Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir
71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.
Secara umum, air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H 2 O , satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat dengan kovalen pada satu
atom oksigen. Air berbentuk tidak berwarna, tidak berasa serta tidak berbau pada
keadaan standar, yakni pada tekanan 100 kPa ( 1 bar ) and temperatur 273, 15 k ( 0 °c ).
Zat kimia ini adalah satu pelarut yang mutlak, yang mempunyai kekuatan untuk
melarutkan banyak zat kimia yang lain, layaknya garam-garam, gula, asam, lebih dari
satu type gas serta banyak jenis molekul organik.
Air kerap dimaksud untuk jadikan pelarut universal dikarenakan air melarutkan
banyak zat kimia. Air ada didalam kesetimbangan dinamis pada fase cair serta padat
dibawah tekanan serta temperatur standar. Didalam wujud ion, air bisa digambarkan
untuk jadikan sesuatu ion hidrogen (h+¿ ¿) yang berasosiasi (berikatan) dengan sesuatu
ion hidroksida (oh−¿¿).
Air adalah salah satu sumber kekuatan dan energi yang ada di bumi ini. Air
merupakan sebuah elemen dan partikel cair. Tanpa air, semua makhluk hidup tidak
dapat bertahan hidup dan akan mati. Manfaat Air Dalam kehidupan contohnya adalah
Air terjun. Air terjun mengandung tenaga gerak yang dapat dimanfaatkan oleh manusia,
misalnya untuk pembangkit tenaga Listrik. Bendungan (dam) akan menahan aliran air
dan membentuk danau (waduk). Air yang berada di waduk disalurkan lewat terowongan
ke kincir air khusus (turbin). Selanjutnya, turbin menggerakan dinamo (generator) yang
menghasilkan aliran listrik sangat besar. Tenaga listrik tersebut dialirkan ke kota dan
desa, misalnya untuk menggerakan mesin di pabrik serta penerangan di rumah, sekolah,
dan pertokoan (Eka Yulisari, 2014).
2.2 Tekanan
Tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume dan suhu. Semakin tinggi
tekanan di dalam suatu tempat dengan volume yang sama, maka suhu akan semakin
tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suhu di pegunungan lebih
rendah daripada di dataran rendah, karena di dataran rendah tekanan lebih tinggi.
Tekanan fluida dipancarkan dengan kekuatan yang sama ke semua arah dan bekerja
tegak lurus pada suatu bidang. Adapun rumus tekanan adalah sebagai berikut : (Eri
Aksan R., 2016)

F
P = . . . pers
A
(2.1)

Keterangan :
P = Tekanan (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)

Tekanan (P), didefinisikan sebagai besarnya gaya normal per satuan luas
permukaan. Suatu fluida yang mengalami tekanan akan mengerahkan sebuah gaya pada
setiap permukaan yang bersentuhan dengan fluida tersebut. Untuk suatu cairan dengan
sebuah permukaan bebas (free surface), maka h adalah selisih jarak dari permukaan
bebas tersebut sampai titik tertentu dibawahnya (kedalaman) dimana tekanan akan
diukur. Dengan tekanan total P, tekanan lingkungan (atmosfer bumi) Po , gravitasi g,
dan kedalaman h, maka persamaan tekanan adalah :

P = P0 + ρgh . . . pers (2.2)


Keterangan :
P = Tekanan (Pa)
P0 = Tekanan udara luar/tekanan atmosfer (atm)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/ s2)
h = Kedalaman (m)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui pula hubungan antara tekanan, massa
jenis, percepatan gravitasi dan kedalaman h yang semuanya menunjukkan hubungan
yang berbanding lurus. Jadi, semakin besar nilai massa jenis maka semakin besar
tekanannya, begitu juga jika percepatan gravitasi maupun kedalamannya semakin besar,
maka nilai tekanan akan semakin besar. Sehingga jika suatu benda dicelupkan ke dalam
wadah berisi air maka semakin dalam benda tersebut tercelup atau masuk ke dalam air,
tekanan yang dialami benda pun semakin besar. Sementara jika suatu benda diubah
ukurannya tidak akan menyebabkan tekanan atau gaya yang dialami benda berubah
selama massa jenisnya tetap.
Berdasarkan prinsip Archimedes, bila sebuah benda seluruhnya atau sebagian
dicelupkan di dalam suatu fluida yang diam, maka fluida tersebut akan mengerahkan
tekanan pada setiap bagian permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida tersebut.
Tekanan tersebut adalah lebih besar pada bagian benda yang tercelup lebih dalam.
Resultan semua gaya adalah sebuah gaya yang mengarah ke atas yang dinamakan kakas
apung (buoyancy) dari benda yang tercelup. Gaya resultan, yang mengarah ke atas pada
benda tersebut akan menyamai beratnya dan akan beraksi secara vertikal yang arahnya
ke atas melalui pusat gravitasinya (Resnick, 1991).

2.3 Kecepatan
Kecepatan adalah besaran vektor yang telah menunjukan seberapa jauh benda
berpindah.  berpindah. Besar dari vektor ini disebut disebut dengan kelajuan kelajuan
dan dinyatakan dinyatakan dalam satuan meter per sekon (m/s). kecepatan dirumuskan
sebagai berikut : (S. Poerboyo, 2018)

s
v= . . . pers (2.3)
t

Keterangan :
v = Kecepatan (m/s)
s = Jarak (m)
t = Waktu (s)

2.4 Debit
Debit air adalah kecepatan aliran zat cair per satuan waktu. Misalnya debit air di
sungai adalah 30 m3/detik. Artinya setiap 1 detik air yang mengalir di sungai adalah 30
m3 . Untuk dapat menentukan debit air maka kita harus mengetahui satuan ukuran
volume dan satuan ukuran waktu terlebih dahulu, karena debit air berkaitan erat dengan
satuan volume dan satuan waktu. Debit dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
(Eri Aksan, 2016)

v
Q= . . . pers
t
(2.4)

Kemudian dari persamaan kontinuitas akan didapat :

Q = A.V . . . pers (2.5)


dimana
1 2
A= π D . . . pers (2.6)
4

Maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah :

Q
v=
1 . . . pers (2.7)
(π D2 )
4

Keterangan :
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan (m/s)
V = volume (m3)
D = diameter pipa (m)
2.5 Prinsip Bernoulli
Hukum Bernoulli merupakan sebuah konsep besar, hasil penggabungan beberapa
unit konsep fisika seperti tekanan, massa jenis, laju zat alir, kekentalan zat alir, dan
ketinggian potensial gravitasi. Kapasitas konsep ini mampu mendeskripsikan secara
kualitatif dan kuantitatif prilaku dinamis zat alir (cair dan gas) dalam ruang ataupun
saluran berdinding padatan seperti pipa. Banyak cara kerja peralatan teknik di dunia
industri dilandasi oleh penerapan konsep ini seperti sayap pesawat terbang, cerobong
asap, penyemprot racun serangga, tabung pitot, tabung venturi, karburator, kapal layar,
tangki bocor, dan lain sebagainya. Disisi lain, analisis prilaku dinamis zat alir sangat
masif dijumpai dalam peralatan teknik untuk kegiatan produksi di industri seperti
prilaku bahan bakar mesin selama mengalami perubahan bentuk ke bentuk yang lain,
prilaku air untuk pertukaran kalor selama proses pendinginan mesin industri karena
kondisi overheat (kalor berlebihan) selama proses produksi, dan lain sebagainya (Gede
Rasagama dkk, 2016).
Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa di mana kecepatan aliran fluida tinggi,
tekanan fluida tersebut menjadi rendah. Sebaliknya jika kecepatan aliran fluida rendah,
tekanannya menjadi tinggi (Abidin dan Wagiani, 2013).

2.6 Persamaan Bernoulli


Persamaan yang telah dihasilkan oleh Bernoulli tersebut juga dapat disebut
sebagai Hukum Bernoulli, yakni suatu hukum yang dapat digunakan untuk menjelaskan
gejala yang berhubungan dengan gerakan zat alir melalui suatu penampang pipa.
Hukum tersebut diturunkan dari Hukum Newton dengan berpangkal tolak pada teorema
kerja tenaga aliran zat cair dengan beberapa persyaratan antara lain aliran yang terjadi
merupakan aliran steady (mantap, tunak), tak berolak (laminier, garis alir streamline),
tidak kental dan tidak termampatkan. Persamaan dinyatakan dalam Hukum Bernoulli
tersebut melibatkan hubungan berbagai besaran fisis dalam fluida, yakni kecepatan
aliran yang memiliki satu garis arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan
tekanannya. Bentuk hubungan yang dapat dijelaskan melalui besaran tersebut adalah
besaran usaha tenaga pada zat cair.
Berdasarkan prinsip Bernoulli yang dijelaskan di atas, tekanan fluida juga bisa
berubah-ubah tergantung laju aliran fluida tersebut. Selain itu, dalam pembahasan
mengenai tekanan pada fluida (Fluida Statis), kita juga belajar bahwa tekanan fluida
juga bisa berubah- ubah tergantung pada ketinggian fluida tersebut. Hubungan penting
antara tekanan, laju aliran dan ketinggian aliran bisa kita peroleh dalam persamaan
Bernoulli.
Persamaan Bernoulli ini sangat penting karena bisa digunakan untuk menganalisis
penerbangan pesawat, pembangkit listrik tenaga air, sistem perpipaan dan lain-lain.
Agar persamaan Bernoulli yang akan kita turunkan berlaku secara umum, maka kita
anggap fluida mengalir melalui tabung alir dengan luas penampang yang tidak sama dan
ketinggiannya juga berbeda. Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita terapkan
teorema usaha dan energi pada fluida dalam daerah tabung alir (ingat kembali
pembahasan mengenai usaha dan energi). Selanjutnya, akan memperhitungkan
banyaknya fluida dan usaha yang dilakukan untuk memindahkan fluida tersebut.

Gambar 2.1 Aliran Fluida pada 2 Penampang


(Sumber : https://core.ac.uk, 2013)

Warna buram dalam tabung alir pada gambar menunjukkan aliran fluida
sedangkan warna putih menunjukkan tidak ada aliran fluida. Fluida pada luas
penampang 1 (bagian kiri) mengalir sejauh L1 dan memaksa fluida pada penampang 2
(bagian kanan) untuk berpindah sejauh L2. Karena luas penampang 2 di bagian kanan
lebih kecil, maka laju aliran fluida pada bagian kanan tabung alir lebih besar (Ingat
persamaan kontinuitas). Hal ini menyebabkan perbedaan tekanan antara penampang 2
(bagian kanan tabung alir) dan penampang 1 (bagian kiri tabung alir). Fluida yang
berada di sebelah kiri penampang 1 memberikan tekanan P1 pada fluida di sebelah
kanannya dan melakukan usaha.
Pada penampang 2 (bagian kanan tabung alir), usaha yang dilakukan pada fluida
adalah :

W2 = P2A2L2 . . . pers (2.8)

Di samping itu, gaya gravitasi juga melakukan usaha pada fluida. Pada kasus di
atas, sejumlah massa fluida dipindahkan dari penampang 1 sejauh L 1 ke penampang 2
sejauh L2, di mana volume fluida pada penampang 1 (A1L1) = volume fluida pada
penampang 2 (A2L2). Usaha yang dilakukan oleh gravitasi adalah:

W3 = – mg (h2 – h1) . . . pers (2.9)


W3 = – mgh2 + mgh1 . . . pers (2.10)
W3 = mgh1 – mgh2 . . . pers (2.11)

Tanda negatif disebabkan karena fluida mengalir ke atas, berlawanan dengan arah
gaya gravitasi. Dengan demikian, usaha total yang dilakukan pada fluida sesuai dengan
gambar di atas adalah :

W = W1 + W2 + W3 . . . pers (2.12)
W = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2 . . . pers (2.13)

Teorema usaha-energi menyatakan bahwa usaha total yang dilakukan pada suatu
sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya. Dengan demikian, kita bisa
menggantikan Usaha (W) dengan perubahan energi kinetik (EK 2 – EK1). Persamaan di
atas bisa kita tulis lagi menjadi :

W = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2 . . . pers (2.14)

EK2 - EK1 = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2 . . . pers (2.15)

½ mv22 – ½ mv12 = P1A1L1 – P2A2L2 + mgh1 – mgh2 . . . pers (2.16)


Karena
m
ρ= =m … pers (2.17)
p
maka
m = ρ.v . . . pers (2.18)
m = ρA1L1 = ρA2L2 . . . pers (2.19)
m = ρAL . . . pers (2.20)

Persamaan ini bisa juga ditulis dalam bentuk seperti ini :

1 1
P1+ ρv12+ ρℎ1 = P2+ ρv22+ ρℎ2 . . . pers (2.21)
2 2

Keterangan :
P = Tekanan
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
h = Tinggi tabung alir (m)

Persamaan bernoulli dapat diturunkan berdasarkan prinsip usaha- energi, sehingga


merupakan suatu bentuk Hukum Kekekalan Energi. Ruas kiri dan ruas kanan pada
persamaan Bernoulli di atas bisa mengacu pada dua titik di mana saja sepanjang tabung
aliran sehingga kita bisa menulis kembali persamaan di atas menjadi :
1 2
P+ ρv + ρℎ = konstan … pers
2
(2.22)

Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara besaran-besaran dalam


persamaan mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung alir (Abidin dan Wagiani,
2013).

2.6.1 Fluida Statis


Kasus khusus dari persamaan Bernoulli adalah untuk fluida yang diam (fluida
statis). Ketika fluida diam alias tidak bergerak, fluida tersebut tentu saja tidak punya
kecepatan. Dengan demikian, v1 = v2 = 0. Pada kasus fluida diam, persamaan Bernoulli
bisa kita rumuskan menjadi : Jika ℎ2 − ℎ1 ℎ, maka persamaan ini bisa ditulis menjadi
(Abidin dan Wagiani, 2013) :

P1 – P2 = ρg (ℎ2 − ℎ1)
P1 – P2 = ρgℎ . . . pers (2.23)

2.6.2 Fluida Dinamis


Fluida dinamis yaitu ketika fluida sedang dalam keadaan bergerak. Azas Bernoulli
pada penyemprot nyamuk merupakan contoh fluida dinamis. Tekanan dan kecepatan
fluida di dalam tandon lebih kecil dari pada di ujung atas tabung. Cara kerja penyemprot
nyamuk yaitu akibat tingginya laju udara yang keluar melalui ujung atas tabung maka
tekanan udara di ujung atas tabung menurun, sehingga cairan obat nyamuk terdesak ke
atas dengan tekanan yang besar. Maka persamaan konsep bernoulli ini adalah :

1 1 1
𝑃1 − 𝑃2 = 𝜌𝑣22 − 𝜌𝑣12 = 𝜌 (𝑣22 − 𝑣12) . . . pers
2 2 2
(2.24)
Berdasarkan persamaan yang ada dapat diketahui bahwa pada alat penyemprot
nyamuk, kecepatan fluida di dalam tendon lebih kecil dari pada kecepatan udara pada
ujung atas tabung karena luas penampang pada ujung atas tabung lebih kecil sehingga
kecepatannya akan bertambah dan tekanan udaranya akan menurun. Sedangkan tekanan
udara di dalam tandon akan lebih besar sehingga cairan obat nyamuk terdesak ke atas
dan kecepatan cairannya akan kecil (Aprita dkk, 2018).
Jika ketinggian tabung alir atau pipa sama, maka persamaan Bernoulli bias
dirubah menjadi :

1 1
𝑃1 = 𝜌𝑣12 = 𝑃2 = 𝜌𝑣22 . . . pers
2 2
(2.25)

2.7 Persamaan Bernoulli untuk Zat Cair Rill


Untuk zat cair rill (viskos) dalam aliran zat cair akan terjadi kehilangan tenaga
yang harus di perhitungkan dalam aplikasi persamaan Bernoulli. Kehilangan tenaga
dapat terjadi karena adanya gesekan zat cair dari dinding kertas (Hf) atau karena adanya
perubahan tampang lintang aliran (He). Kehilangan tenaga yang disebabkan karena
gesekan disebut kehilangan tenaga primer. Sedangkan kehilangan tenaga yang
disebabkan karena perubahan aliran tampang dikenal sebagai kehilangn tenaga
sekunder. Kehilangan tenaga biasanya dinyatakan dengan tinggi zat cair. Kehilangan
tenaga di nyatakan dalam bentuk berikut : (Adi Weko Suryawan, 2014)

2
va
h=t . . . pers (2.26)
2g

Untuk kehilangan tenaga primer :

L
k=f . . . pers
D
(2.27)
Persamaan Bernoulli untuk aliran menutup satu dimensi zat cair adalah ideal dan
tidak kompesibel. Persamaan ini merupakan bentuk matematis dari kekentalan energy di
dalam aliran zat cair. (Bambang triatmojo, 1998)

2
p v
z+ + =C . . . pers
γ 2g
(2.28)

Keterangan :
Z = elevan atau tinggi tempat (m)
p
= tinggi tekanan (Pa)
γ
2
v
= tinggi kecepatan (m/s)
2g

Konstanta integrasi C adalah tinggi energy total yang merupakan jumlah dari
tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan yang berbeda dari garis arus yang
satu ke garis arus yang lain. Oleh karena itu, persamaan tersebut hanya berlaku untuk
titik-titik pada suatu garis arus (Bambang triatmojo, 1998).

Gambar 2.2 Garis tenaga dan Tekanan pada zat cair


(Sumber : https://darmadi18.files.wordpress.com, 2011)

Persamaan Bernoulli dapat digunkakan untuk menetukan garis tekanan dari garis
tenaga. Garis tenaga dapat ditunjukkan oleh seleksi muka air pada lubang pipa yang
bentuknya sama dengan tinggi total dari konstanta Bernoulli sedang garis tekanan dapat
ditujukan oleh elevasi muka air di dalam tabung vertical yang disambung pada pipa.
Pada aliran zat cair ideal, garis tenaga mempunyai tinggi tebal dan menunjukkan jumlah
dari tinggi, elevasi tinggi dan fungsi elevasi kecepatan. Aplikasi persamaan Bernoulli
untuk kedua titik di dalam medan aliran dapat dirumuskan sebagai berikut : (Bambang
triatmojo, 1998)

pA vA 2 pB vB 2
zA + + = zB + + . . . pers
γ 2g γ 2g
(2.29)

2.8 Venturi Tube


Tabung Venturi (Venturi Tube) pada dasarnya adalah sebuah pipa dengan bagian
tengah yang menyempit (Leher Pipa). Udara yang mengalir didalam pipa ini akan
mengalir lebih cepat ketika melewati bagian leher tersebut, sehingga tekanan udara
dibagian leher menjadi lebih rendah.
Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran fluida dalam
pipa tertutup. Contohnya mengukur laju aliran minyak pada pipa pipa penyalur minyak
dari tempat pengilangan ke kapal tangker di pelabuhan. Karena minyak yang mengalir
dalam pipa tidak dapat dilihat, maka diperlukan teknik khusus untuk mengukur laju
alirannya tersebut. Teknik yang dilakukan adalah memasang pipa yang penampangnya
berbeda dengan penampang pipa utama kemudian mengukur tekanan fluida pada pipa
utama dan pipa yang dipasang. Kita terapkan hukum Bernoulli pada dua lokasi di pipa
utama dan pipa yang dipasang, Karena pipa posisinya mendatar.
Berikut ini gambar skema pengukuran aliran fluida dengan menggunakan tabung
venturimeter tanpa manometer.
Gambar 2.3 Skema pengukuran aliran fluida dengan venturimeter
(Sumber : Kelompok 3 RIL, 2021)

Gambar 2.4 Venturimeter dokumentasi kelompok 3 RIL


(Sumber : Dokumentasi kelompok 3 RIL, 2021)
Persamaan kontinuitas :

A1v1 = A2v2 . . . pers (2.30)


Atau
A1
v2 = v . . . pers
A2 1
(2.31)

Subtitusi persamaan (2.30) ke persamaan (2.24), sehingga :


√ 2 gh
v1 = v 12 . . . pers
2
−1
v2
(2.32)

Keterangan :
v1 = Kecepatan Fluida Pertama (m/s)
g = Gaya gravitasi bumi (m/s2)
h = ketinggian fluida dalam pipa (cm)
A1 = Luas penampang pipa besar (cm2)
A2 = Luas penampang pipa kecil (cm2)

Tampak dari persamaan diatas menunjukkan bahwa laju aliran fluida dalam pipa
dapat ditentukan hanya dengan mengukur beda tekanan di dua tempat yang memiliki
penampang yang berbeda (Sri Mulyani, 2020).

2.9 Aplikasi Bernoulli Dalam Kehidupan Sehari – hari


2.9.1 Gaya Angkat Pesawat Terbang

Gambar 2.5 Gaya angkat pesawat


(Sumber : https://www.teknik-otomotif.com, 2017)
Pesawat terbang dapat terangkat ke udara karena kelajuan udara yang melalui
sayap pesawat. Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang
lebih tajam dan sisi bagian atas yang lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya.
Garis arus pada sisi bagian atas lebih rapat daripada sisi bagian bawahnya. Artinya,
kelajuan aliran udara pada sisi bagian atas pesawat v2 lebih besar daripada sisi bagian
bawah sayap v1. Sesuai dengan asas Bernoulli, tekanan pada sisi bagian atas P 2 lebih
kecil daripada sisi bagian bawah P1 karena kelajuan udaranya.
Pesawat terbang dapat terangkat ke atas jika gaya angkat lebih besar daripada
berat pesawat. Jadi, suatu pesawat dapat terbang atau tidak tergantung dari berat
pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar kecepatan pesawat,
makin besar kecepatan udara. Hal ini berarti gaya angkat sayap pesawat makin besar.
Demikian pula, makin besar ukuran sayap makin besar pula gaya angkatnya, Supaya
pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar daripada berat pesawat (F 1 – F2)
> m g. Jika pesawat telah berada pada ketinggian tertentu dan pilot ingin
mempertahankan ketinggiannya (melayang di udara), maka kelajuan pesawat harus
diatur sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan berat pesawat (F 1 – F2) = m g
(Doughlas,2001).

2.9.2 Penyemprot Nyamuk

Gambar 2.6 Penyemprot nyamuk


(Sumber : http://wahidin23312.blogspot.com/2015)

Pada alat penyemprot nyamuk, kecepatan fluida di dalam tandon lebih kecil dari
pada kecepatan udara pada ujung atas tabung karena luas penampang pada ujung atas
tabung lebih kecil sehingga kecepatannya akan bertambah dan tekanan udaranya akan
menurun. Sedangkan tekanan udara di dalam tandon akan lebih besar sehingga cairan
obat nyamuk terdesak ke atas dan kecepatan cairannya akan kecil. pB < pA sehingga
cairan obat nyamuk di B bisa memancar keluarJika pengisap dari pompa ditekan maka
udara yang melewati pipa sempit pada bagian A akan memiliki kelajuan besar dan
tekanan kecil. Hal tersebut menyebabkan cairan obat nyamuk yang ada pada bagian B
akan naik dan ikut terdorong keluar bersama udara yang tertekan oleh pengisap pompa
(Doughlas, 2001).
2.9.3 Kebocoran Pada Dinding Pipa

Gambar 2.7 Kebocoran pada dinding pipa


(Sumber : https://selviaputridiwanti.wordpress.com, 2015)

Jika air di dalam tangki mengalami kebocoran akibat adanya lubang di dinding
tangki seperti gambar di bawah ini, kelajuan air yang memencar keluar dari lubang
tersebut. Kebocoran tangki sesuai dengan Hukum Bernoulli, jika diameter lubang
kebocoran pada dinding tangki sangat kecil dibandingkan diameter tangki, kelajuan air
yang keluar dari lubang sama dengan kelajuan yang diperoleh jika air tersebut jatuh
bebas dari ketinggian h. Jarak permukaan air yang berada di dalam tangki ke lubang
kebocoran dinyatakan sebagai h1, sedangkan jarak lubang kebocoran ke dasar tangki
dinyatakan h2 (Raymond dan Jhon, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J. (2020). Pengaruh Penguasaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik Terhadap


Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Mekanika Fluida. Jurnal ESTUPRO, 5(2).

Andini, M. D., Suherman, A., & Antarnusa, G. (2019). Rancang Bangun Alat Praktikum
Hukum Bernoulli Pada Fluida Ideal. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2(1), 379–382.

Abidin, Kurniati dan Sri Wagiani. 2013. Studi Analisis Perbandingan Kecepatan Aliran
Melalui Pipa Venturi Dengan Perbedaan Diameter Pipa. Jurnal Dinamika. Vol.
04, No. 1, Hal. 62-78

Arifin, Agus Samsul., Peter Sahupala dan Daniel Parenden. 2014. Analisis Instalasi
Pompa Pemdam Kebakaran Pada Kompleks Terminal Bahan Bakar Minyak
Merauke. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha. Vol. 3, No. 3, Hal. 267-279

Bernoulli, D. (n.d.). Pemanfaatan hukum huku m bernoulli dalam bidang psda.

Debit, P., Terhadap, A., Dan, T., Loncatan, P., Dihilir, H., Pada, G., & Terbuka, S.
(2018). Wiwik Mandasari, 2018 PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP
TINGGI DAN PANJANG LONCATAN HIDROLIK DIHILIR RADIAL GATE
PADA SALURAN TERBUKA Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. 1–3.

Ibrahim, H. 2011. F. – faktor yang berhubungan dengan kejadian I. pada anak B. di


wilayah P. B. K. B. T. 2011. T. P. P. U. (2014).

Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung: PT. Setia Purna Inves

Khoiri, Hasan., Andika Kusuma Wijaya dan Intan Kusumawati. 2017. Identifikasi
Miskonsepsi Buku Ajar Fisika SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Kinematika
Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 2, No. 2. Hal. 60-64

Ramadhan, Yosi., Ramelan dan Wirawan Sumabodo. 2014. Pengembangan Media


Pembelajaran Pengukuran Rugi Aliran Fluida Cair Dalam Pipa Venturi Untuk
Menunjang Perkuliahan Mekanika Fluida. Journal Of Menchanical Engineering
Learning. Vol. 3, No. 2, Hal. 115-124

Sasongko, Endar Budi., Endang Widyastuti dan Rawuh Edy Priyono. 2014. Kajian
Kualitas Air dan Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat Di Sekitar Sungai
Kaliyasa Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmu Lingkungan.Vol. 12, No. 2, Hal. 72-
82

Sultan, Ana Dhiqfaini., dkk. 2020. Analysis Of The Effects Of Cross-Sectional Area On
Water Flow Velocity By Using Venturimeter Tubes. Jurnal Pendidikan Fisika.
Vol. 8, No. 1, Hal 94-102

Susana, Tjutju. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana. Vol. 28, No. 3, Hal. 17-
25

Sutikno. 2016. Proyeksi Ketersediaan Air Tahun 2036 Terhadap Sumber Air Junrejo
Pada Hipam Kelurahan Dadapreja Kecamatan Junrejo Kota Batu. Jurnal Reka
Buana. Vol. 2, No. 1, Hal. 19-30

Anda mungkin juga menyukai