Jari-jari Hidrolis
= 2,22 / 22,36
= 0,099
Kecepatan aliran
= 0,197 m/dt
Debit
Q=A.V
= 2,22 . 0,197
= 0,438 m3/dt
= 20 + 5,4
= +25,4 m
L = LI-2(nKp+Ka)He
LI= B-b-St
Dimana :
n = jumlah pilar
maka :
LI = B – b – St
= 32 – 3 – (2.1)
= 27 m
L = LI-2(nKp+Ka)He
= 27 – 2. (2.0,01 + 0,10). He
= 27 – 0,24 He
( KP 02 hal. 42 )
Q = Cd*2/3* *Be*He1,5
Dengan :
Cd = koefisien pengaliran
Direncanakan dengan :
direncanakan dengan.4He
Cd = koefisien debit,
Diketahui dengan :
Q100 = 370 m3/det
Be = 27 – 0.240He
Maka :
Q = Cd*2/3* *Be*He1,5
370 = 1.3*2/3* (27-0.24He)*He1.5
167,025 = 27 – 0.24 He 2.5
He = 3,441
Cd = C0*C1*C2
r = 0.5 He
= 0.5*3.441
= 1.721
=1/2*6.14
=3.07 m
P/He=3.07/3.441 = 0.892
L=LI-2(nkp+ka)He
= 27 – 0.240He
= 27 – 0.24*3.441
= 26.174 m
= 3.441+26.14- 25.4
= 4.181 m
-x*I+h-z = 0
x1 = 5668.922 m
x2 = 5483.494 m
Data-data :
P = 6.14 m
He= 3.441 m
Q = 370 m3/det
Br = 32 m
Sehingga :
Ha = = = 0.075 m
Hd = He-Ha
= 3.441 – 0.075
= 3.365 m
P+He = d1+
6.14 + 3.441 = d1+
6.717 = d1+
Dengan Trial dan Error di dapat d1 = 0.885 m
v1 = = 13.065 m/det
= = 8.709
Karena 2.4<Fr<4.5
= 0.5(–1)
=0.5(-1)
y2 = 5.127 m
ÞKecepatan Air Pada Penampang 2 (v2) :
v2 =
=
= 2.255 m/det
==0.259
ΔHf = 1.779 m
Dengan :
Fr = Bilangan Froude
Sehingga:
L=2*0.885 (-1)
= 20.508 m
Lebar blok=w=yu=0.885 m 1 m
= 20.872 m
4.5. Desain Apron
Panjang dan tebal apron dibelakang serta didepan bendung
direncanakan untuk menahan gaya Uplift pada kondisi serta
mengurangi hydraulic.
Data-data :
= 26.14 + 3.365
= 29.505 m
=25.386 m
dimana :
CL = Angka rembesan Lane
Dengan :
maka :
dimana :
vo =1.217 m/det
d=hd=3.365 m
Fb=0.6*0.0037*1.217*3.3651/3
= 0.607 m 0.6 m
v1 = 1 m/det
d1=yu=0.885 m
Fb=0.6*0.0037*13.065*0.8851/3
= 0.646 m 0.6 m
= 0.614 m 0.6 m
dimana :
Q = Debit rencana yang masuk untuk saluran irigasi
b = Lebar bukaan
a = Tinggi bukaan
data – data :
Lebar bukaan = 1 + 1 = 2 m
=3m
Qkebutuhan =
= 0.65 = 65 %
Sehingga : Qkebutuhan =
= 2307,692 l/det
= 2.308 m3/det
Berdasarkan KP 02 hal 84 :
= 2.308*120%
= 2.769 m3/det
Qp = *b*a*
a =
= 0.874 m 1,0 m
hc = vc= q=
dengan :
maka :
q=
= = 123.33 m3/dt/m
hc =
= = 11.578 m
vc =
Kecepatan pembilasan
V = 1.5*C*
Dimana :
v = 1.5*2.5*
= 1.677 m/det
vc > v
V = 1/n . R2/3 I1/2
dimana :
10.652 =
I =
I = 0.00757
LB = Q/W
Dimana :
L =Panjang kantong (m)
Qn = Vn . An
Dimana :
Ks =Koefisien kekasaran
Sn =Kemiringan energi
Qs =Vs . As
Dimana :
Ks =Koefisien kekasaran
V = 0.0005 . Qn . T
Dimana :
LB =Qn/W
W = 4 mm = 0.004 m
maka :
LB =Qn/W
= 2.769/0.004 = 692.25 m2
L . B = 692.25 m2
8 B.B = 692.25
B2 = 86.531
B = 9.301 9 m
= = 6.923 m2
bn =B – 2 (hn*2)
=9 – 2 (0.8*2)
= 5.8 m ≈ 6 m
Pn=b+2h
= 6 +2*0.8
=9.578 m
Rn=
=0.723 m
maka :
Kecepatan :
Vn =Kn*Rn2/3*Sn1/2 dengan Kn diambil 45 m1/2/dt
0.4 =45*0.7232/3*Sn1/2
Sn1/2=
Sn = 0.000151
Qs = 1,2. Qn
= 1,2 * 2,769
= 3.323 m3/dt
Luas Penampang basah (As)
As =
As = bs. hs
hs =
Ps = bs + 2. hs
= 6 + 2. 0,4
= 6,8 m
Rs =
maka :
Ss = 0.013
Sehingga Kemiringan energi selama Pembilasan adalah ;
0,013
Fr = ……….(ok)
V = 352 m3
L = 69.402 m ≈ 70 m
BAB V
ANALISA STABILITAS BENDUNG
5.1. Langkah-Langkah Perhitungan
Untuk mengetahui keamanan dari tubuh harus diadakan
analisa Stabilitasnya. Dalam analisa Bendung dilakukan
kontrol teradap :
1. Guling
2. Geser
3. Daya dukung Tanah
1. Keadaan Normal
2. Keadaan Ekstrem/Gempa
dimana :
SF = Angka keamanan
S MT = Jumlah momen penahan
S Mg = Jumlah momen guling
1. Stabilitas tehadap Gesar
1.
]
– Keadaan normal : SF > 2.00
– Keadaan gempa : SF > 1.25
dimana :
SF = Angka keamanan
f = Koefisien geser : tg f
SV = Jumlah gaya vertikal
C= Kohesi tubuh bendung = 0 (ton/m2)
f= Sudut geser dalam tanah ( o )
1. Stabilitas terhadap daya dukung Tanah
Bila :
Maka :
Bila :
Maka :
Dimana :
e= Eksentrisitas akibat beban yang bekerja
SM = SMt – SMg (ton)
SV = Jumlah gaya – gaya vertikal
B= Lebar dasar pondasi (m)
A= Luas dasar pondasi (m2)
s= Daya dukung yang diijinkan (t/m2)
dimana :
Pw = Tekanan air statis (ton)
gw = Berat jenis air (ton/m3)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan (Pw) dari dasar dalam (m)
1. Tekanan air Dinamis
dimana :
Pd = Tekanan air dinamis (ton)
gw = Berat jenis air (ton/m3)
Kh = Koefisien gempa horizontal (0.15)
H= Kedalaman air (m)
Y= Jarak tekanan (Pd) dari dasar (m)
1. Berat air sendiri :
dimana :
W= Berat air (ton)
gw = Berat jenis air (ton/m3)
V= Volume air
1. Berat Sedimen (PL) :
1. dimana :
Ps = Tekanan sedimen
Cs = Koefisien tekanan tanah
H= Tinggi sedimen
gsat = Berat jenis tanah jenuh air (ton/m3)
1. Berat Sendiri Bangunan
Wt = W1 + W2 + W3 + . . . . . . + Wn
Wn = gb . V
dimana :
V= Volume bangunan (m3)
gb = Berat jenis bahan bangunan
Wn = Berat sendiri
1. Perhitungan Tekanan Tanah :
dimana :
Pa = Tekanan tanah (ton)
H= Tinggi tanah (m)
gt = Berat jenis tanah (ton/m3)
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
f= Sudut geser dalam tanah
1. Tekanan Up Lift
1.
dimana :
Pu = Tekanan Up Lipt
m= Koefisien
H= Tinggi air
A= Luas penampang permeter lebar
1. Gaya akibat pengaruh Gempa :
1. Berat Sendiri
We = W.C
dimana :
We = Berat akibat gempa (ton)
W= Berat bahan (ton)
1. Tekanan Tanah :
Pa’ = 1/2 . H . gt . Ka’
dimana :
Pa’ = Tekanan tanah akibat gempa (ton)
H= Tinggi tanah (m)
gt = Berat isi tanah (ton/m3)
Ka’ = Koefisien tanah pada kedalaman gempa
dimana :
a= Sudut inklinasi material
q= tg-1 K
K= Ch/(1 – CV)
CV = Koefisien gempa arah vertikal = 0
Ch = Koefisien gempa arah horizontal = 0.15
f= Sudut geser dalam tanah
5.2. Perhitungan
Dengan :
Ka =
Kp =
1. 3. Tekanan Horizontal
Rumus yang digunakan :
Pw1 = γw*h*H
Pw2 = ½ γw*h*H
Ps = ½ (γsat-γ)*Cs*H2
Pd = ½ γw*H2*Ch
Pa = ½ γt*H2*Ka
Pw3 = ½ γw*H2
Pp = ½ γsat*H2*Kp
1. 4. Gaya Up Lift
= 16.176 ton
= 14.736 ton
Maka didapatkan :
∑ V = 275.553-14.736-16.176
= 244.621 ton
= 91.464 ton
∑ Mt = 1247.236 tm
= 714.394 tm
1. 5. Kontrol Stabilitas
1. Guling
1.
= 2.340 > 1.5 ………(aman)
1. Geser
Jadi :
∑ V = 110.22 t ∑ Mv = 518.848 tm
1. 2. Gaya Horizantal
Notasi Gaya Momen
(ton) (tm)
We1 6.032 27.566
We2 6.079 30.681
We3 2.970 6.681
We4 0.462 0.531
We5 0.990 0.743
∑ H = 16.533 t ∑ MH = 66.204 tm
1. 3. Tekanan Horizontal
Notasi Gaya Jarak Momen
(ton) (m) (tm)
Pw 20.692 5.047 104.433
Ps 15.674 5.047 79.107
Pd 2.827 5.0 14.135
Pa1 1.245 0.5 0.623
Pa2 0.271 1.033 0.28
Pa3 0.354 0.267 0.095
Pp1 5.182 0.2 2.591
Pp2 5.182. 0.5 2.591
Pu = ½ *μ*H*A Hu = 14.736*(2/3)*8
= 14.736 ton
Sehingga Didapatkan :
∑ Mt = 518.848
1. Geser
Jadi :
Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (abutment). Lebar bendung sebaiknya diambil
sama dengan lebar rata-rata sungai dengan lebar maksimum hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-
rata sungai pada ruas yang stabil. Di bagian hilir ruas sungai, lebar rata-rata ini dapat diambil pada debit
penuh (bankfull discharge), sedangkan pada bagian hulu sungai atau daerah pegunungan/dataran tinggi,
sering kesulitan untuk menentukan debit penuh ini. Untuk hal ini dapat diambil muka air banjir tahunan
sebagai patokan lebar rata-rata.
Penentuan tinggi bendung, utamanya didasarkan pada kebutuhan energi (head) PLTM. Namun bendung
yang tinggi mempunyai masalah konstruksi yang berat, terutama dari segi stabilitas tubuh bendungnya.
Setelah dikaji dari berbagai kondisi dan pertimbangan, maka ditentukan parameter teknis bendung,
sebagai berikut :
Gambar 2 Sketsa Bendung
2 Tinggi Muka Air Banjir di Hilir Bendung
Tinggi muka air (MA) banjir di hilir bendung adalah sama dengan tinggi MA banjir pada sungai asli, sebelum
ada bendung. Perhitungannya dilakukan dengan rumus aliran Manning, sebagai berikut :
Dimana :
V = Kecepatan
Q = A.V
Q = debit
Selanjutnya perhitungan dilakukan secara tabelaris dan diperoleh tinggi MA banjir seperti disajikan pada
Tabel 1, Tabel 2, Gambar 3 dan diketahui tinggi air banjir pada debit rencana (h) = 0,98 m. Dari info yang
diperoleh saat survey di lapangan, dapat dipastikan bahwa banjir yang pernah ada, tidak pernah melebihi
0,98 m.
Tabel 1
Kemiringan (I) = 0.05
Tabel Perhitungan Tinggi Banjir di hilir Sungai
Karena adanya pintu bilas dan pilar, maka lebar bendung yang dapat mengalirkan banjir secara efektif jadi
berkurang, yang disebut lebar efektif (Beff).
Bagian pintu bilas yang bentuk mercunya berbeda dari mercu bendung
Dalam perhitungan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya, diambil 80 % dari lebar rencana
untuk mengompensasi perbedaan koefisien debit dibanding mercu bendung yang berbentuk
bulat.
Oleh karena itu maka lebar efektif bendung Pageruyung, dengan sketsa seperti pada Gambar 1 menjadi :
Sehingga : B1e = B – 2 Ka . Hi
Dimana :
B =
t = tebal Pilar
b = lebar Pintu
n = jumlah pilar
Tabel 3
= 12,83 m
Bagian tubuh bendung di bagian hilir dan hulu direncanakan memiliki kemiringan yang berfungsi untuk
mengalirkan air dan melindungi bagian bendung dari penggerusan yang di akibatkan oleh tekanan air yg
mengalir, serta untuk mencegah menumpuknya endapan yg membuat penumpukan pada tubuh bendung.
g = gravitasi
H = tinggi energi hulu
Jari-Jari pembuatan mercu untuk pasangan batu dari KP-02 Hal 42 (0.3 Hi < r < 0.7Hi) maka diperoleh r = 1m.
Dari grafik KP-02 diperoleh C0 = 1,3 yang merupakan fungsi H1/r = 1,68 ; C1 = 0,99 yang merupakan fungsi
P/H1 = 1,16 ; C2 = 0,998 yang merupakan fungsi P/H1 = 1,16. Didapatkan Cd = 1,28.
Maka Cd = 1,28. Grafik C0, C1, C2 seperti terlihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe ogee dengan muka hulu melengkung (menurut USBR, 1960)
Percobaan 1 :
Diketahui : P = 3 m
r = 1,5 m
C2 = 0,998
Cd = C0 x C1 x C2
Percobaan 2 :
C2 = 0,998
Cd = C0 x C1 x C2
Cek :
Setelah diperoleh Cd, maka dapat ditetapkan : Hi = 2,61 m dan Beff = 12,83 m.
Selanjutnya perhitungan tinggi banjir di hulu bendung, disajikan pada Tabel 4 dan pada debit rencana
diperoleh tinggi banjir sebesar 2,59 m, dengan elevasi MAB hulu =+455,49. Tinggi Freebord pada bendung
menjadi 2,5 m untuk mengantisipasi perubahan catchment area di masa yang akan datang.
Tabel 4
Gambar 7
6 Peredam Energi
Pada rencana bendung , dapat diketahui bahwa kondisi sungai di daerah tersebut terdapat material kerikil
sampai dengan boulder (batu-batu besar).
Kondisi sungai seperti ini sangat menentukan tipe peredam energi yang cocok. Adapun peredam energi yg
cocok untuk daerah ini yaitu peredam energi tipe bak tenggelam/submerged bucket. Tipe ini dipilih karena
bendung di sungai mengangkut bongkah atau batu-batu besar dengan dasar yang relatif tahan gerusan.
Sesuai penjelasan di KP 02 Halaman 114.
Maka Q = A . V
Q = (6596,39 x v1) - (14,40 x v1 x 448,07) - (1.38xv13)
v1 = 9,84
Tabel 5
Elev
V (coba-coba) Q yu Fr y2
Loncatan
Bilangan Froudenya dapat dicari dengan rumus Fr = berdasarkan (KP-02 Hal 111).
maka Fr = =
Dengan nilai bilangan Fr = 4,94 sebenarnya peredam energi tipe Horizontal Basin, masih dapat digunakan.
Akan tetapi karena di lokasi bendung ditemukan banyak batuan-batuan besar, maka peredam energi yang
digunakan adalah tipe Submerged Bucket. Perhitungan Submerged Bucketsebagai berikut :
(Mazumder, S.K. 1983. Irrigation Engineering. New Delhi. Tata Mc Graw-Hill Publising Company Limited.)
V1 = = m/dtk
Untuk menentukan elevasi dasar lantai peredam, digunakan rumus sebagai berikut :
Gambar 8
P = 3 m
hc = = 1,786
∆H/hc = 2,583
Tmin = 2,91 m
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh elevasi dasar bucket yaitu + 448,07
7 Analisa Rembesan
1. Metode Lane
Terhadap tubuh bendung yang telah direncanakan di depan, dilakukan perhitungan panjang jalur
rembesan. Kondisi yang diperhitungkan adalah kondisi banjir dan kondisi normal. Kedua kondisi tersebut
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 9
Tabel 6
Hb = 4,51 m
= = 3,78 m
Hn = 3 m
= = 5,69 m
Metode Lane memberikan batas angka harga minimum seperti pada Tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7
Perbandingan antara panjang yang diperoleh dan yang ada, seperti pada hasil perhitungan di bawah ini :
L perlu = CL x Hb
L perlu = 11,275 m
Kondisi pondasi bendung merupakan batuan, sehingga dari Tabel 2.1.7 dapat diambil harga angka
rembesan Lane minimum sebesar 2,5. Karena harga CL hasil perhitungan untuk kondisi normal dan banjir
lebih besar dari harga CL minimum, maka bendung ini aman terhadap bahaya rembesan, tanpa diberi lantai
muka.
2. Metode Blight
Terhadap tubuh bendung yang telah direncanakan di depan, dilakukan perhitungan panjang jalur
rembesan. Kondisi yang diperhitungkan adalah kondisi banjir dan kondisi normal. Kedua kondisi tersebut
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 10
Tabel 8
Hb = 4,51 m
= =5,92 m
Hn = 3 m
= = 8,90 m
Metode Blight memberikan batas angka harga minimum seperti pada Tabel 9 di bawah ini :
Tabel 9
Perbandingan antara panjang yang diperoleh dan yang ada, seperti pada hasil perhitungan di bawah ini :
L perlu = Cb x Hb
= 22,55 m
Dari perhitungan di atas, maka atas dasar metode Blight, bendung tidak perlu lantai muka.