Anda di halaman 1dari 21

BAB V

HIDROLIKA

5.1 Perencanaan bangunan pelimpah

Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke


dalam bendungan agar tidak membahayakan keamanan tubuh bendungan.
Pada perencanaan bangunan pelimpah bendungan ini dipakai debit banjir
rencana 100 tahun sebesar 44,0 m/det. Bagian-bagian dari bangunan
pelimpah yang direncanakan adalah:

Penampang mercu pelimpah


Saluran transisi (jika diperlukan)
Saluran peluncur
Bangunan peredam energi dan tinggi jagaan

5.1.1 Perencanaan mercu pelimpah

Tahap-tahap dalam merencanakan penampang mercu pelimpah adalah:

Menentukan kedalaman saluran pengarah


Menghitung kedalaman kecepatan pada saluran pengarah
Menghitung koordinat penampang mercu pelimpah
Analisis hidrolis mercu pelimpah

a) Kedalaman saluran pengarah


Saluran pengarah aliran dimaksudkan agar aliran air senantiasa dalam
kodisi hidrolika yang baik dengan mengatur kecepatan alirannya tidak
melebihi 4 m/det dengan lebar semakin mengecil ke arah hilir. Apabila
kecepatan aliran melebihi 4 m/det, maka aliran akan bersifat helisoidal dan
kapasitas alirannya akan menurun. Disamping itu aliran helisoidal
tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban hidrodinamis pada
bangunan pelimpah tersebut (Sosrodarsono,1976). Berdasarkan pengujian-
pengujian yang ada saluran pengarah aliran ditentukan sebagai berikut,
seperti pada gambar 5.1 :

Gambar 5.1 Kriteria saluran pengarah

Dari analisis sebelumnya didapat :

Elevasi mercu spillway : + 31 m


Ketinggian air diatas mercu : 1,3 m elevasi + 32,3 m
Q out melewati spillway : 44 m/det
Lebar ambang mercu : 20 m
Maka :
1
W 5 . (Sosrodarsono, 1976)
1
W 5 . 1,3 = 0,26 m

Dipakai 2 meter

b) Kedalaman kecepatan aliran saluran pengarah


Dipakai tipe bendung pelimpah dengan Ambang Ogee. Dari analisis
data sebelumnya, maka hasil perhitungannya adalah Debit, lebar mercu
dan tinggi muka air di atas mercu bending.
Dari hasil flood routing didapatkan :
Q = Qout spillway = 44,0 m3
L = Lebar mercu = 20 m
H = Tinggi tekanan air diatas mercu = 1,3 m

+ 31

+ 29

Gambar 5.2 Skema aliran melintasi pelimpah

Beff = 20 m
Kedalaman sal. Pengarah = 2m
Tinggi tekanan air total diukur dari dasar sal. Pengarah
H total = 2 + 1,3 = 3,30 m
Kecepatan pada sal. Pengarah
Diasumsikan nilai hd pada sal. Pengarah = 3,28 m

=

44,0
= 20 . 3,28
= 0,672 4 / ()

(0,672)
= 2. = 2.9,81
= 0,023

He = 3,28 + 0,023 = 3,30 m

Sehingga hd = 3,28 dapat diterima


c) Pendimensian mercu pelimpah
1) Lebar efektif mercu (Be)
Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang
sebenarnya (B), yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan,
atau tiang pancang, dengan persamaan sebagai berikut :

= 2 ( + )1

Dimana n = jumlah pilar = 0


Kp = Koefisien konstraksi pilar = 0,01
Ka = Koefisien konstraksi pangkal = 0,1
H1 = tinggi energy, m

Diketahui B = 20 m

Sehingga :

= 20 2 (0. 0,01 + 0,1)1

Be = 20 0,2 H1

Sehinggan lebar mercu pelimpah efektif diambil = 20 m

2) Pendimensian jari-jari mercu pelimpah


Untuk merencanakan permukaan ambang ogee dipakai metode
yang dikembangkan oleh Civil Engineering Department U.S. Army
atau biasa disebut rumus lengkung Harold.

Rumus lengkung Harold

= 2 x hd0,85 x Y (Sosrodarsono,1976)

Dimana :

X = jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ketitik


dipermukaan mercu disebelah hilir

Y = jarak vertical dari titik tertinggi mercu bendung ketitik


dipermukaan

hd = tinggi tekanan rencana


+ 31

+ 29

Gambar 5.3 Skema aliran melintasi pelimpah

Hd mercu pelimpah = 3,30 2 = 1,3 m

R1 = 0,5 Hd = 0,5 . 1,3 = 0,635 m 0,70 m

R2 = 0,2 Hd = 0,2 . 1,3 = 0,254 m 0,30 m

X hulu1 = 0,282 Hd = 0,282 . 1,3 = 0,358 m 0,40 m

X hulu2 = 0,175 Hd = 0,175 . 1,3 = 0,222 m 0,30 m

Koordinat Lengkung Elevasi


x y Lengkung
0.2 0.02 31
0.4 0.07 30.95
0.6 0.16 30.86
0.8 0.26 30.76
1 0.40 30.62
1.2 0.56 30.46
1.4 0.75 30.27
1.6 0.95 30.07
1.8 1.19 29.83
2 1.44 29.58
2.2 1.72 29.30
2.4 2.02 29.00
2.6 2.34 28.68
2.8 2.69 28.33
2.94 2.94 28.00

Tabel 5.1 Koordinat penampang ambang bendung pelimpah


3) Perencanaan lantai udik
Berdasarkan Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP 02)
panjang lantai udik adalah 2 3 H1 maks

Gambar 5.4 Ketentuan panjang lantai udik

Diketahui H1 = 3,3 m

Maka :

Digunakan panjang lantai udik = 3 H1 maks

= 3 . 3,3 = 9,9 m 10 m

Direncanakan panjang lantai udik = 10 m

d) Analisa hidrolis mercu pelimpah

H = 1,3 m
+ 31

+ 29 H = 6,3 m

Gambar 5.5 Skema aliran pada mercu pelimpah


Di titik A :

Kecepatan aliran (V) = 0,672 m / s

Tinggi tekanan kec. Aliran = 0,023 m

Tinggi aliran = 1,277 m

Di Titik C :

- Kecepatan aliran di kaki pelimpah :

= 2 . ( 0,5 )

= 2 . 9,81 . (6,3 0,5 . 1,277)

= 10,54 /
(10,54)
= = = 5,66
2. 2.9,81

- Elevasi muka air pada kaki pelimpah


= .
44 = 10,54 . (20. )
= 0,21 m
= 5,66 + 0,21 = 5,87
- Froude number pada titik C
10,54
= = = 7,3
. 9,8 . 0,21

5.1.2 Saluran transisi

Saluran transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan


disalurkan tidak menimbulkan air terhenti (back water) dibagian hilir
saluran samping dan memberikan kondisi yang paling menguntungkan.

Pada perencanaan bendungan ini, saluran transisi tidak diperlukan karena


lebar spillway tidak lebih dari 30 m, sehingga air dari kaki pelimpah akan
langsung dialirkan menuju saluran peluncur dan kolam olak yang
selanjutnya menuju hilir sungai.
5.1.3 Perencanaan saluran peluncur

Pada perencanaan bangunan pelimpah antara tinggi mercu dengan


bangunan peredam energi diberi saluran peluncur (flood way). Saluran ini
berfungsi untuk mengatur aliran air yang melimpah dari mercu dapat
mengalir dengan lancar tanpa hambatan-hambatan hidrolis. Dalam
merencanakan saluran peluncur harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Agar air yang melimpah dari saluran mengalir dengan lancar tanpa
hambatan-hambatan hidrolis.
2. Agar konstruksi saluran pelunur cukup kuat dalam menampung semua
beban yang timbul.
3. Agar gaya konstruksi diusahakan seekonomis mungkin.
Saluran peluncur dalam perencaan ini dibentuk sebagai berikut :
- Tampak atas lurus.
- Penampang melintang berbentuk segi empat.
- Kemiringan diatur sebagai berikut :

100 m tahap pertama dengan kemiringan = 0,05 dengan lebar saluran = 20


m, kemudian 25 m tahap kedua dengan kemiringan = 0,05 dengan lebar
saluran dari 20 m menjadi 25 m.

100 25

Gambar 5.6 Penampang memanjang sal. Peluncur

Bagian yang berbentuk terompet pada ujung saluran peluncur bertujuan


agar aliran dari saluran peluncur yang merupakan aliran super kritis dan
mempunyai kecepatan tinggi, sedikit demi sedikit dapat dikurangi akibat
melebarnya saluran dan aliran tersebut menjadi semakin stabil.
100 25

Gambar 5.7 Bagian penampang terompet pada ujung hilir sal. peluncur

Analisis hidrolis di titik D :

Gambar 5.8 Skema penampang memanjang aliran pada sal. peluncur

Vc = 10,54 m/detik

Dc = 0,21 m

2
= 5, 66 m
2g

S = 0,05

L = 100 m

Hd = 0,21 + 5,66 +(0,05 x 100)

=10,87 m

2
Hd = dd + + hm
2g
2 2
Hm = L.2 4/3

Dimana :

Vc = kecepatan aliran titik C

Dc = kedalaman aliran titik C

Dd = kedalaman aliran titik D

Vd = kecepatan aliran titik D

Hm = kehilangan energy akibat gesekan

N = koefisien manning = 0,011

L = panjang saluran = 100 m

Q = debit pada saluran

R = jari-jari hidrolis

A = luas penampang saluran

Diasumsikan nilai Vd = 8,962 m/detik

Q = Vd x A

44 = 8,962 x (20 x dd)

Dd = 0,245 m

2
Hd = dd + 2g
+ hm

= 10,870 m 10,87 m

Jadi nilai Vd = 8,962 m/detik diterima.

Froude number pada titik D adalah :

8,962
Fr = = = 5,78
. 9,81.0,245
Analisis hidrolis di titik E :

Gambar 5.9 Skema penampang memanjang aliran pada sal. Peluncur terompet

Vd = 8,962 m/detik

Dd = 0,245 m

2
= 4,094 m
2g

S = 0,05

L = 25 m

He = 0,245 +4,094 +(0,05 x 25)

=6,339 m

2
He = de + 2g
+ hm

2 2
Hm = L.2 4/3

Dimana :

Vd = kecepatan aliran titik D

Dd = kedalaman aliran titik D

De = kedalaman aliran titik E

Ve = kecepatan aliran titik E


Hm = kehilangan energi akibat gesekan

N = koefisien manning = 0,011

L = panjang saluran = 25 m

Q = debit pada saluran

R = jari-jari hidrolis

A = luas penampang saluran

Dengan coba-coba didapat, Ve = 7,936 m/detik

Q = Ve x A

44 = 7,936 x (25 x de)

De = 0,185 m

2
He = de + 2g
+ hm

= 7,936 m 7,936 m

Jadi nilai Ve = 7,936 m/detik diterima.

Froude number pada titik E adalah :

7,936
Fr = = = 5,89
. 9,81.0,185
5.1.4 Perencanaan bangunan peredam energy

Guna meredusir energi aliran air dari saluran peluncur spillway, maka di
ujung hilir saluran tersebut dibuat suatu bangunan yang disebut peredam
energi pencegah gerusan (scour protection stilling basin).

Perhitungan kolam olak dignakan rumus-rumus berikut :

V : Kecepatan awal loncatan = 7,936 m/detik

g : Percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

B : Lebar saluran = 25 m

Fr : Froude number = 5,89

44
Debit air per meter lebar bangunan peredam energy (q) = 25 = 1,76 /

Dari data-data diatas maka bangunan peredam energy yang memenuhi


adalah kolam olakan datar tipe III.

Syarat pemakaian kolam olakan datar tipe III adalah :

- q < 18,5 m3/det/m


- v < 18 m/det
- Froude number (Fr) > 4,5

Gambar 5.10 Bentuk kolam olak


a) Kedalaman loncatan hidrolis
Ukuran panjang kolam olakan tergantung pada bilangan Froude aliran
yang akan melintasi kolam tersebut dan elevasi muka air hilir.

Gambar 5.11 Penampang air pada bang. Peredam energi


= . ( + . )

dG = 0.185 m

F = 5.89

Maka kedalaman hidrolis hilir peredam energi:

D2 = 0.5 . ((1 + 8 . 5.89)1/2 1) . 0.185 = 1,45 m

Kedalaman hidrolis di hulu peredam energi:

D2/2 = 0.726 m

b) Panjang peredam energy


Diketahui :
dH = 1.45 m
F = 5.89

Perhitungan panjang peredam energi dapat dibantu dengan grafik yang


ditampilkan pada gambar 5.12 berikut ini :
Gambar 5.12 Grafik hubungan nilai Froude dengan L/D2

Berdasarkan grafik di atas, maka:

L / D2 = 2.5

L = 2.5 . 1.45 = 4.625 m 7,5 m

0.8 D2 = 0.8 . 1.45 = 1,16 m

Sehingga didapatkan panjang peredam energi L = 7,5 m

c) Gigi-gigi pemencar aliran, gigi-gigi benturan dan ambang ujung


hilir kolam olakan
Gigi-gigi pemencar aliran yang berfungsi sebagai pembagi berkas
aliran terletak di ujung saluran sebelum masuk ke dalam kolam olakan.
Sedangkan gigi-gigi benturan yang berfungsi sebagai penghadang
aliran serta mendeformir loncatan hidrolis menjadi pendek terletak
pada dasar kolam olakan. Adapun ambang ujung hilir kolam olakan
dibuat rata tanpa bergerigi.
Gambar 5.13 Grafik penentuan gigi benturan dan ambang hilir kolam olak

- Ukuran gigi-gigi pemencar aliran adalah D1 = 0,2 m, karena lebar


ujung saluran peluncur adalah 25 m maka jumlah gigi-gigi dibuat =
62 buah @ 20 cm, jarak antara gigi-gigi = 20 cm dan jarak tepi ke
dinding masing-masing = 15 cm
Cek jumlah jarak = (62 x 0,2) + (61 x 0,2) + (2 x 0,15) = 25 m

- Ukuran gigi-gigi pembentur aliran dengan mengacu pada Gambar


5.13 didapatkan :
Fr = 5,89
H3/D1 = 1,6
H3 = 0,32 m 0,4 m
Lebar kolam olak adalah 25 m, maka jumlah gigi pembentur dibuat
= 41 buah @ (0,75 H3 = 30 cm), jarak antara gigi-gigi = 30 cm
dan jarak tepi ke dinding masing-masing = 35 cm
Cek jumlah jarak = (41 x 0,3) + (40 x 0,3) + (2 x 0,35) = 25 m

- Kemiringan ujung hilir gigi-gigi pembentur 2:1 dari gambar 5.13


dapat dihitung besarnya tinggi ambang hilir
Fr = 5,89
H4/D1 = 1,4
H4 = 0,28 0,3 m
5.1.5 Tinggi jagaan

Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah (spillway) dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :

Fb = C.V.d

Atau

Fb = 0,6 + 0,037 . V. d1/3

Fb minimal = 0,5 s/d 0,6 di atas permukaan aliran.

Dimana :

Fb = Tinggi jagaan

C = Koefisien 0,1 untuk penampang saluran berbentuk persegi


panjang dan 0,13 untuk penampang berbentuk trapesium.

V = Kecepatan aliran (m/det)

D = Kedalaman air dalam saluran (m)

TInggi jagaan pada kolam olakan adalah sebagai berikut :

- D = 1,45 m
- B = 25 m
- A = 1,45 x 25 = 36,25 m2
- V = Q/A = 44/ 36,25 = 1,214 m/det
- Tinggi jagaan :
Fb = 0,10 x 1,214 x 1,45 = 0,176 m
Atau
Fb = 0,6 + (0,037 . 1,214 . 1,451/3)
= 0,651 m

Dipakai nilai tertinggi yaitu Fb = 0,651 m dibulatkan Fb = 1,00 m


5.2 Perencanaan saluran pengelak dan cofferdam

Dengan mempertimbangkan kondisi topografi yang telah ada,


pembangunan Bendungan ini dilaksanakan di badan sungai. Sungai harus
dibelokan selama pelaksanaan berlangsung. Untuk ini seluruh aliran
sungai dibendung dengan cofferdam dan dibelokan melalui saluran
pengelak sementara. Debit banjir rencana yang dipakai dalam perencanaan
saluran pengelak sementara dan cofferdam ini adalah dengan Q20. Untuk
perhitungan dapat dibantu dengan menggunakan software HEC-HMS.

Perhitungan dimensi saluran pengelak menggunakan metode trial & error


sampai mendapatkan dimensi ekonomis yang dapat melewatkan Qdesign.

Untuk input HEC-HMS ditampilkan pada gambar 5.14 berikut

Gambar 5.14 Input HEC-HMS saluran pengelak & cofferdam


Saluran pengelak direncakan berbentuk lingkaran menggunakan concrete
pipe culvert dengan diameter 5 m. Setelah semua data terinput, maka
dilakukan proses running HEC-HMS, dan selanjutnya didapatkan hasil
sesuai yang tertera pada gambar 5.15 berikut

Gambar 5.14 Output HEC-HMS

Dari hasil running HEC-HMS didapatkan peak elevation dari outflow


yaitu + 26,5 m sehingga direncanakan cofferdam dengan elevasi puncak
cofferdam sebesari +27,5 m dan panjang saluran pengelak = 180 meter.
5.3 Perencanaan intake

Pada perencanaan bangunan intake ini, jumlah debit pengambilan sebesar


m3/detik. Nilai jumlah debit sendiri ditentukan setelah dilakukan
analisis kebutuhan air serta perkiraan jumlah debit air yang dibutuhkan
untuk perawatan sungai.

Pada perencaan bangunan digunakan acuan KP-02 pada bagian bangunan


pengambil dan pembilas. Pada awal perencanaan kapasitas pengambilan
air harus sekurang-kurangnya 120% dari debit yang diinginkan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

= 120%

= 120% =

Dengan :
Qp = kapasitas debit (120%)
Qd = debit andalan/debit yang diinginkan (m3/detik)

Tinggi pintu bukaan didesain dan dihitung berdasarkan jenis pintu yang
direncanakan serta lebar bukaan saluran intake. Berdasarkan KP-02, rumus
yang digunakan dalam menghitung tinggi bukaan pintu adalah :

a=

Dengan :

a = tinggi bukaan pintu (m)


Qp = kapasitas debit (120%)
= koefisiensi debit
b = lebar bukaan (m)
g = gravitasi (m2/detik)
z = kehilangan tinggi energy pada bukaan pintu.
Penentuan koefisien debit menggunakan acuan KP-02. Lebar bukaan pintu
diambil berdasarkan lebar bendung yang direncanakan. Kehilangan tinggi
energi pada bukaan pintu intake ditentukan untuk mencegah terjadinya
pengendapan sedimen yang terbawa oleh sungai.

a= =

Qp = kapasitas debit (120%) = xxx m3/dtk

m = koefisiensi debit = 1.,5

b = lebar bukaan (m) asusmsi awal = 1 m

g = gravitasi (m2/detik) = 9,81 m/s2

z = kehilangan tinggi energy pada bukaan pintu = 0,2 untuk kecepatan


pengambilan 1,5 m/dtk

Anda mungkin juga menyukai