Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGAMATAN BOD, TSS,PH,SUHU DAN KEKERUHAN LIMBAH


CAIR

OLEH :

NAMA : FITRI

NIM : A201801031

KELAS : D1 TLM

DOSEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si.,M.Si

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang

Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami

selesaikan.Dalam makalah ini saya membahas “PENGAMATAN

BOD,TSS,PH,SUHU DAN KEKERUHAN LIMBAH CAIR”

Makalah ini dibuat dalam rangka memperoleh pengetahuan dan

pemahaman tentang sistem informasi laboratorium sebagai mahasiswa jurusan

teknologi laboratorium medis pada umumnya dan sebagai masyarakat

Indonesia khususnya.

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya saya mendapatkan

bimbingan dan saran dari berbagai pihak untuk itu rasa terima kasih yang

kami sampaikan kepada Bapak Dosen selaku dosen mata kuliah “Sistem

Informasi Laboratorium” serta rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak

memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Kendari, 31 Juli 2021

Fitri
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan ............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4

2.1 Pengertian dan Metode Pengukuran BOD pada Limbah Cair.....................4

2.2 Metode Pengukuran TSS pada Limbah Cair................................................5

2.3 Analisa Pengukuran PH pada Limbah Cair..................................................6

2.4 Pengaruh Pengukuran Suhu pada limbah cair..............................................7

2.5 Cara mengurangi Kekeruhan pada Limbah Cair..........................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9

3.2 Saran ..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah cair merupakan limbah yang paling berdampak terhadap
lingkungan karena masih mengandung bahan organik dan senyawa asam
yang berbahaya Kandungan organik dalam limbah cair tepung
tapioka ini berkisar 7000 -30000 ppm apabila limbah cair ini langsung
dibuang ke lingkungan maka akan sangat potensial menurunkan kandungan
oksigen terlarut di perairan umum.
Pada umumnya air lingkungan atau air alam mengandung mikroorganisme
yang dapat memakan, memecah, menguraikan (mendegradasi) bahan buangan
organic.Jumlah mikroorganisme di dalam air lingkungan tergantung pada tingkat
kebersihan air.Air yang bersih (jernih) biasanya mengandung mikroorganisme
yang relative lebih sedikit dibandingkan dengan air yang telah tercemar oleh
bahan buangan yang bersifat anti septic atau bersifat racun, seperti phenol,
kreolin, deterjen, asam sianida, insektisida dan sebagainya jumlah mikroorganis
me juga relative sedikit.Untuk keadaaan seperti ini perlu penambahan
mikroorganisme yang telah menyesuaikan (beradaptasi) dengan bahan buangan
tersebut.Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan
buangan organic sering disebut dengan bakteri aerobic.Sedangkan
mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen tersebut dengan bakteri
anaerobic.
Air limbah banyak mengandung senyawa organic yang dapat diuraikan
oleh beberapa organisme terutama organisme yang terdapat di
lingkungan.Organisme pengurai aerobic, umumnya terdiri dari mikroorganisme
seperti bakteri yang bekerja dalam air mengurai senyawa organik menjadi
karbondioksida dan air.Proses-proses ini membutuhkan oksigen.Jika jumlah
bahan organic dalam air sangat sedikit, maka bakteri aerob mudah memecahkan
tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam air.Semakin banyak zat organic
yang terkandung dalam air limbah, maka kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk
menguraikan akan semakin tinggi pula, sehingga oksigen terlarut dalam air akan
menurun bahkan mungkin akan habis.
Jika tingkat oksigen terlarut rendah, maka organisme yang hidupnya
menggunakan oksigen seperti ikan dan bakteri aerob akan mati. Jika bakteri
aerob mati, maka organisme aerob akan menguraikan bahan organic dan
menghasilkan bahan seperti methane dan H2S yang dapat menimbulkan bau
busuk pada air.
Oleh karena itu, pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat
diutamakan agar tidak mencemari lingkungan.Ada banyak parameter yang dapat
digunakan untuk mengukur apakah suatu limbah cair telah layak dibuang ke
lingkungan, yaitu parameter fisik, parameter kimiawi dan parameter biologi.
Parameter fisik dalam limbah cair meliputi padatan total, kekeruhan, warna,
suhu, bau dan rasa.Parameter kimiawi ditentukan oleh kandungan bahan/unsur
yang membentuk sifat-sifat kimia dari air yang meliputi : tingkat keasaman
(pH), alkalinitas, kadar besi, mangan, klorida, fosfor, sulfur, nitrogen, logam
berat, fenol, BOD, COD, lemak dan minyak, karbohidrat dan protein.
Parameter biologi ditentu kan oleh kandungan organisme seperti bakteri dan
organisme lainnya
Dengan adanya permasalahan terhadap kualitas limbah cair, maka dengan
hal yang melatar belakangi inilah penulis tertarik dalam melakukan penulisan
makalah dengan judul “Pengamatan BOD, TSS, pH, Suhu, Kekeruhan Limbah
Cair”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dan bagaimana metode pengukuran BOD pada limbah cair?
2. Bagaimana metode pengukuran TSS pada limbah cair ?
3. Bagaimana Analisa dan pengukuran pH pada kualitas limbah cair ?
4. Bagaimana Pengaruh suhu pada pengukuran limbah cair ?
5. Bagaimana cara mengurangi kekeruhan pada limbah cair ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dan metode pengukuran BOD pada limbah cair
2. Untuk mengetahui metode pengukuran TSS pada limbah cair
3. Untuk menganalisa dan mengetahuipengukuran pH pada kualitas limbah cair
4. Untuk memahami Pengaruh suhu pada pengukuran limbah cair
5. Untuk mengetahui cara mengurangi kekeruhan pada limbah cair
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BOD (Biochemical Oxygen Demand)

a. Pengertian BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang


menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik. Ditegaskan lagi bahwa bahan organik yang terdekomposisi
dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily
decomposable organic matter). BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai
respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian ini
dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi
untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik
mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.

b.Prinsip BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu


mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah
pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada
sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap
(20 0C) yang sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5)
merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L).
Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode
Winkler, iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang
dilengkapi dengan probe khusus.
Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis
yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima hari,
diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga
yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai
DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih
ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila
DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.

c. Pengukuran BOD(Biochemical Oxygen Demand) pada limbah cair

Pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat kondisi


sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan diperlukan
penet ralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri.
Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada
hari kelima. Secara rinci metode pengukuran BOD diuraikan dalam APHA.
Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik,
maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia
adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon
mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 % bahan organik
telah terdekomposisi Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam
penentuan BOD.

2.2 TSS (Total Supended Solid)

a. Pengertian TSS(Total Supended Solid)

Total Supended Solid (TSS) adalah material tersuspensi (diameter > 1 μ


m) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 m. Pada
umumnya TSS terdiri dari lumpur, pasir halus dan jasad renik yang sebagian
besar disebabkan karena pengikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke
badan air. Pengamatan terhadap sebaran TSS sering digunakan untuk
mengetahui kualitas air di suatu perairan, karena nilai TSS yang tinggi
menunjukkan tingginya tingkat pencemaran dan menghambat penetrasi cahaya
ke dalam air sehingga mengaki batkan terganggunya proses penangkapan sinyal
dari satelit.

b. Pengukuran TSS (Total Supended Solid) pada limbah cair

Berikut adalah prosedur persiapan pengukuran TSS : kertas saring


diletakkan pada peralatan filtrasi. Vakum dan wadah pencuci dipasang dengan
air suling berlebih 20 mL. Vakum dinyalakan untuk menyedot dengan tujuan
menghilangkan semua sisa air. Selanjutnya, vakum dimatikan, dan menghen
tikan pencucian. Kertas saring dipindahkan dari peralatan filtrasi ke cawan
agar dapat langsung dikeringkan. Kertas saring dikeringkan dalam oven
pada suhu 105oC selama 1 jam, selanjutnya, kertas saring didinginkan dalam
desikator kemudian timbang. Kertas saring diletakkan pada peralatan filtrasi.
Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Sebelum sampel
dituang, ker tas saring dibasahi dengan sedikit air suling. Sampel uji diaduk
telebih dahulu dengan Pengaduk untuk memperoleh contoh uji yang lebih
homogen. Setelah homogen, sampel dipipet dengan volume tertentu pada
waktu sampel diaduk dengan pengaduk. Kertas saring dicuci terlebih dahulu
dengan 3 x 10 mL air suling, kemudian dibiarkan agar kering sempurna, dan
sampel yang sudah siap disaring dengan vakum selama 3 menit agar
diperoleh penyaringan sempur na. Sampel uji dengan padatan terlarut yang
tinggi memerlukan pencucian tamba han. Kertas saring dipindahkan secara hati-
hati dari peralatan penyaring ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga.
Kemudian, kertas saring dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu
105oC. Selanjutnya, didinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu
dan timbang. Setelah kering cawan petri ditimbang dan dicatat beratnya.

2.3 Analisa Pengukuran PH pada Limbah Cair

Pengukuran pH ini sangat penting sebagai parameter kualitas air karena


bisa mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air.
Rata-rata nilai pH pada pemeriksaan sampel air limbah di pasar ikan tradisional
didapatkan hasil 7,28 di titik perendaman, 7,12 di titik setelah pencucian, dan
7,08 setelah titik effluent.Sedangkan rata-rata nilai pH pada pemeriksaan
sampel air limbah di pasar modern didapatkan hasil 7,28 di titik perendaman,
7,35 di titik setelah pencucian, dan 7,24 setelah titik effluent.baku mutu air
limbah cair ikan, hasil analisa laboratorium mengenai kualitas pH limbah cair
di pasar ikan tradisional dan di pasar modern, dari 3 titik sampel dengan 5 kali
pengulangan menunjukkan bahwa kadar pH dari 30 sampel yang diambil
semua masih sesuai baku mutu, baik di pasar ikan tradisional maupun di
pasar modern.nilai pH pada limbah pemotongan RPH sebesar 6,7-7,1 dan masih
memenuhi baku mutu.

Pengukuran pH ini sangat penting sebagai parameter kualitas air karena


bisa mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air.
Hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air pada saluran pembuangan di
lokasi Industri ikan pada semua titik pengambilan sampel menunjukkan pH
suatu perairan yang bersifat netral yaitu antara 7,0-8,0. Perairan dengan nilai
pH=7 bersifat netral, pH<7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam,
sedangkan pH>7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Setiap spesies
memiliki toleransi yang berbeda terhadap pH. Nilai pH ideal bagi kehidupan
organisme akuatik termasuk plankton pada umumnya berkisar 7 sampai 8,5.(44)
Derajat keasaman (pH) pada kondisi alkalinitas tinggi > 9 dapat menyebabkan
aktifitas mikroorganis me meningkat.Derajat keasaman mempunyai pengaruh
yang besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan air, sehingga sering
digunakan untuk menyata kan baik buruknya keadaan air. Adanya karbonat,
bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya
asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu
perairan.

Limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH


perairan. Derajat keasaman (pH) air akan sangat menentukan aktivitas mikro
organisme, pada pH antara 6,5-8,3 aktivitas mikroorganisme sangat baik. Pada
pH yang sangat kecil atau sangat besar, mikroorganisme tidak aktif, atau bahkan
akan mati.
2.4 Pengaruh Pengukuran Suhu pada limbah cair

Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran suhu (temperatur)


air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan
berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktifitas biologis-fisiologis di dalam

ekosistem air sangat dipengaruhi oleh temperatur. Aktivitas mikroorganisme


memerlukan suhu optimum yang berbeda-beda. Akan tetapi, proses dekomposisi
biasanya terjadi pada kondisi udara yang hangat. Parameter suhu atau
temperatur, selain berpengaruh terhadap kehidupan organisme juga berpenga ruh
terhadap parameter lainnya (fisika dan kimia)

Kaidah umum menyebutkan bahwa kenaikan temperatur sebesar 10 0C


akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat.
Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen
mening kat, sementara di lain pihak dengan naiknya temperatur akan
menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang.

2.5 Kekeruhan pada Limbah Cair

Bak pengendap awal yang berfungsi untuk mengendapkan partikel lumpur,


minyak dan kotoran organik yang tersuspensi, bak tersebut terdiri dari 3 unit bak
yang masing-masing memiliki panjang 24 cm, lebar 18 cm dan tinggi mulai dari
29, 27 dan 26 cm. Pada bak anaerob terdiri dari 2 bak yang masing-masing
memiliki panjang 48 cm, lebar 33 cm dan tinggi masing-masing bak 26 dan 25
cm. Pada bak aerob terdiri 1 bak yang memiliki panjang 48 cm, lebar 33cm dan
tinggi 25 cm. Kemudian pada bak pengendap akhir juga terbuat dari bak plastik
dengan ukuran panjang 24 cm, lebar 18 cm dan tinggi 25 cm, pada bak
pengendap akhit diberi sekat dan tambahan pasir, arang dan kerikil.

Kemudian pada bak outlet sama seperti pada bak aerob-anaerob dengan
panjang 48 cm, lebar 33 cm dan tinggi 24 cm yang diberi tambahan tanaman
eceng gondok sebagai media untuk mengurangi kekeruhan air. Pada semua bak
dilengkapi dengan pipa penyambung dengan ukuran 1.5 cm.
Gambar 1. Skema pengurangan kekeruhan pada limbah cair

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam


penulisan makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang


menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik.
2. Total Supended Solid (TSS) adalah material tersuspensi (diameter > 1 μ
m) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 m.
Pengamatan terhadap sebaran TSS sering digunakan untuk mengetahui
kualitas air di suatu perairan, karena nilai TSS yang tinggi menunjukkan
tingginya tingkat pencemaran dan menghambat penetrasi cahaya ke dalam
air sehingga mengaki batkan terganggunya proses penangkapan sinyal dari
satelit.
3. Pengukuran pH ini sangat penting sebagai parameter kualitas air karena
bisa mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam
air. Hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air pada saluran
pembuangan di lokasi Industri
4. Parameter suhu atau temperatur, selain berpengaruh terhadap kehidupan
organisme juga berpenga ruh terhadap parameter lainnya (fisika dan
kimia)
5. Kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan menurut standar baku
mutu limbah cair domestik yaitu 6 sampai 9 NTU.

3.2 Saran

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan makalah ini


dan menggunakan sumber sumber yang relevan agar dapat dijadikan acuan bagi
pihak lainnya, namun terdapat keterbatasan lingkup materi yang disampaikan,
diharapkan kepada pihak lain untuk dapat mencari sumber relevan lainnya dan
pembahasan materi yang cukup luas agar dapat memperdalam pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA

Arifelia, Destri, Gusti Dianysah, and Heron Surbakti. “Analisis Kondisi Perairan
Ditinjau Dari Konsentrasi Total Suspended Solid (Tss) Dan Sebaran
Klorofil-a Di Muara Sungai Lumpur, Sumatera Selatan.” Maspari
Journal 9, no. 2 (2017): 95–104.

Atima, Wa. “Jurnal Biology Science & Education 2015 SURATI.” Jurnal
Biology Science & Education 4, no. 1 (2015): 99–111.

Gede Ratna Juliasih, Ni Luh, and Rian Fadlya Amha. “Analisis Cod, Do,
Kandungan Posfat Dan Nitrogen Limbah Cair Tapioka.” Analit:
Analytical and Environmental Chemistry 4, no. 01 (2019): 66.

Maulana, L., a. Suprayogi, and a. Wijaya. “Analisis Pengaruh Total Suspended


Solid Dalam Penentuan Kedalaman Laut Dangkal Dengan Metode
Algoritma Van Hengel Dan Spitzer.” Jurnal Geodesi Undip 4, no. 2
(2015): 139–48.

Pamungkas, M T Oktafeni Atur. “Volume 4, Nomor 2, April 2016.” JURNAL


KESEHATAN MASYARAKAT 4, no. April (2016): 171–72.
Rahmat, B, and Anwar Mallongi. “Studi Karakteristik Dan Kualitas BOD Dan
COD Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG. Pasewang
Kabupaten Jeneponto.” Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) 1, no. 69
(2018): 1–16.

Weliyadi, Lia Fitriana ; Enrick. “Uji Efektifitas Pengolahan Air Limbah Rumah
Sakit Pertamedika Menggunakan Sistem Biofilter Aerob-Anaerob.”
Harpodon Borneo 9, no. 2 (2016): 111–22.

Zammi, Muhammad, Atik Rahmawati, and Ratih Rizqi Nirwana. “Analisis


Dampak Limbah Buangan Limbah Pabrik Batik Di Sungai
Simbangkulon Kab. Pekalongan.” Walisongo Journal of Chemistry 1,
no. 1 (2018): 1.

Anda mungkin juga menyukai