung.
+ =
V1 = …………………………………………… 6-
17
149
Suku P2 – P1 kadang-kadang dikenal sebagai tekanan bentur, tekanan dinamik
atau tekanan kecepatan dari suatu aliran dan besarnya sama dengan ½ V2. Pada
persamaan (6.17), berat jenis, , adalah berat jenis fluida yang mengalir dan bukan
berat jenis fluida yang berada pada kaki manometer. Jika tabung pitot dipasang pada
suatu saluran terbuka, maka secara sederhana sama dengan h, seperti pada
+ = ………….. ………………………..
6-18
dengan menghitung manometer, maka
P1 + γ h1 + γm – γ (h1 + h2) = P2
disederhanakan maka akan dihasilkan
= h2 ………………………………. 6-
19a
dan
V1 = ……………………………………. 6-
19b
Dimana : γm = berat jenis fluida pengukur
150
γ = berat jenis fluida yang mengalir dalam pipa
Untuk mengatasi rugi tekanan dalam tabung pitot maka digabung dengan suatu
tabung statik menjadi suatu peranti tunggal yang disebut tabung statik pitot. Biasanya
tabung ini terdiri dari dua tabung yang dipasangkan didalam dan dihubungkan
kemanometer seperti pada gambar 6.12.
Tabung dalam bagian ujungnya terbuka dan mangukur tekanan total dari aliran,
sedang tabung bagian luar dilubangi pada arah tegak lurus aliran dan mengukur tekanan
statik aliran. Dengan dihubungkan pada manometer maka manometer akan menunjukan
tekanan dinamik, dengan analisis seperti yang digunakan diatas maka diperoleh :
V1 = ……………………………………. 6-20
Ketelitian tabung statik pitot akan tergantung pada konstruksinya serta pada
pemasangannya dalam pipa, dan tergantung pada ketepatan mensejajarkan aliran.
151
Meksipun terdapat banyak tabung statik pitot dengan konstruksi, bentuk dan ukuran
standar yang akan memperkecil kesalahan, namun selalu dianjurkan untuk
mengkalibrasi pemasangannya. Jika ini dilakukan, maka persamaan (6.20 ) harus
dimodifikasi sedikit untuk keadaan tabung non idael dengan memberiakan suatu
koeffisien empirik C :
V1 = C
C= ………………………………………… 6-21
152
SESI / PERKULIAHAN KE : 11
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menganalisa penerapan prinsip kerja alat pengukura tekanan dan
kecepatan aliran dengan menggunakan venturi meter
2. Menjelaskan dan menganalisa penerapan prinsip kerja alat pengukura tekanan dan
kecepatan aliran dengan menggunakan orifis meter.
I. Bahan Bacaan
1. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
2. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
153
2. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill.
4. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
5. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
154
6.5c. Venturi Meter
Venturi meter merupakan pipa konis yang mempunyai bagian mengecil dan
memebesar yang disusun sedemikian rupa yang mengakibatkan peningkatan kecepatan
dan energi kinetik sehimngga penurunan tekanan pada penampang yang mengecil dapat
diukur. Bagian penampang yang membesar digunakan untuk mengembalikan tambahan
energi kinetik menjadi energi tekanan pada keluaran venturi dengan aliran turbulensi
dan rugi gesean yang sekecil-kecilnya. Sudut kerucut dari masukan kebagian leher
(penampang mengecil) biasanya 20o sampai 30o, sedang sudut kerucut untuk
penampang yang membesar kearah keluaran biasanya dari 5o sampai 14o
155
+ = +
Persamaan kontinuitas menyatakan bahwa untuk aliran tunak dari fluida tak
termampatkan berlaku A1V1 = A2V2. sehingga persamaan(6-22) akan menjadi
= ………………………….. 6-
23
Dan laju volume aliran fluida (Q = AV ) adalah
Dimana adalah berat jenis fluida yang mengalir. Dengan menggunakan manometer
dan pernti pencatat, dapat diperoleh catatan kentinyu mengenai aliran dalam pipa.
Untuk kasus fluida nyata dengan gesekan, diberikan suatu koefisien kecepatan (Cv)
pada persaman (6-24). Sehingga,
Koefisien kecepataan dari venturi meter besarnya tidak tetap dan merupakan
fungsi dari bilangan Reynold, perbandingan luas A 2/A1, serta bentuk venturi. Untuk
ketelitian yang lebih tinggi, harus dilakukan kalibrasi. Gambar 6.14 memperlihatkan
Cv untuk meter-meter venturi yang ukurannya berbeda-beda.
156
Gambar. 6-14 Koefisien-koefisien Venturi Meter.
157
Gambar. 6.15. Orifis bersisi tajam.
Untuk lubang bukaan (Orifis) yang berujung tajam, garis alirnya bebentuk
seperti pada gambar 6.15, dan daerah denagn luas penampang minimum disebut vena
contrcta. Dengan membuat lubang yang ujungnya melengkung atau dengan
memasukan tabung kedalam tangki, mungkin diperoleh susunan garis alir yang
menghasilkan diameter vena kontrakta (Cc) yang lebih besar dari pada vena kontrakta
oleh orifis berujung tajam. Dalam praktek,biasanya persamaan (6.7) dimodifikasi
karena adanya pengaruh tersebut, denagan mendefenisikan suatu koeffisien kontraksi,
yang merupakan perbandingan antara luas vena contrakta denagn luas orifis.
158
menggunakan luas lubang bukaan dan kecepatan ideal menurut persamaan (6.7).
hubungan antara ketiga koefisian tersebut adalah :
CD = Cc . Cv ………………………………….. 6-30
untuk orifis berujung tajam nilai koeffisien tersebut kira-kira Cc =0.61, Cv =0,98 dan CD
= 0.60. untuk lubang bukaan yang ujungnya dilengkungkan dengan baik, Cc dapat
mencapai satu, sehingga CD mendekati satu karena Cv biasanya terletak antara 0,95
sampai 0,98.
Orifis sering digunakan dalam pipa untuk mengukur jumlah fluida yang
mengalir. Dalam hal ini, orifis biasanya berupa keping tipis yang disisipkan kedalam
pipa dan diklem. Lubang pada keping orifis letaknya sepusat dengan pipa dan kran
tekanan statik digunakan untuk mengukur bagian hulu hilir (sebelum dan sesudah)
orifis sehingga mengakibatkan pengerutan aliran menjadi lebih kecil dari orifis sendiri
(Cc), seperti terlihat pada gambar 6.16. Dengan menggunakan persamaan Bernoulli
pada keadaan ini antara daerah 1 dan 2, akan diperoleh :
V2 = ……………………….. 6-31
Dan
Q = AV = ………………….
6-32
159
Secara praktis harga Cc dan Cv suatu meter orifis tidak dapat ditentukan secara
terpisah, dan akan mengalami mengalami kesulitan untuk menentukan lokasi pengukur
tekanan vena contrakta (Cc). Oleh karena itu, untuk penyederhanaan kedua koefisien
Cc dan Cv sering digabungkan, dan persamaan (6-32) dapat dituliskan sebagai
Q = AC …………………………….. 6-33
Dengan C =
(a)
160
(b)
Orifis mudah dipasang di dalam pipa dan tidak memerlukan kalibrasi. Tetapi,
orifis meter bertindak sebagai katup terbuka sebagian dan mempunyai koeffisien
buang/pancar yang rendah dan akibatnya mempunyai rugi tinggi energi yang relatif
161
besar. Selain itu, kesalahan dapat disebabkan kerena penempatan orifis yang tidak
simetris pada bagian dalam pipa, penepatan pengukur tekanan yang kurang tepat serta
bukaan orifis yang berujung kasar. Beberapa masalah yang timbul pada orifismeter
dapat dikurangi dengan menggunakan nosel, seperti pada gambar 6.18. Koeffisien C
didefenisikan seperti pada meter. Orifis dan nilai koeffisien C yang tinggi menunjukan
rugi nosel yang relatif kecil. Penepatan nilai C yang tergantung lokasi pengukur
tekanan akan memungkinkan nilai C pada nosel lebih besar.
Pengukuran ketiga koefisien orifis merupakan masalah yang menarik dalam
mekanika fluida eksperimental. Kita dapat mengukur aliran flida yang keluar untuk
suatu selang waktu tertentu sehingga dapat menghitung laju alir (debit) yang
sesungguhnya. Dengan mengetahui luas lubang bukaan dan tinggi fluida diatas lubang,
maka CD dapat dihitung. Secara prinsip, luas vena contracta dapat diukur dengn
menggunakan pengukur caliper/jangka secara berhati-hati. Pengukuran ini untuk
memperoleh nilai CC, lalu CV dihitung dari nilai CD dan CC. Tetapi metoda pengukuran
CC ini kurang teliti, jadi lebih baik mengukur CV dilakukan dengan cara berikut.
Perhatikan aliran keluar dan ukurlah posisi sebuah titik pada lintasan aliran yang
mengalir dari vena contracta. Hal ini dapat dilakukan secara sederhana dengan mencari
pada suatu keping yang dikenai aliran seperti pada gambar 6.19.
Waktu yang diperlukan suatu partikel untuk sejauh y (dengan mengabaikan
gesekan udara ) adalah
162
Gamabar. 5-11 Metode lintasan untuk menentukan CV
dan waktu yang diperlukan partikel tersebut menempuh jarak X dengan kecepatan tetap
dari vena Contracta (Vvc ) adalah
t=
sehingga Vvc =
Cv = …………………………………………… 6-34
6.6 Penutup
Persamaan-persamaan yg dikembangkan dalam bab 6 merupakan hubungan yg
diperlukan untuk memecahkan persoalan mengenai aliran tunak fluda yg tak
termampakkan dan pengunaannya cukup luas dan menekankan pada pemecahan
masalah secara analitis. Karena keadaan aliran yg tidak ideal, koefisien-koefisien
empirik digunakan agar diperoleh hasil korelasi antara besaran terukur dan perhitungan
yang lebih baik. Dalam setiap penerapan, masalah fisis sesugguhnya disederhanakan
menjadi model ideal satu dimensi dan untuk memperoleh imfromasi yg diinginkan.
Perhatikan bahwa pemilihan volume kendali yg tepat akan menjadikan pendekatan yg
lebih mudah sehingga akan mengurangi pekerjaan perhitungan.
6.7. Latihan-latihan.
6.1. Sebuah pipa dihubungkan dengan suatu tangki yang besar dan terbuka
keatmosfir.Jika 10 liter/s fluida mengalir dalam pipa, tentuka rugi eneri sistem
Jawab :
Karena permukaan cairan dalam tangki dan keluaran pipa terbuka keatmosfir,
maka P1 = P2 = Pa. Jika tangki dianggap cukup besar,maka kecepatan fuida
163
dipermukaannya,V1 sama dengan nol. Kecepatan dalam pipa, yang juga sama
dengan kecepatan keluar dari pipa dapat dihitung dari persamaan kontinuitas,
yaitu
Q = A V = 10 x 10-3 m3/s
Persamaan kontinuitas Q1 = Q2 ==========> A2V2 = A1V1
(0,05)2 V2 = 10 x 10-3
V2 = 5,09 m/s
Z1 = + Z2 + Rugi1-2
4= + 0 + Rugi1-2
4- = Rugi1-2
= h2 = 0,050 = 0,63 m
= 0,63 m
164
= = 0,63 m
Sehingga
V1 = = = 3,52 m/det
6.3. Air mengalir dengan kecepatan 3 m/s dan manometer gambar 612 menunjukan
perbedaan 50 mmHg. Tentukan nilai C tabung statik pitot ini jika berat jenis
relati air raksa 13,6.
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan 6-21 diperoleh :
C= = 0.728
6.3. Sebuah meter venturi mempunyai masukan bergaris tengah 125 mm dan leher
bergaris tengah 50 mm. Jika h pada gambar 6-13 adalah 250 mm Hg (berat jenis
relatif 13,6 ) tentukan jumlah air yg mengalir secara ideal.
Jawab :
Dari manometer, P1 +γw (h + a) – γm h – γm a = P2
= h
AV =
165
A2 = ( ) (0.050)2 = 1.963 x 10-3 m2
6.8. Soal-Soal.
Gunakan γair = 9810 N/m3 kecuali jika dicantumkan yg lain
6.1Air mengalir vertikal keluar dari sebuah nosel dengan kecepatan 10 m/.s. berapa
tinggi maksimum yg dapat dicapai jika gesekan udra diabaikan ?
6.2 Sebuah pipa dengan garis tengah dalam 75 mm dialira air dengan laju 1400
liter/menit, tekanan dalam pipa besarnya 210 kPa lebih besar dari tekanan atmosfir.
Tentukan kecepatan, tinggi energi kecepatan, tinggi energi tekanan dan tinggi energi
total jika acuannya dipilih pusat pipa. Patmosfir = 100 kPa.
6.3 Sebuah tangki besar mempunyai lubang bukaan bergaris tengah 50 mm yg terletak 4
m dibawah permukaan minyak dalam tangki dengan berat jenis relatif 0,85. Jika Cc
= 0.85 dan Cv=0,95, tentukan laju volume aliran melalui lubang bukaan tersebut.
6.4 Sebuah tabung venturi mempunyai bagian masukan bergaris tengah 100 mm dan
leher bergaris tengah 40 mm. Jika h sama dengan 200 mm air raksa (berat jenis
relatif 13,6 ), berapakah jumlah air yg mengalir secara ideal jika Cv = 0.91?
6.5 Sebuah venturi meter dipasang dalam sebuah pipa sedemikian rupa sehingga
sumbunya terletak vertikal. Venturi meter lain dipasang dalam sebuah pipa yang
berukuran sama dengan sumbunya pembacaan yang sama pada suatu manometer
differensial, apakah laju alir pada kedua pipa tersebut sama ? anggaplah kerapatan
fluida pada keduanya sama.
166
SESI / PERKULIAHAN KE : 12
I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill,
2. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga
3. Robert L. Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &Technology.
167
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. Ruben M Olson, 1993Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
4. T.R. Banga, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher, 1983
168
Untuk menggambarkan karakter fluida yang mengalir dalam suatu pipa, Osborne
Reynolds menemukan suatu percobaan sederhana, yang digambarkan secara skematis
dalam gambar 7-1. Zat warna dimasukkan kedalam tabung gelas dengan
menyuntikkannya dari sebuah tabung halus ke dalam lubang masukkan tabung gelas.
Kecepatan fluida uji dikendalikan dengan mengubah-ubah tinggi fluida dalam tangki
gelas dan dengan mengatur katup dibagian hilir tabung gelas.
Pada kecepatan rata-rata rendah, diperoleh bahwa filamen zat warna tampak
sebagai garis lurus kontinyu yang sejajar sumbu tabung. Jenis aliran semacam ini
dikenal sebagai aliran laminar, viskos atau streamline dan terbentuk oleh lapisan-lapisan
silindris sepusat yang mengalir satu sama lain karena adanya kekentalan fluida. Partikel-
partikel fluida tetap berada pada masing-masing lapisan, dan bergerak sepanjang
lintasan yang sejajar. Jika laju aliran ditingkatkan dengan mengubah pengaturan katup,
ternyata zat warna masih membentuk garis lurus sampai mencapai suatu kecepatan yang
menyebabkannya bergoncang dan pecah menjadi pola yang menyebar. Kecepatan ini
disebut kecepatan kritis.
Pada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan kritis, filamen zat warna menjadi
tersebar seluruhnya dalam fluida pada saat keluar dari titik suntikan. Pada kecepatan
yang lebih besar dari kecepatan kritis, aliran dikatakan turbulen, dan partikel-partikel
bergerak acak tegak lurus arah aliran utama yang menyebabkan partikel-partikel
tersebut bercampur secara acak. Dalam aliran laminar, kecepatan fluida yang tersebar
169
berada pada sumbu pipa, dan lalu berkurang sampai menjadi nol pada dinding pipa,
sedang dalam aliran turbulen, distribusi kecepatan sepanjang garis tengah pipa lebih
seragam, seperti diperlihatkan pada gambar 7-2. Dengan mengambil kecepatan rata-rata
sebagai kecepatan karakteristik, Reynold dapat membuktikan katakter aliran fluida serta
kekentalannya. Kombinasi keempat variabel tersebut menghasilkan suatu parameter tak
Re = ……………………………………………… 7-1
170
Karena dalam sebelumnya, kekentalan kinematik didefinisikan sebagai
perbandingan antara kekentalan mutlak dengan kerapatan, maka persamaan (7.1) dapat
juga ditulis sebagai :
∆р = …………………………………………………. 7-
3
Dimana : ∆р = perbedaan tekanan (penurunan tekanan)
= kekentalan
D = garis tengah pipa bagian dalam.
L = panjang pipa
Q = laju aliran.
dengan Q diambil sama dengan AV, V dalah kecepatan rata-rata untuk aliran laminar,
kecepatan berubah secara parabolik dari nol di dinding sampai nilai maksimum dipusat
171
pipa; untuk kasus ini kecepatan rata-ratanya sama dengan setengah dari kecepatan
maksimium .
= = = ………..
7-4
Jika dinyatakan sebagai “rugi tinggi energi “ dan dengan menggunakan
p1 - p2 = P, diperoleh
= hf = …………………………….. 7-5
= hf = f …………………………… 7-6
dengan f adalah faktor gesekan. Jika persamaan (7.5 ) dan ( 7.6 ) disamakan, akan
diperoleh :
172
f = …………………………………
7-7
sehingga diperoleh f,
f = = = …………………… 7-
8
dengan Re berdasar pada kecepata rata-rata. Dengan demikian secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa faktor gesekan dalam aliran laminar adalam 64 dibagi dengan
bilangan Reinold dan tidak tergantung kekasaran pipa.
173
Gambar 7-5 Daerah transmisi lapisan batas
Perhatikan aliran fluida didekat keping datar yang sejajar dengan arah aliran
gambar 7-5. Bagian vertikal diperbesar gambarnya untuk meperlihatkan detail dari pola
aliran. Jika fluida mengalir melalui pinggiran awal keping, grdien (perubahan) maka
kecepatan dan gesekan perbatasan viskositas cukup besar. Fluida bergerak dalam
keadaan laminar dan lapisan batasnya tipis. Lapisan ini disebut lapisan batas laminar.
Semakin jauh fliuda mengalir keahilir sepanjang keping, laju alir akan meningkat
karena adanya gaya geser dan lapisan batas pun akan menjadi semakin tebal. Akibatnya,
grdien kecepatan sedikit demi sedikit berkurang dan secara bersamaan gesekan
perbatasanpun mengekcil karena ketebalan bertambah. Lapisan batas berada dalam
keadaan turbulen, distribusi kecepatan dalam arah lateral menjadi hampir konstan. Suatu
lapisan batas laminar tak dapat berubah mendadak menjadi trubulen, jadi ada daerah
transisi antar daerah laminar denagn turbulen. Gerakan turbulen disertai oleh
peningkatan geseran perbatasan dan menebalnya lapisan perbatasan,. Untuk keping
yang terendam, transisi dapat terjadi pada bilangan Reynold antara 500.000 sampai
sejuta, dengan jarak dari tepi keeping sebagai dimensikarakteristi. Bilangan Reynoldnya
tergantung pada keadaan awal aliran dan juga pada bentuk tepi depan serat kekasaran
keping.
Tebal lapisan batas didefenisikan sebagai jarak dari perbatasan ketitik yang
kecepatannya sama denagan kecepatan aliran utama. Jelas tebal lapisan batas ini sulit
diukur, khususnya dalam aliran turbulen. Tetapi tebal lapisan batas dapat ditentukan
melalui metode analisis atau hasil dari percobaan pengukuran kecepatan dan suhu.
Dalam lapisan batas laminar profil kecepatannya akan menyambung dengan kurva
174
kecepatan. Profil kecepatan didalam lapisan dapat didekati denagan suatu metodaan
alitik yang berprinsip pada teori distribusi kecepatan dalam pipa, dan gaya seret karena
lapisan batas dapat juga diturukan dengan metoda analitik.
SESI / PERKULIAHAN KE : 13
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menghitun Lapisan batas
2. Menjelaskan dan menghitun rugi energi akibat gesekan dalam pipa panjang
175
I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill.
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L. Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
III. Pertanyaan Kunci / Tugas.
Jelaskan proses penurunan tekanan pada sepanjang pipa akibat dari gesekan fluida
dengan dinding salura.
IV. Tugas
Jelaskan penggunaan diagram Moody.
176
Artinya, rugi tinggi energi antara dua bagian pipa mendatar yang dialiri fluida tak
termampatkan sama dengan perbedaan tekanan statik kedua bagian tersebut. Jika suatu
fluida tak termampatkan mengalir dalam suatu pipa secara turbulen, secara eksperimen
diperoleh bahwa rugi tinggi energi merupakan fungsi panjang pipa, kecepatan fluida,
kerapatan fluida dan kekentalan fluida. Seperti telah disebutkan, persamaan (7-11) yakni
persamaan Darcy Weisbach, adalah yang paling sering digunakan untuk menghitung
rugi gesekan dalam pipa. Untuk mudahnya kita ulangi lagi :
hf = f …………………………….. 7-
11
Untuk daerah aliran turbulen, solusi analitik untuk faktor gesekan tak mungkin
diperoleh seperti pada kasus aliran laminar. Pada umumnya data yang digunakan untuk
menghitung faktor gesekan aliran turbulen diperoleh dari percobaan. Sebelum tahun
1933, data ini tersebar pada berbagai literatur tehnik. Pada 1933, J. Nikuradse
menerbitkan hasil kerjanya pada pipa-pipa yang dindingnya dibuat kasar menggunakan
tempelan butiran-butiran pasir dengan garis tengah berbeda-beda. Dia menyebut garis
tengah butiran pasir (ε) sebagai kekasaran mutlak dan perbandingan garis tengah butiran
pasir dengan garis tengah pipa bagian dalam (ε/d) sebagai kekasaran relatif. Hasil
kerja Nikuradse ditunjukkan secara grafis pada gambar 7.6. Dalam daerah laminar (Re
= 2100), faktor gesekan tidak tergantung kekasaran mutlak atau relatif. Dalam
daerah turbulen, terlihat bahwa faktor gesekan maupun fungsi dari kekasaran relatif dan
bilangan Reynold, dan terlihat pula jika bilangan Reynold meningkat maka faktor
gesekan untuk suatu kekasaran relatif tertentu menjadi konstan, tidak tergantung pada
bilangan Reynold.
Pada tahun yang sama 1933, RJS Pigoh dan E Kemler mempublikasikan makalah
mengenai data yang muncul pada gesekan dalam pipa yang diplot pada diagram yang
sama seperti gambar 7.6. Jenis diagram ini, dengan plot logaritma faktor gesekan
sebagai fungsi dari logaritma bilangan Reynold, disebut sebagai diagram Stanton dan
merupakan gambaran data yang mudah dipahami.
177
Pada tahun 1944, LF Moody mempublikasikan makalahnya mengenai faktor
gesekan dalam aliran pipa, dan hasilnya diberikan dalam bentuk diagram Stanton, yang
telah terbukti sebagai sumber yang banyak digunakan untuk faktor gesekan pipa-pipa
komersial yang baru atau bersih. Gambarnya ditunjukkan pada gambar 7-7. Secara
kualitatif data Nikuradse (gambar 6-6) dan diagram Moody (gambar 7-7) cukup sesuai.
Perbedaan mendetail terletak pada daerah kritis dan transisi, yang diramalkan muncul
jika membandingkan pipa yang dikasarkan dengan pipa-pipa komersial. Juga, nilai
kekasaran mutlak pipa yang digunakan oleh Moody (tabel 7.1) tak dapat dibandingkan
dengan garis tengah butiran pasir yang digunakan oleh Nikuradse.
Tabel 7-1 Kekasaran mutlak pipa.
No Bahan Kekasaran mutlak ε (m)
1 Kaca, Permukaan pipa komersial baru 1,57 x 10-6
2 Baja komersial atau besi tempa 4,57 x 10-5
3 Besi tuang aspal 1,22 x 10-4
4 Besi yang digalvanis 1,52 x 10-4
5 Besi tuang 2,59 x 10-4
6 Papan kayu 1,83 x 10-4 -:- 9,14 x 10-5
7 Beton 3,05 x 10-4 -:- 3,05 x 10-3
8 Baja keling 9,14 x 10-4 -:- 9,14 x 10-3
178
Gambar 7-6 Uji pipa Nikuradse yang dikasarkan oleh pasir.
179
Gambar 7-7 Faktor gesekan untuk berbagai bentuk dan ukuran pipa.
180
Gambar 7-8 Faktor kekasaran relatif untuk pipa-pipa bersih yang baru.
181
Persamaan (7.12) digunakan untuk soal-soal gesekan pipa yang diprogramkan pada
komputer digital, karena akan diperoleh hasil yang eksplisit / jelas. Kadang-kadang
rumus itu lebih mudah dituliskan dalam bentuk :
13)
SESI / PERKULIAHAN KE : 14
182
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menghitun rugi energi akibat gesekan dalam sambungan pipa
2. Menjelaskan dan menghitun penerapan rugi energi
I. Bahan Bacaan
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L.Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
183
Selain rugi tekanan karena gesekan sepanjang pipa, terdapat pula rugi-rugi tekanan
yang lain jika fluida mengalir dalam pipa. Rugi-rugi tersebut terjadi pada bagian
masukan pipa, pada perubahan penampang pipa yang mendadak, pada katup-katup,
pada sambungan (fitting), pada lengkungan dan pada bagian keluar pipa, yang
semuanya sering disebut rugi minor. Rugi minor pada katup dan sambungan (fitting)
dinyatakan dalam dua bentuk. Bentuk pertama menyatakan rugi ini dalam tinggi energi
kecepatan, yakni :
h = K …………………………………… 7-14
Nilai K bertambah jika kekasaran bertambah, dan akan berkurang jika bilangan
Reynold bertambah, tetapi yang paling utama tergantung pada bentuk geometri katup
atau sambungan.
184
kecil dari 15 kaki/detik. Katup cek dan katup kaki hanya terbuka
sebagian, hingga nilai k akan lebih besar dari yang tertera pada gambar.
Gambar 7-9 menunjukkan koefisien hambatan untuk sambungan pipa dan gambar 7-10
menunjukkan koefisien-koefisien hambatan untuk katup, kopling dan sambungan.
Untuk memahami variasi yang dijumpai pada sambungan-sambungan khusus,
185
disertakan pula data pada lampiran. Dari tabel ini nampak jelas bahwa perhitungan rugi
semacam ini serta nilai-nilai koefisien hambatan pada gambar 7-9 dan 7-10 hanya
merupakan pendekatan.
Metode kedua adalah dengan menyatakan rugi ini sebagai panjang ekivalen pipa
Leq yang mempunyai rugi tinggi energi sama jika debitnya sama.
Jadi f = K ………………………….
7-15
h = ……………………………… 7-17
Dengan v1 adalah kecepatan dihulu dan v 2 kecepatan dihilir. Keadaan semacam ini
terjadi jika aliran dari suatu pipa memasuki tangki atau tanda yang besar. Untuk kasus
ini, persamaan (7.17) akan menghasilkan suatu rugi sama dengan tinggi energi
kecepatan dalam pipa. Sebaliknya, kita dapat membuktikan bahwa energi kinetik dalam
pipa diubah menjadi energi dalam dan tidak muncul sebagai tinggi energi tekanan.
Dalam hal ini tinggi energi kecepatan rugi-rugi pada bagian keluaran pipa. Untuk
penyempitan (kontraksi) mendadak, gambar 7-2 memberikan koefisien ruginya dalam
kurva diterapkan pada bagian masukan pipa sempit dari suatu tangki besar, koefisien
rugi besarnya setengah dari tinggi energi kecepatan. Seperti terlihat dari gambar 7-10,
rugi ini dapat dikurangi cukup banyak dengan membulatkan masukan pada pipa.
186
Tabel 6-3 Panjang ekivalen Pipa Lurus Baru bagi katup dan Fitting, hanya untuk
aliran turbulen
187
Gambar. 7.11 Koefisien hambatan/tahanan untuk penyempit (reducer).
188
(a) Koefisien hambatan /tahanan lengkungan 90o dengan garis tengah seragam
Sebagian tambahan, gambar 7-13 dan 7-14 dapat digunakan untuk memperoleh
koefisien hambatan K, bagi pelebaran, penyebaran dan pelengkungan. Banyak rugi-rugi
189
semacam itu yang dapat diperkecil dengan teknik perancangan yang baik. Dalam
sistem penanganan udara yang besar, sering digunakan baling-baling untuk mengurangi
turbulensi yang terjadi pada siku dan lengkungan. Gambar 7-15 meperlihatkan pengaruh
penggunaan baling-baling dalam sistem tersebut. Baling-baling ini mengurangi
turbulensi dan sekaligus juga mengurangi kebisingan yang disebabakan oleh aliran
udara dalam saluran. Prinsip perancangan yang sama juga digunakan pada sistem fluida.
Sebelum dilanjutkan, ada dua hal yang harus diperhatikan. Tabel dan grafik
dalam baba ini yang digunakan untuk menghitung rugi-rugi gesekan dan minor
berdasarkan pada IPS (iror piper size- ukuram pipa besi) nominal. Dalam setiap contoh
soal, selalu digunakan garis tengah dalam yang sesungguhnya. Biasanya kesalahan
dapat diabaikan untuk batas ketelitian data tertentu. Namun untuk kasus-kasus tertentu
khususnya ukuran pipa yang kecil hal dapat dianalisis dengan data pada lampiran B
sesuai ukuran-ukuran pipa.
Hal kedua mengenai pemakaian persamaan Bernoulli. Karena distribusi kecepatan
melintang pada pipa tidak seragam, maka suku tinggi energi kecepatan harus dikoreksi.
Pada umumnya, Koreksi ini dapat diabaikan. Namun, dalam aliran laminar faktor
koreksi ini berharga 2. Untuk aliran turbulen harganya berfariasi antara 1,02 sampai
1,10 dan biasanya diabaikan, kecuali untuk pengerjaan yang sangat teliti.
190
7.8. Bagian Pipa Dengan Penampang Bukaan Lingkaran
Pada mulanya, masalah penentuan penurunan tekanan pada pipa berpenampang
bukan lingkaran nampak cukup sulit. Namun, jika tegangan geser pada dinding pipa
tersebut disamakan dengan tegangan geser pada dinding pipa berpenampang lingkaran
yang ekivalen, maka akan diperoleh garis tengah “ekivalen“ pipa dengan penampang
bukan lingkaran. Garis tengah ekivalen tersebut diberikan oleh persamaan ( 7.18 )
Deq = ………………………………
7-18
dengan A adalah luas penampang aliran dan p adalah keliling basah yang bersentuhan
dengan fluyida. Perhitungan penurunana tekanan pada pipa berpenampang bukan
lingkaran mencakup perhitungan garis tengah ekivalen dan dengan hasil itu akan
diperoleh faktor gesekan. Menggunakan persamaan ( 7.18 ) untuk bentuk-bentuk yang
jauh berbeda dengan lingkaran juga memberikan hasil yang lebih baik diterapkan pada
keadaan aliran turbulen:
1. Bujur sangkar : A = L2 P = 4L
Deq = = = L …………………….. 7-
19
Garis tengah ekivale suatu bujur sangkar sama dengan panjag sisinya
Deq = = 4 = . ……… 7-
20
3. Persegi panjang : A = P = + + L + L = 3L
191
SESI / PERKULIAHAN KE : 15
I. Bahan Bacaan
1. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga
2. Robert L.Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
192
7.9. Pipa-pipa Seri
Bila dua pipa yang ukuran atau kekasarannyaberlainan yang dihubungkan
sedemikian rupa sehingga fluida mengalir melalui sebuah pipa dan kemudian melalui
pipa yang lain dapat dikatakan bahwa pipa itu dihubungkan secara seri. Dalam hal ini
akan dicari tinggi tekanan (H) untuk debit yang diketahui atau dianalisis debit untuk (H)
yang diiketahui seperti pada gambar 7.16. Penerapan persamaan Energi dar A sampai B
termasuk segenap rugi-rugi dapat defenisikan dengan persamaan sebagai berikut;
H + 0 + 0 = 0 + 0 + 0 + Kc …. 7-22
H= ………………. 7-23
Untuk panjang serta ukuran pipa-pipa yang diketahui, maka persamaan 7-23 menjadi;
H= ……………………………………………... 7-24
193
Kombinasi dua atau lebih pipa yang dihubungkan seperti pada gambar 7.17,
sedemikian rupa sehingga alirannya terbagi antara pipa-pipa itu dan kemudian
berkumpul lagi adalah sistim pipa parallel. Dalam hal ini pipa-pipa seri fluida yang
sama mengalir semua pipa dan kerugian tinggi tekanan adalah komulatif, tetapi dalam
hal pipa-pipa paralel kerugian tinggi tekan dalam setiap jalur adalah sama dan debit
adalah komulatif.
Dalam analisis sistim pipa parallel, diasumsikan bahwa kerugian-kerugian kecil
ditambahkan pada panjang masing-masing pipa sebagai panjang equifalen. Dari gambar
7.17 kondisi-kondisi yang harus dipenuhi adalah :
Q = QA + QB + QC …………………………………………………. 7-25
Disini Z1, Z2 adalah ketinggian titik (1) dan (2), serta Q ialah debit melalui pipa masuk
atau pipa keluar. Terjadi dua tipe solusi :
1. Dengan ketinggian garis gradient hidrolik di A dan B diketahui, harus dicari debit Q;
2. Dengan Q yang diketahui, harus dicari distribusi aliran dan kerugian tinggi tekan.
Ukuran pipa, sifat fluida, dan kekerasan diasumsikan diketahui seperti pada
gambar 7.17
194
Tipe kedua lebih rumit, karena baik rugi tinggi tekan maupun debit untuk pipa
yang manapun tidak diketahui, sebaiknya dipergunakan prosedur sebagai berikut:
1. Asumsikan debit QA melalui pipa A
2. Selesaikan untu memperoleh hfA, dengan menggunakan debit yang diasumsikan
tersebut.
3. Dengan menggunkan hfA, carilah QB, QC.
4. Dengan ketiga debit untuk rugi tinggi tekan pertemuan, diasumsi bahwa Q yang
diketahui tersebut terbagi diantara pipa-pipa dalam perbandingan yang sama
seperti QA, QB, QC; jadi
QA = , QB = , QC = ………..7-26.
195
penurunan tekanan dalam pipa. Analog dengan listrik semacam ini akan menjadi dasar
pemecahan bagi banyak pemecahan masalah aliran fluida atau komputer-komputer
analog. Jika diperhatikan setiap cabang,misalnya cabang A antara titik 1 dan 2 dalam
gambar 7.16, maka kita dapat tuliskan sebagai berikut :
Q = AA VA ………………………. 7-22
Dan V = KA ……………………… 7-23
Dengan h adalah rugi tinggi energi antara titik 1dan 2, K sama dengan dan Keq
7.12. Penutup
Dalam bab ini, diteekankan pada aspek-aspek praktis dari perhitungan
penurunan tekanan dalam pipa-pipa dan salura-saluran untuk aliran fluida tak ter
mampatkan dan pendekatan terhadap masalah ini dilakukan secara rasional, namun
diperlukan korelasi empirik bagi para insinyur untuk melakukan perhitungan dalam
sistim-sistim pipa komersial. Bahkan dengan data terbaikpun, masih mungkin terjadi
penyimpangan yang lebih besar dari 30% antara hasil perhitungan dengan hasi
pengukuran untuk pipa-pipa komersial yang baru atau bersih. Untuk pipa-pipa yang
lama atau berkarat, hampir tidak mungkin meperoleh korelasi rekayasa untuk penurunan
tekanan. Perubahan tekanan terjadi pada perubahan penampang, katup, lengkungan,
cabang, sambungan, masukkan serta keluaran dan harus diperhitungkan penurunanan
tekanan akibat gesekan. Untuk menentukan tinggi energi yang dibutuhkan maka harus
dipertimbangkan analisa rugi-rugi minor dan rugi-rugi mayor. Jelas bahawa para
196
perancang sistim pipa harus sering mencoba menghitung penurunan tekanan dan harus
mencari data yang kurang dalam menetukan ukuran tinggi energi suatu sistim tertentu.
7.13. Latihan-latihan.
7-1 Air mengalir dalam suatu pipa yang garis tengah dalamnya 50 mm, dengan
kecepatan 3 m/s. Jika suhu air 400C, berapakah bilangan Reynold dan bagaimana
karakter air tersebut ?. Gunakan data tabel air.
Jawab :
Dari tabel air pada suhu 400C, ρ = 992,2 kg/m3 dan μ = 0,56 x 10-3 NS/m2.
Menggunakan persamaan (7.1),
Re = = = 226900
Dan karakter air : Re = 226.900. Karena Re lebih besar dari 2000, maka aliran ini
bersifat turbulen.
7.2. Jika pipapada contoh soal 7-1 terbuat dari baja dan panjangnya 50 m, berapakah
penurunan tekanannya ?.
Jawab :
Dalam contoh soal 7-1, diperoleh Re = 226.900.
Untuk pipa baja komersial, ε = 4,57 x 10-5 m, sehingga,
= = 0,0009
Dari gambar 6-7, hubungan garis ε/D dengan bilangan Reynold diperoleh f =
N.m/N.
197
atau hf = 9,17 m × 9810 = 90 kPa
7.14. Soal-Soal.
7.1. Air bersuhu 20oC mengalir dalam suatu pipa yang garis tengahnya 50 mm. Jika
kecepatannya 5 m/s, berapakah bilangan Reynoldnya ?
7.2. Berapkan nilai terkecil faktor gesekan yang anda harapkan pada aliran laminar ?
7.3. Minyak mengalir dalam suatu pipa bujursangkar yang sisinya 100 mm, jika
bilangan Reynoldnya adalah 1000, dan kecepatan minyak 0,5 m/s tentukan
penurunan tekanan tiap meter pipa.
7.4. Air bersuhu 20oC mengalir dalam suatu pipa yang menyempit secara mendadak dari
garis tengah 100 mm menjadi 50 mm, jika kecepatan sebelum penyempitan adalah
3 m/s, berapakah rugi tekanan ?
7.5. Jika aliran pada soal 7.4 dibalik arahnya, berapakah penurunan tekannya. Ambil
kecepatannya tetap seperti soal 7.4.
7.6. Dalam gambar 7.17, L1 = 3000 ft, D1 = 1 ft, ε1 = 0,001 ft; L2 = 2000 ft, D2 = 8
inc, ε2 = 0,0001 ft; L3 = 4000 ft, D3 = 16 inc, ε3 = 0,0008 ft; ρ = 2,00 slug/ft3,
υ = 0,00003 ft2/s, PA = 80 Psia, ZA = 100 ft, ZB = 80 ft. Untuk aliran total sebesar 12
cfs. Tentukanlah debit melalui masing-masing pipa dan tekanan di titik 2.
198
SESI / PERKULIAHAN KE : 16
I. Bahan Bacaan
1. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
5. Robert L.Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
III. Pertanyaan Kunci / Tugas
Jelaskan proses pengukuran laju aliran pada saluran terbuka
199
IV. Tugas
1. Selesaikan soal nomor 9.35 sampai 9.37 pada buku bahan bacaan no. 1
2. Selesaikan soal nomor 9 sampai 15 pada buku bahan bacaan no.2
BAB. VIII
AIRAN DI DALAM SALURAN TERBUKA
Salah satu alat untuk mengukur aliran fluida adalah bendungan, yaitu suatu
rintangan didalam saluran yang menyebabkan fluida menggenang dibelakangnya serta
mengalir diatas atau melalui takikan. Dengan mengukur ketinggian permukaan fluida
dibagian hulu maka dapat ditentukan laju aliran. Bendungan yang terbuat dari logam
atau bahan lain sedemikian rupa sehingga luapan fluida meloncat bebas pada waktu
meninggalkan takikan pada bendungan yang bersekat tajam.
Bendungan segi empat (rectangular weir) berujung tajam seperti pada gambar 8-1
mempunyai puncak horizontal, luapan fluida berkosentrasi diatas ujung takikan yang
tajam. Persamaan untuk debit dapat diturunkan jika kosentrasi diabaikan dan luapan
fluida mempunyai garis aliran yang sejajar dengan tekanan atmosfir diseluruh aliran.
Tipe bendungan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk takikan : (1) Rechtangular,
(2) Triangular, (3) Trapezoidal dan (4) Stepped.
200
Gambar 8.1 Bendungan air
201
dQ = Cd . (L dh) .
sehingga total keluaran :
Q=
Q = Cd L
Q=
Q= …………………………………………… 8-1
Atau Q = K dimana K =
202
Lebar takikan pada kedalaman h = 2(H-h)tan
Kecepatan teoritis =
Debit yang melalui strip (dQ) = Cd x luas strip x kecepatan
dQ = Cd x 2(H-h) tan x dh x
Total debit :
Q =
Q = 2 Cd tan
Q = 2 Cd tan
Q = …………………………………….. 8-2
Q = …………………………………………….. 8-3
8.3. Latihan
8.1. Hitung laju aliran air yang melewati takikan persegi empat dengan lebar 2 m
dengan (H) = 30 Cm, asumsi Cd = 0,62.
Jawab.
Dik. L = 2 m, H = 0,3 m, Cd = 0,62
Sehingga : Q=
Q= . 0,62 . . 2 . (0,3)3/2
Q = 0,593 m3/det
Q = 593 lt/det.
203
8.2. Air melewati bendungan takikan segitiga dengan coeffisien of discharge 0,6 denga
head 40 Cm, tentukan laju aliran yang melewati bendungan tersebut.
Jawab :
Dik. Sudut θ = 90o, Cd = 0,6, H = 40 Cm sehingga;
Q =
Q=
Q = 0,131 m3/det.
Q = 131 lt/det
8.4. Soal-soal
8.1. Laju aliran 300 liter perdetik pada tinggi 20 Cm melewati bendungan dengan Cd =
0,6, hitunglah lebar bendungan.
8.2. Laju aliran air yang melewati bendungan segitiga 400 liter perdetik dengan Cd
bendungan 0,62, maka tentukanlah tinggi permukaan air tersebut.
204
DAFTAR PUSTAKA
205
SESI / PERKULIAHAN KE : 17
206
LAMPIRAN-LAMPIRAN
207
208
209
210