Anda di halaman 1dari 210

BUKU AJAR

MEKANIKA FLUIDA

LA ODE MUSA
MUSRADI MULYADI

TEKNIK KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2004
HALAMAN PENEGESAHAN

i
MEKANIKA FLUIDA
TE 210212 / 2

Penyusun

LA ODE MUSA
MUSRADI MULYADI

Makassar, Juni 2004

Mengtahui;
Pembantu Direktur I Ketua Jurusan Teknik Mesin

Ir. Zulmanwardi, MSi. Ir. Abdul Salam, MT.


NIP. 131 964 668. NIP. 131 964 659.

ii
PRAKATA

Pembuatan bahan ajar ini didorong oleh keinginan penulis untuk menyajikan materi mata
kuliah yang selama ini diajarkan dengan menggunakan buku teks dari berbagai literature dan
dengan metode cerama
Mata kuliah Mekanika Fluida merupakan Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan
(MKK) yang diajarkan selama 1 semester setelah mahasiswa mempelajari matakuliah Matematika
Terapan, Fisika Terapan dan sebagai dasar untuk mata kuliah; Mesin Fluida, Pembangkit Tenaga I,
Praktikum Pengukuran Fluida, Praktikum Mesin Konversi Energi dan Praktikum optimasi sistim
energi.
Pada mata kuliah ini menjelaskan tentang fluida diam dan fluida bergerak serta perhitungan
mengenai rugi tekanan.
Mata kuliah ini terdiri atas bagian-bagian:
1. Sistem satuan dan analisa dimensi
2. Sifat-sifat fluida
3. Alat ukur dan pengukuran tekanan
4. Statika fluida
5. Energetika aliran tunak (steady flow)
6. Penerapan Dinamika Fluida
7. Aliran tunak fluida tak termanpatkan dalm pipa.
8. Aliran pada saluran terbuka
Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini masih banyak kekurangan-kekurangannya olehnya
itu untuk kesempurnaan materi ini, kritik dan saran sangat diharapkan.
Penyusun,

La Ode Musa
Musradi Mulyadi

Staf Pengajar Program Studi Teknik


Konversi Energi.

iii
DAFTRA ISI

Halaman Pengesahan ………………………….……………………………… ii


Parakata ………………………………………….……………………………. iii
Daftar Isi ……………………………………………………………………… iv
Garis-garis Besar Program Perkuliahan …….………………………………… v
Kontrak Perkuliahan ………………………………………………………….. xi
Tijauan Mata Kuliah …………………………………………………………. xvi
Halaman Penyekat 1 …………………………………………………………... 1
Bab I Sistim Satuan dan Analisa Dimensi ….………………………... … 2
Bab II Sifat-sifat Fluida …………………..…...…….…………………… 17
Bab III Alat Ukur dan Pengukuran Tekanan …….…………………….….. 36
Bab IV Statika Fluida …………………………………………………..…. 76
Bab V Energetika Aliran Tunak ………………………………………..… 106
Bab VI Penerapan Dinamika Fluida ……………………………………..... 126
Bab VII Aliran Tunak Fluida Taktermampatkan Dalam Pipa …………..…. 155
Bab VIII Alran di Dalam Saluran Terbuka ……………………………..…... 186
Daftar Pustaka ………………………………………………………………… 191
Senarai ………………………………………………………………………… 192
Lampiran ……………………………………………………………………… 193

iv
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
Nama Mata Kuliah : Mekanika Fluida
Nomor Kode / Sks : TE210212 / 2
Deskripsi Singkat : Mekanika fluida merupakan mata kuliah yang sangat besar perananya dalam industri karena untuk
mengetahui jumlah aliran dan tekanan fluida untuk pemakaian air atau digunakan sebagai media
pendingin. Materi ini meliputi system satuan, dimensi, sifdat fluida sebagai akibat perubahan tekanan,
suhu serta penggunaan alat-alat ukur aliran, tekanan, gaya-gaya fluida diam dan yang bergerak serta
rugi-rugi energi yang terjadi. Untuk mengikuti mata kuliah ini harus tekah lulus mata kuliah fisika
terapan, matematika terapan dan sebagai syarat untuk mata kuliah mesin fluida, instrumentasi,
praktikum pengukuran, praktikum mesin konversi energi dan praktikum optimasi sistim energi
Tujuan Instruksional Umum : Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar mekanika fluida untuk analisis jaringan pemipaan dan
mesi-mesin fluida serta memiliki pengetahuan tentang alat-alat ukur laju aliran dan tekanan fluida.
Waktu Sumber
No Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
(menit) Kepustakaan
1 2 3 4 5 6
Setelah mengikuti materi perkuliahan ini mahasiswa akan mampu :
Minggu I 2 X 50
Penjelasan Umum Kontrak Perkuliahan
Secara Keseluruhan
Pengantar, Sistem 1. Sistem Satuan 1. Bab 1
1 1.1 Menyebut dan menjelaskan sisti satuan
satuan dan system 2. Sistem Dimensi 2. Bab 1
1.2 Menyebut dan menjelaskan dimensi
dimensi 3. Latihan 4. Bab 1
Minggu II 2 x 50
2 2.1 Menyebut dan menjelaskan sifat-sifat Sifat-sifat fluida, 1. Tekanan, massa jenis 1. Bab 2
fluida tentang tekanan, massa jenis. fiskositas, suhu dan 2. Suhu dan Suhu Mutlak 4. Bab 2
2.2 Menyebut dan menjelaskan sifat-sifat tekanan fluida, v 7. Bab 2 & 3
fluida tentang Suhu Mutlak 3. Kompresibilitas dan Viskositas
2.3 Menyebut dan menjelaskan sifat- sifat 4. Latihan
fluida tentang kompresibilitas dan
viskositas
Minggu III 2 x 50
3.1 Menjelaskan cara kerja dan mem- 1. Barometer 2. Bab 2
baca Pengukuran torak bobot mati 2. Pengukuran torak bobot mati 3. Bab 2
Alat ukur dan
3 3.2 Memasang, menggunaan dan 3. . Pengukuran tekanan manometrik 4. 7. Bab 3
pengukuran tekanan
membaca alat-alat ukur Barometer Latihan
dengan baik
Minggu IV 2 x 50
3.3 Memasang, menggunaan dan membaca 1. Manometer U sederhana 1. Bab 2
alat-alat ukur Manometer Alat ukur dan 2. Manometer differensial 6. bab 2
pengukuran tekanan
3. Latihan 7. Bab 3

Minggu V 2 x 50
1. Manometer peka 1. Bab 3
3.4 Memasang, menggunaan dan mem- Alat ukur dan
2. Tranduser tekanan 2. Bab 2
baca alat-alat ukur Tranduser tekanan pengukuran tekanan
3. Latihan 7. Bab 3
Minggu VI 2 x 50
4 4.3 Menghitung dan menjelaskan gaya Statika fluida 1. Tekanan statik fluida 1. Bab 3
fluida pada bidang di bawah permukaan 2. Gaya pada bidang di bawah 2. Bab 2

vi 7. Bab 4
permukaan
3. Latihan
Minggu VII 2 x 50
1. Letak titik tangkap tekanan 1. Bab 3
4.4 Menghitung dan menjelaskan gaya pada
2. Gaya pada permukaan lengkun 2. Bab 2
permukaan lengkung dan gaya angkat Statika fluida
3. Gaya apung pada benda 7. Bab 4
pada benda dibawah permukaan
4. Latihan
Minggu VIII 2 x 50
5.1 Menyebut dan menjelaskan kekekalan 1. Kekekalan massa dan kontinuitas 3. Bab IV
massa dan kontinuitas Energetika aliran tunak 2. Energi, Usaha dan panas 6. Bab IV
5.
5.2 Menyebut, menghitung Energi, Usaha (steady flow) 3. Persamaan energi aliran.
dan panas dan enrgi aliran 4. Latihan
Minggu IX 2 x 50
Ujian Tengah Semester (U.T.S)
Minggu X 2 x 50
1. Penerapan persamaan energi 1. Bab V
6.1 Menjelaskan dan menganalisa
2. Teorema toriceli 6. Bab V
prinsip kerja alat pengukura tekanan dan Penerapan prinsip
6. 3. Pipa pindah (sfon)
aliran dengan dengan meng gunakan dinamika fluida
4. Pengukuran tekanan dan kecepatan
tabung pitot dan teorema toriceli
5. Latihan
Minggu XI 2 x 50
6.2 Menjelaskan dan menganalisa Penerapan prinsip 1. Venturi meter 5. Bab V
prinsip-prinsip kerja alat pengukura dinamika fluida vii 7. Bab VI
tekanan dan aliran dengan mengguna- 2. Orifis meter
kan orifice dan venturi meter 3. Latihan
Minggu XII 2 x 50
1. Karakteristik aliran dalam pipa 1. Bab VI
7.1 Menjelaskan dan menghitung
Aliran tunak fluida 2. Bilangan Reynold 2. Bab V
Bilangan Reynold
7. incompressible dalam 3. Aliran laminar dalam pipa 7. Bab VIII
7.2 Menjelaskan dan menghitung aliran
pipa 3. Lapisan batas
laminar dalam pipa

Minggu XIII 2 x 50
7.3 Menjelaskan dan menghitun Lapisan 1. Rugi tekanan akibat gesekan dalam 1. Bab VI
batas Rugi-rugi major energi panjang pipa 6. Bab VI
7.4 Menghitun rugi energi akibat gesekan dalam pipa aliran 2. Penggunaan diagram moody 7. Bab IX
panjang 3. Latihan
Minggu XIV 2 x 50
7.5 Menjelaskan dan menghitun rugi 1. Rugi-rugi minor 1. Bab VI
energi akibat gesekan dalam 2. Bagian pipa dengan penampang 6. Bab VI
Rugi-rugi minor energi
sambungan pipa bukan lingkaran 7. Bab X
aliran
7.5 Menjelaskan dan menghitun 3. Latihan
penerapan rugi energi
Minggu XV 2 x 50
8.1 Menghitung distribusi aliran 1. Aliran pada pipa seri dan sejajar 1. Bab VI
8. Jaringan perpipaan
pada jaringan pipa 2. Latihan 7. Bab XI

viii 2 x 50
Minggu XVI
9.1 Menghitung dan menyebutkan klasi- 1. Klasifikasi dan pengukuran aliran 2. Bab XII
Aliran pada saluran
fikasi dan pengukuran aliran pada pada saluran terbuka. 6. Bab VII
9 terbuka
saluran terbuka 2. Kisi-kisi secara keseluruhan
9.2 Kisi-kisi secara keseluruhan

1. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.


2. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
4. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
5. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT. Gramedia pustaka Utama.
6. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna Publisher.
7. Robert L. Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.

ix
KONTRAK PERKULIAHAN
Nama mata Kuliah : Mekanika Fluida
Kode Mata Kuliah : TE210212 / 2
Pengajar : E-LM, E-MM, E-ES
Semester : II
Hari Pertemuan / Jam : 16 / 32
Tempat Pertemuan : GS. 202

1. Manfaat Mata Kuliah


Memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar mekanika fluida untuk menganalisis rugi-rugi energi yang
terjadi pada aliaran sepanjang jaringan perpipaan, mesin-mesin fluida serta pengetahuan tentang
penggunaan alat ukur aliran; tekanan lazim digunakan di Industri.

2. Deskripsi Perkuliahan
Fenomena yang bibahas dalam mata kuliah mekanika fluida banyak dijumpai industri karena banyak
membahas laju aliran fluida dan tekanan fluida yang sering digunakan sebagai pendingin. Mata kuliah ini
membahas sistem satuan, dimensi, sifat fluida sebagai akibat perubahan tekanan, suhu serta penggunaan
alat ukur aliran, alat ukur tekanan, gaya-gaya fluida diam dan yang fluida bergerak serta rugi-rugi energi
yang terjadi. Untuk mengikuti mata kuliah ini mahasiswa harus telah lulus mata kuliah Fisika Terapan
dan Matematika Terapan dan sebagai prasyarat untuk mengikuti mata kuliah: mesin fluida,
instrumentasi, praktikum pengukuran, praktikum mesin konversi energi dan praktikum optimasi sistim
energi.

3. Tujuan Instruksional
Pada akhir perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan sistem satuan, dimensi, sifat-sifat fluida, tekanan, suhu mutlak, kompresibilitas, dan
incompresibilitas serta viskositas dengan benar.
2. Menjelaskan cara kerja Pengukuran torak bobot mati dengan tepat.
3. Membaca alat-alat ukur Barometer, Manometer dan mikromanometer, duser tekanan dengan benar.
4. Menganalisis dan menjelaskan distribusi gaya-gaya pada bidang rata, pada bidang lengkung, dan gaya
angkat pada benda dibawah permukaan
5. Menjelaskan dan menghitung Energi, Usaha dan panas, persamaan energi aliran, Persamaan Bernoulli
serta beberapa penerapan persamaan energi
6. Menjelaskan dan menganalisa prinsip-prinsip kerja alat pengukur tekanan dan aliran fluida

10
dengan menggunakan : orifice meter, venturi meter, dan tabung pitot.
7. Menghitung Bilangan Reynold, lapisan batas, aliran laminar didalam pipa dan menganalisis rugi
energi akibat gesekan pada panjang pipa dan pada sambungan pipa, serta penerapan rugi-rugi energi.
8. Menghitung distribusi aliran pada jaringan pipa
9. Menyebutkan klasifikasi dan pengukuran aliran pada saluran terbuka dan kisisi.

4. Organisasi Mata Kuliah


Urutan materi perkuliahan meliputi :
1. Sistem satuan dan analisa dimensi
2. Sifat-sifat fluida
3. Alat ukur dan pengukuran
4. Statika fluida
5. Energetika aliran tunak (steady flow)
6. Pemakaian dinamika fluida
7. Aliran tunak fluida tak termampatkan dalam pipa
8. Saluran terbuka ( Bendungan )

5. Strategi Perkuliahan

Metode perkuliahan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan instruksional dan hasil yang maksimal
adalah sistim cerama yang diselingi dengan tanya jawab, latihan penyelesaian soal, pengenalan alat dan
demonstrasi penggunaan, alat serta pembacaan alat ukur di laboratorium.

6. Materi / Bacaan Perkuliahan


Referensi :
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
4. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
5. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
6. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines,
Khanna Publisher.
7. Robert L. Mott,1994,Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer Technology.

11
7. Tugas

1. Setiap akhir perkuliahan mahasiswa menyelesaikan soal-soal latihan. Soal pada buku referensi
dijadikan sebagai tugas dan hasil penyelesaian soal yang dikumpul pada setiap dua kali
pertemuan. Pada setiap tiga kali pertemuan diadakan kuis.
2. Evaluasi tengah semester (UTS) akan diadakan pada minggu IX dan evaluasi akhir semester
(UAS) akan diladakan pada minggu XVII (Sesui jadwal Ujian semester).

8. Kriteria Penilaian

Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria berdasarkan Peraturan Akademik
Polteknik Negeri Ujung Pandang sebagai berikut:

Nilai Point Range


A 4 ≥ 80
B 3 71 – 80
C 2 61 – 70
D 1 51 – 60
E 0 ≤ 50

Dalam menentukan nilai akhir mahasiswa akan digunakan pembobotan sebagai berikut :

Tugas-tugas dan quis : 20 %


Ujian Tengah Semester ( UTS ) : 30 %
Ujian Akhir Semester ( UAS) : 50 %

12
9. Jadwal Perkuliahan

Jadwal perkuliahn akan akan diberikan lebih lanjut sebagai berikut :


Minggu Topik Bahasan Bacaan / Bab
Ke -
1. Bab 1
1 Penjelasan Umum Kontrak Perkuliahan Secara
2. Bab 1
Keseluruhan.Pengantar, Sistem satuan dan system dimensi
4. Bab 1
2 Sifat-sifat, fiskositas, suhu dan tekanan fluida 1. Bab 2 ,4.Bab 2
7. Bab 2 & 3
3, 4 & 5 Alat ukur dan pengukuran tekanan 2. Bab 2,3. Bab 2
7. Bab 3
6 Statika fuida 1. Bab 3, 2. Bab 2
7. Bab 3
7 Letak titik tangkap tekanan (pusat 1. Bab 3, 2. Bab 2
7. Bab 4
8 Energetika aliran tunak (Steady flow) 3. Bab IV,6. Bab IV
9 Ujian Tengah Semester ( UTS )

10 & 11 Penerapan prinsip dinamika fluida 1. Bab V, 6. Bab V


7. Bab VI
12 Aliran tunak fluida incompressible dalam pipa 1. Bab VI,2. Bab V
7. Bab VIII
Rugi-rugi major energi aliran & Rugi-rugi minor energi 1. Bab VI,6. Bab VI
13 & 14 7. Bab IX
aliran
15 Jaringan perpipaan 1. Bab VI, 6. Bab XI
16 Aliran pada saluran terbuka dan kisi-kisi 2. Bab XII,6. Bab VII
17 Ujian Akhir Semester ( UAS )

13
TINJAUAN MATA KILIAH

Mata kuliah Mekanika Fluida merupakan mata kuliah Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan
(MKK) yang diajarkan selama 1 semester setelah mahasiswa menempuh matakuliah Matematika
Terapan, Fisika Terapan dan sebagai prasarat untuk mata kuliah Mesin Fluida, Pembangkit Tenaga I,
Praktikum Pengukuran Fluida, Praktikum Mesin Konversi Energi, Praktikum optimasi sistim energi.
Pada mata kuliah ini menjelaskan tentang sistim satuan, Sifat-sifat fluida, fiskositas, suhu dan tekanan
fluida, Alat ukur dan pengukuran tekanan, Gaya-gaya hidrostatik pada bidang di bawah permukaan,
Hidrodinamika dan Energi aliran, Penerapan persamaan energi, Penerapan prinsip dinamika fluida,
Aliran tunak fluida incompressible dalam pipa, Rugi-rugi major & minor energi aliran, Jaringan
perpipaan, Aliran pada saluran terbuka.
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa dapat menilai perfomansi energi aliran serta
penerapannya dan melakukan analisa permasalahan dalam mekanika fluida.
Mata kuliah ini terdiri atas bagian-bagian:
1. Sistem satuan dan analisa dimensi
2. Sifat-sifat fluida
3. Alat ukur dan pengukuran tekanan
4. Statika fluida
5. Energetika aliran tunak (steady flow)
6. Penerapan Dinamika Fluida
7. Aliran tunak fluida tak termanpatkan dalm pipa.
8. Aliran pada saluran terbuka

Petunjuk bagi mahasiswa


Diharapkan mahasiswa sebelum mengikuti tatap muka di kelas maka materi ini harus dibaca
terlebih dahulu dan menyelesaikan soal-soal diakhir materi (sebagai tugas) dan dikumpul pada sebelum
pertemuan berikutnya dimulai.

SESI / PERKULIAHAN KE : 1
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menyebut dan menjelaskan sistim satuan Metrik dan sistim satuan Ingris
2. Menyebut dan menjelaskan analisis dimensional

14
Pokok Bahasan : Sistim satuan metric dan sistim satuan Ingris
Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari sistim satuan metrik
(SI) dan satuan ingris yang terdiri dari satuan-satuan dasar, satuan tambahan, dan
satuan-satuan turunan serta hubungan antara satuan metrik dan stuan ingris. Dalam
analisis dimensional akan mempelajari persamaan-persamaan dimensi, satuan-satuan
yang dipilih untuk pengukuran dan persamaan-persamaan dimensional.

I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982, Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3.. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama ,
2. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology,
3. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


1. Sebutkan satuan-satuan dasar, tiga satuan tambahan dan tiga macam satuan turunan
IV. Tugas
1. Tulis tiga belas macam satuan-satuan besaran fisik
2. Tuliskan dalam satuan Ingris ketiga belas satuan besar fisi.
3. Tuliskan dalam Dimensional ketiga belasa satuan besaran fisik.

15
BAB I
SISTEM SATUAN DAN ANALISA DIMENSI
1.1. Pendahuluan
Mekanika fluida merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat
fluida baik dalam keadaan diam maupun bergerak. Fluida diam dikenal denagan istilah
statika dan fluda yang bergerak dikenal dengan dinamika fluida. Istilah fluida
digunakan untuk gas dan cairan, untuk membedakan cairan dengan gas, dilakukan jika
fluida tersebut diisikan kedalam suatu bejana maka cairan akan menunjukkan sustu
permukaan bebas jika bejana tersebut tidak terisi penuh, sedangkan gas akan mengisi
seluruh tempat dalam bejana tersebut. Perlu diperhatikana bahwa jika tekanan atau
suhu berubah, maka gas akan berubah volumenya, sedangkan perubahan volume
caiaran yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan dapat diabaikan.
Jelaslah bahwa hampir seluruh bagian kehidupana kita serta teknologi moderen
melibatkan pengetahuan serta ketergantungan pada Mekanika Fluida. Misalnya jika
kita memperhatikan aliran darah dalam pembuluh darah halus manusia maupun gerak
pesawat terbang atau laju peluruh yang lebih besar dari kecepatan suara, kita harus
menggunakan bagian dari mekanika fluida untuk menjelaskan gerak-gerak tersebut.
Literatur mengenai masalah ini sangat banyak, sehingga penjelasan singkat tidak akan
mememadai. Masalah-masalah tersebut dapat dibahas dengan menggunakan
pendekatan matematis murni oleh sekelompok peneliti dan secara bersamaan dapat
pula dibahas mengunakan pendekatan eksperimental yang benar-benar empiris oleh
kelompok peneliti lainnya. Dalam buku ini akan digunakan teknik moderen yang
menggunakan kedua pendekatan terseut, yakni gabungan dari teori dan percobaan.
Karena semua pengukuran seperti halnya perkenmbangan teori secara eksplisit
harus menyatakan satuan yang digunakan, maka mata kuliah ini akan dimulai dengan
pembahasan sistim satuan.

16
1.2. Sistem Satuan
Pada saat terjadi revolusi prancis, sistim-sistim pengukuran dan penimbangan di
dunia ini sangat bercampur baur dan membingungkan. Perdagangan Internasional serta
pertukaran ilmiah sangat merasakan akibat dari keadaan tersebut. Pada masa itu para
ilmuwan dan sarjana Prancis mengembangkan suatu sistim penimbangan dan
pengukuran rasional yang disebut sistem metrik, yang kemudian dipergunakan pada
hampir seluruh negara di dunia. Pada tahun 1960, Konfrensi Umum tentang Bobot dan
Ukuran (Genera Converence on Wights and Measures), memperbaiki dan
menyederhanakan sistim metrik, lalu menamakannya dengan nama Perancis, System
International d’Unites (Sistem Satuan Internasional), yang sering disingkat dengan SI.
Perbaikan serta penyempurnaan yang terakhir kalinya dilakukan dalam komperensi
Internasional pada tahun 1971, dan masih menggunakan acuan-acuan (satandard) yang
lama. Bagi para insinyur, kerancuan tersebut adalah mengenai satuan-satuan massa dan
berat. Literatur-literatur pada umumnya menggunakan satua-satuan seperti slug, pound
massa, pound gaya, poundal, kilogram gaya, kilogram massa, dyne dan sebagainya.
Dalam S I, satuan dasar untuk massa (bukan berat atau gaya) adalah kilogram, yang
mengacu atau sama dengan massa kilogram satandar Internasional yang disimpan di
Biro Internasional untuk Bobot dan Ukuran (Iternational Bureau of Weights and
Measures). Massa digunakan untuk mencantumkan jumlah zat dalam satuan benda.
Massa suatu benda tidak berubah dan tidak tergantung pada grafitasi.
1.3. Satuan-satuan metrik.
Dalam susunan satuan metrik (SI) dikenal dengan susunan teknis (statis) yang
terdiri dari statis besar yaitu Meter Kilogram Sekon (MKS) dan statis kecil yaitu
Centimeter, Gram, Second (CGS). Susunan dinamis (absolute) meliputi dinamis besar
contoh Newton dan dinamis kecil contoh dyne.
Satuan turunan SI untuk gaya adalah Newton (N) dan satuan gaya ini
didefenisikan dari hukum kedua Newton tentang gerak yaitu gaya sama dengan massa
kali percepatan ( F = m . a). Menurut defenisi tersebut, jika gaya 1 newto dilakukan
terhadap benda bermassa 1 kilogram akan menimbulkan percepatan 1 meter perdetik

17
kuadrat (N = kg. m/det2). Satuan newton digunakan dalam semua kombinasi satuan
yang melibatkan gaya, seperti tekanan atau tegangan (N/m 2), Energi (N.m), daya
(N.m/s = Watt) dan sebagainya. Dengan ncara ini, satuan gaya tidak berhubungan
dengan gaya berat seperti yang terjadi pada kilogram gaya.
Berat didefenisikan sebagai ukuran gaya graviasi yang bekerja terhadap sebuah
benda di suatu tempat tertentu. Jadi massa yang konstan akan mempunyai berat yang
hampir konstan di permukaan bumi. Nilai acuan yang telah disetujui untuk percepatan
gravitasi adalah 9,806 150 m/s2. Gambar 1-1 menunjukkan perbedaan antara massa
(kilogram) dan gaya (newton).

Gambar. 1-1 Massa dan gaya

Istilah “massa” atau “massa satuan” digunakan hanya untuk menyatakan jumlah zat
dalam suatu benda. Penggunaan istilah berat dalam satuan kg untuk menyatakan jumlah
zat harus dihindarkan dalam praktek ilmiah dan kerekayasaan. Hubungan umum antara
massa (m) dengan berat (W) adalah :
W=m.g …………………………. 1-1
Dimana : g merupakan percepatan gravitasi setempat. Dalam satuan SI, g = 9,806 m/s2.
Sistem satuan SI terdiri dari tiga kelompok satuan ;

18
1. Satuan-satuan Dasar.
2. Satuan-satuan Tambahan
3. Satuan-satuan Turunan : a. Dengan nama khusus
b. Tanpa nama khusus
Tabel 1-1 Memperlihatkan tujuh satuan dasar SI, beberapa hal khusus Yang
berkenaan dengan tabel tersebut harus diperhatikan. Misalnya Kilogram adalah satuan
massa, bukan satuan berat. Lambang satuan tidak mempunyai bentuk jamak dan tidak
diakhiri dengan titik, penggunaan huruf besar dan kecil harus seperti yang tercantum
pada tabel tanpa kecuali.
Tabel 1.1 Satuan – satuan dasar SI
Besaran Nama satuan SI Lambang
panjang meter m
massa kilogram kg
waktu sekon (detik) s (dt)
kuat arus listrik Ampere A
suhu termodinamika Kelvin K
Jumlah kandungan zat mol mol
Intensitas cahaya Candela cd

Pada Tabel 1.2 di bawah ini memperlihatkan satuan-satuan tambahan pada SI.
Satuan-satuan ini dapat dianggap sebagai satuan dasar ataupun satuan turunan.
Tabel 1-2 Satuan-satuan Tambahan SI.
Besaran Satuan tambahan S I Lambang
Sudut datar Radian Rad
Sudut ruang Steradian sr

Tabel 1-3 Memperlihatkan beberapa satuan turunan yang sering digunakan


dalam Mekanika Fluida. Satuan-satuan turunan tersebut diturunkan melelui kombinasi
satuan-satuan dasar dan tambahan. Perlu dicatat, apabila satuan tersebut diambil dari
nama orang, maka huruf pertama dari lambang satuan harus ditulis dengan huruf

19
kapital/besar (misalnya newton ditulis N). Sedang untuk satuan lainnya, dituliskan
dengan huruf kecil.
Tabel 1 – 3 Satuan-satuan Turunan SI
Dinyatakan
Besaran Nama Lambang Rumus dengan
satuan dasar
Kecepatan Kecepatan m/s m/s m.s
Percepatan Percepatan m/s2 m/s2 m.s-2
Luas Meter kuadrat m2 m2 m2
Kerapatan kilogram permeter kubik - kg/m3 kg.m-3
Energi atau usaha joule J N.m kg.m2.s-2
Gaya newton N kg.m/s2 kg.m.s-2
Momen (torsi) Newton - meter N.m N.m kg.m2.s-2
Momen inersia luas - m4 m4 m4
Daya watt W J/s kg.m2.s-3
Tekanan atau tegangan pascal; Pa N/m2 kg.m-1.s-2
Frekwensi putaran revolusi persecon rev.per.sec s-1 s-1
Suhu derajat celcius o
C o
C o
C
Kecepatan (laju) meter persecon m/s m/s m.s-1
Volume meter kubik - m3 m3

Agar sistem SI dimengerti secara umum, maka penggunaan lambang-lambang


satuan SI serta perjanjian yang berkaitan dengan hal tersebut harus benar-benar ditaati.
Harap diperhatikan pula penggunaan lambang, satuan serta kelipatannya yang tepat
(misalnya K untuk kelvin, k untuk kilo, m untuk milli dan M untuk mega). Seperti
telah disebutkan terdahulu, nama satuan tidak boleh ditulis dengan diawali huruf
kapital kecuali pada awal kalimat. Lambang-lambang satuan SI yang diambil dari nama
oraang, huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, sedang huruf lainnya ditulis dengan
huruf kecil. Misalnya : m(meter), s(sekon), K (kelvin), Wb (weber). Bentuk jamak dari
nama satuan ditulis sesuai dengan kebiasaan. Tetapi lambang satuan selalu ditulis
dalam bentuk tunggal misalnya (dalam bahasa Inggris) 350 megapascals atau 350
Mpa; 50 miligrams atau 50 mg. Karena lambang-lambang satuan merupakan bentuk
standar, maka penulisan lambang satuan lebih diutamakan dari pada nama satuan,
kecuali jika angka satuan dituliskan dalam bentuk kata di depan satuan, (misalnya
tujuh meter, bukan tujuh m). Lambang satuan tidak diikuti oleh titik kecuali jika

20
terdapat pada akhir kalimat, dan angka yang berhubungan dengan lambang tersebut
harus dipisahkan satu spasi dari lambang satuan (misalnya 1,81 mm bukan 1,81mm).
Tanda titik hanya digunakan sebagai tanda desimal, maka sitem SI tidak menggunakan
tanda koma (untuk menyatakan ribuan). Spasi digunakan untuk memisahkan angka
yang besar menurut kelompok tiga-tiga terhitung dari tanda desimal, baik kekiri
maupun kekanan. Misalnya 3 807 747,0 dan 0,030 704 254. Perhatikan bahwa untuk
nilai numerik yang lebih kecil dari 11, tanda desimal diawali dengan nol. Untuk
bilangan yang terdiri dari empat angka, spasi dapat dihilangkan.
Sebagai tambahan, beberapa aturan berikut ini harus juga diperhatikan :
Jika terdapat perkalian, gunakan spasi diantara nama satuan (misalnya newton meter)
Jika terdapat pembagian, gunakan kata “per” (misalnya meter per sekon).
Jika terdapat perkalian, gunakan kata “kuadrat”, “kubik” dan seterusnya (misalnya
meter kuadrat).Untuk menandai perkalian lambang satuan, gunakan tanda titik di
tengah (misalnya N.s, kg.m). Untuk menandai perkalian lambang satuan, gunakan
tanda garis miring ( / ) atau pangkat negatif (misalnya m/s atau m.s -1). Tanda garis
miring jangan digunakan secara berulang untuk pertanyaan yang sama, untuk
menghindari kebingungan gunakanlah tanda kurung. Jadi gunakan m/s2 atau m.s-2
tetapi bukan m/s/s. Salah satu ciri sistem metrik lama dan sistem SI sekarang yang
sangat bermanfaat adalah penggunaan kelipatan satuan dengan faktor 10. Tabel 1-4
memperlihatkan awalan-awalan yang jika dirangkaikan denga satuan SI akan
membentuk nama dan lambang bagi kelipatan satuan SI.
Tabel 1-4 Faktor 10 bagi Satuan SI
Prafix Symbol Angka Faktor
Tera T 1012 1.000.000.000.000
Giga G 109 1.000.000.000
Mega M 106 1.000.000
Kilo K 103 1.000
Hekto H 102 1.00
Deka Da 101 10

21
Deci D 10-1 0,1
Centi C 10-2 0,01
milli m 10-3 0,001
micro μ 10-6 0,000.001
nano n 10-9 0,000.000.001
pico p 10-12 0,000.000.000.001
lamto l 10-15 0,000.000.000.000.001
atto a 10-18 0,000.000.000.000.000.001

Beberpa aturan umum mengenai awalan-awalan tersebut adalah; Awalan merupakan


bagian dari nama atau lambang satuan, jadi tidak terpisah (contoh, kilometer,
milligram). Jangan menggunakan lebih dari satu awalan: Gunakan Gpa bukan kMPa.
Dalam perhitungan gunakan pangkat dari 10 sebagai pengganti awalan. Usahakan
untuk memilih awalan yang mempunyai nilai numerik antara 0,1 - ;- 1000. Aturan ini
dapat diabaikan jika dipandang lebih baik menggunkan kelipatan yang sama. Juga
dianjurkan untuk menggunaakan awalan yang menyatakan 10 pangkat kelipatan tiga
(misalnya 100 mg, bukan 10 cg). Untuk membentuk suatu yang baru, awalan yang
digunakan dengan satuan dapat diberi pangkat positif atau negatif. Jadi mm 3 sama
dengan (10-3 m)3 atau 10-9 m3. Jika mungkin, hindarkan penggunaan awalan pada
penyebut satuan turunan, kecuali penggunaan k bagi kg (kilogram)
Saat ini masih ada beberapa satuan di luar sistem SI yang dapat dipergunakan
bersama-sama dengan satuan SI dan kelipatannya. Hal ini diakui oleh Komite Bobot
dan Ukuran Internasional untuk tetap dipergunakan karena mengingat kepentingan
praktis., Satuan-satuan tersebut tercantum dalam Tabel berikut
Tabel 1-5 Satuan-satuan yang masih dipergunakan
Besaran Nama satuan Lambang satuan Defenisi
Waktu menit min 1 min = 60 s
jam h 1 h = 60 min = 3600 s
hari d 1 d = 24 h 86.400 s

22
Sudut datar derajat o
1 o = 1/180 rad
menit ‘
1’ = 1/60o = 2,908 x 10-4 rad
detik “
1” = (1/60)
= 4,88 x 10-6 rad
Volume liter l 1 l = 1 dm3 = 10-3 m3
Massa ton t 1 t = 1 Mg = 103 kg

1.4. Satuan-satuan Ingris


a. Satuan-satuan dasar :
Tabel 1-6 Satuan dasar dalam Ingris
Satuan Satuan teknis Satuan absolut
Gaya lb force poundal
Massa slug lb mass
Panjang foot ft
Waktu second second

b. Satuan-satuan turunan :
Tabel 1-7 Satuan turunan dalam Ingris
Satuan Satuan teknis Satuan absolut
Kecepatan ft/sec ft/sec
Percepatan ft/sec2 ft/sec2
Kerja lb force ft poudal ft
Tenaga lb force ft/sec poundal ft/sec

Untuk menyatakan satuan tersebut dalam 1 lb force dikerjakan pada benda


dengan massa 1 lb mass akan memberikan percepatan sebesar 32,2 ft/sec2 dan 1
poundal dikerjakan pada benda dengan massa 1 lb mass akan memberikan percepatan
sebesar 1 ft/sec2 atau dapat dinyatakan bahwa 1 lb force = 32,2 poundal dan 1 slug =
32,2 lb mass.

23
1.5. Hubungan satuan metrik dan Inggris
Telah menjadi suatu ketentuan yang berlaku umum bahwa apabila suatu bahasa
baru harus dipelajari, maka mahasiswa harus benar-benar ikut dan dibiasakan
“berpikir” dalam bahasa tersebut dengan cara menggunakan SI. Tabel 1-8
memperlihatkan beberapa faktor konversi satuan yang sering digunakan antara lain
satuan tradisional yang banyak dipakai.
Tabel 1-8 Faktor-faktor Konversi satuan

24
25
1.6. Analisa Dimensi
Ilmu fisika yang berkaitan dengan penemuan dan perumusan hubungan eksak
antara bermacam-macam besaran yang terlibat dalam berbagai situaasi. Analisa
didasarkan pada aksioma (kenyataan) adanya hubungan yang berlaku umum antara dua
besaran hanya jika kedua besaran tersebut mempunyai hakekat fisik yang ekivalen serta
diukur dengan satuan yang sama. Jadi suatu persamaan akan sahih (valid) jika
homogen secara dimensional (artinya dimensi ruas kanan dan kiri sama). Tetapi
kehomogenan dimensi tidak menjamin bahwa suatu persamaan pasti sahih, sedangkan
persamaan dengan dimensi ruas kiri dan kanan berbeda pasti tidak sahih. Banyak
persamaan empirik yang tak homogen yang hanya digunakan untuk memudahkan
pernyataan data-data eksperimen pada jangkauan variabel tertentu saja.
Prinsip Analisa Dimensi telah digunakan jika kita menggunakan satuan Fisika N dan
Slugs. Dalam setiap kasus lambang-lambang satuan dalam suatu persamaan dinyatakan
dalam massa (M), panjang (L) dan waktu (T). Misalnya:

Percepatan jadi dimensi menjad = LT-2 ……………….. 1-2

Dimensi-dimensi dari pengukuran yang biasa dipakai :


Tabel 1.9 Besaran dan dimensi
Besaran Nama Lambang Dimensi
Kecepatan Kecepatan m/s LT-1
Percepatan Percepatan m/s2 LT-2
Luas Meter kuadrat m2 L2
Kerapatan Kilogram permeter kubik - ML-3
Energi atau usaha joule J ML2T-2
Gaya newton N MLT-2
Momen (torsi) Newton - meter N.m ML2T-2
Momen inersia luas - m4 L4
Daya watt W ML2T-3
Tekanan atau tegangan pascal; Pa ML-1T-2
Frekwensi putaran revolusi persecon rev.per.sec T-1
Kecepatan (laju) meter persecon m/s LT-1
Volume meter kubik - L3

26
1.7. Latihan-latihan
1-2. Satu kilogram timbal dibawah ke bulan, yang mempunyai percepatan gravitasi
seperenem kali percepatan grafitasi bumi. Berapa massa dan berat timbal
tersebut? dan berapa berat suatu benda yang massanya 10 kg ?
Jawab.
Benada tersebut di bumi beratnya 9,81 N, massanya di bulan tetap 1 kg, karena
percepatan gravitasi bulan besarnya seperenam kali percepatan gravitasi bumi,
maka beratnya di bulan menjadi seperenam kali beratnya di bumi. Sehingga :
Berat (di bulan) = 1/6 x 9,81 = 1,635 N
Berat benda sama denga massa dikalikan dengan percepatan gravitasi, menjadi :
W=m.g
Dengan menggunakn satua SI ,
W = 10 kg x 9,81 m/s2
W = 98,1 kg.m/s2
Karena 1 N = 1 kg. m/s2
Maka W = 98,1 N
1–2 Berapa gayan yang diperlukan untuk mempercepat benda 15 kg dengan
percepatan 30 m/s2 ?
Jawab:
Dengan menggunakan hukum kedua Newton mengenai gerak :
F=m.a
Maka gaya ( F ) = 15 (kg) x 30 (m/s2) = 450 (kg.m/s2)
F = 450 N
1.8. Penutup
Meskipun mahasiswa telah mempelajari materi ini dengan baik, karena hal ini
harus benar-benar dipahami dan dikuasai sebelum pelajaran pokok dimulai. Yakinlah
semua satuan yang digunakan dan dipahami setiap suku serta arti fisisnya dalam suatu
persamaan. Penggunaan analisis dimensional merupakan kunci untuk mencapai hasil
yang memuaskan, tidak hanya dalam mekanika fluida, tetapi juga dalam semua cabang

27
teknologi. Jadikanlah kebiasaan memberikan satuan dan dimensi pada suatu persamaan
untuk mengyakinkan tercapainya hasil yang diinginkan. Soal-soal pada akhir bab akan
membantu untuk mengembangkan kebiasaan tersebut.

1.9. SOAL-SOAL
1-1 Benda bermassa 5 kg ditempatkan di sebuah planet yang mempunyai gaya
grafitasi 10 kali dari pada di bumi. Berapakah berat benda tadi di planet tersbut ?
1-2 Benda bermassa 10 kg beratnya 90 N. Maka percepatan gravitasi di tempat itu
adalah: (a) 1/9 m/s2, (b) 9,0 m/s2, (c) 90 m/s2, (d) 10 m/s2.
1-3 Berapa berat benda (dalam Newton) jika massanya 12 kg, dalam satuan SI dan
Ingris ?
1-4 Jika massa sebuah benda 200 kg, berapakah beratnya ? dalam satuan SI dan
Ingris.
1-5 Berapakah berat benda yang massanya 10 kg di sebuah tempat di bumi dengan
percepatan gravitasi 9,7 m/s2 ? dalam satuan SI dan Ingris.
1-6 Jika benda pada soal no.1-7 dibawah ke tempat lain dengan g = 10 m/s2,
berapakah massanya sekarang ?. dalam satuan SI dan Ingris.
1-7 Benda 100 kg digantung pada sebuah pegas di tempat dengan g = 9,806 m/s2, dan
ternyata pegas menyimpang sejauh 25 mm. Jika benda dengan massa yang sama
dibawah ke sebuah planet dengan g = 5,412 m/s2, berpa simpangan pegas
sekarang jika simpangan pegas berbanding lurus dengan gaya yang bekerja ?
1-8 Sebua neraca digunakan untuk menimbang sebuah sampel di bulan. Jika g di
bulan = 1/6 kali g di bumi, dan berat benda standar di bumi 100 N, berapa massa
benda tersebut ?
1-9 Gaya 10 N bekerja pada sebuah benda yang massanya 0,5 kg, berapakah
percepatannya ?
1-10 Seorang ahli kimia mengukur volume 200 cm3. Berapa meter kubikkah itu ?

28
SESI / PERKULIAHAN KE : 2

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :


1 Menyebut dan menjelaskan sifat-sifat fluida tentang tekanan, massa jenis.
2 Menyebut dan menjelaskan sifat-sifat fluida tentang Suhu Mutlak
3 Menyebut dan menjelaskan sifat- sifat fluida tentang kompresibilitas dan viskositas

Pokok Bahasan : Sifat-sifat fluida


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari, konsep tentang
sistem yang memiliki energi dan karakteristik luar yang selalu berubah-ubah meliputi
gaya-gaya persatuan luas yang bekerja pada dibag, perubahan suhu, penentuan masa
jenis, berat jenis, ketermampatan dan kekentalan fluida.

I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982, Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.

II. Bahan Bacaan Tambahan


1. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
3. Robert L. Mott,1994. Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
4. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.

29
III. Pertanyaan Kunci / Tugas
1. Jelaskan tekanan mutlak dan tekanan vakum
2. Jelaskan hubungan tekanan pengukuran dengan tekanan mutlak
3. Jelaskan hubungan suhu pengukuran dengan suhu mutlak.
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal akhir materi perkuliah ini

30
BAB II.
SIFAT-SIFAT FLUIDA
2.1. Pendahuluan
Pada bab I telah ditetapkan bahwa istilah “fluida (Zat cair)” akan digunakan
baik untuk cairan maupun gas, untuk membedakana cairan dengan gas, telah
dibicarakan pula bahwa meskipun keduanya akan mengisi bejana tempatnya berada,
namun jika tidak mengisi penuh maka cairan akan memperlihatkan sesuatu permukaan
bebas, perlu diperhatikan bahwa perubahan volume gas dapat diakibatkan baik oleh
perubahan tekanan maupun perubahan suhu, sedangkan pada umumnya perubahan
volume cairan yang disebabkan oleh perubahan tekanan dapat diabaikan.
Sebagai suatu konsep umum yang dapat diterapkan pada semua keadaan, kita
dapat mendefinisikan istilah sistem secara sederhana sebagai sekumpulan benda dalam
sembarang keadaan. Untuk saat ini, kita anggap bahwa sistem dapat mempunyai energi
yang tersimpan ataupun yang berpindah, dan meskipun kita bebas memilih sistem,
namun dalam penurunan persamaan yang menyangkut sistem tersebut beserta
gerakannya, semua gaya dan energi harus diperhitungkan.
Kita harus menentukan karakteristik luar sistem yang memungkinkan kita untuk
dapat membedakan serta menilai perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem itu.
Sebaliknya, jika karakteristik luar sebuah sistem tidak berubah, maka dapat
diperkirakan bahwa sistem tersebut tidak mengalami perubahan. Beberapa karakteristik
luar yang dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu sistem antara lain adalah suhu,
tekanan dan volume. Karakteristik luar sistem yang dapat diamati disebut sifat dan jika
seluruh sifat sistem dihasilkan pada waktu yang berlainan dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada sistem tak dapat dibedakan, maka sistem tersebut
berada dalam keadaan setimbang. Selanjutnya, kita akan membahas sifat-sifat fluida
yang memainkan peranan penting dalam mata kuliah mekanika fluida.

31
2.2. Tekanan
Ketika suatu gas berada dalam sebuah ruangan, molekul-molekul gas tersebut
akan menumbuk dinding ruangan, dan tumbukan ini akan mengakibatkan terjadinya
gaya yang dilakukan oleh molekul gas terhadap dinding. Cairan berkelakuan sama
dengan gas, meskipun terjadi perbedaan bekerjanya gaya-gaya pada fluida dengan pada
zat padat, namun kita dapat mendefenisikan istilah tekanan sebagai gaya yang bekerja
pada benda dibagi dengan luas bidang yang tegak lurus pada gaya tersebut. Jadi,

………………………………………….. 2-1

Dimana :
P = Tekanan (Pa)
F = gaya (N)
A = Luas (m2)
Kadang-kadang kita harus menentukan tekanan pada suatu titik. Secara
matematis luas tadi mengecil secara kontinyu, maka tekanan pada sebuah titik dapat
didefenisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) tiap satuan luas, dalam hal ini luas
yang mendekati nol. Secara matematis pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:

……………………………………. 2–2

Dalam satuan Inggris (satuan Britis) tekanan dinyatakan dalam pound gaya per
inci kuadrat ( Psi ) atau pound gaya per kaki kuadrat ( Psf ). Dalam satuan S I, tekanan
dinyatakan dalam Newton per meter kuadrat ( N/m2 ) atau pascal ( Pa ).
Pada umumnya pengukuran tekanan mekanik menunjukkan angka nol ketika
dihubungkan dengan udara terbuka ( Atmosfir ) dan karenanya akan mengukur selisih
tekanan fluida dengan tekanan atmosfir setempat. Tekanan ini disebut tekanan
pengukuran ( Gauge Pressure ) dan dalam sistem satuan Inggris biasanya dinyatakan
dengan P s i g atau P s f g. Tekanan mutlak adalah tekanan sistem yang diukur
berdasarkan keadaan hampa sempurna sebagai tekanan mutlak nol. Tekanan mutlak

32
dalam satuan Inggris dinyatakan dengan P s i a atau P s f a. Pada gambar 2-1
memperlihatkan hubungan antara tekanan pengukuran dengan tekanan mutlak.

Tekanan
Pengukuran
Atmosfir standar

14,7 Psia = 760 mmHg = 101325 Pa (0o) Tekanan


Atmosfir setempat
(berubah-ubah)
Kehampaan / Vakum
(Tekanan pengukur negatif)
Tekanan Mutlak
Tekanan mutlak
Tekanan mutlak nol

Gambar 2 – 1 Hubungan tekanan pengukuran dengan tekanan mutlak

Hubungan antara tekanan pengukuran dengan tekanan mutlak dapat dituliskan


sebagai berikut :
Tekanan mutlak = Tekanan pengukuran + Tekanan atmosfir
Pabs = Pg + Patm …………………………………… 2–3
Dalam satuan SI 14,696 ( 14,7 ) P s i a ekivalen dengan 101,325 kPa. Semua tekanan
dalam SI merupakan tekanan mutlak, jadi istilah “tekanan pengukuran dan kehampaan”
tidak digunakan. Dalam kaitannya dengan SI kadang-kadang satuan bar ( 1 bar = 10 5 Pa
) juga digunakan untuk menyatakan tekanan. Istilah kehampaan (Vakum) biasanya
digunakan untuk menyatakan tekanan yang lebih kecil dari pada tekanan atmosfir.
Dengan melihat gambar 2–2 akan diperoleh hubungan antara kehampaan dengan
tekanan mutlak sebagai berikut :
Tekanan Kevakuman = tekanan atmosfir – tekanan kehampaan
Pvac = Patm - Pg …..………………………………. 2–4

33
Pengukuran dengan menggunakan barometer Bourdon merupakan piranti yang
sering digunakan untuk mengukur tekanan secara komersial. Jenis pengukuran ini
diperlihatkan pada gambar 2-3 yang biasanya terdiri dari tabung oval bervolume kecil
yang satu ujungnya tetap, sedangkan ujung lainnya bebas bergerak atau menyimpang
bila ada perbedaan tekanan yang bekerja pada dinding tabung. Dengan bertambahnya
tekanan maka jari-jari busur lingkaran akan bertambah pula melalui sambungan yang
hampir tak mengalami gesekan. Ujung tabung yang bebas akan memutar jarum
penunjuk skala yang telah dikalibrasi dan memberikan indikasi (penunjukkan) mekanis
dari tekanan.
Tekanan pada tabung Bourdon biasanya adalah tekanan atmosfir, sehingga
jarum menunjukkan tekanan pengukuran. Tekanan mutlak dapat diukur secara
langsung tanpa harus mengosongkan pipa pengukur yaitu dengan menempelkan sebuah
tabung Bourdon pengidera pada tabung Bourdon acuan yang dikosongkan dan ditutup
seperti pada gamabr 2-3, Pengukur Bourdon dapat digunakan untuk pengukur tekanan
mutlak, tekanan pengukur serta perbedaan tekanan dengan jangkauan yang cukup lebar
dan dengan ketidak pastian 0,1 % dari pembacaan. Dalam menentukan tekanan fluida
ditentukan oleh sifat-sifat fluida yaitu : kerapatan (massa jenis), berat jenis , volume
jenis, dangberat jenis relative (sp.gr). Kerapatan (massa jenis) dengan siombol ρ (rho;
bahasa Yunani) didefenisikan sebagai massa setiap satuan volume dari suatu zat atau
massa per satuan isi. Jika massa (m) dan volume (v), maka kerapatan :

(kg/m3) ………………………………………… 2–5

Berat jenis ( γ ), didefenisikan sebagai berat setiap setiap satuan volume dari suatu zat.
Jika berat dinyatakan sebagai ( w ) dan volume (v) maka berat jenis :

γ= ( N/m3) ..……………………………………………… 2–6

34
Gambar 2 – 2 Barometer Bourdon

Gambar 2 – 3 Pengukur Bourdon untuk mengukur tekanan mutlak.

35
Jika persamaan (2-6) dibandingkan dengan (2-5) akan diperoleh

……………………………………………… 2-7

Volume jenis ( υ ) didefenisikan sebagai kebalikan dari berat jenis atau volume zat
tiap satuan berat sehingga :

υ= ( m3/N ) ….……………………………………… 2–8

Berat jenis relatif (specific gravity atau s.g ) didefenisikan sebagai perbandingan antara
berat jenis atau kerapatan suatu zat dengan berat jenis atau kerapatan air pada 4oC
(39,2o F), dari defenisi tersebut diperoleh :

………….…………………………… 2-9

…………………………………… … 2 - 10

Pada pengukuran tekanan suatu fluida cair yang bekerja pada dasar kolom jika
berat jenisnya tetap ( γ ) dan luas penampang tetap sebesar (A) dan tinggi fluida dari
dasar kolam (h) seperti pada gambar 2-4 maka tekanan defenisi tekanan yaitu gaya
dibagi dengan luas , mula-mula kita harus menentukan besar gaya yang bekerja pada
dasar kolam fluida yang diberikan persamaan (2-6) yaitu :
W=γv
Volume fluida adalah v = A.h sehingga berat menjadi
W = γ. A. h …………………………………………….. 11
Inilah gaya yang bekerja pada dasar kolam. Jika gaya ini dibagi dengan luas
penampang kolam, akan diperoleh :

P=γ.h …… ……………………………………………… 2-12


Pada permukaan
sama dengan nol

Fluida h
36
Gambar 2-4. Penurunan tekanan dari ketinggian

Perahatikan jika kita turun dari puncak kolam ke bawah, maka tekanana akan
bertambah, dan sebaliknya jika naik dari dasar kolam ke atas maka tekanan akan
berkuragn. Perubahan tekanan ini berbanding lurus dengan perubahan tinggi fluida.
Juga perhatikan bahwa berat jenis γ besarnya dianggap konstan. Jika jarak dihitung
dari dasar kolam ke atas, maka persamaan (2-2) harus ditulis:
P = - γ .h ………………………………………………. 2-13
Fluida yang sering digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan atmosfir serta
tekanan hampa adalah air raksa. Pada suhu ruang, massa jenis ( Kerapatan air raksa -
raksa kira-kira 13,6 g / cm3.
Tekanan dapat pula dinyatakan dengan satuan tinggi fluida yang ekivalen
dengan tekanan tersebut ( contoh dalam soal diatas tekanannya 1 inci air raksa ). Hal ini
akan sangat besar manfaatnya, khususnya dalam bab 3. Dalam pekerjaan vakum,
tekanan mutlak di ruang vakum biasanya dinyatakan dengan milimiter air raksa,
misalnya 10-5 mm Hg. Dalam literatur teknik dikenal satuan torr. Satu torr
didenifisikan sebagai 1 mm Hg, jadi 10-5 torr sama dengan 10-5 mmHg.

2.3. S U H U
Suhu suatu sistem merupakan ukuran dari gerakan acak molekul-molekul
sistem tersebut. Jika terdapat suhu yang berbeda dalam sebuah benda (atau benda-
benda yang membentuk sistem), timbul pertanyaan bagaimanakah cara mengukur suhu
pada suatu tempat tertentu dan bagaimanakah menafsirkan hasil pengukuran suhu
tersebut ?. Pertanyaan sejenis juga akan muncul untuk sifat-sifat sistem yang lainnya,

37
dan oleh karena itu, akan di untuk menjawabnya. Pada suhu dan tekanan ruang, di
udara terdapat kira-kira 2,7 x 1018 molekul tiap centimeter kubik. Jika sebuah kubus
dengan sisi 1 cm dibagi menjadi kubus-kubus kecil yang masing-masing bersisi
seperseribu centimeter, maka dalam setiap kubus kecil tersebut akan terdapat 2,7 x 10 10
molekul, dan ini masih merupakan angka yang cukup besar. Jadi jika kita berbicara
mengenai suhu suatu titik, maka yang dimaksud adalah suhu rata-rata molekul-molekul
disekitar titik tersebut.
Ketika mengukur suhu suatu benda dengan termometer, perlu diperhatikan
bahwa termometer hanyalah mengukur bagian ujung pengindera termometer tersebut.
Agar termometer dapat mengukur suhu sistem, maka termometer dan sistem harus
berada dalam kesetimbangan termal. Pengukuran suhu biasanya dinyatakan dengan
pengukuran karakteristik sekunder (misalnya tinggi cairan dalam termometer) bila
sistem berubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Contoh lain dari dampak fisis
yang di gunakan untuk menyatakan suhu adalah pemuaian dari zat cair dan zat padat,
perubahan tekanan gas tertutup, perubahan volume benda, timbulnya tegangan listrik
pada sambungan logam yang berbeda jenisnya.
Skala suhu yang biasa digunakan adalah skala Fahrenheit dan Celsius yang
didefenisikan menggunakan titik beku dan titik didih air pada tekanan normal (1
atmosfir). Pada skala suhu celsius, selang antara titik beku dan titik didih tersebut
dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Seperti nampak pada Tabel 2-1, titik beku air
menurut Celsius adalah nol, sedang menurut Fahrenheit 32. Perubahan (konversi) dari
satu skala ke skala lainnya dapat langsung di turunkan dari Tabel 2-1, dan hasilnya
berupa hubungan berikut :

o
C = 5/9 (oF – 32) ……………………………………… 2.14
o
F = 9/5 (oC) + 32 ………………………………………. 2.15

Tabel 2 – 1 Suhu pada tingkat keadaan tekanan atmosfir


o
F o
C Keadaan

38
212 100 Titik didih air pada tekanan 1 atm
32 0 Titik beku air pada tekanan 1 atm
-460 -273 Titik nol mutlak

Tabel 2 – 2 Titik didih dan lebur beberap molekul


Titik didih atau Suhu
Unsur
lebur pada 1 atm o
C o
F
Oksigen Mendidih - 182,97 - 297,35
Belerang Mendidih 444,80 832,28
Antimon Melebur 630,50 1166,90
Pereak Melebur 960,8 1761,4
Emas Melebur 1063,0 1945,4
Air Melebur 0 32
Mendidih 100 212
Hidrogen Mendidih - 252,7 - 422,86
Helium Mendidih - 268,9 - 452,02
Nitrogen Mendidih - 195,8 - 320,44

2.4. Suhu Mutlak


Perhatikanlah suatu gas dalam suatu selinder dengan luas penampang konstan
dan ditutup oleh torak yang bebas bergerak. Sekarang, jika panas dimasukan kedalam
sistem tersebut, maka torak akan bergerak turun, tetapi karena berat torak tersebut
konstan, maka tekanan gas akan tetap konstan. Cara ini dapat dilakukan pada berbagai
gas, dan jika volume digambarkan sebagai fungsi dari suhu, akan diperoleh himpunan
garis lurus yang melalui volume nol (gambar 2-5a). Semua garis akan berpotongan
pada satu suhu. Suhu ini dikenal dengan nama suhu nol mutlak dan telah diakui bahwa
pada skala suhu Fahrenheit dan Celcius nilainya adalah – 459,69 oF dan – 273,16 oC,
dan sebagian besar perhitungan kerekayasaan diambil nilai – 460 oF dan – 273 oC.

39
Dengan menggunakan suhu tersebut sebagian suhu nol, akan diperoleh dua skala suhu
mutlak yang didefenisikan sebagai :
Derajat Rankine ( oR ) = oF + 460 …. ……………………… 2 – 16
Derajat Kelvin ( K ) = oC + 273 …………………………. 2 – 17
Selain itu mungkin pula kita mendefenisikan skala suhu mutlak yang tidak
tergantung pada sifat zat tertentu dan bagi mahasiswa yang tertarik akan hal ini silakan
merujuk pada buku-buku teks termodinamika untuk mengembangkannya.

(a) (b)
Gambar 2.5 Termometer Gas

Hubungan keempat skala suhu dapat dihat dari gambara berikut :


R F K C
672 212 373 100 Titik didih

492 32 273 0 Titik beku

0 -460 0 -273
Nol absolut
Gambar 2.6 Hubungan satuan-satuan Suhu

2.5. Ketermampatan (Compressibility)


Suatu cairan melakukan perlawanan terhadap setiap pengaruh luar yang
berusaha mengubah bentuknya. Perlawanan terhadap perubahan bentuk ini disebut
ketermampatan fluida, dan perubahan volumnya dinyatakan sebagai fungsi dari volume
semula serta tekanan yang digunakan. Secara sistematis, modulus kelentingan
( elastisitas ) atau modulus bulk fluida disuatu titk didefinisikan sebagai:

40
………………………………………….. 2-18

Dengan V adalah volume semula, V perubahan volume, p perubahan


tekanan dan notasilim v 0 menunjukkan nilai pengurangan volume mendekati nol.
Tanda negatif sesuai dengan kenyataan bahwa jika tekanan bertambah maka volume
akan berkurang. Biasanya modudlus bulk dianggap tidak terpengaruh oleh tekanan,
300.000 psi, misalnya baja mempunyai modulus kelentingan 30 juta psi, jadi jelas
bahwa air relatif lebih termampatkan (kompresibel). Sifat-sifat fisis air sebagai fungsi
dari suhu ditunjukkan pada tabel 2-4 dan Gambar 2-7 memperlihatkan variasi modulus
bulk terhadap tekanan dan suhu.
Tabel 2-4. Sifat-sifat fisis Air Dalam Satuan SI

41
Gambar. 2-7 Variasi modulus bulk air terhadap tekanan dan suhu

2.7. Kekentalan (Viskositas).


Karena adanya gaya tarik antar molekul, fluida mempunyai kemampuan
melawan gaya yang berusaha mengubah bentuknya. Tegangan dalam elemen volume
fluida analog dengan tegangan dalam zat padat, tegangan sebanding dengan perubahan
bentuk zat ( yaitu , tegangan sebanding dengan tegangan ). Dalam fluida, gaya tarik
antar molekul lebih lemah dari pada dalam zat padat, sehingga tegangan dapat
dianggap sebanding dengan laju perubahan bentuk terhadap waktu, dan konstanta
perbandingannya disebut kekentalan. Anggapn ini diajukan oleh Newton, yang
menganggap bahwa yang bekerja secara tangensial (menyinggung) terhadap lapisan-
lapisan fluida yang berturutan terhadap satuan luas (= tegangan) sama dengan
konstanta (kekentalan) kali gradien kecepatan dalam arah tegak lurus lapisan fluida.
Perhatikan keadaaan yang ditujukan gambar 2-10. Keping atas bergerak
kekanan dengan kecepatan V relatif terhadap keping bawah. Jika kekentalan konstan
maka perubahan kecepatan diantara kepingan bersifat linear. Partikel yang bersentuhan
dengan keping bawah, tidak akan bergerak, sedang partikel yang menyentuh keping

42
atas akan bergerak sesuai dengan kcepatan V. Seperti pada gambar, bahwa kecepatan
sembarang tempat diantara keping dapat dinyatakan sebagai Vy/Y. Gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan keping atas dengan kecepatan konstan relatif terhadap
keping bawah akan berbanding lurus dengan luas keeping dan berbanding terbalik
dengan jarak antar keping dan berbanding lurus dengan kecepatan relatif keping. Jadi,

atau ………………………………. 2-19

Gambar. 2-8 Kekentalan


Menurut defenisi tegangan adalah gaya dibagi luas. Dalam kasus ini tegangan
merupakan tegangan geser, dimana fluida dianggap terdiri dari paisan-lapisan tipis
yang bergerak satu sama lain. Jadi tegangan gesernya, , adalah

= ……………………………………… ( 2-20 )

Gabungan persamaan ( 2-19) dan (2-20) serta gantilah kesebandingan (2-20)


menjadi suatu persamaan.

……………………………….. ( 2-21 )

Konstanta pembanding disebut koefisien kekentalan, keknetalan dinamik,


kekentalan mutlak, atau secara singkat kekentalan fluida. Jika kekentalan bergantung
pada y, muncul karena pengaruh suhu atau keadaan setempat, maka dapat ditulis
sebagai

………………………………….. ( 2-22 )

43
Karena dimensi tegangan geser adalah gaya dibagi luas dan dimensi kecepatan
adalah panjang tiap satuan waktu maka dimensi kekentalan haruslah gaya tiap satuan
luas dikalikan dengan waktu. Karenanya satuan kekentalan adalah pound detik per
kaki kuadrat, atau dyne detik percentimeter kuadrat. Dyne detik percintemeter kuadrat
diberi nama poice dan ternyata kekentalan air pada suhu 68,4 0 F adalah satu cP atau
1/100 poise. Pada umumnya kekentalan cairan dan gas tidak tergantung pada tekanan
kecuali pada tekanan yang sangat tinggi, namun jika suhu naik kekentalan cairan akan
berkurang, sedangakan kekentalan gas bertambah, seperti dapat dilihat gambar 2-9.
Dalam satuan SI,

Gambar 2-9. Kekentalan mutlak beberap gas dan cairan.

44
Terdapat banyak cara untuk mengukur kekentalan atau besaran-besaran relatif
yang dapat dibandingkan dengan kekentalan. Biasanya, alat pengukur kekentalan
dikenal sebagai Visikometer atau Viskosimeter dapat dibagi atas tiga kategori yakni :
Tipe Rotasional, Bola jatuh dan tipe aliran (Kapiler). Karena adanya pengaruh-
pengaruh dinding, konsentarsi ukuran dan sebaginya maka konstanta dari tiap peralatan
hampir tidak mungkin diperoleh secara analitik. Namun cukup menarik juga untuk
membahas bola yang bergerak jatuh bebas dalam fluida kental yang tenang.
Jika benda berbentuk bola jatuh bebas dalam fluida kental yang tenang, benda
tersebut akan mencapai suatu kecepatan relatif terhadap fluida yang konstant, dan
dikenal sebagai kecepatan terminal. Dalam keadaan ini, benda berada dalam keadaaan
setimbang dan pemecahannya dapat dilakukan pada masalah statistika fluida yang
mana benda mengalami tiga gaya: beratnya, gaya apung karena gaya fluida yang
dipindahkan, dan gaya karena gerak relatif bola dengan fluida (gaya seret ). Ketiga
gaya tersebut digambarkan dalam gambar 2-10. Secara matematik :
Fseret + Fapung = W …………………………………… 2-23

Gamabr 2-10 Diagram benda bebas dari bola yang jatuh bebas.

Jika sebuah bola seluruhnya berada dalam fluida yang mengalir melaluinya
dengan kecepatan V, maka dapat ditunjukkan bahwa gaya yang bekerja terhadap
benda tersebut karena gerak relatifnya muncul dari pengarah Viskos (Kekentalan) pada
permukaannya. Gaya terhadap bola diberikan oleh persamaan ( 2-24 ), yang pertama
kali diturunkan G.G Stokes pada tahun 1851 :

45
Fseret = 6πroµV …………………………………………. 2-24
ro adalah jajari luar bola, µ kekentalan fluida dan V kecepatan relatif antar bola
dan fluida. Dengan menggunakan persamaan ( 2.23 ) dan ( 2.24 ) diperoleh,

6πroµV + ……………………………. 2-25

dengan γs adalah berat jenis bola dan γf berat jenis fluida.Jika persamaan tersebut
disederhanakan, akan dihasilkan

……………………………………. 2-26

persamaan (2.26) dikenal sebagai hukum stokes,dan sering digunakan dalam


soal-soal untuk menentukan ukuran partikel kecil. Penentuan kekentalan fuida dapat
dilakukan mengukur kecepatan terminal bola jatuh . baik secara optik , mekanik
maupun elektrik. Kadang–kadang kekentalan perlu dikombinasikan dengan kerapatan;
kekentalan dibagi dengan kerapatan disebut kekentalan kinematik.Dalam sistem matrik,
istilah stoke ( perseratusnya disebut centistoke ) digunakan untuk menyatakan
kekentalan kinematik ; satu centistoke sama dengan 1 Cp dibagi oleh kerapatan 1 g/cm3.

………………………………….. 2-27

2.8 Penutup.
Kita telah membahas dan mengidentifikasikan sifat-sifat yang diperlukan untuk
menyatakan keaadan suatu sistem tertentu . Arti fisis serta satuan dari sifat-sifat
tersebut perlu dipahami karena studi berikutnya akan didasari oleh penggunaan sifat-
sifat fluida dan telah cukup menggunakan metode analisis dimensional yang telah
dibahas pada bab. 1 . Dua unsur utama yang diperlukan untuk kelengkapan studi ini
agar benar-benar berhasil adalah analisis dimensional dan pemahaman sifat-sifat fluida.
Dalam bab–bab berikutnya para mahasiswa akan mempelajari penerapan sifat-sifat
tersebut dalam pemecahan soal-soal mekanika fuida.

46
Karena orang yang terlatih secara teknis akan sering terlibat dan akan paham
dalam pengukuran tekanan. Pengukuran tekanan akan dibahas pada bab-bab
pertengahan sebagai rujukan.
2.9. Latihan.
2.1. Jika 10 kg suatu zat bervolume 2 x 10-2 m3, berpakah berat jenis relatifnya ?
Jawab.

Kerapatan zat tersebut (ρ) = = 500 kg/m3

Berat jenis relatif (Sp.gr) = = 0,5

2.2. Tabung gelas yang bagian atasnya terbuka dan berisi air raksa setinggi 1 inci. Jika
kerapatan air raksa 13,6 g/cm3 = 13.600 kg/m3. Tentukan tekanan pada dasar
kolom.
Jawab.
Berat jenis (γ) = ρ . g = 13.600 kg/m3 x 9,81 m/det2 = 133.416 N/m3
Tekanan (P) = γ . h = 133.416 N/m3 x 1 inc x 0,0254 m/inc = 3388,8 N/m2
2.10. Soal-soal
2-1. Ubalah 20 oC; 40 oC; dan 60 oC menjadi derajat Farenheit.
2-2. Ubalah 0 oF; 10 oF dan 50 oF menjadi derajat Celsius.
2-3. Ubalah 500 oR; 500 oK 600 oK dan 650 oR menjadi derajat Celsius dan
Farenheit.
2-4. Thermometer Farenheit digunakan untuk mengukur suhu suatu fluida. Jika
pembacaan Farenheit 1,5 pembacaan Celsius, berapakah suhu tersebut menurut
kedua skala itu ?
2-5. Seorang penyelam turun sampai kedalaman 25 m dalam danau asin dengan
kerapatan 1026 kg/m3. Berapakah tekanan yang bekerja terhadap tubu penyelam
pada kedalaman tersebut ?

47
2-6. Suatu kolom fluida tingginya 1 m, dengan kerapatan 2500 kg/m 3. Berapakah
tekanan di dasar kolam ?
2-7. Sebuah tangki berisi 500 kg fluida. Jika volumenya 0,5 m3, berapakan kerapatan
dan volume jenis fluida tersebut ?
2-8. Berat jenis relative (Spesifik gravity) suatu fluida adalah 1,2. Hitunglah
kerapatan dan berat jenisnya.

SESI / PERKULIAHAN KE : 3
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1 Menjelaskan cara kerja dan membaca Pengukuran torak bobot mati
2 Memasang, menggunaan dan membaca alat-alat ukur Barometer dan mikromanome-
ter dengan baik.

Pokok Bahasan : Alat ukur dan pengukuran


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari macam-macam alat
ukur dan pengukuran tekanan secara mekanis yang meliputi Barometer, pengukur
torak bobot mati, mikromanometer yang mempunyai ketidak pastian kalibrasi 0,001
inc H2O.

I. Bahan Bacaan
1. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill.
3. Robert L. Mott, 1994. Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &

48
Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. Ruben M Olson, 1993.Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
4. T.R. Banga, 1983 Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher
III. Pertanyaan Kunci / Tugas
1. Jelaskan fungsi dan cara kerja alat ukur barometer, torak bobot mati.
IV. Tugas
Konversi satuan tekanan atmosfir menjadi 12 macam satuan tekanan.
BAB III
ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TEKANAN
3.1 Pendahuluan
Tekanan merupakan suatu sifat sistem dan parameter dasar, maka pengukuran
tekanan harus dilakukan secara tepat. Dalam Bab 2, tekanan didefinisikan sebagai gaya
normal yang dilakukan oleh fluida pada suatu permukaan dan untuk saat ini kita batasi
pada fluida diam. Tetapi, definisi yang betul-betul tepat baru diperoleh setelah kita
dapat menyatakannya sebagai karateristik yang dapat diukur. Gambar 3.1 sampai 3.6
memeperlihatkan definisi dasar dari tekanan dan konsep-konsep statik yang mendasari
bidang pengukuran tekanan.

Gambar 3.1 Tekanan adalah gaya F yang bekerja pada satuan luas permukaan terbatas

49
Gambar 3.2 Tekanan fluida berubah terhadap kedalaman, tetapi pada kedalaman
tertentu sama kesemua arah

Perubahan tekanan fluida terhadap ketinggian diperoleh dengan menyeimbangkan


gaya-gaya pada elemen-elemen fluida diam (F1 sama dengan F2 ditambah berat elemen.
Untuk fluida dengan kerapatan tetap maka beda tekanan P2-P 1 sama dengan berat jenis
(γ) dikalikan dengan (h2-h1) seperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.3. Perubahan tekanan dalam tabung.

Tekanan tidak bergantung pada bentuk dan ukuran bejana. Beda tekanan antara
ketinggian 1 dan 2 selalu P1-P2 = γh, dengan γ adalah berat jenis fluida yang
kerapatannya konstan dalam bejana tersebut seperti pada gambar 3.4.

50
Gambar 3.4. Tekanan tidak tergantung pada ukuran dan bentuk

Distribusi tekanan yang tetap dalam fluida dapat digunakan untuk memperbesar
gaya melalui hubungan P = F1/A1 = F2/A2 seperti pada gambar 3.5.
Dalam pengukuran, diperlukan standar pembanding untuk mengkalibrasi alat
ukur. Pada materi ini akan dibahas lima macam standar yang sering digunakan sebagai
dasar bagi semua pengukuran tekanan.

Gambar 3.5. Distribusi tekanan yang tetap dalanm fluida.

Gambar 3.6. Prinsip dasar uji bobot mati.

51
Tabel 3.1 Faktor-faktor Konversi Satuan Tekanan
Satuan
Psi Inci H2O Inci Hg Atmosfir Mikrobar Mm Hg Mikron
tekanan
1 Psi 1,00 27,730 2,0360 6,8046x10-2 68.947,6 51,715 51,715
1.In. H2O 0,03606 1,00 0,07342 2,4539x10-2 2.486,4 1,8650 1,865
1.Inci Hg 0,49115 13,619 1,00 3,3421x10-2 33.846,0 25,400 25.400
1 atm 14,6959 407,513 29,9213 1,00 1,01x106 760 7,6x105
1 Mikrobar 1,4504 4,0218 2,9530 7,5006
9,862x10-7 1,00 0,75
(dynes/cm2) x10-5 x10-4 x10-5 x10-4
1 mm Hg 0,01933 0,5362 0,03937 1,3158x10-3 1.333,2 1,00 1000,0
3,94
1 mkron 1,03x10 -3
3,4x10-4
1,3158x10 -6
1,333 0,001 1,00
x10-5

Standar-standar tersebut dirangkumseperti pada tabel 3.1 beserta jelajah


penggunaan tekanan dan ketelitiannya.

Tabel 3.2 Karakteristik standar tekanan


Tipe Jelajah Ketelitian
Dead-weight piston gauge 0.01 to 10.000
Gaugepsig 0.01 to 0.05 % dari pembacaan
Manometer 0,1 to 100 psig 0,02 to 0,2 % dari pembacaan
Micromanometer 0,0002 to 20 Inc H2O 1 to 0,001 dari pembacaan inc
H2O
Barometer Tube gauge 27 to 31 inc Hg Mechanical gauge
0,001 to 0,03 % dari pembacaan
(liquidgauge
Mcleod Column is balanced 0,01
by mkro to 1 mmHg
(The liquid
0,5 to column
3 % dari is balanced by
pembacaan
the same or another column) the spring leod or dead weight)

Dalam pengukuran tekanan dapat diklasifikasikan seperti diagram berikut:tube


Bourdon’s
Piezometer tube
pressure gauge

Manometer Diaphragm
pressure gauge

Simple U - tube Dead weight


pressure gauge
Micro Manometer

Differential anometer
52
Inverted differential
manometer
Gambar. 3.7 Diagram Alat ukur tekanan

3.2 Barometer
Barometer tangki atau tandon terdiri dari kolom air raksa dengan acuan fakum
yang dimasukkan kedalam tandon kolom raksa bergaris tengah besar yang
dihubungkan dengan udara . Barometer tangki yang banyak digunakan adalah tipe
fortin, yang tinggi permukaan air raksanya dapat diatur. Cara kerja piranti ini dapat
dijelaskan dan melihat pada gambar 3.8

53
Gambar 3-8 Barometer fortin

Sekrup pengatur sifat datar diputar sampai air raksa dalam tangki menyentuh
jarum, yang dijadikan skala nol bagi alat tersebut. Lalu, tinggi kolom air raksa dalam
tabung kaca dapat ditentukan.Bagian terendah gelang penduga terletak segaris dengan
bagian atas memiskus. Lalu skala dapat dibaca dan hasilnya adalah ketinggian air
raksa pada suhu barometer tertentu.
Pbaro = Hg . Hto …..………………………………… 3-1
Berat jenis air raksa, γHg tergantuang pada faktor-faktor seperti suhu dan percepatan
grafitasi setempat. Tinggi air raksa Hto tergantuang pada faktor-faktor seperti
pemuaian panas. Jika skala nol barometer fortin diatur agar sesuai dengan ketinggian
raksa dalam tangki, maka ketinggian raksa pada suhu (t) sesunnguhnya adalah :

ht = hti 1 + s ( t - tg ) ………………………………….. 3-2


dengan s adalah angka muai panjag dari skala, h ketinggian raksa, tg suhu ketika skala
dikalibrasi. Bila t lebih besar dari suhu acuan to, maka tingi raksa sesungguhnya pada
suhu t akan lebih besar dari suhu acuan to :
ht = hto 1 + m ( t - to ) …………………………………… 3-
3
denagn m adalah angka muai ruang raksa dan Ht o tinggi kolom raksa. Faktor koreksi
suhu dapat didefenisikan sebagai
Ct = hto - hti ………………………………………………….. 3-4
Dari persamaan (3-2) dan (3-3),

……………….. ………………….. 3-

5
Jika nilai standar S = 10,2 10-8 /oF, m = 101 x 10-6 /oF , ts = 620F dan to 320F
disubtitusikan padapersamaan (3-5),

54
…………………………………. 3-

6
koreksi suhu ini berharga 0 pada t = 28,630F untuk semua nilai hti.
Dengan pendekatan, diperoleh
Ct = - 9 ( t - 28,6 ) 10-5 hti …………………………………... 3-7
Ketakpastian hto yang didapat dari persamaan (3-7) selalu lebih kecil dari 0,001 inci
Hg untuk nilai hti dari 28,5 sampai 31,5 inci Hg dan t dari 60 sampai 1000F.
Berat jenis Hg dalam persamaan (3-1 ) harus didasarkan pada nilai grafitasi setempat
dan suhu acuan to ; γ Hg = γg , to ( 1 + cg ) dengan cg adalah koreksi grafitasi dan γ g, to
sama dengan 0,491155 lb/cm3, Hg jika to = 320 F. Jika barometer digunakan pada
suatu ketinggian yang berbeda dengan keadaan kalibrasi, maka faktor koreksi
ketinggian harus diberikan pada tekanan barometrik mutlak setempat. Faktor koreksi
ketinggian dapat dicari dari hubungan antara tekanan dan ketinggian yang akan
diturunkan dalam bab 4.
Turunnya kolom raksa dalam barometer-barometer komersial diperhitungkan
ketika kalibrasi pertama dipabrik. Mutu barometer sangat ditentukan oleh ukuran
lubang tabung kaca. Barometer dengan garis tengah ¼ inci sesuai untuk pembacaan
sampai 0,01 inci, sedang barometer dengan garis tengah ½ inci untuk pembacaan
sampai 0,002.

3.3 Pengukur Torak bobot mati


Pengukur Torak Bobot Mati terdiri dari torak bebas yang dimasukkan
kedalam silinder tertutup. Beban ( bobot ) dengan massa tertentu dibebankan pada
salah satu ujung torak bebas, dan tekanan diberikan pada ujung lain sampai teradapat
cukup gaya untuk mengangkat kombinasi torak dan beban tadi. Jika torak melayang
bebas diantara batas tertentu pada silinder, pengukur ini berada dalam keadaan
setimbang dengan tekanan yang diberikan. Sehingga tekanan bobot mati dapat
didefinisikan sebagai berikut :

55
…………………………. ………………………. 3-

8
Dengan Fa adalah gaya yang ekivalen dengan kombinasi torak dan beban, yang
bergantung pada beberapa faktor seperti percepatan gravitasi setempat dan gaya apung
oleh udara, dan Aa adalah luas yang ekivalen dengan kombinasi torak dan silinder, yang
bergantung pada beberapa faktor seperti kelonggaran antara torak dengan silinder,
tinggi tekan dan suhu.
Lapisan sejenis fluida diberikan sebagai pelumas antara torak dengan silinder
untuk memperkecil gesekan, torak atau kadang-kadang silinder diputar. Dengan
adanya kebocoran fluida, tekanan sistem harus terus menerus ditekan ke atas agar
torak dan beban tetap melayang. Hal ini sering dilakukan dengan mengurangi volume
sistem seperti diperlihatkan pada gambar 3-9. Selama torak berada dalam
kesetimbangan bebas, tekanan sistem akan memenuhi persamaan 3-8.
Agar diperoleh tekanan sistem Pdw yang benar-benar tepat, harus ada koreksi
terhadap penunjukkan pengukur torak bobot mati. Dua koreksi terpenting adalah yang
berkaitan dengan gaya apung dari udara serta gravitasi setempat. Menurut hukum
archimedes, udara yang dipindahkan oleh beban dan torak akan mengakibatkan gaya
apung sehingga tekanan yang ditunjukkan pengukur akan terlampau tinggi. Koreksi
terhadap pengaruh ini sama dengan perbandingan berta jenis udara dan beban,
percepatan gravitasi bumi yang besarnya variasi tergantung pada letak lintang dan
ketinggian. Jika percepatan gravitasi standar di permukaan laut adalah 32.1740
kaki/detik 2 atau 9,806 m/dt2, maka faktor koreksi karena gravitasi adalah :

………………………………………………….…… 3-9

56
Gambar 3-9 Pengatur volume tekanan untuk mengimbangi kebocoran fluida
pada pengukur bobot mati.

Gambar 3-10 Manometer Tabung U

Gamabr 3-11 Efek meniskus pada air raksa dan air

57
Tabel 3.3 Berat jenis air raksa dan air ( pada nilai percepatan gravitasi
satndar 32,1740 kaki/detik 2 ).
Berat jenis (γst)
Suhu (oF)
Hg H2O
32 0,491154 0,036122
36 0,490956 0,036126
40 0,490757 0,036126
44 0,490559 0,036124
48 0,490362 0,036120
52 0,490164 0,036113
56 0,489966 0,036104
60 0,489769 0,036092
64 0,489572 0,036078
68 0,489375 0,036062
72 0,489178 0,036045
76 0,488981 0,036026
80 0,488784 0,036005
84 0,488588 0,035983
88 0,488392 0,035958
92 0,488196 0,035932
96 0,488000 0,035905
100 0,487804 0,035877

Jadi tekanan pengukur torak bobot mati yang telah dikoreksi adalah
Pdw = Pi ( 1 +Cb +Cg ) ………………………………………. 3 - 10
Luas efektif pengukur torak bobot mati biasanya menggunakan harga rata-rata luas
silinder dan torak, namun suhupun juga mempengaruhi ukurannya.

3.4 Mikromanometer
Meskipun manometer merupakan alat pengukur tekanan yang mudah dan baik,
namun pemakainnya sanagat terbatas, apalagi untuk pengukuran tekanan rendah, telah
dikemabngkan mikromanometer yang dapat mengukur tekanan samapai sekecil 0,0002
inci H2 O. Salah satu tipe mikromanometer adalah mikromanometer tipe Prandtl, yang
kesalahan kapiler dan meniskusnya dibuat sekecil mungkin dengan menjadikan
miniskus cairan manometer sebagai posisi nol sebelum pengukuran tekanan dilakukan.
Seperti ditunjukkan pada gambar 3.12, reservoir yang menjadi satu bagian dari

58
manometer, digerakkan vertikal untuk menentukan posisi nol. Posisi ini dicapai jika
memiskus berada diantara dua tanda yang sangat berdekatan pada bagian tabung
mikromanometer yang hampir mendatar .
Baik reserfoir mapun tabung yang miring digerakkan dengan menggunakan
susunan poros pemindah yang presisi untuk menentukan simpanagan caiaran
mikromanometer ( h)1 yang sesuai dengan beda tekanan yang diukur.
Mikromanometer tipe prandtl biasanya diterima sebagai standar tekanan dengan
ketidakpastian kalibrasi 0,001 inci H2 O. Cara lain untuk memperkecil efek kapiler dan
meniskus dalam manometri adalah dengan mengukur simpangan cairan menggunakan
ujung mikrometer yang dilengkapi jarum petunjuk tajam yang dapat diatur.
Gamabr 3-12 memeperlihatkan manometer jenis ini, mikrometer ditempatkan
dalam dua bejana tembus panadang yang saling dihubungkan. Pada beberapa
mikromanometer komersial, kontak dengan permukaan cairan manometer dapat dilihat
dengan menyentuhkan jarum penunjuk pada permukaan cairan atau bahkan dengan
kontak elektirk. Mikromanometer yang sangat sensitif dan mempunyai respons yang
tinggi yaitu mikromanometer dengan menggunakan udara sebagai fluida kerja karena
tidak ada efek miniskus dan kapiler yang biasa dijumpai seperti pada manometerr
cairan.

Gambar 3-12 Dua macam mikromanometer tipe prandtl

59
Pada peranti semacam ini, seperti pada gambar 3-13, tekanan acuan diperkuat
secara mekanik oleh gaya sentrifugal cakram yang berotasi. Laju putaran cakram diatur
sampai tekanan acuan yang diperkuat tepat mengimbangi tekanan yang diukur. Posisi
nol dapat ditentukan dengan mengamati tidak bergeraknya tetesan minyak yang
disemprotkan kedalam tabung indikator kaca. Pada keadaan setimbang, beda tekanan
pada mikromanometer udara ini;
pmikro = k p n2 ………………………………………… 3 - 11
dengan p adalah kerapatan udar acuan, n laju rotasi cakram dan k konstanta yang
bergantung pada rotasi cakram dan jarak pemisah antar cakram dengan tempatnya.
Pengukuran beda tekanan sampai kecil 0.000222 inci h2O dapat dilakukan dengan
mikromanometer tipe ini dengan ketidak pastian 1 persen.

Gambar 3-13 Mikromano meter sentrifugal tipe udara

Istilah tekanan acuan yang digunakan dalam mikromanometeri adalah tekanan


atmosfir, maka manometer akan menunjukkan tekanan pengukur (gauge). Karena
variasi tekanan udara, tekanan pengukur akan berubah terhadap waktu, ketinggian,
letak lintang dan suhu. Tetapi jika hampa udara digunakan sebagai acuan manometer
akan langsung menunjukkan tekanan mutlak, dan bertindak sebagai barometer.

3.5. Pengukuran Tekanan Manometri


Karena tekanan merupakan satu sifat dari system fluida, maka pengukurannya
sangat diinginkan dan diperlukan, Karen pengetahuan tentang tekanan diperlukan untuk

60
menentukan keadaan aliran. Pengukur tekanan mekanis yg paling sederhana dan paling
banyak pemakaiannya adalah pengukur bourdon. Seperti dalam gambar 3-9 pengukur
ini secara sederhana terdiri atas sebuah tabung lengkung yg salah satu ujungnya ditutup
oleh mekanisme yg menunjukkan getaran pada ujung yang tertutup. Tabung tersebut
umumnya berpenampang bukan lingkaran dan tekanan dilakukan pada ujung terbukah.
Jika tekanan yg lebih besar dari tekanan atmosfir pada ujung yang terbuka, maka ujung
yang tertutup akan bergerak dan pembacaan pengukur akan sebanding dengan
pergeseran/simpangan tabung. Jenis pengukur ini dapat dikalibrasi dan mudah
digunakan . Peranti ini mampu mengukur tekanan yang lebih besar ataupun lebih kecil
dari tekanan atmosfir setempat dan dapat dihampakan sehingga dapat mengukur
tekanan mutlak. Jika pengukur ini dihubungkan pada suatu ketinggian yang berbeda
dengan ketinggian pengukuran tekanan, perlu diberikan koreksi terhadap pembacaan
pengukur. Dari gambar 3-14, terlihat jika pengukur dipasang diatas pipa, pembacaan
pengukur akan lebih rendah sebesar h. Berat jenis γ harus dicapai pada suhu fluida
yang berbeda dalam pipa penghubung kepengukur.
Telah diperlihatkan bahwa tekanan didasar suatu kolom cairan merupakan
fungsi dari tinggi kolom dan berat jenis cairan.

61
Gambar. 3-14 Pengukur Bourdon.
Jadi, tinggi suatu kolom cairan yang berat jenisnya diketahui dapat digunakan
untuk mengukur tekanan dan beda tekanan. Peranti yang menggunakan prinsip ini
disebut manometer dan studi mengenai peranti pengukuran ini disebut manometri.
Dengan mengatur manometer dan memilih fluida secara tepat, peranti ini dapat
digunakan untuk pengukur tekanan yang sangat kecil atau sangat besar dan juga beda
tekanan. Sebuah manometer sederhana diperlihatkan pada gambar 3-15, bagian kanan
dihubungkan dengan atmosfir sedang bagian kiri dihubungkan dengan tekanan yang
diukur, seperti terlihat pada gambar, dibagian kiri, fluida tertekan dan dibagian kanan
fluida naik sampai gaya-gaya tekannya setimbang. Hubungan tekanan lebih mudah
ditentukan bila kita pilih permukaan batas antara fluida manometer dengan fluida yang
diukur sebagai ketinggian acuan. Dalam gambar 3-15 tekanan pada level AA dikedua
tabung manometer berdasarkan prinsip ketinggian sama maka tekanan harus sama
besar. Pada bagian terbuka (kanan ), terdapat tekanan atmosfir pa yg bekerja pada
fluida, serta tekanan dari level AA tekanannya adalah pa + γh. Tekanan ini harus sama
dengan tekanan yg diukur dibagian kiri, pu. jadi

62
Pu = Pa + γh ……………………………………………….. 3 - 9a
P u – P a = γh ………………………………………………. 3 - 9b

Gambar. 3-15 Manometer tabung U


Pemakaian manometer berdasarkan pada kenyataan bahwa jarak linear
memungkinkan kita memperoleh beda tekanan antara dua titik. Jadi, manometer dapat
digunakan untuk menentukan beda tekanan antara dua titik pada sebuah pipa aliran
fluida. Gambar 3-15 memperlihatkan satu kemungkinan susunan manometer untuk
mengukur beda tekanan antara dua pipa yang dialiri fluida yang berlainan. Manometer
semacam ini disebut manometer differensial dan prinsip-prinsip yang pernah
diturunkan dapat digunakan disini untuk memperoleh beda-beda tekanan antara kedua
pipa.
Pada manometer tabung U sederhana, kita hanya memperhatikan bahwa bekerja
pada fluida manometer tanpa melihat bagaimana datangnya tekanan tersebut.
Perhatikanlah air (atau fluida lainnya) yang mengalir dalam pipa dan fluida (air raksa
atau minyak) digunakan dalam manometer sebagai fluida pengukur seperti pada
gambar 3-14. Tekanan di A dapat diperoleh dari keseimbangan, yaaitu :
pA + γh + γ1h1 = pA …………………………………….. 3 - 13
jaka yg diinginkan tekanan pengukur (gage)
pA = h+ 1h …………………………………………. 3 - 14
pada persamaan (3-13) dan (3-14 ) 1 dianggap konstan dan besarnya sama baik
didalam tabung manometer maupun dalam pipa.

63
SESI / PERKULIAHAN KE : 4

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :


1. Memasang, menggunaan dan membaca alat-alat ukur manometer U sederhana
2. Memasang, menggunaan dan membaca alat-alat ukur manometer differensial

Pokok Bahasan : Alat ukur dan pengukuran tekanan


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari macam-macam
manometer dan cara menganalisis hasil pengukuran akibat perbedaan tekanan pada
level yang sama atau pada level yang berbeda

I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982. Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L. Mott, 1994. Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 & 2, Penerbit Erlangga.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
4. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


1. Sebutkan macam-macam manometer dan jelaskan prinsip kerjanya.
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 1 sampai nomor 10 dan dikumpul sebelum pertemuan
berikutnya dimulai..

64
3.6. Manometer
Secara sederhana manometer terdiri dari tabung tembus pandang yang
berbentuk huruf U yang diperpanjang, dan sebagian diantaranya diisi dengan cairan
yang sesuai, biasanya fluida yang digunakan sebagai fluida pengukur adalah air, air
raksa dan kerosin yang berat jenisnya cukup jelas. Klasifikasi manometer terdiri dari :
3.6.1. Manometer U Sederhana.
Pada gambar 3.16 memperlihatkan manometer U sedehana yang diisi dengan
air raksa (Hg) sebagai fluida pengukur. Salah satu kaki dihubungkan dengan pipa yang
dialiri oleh air dan kaki yang lain terbuka di atmosfir.

Gambar 3.16 Manometer U sederhana.


Dengan menentukan garis horizontal Z-Z sebagai datum dimana :
h1 = tinggi cairan di dalam manometer diatas garis datum (Cm)
h2 = tinggi air raksa pada sisi kiri diatas garis datum (Cm)
s1 = Sp. Gr cairan
s2 = Sp.gr air raksa
h = tekanan static cairan di dalam pipa
Tekanan pada garis horizontal Z-Z pada kaki kiri sama dengan tekanan pada kaki
kanan sehingga tekanan pada kaki kiri = h + s1h1 dan tekanan pada kaki kanan = s2 h2.
Persamaan kedua sisi adalah :
h + s1h1 = s2 h2
h = s2 h2 - s1h1 (Cm H2O)
atau h = ρ2 h2 – ρ1 h1 (kg/Cm2)
atau h = γ2 h2 –γ1 h1 (N/m2) ………………………………….. 3 - 15

65
Bila s1 = sp gr air = 1 dan s 2 = sp.gr. Hg = 13,6, sehingga besarnya tekanan dalam pipa
adalah :
h = 13,6 h2 – 1h1
h = 12,6 (h2 – h1) ……………………………………. 3 - 16
Keadaan ini menunjukan bahwa tekanan fluida yang mengalir dalam pipa lebih besar
dari pada tekanan atmosfir. Pada gambar 3.17 memperlihatkan bahwa tekan atmosfir
lebih besar dibandingkan dengan tekanan fluida dalam pipa sbb;

Gambar. 3.17 Manometer U pengukur tekanan vakum


Bila tabung U sederhana dipakai untuk mengukur tekanan vakum, maka air raksa pada
sisi kiri tabung manometer akan naik, dan dengan mengambil garis datum z-z maka
persamaan tekanan sbb:
h + s1 h1 + s2 h2 = 0
h = - (s1 h1 + s2 h2) …………………………………………… 3 – 17
3.6.2. Manometer dua Tabung piezometer.
Dua tabung piezometer dihubungkan pada titik tekanan yang dapat diukur
seperti pada gambar 3.18 yang mana tinggi fluida pada setiap tabung menunjukkan
eqivalen tekanan statik seperti berikut; h = hA - hA ……………….. 3 - 18

hA

hB

A B

Gambar 3-18. Piezometer

66
3.6.3. Manometer differensial
Bila terjadi perbedaan tekanan antara dua titik dalam satu pipa atau dua pipa
yang berbeda dapat diukur dengan manometer differensial, tabung U yang kedua
kakinya dihubungkan pada dua titik yang akan diukur tekanannya :
1. Dua titik yang sama tinggi
Pada gambar 3-19 memperlihatkan hA > hB dengan menentukan garis datum z-z
maka :
hA + s1 h1 = hB + s3 h3 + s2 h
Dimana : s1 = sp.gr. fluida dalam pipa A
s2 = sp.gr. merkuri (Hg)
s3 = sp.gr. fluida dalam pipa B
Dari persamaan di atas diperoleh :
hA – hB = s2 h + s3 h3 – s1 h1 …………………………………… 3 -19
Bila s1 = s2 maka fluida A sama dengan fluida B
hA – hB = s2 h – s1 (h1 – h3)
= s2 h – s1 h
= (s2 – s1) h …………………………………… 3 - 20

Gambar 3-19 Manometer diferensial penguku ketinggian sama


2. Dua titik berbeda ketinggian
Bila manometer diferensial dihubungkan dengan dua pipa yang tidak sama
ketinggiannya sepert pada gambar 3-20 berikut:

67
Gambar 3-20 Manometer diferensial penguku ketinggian berbeda

Dari gabar diatas dengan garis datum z-z dapat ditentuka :


hA + s1 h1 = hB + s3 h3 + s2 h2
hA – hB = s2 h2 + s3 h3 – s1 h1 ………………………… 3 - 21
Fluida yang tekanannya tidak diketahui dihubungkan dengan bagian atas salah
satu kaki tabung manometer, sedang tekanan fluida acuan diletakkan pada tabung
lainnya, seperti diperlihatkan pada gambar 3-21 Dalam keadaan lunak, perbedaan
antara tekanan acuan diimbangi oleh cairan manometer yang pindah tiap satuan luas,
sehingga
Pmano = m Δho ……………………………………. 3 - 22
γm = Berat jenis fluida pengisi manometer yang telah dikoreksi
ho = Ketinggian fluida pengisi manometer ekivalen yang tergantung pada faktor-
faktor seperti variasi skal terhadap suhu, berat jenis relatif, ketinggian fluida
dan efek kapiler.
Persamaan di atas berlaku selama simpangan fluida manometer besarnya
konstan.Nilai berat jenis m yang dikoreksi karena pengaruh gravitasi setempat
adalah
……….…………………………….. 3 - 23

68
Gambar 3.21 Manometer tabung
Dengan Cg adalah faktor koreksi yang memenuhi persamaan (3-10) dan γc
adalah nilai berta jenis fluida yang tela dikoreksi dari nilai semula γ m pada keadaan
percepatan gravitasi standar ( 32,1740 kaki / detik 2 ) serta suhu t derajat farenheit.
Variasi berat jenis terhadap suhu dinyatakan oleh hubungan empirik :
untuk air raksa

dan untuk air:

……… 3 -

24
Dalam satuan pound per inci kubik, hubungan tersebut telah terbukti cukup memuaskan
bagi pengukuran menggunakan manometer secara teliti beberapa niali γm.t ditujukan
pada tabel 3-4.
Salah satu koreksi penting bagi ketinggian fluida pengisi manometer ekivalen ho
adalah koreksi karena berat relatif serta tinggi relatif fluida yang bersangkutan.
Koreksi hidroliknya adalah :

………………………. 3 - 25

69
Koreksi penting lainnya pada penentuan ho adalah efek kapiler. Bentuk
permukaan antara dua fluida dalam keadaan diam bergantung pada graviasi relatif serta
gay-gaya koheksi dan adhesi antara fluida serta antara fluida dengan dinding pembatas.
Pada permukaan air-udara kaca, bentuk lingkungan permukaan cairan ( yang disebut
meniskus ) cekung, dan air dikatakan membasahi kaca. Dalam keadaan ini semacam
ini, gaya adhesi lebih dominan, menikusnya cembung dan permukaan rakas dalam
tabung akan turun karena gejala kapiler, seperti diperlihatkan pada gambar 3-21.
Dengan berdasarkan pada pembahasan tegangan permukaan dalam bab.2, faktor
koreksi kapiler bagi manometer dapat dituliskan sebagai

……………………………………… 3 - 26

adalah sudut sentuh antara fluida pengisi manometer dengan kaca.


adalah koefisien-koefisien tegangan permukaan antara fluida pengisi manometer (m )
dengan fluida diatasnya ( berturut-turut a dan b ) ra dan rb. Beberapa nilai variabel
kapiler di perlihatkan pada tabel 3-4.

Tabel 3.4 Efek-efek kapiler


Kombinasi Tegangan permukaan ( σ ) Sedut sentuh θ
Dyne/cm Lb/inc (derajat)
Raksa-vacum, kaca 480 2,74 x10-3 140
Raksa, udara, kaca 470 2,68 x10-3 140
Raksa, air, kaca 380 2,17 x10-3 140
Air, udara, kaca 73 0,16 x10-3 0

3.6.4. Manometer Tabung U inverter


Alat ini tipe lain dari manometer inferter seperti pada gambar 3-10, manometer
U inverter dihubungkan pada dua titik tekanan yang berbeda. Dengan mengembil garis
z-z sebagai datum maka :

70
Gambar 3-22 Manometer inverter
Dimana, s1 = sp.gr. fluida dalam pipa A
s2 = sp.gr. merkuri (Hg)
s3 = sp.gr fluida dalam pipa B
hA = tekanan fluida dalam pipa A (Cm H2O)
hB = tekanan fluida dalam pipa B (Cm H2O)
maka :
hB – s1 h1 = hA – s3 h3 – s2 h2
hB – hA = s1 h1 – s3 h3 – s2 h2 ……………………………… 3 - 27
Bila s1 = s3, fluida A sama dengan fluida B :
hB – hA = s1 (h1 – h3) – s2 h2
= s1 h2 – s2 h2
= (s1 – s2 ) h2 ………………………………. 3 - 28

71
SESI / PERKULIAHAN KE : 5

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :


1. Menghitung dan menjelaskan manometer peka
2. Menghitung dan menjelaskan tranduser tekanan

Pokok Bahasan : Gaya-gaya hidrostatik pada bidang datar


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari manometer peka
berupa manometer miring dan manometer tiga fluida serta tranduser tekanan yang
sering digunakan pada industri. Mempelajari macam-macam alat ukur tranduser
tekanan yang dapat membaca dengan tingkat ketelitian yang cukup kecil.

I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982, Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
Edition, Pretntice-Hall Inc. New York Institute of Technology.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
2. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
3. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
4. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
III. Pertanyaan Kunci / Tugas.
Jelaskan prinsip kerja manometer miring dan manometer tiga fluida

IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 11 sampai nomor 15.

72
3.7. Manometer Peka.
Untuk memperoleh ketelitian dan kepekaan manometer yang lebih baik dan
sederhana adalah manometer miring, perhatikan sebuah tangki cairan yang relatif besar
dan dihubungkan dengan tabung kecil yang membentuk sudut terhadap arah
mendatar. Tekanan atau beda tekanan yang akan diukur dilakukan terhadap tangki
besar, sedang tabung yang lain ujungnya terbuka, skamanya diperlihatkan pada
gambar 3-23 .Tekanan yang diukur pu, adalah

Ganbar. 3-23 Manometer mikro


Dengan menentukan level z-z sebagai garis datum dan bila :
h = tekanan fluida di dalam pipa (Cm H2O)
h1 = tinggi fluida di atas z-z (Cm)
h2 = tinggi kenaikan air raksa di atas z-z (Cm)
Δh = perubahan level air raksa dalam merkuri
a = luas kaki manometer (Cm2)
A = luas tangki (Cm2)
s1 = sp.gr. fluida
s2 = sp.gr. air raksa
Persamaan tekana untuk kedua kaki manometer :
h + s1 h1 + s1 Δh = s2 h2 + s2 Δh
h = (s2 h2 – s1 h1) + Δh (s2 – s1) …………………………… 3 - 29
dimana A Δh = a h2

73
Δh = h2

Sehingga h = (s2 h2 – s1 h1) + h2 (s2 – s1) ……………………. 3-

30

Bila perbandingan sangat kecil mendekati sama dengan nol maka

h = (s2 h2 – s1 h1) ……….…………………………… 3 - 31

Ganbar. 3-24 Manometer miring


Seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas dan dari persamaan 3-31
h2 = l sin
Sehingga persamaan 3-25 menjadi :
h = (s2 l sin – s1 h1) ………………………… 3 - 32

74
Gambar 3.25 Manometer miring di Industri

Gambar. 3-26 manometertiga tiga fluida

75
Gambar. 3-27 manometer tabung u peka
Tetapi, h sama dengan h’ sin θ. jadi ,
Pu – pA = γh’ sin θ ………………..……………………… 3 - 33
Karena θ tertentu, maka skala yg ditempatkan sepanjang tabung dapat
dikalibrasi agar langsung menunjukkan tekanan dalam satuan h fluida. Biasanya p u – pA
langsung dibaca dalam inci H2O, atau cm H2O. Metoda lain untuk memperoleh
kepakan dan ketilitian yg lebih baik adalah dengan mengunakan manometer yg berisi
lebih dari satu macam fluida, seperti pada gambar 3-26 mulai dari ketinggian A,
PA – hA γ1 – y γ3 + hB γ2 = PB …………………………. 3 - 34
PA – PB = – (hB γ2 + hA γ1 ) + Y γ3 …………………... 3 - 35
Biasanya manometer dihubungkan pada posisi yg berbeda dari pipa yg sama ,dan 1

diambil sama dengan 2. Juga hB – hA = .sehinga ,


PA – PB ≈ y (γ3 – γ2 ) ……………………………………. 3 - 36
Untuk perbedaan pA – pB yg kecil, maka jelas bahwa fluida manometer ( 3 ) harus
mempunyai berat jenis yg hampir sama dengan berat jenis fluida dalam pipa. Untuk
perbedaan tekanan yg besar, dapat digunakan fluida berat yang grafitasi spesifiknya
(sp.gr.) besar, seperti air raksa, untuk memperbesar 3 – 2 dan memperkecil
pembacaan manometer .
Cara lain untuk meningkatkan kepekaan manometer diperlihatkan pada gambar
3-27 dimana ujung manometer merupakan tabung yang besar dan luasnya sama serta

76
berisi dua macam fluida yang tak dapat bercampur. Untuk mengukur tekanan dilakukan
dengan menentukan permukaan fluida dari kedua kaki manometer tersebut pada level
AA dan tinggi kedua fluida terhitung dari AA adalah h1 dan h2, . karena dalam keadaan
setimbang maka :
h1 1 =h2 2 ……………………………………….. 3 - 37
dengan 1 dan 2 adalah berat jenis fluida-fluda dalam tangki.
Pengukuran tekanan dilakukan pada bagian kanan tabung, yang mengakibatkan
permukaan fluida berpindah dan bersamanya perpindah sejauh Y menjadi A1A1.
Sekarang tinggi fluida diatas A1A1 adalah x1 dan x2,dan tekanan yg dilakukan adalah
pB;
PA + x1γ1 = x2 γ2 + PB ……………………………… 3 – 38a
PB – PA = x1γ1 – x2 γ2 ………………………………. 3 – 38b

3.8. Tranduser Tekanan


Pada pasal terdahulu telah dibahas lima standar tekanan yang digunakan baik
untuk kalibrasi maupun untuk pengukur tekanan sistim statik. Dalam pasal ini kita akan
membahas beberapa piranti yang sering digunakan dalam pengukuran yang
menggunakan unsur elastik untuk mengubah energi fluida menjadi energi mekanik.
Piranti semacam ini disebut Transduser Tekanan. Contoh transduser tekanan mekanik
yang hanya menggunakan unsur elastik meliputi pengukur torak bobot mati,
manometer, pengukur tekanan bourdon, peniup dan pengukur diafragma. Transduser
elektrik mempunyai bagian yang mengubah simpangan menjadi sinyal elektrik.
Transduser elektrik aktif akan menghasilkan keluaran berupa tegangan atau arus
sebagai fungsi dari simpangan, dan pengukur Piezoelektrik merupakan salah satu
contoh transduser tekanan elektrik aktif.
Sedangkan transduser pasif memerlukan sinyal luar dan bagian ellektrik yang
digunakan dalam transduser elektrik pasif meliputi pengukur regangan, potensiometer
kawat geser, pengukur kapasitansi, trafo diferensial linear dan perangkat reluktansi

77
fariabel. Pada transduser ini, peranti elastisnya adalah tabung bervolume kecil yang
satu ujungnya terpasang mati sedang ujung alainnya bebas menyimpang bila ada beda
tekanan terhadap dinding tabung, seperti pada gambar 3-28, tabuing berpenampang
oval melengkung menurut busur lingkaran bila ada tekanan, jejari busur lingkaran akan
bertambah. Melalui sambungan yg hampir tak bergesekan, dan ujung tabung yg bebas
akan memputar jarum sepanjang skala yg telah di kalibrasi untuk menunjukkan
gambaran mekanik dari tekanan sebagai hasil pengukuran. Tekanan acuan pada tabung
bourdon biasanya adalah tekanan udara ular (atmosfir), sehinga jarum akan
menunjukkan tekanan pengukur (gage). Tekanan mutlak dapat diukur langsung tanpa
harus menghampakan seluruh tabung, seperti pada gamabr 3-28. Pengukur Barometer
Boudon sesuai untuk pengukuran tekanan mutlak, tekanan pengukuran dan tekanan
differensial dengan ketidak pastian kalibbrasi sebesar 0,1 % dari pembacaan.
Piranti elastik lainnya yang sering digunakan dalam transduser tekanan dalam
ubub (peniup), seperti ditunjukkan pada gambar 3-29 yang perbedaan tekanannya akan
ditunjukkan oleh sebuah jarum.

Gambar 3-28 (a) pengukuran bourdon

78
Gambar 3.28 (b) Pengukuran bourdon yg digunakan dalam pengukuran
tekanan mutlak.

Gambar 3.29 Pengukur Ubub

79
Piranti elastik yang lain adalah diafragma seperti pada gambar 3-29,
diafragmanya bisa berupa keping datar, bergelombang ataupun seperti piring
tergantung pada kekuatan dan jumlah simpangan yang diinginkan, pada peranti dengan
ketelitian tinggi sepasang diafragma dipasang saling membelakangi dan membentuk
kapsul elastis. Satu tekanan dikerjakan pada bagian dalam kapsul, sedang tekanan
lainnya dikerjakan dibagian luar. Tergantung pada besarnya tekanan. Transduser
tekanan elektrik pasif yang banyak digunakan ialaah jenis hambatan (tahanan)
variabel. Pengukur tegangan (straingage merupakan tranduser tekanan yang paling
banyak digunakan dengan prinsip kerja; timbulnya perubahan hambatan elektrik suatu
kawat jika panjangnya berubah dengan adanya pembebanan.
Dalam pengukur regangan yang tak terikat, empat kawat secara elektrik
menghubungkan penjepit bersikat yang diletakkan pada kerangka tegar dengan
penjepit yang diletakkan pada angker yang dapat bergeser, seperti pada gambar 3-30.
Kawat-kawatnya dipasang dalam keadaan tegang dan membentuk kaki-kaki.

Gambar 3-30 Transduser tekanan diafragma.

80
rangkaian jembatan. Bila ada tekanan, elemen elastik (biasanya diafragma) akan
menggerakkan angker, sehingga dua kawat yang lain akan berkurang. Perubahan
hambatan ini mengakibatkan jembatan tak berimbang, dan besarnya sebanding dengan
tekanan yang diukur. Pengukur regangan yang terikat berbentuk filamen kawat halus
yang ditempel pada kain, kertas atau plastik dan direkatkan pada keping lentur yang
mendapatkan beban dari elemen elastic,seperti pada gambar 3-32. Sebagian besar
transduser tekanan pengukur regangan mempunyai impedansi keluaran jembatan
nominal 350 Ω, tegangan eksitasi nominal 10V (ac atau dc) dan frekuensi sampai 50
Hz. Resolusinya tak terhingga, dan ketakpastian yang biasa dijumpai untuk pengukur
semacam ini adalah 1% dari skala penuh.
Bentuk transduser tekanan elektri lain yang digunakan dalam industri, adalah
transduser potensiometer, kapasitansi variabel, travo differensial variabel linear
(LVVDT), dan transduser eluktansi variabel. Tipe potensiometer beroperasi sebagai
transduser tekanan hambatan variabel.

Gambar 3-31 Jenis pengukur regangan tak terikat.

81
Gambar 3-32 Jenis pengukur regangan terikat.

Gambar 3-33 Travo Differensial Variabel Linear.

Dalam transduser tekanan kepastian variabel, elemen elastik biasanya


merupakan diafragma logam yg bertindak sebagai satu keping dari kapasitor. Dengan
adanya tekanan, diafragma tersebut akan bergerak relatif terhadap keping lain yg diam
dan dengan menggunakan rangkaian jembatan yg sesuai variasi maka kapasitansi
dapat diukur dan dihubungkan dengan tekanan melalui kalibrasi .
Elemen elektrik dalam LVDT terdiri dari tiga kumparan yg dipasang pada
suatu kerangka, sepertigambar 3-33. inti magnetik yg berpusat dalam kumparan dapat
digerakkan oleh elemen elastik ubub, bourdon atau diafragma. Kumparan dalam, yg

82
merupakan lilitan primer trafo, mempunyai tegangan eksitasi bolak balik (a .c.) pada
ujung-ujungnya.

3.9. Latihan
3.1. Sebuah manometer dihubungkan dengan tangki seperti diperlihatkan gambar 3-12.
Tentukan tekanan dalam tangki, jika tekanan akmosfir 100 kPa?

Gambar 3-34
Jawab.
Karena B dan C tingginya sama, maka menurut prinsip ketinggian sama/tekanan sama,
pc = pb. dibagian kiri , jika kita naik sampai di D, maka tekanannya akan berkurang
sebesar minyak (0,12 + 0,35 ) dan ini harus sama dengan p u, tekanan dalam tangki
yg belum diketahui. Jika informasi ini digabungkan, maka
pa + Hg (0,35) – minyak (0,12 + 0,35) = pu
dengan air = 9,806 kN/m3 serta data dari soal,
100 kPa + 13.6 x 9.806 kN/m3 x 0,35 m – 0,9 X 9,806 kN/m3 X 0,47 = pu
142,53 kPa = pu.
jelas bahwa ini merupakan tekanan mutlak (absolut). Untuk tekanan pengukur (gage),
adalah pu – pa = 142,53 – 100 = 42.53 kPa.
Soal-Soal
3-1. Suatu kolom air tingginya 8 meter. Berpakah kPa tekanan karena air di adasar

83
kolom? Gunakan γ = 9400 N/m3
3-2. Jika tekanan atmosfir 100 kPa, berapa tekanan mutlak pada soal 3-1 ?
3-3. Jika tekanan atmosfir di suatu tempat besarnya setengah dari tekanan di permu-
kaan laut, tentukan ketinggian tempat tersebut. Anggaplah suhu udara tetap dan
besarnya 70oF.

3-4. Sebuah barometer menunjukan 750 mmHg dipermukaan laut pada suhu 20oC. Jika
sekarang barometer tersbut dibawah ke sebuah bukit yang tinggi 1000 m, berapa-
kah pembacaan barometer ? anggaplah suhunya tetap.
3-5. Jika sebuah barometer menunjukkan 750 mmHg, berapakah tekanan mutlak jika
suatu pengukur menunjukan tekanan pengukur 70 kPa. Berat jenis relatif air raksa
13,6.
3-6. Sebuah pengukur tekanan menunjukkan 90 kPa diatas tekanan atmosfir. Jika pem-
bacaan barometer 760 mmHg (berat jenis relatif raksa 13,6 γair = 9810 N/m3),
berapakah tekanan mutlaknya ?
3-7. Pada gambar P3.35, sebuah manometer dihubungkan dengan suatu tangki yang
mula-mula terbuka . Jika tangki ditutup dan tekanan undara di atas air dinaikan
menjadi 70 kPa di atas tekanan atmosfir, berapa pembacaan manometer ?
3-8. Berapakah Pu pada manometer seperi terlihat pada gambar P3-36 ?
3-9. Hitunglah tekanan udara yang terperangkap serta pembacaan pengukur tekanan
pada manometer seprti terlihat pada gambar P3.37. Tekanan atmosfir 100 kPa ?
3-10. Pada gambar P3-38, berpakah pembacaan pengukur ?
3-11. Pada gambar P3-39, berapakah pembacaan pengukur jika tekanan barometer 100
kPa ?
3-12. Sebuah manometer tabung U dihubungkan dengan sumber tekanan seprti pada
gambar P3.40 berapakah tekanan yang diukur, jika Pa = 100 kPa. Anggaplah
berat udara dapat diabaikan.
3-13. Tentukan beda tekanan antara A dan B pada gambar P3.41.
3-14. Pada gambar P3-42, berapakah tekanan dalam tangki di atas permukaan air ?

84
3-15. Pada gambar P3-43, berapakah tekanan pada garis A ?

Sg = 2,0

Gambar P3.35 Gambar P3.36

Gambar P3.37 Gambar P3.38

85
Gambar P3.39 Gambar P3.40

Gambar P 3.41 Gambar P3. 42

86
Gambar P3-43

87
SESI / PERKULIAHAN KE : 6

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :


1. Menghitung dan menjelaskan statika fluida
2. Menghitung dan menjelaskan gaya-gaya pada bidang dibawah permukaan

Pokok Bahasan : Statika Fluida


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari: Gaya static fluida,
menentukan ketinggian suatu tempat dan gaya-gaya normal yang bekerja pada bidang
di bawah permukaan baik tenggelam secara verikal maupun tenggelam secra miring.

I. Bahan Bacaan
1. Irving Granet, 1982., Fluid Mechanics For Engineering Technology, Second
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.

II. Bahan Bacaan Tambahan


1. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
2. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
3. T.R. Banga, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher, 1983
4. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


Hitung julah gaya normal yang bekerja pada bidang di bawah permukaan fluida

IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 4-1 smpai dengan nomor 4-5

88
BAB IV
STATIKA FLUIDA.
4.1. Pendahuluan
Studi mengenai fluida diam atau yang tidak mempunyai kecepatan relatif
terhadap pengamat dalam medan grafitasi disebut statika fluida. Jika fluida relatif diam
terhadap pengamat, maka tak ada kecepatan relatif antara lapisan-lapisan fluida yang
berdekatan sehingga tak ada masalah kekentalan dalam statika fluida. Anggapan
tersebut memungkinkan untuk membahas fluida diam secara matematis, dan hasilnya
sangat tepat untuk tujuan kerekayasaan. Bagi sebagian besar tujuan rekayasa, jika
fluida relatif diam terhadap sistem yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif
terhadap bumi, maka fluida dapat dianggap diam, karena tidak mempunyai percepatan
relatif terhadap bumi.
Untuk memecahkan persoalan statika fluida, hanya diperlukan prinsip
kesetimbangan benda, seperti dalam mekanika. Jadi untuk benda (atau elemen massa)
yang berada dalam keadaan setimbang, maka jumlah gaya luar dan jumlah momen
yang bekerja padanya adalah nol. Prinsip ini digabungkan dengan pengetahuan tentang
kerapatan fluida.
4.2. Tekanan Statik Fluida.
Dalam bab dua, tekanan didasar kolom cairan yang seragam diturunkan sebagai
fungsi dari berat jenis dan tinggi kolom cairan tersebut. Sekarang masalah tersebut
akan dilihart dari pandang yang sedikit berbeda. Perhatikanlah silinder fluida dengan
ketinggian h dan berat jenis γ. Tinggi kolom diukur positif kearah vertikal atas,
seperti pada gambar 4-1. Dengan menerapkan sarat kesetimbangan, yaitu jumlah gaya
pada arah vertikal didasar kolom harus nol,maka gaya berat yang bekerja kebawah
adalah :
W = hA ……………………. 4-1
Maka pA = hA
Atau p = h .,……………………. 4-2

89
Medan grafitasi

Luas penampang = A

pA
Gambar 4-1 Pengukuran tekanan fluida diam.

Karena h diukur positif kearah “atas”, maka pada persamaan 3.2a harus diberi tanda
kurang, karena berat bertambah kearah “bawah”. Jadi persamaan 3.2 a harus ditulis
P = - h ……………………….. 4-3
Perhatikan bahwa persamaan 3.2a hanya berlaku bagi tekanan kolom cairan saja, tanda
negatif p berarti bahwa tekanan akan berkurang, jika kita naik keatas sepanjang kolom,
dan dianggap konstan. Persamaan 3.2 dapat juga diinterpretasikan menggunakan
gambar 4-2, yang merupakan grafik dan tekanan terhadap ketinggian, dimana
ternyata merupakan kemiringan yang tetap dan dari gambar 4-2 dapat dituliskan .
P = pa + γ h – γx = pa γ (h – x ) ……………………………. 4-4
p
Pa + γh

Kemiringan - γ
∆p

∆X
pa

Tinggi
Gambar 4-2. Hubungan p-x untuk suatu kolom cairan.

90
Dengan Pa adalah tekanan terhadap permukaan bebas dibagian atas (puncak)
kolom. Persamaan 4.2 menyatakan hubungan mendasar antara tekanan, berat jenis dan
tinggi kolom. Seperti telah disebutkan terdahulu tanda negatif menunjukkan bahwa
tekanan berkurang, jika kita bergerak keatas sepanjang kolom. Perhatikan bahwa
tekanan kolom dapat menyatakan dalam tinggi fluida dan kerapatan tertentu. Dalam
peristilahan hidrolika, hal ini dikenal sebagai tinggi tekan (tinggi energi / head. Jika
kerapatan cairan tidak konstan (misalnya karena gradien suhu atau pengaruh tekanan),
maka persamaan 4.2 harus diefaluasi dengan yang berubah besarnya.
Pada gambar 4-3 terdapat empat bejana berbeda yang berisi fluida dengan berat
jenis sama dan bagian atasnya terbuka keatmosfir. Dipuncak ketinggian A, tekanannya
sama dengan tekanan atmosfir, pada ketinggian sembarang lainnya, B yang berada
dibawa A sejauh x , tekanan dalam setiap bejana akan sama, yaitu P B = PA + . x.
variasi tekana hanya merupakan fungsi berat jenis dan kedalaman. Jadi tidak
bergantung pada bentuk,ukuran dan orientasi bejana. Hal ini juga ditunjukan pada
gambar 4-4, yakni tangki dengan beberapa penampang yang berbeda. Perhatikan
bahwa P1 = P2 = P3; garis dengan ketinggian sama juga merupakan garis dengan
tekanan yang sama pula. Hal ini dikenal denagn istilah prinsip ketinggian sama/
tekanan sama, dan merupakan dasar bagi pengukuran tekanan menggunakan
barometer atau manometer.

Gambar . 4-3 Prinsip tekanan sama / ketinggian sama .

91
Gambar. 4-4 prinsip tekanan sama / ketinggian sama

Terdapat masalah yang berkaitan dengan kerapatan yg berubah. Misalkan


tekanan atmosfir lokal dipermukaan laut diketahui dan jika pesawat terbang berada
pada ketinggian 1000 kaki diatas permukaan laut, berapakah tekanan disitu ?
sebaliknya , jika pembacaan barometer disuatu tempat diketahui berapakah tinggi
tempat tersebut ? untuk menjawab masalah ini, dengan menganggapan bahwa suhu
udara konstan dan gunakanlah persamaan 4-2, tuliskan kembali untuk variasi , yaitu

……..……………………………. 4-

Hubungan antara tekanan, suhu dan kerapatan untuk gas ideal ( udara dapat
dianggap gas ideal), yaitu

P υ = R T atau ………………………………… 4-6

dengan p adalah tekanan dalam Pa, R konstanta gas ( 29,24 m atau 286,8
J/kg ), T suhu mutlak dalam derajat kelvin, dalam N/m3 , masukan dari
persamaan (3.4 ) ke persamaan (3.3),

……………………………………….. 4-7

atau ……………………………………. 4-8

92
Untuk memperoleh jawaban persamaan 4-8, persamaan tersebut harus
dijumlahkan pada batas tekanan yg diinginkan, secara grafis, proses penjumlahan ini
dapat digambarkan menurut gambar 4-5. dalam bentuk grafik hubungan antara 1/p
terhadap p. Dengan memilih nilai p seperti pada gambar, luas daerah yg diarsir
diperoleh sama dengan p/p, jadi jumlah dari nilai-nilai p/p, sama dengan luas
didaerah dibawah kurva antara harga batas p1 dan p2 . dengan metode kalkulus, dapat
ditunjukkan bahwa luas tersebut sama dengan ln p2 / p1 (dengan )ln x = elog x =2.3026
10
log x . Kembali pada persamaan 4-8 dan dengan catatan bahwa pada saat ini R dan T
kontas, maka ruas kanannya dapat dihitung secara grafis dengan membuat grafik antara
x terhadap 1/RT, seperti pada gambar 4-6. Untuk semua nilai Ax, 1/RT kontas dan
kurvanya berupa empat persegi panjang yg luasnya sama dengan x/RT. Jadi, persamaan
4-8 akan menjadi :

…………………………………………………. 4-9

Gambar 4-5 Perhitungan Ap/p

93
Gambar 4-6 Perhitungan Ax/RT

Pembacaan barometer berbandingan lurus dengan tekanan atmosfir setempat,


oleh karenanya perbandingan p1/p2 dapat digantikan oleh pembacaan barometer b1dan
b2 sebagai perbandingan b1/b2. Persamaan 4-9 akan menjadi:

………………………………………… 4 - 10

Dengan x adalah perbedaan ketinggian , b1dan b2 adalah tekanan barometer turut-


turut dipermukaan laut dan diketinggian tertentu.
Perhatikanlah bahwa untuk beda ketinggian yg kecil, anggapan suhu tetap
cukup tepat.untuk beda ketinggian yg besar, terdapat perbedaan suhu yg cukup besar,
sehingga persamaan 4-9 tak dapat digunakan.
Untuk memudahkan dan menstandarkan data, standar atmosfir telah
ditetapkan seperti pada tabel 4-1 . perhatikanlah bahwa suhu tidak konstan dan
persamaan yg kita turunkan hanya sahih untuk beda ketinggian yg kecil .
Jika h adalah ketinggian dari permukaan laut (dalam kaki ) dan suhu dianggap
berkurang secara linear, maka secara perdekatan :
T = (519 – 0,00357 h ) oR ……………………….. 4 - 11
Pada ketinggian 35.000 kaki,suhu menjadi - 67 oF dan lebih tinggi dari suhu
dianggap konstan.

94
Tabel 4-1 Standar atmosfir ICAO

4.3. Gaya-gaya Pada Bidang di Bawah Permukaan.


Pada bab 2, telah dibahas bahwa tegangan geser dalam fluida berbanding lurus
dengan perbedaan kecepatan antara permukaan yang bergeseran serta berbanding
terbalik dengan jarak pemisah permukaan tersebut. Jika fluida dalam keadaan diam,
maka tegangan gesernya sama dengan nol, yang berarti tak ada gaya tangensial yang
terjadi pada fluida. Jadi gaya yang muncul adalah gaya yang arahnya tegak lurus
terhadap permukaan yang bersentuhan dengan fluida. Jika suatu bidang seluruhnya
berada dalam fuida, maka biadang tersebut akan mendapat gaya normal pada kedua
sisinya, yang cenderung akan menekannya. Tetapi, jika bidang ditempatkan dalam
fluida sedemikian rupa sehingga hanya satu sisi yang mendapat tekanan fluida, maka
bidang tersebut akan mengalami gaya yang tak seimbang.
Karena tekanan tergantung pada kedalaman, maka tekanan terhadap suatu bidang
yang tidak mendatar besarnya bervariasi. Mula-mula perhatikanlah sebuah bidang
vertikal dan ada tiga kemungkinan permasalahan yang akan muncul yaitu (1) bidang

95
vertikal yang menyentuh permukaan bebas, (2) bidang vertikal yang seluruhnya
terendam dalam fluida, dan (3) bidang vertikal dengan tinggi cairan pada kedua sisinya
berbeda.
Pada kasus pertama, bidang vertikal yang menyentuh permukaan bebas, tekanan
pada salah satu sisi akan berubah secara linear dari nol sampai γh, sesuai dengan kolom
fluida pada sisi tersebut. Hal ini secara skematis digambarkan pada gambar 4-7, yang
menunjukkan perubahan tekanan secara linear, dan menghasilkan distribusi tekanan
berupa segitiga seperti pada gambar 19.

Gambar 4-7. Gaya normal pada bidang vertikal


Seperti pada gambar diatas memperlihatkan benda permukaan secara vertical dengan :
A = Luas permukaan
= titik berat (centre of gravity, Cg) dari permukaan bebas.
γ = berat jenis fluida
Total gaya pada bagian terkecil (strip) sama dengan tekanan intensity (p) dikali
luas strip sehingga :
Fn = p . b . dx
Fn = γ. x . b . dx
Fn = γ b.x.dx
Jadi total gaya normal yang bekerja pada permukaan vertical dari permukaan fluida:

96
Fn = γ . A . ( N ) ………………………………. 4 - 12

Gaya yang bekerja pada luas A, sama dengan tekanan rata-rata terhadap
permukaan tersebut dikalikan dengan luasnya. Tekanan rata-ratanya adalah

Prata-rata = γx + …………………………………. 4 - 13

Gambar 4-8 Tekanan terhadap bidang vertikal yg berada dalam fluida dan salah
satu ujungn menyentuh permukaan bebas .

Gaya yg bekerja terhadap luas ∆A adalah hasil kali tekanan dengan luas,

Fx = γ x (∆A) + ………………………………… 4-

14
karena ∆x kecil, maka suku (∆x) (∆A) menjadi sangat kecil dan dapat diabaikan jika
dibandingkan suku lainnya yg mengandung x. jadi suku kedua pada persamaan 4-14
dapat diabaikan jika dibandingkan dengan suku pertama.
Fx = γ x (∆A) …………………………………… 4 - 15
Untuk menghitung gaya total pada bidang , maka suku F x dijumlahkan untuk semua
nilai x jika lebar bidang konstan, maka A sebagai hasil penjumlahan ∆A, bukan
merupakan fungsi x, dan untuk menghitung gaya total mengunakan nilai rata-rata x.
jadi, karena x berubah dari nol sampai h, maka

97
Fx = ………………………………………… 4-

16
perhatikan bahwa h/2 menyatak titik berat (atau sentroid) sebuah persegi panjang dan
tekanan rata-rata pada bidang adalah γh/2 atau γh dengan h adalah posisi titik berat
dihitung dari permukaan cairan.
Sekarang perhatikan sebuah bidang yg lebarnya tidak tetap, tetapi berubah
terhadap kedalamaan , seperti terlihat pada gambar 4-9 tekanan terhadap luas ∆A yg
kecil dapat dituliskan sebagai

P= ……………………………………………… 4 - 17

dan tekanan yg bekerja terhadap seluruh permukaan keping adalah

P= …………………………………………. 4-

18
dengan menyatakan penjumlahan untuk seluruh nilai tersebut.
Dari fisika dasar telah diketahui, bahwa (x ∆A/A) merupakan posisi titik berat
atau sentroid dari permukaan dengan luas tertentu. Jadi;
p =γh …………………………………………….. 4 - 19
dengan h adalah posisi titik berat benda dihitung dari permukaan.
Dari persamaan (4-9), terlihat bahwa bidang vertikal yg berada dalam dan
menyentuh permukaan fluida, ternyata tekanan rata-rata terhadap bidang merupakan
hasil kali berat jenis fluida dengan kedalaman titik berat (Cg) dihitung dari permukaan
fluida. Gaya totalnya merupakan hasil kali luas total dengan tekanan rata-rata
tersebut ,jadi
Ftotal = γ A …………………………………………. 4 - 20
Kasus kedua jika bidang vertikal tersebut seluruhnya berada (terendam) dalam
fluida. Gambar 4-20 memperlihatkan sebuah bidang vertikal tipis yang bagian atasnya
berada pada jarak tertentu dibawah permukaan cairan.

98
Gambar 4-9 . Permukaan vertikal yang seluruhnya teredam.

Tekanan pada tiap sisi berubah secara linear terhadap kedalaman fluida, dan grafik
antara tekanan terhadap kedalaman merupakan sebuah trapesium, dengan tekanan
diujung atas keping sama dengan h1 dan diujung bawah sama dengan h 2 maka gaya
terhadap luas sama dengan tekanan rata-rata dikalikan dengan luas. Jadi
Fx = P A ………………………………………… 4 - 21a

Atau P = …………………………………………. 4 - 21b

Dan P = ………………………………………… 4 - 22

Jadi gaya terhadap ∆A, adalah

Fx = ( ……………………………………….. 4 - 23

Dengan mengabaikan bilangan kecil pada persamaan (3.32), lalu persamaan


tersebut dijumlahkan untuk seluruh nilai, akan diperoleh
Fx = γ x ∆A …….……………………………….. 4 - 24
Karena tekanan adalah gaya dibagi luas, maka tekanan rata-rata terhadap keping sama
dengan,

P= ………………………………………………… 4 - 25

Dimana A adalah luas keping total dan menyatakan penjumlahan nilai tersebut untuk
seluruh keping. sama dengan posisi titik berat atau sentroid keping. Jadi

99
untuk keping vertikal yang seluruhnya terendam, tekanan rata-rata terhadap
permukaannya sama dengan hasil kali antara berat jenis fluida dengan kedalaman titik
berat di bawah permukaan fluida. Jadi gaya total besarnya sama dengan luas total
dikalikan dengan tekanan rata-rata.
Pada kasus terakhir mengenai permukaan vertikal yang mengalami gaya
hidrostatik, perhatikan sebuah keping yang berada dalam sejenis fluida, namun
ketinggian fluida disisi kiri berbeda dengan sisi kanan. Gaya total yang bekerja pada
keping tersebut dapat diperoleh dengan menghitung gaya pada tiap sisi secara terpisah,
lalu menjumlahkannya secara vector, seperti pada gambar 4-10, pernyataan mengenai
gaya total pada kasus ini dapat diturunkan. Distribusi tekanan dibagian kiri merupakan
segitiga yang dimulai dari nol pada permukaan atas yang bebas sampai h 1 pada
bagian bawah keeping.

Gambar. 4-10 Permukaan vertikal yang terendam secara umum.


Dibagian kanan, distribusi tekanannya juga merupakan segitiga yang dimulai
dari nol pada permukaan bebasnya sampai h3 pada bagian bawah keping. Dengan
menjumlahkan kedua diagram tersebut, yang hasilnya ditunjukkan oleh garis putus-
putus, diperoleh bahwa mulai dari h2 ke bawah tekanannya terhadap keping besarnya
tetap, yaitu h2. Jadi gaya total terhadap keping adalah

Ftotal = γ h2 A1 + γ A2 ……………………………………….. 4 - 26

100
dengan A1 adalah luas keping di bawah permukaan cairan sebelah kanan dan A2 luas
keping dibagian atas permukaan cairan kanan.
Permukaan-permukaan vertical dan mendatar dapat mewakili kasus khusus dari
bidang yang berbeda dalam fluida, yang umumnya bidang tersebut membentuk sudut
sembarang terhadap permukaan cairan yang bebas. Perhatikan bidang yang terlihat
pada gambar 4-11, yang membentuk sudut θ terhadap permukaan cairan. Pada awal bab
ini, telah dibuktikan bahwa besar tekanan yang bekerja pada suatu bidang mendatar
harus sama disetiap titik pada bidang tersebut. Jadi, tekanan pada kedalaman x akan
selalu sama dan tidak tergantung pada orientasi bidang, dalam hal ini tegak lurus
terhadap y disekitar luas A. Dengan menggunakan cara yang sama, akan diperoleh
P=γ sin θ …. ………………………………………. 4 - 27
dan karena L sin θ = , maka
P=h
Perhatikan bahwa dalam persamaan (3.36) dan (3.37), L dan h merupakan jarak
titikberat keping dihitung dari permukaan (gbr.3-22). Jadi, kita peroleh
Ftotal = γ A. ………………………………….. 4 - 28
Jadi secara umumdapat dinyatakan bahwa gaaya total yang bekerja pada suatu luas
bidang yang terendam (berada dalam fluida) sama denganhasil kali antara berat jenis
cairan (fluida) dengan luas dan dikalikan lagi dengan kedalaman titik berat (atau
sentroid) luas dihitung dari permukaan cairan (fluida). Kesimpulan ini tidak tergantung
pada besarnya sudut yang dibentuk bidang tersebut dengan bidang datar.

101
Gambar 4-11 Bidang miring yang terendam

SESI / PERKULIAHAN KE : 7
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menentukan letak titik grafitasi dan titik pusat tekanan
2. Menjelaskan dan menentukan gaya-gaya apung pada benda yang tenggelam
3. Menjelaskan dan menentukan gaya pada permukaan lengkun, bola dan selinder

Pokok Bahasan : Statika Fluida


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari tentang

102
kesetimbangan benda yang berada dibawah permukaan sebagai fungsi dari titik
grafitasi, titik pusat tekanan dan gaya apung pada permukaan rata serta gaya-gaya
normal pada permukaan lengkun dan selinder.

I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
2. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
5. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


Jelaskan fungsi titik pusat tekanan dan gaya-gaya normala pada benda di bawah
permukaan.
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 4.6 sampai dengan nomor 4.11
4.4. Letak Titik Tangkap Tekanan (Pusat Tekanan).
Pada pasal yanga lalu, telah dibahas besarnya gaya yang bekerja pada suatu luas
bidang tertentu. Karena gaya merupakan besaran vektor, maka agar lengkap gaya harus
dinyatakan dengan besar, arah dan titik tangkapnya. Sejauh ini kita telah menentukan
besar dan arah, namun belum menentukan titik tangkap vektor tersebut (gaya). Untuk
mentukan titik tangkap gaya-gaya tersebut, perhatikan lagi kasus bidang vertikal yang
seluruhnya berada dalam fluida seperti pada gambar 4-10. Karena bidang tersebut

103
berada dalam keadaan setimbang, maka jumlah momen terhadapsembarang titik harus
sama dengan nol.
Jadi dengan mengacu pada gambar 4-11 dan menggunakan notasi hcp bagi posisi
vertikal titik tangkap gaya resultan.
(Ftotal) hcp = γ x ∆A (x) …………………………………. 4 – 29a

hcp = ……………………………………………… 4 - 29b

Ftotal = γ A

hcp = ……………………………………………… 4 - 30

pada persamaan 4-30 adalah momen luas atau momen kelembaman/inersia


(I) dari bidang seluas A dengan sumbu pada permukaan cairan. Ternyata, persamaan
(3.40) lebih mudah jika dinyatakan dengan momen inersia terhadap titik berat bidang
luas (IG). Dengan teorema sumbu sejajar pada mekanika, yang diterapkan pada
persamaan 4-30, maka diperoleh

hcp = …………………………………………… 4 - 31

dimana adalah posisi titik berat dan IG adalah momen inersia luas bidang
terhadap sumbu sentroid. Titik tangkap gaya resultan disebut sebagai pusat teknanan.
Tabel 3-2 menu njukkan nilai besaran-besaran untuk beberapa bentuk benda luas.
Perhatikanlah bahwa dapat menghitung maupun IG secara numerik dengan membagi
luas benda menjadi beberapa bagian kecil. Untung bidang yg tak vertikal, seperti pada
gambar 4-10, posisi pusat tekanan dapat dihitung dengan cara yg sama seperti untuk
bidang vertikal. Jika hal ini dikerjakan menggunakan kalkulus, dapat dibuktikan bahwa

Lcp = ……………………………………….. 4 - 32

dengan Lcp menyatakan posisi pusat tekanan sepanjang bidang. Jadi jarak permukaan
cairan kepusat tekanan sepanjang bidang sama saja, tidak tergantung sudut kemiringan,
selama sudut tersebut tidak nol. Pusat tekanan selalu berada dibawah titik berat.

104
4.5. Gaya Apung Pada Benda Dalam Fluida
Jika sebuah benda ditimbang dalam hampa udara lalu ditimbang lagi dalam
fluida, maka akan terdapat perbedaan penimbangan antara keduanya. Hal ini
diakibatkan oleh adanya gaya apung dari fluida yg dipindahkan. Untuk menghitung
pengaruh ini, perhatikan benda pada gambar 4-12(a). Benda tersebut dianggap
melayang seluruhnya dalam fluida, dan dalam keadaan setimbang. Jelas bahwa hal
tersebut merupakan persoalan hidrostatika yg dapat diselesaikan mengunakan prinsip
dengan melihat volume yg kecil seperti pada gambar 4-12(b) dan kemudian
menjumlahkan seluruh volume tersebut.

(a) (b)

Gambar 4-12 Benda yg terendam


Tabel 4-2. Besara-besaran pada benda luas (2 dimensi ).

105
106
Dari diagram benda bebas seperti diatas, kita cukup melihat gaya-gaya vertikal
saja, karena seluruh gaya-gaya mendatar pada benda sama besar dan saling berlawanan
sehingga tak ada resultan gaya mendatar. Gaya-gaya yg arahnya vertikal adalah berat
benda dan gaya-gaya pada ujung-ujung benda, dan resultan ketiga gaya tersebut sama
dengan penjumlah tiga vektor dengan demikian :

Berat semu (resultan) = W + p1 ∆A – p2 ∆A …………………… 4 – 33a


= γb ∆V + γf h1 ∆A – γf h2 ∆A ……….. 4 – 33b

dengan γb adalah berat jenis benda dan γf berat jenis fluida. Volume elemen
tersebut adalah ∆V dan sama dengan (h2 – h1) A. Sehingga,
Berat semu = γb ∆V – γf ∆V = ∆V ( γb – γf ) ………………….. 4 - 34
Perhatikan bahwa berat semu sama dengan berat benda dalam ruang hampa
dikurangi berat fluida yang dipindahkan. Jika seluruh elemen volume yang kecil
dijumlahkan, maka diperoleh volume total benda. Jadi:
Berat semu benda dalam fluida = ∆V (γb – γf ) …………….. 4 - 35
Dengan kata lain, benda yang berada dalam fluida mengalami gaya apung besarnya
sama dengan berat fluida yang dipindahkan, agar benda seitimbang. Hal ini dikenal
sebagai prinsip Hukum Achimedes.

4.6. Gaya-gaya Pada Pemukaan Lengkung


Telah dibahas gaya-gaya yg bekerja pada permukaan datar. Seringkali dalam
bidang kerayakasan dijumpai permukaan lengkung dan kita harus menentukan gaya-
gaya yg bekerja terhadap permukaan tersebut, secara umum persoalan gaya resultan
pada permukaan tak teratur dapat disederhanakan menjadi pemecahan sistim gaya yg
tak sejajar dan tak setimbang. Tetapi, pada banyak kasus sering dijumpai bahwa
permukaan yg bersangkutan simetris dan komponen mendatar dengan komoponen
vertikal gaya total dapat langsung digabungkan menjadi sebuah gaya. Oleh karenanya
lebih baik kita menghitung gaya-gaya mendatar dan vertikal pada permukaan lengkung
yang berada dalam fluida untuk menghitung gaya resultan total.

107
Gaya yang merupakan besaran vector, karena vektor-vektor tak dapat
dijumlahkan secara aljabar, maka gaya pada setiap elemen harus diuraikan menjadi dua
komponen yang saling tegak lurus, dan masing-masing komponenen harus
dijumlahkan. Karena setiap elemen luas membentuk sudut yang berada, vektor-vektor
itupun akan membentuk sudut atau arah yang berbeda-beda, dan kadang-kadang proses
ini tidak mungkin dikerjakan secara analitik.
Prinsip-prinsip yang digunakan pada pemecahan soal mengenai permukaan
lengkung akan lebih jelas bila kita membahas topik khusus. Misalnya, perhatiakan sepr
empat lingkaran pada gambar 4-13. Agar permukaan AE setimbang, gaya reaksi harus
sama dengan jumlah gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut maka jumlah
gaya-gaya mendatar harus sama dengan gaya yang bekerja pada bidang proyeksi AB.
Ini disebabkan karena fluida tidak mengalami gaya-gaya geser. Jika hal ini tidak
dipenuhi, tentu bidang vertikal yang ditempatkan pada AB tak akan setimbang.
Demikian pula dengan titik tangkap FH merupakan pusat tekanan bidang proyeksi AB.
Untuk kesetimbangan vertikal, permukaan AE harus dapat menahan berat fluida di
atasnya. Gaya berat ini sebaiknya dibagi atas gaya yang bekerja pada bidang proyeksi
datar BE dan gaya berat fluida pada ruang yang dibatasi oleh kurva ABE. Masing-
masing gya vertikal tersebut bekerja pada titik berat yang bersangkuta, yang dapat
diperoleh dari tabel 3-2 untuk beberapa bangun geometri.

4.7. Tegangan Pada Selinder dan Bola.


Jika fluida berada dalam suatu bejana, maka fluida tersebut akan melakukan
gaya-gaya terhadap dinding yang akan mengakibatkan tegangan pada bahan pembentuk
bejana. Sebagian perluasan prinsip-prinsip yang telah didiskusikan dalam bab ini,
marilah kita bahas perhitungan tegangan tarik pada selinder dan bola tipis yang
mengalami tekanan internal. Untuk itu, anggaplah bahwa perbandingan ketebalan
terhadap garis tengah selinder atau bola yang sangat kecil serta tegangan yang terjadi
pada bejana tekan bersifat seragam di semua bagian penampang bejana. Pengertian
tipis disini berarti, bahwa perbandingan antara ketebalan terhadap garis tengah adalah

108
0,1 atau lebih kecil lagi. Dengan anggapan tersebut, perhatikan silinder pada gambar
4-14. Dengan adanya tekanan internal, maka akan terjadi tegangan pada arah melintang
(S2) dan arah longitudinal (S1) seperti pada gambar 4-14a. Jika pipa tersebut dipotong
tegak lurus sumbu longitudonal (dan cukup jauh dari ujungnya) maka diagram benda
bebas resultan akan seperti yang terlihat pada gambar 4-14b. Gaya hambat total di
dalam silinder sama dengan tegangan S1.

Gambar. 4-13 Permukaan lengkung yang terendam.

(a) (b) (c)


Gambar. 4-14. Silinder tipis yang mengalami tekanan internal.

109
Gambar. 4-15 Silinder tipis yang mengalami tekanan internal.

Gambar. 4-16 Bola tipis yang mengalami tekanan internal.


Luas bidang yang mengalami tegangan. Jadi gaya perlawanannya adalah S 1 (2
π R )(t) karena luas bahan adalah 2πRt. Beban yang bekerja adalah beban karena
tekanan dalam tabung sepanjang luas tabung, yaitu sebesar p π R 2. Agar setimbang
maka gaya-gaya tersebut harus sama besar. Jadi,
S1 2 π Rt = p π R2

S1 = ……………………………………….. 4 – 36

Sekarang perhatikan potongan silinder menurut garis tengah seperi pada


gambar 4-16. Gaya penghambat, FR sama dengan S 2 Am, denga Am adalah luas
penampang selimut silinder (metal area).
Karena terdapat dua luas penampamg, maka

110
Am = 2tL dan FR = S2 . 2tL,
Gaya F yang bekerja karenaadanya tekanan p, sama dengan p2RL. Agar setimbang,
samakan kedua gaya tersebut,
2tLS2 = p2RL.

Sehingga diperoleh, S2 = ……………………………… 4 – 37

Dari persamaan 4-36 dan 4-37 terlihat bahwa S 2 dua kali S1. S1 adalah
tegangan tarik pada arah longitudinal silinder dan S2 adalah tegangan transveral
(melintang). Tegangan-tegangan tersebut bekerja terhadap bahan silinder, kekuatan
bahan akan menentukan ketebalan silinder yang diperlukan untuk suatu tekanan
internal. Sekarang perhatikan sebuah bola tipis yang mengalami tekanan internal. Pada
bola ini, S1 akan sama dengan S2 karena simetri. Seperti terlihat pada gambar 4-16,
tegangan S2 bekerja pada bidang seluas 2 π Rt. Jumlah komponen gaya arah mendatar
sama dengan tekanan dikalikan dengan luas proyeksi, yaitu p π R2 . Jadi
S2 2 π Rt = p π R2

atau S2 = S1 = ……………………………….. 4- 37

Persamaan (3.48) menyatakan bahwa S2 pada bola tipis besarnya setengah kali S2
pada silinder tipis dan sama dengan S1, jika keduanya mendapat tekanan internal yang
sama.

4.8 Penutup.
Statika fluida secara sederhana merupakan perluasan prinsip statika benda padat
yang telah dipelajari oleh mahasiswa dalam pelajaran statika dan mekanika. Tetapi hal
ini tidak selalu berarti akan mengurangi pembagian mekanika fluida, karena prinsip-
prinsip statika fluida sering digunakan dalam semua bidang kerekayasaan. Beberapa
pemakainnya telah dibahas secara eksplisit dalam bab ini, tetapi masih banyak lagi
yang belum tercakup; bagaimanapun dengan bahan yang dipeljari secara terbatas,
diharapkan mahasiswa dapat menganalisa situasi yang mungkin ditemui dalam karier
dan tempat kerjanya.

111
Pada bab-bab berikutnya, prinsip-prinsip statika fluida akan banyak digunakan,
tetapi masih memerlukan informasi lebih lanjut mengenai fluida yang bergerak secara
relatif terhadap medan grafitasi tertentu. Hal-hal ini akan dikembangkan pada setiap
bab, dan bab statika fluida ini merupakan langkah pertama menuju pembahasan
dinamika fluida yang lebih kompleks.

4.9. Latihan
4.1. Sebuah barometer menunjukkan 760 mm Hg dipermukaan laut dan 750 mm Hg
pada suatu ketinggian tertentu, jika suhu udara dianggap tetep 20o C (293 K ),
maka tentukanlah ketinggiantempat tersebut.
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan (3.8), akan diperoleh

X = 29,24 x 293 = 113,48 m ( dari permukaan laut).

4.2. Seperti terlihat pada gambar 3-21, suatu keping vertikal memanjang dari
permukaan air pada salah satu sisinya sampai kedalaman 10 m. Pada sisi yang
lain terdapat air sampai 2 m di bawah puncak keping. Jika lebar keping 5m,
berapa gaya yang bekerja pada keping tersebut?

2m
γ = 9810 N/m3

Fkiri 8m
Fkanan
air air

Gambar. 4-17 contoh soal 3-8


Jawab:
Soal ini dapat diselesaikan dengan melihat tiap sisi secara terpisah.
Untuk sisi kiri, Fkiri = γ . . A = 9810 N/m3 x 10 m x 5m x 5 m = 2.452.500 N.

112
Untuk sisi kanan, Fkanan = γ. .A = 9810 N/m3 x 8 m x 4m x 5m = 1.569.600 N.
Jadi, gaya total = 2.452.500 – 1.569.600 = 882.900 N = 882,9 kN.
4.3. Balok penahan dipasang dibagian atas sebuah bendungan dan disangga pipa-pipa
yang berjarak 4 m satu sama lain sepanjang bendungan tersebut. Jika air mengalir
melalui balok penaahan sampai sebagai setinggi 1 m diatasnya, berapakah
momen lentur yang dihasilkan pada alas balok penahan terhadap salah satu pipa?
Jawab :
Untuk memcahkan soal ini, pilihlah bagian balok tahan yang merupakan satuan
ulang, dengan lebar 4m. Gaya total balok tahan adalah :

Ftotal = 9810 N/m3 x 4m x 3m x (1 + 1,5 )m =294,3 kN

Posisi hcp adalah

hcp =

= = 2,8 m dari permukaan air

Momen gaya terhadap titik A, 1,2 x 294,3 = 353,16 kNm.

4.4. Tentukan total gaya dan pusat tekanan pintu persegi panjang 1 m x 1m dipasang
pada suatu didnding bejana yang mempunyai kemiringan 45o, air mengisi bejana
sampai kepermukaan 6 m diatas puncak pintu.
Jawab:
= 6,4 m. sehingga

Ftotal = γ A = 9810 x 6,4 m x 1 m2 = 62.784 N

= =8m

113
dan A = 1 x 1 = 1 m2

Lcp = m sepanjang bidang.

Secara vertikal, itu akan sama dengan 8,0104 x 0,8 = 6,408 m dibawah
permukaan.
4.5. Sebuah rakit terbuat dari papan yang kerapatannya γ = 7000 N/m 3. Rakit
berukuran 4m x 3m, sedang tebal papan 0,15 m. Rakit tersebut ditempelkan
pada 6 buah drum 55 galon. Dengan mengabaikan berat drum, berapa berat beban
yang dapat disangga rakit sebelum seluruhnya terendam ?
1 gallon = 3,785 x 10-3 m3
Jawab :
Volume rakit adalah 0,15 m x4 m x 3 m = 1,8 m3
Volume drum =6 x 55 x 3,785 x 10-3 = 1,249 m3
Berat rakit =1,8 m3 x 7000 N/m3 = 12 600 N
Volume total air yg dipindahkan adalah 1,8 + 1, 249 =3,049 m3
Gaya apung terhadap rakit jika tepat mulai terendam sama dengan
berat air yg dipindahkan , yaitu 3,049 m3x 9810 N/m3 = 29.911 N
Jadi beban yg tepat disangga rakit sama dengangaya apung dikurangi oleh berat
rakit :
F = 29.911 – 12.600 = 17.311 N
SOAL-SOAL
4.1 Sebuah tangki selinder dengan ujung-ujung datar mempunyai sumbuh panjang
vertikal. Jika bagian atasnya terbuka dan terdapat air setinggi 3 m dari dasar
tangki (γair = 9810 N/m3 ), berapakah gaya yang bekerja pada alas tangki? garis
tengah 2 m.
4.2. Sebuah tengki selinder mendatar diisi minyak sampai pusatnya. Jika garis tengah
tangki 3 m dan berat jenis relatif minyak 0,85 dan berpakah gaya yang bekerja
terhadap ujung selinder ?
4.3. Berapakah gaya total yang bekerja terhap keping persegi panjang pada gambar

114
P 4-18, dan dimanakah posisi pusat tekanannya? Lebar keping adalah 5 m
4.4. Berapakah gaya total yang bekerja terhadapa keping pada gambar P 4-19? lebar
keping 6 m
4.5. Hitunglah gaya yang bekerja pada dinding pada gambar P 4-20 jika panjang
dinding 6 m
4.6. Pintu seperti pada gambar P 4-21 nberbentuk bujur sangkar dan digantung dengan
engsel pada bagian atasnya tentukan gaya total yang bekerja pada pintu tersebut
jika lebarnya 2 m.
4.7. Jika pintu pada gamabar P 4-22 berbentuk ligkaran, tentukan momen hidrostatik
terhadap engsel.
4.8. Sebuah keping vertikal digunakan untuk membendung suatu saluran. Jika bentuk
keping seperti terlihat pada gambar P 4-23, tentukan gaya total yang bekerja
terhadapa keping, anggaplah θ1 = θ2
4.9. Seperti terlihat pada gambar P 4-24, sebuah akuarium diberi jendelah penglihat
yang bergaris tengah 1,5 m. tentukan besar dan titik tangkap gaya hidrostatik
terhadap jendelah tersebut.
4.10. Sekeping benda ditimbang di udara 7,848 N dan di air 5,00 N. Berapakah berat
jenis benda tersebut ?. γudara = 11,8 N/m3 dan γair = 9810 N/m3
4.11. Tentukan gaya besar Fagar pintu pada P 4-25 tertutup. Anggaplah bahawa berat
jenis air γw dan lebar pintu W.

Gambar P 4-18 Gambar P 4-19

115
Gambar P 4-20 Gambar P 4-21

Gambar P 4-22 Gambar P 4-23

Gambar P 4-24

Gambar P 4-25

116
SESI / PERKULIAHAN KE : 8
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menyebut dan menjelaskan persamaan kontinuitas
2. Menyebut, menjelaskan, menghitung Energi, Usaha dan panas
3. Menyebut, menjelaskan usaha aliran
4. Menyebut, menjelaskan, menghitung persamaan energi aliran tunak

Pokok Bahasan : Enrgetika Aliran Tunak (stady flow).


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari hokum kontinuitas,
energi kinetic, energi potensial, energi dalam, panas, usaha aliran dan penerapan
energi aliran tunak.

I. Bahan Bacaan

117
1. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill,
2. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
2. T.R. Banga, 1983. Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


Sebutkan bebtuk-bentuk energi dan persamaan Bernouli
IV. Tugas
Selesaikan soal nomor 5.1 sampai dengan soal nomor 5.11
BAB V
ENERGETIKA ALIRAN TUNAK ( STADY)
5.1. Pendahuluan
Dalam bab sebelumnya telah mempelajari fluida diam, dan dengan persyaratan
bahwa sistem statik harus berada dalam keadaan setimbang, kita dapat menganalisis
penerapannya dalam kerekayasaan. Perluasan logis mekanika fluida berikutnya adalah
fluida yang bergerak secara relatif terhadap lingkungannya atau terhadap titik tertentu.
Kita telah mendefenisikan sistem sebagai sekumpulan zat dalam keadaan sembarang,
tetapi, dalam kaitannya denga fluida bergerak, lebih baik digunakan konsep volume
sembarang dalam ruang yang dikenal sebagai volume kandali yang dibatasi oleh
permukaan nyata ataupun khayal, yang dikenal sebagai permukaan kendali. Dengan
memperhatikan semua gaya yang bekerja terhadap fluida yang berada dalam volume
kendali, semua energi yang melalui permukaan kendali dan massa yang menyeberangi

118
permukaan kendali, dapat diturunkan pernyataan matematis menganai aliran fluida
relatif terhadap volume kendali. Dalam bab ini kita membahas fluida yeng mengalir
secara tunak melalui volume kendali; dan untuk sistem semacam ini titik pengamat
dimanapun juga dalam volume kendali akan menunjukkan bahwa setiap saat tak ada
perubahan fluida atau energi yang menyeberangi permukaan kendali.
Besaran-besaran tersebut mengkin saja berubah dari suatu tempat ke tempat lain dalam
volume kendali.
Jika konsep dan persamaan yang akan dibahas dalam bab ini hanya berlaku bagi
fluida yang mengalir secara tunak hal ini tak dapat diperluas pada kasus-kasus tidak
tunak (bergantung waktu). Selain itu, aliranpun dianggap bersifat satu dimensi; artinya
parameter-parameter aliran pada bidang tegak lurus arah aliran besarnya rata-rata
konstan

5.2. Kekekalan Massa Persamaan Kontinuitas (Kemalaran)


Seperti telah dibahas diatas bahwa energi dan massa dapat keluar masuk
volume kendalai dan menyebrangi permukaan kendali sistem. Karena kita hanya
membahas sistem aliran tunak, maka dengan hukum kekekalan massa dapat dinyatakan
bahwa massa fluida dalam volume kendali setiap saat selalu konstan. Ini berarti bahwa
pada selang waktu tertentu massa total yg mengalir memasuki volume kendali harus
sama dengan massa total yg mengalir keluar dari volume kendali. Untuk menyatakan
konsep ini pada suatu sistem tertentu, perhatikanlah sistem yg digambarkan secara
skematis pada gambar 5-1 berikut

Gambar 5.1 Sistem aliran dasar

119
Anggaplah pada suatu saat, fluida mulai memasuki volume kendali dengan
menyebrangi permukaan kendali 1 dan setelah selang waktu yg cukup kecil, fluida yg
mengalir akan mengisi pipa sejauh x. Jika pada jarak sekecil itu pada pipa tak ada
fluida yg mengalir antara daerah 1 dan 2 maka volume kendali dapat dihitung. Berat
fluida sama dengan volume daerah tersebut dikalikan dengan berat jenis fluida.
Volumenya adalah Ax dan berat jenisnya ‫ﻻ‬, sehingga beratnya adalah ‫ﻻ‬Ax. Jarak
antara kedua permukaan kendali, x sama dengan V t, dengan V adalah kecepatan fluida
dan t adalah waktu yang dibutuhkan aliran untuk mengisi pipa antara 1 dan 2.
Dengan mensubstitusikan nilai x tersebut,
W = ‫ ﻻ‬AVt … ……………………………. 5-1a
Atau ẁ = ‫ ﻻ‬A V …………………………………… 5-1b
Dengan w adalah laju perubahan berat tiap satuan waktu, w/t. Persamaan (5.1) dapat
juga dinyatakan dengan massa yang mengalir tiap satuan waktu :

= ρ AV ………………………………………….. 5-1c

Agar massa dalam volume kendali tersebut konstan, maka jumlah massa yang
memasuki sistem harus sama dengan jumlah massa yang meninggalkan sistem.
Sehingga dengan menggunakan subskrip 1 dan 2 untuk menyatakan kedua permukaan,

…………………………………….. 5- 2a

Persamaan (5-2a) dapat juga dituliskan dalam bentuk berikut :

ρ1A1V1 = ρ2A2V2 .................…………………………… 5-2b


γ1A1V1 = γ2A2V2 ………………………………………. 4-2c

……………………………………….

4-2d

120
Dengan volume jenis (υ) = 1/ρ
Untuk fluida tak termampatkan, γ1 = γ2 , sehingga A1V1 = A2V2.
Persamaan (5`2.2) dikenal sebagai persamaan kontinuitas, dan seperti pada kasus
pipa, maka ada anggapan bahwaa aliran tegak lurus terhadap penampang pipa, dan
kecepatan (V) konstan pada penampang tersebut.
Dalam masing-masing bentuk persamaan (5-2), terdapat perkalian AV. Karena
besaran ini sering muncul pada penerapan mekanika fluida, maka besaran ini diberi
tanda khusus, yakni :
Q = AV …………………………………….. 5-3
Dengan Q adalah laju aliran (m3/det), A adalah luas (m2), V adalah kecepat (m/det)

Laju alir massa ( ) = ρ Q (kg/s) dan berat spesifik ( ) = γ Q (N/s)

5.3. Energi, Usaha dan Panas


Dalam buku ini, usaha di defisikan sebagai hasil kali antara perpindahan benda
dengan komponen gaya pada arah perpindahan. Pada gambar 5-3a, perpindahan benda
pada bidang mendatar adalah X, dan komponen gaya pada arah perpindahan adalah F
cos θ. Jadi usaha yang dilakukan adalah (F cos θ ) ( X ). Jika gaya yang konstan Fcos θ
diplot sebagai fungsi X pada gambar 5-3b, maka dihasilkan gambar berbentuk persegi
panjang. Luas persegi panjang ini (yang diarsir) sama dengan usaha, karena besarnya
(Fcos θ) (X). Jika gaya berubah-ubah sebagai fungsi dari perpindahan, maka harus
dilihat perubahannya untuk menghitung usaha. Jika perpindahan dibagi menjadi
sejumlah bagian-bagian (elemen) kecil, ∆X, dan untuk tiap bagian kecil (F) (∆X) akan
menyatakan usaha total jika benda berpindah dari X 1 ke X2. Jadi luas daerah dibawah
kurva F sebagai fungsi X menyatakan usaha total jika F merupakan komponen gaya
pada arah X.
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha.
Nampaknya, definisi energi ini terlampau terbatas. Pada semua keadaan, pengaruh
yang terjadi pada suatu sistem idealnya dapat diubah menjadi usaha mekanik karena

121
usaha didefinisikan sebagai perkalian gaya dengan perpindahan, maka usaha tidak
disimpan dalam sistem.

(c)
(a) (b)
Gambar 5-3 Usaha.

Untuk membedakan antara usaha yang masuk atau keluar sistem, dapat
dinyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungan besarannya
positif dan usaha yang dilakukan oleh lingkungan terhadap sistem besarannya negatif.
Atau secara mudahnya, usaha yang keluar dari sistem merupakan besaran yang
diinginkan, oleh karenanya positif. Misalnya, pegas yang ditekan oleh suatu gaya. Jika
pegas tersebut merupakan sistem, maka menurut perjanjian usahanya negatif. Jika gaya
luar yang bekerja pada pegas dianggap sebagai sistem, maka menurut perjanjian
usahanya positif. Usaha merupakan fungsi dari lintasan yang ditempuh serta
merupakan pengaruh sementara yang tidak disimpan dalam sistem, jadi bukan
merupakan sifat sistem. Tetapi, ada suatu proses yang memungkinkan kita menghitung
usaha apabila lintasannya diketahui. Proses ini disebut proses kuastitatik, dan selalu
terjadi kesetimbagan. Sebelum membahas beberapa proses, mari kita bicarakan bentuk
energi lain yang dapat menyeberangi perbatasan sistem, yaitu panas.
Jika interaksi panas terjadi pada suatu sistem, terdapat dua hal yang harus
diperhatikan :
1. Perubahan energi terjadi antara sistem dengan lingkungannya.
2. Hal ini tak akan terjadi bila tak ada perbedaan suhu antara sistem dengan lingkun-
gannya. Jadi, panas dapat didefinisikan sebagai energi yang berpindah menyeberangi
perbatasan suatu sistem, yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara sistem dengan

122
lingkungannya. Dalam defenisi tersebut, tidak dibicarakan mengenai perpindahan
massa. Defenisi ini menunjukkan kesamaan antara panas dan usaha. Keduanya
merupakan perpindahan energi dan bukan merupakan sifat suatu sistem.
Karena usaha dan panas merupakan bentuk energi yang berpindah, maka satuan usaha
dapat dinyatakan sebagai satuan panas (Joule atau N.m) merupakan satuan energi
dasar. Dalam sistem inggris, faktor konversi ini besarnya 778,16 kaki pound/Btu.

5.3a Energi Potensial.


Sebuah benda bermassa m berada pada suatu tempat yang medan gravitasinya
konstan dan besarnya g. Suatu gaya dilakukan terhadap benda sehingga benda naik
sejauh Z dari posisi awalnya. Gaya tersebut dianggap sebagai proses yang terjadi
merupakan proses kuastistatik. Dengan mengabaikan pengaruh listrik, magnet dan
pengaruh luar lainnya kita tentukan usaha yang bekerja pada benda. Pemecahan
masalah ini dapat diperoleh dari persyaratan kesetimbagan benda, yaitu gaya yang
dilakukan harus sama dengan berat benda yaitu W. Untuk bergerak sejauh Z, usaha
yang dilakukan oleh gaya tersebut sama dengan ;
Usaha = W . Z ………….………………………………… 5-5
Usaha terhap benda dapat dikembalikan pada lingkungan luar dengan membalik
proses kuasistatik tersebut. Jadi sistem tersebut telah menyimpan sejumlan tambahan
energi sebesar W2 karena usaha tadi bila dibandingkan dengan energi pada posisi
awalnya. Energi yang ditambahkan pada sistem dalam kasus ini disebut energi
opotensial. Jadi ;
Energi Potensial (EP) = W Z …………………..………………… 5-6
Atau Energi Potensial (EP) = mg.Z …………………………………… 5-7
Suatu hal penting mengenai energi potensial ini, ialah bahwa energi potensial
suatu sistem besarnay relatif diperhitungkan terhadap bidang acuan mula-mula yang
dapat dipilih sembarang.

5.3b. Energi Kinetik.

123
Sebuah benda bermassa m diam diatas satu bidang licin. Bila suatu gaya F
dikerjakan pada benda tersebut, benda akan mengalami percepatan searah dengan gaya.
Setelah bergerak sejauh S, kecepatannya akan bertamabah dari O menjadi V. Satu-
satunya akibat dari usaha yang dilakukan pada benda adalah pertambahan
kecepatannya. Karena gaya F pada gambar 5-3 konstan, maka percepatannya juga akan
konstan.

Gambar 5-3. Perpindahan benda


Dari fisika dasar terdapat hubungan antara kecepatan V dan perpindahan benda
yang mengalami percepatan konstan dari keadaan diam, yaitu :
V2 = 2 a S ………………………………………….. 5-8
Sedang menurut hukum newton kedua,

a = …………………………………………………. 5-9

jika persamaan (4.9) disisipkan kedalam persamaan (4.8),akan diperoleh

V2 = 2 S ………………………………………. 5-10

Dengan memindahkan 2 dan m keruas kiri,dihasilkan

= F . S …………………………………………. 5-11

Karena Fs adalah usaha yang dilakukan oleh gaya konstan F terhadap benda sejauh X,
maka benda dikatakan mempunyai energi kinetik ( EK ). Benda yang mempunyai
kecepatan, mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha. Karena m = w/g,
persamaan (5-11) dapat ditulis sebagai ,

124
EK = (N.m) ……………………………….. 5-12

5.3c Energi Dalam


sejauh ini kita telah menganggap bahwa energi sistem muncul dari usaha yang
dilakukan pada sistem tersebut. Tetapi benda pun memiliki energi yang di sebabkan
oleh gerakan molekul-molekunya. Gaya-gaya tersebut mengakibatkan adanya energi
yang tersimpan dalam benda dan berupa energi potensial. Energi yang dimiliki oleh
benda dari sumber-sumber semacan itu disebut energi dalam benda dan diberi lambang
U. Energi dalam spesifik tiap satuan massa w/g dilambangkan dengan u, dengan
hubungan w/g = u. Kita akan lebih banyak telibat dengan perubahan energi dalam, dan
oleh karenanya keadaan dasar dengan energi dalam nol tidak akan menjadi masalah.
Energi dalam merupakan sifat dari suatu sistem dan tidak bergantung pada cara yang
ditempuh sistem. Bentuk-bentuk energi, seperti usaha dan panas dalam suatu sistem
mekanik dapat dibedakan, begitu pula bentuk-bentuk energi yang berhubungan dengan
sistem elektrik, kimiawi.

5.3d Usaha Aliran


Jika suatu fluida dialirkan dalam suatu sistem,maka usaha harus diberikan
terhadap setiap tempat pada sistem tersebut. Marilah kita menghitung usaha total yang
diperlukan untuk menekan fluida masuk dan keluar sistem. Perhatikan sistem seperti
pada gambar 5-4, yang dialiri fuida secara tunak, pada daerah masukan (1), tekanannya

p1, luas penampangnya A1, laju aliran massa dan kerapatan fuida 1 (atau

kebalikan dari volume jenis 1/υ1 ); sedang pada daerah keluaran (2), tekanannya p2 luas

penampangnya A2, laju aliram massa dan kerapatan fuidanya (kebalikan dari

volume jenis 1/υ2). sekarang perhatikan bagian fuida sepanjang k1 yang memasuki

sistem sedemikian rupa sehigga jumlah fuida dalam bagian tersebut adalah . Gaya

yang bekerja pada penampang masukan A1 adalah p1A1. Gambar bagian fuida tersebut

125
memasuki sistem,maka gaya tadi harus menggerakan bagian fuida sejauh L 1. Ini berarti

usaha yang dilakukan p1 A1 l1.tetapi A1 adalah volume fluida yang massanya . jadi

usahanya adalah :
W = P1A1L1 = P2A2L2 ……………………………………… 5-13

Gambar. 5-4 Sistem aliran tunak- usaha aliran


Tetapi berat adalah
w = V ………………………………………… 5-14
Dengan V = volume, sehingga dengan menggabungkan persamaan 5-13 dan 5-14 akan
diperoleh :

W1 = w ……………………………………… 5-15a

Jika sekarang kita melihat bagian keluaran, maka dengan alasan yang sama

W1 = w ……. ………………………………… 5-15b

Kedua persamaan (4.15a ) dan (4.15b) disebut usaha aliran (flow work). Jadi usaha
aliran total pada keadaan seperti dalam gambar 4-7 adalah

Usaha aliran total = w ( - ) …………………………. 5-

16
5.4. Persamaan Energi Aliran Tunak.
Istilah tunak (steady) diterapkan pada aliran, berarti keadaan setiap bagian sistem
tidak tergantung pada waktu. Meskipun kecepatan, berat jenis dan suhu fluida dapat
berubah sepanjang aliran, namun disuatu titik tertentu besarnya harus konstan, tidak

126
tergantung waktu. Berat yang memasuki sistem tiap satuan waktu harus sama dengan
berat yang meninggalkan sistem dalam selang waktu yang sama. Jika tidak sistem akan
mengalami penambahan atau pengurangan fluida.
Sebagai ringkasan, kita telah membahas enam macam energi yg diterapkan eperti
berikut :
Tabel 5-1 Bentuk-bentuk energi
No Betuk Energi Nilai (N-m/N)
1 Energi potensial Z
2 Energi kinetik V2/2g
3 Energi dalam U
4 Usaha aliran P/γ
5 Usaha w
6 Panas q

Gambar 5-5 memperlihatkan suatu sistem, dengan anggapan bahwa setiap


bentuk energi dapat masuk dan keluar system, jumlah fluida yang masuk sama dengan
jumlah fluida keluar. Besaran-besaran yang masuk system; tekanan p1, berat jenisnya ‫ﻻ‬
1, energi dalamnya u1 dan kecepatannya V1. dan besaran-besarankeluaran dinyatakan
dengan p2, 2‫ ﻻ‬,U2 dan v2. Fluida masuk dan keluar pada ketinggian yg berada dan panas
serta usaha menyebrangi perbatasan pada kedua arah. Kekekalan untuk sistem aliran
tunak ini dapat dinyatakan sebagai: semua energi yg memasuki sistem harus sama
dengan semua energi yg meningalkan sistem.

127
Gambar. 5.5 Sistem aliran tunak.

Tabel 5-2 Susunan kesetimbangan energi ini


No Bentuk Energi Energi masuk J/N Energi keluar J/N
1 Energi potensial Z1 Z2
2 Energi kinetik V12/2g V22/2g
3 Energi dalam U1 U2
4 Usaha aliran P1/1‫ﻻ‬ P2/2‫ﻻ‬
5 Usaha Wmasuk Wkeluar
6 Panas q masuk q keluar

Samakan semua bentuk tersebut :

Z1 + + U1 + + Wmasuk + q masuk = Z2 + + U2 + + Wkeluar+q keluar …. 5-

17
Persamaan (5.17) merupakan konsekwensi hukum kekekalan energi pada sistem
ini dan berlaku umum, jika panas dan usaha total, serta dengan menggunakan tanda
matematis yang sesuai maka persamaan (5.17) dapat dituliskan:

Z1 + + JU1 + + Jq = Z2 + + JU2 + + W …..….……….. 5-18

dalam SI sebagai berikut

Z1 + + U1 + + q = Z2 + + U2 + +W …………………..

5-19
Panas total yang masuk bertanda positif dan usaha keluar bertanda positif . Hal
ini sesuai dengan siklus daya konvesional yang membutuhkan panas (masuk) agar
memperoleh usaha (keluar).

U+ = H ………………………………………………….. 5-20

128
dan H diberi nama entalpi, perhatikanlah bahwa persn (5-20) pun harus menggunakan
satuan yang sesuai. Dengan menggabungkan persamaan (5.19) dan (5.20) akan
diperoleh:

q– = (h1 – h2) + + (BTU/lb) ………………… 5-

21

q – W = (h1 – h2) + (Z2 – Z1) + (J/N) ……………………. 5-22

Persamaan (5.17) sampai (5.22) sama pentingnya dan dikenal sebagai


persamaan energi aliran tunak. Untuk dapat menggunakan persamaan–persamaan
tersebut,setiap suku harus benar-benar dipahami meksipun persamaan-persamaan
tersebut tidak sulit, namun disini mahasiswa dapat mengalami kesulitan. Biasanya
kesulitan muncul karena kurangnya pemahaman mengenai persamaan energi tersebut
serta pengertian setiap suku didalamnya.

5.5. Persamaan Bernoulli


Dalam mekanika fluida, sering digunakan suatu persamaan yang disebut
persamaan bernoulli. Dalam baba 6, persamaan ini akan dibahas lebih mendalam,
namun disini pun akan dibahas secar singkat. Perhatikan sistem aliran tunak yang tidak
mengalami perubahan energi dalam dan tidak ada usaha terhadap atau oleh sistem;
tidak ada panas kelaur atau masuk sistem dan fluida tak termampatkan. Dengan
menganggap semua proses dalm keadaan idael artinya tak ada gesekan, maka untuk
sistem semacam ini, persamaan inin dapat disederhanakan menjadi;

Z1 + + = Z2 + + ………………………..

5-23
Setiap suku pada persamaan (5.23 ) dapat mengatakan ketinggian karena
dimensi dari joule per newton adalah ketinggian. Istilah tinggi energi (head) sering
digunakan untuk mengyatakan suku-suku pada persamaan (5.23 ). Setiap suku

129
diinterprestasikan sebagai energi tiap berat sataun fluida. Dari penurunannya, jelas
bahwa persyaratan berlakunya persamaan ini ialah aliran bersifat tunak dan tidak
terjadi perubahan energi dalam selama proses serta tidak ada perpidahan panas ke atau
dari sistem. Meskipun demikian,beberapa modifikasi telah dilakukan untuk melakukan
pendekatan pada berlakunya persamaan energi aliran tunak.Persamaan bernoulli akan
dibahas lebih mendalam pada bab 6.

5.6. Beberapa Pemakaian Persamaan Energi.


Pemakaian persamaan energi secara luas merupakan bagian pelajaran
termodinamika. Tujuan tujuan pada pasal ini adalah memberikan gambaran pemakaian
persamaan tersebut pada beberapa kasus yang menarik. Seperti yang akan dibahas pada
bab 6 akan banyak menampilkan pemakaian dinamika fluida.
Sebagai pemakaian pertama, perhatikanlah sebuah pompa yang bertujuan
memberikan usaha pada fluida agar mengalami perubahan energi potensial (memompa
fluida untuk mencapai ketinggian tertentu yang berada dari ketinggian awal).

5.7. Penutup.
Studi rasional mengenai mekanika fluida dari aliran tunak dikembangkan dari
hukum-hukum Newton yg dikombinasikan dengan prinsip kekekalan energi. Hal-hal
tersebut telah diturunkan dalam bab ini dan bab 6, akan membahas pemakaian hukum
Bernoulli secara luas, yg dikembangkan dari persamaan energi.
Prinsip-prinsip serta persamaan-persamaan yg dibahas dalam bab ini bukan merupakan
hal yg sulit bagi mahasiswa. Namun, jika persamaan-persamaan tersebut tidak
digunakan dengan pembatasan-pembatasan serta satuan yg sesuai dan tanpa pemahan
penurunnya, akan terdapat banyak masalah. Selain itu, karena pemgembangan
berikutnya dalam buku ini menggunakan metari pembasahan bab ini, maka materi bab
ini harus benar-benar dikuasai sebelum berlanjut lebih jauh lagi dalam pembahasan
mekanika fluida.
5.8. Latihan-latihan

130
5.1 Air mengalir dari satu pipa ke pipa lain seperti pada gambar 5-6. Tentukan
kecepatan dalam masing-masing pipa.

Gambar. 56 Contoh soal 5-1.


Jawab :
Karena 1 liter = 1000 cm3 = 1000 x (10-2)3 = 1 x 10-3 m3,

Maka Q = 300 l/min x 10-3 x = 0,005 m3/s.

Luas setiap pipa adalah π d2/4, dengan d garis tengah pipa maka,

A1 = = 1,963 . 10-3 m2

A2 = = 1,227 . 10-2 m2

Karena air tak termampatkan, 2‫ = ﻻ‬1‫ ﻻ‬atau ρ1 = ρ2. Jadi berlaku


Q1 = Q2 = Q.
Sehingga Q = A1V1 = A2V2.

Maka V1 = = 2,55 m/s

V2 = = 0,407 m/s

5.2. Sebuah pompa menaikkan air dari sumur yang dalamnya 10 m. Berapakah
perubahan energi potensial air ?
Jawab;

131
Mula-mula, air berada pada bidang acuan Z1 sama dengan nol dan energi
potensialnya juga nol. Keadaan akhir, Z2 sama dengan 10 m, sehingga untuk tiap 1
N air,
EP2 = 1 N X 10 m per Newton.
= 10 N.m/N.
Jadi perubahan energi potensialnya, EP2 - EP1 = 10 - 0 = 10 N.m/N.
5.3. Sebuah benda massa 10 kg jatuh bebas dari keadaan diam dan setelah jatuh 10 m,
berapakah energi kinetik dan kecepatannya ?
Jawab:
Karena tidak ada energi yang terbuang pada sistem, dapat disimpulkan bahwa
jumlah energi potensial dan energi awal sama dengan jumlah energi potensial dn
energi kinetik akhir. Jadi ,
EP1 + EK1 = EP2 + EK2
Perhatikan bahwa pemilihan bidang acuan dan keadaan benda jatuh bebas dari
keadaan diam,akan menghasilkan EP1 = EK2, artinya energi potensial berubah
menjadi energi kinetik. (hilang nya energi potensial besarnya sama dengan
munculnya energi kinetik).
M g Z = ½ m V2
10 x 10 x 9.81 = ½ x 10 x V2
Selanjutnya V2 = 2 x 9.81 x 10 =====> V = 14,0 m/s

5.4. Air ( 9810 e= e‫ ﻻ‬N/m3 ) mengalir pada suatu pipa . disuatu bagian papa yang
garis tengah dalamnya 150 mm , kecepatannya 3 m/s dan tekannanya 350 kpa.
Dibagian lain yang berjarak 10 m dari bagian pertama tadi, garis tengahnya
mengecil menjadi 75 mm. Hitunglah tekanan pada bagian kedua tersebut apabila:
a) pipa mendatar
b) pipa vertikal dan air mengalir kebawah
jawab :

132
Tugas pertama kita adalah mencari kecepatan pada bagian kedua dari pipa,
karena ‫ ﻻ‬tidak berubah maka Q1 = Q2
A2V2 = A1V1

(75)2 x V22 = (150)2 x 3

V = 12 m/det
Jika letak pipa mendatar , Z1 = Z 2 maka dengan persamaan (5.23),

a) Z1 + + = Z2 + +

+ = +

P2 = 9810 x 28,80 = 282,5 kPa


Pada kausu aliran vertikal kebawah;

b) Z1 + + = Z2 + +

Karena Z2 = 0 pilih sebagai bidang acuan.

10 + + = +

sehingga P2 = 380,6 Mpa.


5.5. Hitunglah usaha yang diperlukan pompa untuk menaikkan air dari sumur
kepermukaan tanah yang terletak 125 m diatas dasar sumur. Pada bagian
masukan pompa tekanannya 96,5 kPa dan pada bagian keluaran 103,4 Pa.
Anggap tidak terjadi aliran panas, garis tengah pipa konstan, dan energi dalam
juga konstan. Gunakan 9810 = ‫ ﻻ‬N/m3 (dianggap konstan).
Jawab :
Tuliskan persamaan energi secara lengkap

Z1 + + U1 + + q = Z2 + + U2 + +W

133
Dengan memperhatikan bahwa; = , U1 = U2 dan q = 0 maka,

+ 0 = Z2 + + +W

Sehingga W= = - 125,7 N.m/N

Tanda negatif, berarti bahwa usaha dilakukan terhadap sistem.

5.9. SOAL-SOAL
5.1 Jika 30 gpm fluida mengalir dalam sebuah pipa, berapa m 3/s kah aliran tersebut ?
5.2. Suatu proses kimia menggunakan 5000 liter/menit fluida. Berapa m3/s kah itu ?
5.3. Seorang produsen amerika dapat memproses 100 gpm. Dalam pembicaraan dengan
pabrik-pabrik eropa, ia harus mengatakan besaran tersebut dalam liter per detik.
Berapakah literper detik yang harus dikatakannya mengenai hal yang di prosesnya?
5.4 Dua puluh liter fluida perdetik mengalir dalam suatu pipa yg garis tengah
dalamnya 7,5 cm. Tentukan kecepatan, laju aliran (flow rate) dan laju aliran massa
(mass flow rate) jika fluida tersebut adalah air dengan berat jenis 9810 N/ m3.
5.5 100 liter/menit air mengalir dalam sebuah pipa yg garis tengahnya mengecil dari 75
mm menjadi 50 mm, berapakah kecepatan air pada masing-masing bagian pipa ?
5.6 Berapa usaha yg harus dilakukan untuk mengangkat benda 10 kg setinggi 3m dan
jika benda tersebut jatuh bebas, berapakah kecepatannya setelah menempuh jarak
3m.
5.7 Sebuah benda bermassa 5kg. jika kecepatannya 10 m/s, berapakah energi
kinetiknya ?
5.8 Suatu tekanan 5 bar ( 1 bar = 10 5 pa) diberikan pada torak 1000 mm2 dan
tekanannya konstan, berapa usaha yg dilakukan terhadap torak ?
5.9 Suatu fluida mengalir melalui suatu bagian pipa dengan tekanan 100 kpa dan
volume jenis 10-3 m3/kg. tentukan usuha alirannya ?
5.10. Pada masukan peranti aliran tunak, tekanannya 350 kPa dan volume jenisnya

134
0,04 m3/kg pada keluaran, tekanannya 1m Pa dan volume jenisnya 0,02 m3 /kg,
tentukan perubahan usaha aliran pada peranti tersebut.
5.11. Suatu aliran 2000 kg/menit, air ditekan dari 100 kPa menjadi 1 Mpa.
kerapatan air besarnya 1000 kg/m3 sedang suhunya tidak berubah. Masukkan
pompa bergaris tengah 100 mm, sedang keluarnya bergaris 150 mm. jika
masukan berada 50 m dibawah keluaran, tentukan usaha pompa.

SESI / PERKULIAHAN KE : 9

Ujian Tengah Semester ( U T S )

135
SESI / PERKULIAHAN KE : 10
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan, menghitung penerapan persamaan bernauli
2. Menjelaskan, menghitung beberapa penerapan persamaan energi dengan
menggunakan teorema toricelli, pipa pindah.
3. Menjelaskan, menghitung pengukuran tekanan dan kecepan dengan menggunakan
piezometer dan tabung pitot

136
Pokok Bahasan : Penerapan Prinsip Dinamika Fluida.
Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari penerapan prinsip-
prinsip dinamika fluida tentang penerapan persamaan Bernouli dan beberapa
penerapana persamaan energi dengan menggunakan teorema toricelli serta pipa
pindah. Mempelajari pengukuran perbedaan tekanan dan kecepatan sebagai aplikasi
penggunaan alat ukur manometer U dan sistim tabung pitot

I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC

II. Bahan Bacaan Tambahan


1. Viktor L Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983. Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. Ruben M Olson, 1993. Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
4. Robert L. Mott, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology, 1994

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


Jelaskan persamaan dan penerapan persamaan Bernoulli
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 6.1 sampai dengan nomor 6.2

137
BAB VI
PENERAPAN PRINSI-PRINSIP DINAMIKA FLUIDA
6.1. Pendahuluan.
Dalam bab yang lalu telah dibahsas penurunan serta pambatasan persamaan energi
dan persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli mula-mula diajukan oleh Daniel
Bernoulli pada tahun 1738, dan sejak itu telah banyak digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah dalam mekanika fluida. Penerapan persamaan Bernoulli sering

138
memerlukan modifikasi penyimpangan dari keadaan ideal, beberapa contoh keadaan
tersebut antara lain aliran fluida termampatkan dengan laju tinggi, aliran fluida dengan
perpindahan panas yang menyebabkan parubahan kerapatan cukup besar dan
perubahan kerapatan yang cukup besar karena pengaruh gesekan. Untuk kasus tersebut
diperlukan penggunaan prsamaan kesinambungan (kontinutas), persamaan energi,
persamaan momentum dan hukum-hukum Newton. Utuk masalah-masalah aliran
kompleks, juga diperlukan menggunakan hasil percobaan untuk memperoleh informasi
yang memadai agar dapat menghubungkan dan memecahkan beberapa masalah
mekanika fluida kompleks tersebut .
Bab ini menekankan pada pembahasan aliran tunak satu dimensi sehingga
persamaan Bernoulli dan persamaan momentum dapat diterapkan untuk menganalisa
kasus-kaus praktis serta pembatasannya. Biasanya, situasi aliran akan disederhanakan
dan diidealisasikan. Para mahasiswa akan cukup mudah mengembangkan idealisasi
tersebut pada ksuss-kasus yang dijumpai. Perahatikan pula anggapan-anggapan yang
dilakukan, serta berhati-hatilah untuk tidak menggunakan analisa sederhana tersebut
pada situasi aliran kompleks yang tidalk diharapkan.

6.2. Penerapan Persamaan Energi


Ketika membahas persamaan dalam bab 5 volume kendali sering dipilih
sedemikian rupa sehingga permukaan kendalinya berupa permukaan fisis dari sistem.
Setipa aliran fluida terdiri dari molekul-molekul fluida yang bergerak acak dan
bertumbukan dengan molekul lainya dan sebagai hasilnya bergerak pada arah
sepanjang aliran. Garis alir (steanline ) didefenisikan sebagai suatu giris yang garis
singgungnya disetiap titik menyatakan arah kecepatan dititik tersebut.
Garis alir tidak boleh berpotongan karena kalau berpotongan akan ada dua
molekul dengan kecepatan bebrbeda berada pada titik yang sama dan dalam waktu
yang sama. Selain itu pada aliran tunak, garis alir tidak berubah tehadap waktu, karena
garis alir merupakan lintasan dari makroskopik dari aliran, maka garis alir harus sejajar
denga aliran disekitarnya dan tak ada aliran yang memotong garis alir. Jika aliran

139
dipercepat, garis alir menjadi tidak sejajar satu sama lain dan akan nampak lebih rapat
dan jika aliran diperlambat, garis alir akan nampak lebih renggang. Pada aliran tunak
yang seragam, garis-garis alirnya akan sejajar.Konsep-konsep tersebut nampak jelas
jika kita melihat airfoil pada gambar 6-1. Pada aliran yang tidak mendapat
gangguan/rintangan sebelum dan sesudah airfoil, garisnya lebih rapat hal ini
menunjukan daerah kecepatan tinggi, dan dibawah airfoil garisnya lebih renggang
menunjukan daerah kecepatan rendah.

Gambar. 6-1 Aliran melalui airfoil

Dalam aliran tunak tak ada fluida yang memotong garis alir, dan aliran
mengikuti garis alir. Setiap garis alir merupakan garis yang berkesinambungan
(kontinyu). Garis alir yang melalui titik pada sebuah kurva tertutup akan menghasilkan
permukaan tertutup yang disebut dengan tabung alir. Karena permukaan tabung alir
(gambar 6-2) terdiri dari garis-garis alir, maka tak ada aliran yang dapat keluar atau
masuk atbung alir melalui permukaan selimut (lateral)nya, dan garis-garis alir dapat
dianggap bermula dalam tangki fluida diam dan memanjang kesistem bebas.

Gambar. 6-2 Tabung alir pada aliran tunak

Persamaan Bernoulli yang diturunkan dalam bab 4 berbentuk

140
+ + Z1 = + + Z2 …...………………………..

6-1
dan karena aliran dianggap tak termanpatkan, maka 1 = 2 = .
Persamaan (6-1 ) dapat juga dituklis dalam bentuk

+ + Z1 = C ………………………………………….

6-2
Persamaan tersebut menyatakan bahwa jumlah energi aliran, energi kinetik dan
energi potensial konstan sepanjang suatu garis alir. Untuk garis alir yang lain nilai
konstantanya bisa berbeda, seluruh garis alir praktis mempunyai energi total yang
sama, misalnya sebuah tangki yang merupakan tempat bermula garis alir, akan
mempunyai konstanta (energi total) sama untuk semua garis alir. Jadi untuk kasus
tersebut, jumlah energi pada ruas kiri persamaan (6.1) atau (6.2) dapat dihitung
konstan sepanjang posisi sistem idael tanpa melihat asal mula garis alirnya.
Semua keadaan aliran nyata bersiafat tak dapat balik, karena adanya efek
kekentalan yang mengakibatkan munculnya tegangan geser dalam fluida. Secara
teoritis, persamaan bernoulli yang telah kita turunkan harus dimodifikasi agar dapat
diterapkan pada kasus-kasus dengan pengaruh non idael (gesekan, turbulensi dsb) yang
cukup besar. Anggaplah titik 1 sebagai awal aliran (hulu ) dan titik akhir aliran ( hilir )
sepanjang suatu garis alir. Anggaplah tidak ada energi yang keluar atau masuk garis alir
baik dalam bentuk usaha maupun panas; maka dapat dinyatakan bahwa energi dititik 1
sama dengan dititik 2 ditambah semua rugi aliran antara kedua titik tersebut. Secara
matematis,

+ + Z1 = + + Z2 + Rugi1-2 ………………….

6.3
Bagan “rugi” pada ruas kanan persamaan (6-3) dapat dianggap sebagai bagian
yang diperlukan agar kekekalan energi tetap berlaku. Jika pompa menambahkan energi

141
pada garis alir antara titik satu dan dua atau turbin menyerap energi antara kedua titik
tersebut, persamaan bernoulli biasanya dimodifiksi lagi untuk memperhitungkan
tambahan atau pengurangan energi tersebut:

Untuk pompa : + + Z1 + Ep = + + Z2 + Rugi1-2 ……

6-4

Untuk turbin : + + Z1 = + + Z2 + Rugi1-2 + ET ….…

6-5
Gabungan pompa dan turbin sekaligus:

+ + Z1 + Ep = + + Z2 + Rugi1-2 + ET ………… 6-

6
Akan terlihat bahwa modifikasi persamaan Bernoulli tersebut merupakan cara
yang dilakukan agar kekekalan energitetap berlaku dan hasilnya mirip dengan
persamaan energi yang telah diturunkan pada bab 5. Perlu ditekankan bahwa untuk
aliran dengan perubahan kerapatan yang besar karena perubahan suhu atau
penambahan perubahan energi sistem, persamaan Bernoulli dan persamaan energi tidak
ekivalen dan kemiripan persamaan ( 6.4 )sampai (6.6 ) dengan persamaan energi tidak
dapat diterapkan pada keadaan semacam itu.
Dalam persamaan (6.3 )sampai (6.6), suku P/ disebu tinggi energi tekanan
(presssre head), suku V2/ 2g di sebut tinggi energi kecepatan (velocytihead) dan suku
Z disebut tinggi energi potensial (potencialhead). Masing-masing suku berdimensi
panjang, satuannya meter, dan jumlahnya disebut tinggi energi total (total head).
Perhatikan gambar 6-3 yang akan memudahkan penahanan mengenai setiap suku tinggi
energi pada daerah sepanjang tabung. Dalam gambar ini tinggi energi total besarnya
konstan untuk aliran tanpa gesekan dan dinyatakan dengan garis tinggi energi total
yang berupa garis mendatar dan berjarak konstan dari bidang acuan, garis tinggi energi
total digambarkan sebagai garis putus-putus yang tururn kekenan. Jika kecepatan

142
aliran dalam tabung meningkat maka jumlah tinggi energi potensial dan tekanan akan
akan menurun, dan jika kecepatan menurun, junlah tinggi energi potensial dan tekanan
akan meningkat.
Untuk aliran tunak, V32/2g besarnya konstan, sehingga jika tak ada gesekan p 3/
akan konstan, dan jika ada gesekan P3/ akan berkurang.

Gamabr 6-3 Variasi tinggi energi dalam suatu tabung

6.3 . Teorema Torriceli


Perhatikanlah suatu tangki yang sangat besar dan mempunyai sederetan lubang
disisnya seperti pada gambar 6-4, dengan menganggap bahwa tekanan dipermukaan air
dalam tangki dan pada setiap lubang keluaran dalam bentuk orifis sama dengan tekanan
atmosfir, maka akan diperoleh bahwa kecepatan keluar air sebanding dengan akar dari
jarak pusat lubang kepermukaan air dalam tangki. Keadaan aliran dianalisis dengan
melihat satu lubag pada tangki seperti dalam gambar 6-5, pusat lubag berada sejauh h
dibawa permukaan air dalam tangki, tekanan atmosfir dianggap sama dengan tekana
pada permukaan air dalam tanki dan tekanan pada aliran keluar. Untuk mudahnya,
maka pusat lubang kita anggap sebagai acuan energi potensial. Karena energi total

143
seluruh garis alir dalam tangki sama, maka dapat dipilih dua tempat dalam sistem yang
memenuhi persamaan Bernoulli.

Gambar. 6.4. Gamabran teorema torricelli

Gambar. 6.5. Pancaran (aliran keluar) darinsuatu tangki besar

+ + Z1 = + + Z2

Karena Z1 – Z2 = h, dan tekanan keluar sama dengan tekanan atmosfir maka

= dan V1 = 0 maka ,

h= atau V2 = …………………………….. 6-7

144
Persamaan (5.7) secara sederhan menyatakan bahwa kecepata keluarnya air
sama dengan kecepata benda jatuh bebas dari permukaan tangki kepusat lubang, dan
hasil ini dikenal sebagi teorema Torricelli.

6.4. Pipa Pindah ( Sifon )


Dalam pipa pindah, fluida dialirkan diatas permukaan fluia dengan menggunakan
gaya tekan atmosfir. Tinggi maksimum naiknya fluida (jika tak ada rugi aliran) dapat
dihitung langsung, dari kenyataan bahwa tekanan kolom fluida statik diakibatkan oleh
berat kolom ditambah dengan uap fluida harus seimbang denagn tekanan atmosfir.
Untuk air pada suhu 600F, tnggi maksimum air mengalir dari permukaan sumbernya
kira-kira 10,33 m pada tekanan atmosfir normal. Gamabr 6-6 memperhatikan dua
keadaan aliran, pada gambar 6-6b, pipa berada pada suatu tempat yang lebih tinggi dari
permukaan sumber, sedang dalam gambar 6-6a, permukaan fuida dalam pipa berada
lebih renda dari permukaan sumber. Jika persamaan Bernoulli dituliskan antara titik
satu dan dua untuk kedua kasus tersebut, dengan tak ada rugi akan diperoleh dua
persamaan identik. Sedang jika x cukup tinggi (pada kasus ideal batasnya 10,2 m untuk
air 600F), maka tak ada aliran pada susunan seperti gambar 6-6b. Jadi tinggi x akan
menentukan ada tidaknya aliran dalam pipa pindah, dan tentu saja harus dihitung.

Gambar. 6-6 Pipa pindah ( sifon )

145
Anggaplah bahwa dalam pipa pinda terdapat rugi aliran dan tuliskan persamaan
Bernoulli antara 1- 3 dan 3 – 2, maka,

+ + Z1 = + + Z3 + Rugi1-3 ………………

6-8

+ + Z3 = + + Z2 + Rugi3-2 ………………

6-9
sederhanakan pernyataan tersebut dan perhatikan pula bahwa tekanan di 1 dan 2 sama
dengan tekanan atmosfir, sehingga

0+ +0 = + + x + Rugi1-3 …………………… 6-10

+ +x = + + h + Rugi3-2 ……………………. 6-11

subtitusikan ( 6-11 ) pada (6-10 ), akan diperoleh :

= + - h + Rugi1-3 + Rugi3-2 ………………… 6-12

yang akan menghasilkan

= h – Rugi1-2 ……………………………. 6-13

yang dapat diperoleh dengan menerapkan persamaan Bernoulli langsung antara titik
satu dan dua. Kembali pada persamaan (6-10) dan (6-11), diselesaikan untuk
memperoleh x, tinggi pipa pindah

x= - - - Rugi1-3 ……………………………. 6-

14

146
atau x= - -h+ - + Rugi3-2 …………………… 6-

14a jika pipa pinda tersebut penuh dengan alira dan penampangnya tetap, V 2 =V3,
sehingga persamaan (6-14a ) akan menjadi :

x= - - h + Rugi3-2 ……………………………….. 6-

14b
Dari persamaan (6-13)sampai (6-16), pipa pinda tesebut dapat dianalisis dan perlu
diperhatikan bahwa tekanan dipuncak, P3 dapat diperiksa bahwa pipa dialiri penuh
dengan cara memeriksa kecepatan dipuncak terhadap debit yang akan diperoleh

6.5. Pengukuran Tekanan dan Kecepatan


Terdapat banyak metode yang digunakan untuk menentukan tekanan dan
kecepatan aliran disuatu tempat terentu dalam sistem aliran, dan untuk pembahasan
lebih mendalam, sanagt dianjurkan untuk maksud pengukuran antara lain terbitan
American society of Mechanical Angineers, Flow Meters: Their vheory and application
dan Transactions of the ASME. Sekarang kita akan membahas piranti pengukur yang
menggunakan persamaan Bernoulli sebagai penerapan dalam analisis.

6.5a Piezometer
Pengukuran tekanan fluida bergerak merupakan hal yang cukup sulit; karena
adanya piranti pengukur yang akan sedikit mengubah aliran atau besarnya tekanan.
Bukaan pada dinding pipa sering digunakan untuk mengukur tekana fluida yang sedang
mengalir. Tekanan statik ini merupakan tekanan fluida yang tak terganggu, dan lubang
bukaannya disebut bukaan piezometer. Pembacaan pengukuran yang dihasilkan oleh
bukaan tunggal tidak akan tepat jika bukaan tersebut tidak tegak lurus pada permukaan
pipa atau jika ujung/pinggiran lubang bukaan tidak mulus; dan metode pengukuran
tekanan ini akan mempunyai kesalahan yang besar karena adanya gangguan pada
pemasangan bukaan piezometer (gambar 6.8). Untuk meperoleh pembacaan yang lebih

147
tepat, beberapa lubang ditempatkan pada keliling pipa di suatu bidang tetentu dan
dihubungkan satu sama lain. Peranti ini disebut gelang piezometer dan tekanan
langsung dibaca pada manometer yang dipasang pada penghubung tekanan.

Gamabr. 6-8 Bukaan piezometer


Jika sebuah benda berada dalam suatu fluida seperti pada kasus air foil,
distribusi tekanan statik sepanjang permukaannya sering diperlukan.hal ini dapat
dilakukan dengan membuat lubang-lubang bukaan piezo meter sepanjang permukaan
dan mengukur tekanan statiknya dengan memasang tabung-tabung pada lubang-lubang
tersebut, untuk kasus air foil, pembacaan tekanan dapat diubah menjadi distribusi
kecepatan menggunakan persamaan Bernoulli.

6.5b Tabung Pitot dan Tabung Statik Pitot


Sorang Perancis, Henri Pitot, memasang sebuah tabung yang terbuka ujungnya
pada sungai Seine dekat Paris pada awal 1700 m, dan menemukan bahwa kenaikan air
pada vertikal tabung sebanding dengan kuadrat kecepatan aliran ditempat yang
diukurnya. Tabung semacam ini digunakan untuk mengukur kecepatan setempat dari
fluida yang sedang mengalir dan disebut tabung tabung pitot.
Gambar 6-9 mempertlihatkan tabung pitot sederhana yang dipasang pada suatu
aliran dengan ujung terbukanya menghadap langsung pada aliran. Baik tabung maupun
lubang bukaannya dibuat kecil agar secara praktis memperkecil gangguan aliran yang

148
diakibatkan adanya tabung tersebut. Garis alir pada bagian pusat tabung pitot dianggap
tidak terganggu oleh tabung. Pada masukan tabung, kecepatan aliran berkurang
menjadi nol dan cairan dalam tabung naik sampai mencapai ketinggian h diatas garis
pusat tabung.

Gambar. 6.9 Tabung pitot

Gambar. 6.10. Tabung pitot pada suatu saluran terbuka


Tekanan dititik 2 dianggap merupakan tekanan stagnasi garis alir, dengan menerapkan
persamaan Bernoulli pada garis alir dipusat tabung pada titik 1 dan 2 , akan diperoleh :

+ =

V1 = …………………………………………… 6-

17

149
Suku P2 – P1 kadang-kadang dikenal sebagai tekanan bentur, tekanan dinamik
atau tekanan kecepatan dari suatu aliran dan besarnya sama dengan ½ V2. Pada
persamaan (6.17), berat jenis, , adalah berat jenis fluida yang mengalir dan bukan
berat jenis fluida yang berada pada kaki manometer. Jika tabung pitot dipasang pada

suatu saluran terbuka, maka secara sederhana sama dengan h, seperti pada

gambar 6-10. Untuk saluran tertutup,maka perlu menghitung dengan

melakukan pengukuran kedua. Ini dilakukan dengan menggabungkan tabung


piezometer dengan tabung pitot atau menggunakan bukaan piezometer pada dinding
pipa. Anggaplah bahwa bukaan piezometer digunakan bersama dengan tabung pitot
seperti pada gambar 6-11, untuk mengukur kecepatan fluida dalam suatu pipa,
anggapan lainnya adalah bahwa fluida manometr dengan berat jenis m akan
digunakan untuk menghitung beda tekanan antara tabung pitot dengan piezometer dan
tuliskanlah persamaan bernoulli anatar 1 dan 2 :

+ = ………….. ………………………..

6-18
dengan menghitung manometer, maka
P1 + γ h1 + γm – γ (h1 + h2) = P2
disederhanakan maka akan dihasilkan

= h2 ………………………………. 6-

19a
dan

V1 = ……………………………………. 6-

19b
Dimana : γm = berat jenis fluida pengukur

150
γ = berat jenis fluida yang mengalir dalam pipa
Untuk mengatasi rugi tekanan dalam tabung pitot maka digabung dengan suatu
tabung statik menjadi suatu peranti tunggal yang disebut tabung statik pitot. Biasanya
tabung ini terdiri dari dua tabung yang dipasangkan didalam dan dihubungkan
kemanometer seperti pada gambar 6.12.

Gamabar. 6.11 Tabung pitot- piezometer untuk mengukur kecepatan

Tabung dalam bagian ujungnya terbuka dan mangukur tekanan total dari aliran,
sedang tabung bagian luar dilubangi pada arah tegak lurus aliran dan mengukur tekanan
statik aliran. Dengan dihubungkan pada manometer maka manometer akan menunjukan
tekanan dinamik, dengan analisis seperti yang digunakan diatas maka diperoleh :

V1 = ……………………………………. 6-20

Ketelitian tabung statik pitot akan tergantung pada konstruksinya serta pada
pemasangannya dalam pipa, dan tergantung pada ketepatan mensejajarkan aliran.

151
Meksipun terdapat banyak tabung statik pitot dengan konstruksi, bentuk dan ukuran
standar yang akan memperkecil kesalahan, namun selalu dianjurkan untuk
mengkalibrasi pemasangannya. Jika ini dilakukan, maka persamaan (6.20 ) harus
dimodifikasi sedikit untuk keadaan tabung non idael dengan memberiakan suatu
koeffisien empirik C :

Gambar. 6-12 Tabung statik-pitot gabungan

V1 = C

C= ………………………………………… 6-21

152
SESI / PERKULIAHAN KE : 11
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menganalisa penerapan prinsip kerja alat pengukura tekanan dan
kecepatan aliran dengan menggunakan venturi meter
2. Menjelaskan dan menganalisa penerapan prinsip kerja alat pengukura tekanan dan
kecepatan aliran dengan menggunakan orifis meter.

Pokok Bahasan : Penerapan prinsip dinamika fluida


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari prinsip kerja alat
ukur perbedaan tekanan yang dikonversi menjadi kecepatan aliran dengan
menggunakan alat-alat ukur manometer U yang dihubungkan dengan sumber tekanan
pada pengecilan secara perlahan (venture) dan pengecilan secara tiba-tiba (orifis).
Dengan menggunaka persamaan Bernouli maka dapat dihitung laju aliran fluida yang
melalui venture atau orifis.

I. Bahan Bacaan
1. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
2. Robert L. Mott, 1994.Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.

II. Bahan Bacaan Tambahan


1. Irving H. Shames, 1982. Mechanics of Fluids, McGraw-Hill

153
2. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill.
4. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
5. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


Jelaskan prinsip kerja manometer U yang dihubungkan denga bagian pengecilan dalam
saluran.
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 6.3 sampai dengan nomor 6.6

154
6.5c. Venturi Meter
Venturi meter merupakan pipa konis yang mempunyai bagian mengecil dan
memebesar yang disusun sedemikian rupa yang mengakibatkan peningkatan kecepatan
dan energi kinetik sehimngga penurunan tekanan pada penampang yang mengecil dapat
diukur. Bagian penampang yang membesar digunakan untuk mengembalikan tambahan
energi kinetik menjadi energi tekanan pada keluaran venturi dengan aliran turbulensi
dan rugi gesean yang sekecil-kecilnya. Sudut kerucut dari masukan kebagian leher
(penampang mengecil) biasanya 20o sampai 30o, sedang sudut kerucut untuk
penampang yang membesar kearah keluaran biasanya dari 5o sampai 14o

Gambar 6.13 Veter venturi sederhana

Dalam pemasangan sederhana, seperti pada gambar 6.13, sebuah manometer


dihubungkan denagn masukan dan leher venturi meter. Anggaplah tak ada rugi aliran
pada meter dan dari persamaan Bernoulli untuk bagian 1 dan 2 akan diperoleh

155
+ = +

Dan – = – …………………………… 6-22

Persamaan kontinuitas menyatakan bahwa untuk aliran tunak dari fluida tak
termampatkan berlaku A1V1 = A2V2. sehingga persamaan(6-22) akan menjadi

= ………………………….. 6-

23
Dan laju volume aliran fluida (Q = AV ) adalah

AV = A2V2 = ………… 6-24

Dimana adalah berat jenis fluida yang mengalir. Dengan menggunakan manometer
dan pernti pencatat, dapat diperoleh catatan kentinyu mengenai aliran dalam pipa.
Untuk kasus fluida nyata dengan gesekan, diberikan suatu koefisien kecepatan (Cv)
pada persaman (6-24). Sehingga,

(AV) sesungguhnya = …………. 6-25

Bagi manometer yang seperti pada gambar 6.13,

(AV) sesungguhnya = …………. 6-26

Koefisien kecepataan dari venturi meter besarnya tidak tetap dan merupakan
fungsi dari bilangan Reynold, perbandingan luas A 2/A1, serta bentuk venturi. Untuk
ketelitian yang lebih tinggi, harus dilakukan kalibrasi. Gambar 6.14 memperlihatkan
Cv untuk meter-meter venturi yang ukurannya berbeda-beda.

156
Gambar. 6-14 Koefisien-koefisien Venturi Meter.

Besarnya Cv dapat diambil sebesar 0,9 atau lebih besar.


Meter Venturi merupakan peranti dengan rugi energi energi kecil, karena
bagian yang penampangnya membesar secara perlahan-lahan setelah bagian leher
Venturi, akan mengubah kembali energi kinetik. Kerugian tinggi energi dari masukkan
ke bagian leher dapat diturunkan dari persamaan (6-3) dan hasilnya :

Rugi1-2 = ………………….. 6-27

5.5d. Orifis Meter.

157
Gambar. 6.15. Orifis bersisi tajam.

Untuk lubang bukaan (Orifis) yang berujung tajam, garis alirnya bebentuk
seperti pada gambar 6.15, dan daerah denagn luas penampang minimum disebut vena
contrcta. Dengan membuat lubang yang ujungnya melengkung atau dengan
memasukan tabung kedalam tangki, mungkin diperoleh susunan garis alir yang
menghasilkan diameter vena kontrakta (Cc) yang lebih besar dari pada vena kontrakta
oleh orifis berujung tajam. Dalam praktek,biasanya persamaan (6.7) dimodifikasi
karena adanya pengaruh tersebut, denagan mendefenisikan suatu koeffisien kontraksi,
yang merupakan perbandingan antara luas vena contrakta denagn luas orifis.

Jadi Cc = …………………………….. 6-28

dan didefenisikan pula perbandingan antara kecepatan sesungguhnya dengan kecepatan


teoritis yang diperoleh dari persamaan (6.7)sebagai koeffisien kecepatan.
Jadi V2 = Cv …………………………………. 6-29
dengan Cv adalah koeffisien kecepatan .
Karena laju aliran melalui orifis atau lubag bukaan sama denagn hasil kali
kecepatan sesungguhnya dengan luas aliran, maka kita akan memeperoleh suatu
koeffisien baru, yang disebut koefisien pancur/buang (discharge/CD), yaitu
perbandingan antara volume aliran sesungguhnya dengan volume teoritis yang dihitung

158
menggunakan luas lubang bukaan dan kecepatan ideal menurut persamaan (6.7).
hubungan antara ketiga koefisian tersebut adalah :
CD = Cc . Cv ………………………………….. 6-30
untuk orifis berujung tajam nilai koeffisien tersebut kira-kira Cc =0.61, Cv =0,98 dan CD
= 0.60. untuk lubang bukaan yang ujungnya dilengkungkan dengan baik, Cc dapat
mencapai satu, sehingga CD mendekati satu karena Cv biasanya terletak antara 0,95
sampai 0,98.
Orifis sering digunakan dalam pipa untuk mengukur jumlah fluida yang
mengalir. Dalam hal ini, orifis biasanya berupa keping tipis yang disisipkan kedalam
pipa dan diklem. Lubang pada keping orifis letaknya sepusat dengan pipa dan kran
tekanan statik digunakan untuk mengukur bagian hulu hilir (sebelum dan sesudah)
orifis sehingga mengakibatkan pengerutan aliran menjadi lebih kecil dari orifis sendiri
(Cc), seperti terlihat pada gambar 6.16. Dengan menggunakan persamaan Bernoulli
pada keadaan ini antara daerah 1 dan 2, akan diperoleh :

V2 = ……………………….. 6-31

Dan

Q = AV = ………………….

6-32

Gambar. 6.16. Meter Orifis.

159
Secara praktis harga Cc dan Cv suatu meter orifis tidak dapat ditentukan secara
terpisah, dan akan mengalami mengalami kesulitan untuk menentukan lokasi pengukur
tekanan vena contrakta (Cc). Oleh karena itu, untuk penyederhanaan kedua koefisien
Cc dan Cv sering digabungkan, dan persamaan (6-32) dapat dituliskan sebagai

Q = AC …………………………….. 6-33

Dengan C =

Gambar 6.17 memperlihatkan koefisien C untuk orifis berbentuk bujursangkar


sebagai fungsi dari bilangan Reynold d1V1γ/µg yg mencakup : garis tengah, kecepatan,
berat jenis dan kekentalan, dan menentukan karakter aliran. Bilangan ini merupakan
para meter yang sangat bermanfaat dan keuntungan orifis meter adalah ukurannya yang
relatif kecil dan akurat.

(a)

160
(b)

Gambar 6-17 Bujur sangkar

Gambar. 6.18 Koefisien aliran C untuk mosel

Orifis mudah dipasang di dalam pipa dan tidak memerlukan kalibrasi. Tetapi,
orifis meter bertindak sebagai katup terbuka sebagian dan mempunyai koeffisien
buang/pancar yang rendah dan akibatnya mempunyai rugi tinggi energi yang relatif

161
besar. Selain itu, kesalahan dapat disebabkan kerena penempatan orifis yang tidak
simetris pada bagian dalam pipa, penepatan pengukur tekanan yang kurang tepat serta
bukaan orifis yang berujung kasar. Beberapa masalah yang timbul pada orifismeter
dapat dikurangi dengan menggunakan nosel, seperti pada gambar 6.18. Koeffisien C
didefenisikan seperti pada meter. Orifis dan nilai koeffisien C yang tinggi menunjukan
rugi nosel yang relatif kecil. Penepatan nilai C yang tergantung lokasi pengukur
tekanan akan memungkinkan nilai C pada nosel lebih besar.
Pengukuran ketiga koefisien orifis merupakan masalah yang menarik dalam
mekanika fluida eksperimental. Kita dapat mengukur aliran flida yang keluar untuk
suatu selang waktu tertentu sehingga dapat menghitung laju alir (debit) yang
sesungguhnya. Dengan mengetahui luas lubang bukaan dan tinggi fluida diatas lubang,
maka CD dapat dihitung. Secara prinsip, luas vena contracta dapat diukur dengn
menggunakan pengukur caliper/jangka secara berhati-hati. Pengukuran ini untuk
memperoleh nilai CC, lalu CV dihitung dari nilai CD dan CC. Tetapi metoda pengukuran
CC ini kurang teliti, jadi lebih baik mengukur CV dilakukan dengan cara berikut.
Perhatikan aliran keluar dan ukurlah posisi sebuah titik pada lintasan aliran yang
mengalir dari vena contracta. Hal ini dapat dilakukan secara sederhana dengan mencari
pada suatu keping yang dikenai aliran seperti pada gambar 6.19.
Waktu yang diperlukan suatu partikel untuk sejauh y (dengan mengabaikan
gesekan udara ) adalah

162
Gamabar. 5-11 Metode lintasan untuk menentukan CV

dan waktu yang diperlukan partikel tersebut menempuh jarak X dengan kecepatan tetap
dari vena Contracta (Vvc ) adalah

t=

sehingga Vvc =

Cv = …………………………………………… 6-34

6.6 Penutup
Persamaan-persamaan yg dikembangkan dalam bab 6 merupakan hubungan yg
diperlukan untuk memecahkan persoalan mengenai aliran tunak fluda yg tak
termampakkan dan pengunaannya cukup luas dan menekankan pada pemecahan
masalah secara analitis. Karena keadaan aliran yg tidak ideal, koefisien-koefisien
empirik digunakan agar diperoleh hasil korelasi antara besaran terukur dan perhitungan
yang lebih baik. Dalam setiap penerapan, masalah fisis sesugguhnya disederhanakan
menjadi model ideal satu dimensi dan untuk memperoleh imfromasi yg diinginkan.
Perhatikan bahwa pemilihan volume kendali yg tepat akan menjadikan pendekatan yg
lebih mudah sehingga akan mengurangi pekerjaan perhitungan.

6.7. Latihan-latihan.
6.1. Sebuah pipa dihubungkan dengan suatu tangki yang besar dan terbuka
keatmosfir.Jika 10 liter/s fluida mengalir dalam pipa, tentuka rugi eneri sistem
Jawab :
Karena permukaan cairan dalam tangki dan keluaran pipa terbuka keatmosfir,
maka P1 = P2 = Pa. Jika tangki dianggap cukup besar,maka kecepatan fuida

163
dipermukaannya,V1 sama dengan nol. Kecepatan dalam pipa, yang juga sama
dengan kecepatan keluar dari pipa dapat dihitung dari persamaan kontinuitas,
yaitu
Q = A V = 10 x 10-3 m3/s
Persamaan kontinuitas Q1 = Q2 ==========> A2V2 = A1V1

(0,05)2 V2 = 10 x 10-3

V2 = 5,09 m/s

Dari persamaan Bernouli : + + Z1 = + + Z2 + Rugi1-2

Karena P1 = P2 dan V1 = 0 maka

Z1 = + Z2 + Rugi1-2

4= + 0 + Rugi1-2

4- = Rugi1-2

Rugi1-2 = 2,68 m = 2,68 N.m/N


6.2. Air mengalir dalam suatu pipa dan tabung statik pitot menggunakan air raksa
sebagi fluida pengukur dan ternyata diperoleh simpangan manometer 50 mm.
Hitunglah kecepatan aliran jika air = 9810 N/m3 dan berat jenis relatif raksa
(sp.gr) 13,6.
Jawab :
Dengan melihat gambar 6-10 dan menggunakan persamaan (6-19a ), maka

= h2 = 0,050 = 0,63 m

= 0,63 m

Tetapi dari persamaan ( 5.24 )

164
= = 0,63 m

Sehingga

V1 = = = 3,52 m/det

6.3. Air mengalir dengan kecepatan 3 m/s dan manometer gambar 612 menunjukan
perbedaan 50 mmHg. Tentukan nilai C tabung statik pitot ini jika berat jenis
relati air raksa 13,6.
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan 6-21 diperoleh :

C= = 0.728

6.3. Sebuah meter venturi mempunyai masukan bergaris tengah 125 mm dan leher
bergaris tengah 50 mm. Jika h pada gambar 6-13 adalah 250 mm Hg (berat jenis
relatif 13,6 ) tentukan jumlah air yg mengalir secara ideal.
Jawab :
Dari manometer, P1 +γw (h + a) – γm h – γm a = P2

= h

dengan subskrip m menyatakan fluida manometer ( merkuri= raksa ) Jadi :

= 0.25 (13.6 – 1) = 3.15 m air.

Dengan mengunakan (5.30), diperoleh

AV =

Mula-mula hitung : A1 = ( )(0.125)2 = 1.227 x 10-2 m2

165
A2 = ( ) (0.050)2 = 1.963 x 10-3 m2

Perbandingan luas : = = 0.16

Sehingga Q = AV = = 1,56 x 10-2 m3/det.

6.8. Soal-Soal.
Gunakan γair = 9810 N/m3 kecuali jika dicantumkan yg lain
6.1Air mengalir vertikal keluar dari sebuah nosel dengan kecepatan 10 m/.s. berapa
tinggi maksimum yg dapat dicapai jika gesekan udra diabaikan ?
6.2 Sebuah pipa dengan garis tengah dalam 75 mm dialira air dengan laju 1400
liter/menit, tekanan dalam pipa besarnya 210 kPa lebih besar dari tekanan atmosfir.
Tentukan kecepatan, tinggi energi kecepatan, tinggi energi tekanan dan tinggi energi
total jika acuannya dipilih pusat pipa. Patmosfir = 100 kPa.
6.3 Sebuah tangki besar mempunyai lubang bukaan bergaris tengah 50 mm yg terletak 4
m dibawah permukaan minyak dalam tangki dengan berat jenis relatif 0,85. Jika Cc
= 0.85 dan Cv=0,95, tentukan laju volume aliran melalui lubang bukaan tersebut.
6.4 Sebuah tabung venturi mempunyai bagian masukan bergaris tengah 100 mm dan
leher bergaris tengah 40 mm. Jika h sama dengan 200 mm air raksa (berat jenis
relatif 13,6 ), berapakah jumlah air yg mengalir secara ideal jika Cv = 0.91?
6.5 Sebuah venturi meter dipasang dalam sebuah pipa sedemikian rupa sehingga
sumbunya terletak vertikal. Venturi meter lain dipasang dalam sebuah pipa yang
berukuran sama dengan sumbunya pembacaan yang sama pada suatu manometer
differensial, apakah laju alir pada kedua pipa tersebut sama ? anggaplah kerapatan
fluida pada keduanya sama.

166
SESI / PERKULIAHAN KE : 12

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :


1. Menjelaskan dan menghitung Bilangan Reynold
2. Menjelaskan dan menghitung aliran laminar dan aliran turbulen dalam pipa

Pokok Bahasan : Aliran tunak fluida incompressible dalam pipa


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari fenomena aliran
fluida dalam suatu saluran dan menganalisis bilangan Reynold sehingga dapat
mentukan jenis-jenis aliran serta menentukan tebal lapisan batas fluida yang mengalir

I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill,
2. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga
3. Robert L. Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &Technology.

II. Bahan Bacaan Tambahan

167
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
3. Ruben M Olson, 1993Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama .
4. T.R. Banga, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher, 1983

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


Jelaskan perbedaan aliran laminar, transisi dan aliran turbulen dalam suatu saluran
IV. Tugas
Selesaikan soal nomor 7.1 sampai nomor 7.1
BAB VII
ALIRAN TUNAK FLUIDA TAK TERMAMPATKAN DALAM PIPA.
7.1. Pendahuluan.
Fluida biasanya dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
memberikan gaya padanya melalui pipa dan tabung. Persamaan Bernouli yang
dijelaskan pada bab 5 banyak digunakan pada bab 6, dapat diterapkan pada aliran fluida
nyata dengan menyisipkan suku efek nyata (rugi), pada persamaan tersebut. Dalam bab
ini kita akan membahas aliran tunak fluida tak termampatkan dalam pipa, menentukan
keteraturan aliaran serta bentuk umum persamaan gesekan, dan memberikan pernyataan
mengenai rugi-rugi energi masukan, keluaran, pelebaran, penyempitan, belokan serta
pada katup. Literatur mengenai masalah ini cukup banyak, dan datanya telah dinyatakan
dalam berbagai bentuk. Salah satu korelasi data yang paling lengkap telah disusun oleh
Institut Hidrolika dan diterbitkan sebagai pasal; Gesekan Pipa dari Standads of
Hydraulicd Institute. Beberapa tabel dan grafik dalam bab ini diambil dari standar
tersebut, dan agar lebih lengkap dan mendalam sebaiknya mahasiswa mengacu pada
buku-buku referensi.

7.2. Karakteristik Aliran Dalam Pipa – Laminar dan Turbulen.

168
Untuk menggambarkan karakter fluida yang mengalir dalam suatu pipa, Osborne
Reynolds menemukan suatu percobaan sederhana, yang digambarkan secara skematis
dalam gambar 7-1. Zat warna dimasukkan kedalam tabung gelas dengan
menyuntikkannya dari sebuah tabung halus ke dalam lubang masukkan tabung gelas.
Kecepatan fluida uji dikendalikan dengan mengubah-ubah tinggi fluida dalam tangki
gelas dan dengan mengatur katup dibagian hilir tabung gelas.
Pada kecepatan rata-rata rendah, diperoleh bahwa filamen zat warna tampak
sebagai garis lurus kontinyu yang sejajar sumbu tabung. Jenis aliran semacam ini
dikenal sebagai aliran laminar, viskos atau streamline dan terbentuk oleh lapisan-lapisan
silindris sepusat yang mengalir satu sama lain karena adanya kekentalan fluida. Partikel-
partikel fluida tetap berada pada masing-masing lapisan, dan bergerak sepanjang
lintasan yang sejajar. Jika laju aliran ditingkatkan dengan mengubah pengaturan katup,
ternyata zat warna masih membentuk garis lurus sampai mencapai suatu kecepatan yang
menyebabkannya bergoncang dan pecah menjadi pola yang menyebar. Kecepatan ini
disebut kecepatan kritis.

Gambar. 7-1 Skema Aparat Reynolds Gambar. 7-2 Profil kecepatan


sebuah pipa.

Pada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan kritis, filamen zat warna menjadi
tersebar seluruhnya dalam fluida pada saat keluar dari titik suntikan. Pada kecepatan
yang lebih besar dari kecepatan kritis, aliran dikatakan turbulen, dan partikel-partikel
bergerak acak tegak lurus arah aliran utama yang menyebabkan partikel-partikel
tersebut bercampur secara acak. Dalam aliran laminar, kecepatan fluida yang tersebar

169
berada pada sumbu pipa, dan lalu berkurang sampai menjadi nol pada dinding pipa,
sedang dalam aliran turbulen, distribusi kecepatan sepanjang garis tengah pipa lebih
seragam, seperti diperlihatkan pada gambar 7-2. Dengan mengambil kecepatan rata-rata
sebagai kecepatan karakteristik, Reynold dapat membuktikan katakter aliran fluida serta
kekentalannya. Kombinasi keempat variabel tersebut menghasilkan suatu parameter tak

berdimensi yang disebut bilangan Reynolds, DV .

Selama percobaannya, Reynold dapat memperoleh perubahan aliran laminar ke


turbulen pada bilangan Reynold mulai dari 1.200 sampai yang lebih besar dari 40.000.
Tetapi keadaan dengan bilangan Reynold setinggi itu jarang dijumpai pada pemasangan
komersial. Perubahan karakter aliran dari laminar menjadi turbulen terjadi pada
bilangan kurang berarti dalam alira pipa normal. Tetapi, jika aliran mula-mula turbulen,
lalu kecepatan fluida berkurang, aliran akan menjadi laminar. Nilai bilangan Reynold
ini disebut bilangan kritis Reynold yang lebih kecil, dan biasanya berkisar sekitar 2000.
Pemasangan pipa pada umumnya mengalami perubahan aliran laminar menjadi turbulen
pada bilangan Reynold dari 2000 sampai 4000, dengan aliran yang selalu laminar untuk
bilangan Reynold yang lebih kecil dari 2000, dan selalu turbulen untuk bilangan
Reynold yang lebih besar dari 4000. Antara kedua nilai tersebut terdapat daerah yang
disebut daerah transisi, dan alirannya bisa bersifat laminar atau turbulen. Dalam daerah
transisi, suatu gangguan akan mengakibatkan karakter aliran berubah dari laminar
menjadi turbulen.

7.3. Perhitungan Bilangan Reynold.


Telah disebutkan bahwa bilangan Reynold merupakan parameter tak berdimensi
yang mencakup garis tengah, kecepatan, kerapatan dan kekentalan. Secara matematis,
hubungan tersebut dinyatakan sebagai :

Re = ……………………………………………… 7-1

170
Karena dalam sebelumnya, kekentalan kinematik didefinisikan sebagai
perbandingan antara kekentalan mutlak dengan kerapatan, maka persamaan (7.1) dapat
juga ditulis sebagai :

Re = karena υ = …………………………………. 7-2

Perhitungan bilangan Reynold baik dari persamaan (7.1) ataupun (7.2),


memerlukan kehati-hatian karena literatur teknik yang banyak berisi satuan μ dan υ
kurang konsisten. Contoh soal berikut akan membantu memperjelas masalah ini.

7.4. Aliran Laminar Dalam Pipa.


Dalam pipa dengan penampang lingkaran dan bilangan Reynoldnya kurang dari
2000, aliran dikatakan laminar dan pola alirannya terdiri dari serangkaian lapisan-
lapisan tipis yang bergerak satu sama lain. Dipusat saluran, kecepatan fluida merupakan
yang terbesar dan didinding kecepatannya nol. Jenis aliran semacam ini dilukiskan pada
gambar 7-3 dan dapat segera dianalisis secara matematis dan akan diperoleh persamaan
yang menghubungkan penurunan tekanan (rugi tinggi energi) dengan variabel-variabel
lainnya. Hubungan ini dinyatakan dalam persamaan (7.3) yang dikenal sebagai
persamaan Hagen-Poiseuille :

∆р = …………………………………………………. 7-

3
Dimana : ∆р = perbedaan tekanan (penurunan tekanan)
= kekentalan
D = garis tengah pipa bagian dalam.
L = panjang pipa
Q = laju aliran.
dengan Q diambil sama dengan AV, V dalah kecepatan rata-rata untuk aliran laminar,
kecepatan berubah secara parabolik dari nol di dinding sampai nilai maksimum dipusat

171
pipa; untuk kasus ini kecepatan rata-ratanya sama dengan setengah dari kecepatan
maksimium .

Gambar. 7-3 Bentuk aliran laminar dalam sebuah pipa

Persamaan (7.3) telah dievaluasi dengan percobaan-percobaan dan hasilnya cukup


sesuai. Perlu dicatat bahwa penurunan tekanan dalam aliran laminar tidak tergantung
pada karakter (kekasaran) dinding pipa. Juga karena untuk aliran laminar, terdapat
kesesuaian pengukuran dengan perhitungan hubungn Hagen Poisetille yang digunakan
sebagai dasar bagi pengukuran kekentalan fluida dalam viskosimeter komersial.
Kadang-kadang persamaan ( 7.3) lebih mudah dinyatakan dalam bentuk kecepatan
rata-rata Vv. Karena Q = AV = (πD2/4) V, maka

= = = ………..

7-4
Jika dinyatakan sebagai “rugi tinggi energi “ dan dengan menggunakan
p1 - p2 = P, diperoleh

= hf = …………………………….. 7-5

dengan hf adalah “ rugi tinggi energi “ karena geserkan (dalam meter)


Untuk menghitung rugi tinggi energi tekanan dalam sebuah pipa sering digunakan
persamaan umum yang dikenal sebagai persamaan Darci-Weisbach, yaitu

= hf = f …………………………… 7-6

dengan f adalah faktor gesekan. Jika persamaan (7.5 ) dan ( 7.6 ) disamakan, akan
diperoleh :

172
f = …………………………………

7-7
sehingga diperoleh f,

f = = = …………………… 7-

8
dengan Re berdasar pada kecepata rata-rata. Dengan demikian secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa faktor gesekan dalam aliran laminar adalam 64 dibagi dengan
bilangan Reinold dan tidak tergantung kekasaran pipa.

7.5. Lapisan Batas


Profil kecepatan para bola dari fluida yang mengalir secara laminar didalam sebuah
pipa disebabakan oleh kentalan fluida dan juga oleh gaya tarik antara ciran dengan
dinding pipa. Jika alirannya dipertahankan laminar, profil kecepatannya pun tetap
parabola dan jika aliran manjadi turbulen, penurunan kecepatan dari sumbu pipa
kedaerah dekat dinding pipa sangat kecil sekali (hampir konstan). Tetapi, pada lapisan
tipis cairan dekat perbatasan stasioner, terjadi perubahan kecepatan yang sangat besar.
Lapisan ini disebut lapisan batas. Meskipun bagian utama fluida turbulen, namun
masih ada lapisan tipis yang laminar dekat dinding pipa.contoh distribisikecepatannya
ditunjukan pada gambar 7-4.

Gambar. 7-4 Distribusi kecepatan dalam suatu pipa licin

173
Gambar 7-5 Daerah transmisi lapisan batas

Perhatikan aliran fluida didekat keping datar yang sejajar dengan arah aliran
gambar 7-5. Bagian vertikal diperbesar gambarnya untuk meperlihatkan detail dari pola
aliran. Jika fluida mengalir melalui pinggiran awal keping, grdien (perubahan) maka
kecepatan dan gesekan perbatasan viskositas cukup besar. Fluida bergerak dalam
keadaan laminar dan lapisan batasnya tipis. Lapisan ini disebut lapisan batas laminar.
Semakin jauh fliuda mengalir keahilir sepanjang keping, laju alir akan meningkat
karena adanya gaya geser dan lapisan batas pun akan menjadi semakin tebal. Akibatnya,
grdien kecepatan sedikit demi sedikit berkurang dan secara bersamaan gesekan
perbatasanpun mengekcil karena ketebalan bertambah. Lapisan batas berada dalam
keadaan turbulen, distribusi kecepatan dalam arah lateral menjadi hampir konstan. Suatu
lapisan batas laminar tak dapat berubah mendadak menjadi trubulen, jadi ada daerah
transisi antar daerah laminar denagn turbulen. Gerakan turbulen disertai oleh
peningkatan geseran perbatasan dan menebalnya lapisan perbatasan,. Untuk keping
yang terendam, transisi dapat terjadi pada bilangan Reynold antara 500.000 sampai
sejuta, dengan jarak dari tepi keeping sebagai dimensikarakteristi. Bilangan Reynoldnya
tergantung pada keadaan awal aliran dan juga pada bentuk tepi depan serat kekasaran
keping.
Tebal lapisan batas didefenisikan sebagai jarak dari perbatasan ketitik yang
kecepatannya sama denagan kecepatan aliran utama. Jelas tebal lapisan batas ini sulit
diukur, khususnya dalam aliran turbulen. Tetapi tebal lapisan batas dapat ditentukan
melalui metode analisis atau hasil dari percobaan pengukuran kecepatan dan suhu.
Dalam lapisan batas laminar profil kecepatannya akan menyambung dengan kurva

174
kecepatan. Profil kecepatan didalam lapisan dapat didekati denagan suatu metodaan
alitik yang berprinsip pada teori distribusi kecepatan dalam pipa, dan gaya seret karena
lapisan batas dapat juga diturukan dengan metoda analitik.

SESI / PERKULIAHAN KE : 13
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menghitun Lapisan batas
2. Menjelaskan dan menghitun rugi energi akibat gesekan dalam pipa panjang

Pokok Bahasan : Rugi-rugi tekanan karena gesekan aliran dalam pipa.


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari penerapan
persamaan Bernoulli dalam hal penurunan tekanan akibat gesekan aliran sepanjang
pipa. Bila sifat aliran turbulen maka koefisien gesek dapat dianalisis dengan
menggunakan diagram Moody dan untu aliran laminar faktor gesek dapat dianalisis
dengan persamaan f = 64/Re.

175
I. Bahan Bacaan
1. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids for Engineering Technology,
McGraw-Hill.
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L. Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer &Technology.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
III. Pertanyaan Kunci / Tugas.
Jelaskan proses penurunan tekanan pada sepanjang pipa akibat dari gesekan fluida
dengan dinding salura.
IV. Tugas
Jelaskan penggunaan diagram Moody.

7.6. Rugi Tekanan Karena Gesekan Dalam Aliran Pipa.


Dalam bab 6, telah ditunjukan bahwa persamaan Bernoulli dapat digunakan jika
fluida nyata mengalir dalam suatu pipa. Untuk situasi aliran yang sesungguhnya, ada
satu suku yang ditambahkan pada ruas kanan persamaan Bernoulli untuk
memperhitungkan “rugi tinggi energi”. Secara spesifik, kita tuliskan :

+ + Z1 = + + Z2 + rugi 1-2 ………………. 7-9

untuk pipa mendatar dengan garis tengah konstan,

rugi1-2 = …………………………………… 7-10

176
Artinya, rugi tinggi energi antara dua bagian pipa mendatar yang dialiri fluida tak
termampatkan sama dengan perbedaan tekanan statik kedua bagian tersebut. Jika suatu
fluida tak termampatkan mengalir dalam suatu pipa secara turbulen, secara eksperimen
diperoleh bahwa rugi tinggi energi merupakan fungsi panjang pipa, kecepatan fluida,
kerapatan fluida dan kekentalan fluida. Seperti telah disebutkan, persamaan (7-11) yakni
persamaan Darcy Weisbach, adalah yang paling sering digunakan untuk menghitung
rugi gesekan dalam pipa. Untuk mudahnya kita ulangi lagi :

hf = f …………………………….. 7-

11
Untuk daerah aliran turbulen, solusi analitik untuk faktor gesekan tak mungkin
diperoleh seperti pada kasus aliran laminar. Pada umumnya data yang digunakan untuk
menghitung faktor gesekan aliran turbulen diperoleh dari percobaan. Sebelum tahun
1933, data ini tersebar pada berbagai literatur tehnik. Pada 1933, J. Nikuradse
menerbitkan hasil kerjanya pada pipa-pipa yang dindingnya dibuat kasar menggunakan
tempelan butiran-butiran pasir dengan garis tengah berbeda-beda. Dia menyebut garis
tengah butiran pasir (ε) sebagai kekasaran mutlak dan perbandingan garis tengah butiran
pasir dengan garis tengah pipa bagian dalam (ε/d) sebagai kekasaran relatif. Hasil
kerja Nikuradse ditunjukkan secara grafis pada gambar 7.6. Dalam daerah laminar (Re
= 2100), faktor gesekan tidak tergantung kekasaran mutlak atau relatif. Dalam
daerah turbulen, terlihat bahwa faktor gesekan maupun fungsi dari kekasaran relatif dan
bilangan Reynold, dan terlihat pula jika bilangan Reynold meningkat maka faktor
gesekan untuk suatu kekasaran relatif tertentu menjadi konstan, tidak tergantung pada
bilangan Reynold.
Pada tahun yang sama 1933, RJS Pigoh dan E Kemler mempublikasikan makalah
mengenai data yang muncul pada gesekan dalam pipa yang diplot pada diagram yang
sama seperti gambar 7.6. Jenis diagram ini, dengan plot logaritma faktor gesekan
sebagai fungsi dari logaritma bilangan Reynold, disebut sebagai diagram Stanton dan
merupakan gambaran data yang mudah dipahami.

177
Pada tahun 1944, LF Moody mempublikasikan makalahnya mengenai faktor
gesekan dalam aliran pipa, dan hasilnya diberikan dalam bentuk diagram Stanton, yang
telah terbukti sebagai sumber yang banyak digunakan untuk faktor gesekan pipa-pipa
komersial yang baru atau bersih. Gambarnya ditunjukkan pada gambar 7-7. Secara
kualitatif data Nikuradse (gambar 6-6) dan diagram Moody (gambar 7-7) cukup sesuai.
Perbedaan mendetail terletak pada daerah kritis dan transisi, yang diramalkan muncul
jika membandingkan pipa yang dikasarkan dengan pipa-pipa komersial. Juga, nilai
kekasaran mutlak pipa yang digunakan oleh Moody (tabel 7.1) tak dapat dibandingkan
dengan garis tengah butiran pasir yang digunakan oleh Nikuradse.
Tabel 7-1 Kekasaran mutlak pipa.
No Bahan Kekasaran mutlak ε (m)
1 Kaca, Permukaan pipa komersial baru 1,57 x 10-6
2 Baja komersial atau besi tempa 4,57 x 10-5
3 Besi tuang aspal 1,22 x 10-4
4 Besi yang digalvanis 1,52 x 10-4
5 Besi tuang 2,59 x 10-4
6 Papan kayu 1,83 x 10-4 -:- 9,14 x 10-5
7 Beton 3,05 x 10-4 -:- 3,05 x 10-3
8 Baja keling 9,14 x 10-4 -:- 9,14 x 10-3

178
Gambar 7-6 Uji pipa Nikuradse yang dikasarkan oleh pasir.

179
Gambar 7-7 Faktor gesekan untuk berbagai bentuk dan ukuran pipa.

180
Gambar 7-8 Faktor kekasaran relatif untuk pipa-pipa bersih yang baru.

Garis tebal pada diagram Moody menunjukkan nilai bilangan yangmerupakan


fungsi dari ε/D. Daerah ini merupakan daerah turbulensi sempurna untuk pipa kasar.
Gambar 7.8 memberikan nilai ε/D untuk bermacam-macam pipa dan juga faktor
gesekan untuk turbulensi sempurna pipa kasar. Perhatikan bahwa faktor gesekan dalam
daerah turbulen akan berkurang jika bilangan Reynold meningkat sampai nilai batas
turbulensi sempurna. Nilai e/D yang digunakan pada diagram Moody dipakai pada pipa-
pipa bersih komersial.
Meskipun Gambar 7-7 cukup bermanfaat dalam pemecahan masalah gesekan pipa,
namun sering diperlukan suatu rumusan eksplisit yang menyatakan faktor gesekan
sebagai fungsi dari kekasaran relatif dan bilangan Reynold. Pada tahun 1947, Moody
mempublikasikasikan rumus ini, yang cukup tepat bagi sebagian besar tujuan rekayasa,

yaitu : f 0,0055 [ 1 + ( 20.000 + )1/3 ] ……………….. 7-12

181
Persamaan (7.12) digunakan untuk soal-soal gesekan pipa yang diprogramkan pada
komputer digital, karena akan diperoleh hasil yang eksplisit / jelas. Kadang-kadang
rumus itu lebih mudah dituliskan dalam bentuk :

f 0,0055 + 0.0055 ( 20.000 + ) …………… 7-

13)

SESI / PERKULIAHAN KE : 14

182
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :
1. Menjelaskan dan menghitun rugi energi akibat gesekan dalam sambungan pipa
2. Menjelaskan dan menghitun penerapan rugi energi

Pokok Bahasan : Rugi-rugi minor energi aliran


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari penurunan tekanan
akibat sabungan seperti pembesaran tiba-tiba, pengecilan tiba-tiba, sambungan T,
sambungan belokan 45o, 90o, dari tangki dan ke tangki.

I. Bahan Bacaan
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
3. Robert L.Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.

II. Bahan Bacaan Tambahan


1. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.

III. Pertanyaan Kunci / Tugas


Jelaskan proses penurunan tekanan pada sambungan pipa
IV. Tugas
Selesaikan soal-soal nomor 7.3 samapi dengan 7.7

7.7. Rugi-Rugi Minor

183
Selain rugi tekanan karena gesekan sepanjang pipa, terdapat pula rugi-rugi tekanan
yang lain jika fluida mengalir dalam pipa. Rugi-rugi tersebut terjadi pada bagian
masukan pipa, pada perubahan penampang pipa yang mendadak, pada katup-katup,
pada sambungan (fitting), pada lengkungan dan pada bagian keluar pipa, yang
semuanya sering disebut rugi minor. Rugi minor pada katup dan sambungan (fitting)
dinyatakan dalam dua bentuk. Bentuk pertama menyatakan rugi ini dalam tinggi energi
kecepatan, yakni :

h = K …………………………………… 7-14

Nilai K bertambah jika kekasaran bertambah, dan akan berkurang jika bilangan
Reynold bertambah, tetapi yang paling utama tergantung pada bentuk geometri katup
atau sambungan.

Gambar. 7 – 9 Koefisien hambatan/tahanan katup dan sambungan (fitting). Katup D


merupakan ukuran pipa besi nominal. Untuk kecepatan yang lebih

184
kecil dari 15 kaki/detik. Katup cek dan katup kaki hanya terbuka
sebagian, hingga nilai k akan lebih besar dari yang tertera pada gambar.

Gambar 7.10 Koefisien hambatan katup dan sambungan

Gambar 7-9 menunjukkan koefisien hambatan untuk sambungan pipa dan gambar 7-10
menunjukkan koefisien-koefisien hambatan untuk katup, kopling dan sambungan.
Untuk memahami variasi yang dijumpai pada sambungan-sambungan khusus,

185
disertakan pula data pada lampiran. Dari tabel ini nampak jelas bahwa perhitungan rugi
semacam ini serta nilai-nilai koefisien hambatan pada gambar 7-9 dan 7-10 hanya
merupakan pendekatan.

Metode kedua adalah dengan menyatakan rugi ini sebagai panjang ekivalen pipa
Leq yang mempunyai rugi tinggi energi sama jika debitnya sama.

Jadi f = K ………………………….

7-15

Dan Leq = ………………………… 7-16

Selain katup dan sambungan, banyak pipa yang mempunyai perubahan


mendadak dibagian masukan, keluaran, pengurangan, penambah, penyebar dan
lengkungan. Rugi-rugi semacam ini, yaitu rugi pada pelebaran yang tiba-tiba, dapat
dihitung, dengan hasil yang cukup sesuai dengan percobaan. Jika ini dilakukan,
diperoleh rugi tinggi energinya :

h = ……………………………… 7-17

Dengan v1 adalah kecepatan dihulu dan v 2 kecepatan dihilir. Keadaan semacam ini
terjadi jika aliran dari suatu pipa memasuki tangki atau tanda yang besar. Untuk kasus
ini, persamaan (7.17) akan menghasilkan suatu rugi sama dengan tinggi energi
kecepatan dalam pipa. Sebaliknya, kita dapat membuktikan bahwa energi kinetik dalam
pipa diubah menjadi energi dalam dan tidak muncul sebagai tinggi energi tekanan.
Dalam hal ini tinggi energi kecepatan rugi-rugi pada bagian keluaran pipa. Untuk
penyempitan (kontraksi) mendadak, gambar 7-2 memberikan koefisien ruginya dalam
kurva diterapkan pada bagian masukan pipa sempit dari suatu tangki besar, koefisien
rugi besarnya setengah dari tinggi energi kecepatan. Seperti terlihat dari gambar 7-10,
rugi ini dapat dikurangi cukup banyak dengan membulatkan masukan pada pipa.

186
Tabel 6-3 Panjang ekivalen Pipa Lurus Baru bagi katup dan Fitting, hanya untuk
aliran turbulen

187
Gambar. 7.11 Koefisien hambatan/tahanan untuk penyempit (reducer).

Gambar. 7-13 Koefisien Hambatan/tahanan untuk pelebar dan penyebar.

188
(a) Koefisien hambatan /tahanan lengkungan 90o dengan garis tengah seragam

(b) Koefisien hambatan/tahanan lengkungan bergaris tengah seragam dan


permukaannya licin pada bilangan reynolds 2,25 x 103
Gambar 7-14 Koefisien hambatan/tahanan

Sebagian tambahan, gambar 7-13 dan 7-14 dapat digunakan untuk memperoleh
koefisien hambatan K, bagi pelebaran, penyebaran dan pelengkungan. Banyak rugi-rugi

189
semacam itu yang dapat diperkecil dengan teknik perancangan yang baik. Dalam
sistem penanganan udara yang besar, sering digunakan baling-baling untuk mengurangi
turbulensi yang terjadi pada siku dan lengkungan. Gambar 7-15 meperlihatkan pengaruh
penggunaan baling-baling dalam sistem tersebut. Baling-baling ini mengurangi
turbulensi dan sekaligus juga mengurangi kebisingan yang disebabakan oleh aliran
udara dalam saluran. Prinsip perancangan yang sama juga digunakan pada sistem fluida.

Gambar. 7-15 Pengaru baling-baling terhadap turbulensi

Sebelum dilanjutkan, ada dua hal yang harus diperhatikan. Tabel dan grafik
dalam baba ini yang digunakan untuk menghitung rugi-rugi gesekan dan minor
berdasarkan pada IPS (iror piper size- ukuram pipa besi) nominal. Dalam setiap contoh
soal, selalu digunakan garis tengah dalam yang sesungguhnya. Biasanya kesalahan
dapat diabaikan untuk batas ketelitian data tertentu. Namun untuk kasus-kasus tertentu
khususnya ukuran pipa yang kecil hal dapat dianalisis dengan data pada lampiran B
sesuai ukuran-ukuran pipa.
Hal kedua mengenai pemakaian persamaan Bernoulli. Karena distribusi kecepatan
melintang pada pipa tidak seragam, maka suku tinggi energi kecepatan harus dikoreksi.
Pada umumnya, Koreksi ini dapat diabaikan. Namun, dalam aliran laminar faktor
koreksi ini berharga 2. Untuk aliran turbulen harganya berfariasi antara 1,02 sampai
1,10 dan biasanya diabaikan, kecuali untuk pengerjaan yang sangat teliti.

190
7.8. Bagian Pipa Dengan Penampang Bukaan Lingkaran
Pada mulanya, masalah penentuan penurunan tekanan pada pipa berpenampang
bukan lingkaran nampak cukup sulit. Namun, jika tegangan geser pada dinding pipa
tersebut disamakan dengan tegangan geser pada dinding pipa berpenampang lingkaran
yang ekivalen, maka akan diperoleh garis tengah “ekivalen“ pipa dengan penampang
bukan lingkaran. Garis tengah ekivalen tersebut diberikan oleh persamaan ( 7.18 )

Deq = ………………………………

7-18
dengan A adalah luas penampang aliran dan p adalah keliling basah yang bersentuhan
dengan fluyida. Perhitungan penurunana tekanan pada pipa berpenampang bukan
lingkaran mencakup perhitungan garis tengah ekivalen dan dengan hasil itu akan
diperoleh faktor gesekan. Menggunakan persamaan ( 7.18 ) untuk bentuk-bentuk yang
jauh berbeda dengan lingkaran juga memberikan hasil yang lebih baik diterapkan pada
keadaan aliran turbulen:
1. Bujur sangkar : A = L2 P = 4L

Deq = = = L …………………….. 7-

19
Garis tengah ekivale suatu bujur sangkar sama dengan panjag sisinya

2. Segitiga sama sisi : A = L2 P = 3

Deq = = 4 = . ……… 7-

20

3. Persegi panjang : A = P = + + L + L = 3L

Deq = = = L. ……… 7-21

191
SESI / PERKULIAHAN KE : 15

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapakan mampu :


1. Menghitung distribusi aliran dan rugi energi pada jaringan pipa Seri
2. Menghitung distribusi aliran dan rugi energi pada jaringan pipa paralel

Pokok Bahasan : Aliran jaringan perpipaan


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari distribusi aliran dan
rugi-rugi tekanan fluida yang mengalir dalam pipa seri dan parallel sehingga dapat
menganalisis kebutuhan tekan pada ujung pipa yang terjauh dari sumber tekanan.

I. Bahan Bacaan
1. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga
2. Robert L.Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.

II. Bahan Bacaan Tambahan


1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC
2. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
5. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
III. Pertanyaan Kunci / Tugas
Jelaskan besarnya peruahan tahanan aliran yang terjadi pada pipa seri dan paralel
IV. Tugas
Selesaikan soal nomor 11.2 sampai no. 11.4 pada buku bahan bacaan no. 1

192
7.9. Pipa-pipa Seri
Bila dua pipa yang ukuran atau kekasarannyaberlainan yang dihubungkan
sedemikian rupa sehingga fluida mengalir melalui sebuah pipa dan kemudian melalui
pipa yang lain dapat dikatakan bahwa pipa itu dihubungkan secara seri. Dalam hal ini
akan dicari tinggi tekanan (H) untuk debit yang diketahui atau dianalisis debit untuk (H)
yang diiketahui seperti pada gambar 7.16. Penerapan persamaan Energi dar A sampai B
termasuk segenap rugi-rugi dapat defenisikan dengan persamaan sebagai berikut;

H + 0 + 0 = 0 + 0 + 0 + Kc …. 7-22

Dengan persamaan kontinuitas V1D12 = V2D22 sehungga :

H= ………………. 7-23

Untuk panjang serta ukuran pipa-pipa yang diketahui, maka persamaan 7-23 menjadi;

H= ……………………………………………... 7-24

Gambar 7.16 Pipa-pipa yang dihubungkan secara seri

7.10. Pipa-pipa Paralel.

193
Kombinasi dua atau lebih pipa yang dihubungkan seperti pada gambar 7.17,
sedemikian rupa sehingga alirannya terbagi antara pipa-pipa itu dan kemudian
berkumpul lagi adalah sistim pipa parallel. Dalam hal ini pipa-pipa seri fluida yang
sama mengalir semua pipa dan kerugian tinggi tekanan adalah komulatif, tetapi dalam
hal pipa-pipa paralel kerugian tinggi tekan dalam setiap jalur adalah sama dan debit
adalah komulatif.
Dalam analisis sistim pipa parallel, diasumsikan bahwa kerugian-kerugian kecil
ditambahkan pada panjang masing-masing pipa sebagai panjang equifalen. Dari gambar
7.17 kondisi-kondisi yang harus dipenuhi adalah :

HfA = hfB = hfC =

Q = QA + QB + QC …………………………………………………. 7-25
Disini Z1, Z2 adalah ketinggian titik (1) dan (2), serta Q ialah debit melalui pipa masuk
atau pipa keluar. Terjadi dua tipe solusi :
1. Dengan ketinggian garis gradient hidrolik di A dan B diketahui, harus dicari debit Q;
2. Dengan Q yang diketahui, harus dicari distribusi aliran dan kerugian tinggi tekan.
Ukuran pipa, sifat fluida, dan kekerasan diasumsikan diketahui seperti pada
gambar 7.17

Gambar. 7.17 Pipa-pipa yang sejajar


Tipe pertama sebenarnya adalah penyelesaian soal pipa sederhana untuk mencari debit,
karena rugi tinggi tekan sama dengan penurunan garis gradient hidrolik. Debit ini
dijumlahkan guna menentuka debit total.

194
Tipe kedua lebih rumit, karena baik rugi tinggi tekan maupun debit untuk pipa
yang manapun tidak diketahui, sebaiknya dipergunakan prosedur sebagai berikut:
1. Asumsikan debit QA melalui pipa A
2. Selesaikan untu memperoleh hfA, dengan menggunakan debit yang diasumsikan
tersebut.
3. Dengan menggunkan hfA, carilah QB, QC.
4. Dengan ketiga debit untuk rugi tinggi tekan pertemuan, diasumsi bahwa Q yang
diketahui tersebut terbagi diantara pipa-pipa dalam perbandingan yang sama
seperti QA, QB, QC; jadi

QA = , QB = , QC = ………..7-26.

5. Kajilah kebenaran debit-debit itu dengan menghitung hfA,hfB,hfC bagi


QA,QB,QC yang telah dihitung.
Prosedur ini brlaku untuk jumlah pipa berapa saja.dengan pilihan Q A,yang bijak
sana,yang diperoleh dengan memperkirakan persentase aliran total melalui sistim dan
mengalir mrlalui pipa A (dengan berdasarkan garis tengah,panjang,dan kekasaran).
Persamaan 7-26 akan meng hasilkan nilai-nilai yang cocok dalm batas-batas beberapa
persen,yang ada didalam batas ketelitian faktor gesekan.

7.11. Pipa-pipa Yang Berpotongan dan Aliran Sejajar


Jika pipa-pipa dihubungkan sejajar, seperti pada gambar 6.17, dapat dinyatakan
bahwa jumlah alira pada ketiga cabang harus sama dengan aliran total pada pipa utama,
dan rugi tekanan antara titik satu dan titik dua harus sama, tidak tergantung bentuk
lintasannya. Menarik untuk dicatat bahwa terdapat analogi antara masalah ini dengan
rangkaian arus searah dengan unsur-unsurnya berupa hambatan resistor yang dipasang
paralel dimana kuat arus dalam rangkaian listrik dapat dibandingkan dengan jumlah
fluida yang mengalir dalam pipa; (ohm) rangkaian listrik analogi denagan hambatan
aliran dalam pipa, dan beda tegangan (potensial) pada rangkaian listrik analog dengan

195
penurunan tekanan dalam pipa. Analog dengan listrik semacam ini akan menjadi dasar
pemecahan bagi banyak pemecahan masalah aliran fluida atau komputer-komputer
analog. Jika diperhatikan setiap cabang,misalnya cabang A antara titik 1 dan 2 dalam
gambar 7.16, maka kita dapat tuliskan sebagai berikut :
Q = AA VA ………………………. 7-22
Dan V = KA ……………………… 7-23

Dengan h adalah rugi tinggi energi antara titik 1dan 2, K sama dengan dan Keq

adalah jumlah semua koefisien-koefisien rugi pada cabang A, untuk cabang-cabang


yang lain, dapat menuliskan hubungan yang sama, jadi untuk aliran utama, Q dapat
dituliskan sebagai :
Q = QA + QB + QC
Atau Q = (AA KA + AB KB + AC KC) ……………… 7-24
persamaan (6.20) dapat digunakan untuk menentukan aliran utama ataupun aliran pada
tiap cabang .

7.12. Penutup
Dalam bab ini, diteekankan pada aspek-aspek praktis dari perhitungan
penurunan tekanan dalam pipa-pipa dan salura-saluran untuk aliran fluida tak ter
mampatkan dan pendekatan terhadap masalah ini dilakukan secara rasional, namun
diperlukan korelasi empirik bagi para insinyur untuk melakukan perhitungan dalam
sistim-sistim pipa komersial. Bahkan dengan data terbaikpun, masih mungkin terjadi
penyimpangan yang lebih besar dari 30% antara hasil perhitungan dengan hasi
pengukuran untuk pipa-pipa komersial yang baru atau bersih. Untuk pipa-pipa yang
lama atau berkarat, hampir tidak mungkin meperoleh korelasi rekayasa untuk penurunan
tekanan. Perubahan tekanan terjadi pada perubahan penampang, katup, lengkungan,
cabang, sambungan, masukkan serta keluaran dan harus diperhitungkan penurunanan
tekanan akibat gesekan. Untuk menentukan tinggi energi yang dibutuhkan maka harus
dipertimbangkan analisa rugi-rugi minor dan rugi-rugi mayor. Jelas bahawa para

196
perancang sistim pipa harus sering mencoba menghitung penurunan tekanan dan harus
mencari data yang kurang dalam menetukan ukuran tinggi energi suatu sistim tertentu.

7.13. Latihan-latihan.
7-1 Air mengalir dalam suatu pipa yang garis tengah dalamnya 50 mm, dengan
kecepatan 3 m/s. Jika suhu air 400C, berapakah bilangan Reynold dan bagaimana
karakter air tersebut ?. Gunakan data tabel air.
Jawab :
Dari tabel air pada suhu 400C, ρ = 992,2 kg/m3 dan μ = 0,56 x 10-3 NS/m2.
Menggunakan persamaan (7.1),

Re = = = 226900

Karena satuan newton sama dengan kg.m/s2,

Re = 226900 = 226900 x = 226.900.

Dan karakter air : Re = 226.900. Karena Re lebih besar dari 2000, maka aliran ini
bersifat turbulen.
7.2. Jika pipapada contoh soal 7-1 terbuat dari baja dan panjangnya 50 m, berapakah
penurunan tekanannya ?.
Jawab :
Dalam contoh soal 7-1, diperoleh Re = 226.900.
Untuk pipa baja komersial, ε = 4,57 x 10-5 m, sehingga,

= = 0,0009

Dari gambar 6-7, hubungan garis ε/D dengan bilangan Reynold diperoleh f =

0,02 dan hf = f = 0,02 × x = 9,17 m = 9,17

N.m/N.

197
atau hf = 9,17 m × 9810 = 90 kPa

7.14. Soal-Soal.
7.1. Air bersuhu 20oC mengalir dalam suatu pipa yang garis tengahnya 50 mm. Jika
kecepatannya 5 m/s, berapakah bilangan Reynoldnya ?
7.2. Berapkan nilai terkecil faktor gesekan yang anda harapkan pada aliran laminar ?
7.3. Minyak mengalir dalam suatu pipa bujursangkar yang sisinya 100 mm, jika
bilangan Reynoldnya adalah 1000, dan kecepatan minyak 0,5 m/s tentukan
penurunan tekanan tiap meter pipa.
7.4. Air bersuhu 20oC mengalir dalam suatu pipa yang menyempit secara mendadak dari
garis tengah 100 mm menjadi 50 mm, jika kecepatan sebelum penyempitan adalah
3 m/s, berapakah rugi tekanan ?
7.5. Jika aliran pada soal 7.4 dibalik arahnya, berapakah penurunan tekannya. Ambil
kecepatannya tetap seperti soal 7.4.
7.6. Dalam gambar 7.17, L1 = 3000 ft, D1 = 1 ft, ε1 = 0,001 ft; L2 = 2000 ft, D2 = 8
inc, ε2 = 0,0001 ft; L3 = 4000 ft, D3 = 16 inc, ε3 = 0,0008 ft; ρ = 2,00 slug/ft3,
υ = 0,00003 ft2/s, PA = 80 Psia, ZA = 100 ft, ZB = 80 ft. Untuk aliran total sebesar 12
cfs. Tentukanlah debit melalui masing-masing pipa dan tekanan di titik 2.

198
SESI / PERKULIAHAN KE : 16

TIK : Pada akhir pertemuan inimahasiswa diharapakan mampu :


1. Menghitung dan menyebutkan klasifikasi dan pengukuran aliran pada saluran
terbuka
2. Menghitung kisi-kisi secara keseluruhan

Pokok Bahasan : Aliran pada saluran terbuka


Deskripsi singkat. Dalam pertemuan ini mahasiswa mempelajari salah satu alat ukur
laju aliran fluida dengan menggunakan saluran terbuka. Fluida dialirkan pada
bendungan dan akan meluap melewati takikan yang berbentuk U atau V dengan besar
koefisien kekasaran dapat ditentukan.

I. Bahan Bacaan
1. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
2. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
II. Bahan Bacaan Tambahan
1. 1990, Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.
2. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
3. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
4. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
5. Robert L.Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.
III. Pertanyaan Kunci / Tugas
Jelaskan proses pengukuran laju aliran pada saluran terbuka

199
IV. Tugas
1. Selesaikan soal nomor 9.35 sampai 9.37 pada buku bahan bacaan no. 1
2. Selesaikan soal nomor 9 sampai 15 pada buku bahan bacaan no.2
BAB. VIII
AIRAN DI DALAM SALURAN TERBUKA
Salah satu alat untuk mengukur aliran fluida adalah bendungan, yaitu suatu
rintangan didalam saluran yang menyebabkan fluida menggenang dibelakangnya serta
mengalir diatas atau melalui takikan. Dengan mengukur ketinggian permukaan fluida
dibagian hulu maka dapat ditentukan laju aliran. Bendungan yang terbuat dari logam
atau bahan lain sedemikian rupa sehingga luapan fluida meloncat bebas pada waktu
meninggalkan takikan pada bendungan yang bersekat tajam.
Bendungan segi empat (rectangular weir) berujung tajam seperti pada gambar 8-1
mempunyai puncak horizontal, luapan fluida berkosentrasi diatas ujung takikan yang
tajam. Persamaan untuk debit dapat diturunkan jika kosentrasi diabaikan dan luapan
fluida mempunyai garis aliran yang sejajar dengan tekanan atmosfir diseluruh aliran.
Tipe bendungan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk takikan : (1) Rechtangular,
(2) Triangular, (3) Trapezoidal dan (4) Stepped.

8.1. Tipe rechtangular.


Dari gambar 8-3 memprlihatkan takikan rechtangular dengan :
H = tinggi permukaan air dari dasar
L= lebar takikan
Cd = koeffisien discharge

200
Gambar 8.1 Bendungan air

Gambar 8.2. Bendungan tampak tiga dimensi

Gambar. 8-3 Profil perubahan tinggi fluida pada open chanel.

Berdasarkan bagian terkecil strip horizontal dh pada kedalaman h maka


kecepatan teoritis air yang melalui strip = dengan luas strip = L dh, jadi
keluaran yang melalui strip :
dQ = Cd x luas strip x kecepatan teoritis

201
dQ = Cd . (L dh) .
sehingga total keluaran :

Q=

Q = Cd L

Q=

Q= …………………………………………… 8-1

Atau Q = K dimana K =

8.2. Tipe bendungan triangular


Seperti pada gambar berikut, menunjukan pengukuran tekanan dengan
menggunakan takikan segitiga (triangular).

Gambar. 8. Bendungan segitiga


Dimana: H = tinggi permukaan air
θ = sudut takikan
dh = lebar strip
h = tinggi permukaan fluida dari strip
Sehingga dari gambar tersebut dapat ditentukan :

202
Lebar takikan pada kedalaman h = 2(H-h)tan

Kecepatan teoritis =
Debit yang melalui strip (dQ) = Cd x luas strip x kecepatan

dQ = Cd x 2(H-h) tan x dh x

Total debit :

Q =

Q = 2 Cd tan

Q = 2 Cd tan

Q = …………………………………….. 8-2

Bila besarnya sudut θ = 90o maka :

Q = …………………………………………….. 8-3

8.3. Latihan
8.1. Hitung laju aliran air yang melewati takikan persegi empat dengan lebar 2 m
dengan (H) = 30 Cm, asumsi Cd = 0,62.
Jawab.
Dik. L = 2 m, H = 0,3 m, Cd = 0,62

Sehingga : Q=

Q= . 0,62 . . 2 . (0,3)3/2

Q = 0,593 m3/det
Q = 593 lt/det.

203
8.2. Air melewati bendungan takikan segitiga dengan coeffisien of discharge 0,6 denga
head 40 Cm, tentukan laju aliran yang melewati bendungan tersebut.
Jawab :
Dik. Sudut θ = 90o, Cd = 0,6, H = 40 Cm sehingga;

Q =

Q=

Q = 0,131 m3/det.
Q = 131 lt/det

8.4. Soal-soal
8.1. Laju aliran 300 liter perdetik pada tinggi 20 Cm melewati bendungan dengan Cd =
0,6, hitunglah lebar bendungan.
8.2. Laju aliran air yang melewati bendungan segitiga 400 liter perdetik dengan Cd
bendungan 0,62, maka tentukanlah tinggi permukaan air tersebut.

204
DAFTAR PUSTAKA

1. 1990. Coursenote mekanika fluida, T.Energi PEDC.


2. Viktor L Streeter, 1996, Mekanika Fluida, Jilid 1 &2, Penerbit Erlangga.
3. Irving H. Shames, 1982, Mechanics of Fluids, McGraw-Hill.
4. Ir. A Sudrajat S, 1983, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Nova.
5. Ruben M Olson, 1993, Dasar-dasar mekanika fluida teknik, Edisi kelima, PT.
Gramedia pustaka Utama.
6. T.R. Banga, 1983, Hydraulics fluid Mechanics & Hydraulics Machines, Khanna
Publisher.
7. Robert L. Mott, 1994, Applied Fluid Mechanics, Pretice Hall Carrer & Technology.

205
SESI / PERKULIAHAN KE : 17

Ujian Akhir Semester ( U A S )

206
LAMPIRAN-LAMPIRAN

207
208
209
210

Anda mungkin juga menyukai