Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Air

Sebelum merencanakan turbin air untuk pembangkit listrik

tenaga mikro hidro, sangat penting untuk mengetahui ketersediaan tenaga

dari debit airnya (Q) dan tinggi energi (H) yang tersedia dilokasi. untuk

perancangan kali ini menggunakan data sebagai berikut:

Debit Air (Q) : 1,551 m3/s

Head (H) : 12 m

Kecepatan aliran (V) : V = √2𝑥𝑔𝑥𝐻

V = √2𝑥9,81𝑥12 = 15,34 m/s

4.2 Perhitungan Pipa Pesat (Penstok)

Material pipa pesat menggunakan plat baja yang di rol dan dilas.

Hal ini untuk mendapatkan biaya yang kecil. Material yang digunakan

adalah baja ST 37.

4.2.1 Diameter pipa pesat (penstok)

Perhitungan diameter pipa berdasarkan persamaan Gordon-Penman

berikut ini;

D = 0,72 (Q0,5)

Maka : D = 0,72 . (1,551)0,5

D = 0,896 m = 896 mm = 89,6 cm = 35,27 inci

39
40

4.2.2 Koefisien kehilangan tinggi tekan pada pipa pesat

Perhitungan besarnya kehilangan tinggi tekan pada pipa pesat

dengan perhitungan kehilangan tinggi pada headrace menggunakan

persamaan :

𝑣2
HI = K
2.𝑔

Dimana : HI = kehilangan tinggi tekan (m)

K = koefisien kehilangan tinggi tekan (0,3)

V = kecepatan aliran (15,34 m/s)

g = gaya gravitasi (9,81 m/s2)

koefisien kehilangan tinggi tekan dapat dilihat pada tabel berikut untuk

belokan 90°

Jari-jari Belokan Sudut Belokan

Garis Tengah 90° 45° 22,45°

1 0,5 0,37 0,25

2 0,3 0,22 0,15

3 0,25 0,19 0,12

4 0,15 0,11 0,08

5 0,15 0,11 0,08

Tabel 4.1 Koefisien kehilangan tinggi tekan akibat belokan

(Ray K. Linsley, 1985 : 307)

𝑣2
Maka : HI = K
2.𝑔

15,342
HI = 0,3 = 3,59 m = 3590 mm
2 . 9,81
41

4.2.3 Tebal pipa pesat (penstock)

𝐷+20
U.S. Bureau of Reclamation : tp =
400

Dimana : tp = tebal pipa pesat ( inci )

D = diameter pipa pesat (35,27 inci)

35,27+20
Maka : tp = = 0,1381 inci = 3,50774 mm
400

4.3 Tinggi Jatuh Efektif (He)

Tinggi jatuh air adalah tinggi jatuh aktual dikurangi dengan total

kerugian energi (head losses) disepanjang saluran. Tinggi jatuh air dapat

dicari dengan persamaan :

He = Ha - ∑ 𝐻𝑙

Dimana: He = tinggi jatuh air efektif (m)

Ha = tinggi jatuh aktual (m)

Hl = head l0sses (m)

4.3.1 Kerugian energi akibat gesekan

Menurut strickler kerugian gesekan dapat dihitung dengan

persamaan :

𝑄2 L
Hlf = 10,249 . .
𝑘2 0,99765,33

Dimana : Hlf = head losses mayor (m)

Q = debit air (m3/s)

k = angka gesek strickler

L = panjang pipa (20m)


42

Gambar 4.1 Tabel angka gesek

1,5512 20
Jadi: Hlf = 10,249 . .
952 0,99765,33

Hlf = 0,05 m = 50 mm

( Suryono, 1991 )

4.3.2 Kerugian energi akibat belokan

Kerugian ini dapat dihitung dengan persamaan :

𝑣2
HLm = ∑ 𝑓.
2. 𝑔

Dimana : HLm = head losses minor (m)

V = kecepatan air dalam pipa (15,34 m/s)∑ 𝑓

∑ 𝑓 = total koefisien kerugian gambar 4.2 (iii)(0,06)

( Suryono, 1991 )
43

Gambar 4.2 koefisien kerugian diujung masuk pipa

(sularso,1987:34)

(i) f = 0,5

(ii) f = 0,25

(iii) f = 0,06

(iv) f = 0,56

(v) f = 3,0 (untuk sudut tajam) sampai 1,3 (sudut 450)

Gambar 4.3 koefisien kerugian pada belokan pipa

( Suryono, 1991 )

𝑣2
Maka : HLm = ∑ 𝑓.
2. 𝑔

15,342
HLm =0,06 . = 0,719 m
2 . 9,81

HL = Hlf + HLm = 0,05 + 0,719 = 0,769 m = 769 mm


44

Jadi tinggi jatuh efektif air (He) adalah:

He = H – HL = 12 – 0,769 = 11,231 m = 11231 mm

4.4 Pemilihan Jenis Turbin

Untuk pemilihan jenis turbin dapat dilihat pada grafik 4.1 dibawah ini

Gambar 4.1 Grafik Pemilihan Jenis Turbin

Dengan data debit air (Q) sebesar 1,551 m/s dan head (He) sebesar

11,231 m, maka turbin yang sesuai dengan grafik 4.1 adalah turbin

crossflow.

4.5 Daya Turbin (P)

Dari kapasitas air Q dan tinggi air jatuh H dapat diperoleh daya yang

dihasilkan turbin
P = Q . ρ . g . H. ɳT
45

Dimana : P = daya turbin (kw)

He = tinggi air jatuh efektif (11,231m)

ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)

Q = kapasitas air (1,551 m3/s)

g = gaya gravitasi (9,81 m/s2)

ɳT = Effisiensi Turbin 84%-94% ( wiranto,1997)

Daya air : P = 1000 x 9,81 x 1,551 x 11,231


P = 170883,6 watt = 170,8836 kw = 229,158 hp
P = Q . ρ . g . He. ɳT
P = 1,551 . 1000 . 9,81 . 11,231 . 0,84

P = 143541,8432 watt

P = 143,5418432 Kw

P = 192,49278251238 Hp

(Fritz Dietzel & Dakso Sriyono,1980 hal-2)

4.6 Kecepatan Spesifik (ns)

Kecepatan spesifik turbin (ns) didefinisikan sebagai suatu kecepatan

putar turbin dimana dapat dihasilkan 1 hp untuk setiap 1 m tinggi air jatuh

(head). Kecepatan spesifik dinyatakan dengan persamaan :

√𝑄 √𝑄
Ns = 𝑛 . 4 =𝑛.
√𝐻𝑒 3 𝐻𝑒 3/4

dimana : n = putaran turbin (800 rpm)

Q = debit air (1,551 m3/det)

He = tinggi jatuh air efektif (11,231m)


46

Dengan : n = putaran roda turbin, direncanakan 500 rpm

√𝑄
Sehingga ; Ns = 𝑛 .
𝐻𝑒 3/4

1,551
Ns = 800 . 11,231

3/4

Ns = 162,39 rpm

(Fritz Dietzel & Dakso Sriyono,1980 hal-20)

4.7 Perancangan Runner

4.7.1 Kecepatan Meridian (Cm ) ditentukan dengan persamaan :

Cm = Cm* √2𝑥𝑔𝑥𝐻

Dimana : Cm1* dapat dilihat dari gambar grafik 2.10 pada putaran spesifik

ns = 162,39 rpm diperoleh harga Cm1* = 0,27

Jadi : Cm = Cm * √2𝑥𝑔𝑥𝐻𝑒

Cm = 0,29 √2𝑥9,81𝑥11,231

Cm = 4,30 m/det

4.7.2 Menentukan Diameter Runner :

Untuk mencari diameter dari runner bagian luar (Di) dapat dicari

dengan persamaan;

60 . 𝑈1
D1 =
𝜋. 𝑛

Dimana: U1 = Kecepatan keliling (m/det)

U1 = U1* . √2𝑥𝑔𝑥𝐻𝑒

U1 = 1,61 . √2𝑥9,81𝑥11,231 = 23,89 m/s

U1* dilihat dari grafik 2.10 dengan ns = 162,39 rpm

n = putaran roda turbin (rpm)


47

60 . 𝑈1
maka : D1 =
𝜋. 𝑛

60 . 23,89
D1 =
3,14 . 800

D1 = 0,57 m = 57 cm = 570 mm

Sedangkan untuk diameter bagian dalam runner (D2) dapat dicari dengan

persamaan;

D2 = 2/3 . D1

D2 = 2/3 . 0,57

D2 = 0,38 m = 38 cm = 380 mm

4.7.3 Menentukan Lebar Runner

Gambar 4.2 Lebar Roda Jalan

Panjang runner (b1) dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑄
b1 =
𝐷1 . 𝜋 . 𝐶𝑚 . 𝜏

Dimana : Q = kecepatan aliran (m3/det)

T = faktor penyempitan luas penampang (0,9)

Cm = kecepatan meridian (m/det)

D1 = diameter luar runner (m)


48

𝑄
Maka : b1 =
𝐷1 . 𝜋 . 𝐶𝑚 . 𝜏

1,551
b1 =
0,57 . 3,14 . 4,3 . 0,9

b1 = 0,2239 m = 22,39 cm = 223,9 mm

(Fritz Dietzel & Dakso Sriyono,1980 hal-22)

4.7.4 Kelengkungan Sudu

Kelengkungan sudu (rb) dapat dicari dengan menggunakan rumus:

rb = 0,326. R1

Dimana: rb = kelengkungan sudu jalan

R1 = jari-jari luar roda jalan (m) (D1/2)

Maka : rb = 0,326 . 0,285

rb = 0,092 m = 92 mm

4.7.5 Diameter pada arus keluaran I (D2 = D2i )

Dengan persamaan :

60 . 𝑈2𝑖
D2i =
𝜋. 𝑛

Dimana: 𝑈2𝑖 = 𝑈2𝑖 ∗ . √2 . 𝑔 . 𝐻𝑒

𝑈2𝑖 ∗ = didapat dari gambar grafik 2.10 dengan ns = 162,39 rpm

𝑈2𝑖 ∗ = 0,49

Maka : 𝑈2𝑖 = 0,49 . √2 . 9,81 . 11,231

U2i = 7,27 m/s

60 . 7,27
Sehingga : D2i =
3,14 . 800

D2i = 0,17 m = 170 mm


49

(Fritz Dietzel & Dakso Sriyono,1980 hal-22)

4.7.6 Diameter pada garis arus keluaran (D2a)

Dengan persamaan :

60 . 𝑢2𝑎
D2a =
𝜋. 𝑛

Dimana : U2a = U2a* √2 . 𝑔 . 𝐻𝑒

U2a* = didapat dari gambar grafik 2.10 dengan ns =162,39 rpm didapat 1,81

Maka: U2a = 1,81 √2 . 9,81 . 11,231

U2a = 26,868 m/s

60 . 26,868
Sehingga: D2a =
3,14 . 800

D2a = 0,641 m = 641 mm

(Fritz Dietzel & Dakso Sriyono,1980 hal-22)

4.7.7 Gambar meridian runner

Dalam penggambaran potongan meridian runner, dimensinya

berdasarkan pada perhitungan sebelumnya, sedangkan kelengkungan

runner berdasarkan prinsip yang dialami fluida, perubahan yang tidak

terlalu kasar dengan mengikuti sifat- sifat fluida.


50

Gambar 4.3 Meridian Runner

4.7.8 Semburan yang masuk celah sudu

S1 = K . D1

Dimana : S1 = semburan yang masuk celah sudu (cm)

D1 = diameter luar runner (cm)

K = konstanta celah sudu (0,087)

Maka : S1 = 0,087 . 57

S1 = 4,959 cm = 495,9 mm

4.7.9 Jarak antar sudu

𝑆1
t=
sin 𝛼1

4,959
t= = 6,6729 cm = 667,29 mm
sin 48°

4.7.10 Jumlah Sudu Runner

Jumlah sudu runner (sudu jalan) yang terbaik mempunyai range sebagai

berikut:
𝜋 . 𝐷1
Z= 𝑡
51

3,14 . 57
Sehingga : Z = = 26,8 buah = 27 buah
6,6729

4.7.11 Sudut Antara Sudu

Sudut antara sudu adalah sudut yang dibentuk oleh dua titik yang

bersesuaian terhadap pusat perputaran sudu tersebut. Dapat dinyatakan

dengan persamaan :

360
= = 13,33°
27

Dimana: Z = jumlah sudu runner

4.7.12 Segitiga kecepatan masuk

Untuk menggambarkan segitiga kecepatan masuk diperlukan

perhitungan dari persamaan euler :

𝐻𝑒
Cu1 = ηT . g .
𝑈1

Dimana : ηT = effisien turbin = 0,84

0,84 . 9,81 . 11,231


Cu1 =
23,89

Cu1 = 3,8739 m/s

Selain itu ditentukan aksial komponen dari C1 :

Cm1 = Cm* 1 . V

Cm1 = 0,29 . √2 . 9,81 . 11,231

Cm1 = 4,3 m/s

𝛼1 = 48° 𝛽1 = 12°
52

Gambar 4.4 Segitiga Kecepatan masuk

4.7.13 Segitiga Kecepatan Keluar

Untuk segitiga kecepatan keluar, didapat dari ;

𝑈2𝑖 + 𝑈2𝑎
U2 rata-rata =
2

Dengan : U2i = o,49 √2 . 9,81 . 11,231 = 7,27 m/s

U2a = 1,81 √2 . 9,81 . 11,231 = 26,868 m/s

7,27 + 26,868
Maka: U2 rata-rata = = 17,069 m/s
2

Sehingga kecepatan keluar sudu :

C2 = C*2 . V

C*2 = dilihat pada grafik 2.10 dengan ns = 162,39 rpm didapat C*2 = 0,34

C2 = 0,34 . √2 . 9,81 . 11,231

C2 = 5,04 m/s

𝛼1 = 90° 𝛽1 = 16°
53

Gambar 4.5 Segitiga kecepatan keluar

4.7.14 Berat sudu

Untuk pertimbangan pemilihan bahan sudu harus memenuhi kriteria

seperti tahan korosi, mudah di las dan mudah didapat dipasaran. Maka sudu

dipilih plat baja SUS 305 (JIS G 4303) yang mempunyai kekuatan tarik (σb)

85 kg/mm2

 Volume tiap sudu

Vst = t . B . L

Dimana : t = tebal plat (0,5 cm)

B = panjang sudu (22,39 cm)

R1 = jari-jari luar roda jalan (28,5 cm)

Maka : Vst = 0,5 . 22,39 . 28,5

Vst = 319 cm3 = 0,319 dm3

 Berat tiap sudu

W = Vst . 𝜌𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑗𝑎

Dimana : 𝜌𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑗𝑎 = berat jenis plat baja (7,85 kg/dm3)

Maka : W = 0,319 . 7,85 = 2,5 kg

 Berat sudu total


54

Wtot = Vst . 𝜌𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑗𝑎 . Z

Wtot = 0,319 . 7,85 . 27

Wtot = 67,61 kg

4.7.15 Tegangan geser yang diijinkan

𝜎𝑏
𝜎𝑏 =
𝑠𝑓1

Dimana: 𝜎𝑏 = kekuatan tarik bahan (85 kg/mm2)

𝑠𝑓1 = faktor keamanan (6)

85
Maka: 𝜎𝑏 = = 14,16 kg/mm2
6

4.7.16 Tegangan geser yang terjadi

𝜎𝑎 = 0,5 . 𝜎𝑏

𝜎𝑎 = 0,5 . 14,16 = 7,083 kg/mm2

4.7.17 Perhitungan Guide Vane (Sudu Antar)

 Radius sumbu sudu antar

Radius sudu antar ditentukan dengan persamaan :

𝜌0 = ko . D

Dimana : ko = konstanta, direncanakan 0,5

D = diameter sisi keluar runner (570 mm)

Maka: 𝜌0 = 0,5 . 570 = 285 mm

 Sudut profil sudu antar ditentukan dengan persamaan:

αmax = l,25. α

dimana : α = sudut sisi masuk sudu jalan (480)

maka: αmax = l,25. 48 = 600

 Panjang Sudu Antar (L)


55

Panjang sudu antar ditentukan atau sesuai dengan lebar roda

jalan (runner): Lebar runner (b1) = L (0,2239 m)

 Tebal sudu antar

Tebal sudu antar ditentukan dengan persamaan :

e = (0,06). L

dimana : L = panjang sudu antar (223,9 mm)

e = (0,06). 223,9 = 13,437 mm

4.8 Perhitungan Poros dan Pasak

Bahan poros baja khrom nikel (JIS G 4120) SNC 22 dengan kekuatan

tarik 100 kg/mm2

4.8.1 Momen torsi

𝑃
T = 9,74 . 105 .
𝑛1

Dimana: P = daya rencana (143,54 Kw)

N = putaran poros (800 rpm)

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 7)

143,54
Maka: T = 9,74 . 105 . 800

T = 174759,95 kg.mm

4.8.2 Tegangan geser yang diizinkan


𝜎𝐵
𝜏𝑎 =
𝑠𝑓1 . 𝑠𝑓2

Dimana: 𝜏𝑎 = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)

𝜎𝐵 = tegangan tarik yang diijinkan - 100 kg/mm2


56

Sfl = faktor keamanan kelelahan puntir bahan 6,0

Sf2 = faktor keamanan terhadap pengaruh tegangan

kekerasan permukaan 1,3 sampai 3,0

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 8)


100
Maka: 𝜏𝑎 = 6 . = 12,82 kg/mm2
1,3

4.8.3 Diameter poros

5,1 1/3
ds = [ 𝜏 . 𝐾𝑡 . 𝐶𝑏 . 𝑇 ]
𝑎

dimana : ds = diameter poros (m)

𝜏𝑎 = tegangan poros ijin (12,82 kg/mm2)

Kt = faktor koreksi untuk momen puntir 1,5

Cb = faktor koreksi untuk beban lentur 1,2-2,3

T = momen torsi yang diterima poros (kg.mm)

5,1 1/3
Maka: ds = [12,82 . 1,5 . 2,3 . 174759,95 ]

ds = [0,39 . 1,5 . 2,3 . 174759,95 ]1/3

ds = 61,72 mm = 63,5 mm

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 8)


4.8.4 Tegangan geser yang terjadi pada poros

5,1 . 𝑇
𝜏𝑔 = 3
𝑑𝑠

Dimana: T = momen torsi yang diterima poros (kg.mm)

ds = diameter poros (mm)

𝜏𝑔 = tegangan geser akibat momen torsi (kg/mm2)

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 7)


57

5,1 . 174759,95
Maka: 𝜏𝑔 = 63,53

𝜏𝑔 = 3,48 kg/mm2

Menurut hasil perhitungan diatas, tegangan geser yang terjadi lebih kecil

dari pada tegangan geser yang diizinkan (𝜏𝑔 3,48 < 𝜏𝑎 12,82)

4.8.5 Gaya tangensial


𝑇
Ft = 𝑑
𝑠 /2

174759,95
Ft = = 5504,25 kg
63,5/2

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 25)


4.8.6 Defleksi putaran poros

𝑇. 𝑙
𝜃 = 584 .
𝐺 . 𝑑𝑠 4

Dimana : T = momen torsi (174759,95 kg.mm)

l = panjang poros dari lebar runner sampai bantalan (253,9 mm)

G = modulus geser (8,3x103 kg/mm2)

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 18)


174759,95 . 253,9
Maka: 𝜃 = 584 .
8,3x103 . 63,54

𝜃 = 0,190

4.8.7 Putaran kritis poros

𝑑𝑠 2 𝑙
Nc = 52700 . .√
𝑙1 . 𝑙2 𝑤

Dimana : ds = diameter poros (63,5 mm)

l = jarak antar bantalan (222,15 mm)

𝑙1 . 𝑙2 = jarak bantalan kepusat pembebanan(222,15/2=111,075)

W = berat runner (67,61 kg)


58

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 19)

Maka:

63,52 222,15
Nc = 52700 . .√
111,075 x 111,075 67,61

Nc = 31220,73 rpm

4.8.8 Perhitungan pasak

Bahan pasak dipilih baja khrom nikel (JIS G 4102) SNC 2 dengan kekuatan

tarik 85 kg/mm2 dan faktor keamanan Sf1 = 6, Sf2 = 1,3

 Tegangan geser yang diizinkan pada pasak


𝜎𝑏
𝜏𝑔 =
𝑆𝑓1 .𝑆𝑓2

85
𝜏𝑔 = = 10,897 kg/mm2
6 . 1,3

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 8)


 Gaya yang bekerja pada pasak

𝑇
F=
𝑑𝑠 /2

Dimana: T = momen torsi poros (174759,95 kg.mm)

ds = diameter poros 63,5 mm

174759,95
maka: F = = 5504,25 kg
63,5/2

 Tegangan geser yang terjadi pada pasak

Sesuai dengan diameter poros (63,5mm) maka penampang pasak b

18mm x h 11mm

Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 7 mm

Panjang pasak l = 5-200 mm


59

(Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 hal 10)


𝐹
𝜏𝑔 =
𝑏. 𝑙

5504,25
𝜏𝑔 = = 10,23 kg/mm2
18 . 30

4.9 Perhitungan Bantalan

Jenis bantalan yang dipilih adalah Cylindrical roller bearings, single row

yang diambil dari SKF Product catalog dengan rincian sebagai berikut:

CRM 20 A

Aftermarket only

Dimensions d 63.5 mm

D 139.7 mm

B 31.75 mm

d
1 91 mm
E 121.5 mm

r
1,2 min. 3.2 mm

r
3,4 min. 3.2 mm
s max. 2 mm

Gambar 4.6 Cylindrical roller bearings, single row


60

Abutment dimensions
da min. 78 mm

da max. 119 mm

Da min. 123 mm

Da max. 126 mm

ra max. 3 mm

rb max. 3 mm

Gambar 4.7 Cylindrical roller bearings, single row

Calculation data
Basic dynamic load rating C 138 kN

Basic static load rating C0 143 kN

Fatigue load limit Pu 18.3 kN

Reference speed 4800 r/min

Limiting speed 6300 r/min

k
Calculation factor r 0
Limiting value e 0.2

Axial load factor Y 0.6

Mass
61

4.10 Rumah Turbin

Rumah turbin di buat dengan ketebalan setidaknya 5-10 mm karena

menerima gaya yang kuat dari runner. Untuk tinggi air jatuh penuh rumah

turbin dapat terbuat dari besi, plat atau bahan material tergantung pada

kapasitas debit air itu sendiri. Untuk memperkuat rumah turbin (casing)

terhadap gaya yang ditimbulkan oleh tekanan air yang mengakibatkan

casing akan terbuka keluar, maka untuk itu diperlukan sudu tetap dan juga

baut pengikat sebagai penguat.Untuk ukuran rumah turbin menyesuaikan

dengan dimensi-dimensi komponen. Bahan yang dipakai rumah turbin

adalah baja ST-37.

4.10.1 Tegangan geser yang diijinkan


𝜎𝑏
𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑠𝑓
1. 𝑠𝑓2

dimana : 𝜎𝑏 = tegangan tarik yang diijinkan (37 kg/mm2)

Sfl = faktor keamanan kelelahan bahan 4,0

Sf2 = faktor keamanan terhadap pengaruh tegangan

kekerasan permukaan 1,3 sampai 3,0


37
𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 = 4 = 7,115 kg/mm2
. 1,3

4.10.2 Tegangan longitudinal (𝜎𝐿 )

Tegangan longitudinal adalah tegangan yang arahnya sejajar

dengan aliran air.

𝑃. 𝐷
𝜎𝐿 =
4. 𝑡

dimana : t = tebal bahan (10 mm), D= diameter (285mm)

P = tekanan Air
62

1
2
. P . v2 =𝜌 . g . he

𝜌 .g .h
P= 1
. 𝑣2
2

Dimana : 𝜌 = massa jenis air (1000 kg/m3)

g= gaya gravitasi (9,81 m/s2)

he= tinggi jatuh air 11,231m

v= kecepatan air 15,34 m/s


1000 . 9,81 . 11,231
Pair= 1 = 936,41 kg/m2 = 0.093641 kg/mm2
. 15,342
2

0.093641 . 285
Jadi : 𝜎𝐿 = = 0,6671 kg/mm2
4 . 10

4.10.3 Tegangan circumferintal (𝜎𝑐 )

Tegangan circumferintal atau sebagian menyebutnya juga dengan

hoop, yaitu tegangan yang arahnya tangensial terhadap area potong pipa.

maksudnya seperti ini, kalau keadaan yang lebih buruk maka circumferintal

ini akan membelah pipa menjadi dua bagian. Gaya yang membelah pipa

itulah gaya cirkumferintal.

𝑃. 𝐷
𝜎𝑐 =
4. 𝑡

0.093641 . 285
𝜎𝑐 = = 1,3343 kg/mm2
2 . 10

Dari perhitungan tegangan longitudinal dan tegangan

circumferintal, maka untuk ketebalan bahan casing ST 37 (tebal 10mm)

aman karena tegangan longitudinal dan tegangan circumferintal kurang dari

tegangan ijin. 0,6671 𝜎𝐿 < 7,115 kg/mm2 𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛 , dan 1,3343 𝜎𝑐 < 7,115

kg/mm2 𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛

Anda mungkin juga menyukai