NPM : 09.2019.1.00665
1. Densitas (massa jenis) dan berat spesifik: Densitas adalah massa per satuan volume,
sedangkan berat spesifik adalah berat per satuan volume.
2. Tekanan: Dalam hal ini, ada tekanan absolut dan ada juga tekanan alat ukur (gauge
pressure). Yang disebut terakhir tidak lain adalah tekanan absolut dikurangi tekanan atmosfir (1
atm). Tekanan fluida biasanya diukur dengan manometer (cairan) atau barometer (gas).
3. Temperatur (suhu), panas spesifik (specific heat), konduktivitas termal, dan koefisien
ekspansi termal: Panas spesifik adalah jumlah energi panas yang diperlukan untuk menaikkan
satu satuan massa sebesar satu derajat. Konduktivitas termal menunjukkan kemampuan fluida
untuk menghantarkan (mengkonduksikan) panas. Sedangkan koefisien ekspansi termal
menghubungkan antara temperatur dan densitas pada tekanan konstan.
4. Compressibility: Dalam hal ini, fluida bisa dibagi menjadi compressible fluid dan
incompressible fluid. Secara umum, cairan bersifat incompressible sedangkan gas bersifat
compressible. Kemampuan suatu fluida untuk bisa dikompresi biasanya dinyatakan dalam bulk
compressibility modulus.
Istilah compressible fluid dan incompressible fluid hendaknya dibedakan dengan istilah
compressible flow dan incompressible flow. Compressible flow adalah aliran dimana densitas
fluidanya tidak berubah didalam medan aliran (flow field), misalnya aliran air. Sedangkan
incompressible flow adalah aliran dimana densitas fluidanya berubah didalam medan aliran,
misalnya aliran udara.
Fluida yang berada didalam lapis batas (boundary layer) biasanya diperlakukan sebagai
viscous, sedangkan fluida yang berada diluar lapis batas diperlakukan sebagai inviscid. Fluida
yang berada dalam lapis batas, sebagai akibat dari sifat viskositasnya, akan membentuk gradien
kecepatan.
Pada fluida Newtonian, gradien kecepatan berubah secara linier (membentuk garis lurus)
terhadap besarnya tegangan geser. Sebaliknya, pada fluida non-Newtonian, hubungan antara
gradien kecepatan dan besarnya tegangan geser tidaklah linier.
6. Tegangan permukaan (surface tension): adalah besarnya gaya tarik yang bekerja
pada permukaan fluida (cair). Definisi lainnya adalah: intensitas daya tarik-menarik molekular
per satuan panjang pada suatu garis manapun dari permukaan fluida. Dimensi dari tegangan
permukaan adalah gaya per panjang. Contoh bagaimana efek dari tegangan permukaan adalah,
jika sebuah pisau silet diletakkan secara perlahan diatas air maka pisau silet tersebut tidak akan
tenggelam akibat adanya tegangan permukaan air.
HUKUM ARCHIMEDES
Pengertian Hukum Archimedes
Hukum archimedes ditemukan oleh Archimedes. Archimedes berasal dari Yunani pada
tahun 187-212 SM yan merupakan seorang penemu dan ahli matematika, terkenal dengan
penemu hukum hidrostika atau yang sering disebut dengan Huku Archimedes.
Ketika kita sedang berjalan atau berlari didalam air, tentu akan merasakan jika langkah
kita sangat berat apabila dibandingkan dengan kita melangkah di permukaan tanah. Gejalan ini
penyebabnya karena terdapat tekanan dari zat cair. Pengamatan itu memunculkan suatu hukum
yang dikenal dengan Hukum Archimedes, yakni:
“Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya
yang disebut dengan gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya”.
Terdapatnya gaya apung, berat sebuah benda dalam zat cair akan berkurang. Benda yang
diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan daripada diangkat di darat. Jadi, sangat jelas jika
berat benda seakan berkurang apabila benda dimasukkan ke dalam air. Hal ini karena adanya
gaya ke atas yang ditimbulkan oleh air dan diterima benda. Dengan demikian maka resultan gaya
antara gaya berat dengan gaya ke atas adalah berat benda dalam air. Lalu berat disebut dengan
berat semu yaitu berat benda tidak sebenarnya karena benda berada dalam zat cair. Benda dalam
air diberi simbol WS. Hubungan antara berat benda di udara (W), gaya keatas (Fa) dan berat
semu (Ws) adalah:
Ws = W-Fa
Keterangan:
Fa = ρcair Vb g
Keterangan:
Prinsip Archimedes
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menemukan bahwa benda yang dimasukan ke
dalam fluida seperti air misalnya, memiliki berat yang lebih kecil daripada ketika benda tidak
berada di dalam fluida tersebut. kalian mungkin sulit mengangkat sebuah batu dari atas
permukaan tanah tetapi batu yang sama dengan mudah diangkat dari dasar kolam. Hal ini
disebabkan karena adanya gaya apung sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Gaya apung
terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida pada kedalaman yang berbeda. tekanan fluida
bertambah terhadap kedalaman. Semakin dalam fluida (zat cair), semakin besar tekanan fluida
tersebut. Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam fluida, maka akan terdapat perbedaan
tekanan antara fluida pada bagian atas benda dan fluida pada bagian bawah benda. Fluida yang
terletak pada bagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar daripada fluida yang berada
di bagian atas benda. (perhatikan gambar di bawah).
Pada gambar di atas, tampak sebuah benda melayang di dalam air. Fluida yang berada
dibagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar daripada fluida yang terletak pada
bagian atas benda. Hal ini disebabkan karena fluida yang berada di bawah benda memiliki
kedalaman yang lebih besar daripada fluida yang berada di atas benda (h2 > h1).
Selisih antara F2 dan F1 merupakan gaya total yang diberikan oleh fluida pada benda, yang kita
kenal dengan istilah gaya apung. Besarnya gaya apung adalah :
Keterangan :
Karena
Maka persamaan yang menyatakan besarnya gaya apung (Fapung) di atas bisa kita tulis menjadi:
mFg = wF = berat fluida yang memiliki volume yang sama dengan volume benda yang tercelup.
Berdasarkan persamaan di atas, kita bisa mengatakan bahwa gaya apung pada benda sama
dengan berat fluida yang dipindahkan. Ingat bahwa yang dimaksudkan dengan fluida yang
dipindahkan di sini adalah volume fluida yang sama dengan volume benda yang tercelup dalam
fluida. Pada gambar di atas, kita menggunakan ilustrasi di mana semua bagian benda tercelup
dalam fluida (air). Jika dinyatakan dalam gambar maka akan tampak sebagai berikut :
Apabila benda yang dimasukkan ke dalam fluida, terapung, di mana bagian benda yang
tercelup hanya sebagian maka volume fluida yang dipindahkan = volume bagian benda yang
tercelup dalam fluida tersebut. Tidak peduli apapun benda dan bagaimana bentuk benda tersebut,
semuanya akan mengalami hal yang sama. Ini adalah buah karya Archimedes yang saat ini
diwariskan kepada kita dan lebih dikenal dengan julukan “Prinsip Archimedes”.
Prinsip Archimedes menyatakan bahwa :
“Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan
memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya
apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.”
Benda dalam zat cair mengapung jika massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis
zat cair (ρb < ρf). Ketika benda terapung, hanya sebagian volume benda yang tercelup ke dalam
zat cair, sedangkan sebagian lagi berada diatas permukaan air dalam keadaan mengapung.
Sehingga volume benda terbagi menjadi volume benda yang tercelup dan volume benda yang
terapung.
Vb = Vb’ + Vbf
Fa = ρf.Vbf.g
Karena hanya sebagian yang tercelup pada zat cair, maka persamaan gaya angkat ke atas
dengan gaya berat berlaku:
ρf.Vbf = ρb.Vb
Keterangan:
g= gravitasi (m/s2)
Benda Melayang
Benda dalam zat cair melayang apabila massa jenis benda sama dengan massa jenis zat
cair (ρb = ρf). Benda melayang tersebut akan berada di antara permukaan zat cair dan dasar
bejana.
Karena massa jenis benda dan zat cair sama, maka berlaku :
FA = ρf.Vb.g = ρb.Vb.g
Keterangan:
g = gravitasi (m/s2)
Benda Tenggelam
Hukum archimedes untuk benda tenggelam
Pada saat massa jenis benda lebih besar daripada masas jenis zat cair (ρb > ρf), maka
benda tersebut akan tenggelam dan berada di dasar bejana. Berlaku hukum :
Fa = wu − wf
Pada benda tenggelam, seluruh volume benda tercelup dalam air, sehingga volume air
yang dipindahkan sama dengan volume benda total. Dengan ini didapatkan hubungan persamaan
gaya angkat pada benda tenggelam melalui hubungan massa.
ρf.Vb = mu − mf
Keterangan:
g = gravitasi (m/s2)
Apabila dirumah kita memakai mesin pompa air, maka bisa kita lihat bahwa tangki
penampungnya harus diletakkan pada ketinggian tertentu. Hal ini bertujuan yakni supaya
diperoleh tekanan yang besar untuk mengalirkan air. Didalam tangki tersebut ada pelampung
yang fungsinya sebagai kran otomatis. Kran ini dibuat mengapung di air sehingga akan bergerak
naik seiring dengan ketinggia air. Ketika air kosong, pelampung akan membuka krang untuk
mengalirkan air. Sebaliknya, apabila tangki sudah terisi penuh, pelampung akan membuat krang
menjadi tertutup sehingga secara otomatis kran akan tertutup.
2. Hidrometer
Hidrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur massa jenis zat cair. Alat ini
bentuknya tabung yang berisi pemberat dan ruang udara sehingga menjadi terapung tegak dan
stabil seketika. Hidrometer bekerja dengan memakai prinsip Hukum Archimedes
3. Kapal Selam
Pada kapal selam ada tangki yang jika di darat dia terisi udara sehingga ia bisa
mengapung di permukaan air. Ketika kapal dimasukkan ke dalam air, tangki ini akan terisi air
sehingga kapan bisa menyelam.