Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Jabar Al Samawat NIM. 195060400111057


2. Reyza Kusvahrun Nisa NIM. 205060400111045
3. Ramadhanti Mutiara Irsam NIM. 205060400111047
4. Muhammad Hafizh NIM. 205060400111049
5. Muhammad Syaifuddin M. NIM. 205060400111051
6. Syafadilla Enggar Rini NIM. 205060400111053
7. Maya Handini NIM. 205060400111055
8. Yoga Akbar Fauzan NIM. 205060400111057
9. Henry Hendarto NIM. 205060400111061
10. Raihan Aryadiva NIM. 205060400111063
Disetujui Oleh :

Sri Wahyuni, ST., MT., Ph.D


NIP. 19711209 199803 2 001

LABORATORIUM HIDROLIKA DASAR


JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN


Percobaan saluran tertutup ini mempunyai maksud agar para mahasiswa
dapat mengetahui secara praktis di lapangan tentang saluran tertutup, seperti
teori yang diperoleh di mata kuliah Hidrolika.

Adapun beberapa tujuan dari pratikum ini adalah :

1. Untuk mengukur dan mengetahui cara mengukur debit air yang melewati
alat ukur Thomson.
2. Dapat menghitung kecepatan air dalam pipa serta kehilangan tinggi tekan
sehingga dapat menggambarkan kemiringan garis energi ( energy gradient )
dan kemiringan garis hidrolik ( hidraulic gradient ) baik pada pipa datar
atau pada pipa miring.
3. Dapat menentukan jenis aliran dengan melihat bilangan Reynold ( Re )

4. Menghitung besarnya faktor gesekan f dengan memakai rumus Darcy –


Weisbach serta koefisien Cheezy ( C ). Sehingga dapat diketahui besarnya
penyimpangan debit aliran antara alat ukur Thomson dengan perhitungan
malalui rumus Cheezy.
5. Dapat menentukan tebal lapisan air sehingga kita dapat mengetahui juga
jenis saluran.
6. Dapat membandingkan sifat hidrolik berdasarkan hasil percobaan pada butir

1 sampai dengan butir 5 antara saluran tertutup datar dan miring pada
keadaan keluaran ( Outlet ) bebas, tidak bebas, dan tenggelam (submerged).

1.2. LANDASAN TEORI


1.2.1. Aliran Dalam Pipa
Gerakan air didalam pipa sering sekali terjadi aliran tunak ( steady flow
), yaitu suatu aliran dimana suatu titik tertentu besarnya tekanan dan
kecepatan tidak berubah dengan waktu.

Berdasarkan cara bergeraknya, aliran tunak dibedakan menjadi :


1. Aliran Laminer.

Aliran ini terjadi jika semua partikel zat cair bergerak menurut
lintasan yang sejajar dan tidak ada komponen kecepatan yang
bersilangan.

2. Aliran Turbulen.

Aliran ini terjadi jika partikel zat cair bergerak secara tidak beraturan
dan seolah-olah lintasan airnya berpotongan satu sama lainnya. Pada
aliran dalam pipa kecepatannya hampir selalu tinggi sehingga terjadi
turbulensi.

Penentuan jenis aliran, pada saluran tertutup dapat menggunakan


bilangan Reynold ( Re ), dimana :

Bila Re < 2320 , maka alirannya disebut laminer.


Bila Re > 2320 , maka alirannya disebut turbulen.

Gambar 1.2.1

Jika Re antara 2000 dan 4000, aliran sukar diketahui atau dipastikan
karena dalam keadaan tersebut merupakan fase peralihan atau transisi. Jadi
kemungkinan adalah laminar atau turbulen, tetapi pada batas ini dapat
dianggap turbulen untuk maksud perhitungan.

Angka Reynold ( Re ) dapat dicari dengan rumus :


Re = V D /  = ( V . D ) / υ

Dengan :

Re = Bilangan Reynold

V = Q /A = Kecepatan rata-rata ( m/dt


)D = Diameter pipa ( m )

= Rapat massa fluida (kg/m3)

= Kekentalan (Viskositas) dinamik (kg/m/dt)

υ = f(T) = Kekentalan kinematis ( m2 / dt )

Untuk air perubahan kekentalan kinematik terhadap temperature


dapat diperkirakan dengan persamaan berikut ini :

υ= [ 1,14 – 0,031 ( T° - 15 ) + 0,00068 ( T° - 15 )2 ] 10-6

Variasi kecepatan aliran dalam pipa pada bagian inlet dan pada
bagian sepanjang pipa dapat dijelaskan dengan gambar berikut :

Gambar 1.2.2

Pola aliran (flow pattern) pada bagian inlet


Gambar 1.2.3
Konsep aliran tekan dalam pipa

1.2.2. Kehilangan Tinggi Tekanan ( loss of head )


Pada zat cair biasa ( yang mempunyai kekentalan ), sewaktu mengalir
dalam pipa terjadi gesekan antara zat cair itu sendiri dengan dinding pipa.
Sehingga terjadi kehilangan tinggi energi ( loss of energy ). Kehilangan ini,
tidak hanya disebabkan oleh keadaan diatas, tetapi juga oleh perlengkapan
pipa seperti lengkung, katup dan sebagainya.

Kehilangan tinggi tekan diklasifikasikan menjadi :

1. Kehilangan tinggi tekan besar ( Major Losses )


Kehilangan ini terutama disebabkan gesekan dan turbulensi cairan.

Besarnya kehilangan tinggi tekan ini dapat dihitung dengan


menggunakan rumus :

a. Hagen Poisuile
Khusus dipakai untuk menghitung jenis aliran laminar :

hf = ( 32 . υ . L . V ) / ( g . D2 )

Dengan :
hf = Kehilangan tinggi tekan ( m )
L = panjang pipa ( m )

V = kecepatan aliran ( m/dt )

υ = kekentalan kinematis ( m2/dt )


g = percepatan gravitasi ( m/dt2 )
D = diameter ( m )

b. Darcy – Weisbach
Rumus ini dapat dipakai untuk semua jenis aliran.

hL = f ( L . V2 ) / ( D . 2g )

Dengan :

hL = Kehilangan tinggi tekan ( m )


L = Panjang pipa ( m )

V = Kecepatan aliran ( m/dt ) f


= Koefisien gesekan Darcy

g = Percepatan gravitasi ( m/dt2 )


D = Diameter ( m )

Harga f ditentukan berdasarkan diagram Moody yang merupakan


fungsi diameter pipa dan angka kekasaran mutlak bahan pipa.
Gambar 1.2.4
Diagram Moody

2. Kehilangan Tinggi Tekan Kecil ( minor losses )


Kehilangan ini disebabkan oleh penambahan penampang antara
lain oleh lubang masuk, penyempitan tiba-tiba, pembelokan, lubang
keluar, dan sebagainya. Dalam pipa panjang (mempunyai panjang 1000
kali diameternya), kehilangan tinggi tekan karena gesekan adalah hal
yang paling berpengaruh sehingga kehilangan tinggi tekan kecil dapat
diabaikan karena kecil sekali. Akan tetapi dalam pipa pendek
(mempunyai panjang kurang dari 1000 kali diameternya), kehilangan
tinggi tekan kecil harus ikut diperhatikan.

Persamaan dasar untuk menghitung kehilangan tinggi tekan kecil adalah:

hL = K ( v2 / 2g )

Dengan :

hL = Kehilangan tinggi tekan kecil ( m )


K = koefisien
v = kecepatan aliran ( m/dt )
g = percepatan gravitasi ( m/dt2 )

Dengan persamaan diatas, maka kehilangan tinggi tekan untuk


berbagai keadaan dapat diketahui dengan menentukan nilai K :
Jenis Perubahan Jenis Perubahan
Bentuk Pipa k Bentuk Pipa k
Inlet Belokan 90°
Bell mounth 0,03-0,05 R/D = 4 0,16-0,18
Rounded 0,12-0,25 R/D = 2 0,19-0,25
Sharp Edged 0,50 R/D = 1 0,35-0,40
Projecting 0,80
Belokan tertentu
Pengecilan Tiba-tiba = 15° 0,05
D2/D1 = 0,80 0,18 = 30° 0,10
D2/D1 = 0,50 0,37 = 45° 0,20
D2/D1 = 0,20 0,49 = 60° 0,35
= 90° 0,80
Pengecilan Mengerucut
D2/D1 = 0,80 0,05 T (Tee)
D2/D1 = 0,50 0,07 Aliran searah 0,03-0,04
D2/D1 = 0,20 0,08 Aliran bercabang 0,75-1,80

Pembesaran Tiba-tiba Persilangan


D2/D1 = 0,80 0,16 Aliran searah 0,50
D2/D1 = 0,50 0,57 Aliran Bercabang 0,75
D2/D1 = 0,20 0,92
45°Wye
Pembesaran Mengerucut Aliran Searah 0,30
D2/D1 = 0,80 0,03 Aliran bercabang 0,50
D2/D1 = 0,50 0,08
D2/D1 = 0,20 0,13
Tabel 1.2.1
Gambar 1.2.6
Koefisien kehilan gan tinggi tekan K pipa tertentu.

Gambar 1.2.7
Koefisien kehilangan tinggi tekan K untuk pipa belokan halus

Gambar 1.2.8
Koefisien kehilangan tinggi tekan K untuk pipa dengan pembesaran
bentuk kerucut.

1.2.3. Kemiringan Garis Hidrolik (Hydraulic Gradient)dan Kemiringan


Garis Energi (Energy Gradient)
Kemiringan garis energi adalah garis yang menghubungkan
berbagai titik yang ordinat vertikalnya menyatakan jumlah energi
potensial dan energi kinetik dan diukur dari pusat pipa

Rumus :

E = Z + ( P / W ) + ( V2 / 2g )

Dengan :

E = Energi total (m)

Z = Energi potensial dengan datum (m)


V2/2g = Energi kinetik persatuan berat (energi kecepatan) (m)
P/W = Tinggi tekan pisometris (energi tekanan) (m)

W = g (N/m3)

= Rapat massa fluida (kg/m3)

g = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)

Kemiringan garis hidrolik adalah garis yang menghubungkan berbagai


titik yang ordinat vertikalnya menyatakan tekanan tinggi air, diukur dari
garis pusat pipa energi potensial ( P / W ). Sedangkan kemiringan garis
enersi adalah garis yang menghubungkan berbagai titik yang ordinat
vertikalnya menyatakan jumlah tinggi tekanan dan tinggi kecepatan
air, diukur dari garis pusat pipa (P/W +V2/2g).

Gambar 1.2.9
Tabel kemiringan garis
energi

1.3. BATASAN MASALAH


Pada pratikum ini hanya dibatasi pada Hidrolika Saluran Tertutup,
maksudnya pengaliran air melalui pipa yang terdiri atas dua macam pipa, yaitu
pipa miring dan pipa datar. Dari dua percobaan tersebut kita akan menentukan
garis tinggi Hidrolik, garis energi, kemiringan tinggi tekan, kemiringan
hidrolik,koefisien Cheezy dan Darcy, kecepatan, debit aliran, jenis saluran, dan
jenis aliran yang terdapat dalam pipa tersebut.
1.4. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dapat kami sampaikan dalam laporan ini, antara
lain sebagai berikut :

1. Bagaimana cara menghitung tinggi garis energi (energi gradient line, EGL)
dan tinggi garis Hidrolik (hydraulic gradient line, HGL) ?
2. Bagaimana cara menghitung tinggi tekan, kemiringan hidrolik, koefisien
Cheezy dan Darcy, kecepatan dan debit aliran, jenis saluran serta jenis aliran
yang terdapat dalam pipa tersebut ?
3. Bagaimana cara mengukur debit aliran yang lewat melalui alat ukur
Thomson?
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

2.1. MACAM PERCOBAAN


a. Pipa Datar

b. Pipa Miring

2.2. PERALATAN
a. Pipa saluran

b. Mistar dan roll meter

c. Pengukur debit Thomson

d. Jangka sorong dan thermometer

e. Manometer

f. Meteran taraf ( point gauge )

g. Penyipat datar ( water pass ) atau theodolit

Tandon

Manomet Inlet
er
Outle
t

Gambar 2.2.1

(Pipa Saluran)
Gambar 2.2.2
(Jangka sorong dan thermometer)

Gambar 2.2.3

(Mistar dan Rol meter)


Gambar 2.2.4
(Pengukur debit thompson)

Gambar 2.2.5
(Manometer)

Gambar 2.2.6
(Meteran Taraf)
Gambar 2.2.7 (Theodolin
dan Water pass))

2.3. PELAKSANAAN PERCOBAAN


Cara pelaksanaan untuk percobaan pipa datar maupun miring adalah sama.

Gambar 2.3.1
Penentuan indeks meteran

2.3.1. Menentukan Indeks Meteran Taraf Terhadap Mercu Thompson


a. Penyipat datar (water pass) atau theodolit dipasang kira-kira berjarak 5
meter dari mercu Thomson lalu diarahkan pada meteran taraf sehingga
terbaca b, sedangkan pada keadaan ini nonius mteran taraf terbaca c.
Pekerjaan ini dilakukan tiga kali dengan kedudukan meteran taraf
diturunkan dinaikkan supaya terdapat harga indeks meteran taraf yang
teliti.
b. Tabung meteran taraf dikeluarkan dari cincin, kemudian ujungnya
diletakkan pada ujung segitiga dari alat pengukur Thomson dan
dilakukan pembacaan lagi dengan alat waterpass. Dalam keadaan ini
pada tabung meteran taraf terbaca a.
Pembacaan ini dilakukan tiga kali

Indeks = a + ( c – b )

2.3.2. Mengukur Diameter Pipa


Diamater pipa diukur dengan jangka sorong, baik diameter luar
maupun diameter dalam dari pipa guna mengetahui tebal pipa,
sedangkan jarak antara masing-masing tabung pipa diukur dengan roll
meter.

2.3.3. Cara Mengalirkan Air


Percobaan ini dilakukan dengan suatu sistem pipa dari suatu resevoir
satu ke resevoir yang lain. Air dialirkan ke dalam bak tampungan bagian
hulu (resevoir 1) dengan pompa listrik sampai muka air di resevoir 1
berada pada kedudukan yang tepat diatas jarum meteran taraf. Dalam
keadaan ini dapat diukur tinggi muka air dari dasar kolam ( D ). Dari
pengukuran D ini akan dapat dihitung nilai h (tinggi muka air pada alat
ukur Thomson).

Dengan : h = D – Indeks Point Gauge


Jika h terhitung, maka debit Thomson dapat dicari dengan
rumus:

Q = k . h5/2

Dengan :

Q = Debit pada alat ukur ( m3/dt )


h = Tinggi air ( m )

k = Koefisien debit ( m0,5/dt )

= 1,3533 + ( 0,004/h ) + 0,167 ( 8,4 + 12/√D ) x ( h/B – 0,09 )2

D = Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari mercu ( m )


B = Lebar saluran bagian hulu ( m ).

Air disalurkan dari resevoir 1 (hulu pemasukan) ke resevoir 2 (hulu


pengeluaran) melalui pipa datar maupun pipa miring, dimana dalam proses
ini akan terdapat aliran bebas, tidak bebas, dan tenggelam.

a. Aliran bebas dapat terjadi apabila muka air yang melalui pipa keluaran
itu dapat mengalir ke pipa resevoir 2 dengan bebas tanpa adanya
halangan dari muka air.
b. Aliran tidak bebas terjadi apabila muka ai pada resevoir 2 berada pada
kedudukan tepat diatas diameter pipa keluaran, sehingga air yang
mengalir diatas pipa keluaran itu tidak bebas mengalir karena adanya
halangan dari muka air di resevoir 2. Akibatnya air didalam pipa akan
terdesak menuju resevoir 1, hal ini akan menyebabkan tinggi air pada
resevoir 1 naik.
c. Aliran tenggelam terjadi apabila muka air pada resevoir 2 berada
kedudukan jauh diatas pipa keluaran, sehingga air yang mengalir pada
pipa keluaran itu terhalang oleh muka air pada resevoir 2. Akibatnya
aliran air dalam pipa akan terdesak menuju resevoir 1. Hal ini akan
menyebabkan tinggi air pada resevoir 1 naik lebih tinggi.

2.3.4. Pembacaan Muka Air Manometer


Pembacaan dilakukan pada saat air tidak mengalir. Pada saat air
mengalir, pembacaan dilakukan pada saat keadaan debit sudah mencapai
pada kondisi konstan (tetap), juga dibaca meteran taraf pada alat ukur
Thompson serta suhu air.

2.3.5 Pembacaan Tinggi Muka Air Hulu (pemasukan) dan


Hilir (pengeluaran)
Pembacaan dilakukan setelah keadaan air stabil. Pembacaan ini
dimaksudkan untuk menentukan pambacaan aliran, apakah bebas (free
flow), tidak bebas, atau tenggelam (submerged) dibagian hilir.

Percobaan diatas bertujuan untuk mengukur nilai D (tinggi muka air di dasar
saluran ke titik terendah mercu), B (lebar resevoir hulu), jarak antar pipa
manometer, tinggi muka air hulu pemasukan dan hilir keluaran, tinggi air di pipa
manometer. Dari data terukur ini dapat dihitung :

 h (tinggi air pada alat ukur Thomson)

 k (koefisien debit)

 Kemiringan garis hidrolik (Hydraulik Gradient)

 Kemiringan garis energi (Energy Gradient)

 Kehilangan tinggi tekan (head loss)

 Jenis Aliran

 Kontrol debit

 Jenis saluran
 Q (debit pada alat ukur Thomson)

Rumus untuk menghitung nilai-nilai di atas akan dibahas pada Bab IV


(prosedur pengolahan data).

BAB III
DATA HASIL PERCOBAAN
3.1 PIPA DATAR
3.1.1 Percobaan I :Keadaan Keluaran (outlet) adalah Bebas (free flow).
1. Tinggi muka air: di hulu pemasukan h11 = 19,1 cm h21 = 30,5 cm

dihilir keluaran h12 = -5,12 cm h22 = -6,2 cm


2. Suhu : 25 oC
3. Menentukan tinggi muka air Thomson :
Indeks Point Gauge Pembacaan Muka Air Keterangan
1. 27 cm B = 55 cm
a=10 cm
2. 27,5 cm D = 20,5 cm
Tinggi Muka Air a–b=c 6,5 / 7 cm

4. Diameter Pipa
Manometer Ø Luar ( cm ) Ø Dalam ( cm ) Jarak ( cm )
1–2 6,1 5,5 120
2-3 6,1 5,5 123
3-4 6,1 5,5 118
4–5 4,8 4,2 37
5–6 4,8 4,2 78
6–7 4,8 4,2 82

5. Pembacaan muka air pada manometer (cm)

Nomor Tabung
Keadaan Air Debit
1 2 3 4 5 6 7
I 19,7 18,2 16 15 14,3 13,5 12,5
Mengalir
II 23,8 20,5 20,1 18,5 10,9 3,4 3,1
I 0 0 0 0 0 0 0
Tidak mengalir
II 0 0 0 0 0 0 0

3.1.2 Percobaan II : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Tidak Bebas.


1. Tinggi muka air : di hulu pemasukan h11= 21,2 cm h21= 34,5 cm
di hilir keluaran h12= 5,4 cm h22= 4,5 cm
2. Suhu : 25 oC
3. Pembacaan muka air pada manometer (cm)

Nomor Tabung
Keadaan Air Debit
1 2 3 4 5 6 7
I 24,2 22,3 21,5 20,5 20 18,7 17,7
Mengalir
II 26,9 24,5 23,8 20,7 13,4 6,8 5,8
Tidak mengalir I 0 0 0 0 0 0 0
II 0 0 0 0 0 0 0

3.1.3 Percobaan III : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Tenggelam (submerged).


1. Tinggi muka air : di hulu pemasukan h11= 25,2 cm h21= 47,5 cm
di hilir keluaran h12= 16 cm h22= 17,1 cm
2. Suhu : 25 oC
3. Pembacaan muka air pada manometer (cm)

Nomor Tabung
Keadaan Air Debit
1 2 3 4 5 6 7
I 32 30,2 29,5 28,3 27,6 27 26,3
Mengalir
II 33,3 31,2 29,5 28,2 21,3 16,4 15,6
I 0 0 0 0 0 0 0
Tidak mengalir
II 0 0 0 0 0 0 0

Pembimbing Instruktur Malang, 00 Oktober 2015


Diukur oleh :
1. Bima Biasmahendra
2. Eka Fajar Suprayitno
3. Imawan Thoriq
4. Guruh Undiprastya
Pak Sumiadi Usman Hadi W.
NIP. - NIP. 5. Raulya
6. Ruth N S
7. Adista Fahara

3.2 PIPA MIRING


3.2.1 Percobaan I : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Bebas (free flow).
1. Tinggi muka air : di hulu pemasukan h11 = 15,3 cm h21 = 18,2 cm
di hilir keluaran h12 = -4 cm h22 = -6,5 cm
2. Suhu : 25oC
3. Menentukan tinggi muka air Thomson :
Indeks Point Gauge (a) PembacaanMuka Air (b) Keterangan
1. 27 cm B = 55 cm
A= 10 cm
2. 27,5 cm D = 20,5 cm
Tinggi Muka Air b–a=c 6,5/ 7 cm

4. Diameter Pipa
Manometer Ø Luar ( cm ) Ø Dalam ( cm ) Jarak ( cm )
1–2 6,1 5,5 120
2-3 6,1 5,5 123
3-4 6,1 5,5 118
4–5 4,4 4,2 37
5–6 4,8 4,2 78
6–7 4,8 4,2 82

5. Pembacaan muka air pada manometer


Nomor Tabung
Keadaan Air
1 2 3 4 5 6 7
7 7,8 9,2 10,3 6 5,4 2,4
Mengalir
13,9 14 14,4 15 8 7 3,5
0 0 0 0 0 0 0
Tidak mengalir
0 0 0 0 0 0 0

3.2.2 Percobaan II : Keadaan Keluaran (outlet) adalah Tidak Bebas.


1. Tinggi muka air : di hulu pemasukan h11 = 18,8 cm h21 = 22,3 cm
di hulu keluaran h12 = 5,2 cm h22 = 4 cm
2. Suhu : 25 oC
3. Pembacaan muka air pada manometer (cm)
Nomor Tabung
Keadaan Air
1 2 3 4 5 6 7
9,6 10 11,6 12,5 8,4 7,5 4,6
Mengalir
14,1 14,5 18,8 17,3 10,3 9 5,3
0 0 0 0 0 0 0
Tidak mengalir
0 0 0 0 0 0 0

3.2.3 Percobaan III :Keadaan Keluaran (outlet) adalah Tenggelam (submerged).


1. Tinggi muka air : di hulu pemasukan h11 = 21,2 cm h21 = 43 cm
di hilir keluaran h12 = 14,5 cm h22 = 17 cm
2. Suhu : 25 oC
3. Pembacaan muka air pada manometer (cm)
Keadaan Air Nomor Tabung
1 2 3 4 5 6 7
20,4 21,5 22 17,2 16,7 13,7 11,3
Mengalir
36,6 33,5 32,1 30,4 21,6 17,7 19,5
0 0 0 0 0 0 0
Tidak mengalir
0 0 0 0 0 0 0
Pembimbing Instruktur Malang, 00 Oktober 2015
Diukur oleh :
1. Bima Biasmahendra
2. Eka Fajar Suprayitno
3. Imawan Thoriq
4. Guruh Undiprastya
Pak Sumiadi Usman Hadi W.
NIP. - NIP. 5. Raulya
6. Ruth N S
7. Adista Fahara

BAB IV
PROSEDUR PENGOLAHAN DATA

4.1 Menghitung Debit Pada Alat Ukur Thomson

Gambar 4.1.1 alat ukur Thomson

Rumus yang digunakan :

Q = k .h5/2

Dengan : Q = Debit air pada alat ukur Thomson ( m3/dt )


h = Tinggi air ( m )
k = Koefisien debit ( m0,5/dt )
= 1,3533 +( 0,004/h ) + 0,167( 8,4 + 12/√D )x( h/B – 0,09 )2
D = Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari mercu (m)
B = Lebar alat ukur Thomson bagian hulu (m)
4.2 Menentukan Kemiringan Garis Hidrolik ( Hydraulic Gradient ) dan
Kemiringan Garis Energi ( Energy Gradient )
Elevasi garis hidrolik ditentukan dengan mengurangi tinggi air pada tabung saat
air mengalir dengan pada saat air tidak mengalir. Sedangkan elevasi garis energi
ditentukan dengan menambah elevasi garis hidrolik dengan V2 / 2g, dimana V = Q / A,
Q adalah debit air pada Thomson dan A adalah luas penampang dari pipa ( A = ¼ . π .
d2 ).

4.3 Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan ( Head Loss )


Kehilangan tinggi tekan dihitung berdasarkan data pengamatan setiap tabung
manometer dengan cara mengurangi elevasi garis tabung 1 dengan tabung 2 diperoleh
Hf1. Elevasi garis energi tabung 2 dikurangi dengan tabung 3 diperoleh Hf 2. Demikian
seterusnya, sehingga diperoleh Hf total didapat dengan jalan menjumlahkan Hf1, Hf2,
Hf3, Hf4, Hf5, Hf6.

4.4 Menentukan Jenis Aliran


Didasarkan atas bilangan Reynold ( Re )
Re = ( V . D ) / υ

Dengan : Re = Bilangan Reynold


Re < 2000, Jenis aliran laminer.
Re > 4000, Jenis aliran turbulen.
2000< Re <4000, Jenis aliran transisi
V = Kecepatan rata-rata ( m/dt )
D = Diameter pipa ( m )
υ = Kekentalan kinematis (m2/dt)

Tabel 4.4.1
Tabel Hubungan Kekentalan Kinematis dan Temperatur
Temperatur t ( 1 2 2 3 3 1
o
0 5
C ) 0 0 5 0 5 00
υ = ……x 10- 1, 1 1 1 0 0 0 0
6
m2/dt 794 ,519 ,310 ,010 ,897 ,657 ,657 ,00
4.5 Kontrol Debit
Dihitung besarnya debit berdasarkan rumus Cheezy, dengan jalan menghitung
besar factor gesekan berdasarkan rumus Darcy – Weisbach :

f = hf. L / D . V2 / 2g

Dengan: f = faktor gesekan


L = panjang pipa ( m )
hf = kehilangan tinggi tekan ( m )
D = diameter dalam pipa ( m )
V = kecepatan rata-rata ( m/dt )
g = percepatan gravitasi ( m/dt2 )

Kemudian harga koefisien Cheezy :

C = { (8 . g ) / f}0,5

Dengan : C = koefisien Chezzy


f = faktor gesekan
g = percepatan gravitasi( m/dt2 )
Dari perhitungan debit air dengan menggunakan rumus Chezy, kemudian
dihitung kesalahan relatifnya terhadap pengukuran debit menggunakan alat ukur
Thomson.

4.6 Menentukan Jenis Saluran


Berdasarkan kriteria :
δ/K <1/6 = Saluran hidrolik kasar
1 / 6 < δ / K < 4 = Saluranhidrolik transisi
δ/K >4 = Saluran hidrolik halus

Rumus :
δ = 12υ / ( g . S .R )0,5
Dengan : δ = Tebal lapisan air Prandtl( m )
υ = kekentalan kinematis ( m2/dt )
g = percepatan gravitasi bumi ( m/dt2 )
S = kemiringan garis energi
R = jari-jari hidrolik ( m )

Harga K ditentukan berdasarkan rumus Calebrok :


Rumus :
K = R x ( 12 / 10c/18 – C / Re )

Dengan : K = kekasaran
C = koefisien Chezzy
Re= bilangan Reynold
R = jari-jari hidrolik ( m )

Anda mungkin juga menyukai