Anda di halaman 1dari 35

PERAN REGULASI EMOSI TERHADAP PERILAKU AGRESIF

PADA REMAJA LAKI-LAKI DI SMK NEGERI 2 KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada
Jurusan Psikologi

Oleh

HASMAWATI

A1R1 18 035

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa remaja adalah tahap perkembangan remaja awal yang berlangsung pada

usia 10-12 tahun hingga remaja akhir pada usia 18-22 tahun yang merupakan

transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa awal. Pada masa remaja

terjadi beberapa perubahan psikologis maupun fisiologis secara nyata. Perubahan

tidak hanya terjadi secara fisik tetapi juga secara emosional, sosial dan personal

sehingga menimbulkan perubahan perilaku remaja secara drastis (Santrock, 2007).

Perubahan tersebut seringkali membawa remaja pada perilaku anti sosial bahkan

pada perilaku kekerasan yakni perilaku agresif.

Remaja merupakan kelompok yang rentan serta memiliki resiko yang tinggi

untuk melakukan perilaku agresif. Bahkan perilaku agresif dianggap tingkah laku

yang normal bagi remaja dan sebagian besar remaja menganggap bahwa tingkah

laku tersebut sebagai gejala masalah psikologis yang dihadapinya bahkan remaja

mengatasi gejolak emosi dengan menggunakan teknik pemecahan masalah yang

tidak efektif (Sarwono, 2007)

Perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja terdapat beberapa bentuk tindakan

kekerasan fisik dengan tujuan untuk menyakiti orang lain seperti memukul,

menendang, menampar, mendorong dan berkelahi. Selain agresif fisik juga

terdapat agresif verbal seperti berbicara yang kasar dan tidak sopan, menyakiti hati

orang lain, mengejek, memfitnah, memprovokasi, marah ketika merasa

tersinggung dan perilaku bullying (Darsono, Binasar, & Aspin., 2019).


3

Seperti yang diungkapkan oleh Buss & Perry (Fitri, Luawo & Puspasari, 2017)

beberapa bentuk dari perilaku agresif yang bisa muncul dan dirasakan oleh remaja

yaitu agresif fisik, verbal, kemarahan, dan permusuhan. Agresif fisik dan verbal

dapat diatasi dengan cara pengendalian perilaku melalui kontrol diri dan regulasi

emosi. Sedangkan kemarahan dan permusuhan dapat diantisipasi dalam situasi

dengan cara mempertimbangkan secara objektif untuk memperoleh pemahaman

yang baik (Fitri, Luawo & Puspasari, 2017)

Menurut Buss dan Perry (dalam Dini dan Indrijati, 2014) perilaku agresif

sebagai kecenderungan perilaku dengan maksud untuk menimbulkan kerugian

fisik atau psikologis pada orang lain untuk mengekspresikan emosi negatif untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Perilaku agresif ini dapat diamati dari

lingkungan sosial seperti kontak dengan keluarga, teman sebaya, dan media massa.

Penyebab terjadinya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

seperti gen, hormon, instink, frustasi, stress, emosi, dan konsep diri menjadi

penyebab terjadinya perilaku agresif. Sedangkan faktor eksternal seperti

kurangnya perhatian orang tua, adanya konflik dengan teman sebaya, adanya

konflik dengan orang tua, pengaruh pergaulan dan lingkungan (Susantyo, 2011).

Perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja muncul pada suatu dorongan yang

ditimbulkan oleh faktor penyebab eksternal untuk menyakiti ataupun melukai

orang lain. Teori dari dorongan agresi menjelaskan bahwa perilaku agresi yang

terjadi dari dalam oleh dorongan untuk menyakiti orang lain. Dorongan tersebut

muncul dari kejadian-kejadian eksternal (Baron & Bryne, 2005).


4

Selain penyebab munculnya perilaku agresif juga memberikan dampak

terhadap diri sendiri sebagai pelaku dari perilaku agresif maupun dampak yang

terjadi pada korban perilaku agresif yang tidak menginginkan adanya perilaku

tersebut. Dampak bagi pelaku agresif seperti dijauhi oleh teman, dibenci dan

ditakuti oleh teman lainnya. Sedangkan dampak bagi korban seperti dapat

menimbulkan luka secara fisik, trauma terhadap kejadian yang membuatnya takut

dan perasaan rendah diri (Arifin & Lukitaningsih, 2016). Dari dampak-dampak

perilaku agresif terhadap remaja akan berpengaruh terhadap perkembangan remaja

itu sendiri untuk kedepannya baik sebagai pelaku maupun yang menjadi korban

terhadap lingkungan sosialnya.

Fenomena perilaku agresif seringkali ditemui media massa yang menyajikan

berita-berita tentang kenakalan remaja khususnya di kota. Perbuatan tersebut tidak

hanya merugikan pelaku tetapi juga dapat merugikan pihak lain atau korban baik

dalam keadaan fisik maupun keadaan psikis serta akan mengganggu ketentraman

di masyarakat. Melihat fenomena kasus agresif di berita pada tanggal 29 oktober

(TirtaMedia.id, 2021) di Kota Kendari terdapat kasus tentang perilaku agresif yang

dilakukan sekelompok pelajar dari SMK Negeri 2 Kendari yang terlibat tawuran

karena saling sindir menyindir dimedia sosial. Di ungkap oleh Kapolsek Poasia

ada sekitar 6 pelajar yang diamankan dan diberikan edukasi atas tawuran tersebut

sehingga bisa berdampak buruk bagi keselamatan individu karena terlibat aksi

kejar-kejaran, menggunakan kayu balok dan benda-benda berbahaya lainnya.

Masih terdapat Kasus tawuran yang terjadi di SMK Negeri 2 Kendari pada tanggal

14 desember yang dilansir oleh (TribunnewsSultra.com, 2021) yang dilakukan


5

oleh kelompok pelajar dari SMK Negeri 2 Kendari yang disebabkan oleh masalah

bersenggolan saat acara joget diungkap salah satu kepala seksi hubungan

masyarakat. Terakhir kasus tawuran yang masih melibatkan pelajar di SMK

Negeri 2 Kendari pada tanggal 2 desember (DetikSultra.com, 2021) yang

disebabkan saling memprovokasi dan adu domba antara dua kelompok pelajar

sehingga terjadi tawuran salimg melempar batu dan kayu. Dari tiga kasus di atas

dapat dilihat bahwa pelajar dari SMK Negeri 2 Kendari seringkali melakukan

perilaku agresif yaitu tawuran.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa kondisi pelajar yang mengalami tawuran

dianggap kurang mampu untuk mengendalikan emosi dan salah satu penyebab

perilaku agresif yang muncul pada masa remaja adalah kemarahan. Marah

merupakan emosi yang sangat berbahaya karena dapat menyakiti individu lain.

Kemarahan ini merupakan emosi yang sulit untuk dihadapi oleh remaja karena

kemarahan ini akan mendorong remaja untuk melawan, sehingga tidak dapat

dipungkiri bahwa agresi adalah respon terhadap kemarahan. Marcus (2007) juga

mengungkapkan bahwa kekecewaan, sakit psikis ataupun fisik, menghina dan

memancing amarah dan pada akhirnya akan menjadi perilaku agresif.

Penulis berkesempatan melakukan wawancara pada koordinator guru BK SMK

Negeri 2 Kendari yang berinisial LK (41 tahun) pada tanggal 21 juni 2022 diruang

BK. Pada wawancara tersebut guru yang berinisial LK mengungkapkan bahwa

tidak diragukan lagi banyak yang mengatakan siswa di SMKN 2 Kendari sering

melakukan perilaku agresif. Dikarenakan siswa menganggap dirinya hebat

diantara teman lainnya sehingga siswa mudah untuk berperilaku agresif. Serta
6

emosi yang dimiliki siswa masih menggebu-gebu ketika mendapatkan informasi

yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ada beberapa catatan nama siswa yang

beberapa kali dipanggil oleh guru karena berulang kali melakukan perilaku agresif

seperti tawuran antar sekolah, sering terlibat perkelahian, memukul teman

sebayanya, memprovokasi, berkata kasar, merasa marah dengan lawan yang

menang dan mengintimidasi diantaranya siswa yang berinisial A, J, L I yang

seringkali melakukan perilaku agresif di tempat atau kejadian yang sama.

Sebagai guru yang bertanggung jawab untuk membina siswa yang sering

melakukan pelanggaran bahkan perilaku agresif selalu berusaha untuk mengontrol

perilaku yang dilakukan oleh siswa tetapi masih terdapat siswa yang melakukan

perilaku agresif sehingga ada beberapa korban yang mengundurkan diri dari

sekolah karena sudah tidak sanggup untuk selalu dipukul dan diintimidasi. Pada

wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif menjadi salah satu

fenomena yang sering terjadi di SMK Negeri 2 Kendari.

Penelitian dari (Garofalo & Velotti, 2017) menjelaskan tentang perilaku agresif

pada pelaku kekerasan bahwa emosi negatif akan mudah dilakukan oleh remaja

terutama melakukan agresi fisik, sehingga remaja yang mempunyai emosi negatif

akan cenderung untuk bertindak agresif secara fisik terhadap teman sebaya dan

lingkungannya. Sebaliknya jika remaja mampu mengontrol emosi yang dirasakan

maka remaja akan cenderung untuk tidak melakukan perilaku agresif.

Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku agresif terjadi pada remaja karena

kurangnya keterampilan remaja dalam regulasi emosi. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan (Kahar, Situmorang & Urbayatun, 2022) yang


7

menyebutkan bahwa ada hubungan negatif antara regulasi emosi terhadap perilaku

agresif. yang artinya, semakin tinggi regulasi emosi maka perilaku agresif yang

muncul akan semakin rendah terhadap siswa SMA di Yogyakarta.

Menurut Gross (2014), regulasi emosi adalah mekanisme yang dilakukan

individu secara sadar maupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat

atau mengurangi satu atau lebih komponen terhadap respon emosi seperti

pengalaman emosi dan perilaku. Remaja yang memiliki kematangan emosi yang

baik tentunya memiliki kualitas emosi yang baik. Maka remaja mampu untuk

meregulasi emosi dengan rendahnya perilaku agresif yang di munculkan oleh

remaja (Desiatnikov, 2014).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafanda (2018) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara agresifitas dan regulasi emosi

dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada siswa MA Ali Maksum

Yogyakarta. Penelitian tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh

Permatasari, Situmorang & Safaria, (2021) menyatakan bahwa terdapat hubungan

negatif antara regulasi emosi dan konformitas teman sebaya dengan perilaku agresi

di Pontianak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat fenomena-

fenomena yang penulis temukan dan hasil penelitian terdahulu yang pada

umumnya menunjukkan adanya hubungan negatif yang artinya semakin tinggi

regulasi emosi maka perilaku agresif semakin rendah, sebaliknya jika regulasi

emosi rendah maka perilaku agresif semakin tinggi. Maka penulis tertarik untuk
8

melakukan penelitian lebih lanjut terkait seberapa besar peran regulasi emosi

terhadap perilaku agresif pada remaja laki-laki di SMK Negeri 2 Kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka terdapat rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar peran regulasi emosi terhadap

perilaku agresif pada remaja laki-laki di SMK Negerti 2 Kendari ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu untuk mengetahui

seberapa besar peran regulasi emosi terhadap perilaku agresif pada remaja laki-

laki di SMK Negeri 2 Kendari.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik dari segi teoritis

maupun praktis sebagai berikut.

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang

bermanfaat dan menambah perbendaharaan penelitian akan peran regulai

emosi terhadap perilaku agresif pada remaja laki-laki di SMK Negeri 2

Kendari, serta dapat memberikan kontribusi sebagai bahan bacaan bagi

pengembangan dan pengetahuan terutama pada ilmu Psikologi.

2. Manfaat secara praktis

Bagi guru dapat memberikan bimbingan secara pribadi dan sosial, serta

membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam regulasi emosi serta


9

untuk menahan perilaku agresif tidak muncul lagi dan berkembang menjadi

pribadi yang lebih baik.

Bagi orang tua bisa menjadi bahan masukan dalam membantu anak

remaja laki-lakinya untuk meningkatkan regulai emosi secara stabil agar

remaja tersebut memiliki kemampuan untuk menahan perilaku agresif agar

tidak berkembang.

Bagi peneliti lainnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam penelitian

selanjutnya terkait dengan peran regulasi emosi terhadap perilaku agresif pada

remaja laki-laki dan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding bagi penelitian

selanjutnya.

E. Penelitian Relevan

Berikut merupakan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan pada

variabel independen yaitu regulasi emosi dan variabel dependen yaitu perilaku

agresif serta adanya perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis sebagai berikut.

1. Kahar, Situmorang dan Urbayatun (2022) melakukan penelitian terkait

hubungan regulasi emosi dengan perilaku agresif yang terjadi pada siswa

SMA di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan signifikan

antara regulasi emosi dengan perilaku agresif dan arah hubungan yang

ditunjukkan yaitu negatif. Semakin tinggi regulasi emosi maka semakin

rendah perilaku agresif, sebaliknya semakin rendah regulasi emosi maka


10

perilaku agresif semakin tinggi. Perbedaan dari penelitian ini yang akan

dilakukan oleh penulis terdapat pada metode penelitian dan tempat penelitian.

2. Wibowo & Nashori (2017) melakukan penelitian terkait dengan self

regulation and aggressive behavior on male adolescence. Hasil penelitian

membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

regulasi diri dan perilaku agresif pada remaja. Hal tersebut membuktikan

bahwa semakin tinggi skor regulasi diri maka semakin rendah perilaku agresif

begitupun sebaliknya. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

terdapat pada salah satu variabel yaitu regulasi diri, sedangkan variabel yang

akan diteliti variabel bebas menggunakan regulasi emosi selain itu pada

penelitian sebelumnya hanya mengukur korelasi sedangkan penelitian ini

untuk melihat seberapa besar peran variabel bebas terhadap variabel terikat.

3. Situmorang, Pratiwi & Agung R (2018) melakukan penelitian terkait dengan

peran ayah dan kontrol diri sebagai prediktor kecenderungan perilaku agresif

remaja. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada hubungan

sangat signifikan peran ayah dan kontrol diri terhadap kecenderungan perilaku

agresif pada remaja. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis terdapat pada tempat penelitian, dan salah satu variabel penelitian

sebelumnya adalah peran ayah, kontrol diri sedangkan penelitian ini

menggunakan variabel peran regulasi emosi, serta perbedaan teknik analisis

penelitian sebelumya menggunakan analisis regresi ganda sedangkan


11

peneltian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana, sedangkan

persamaan penelitian ini menggunakan variabel perilaku agresif.

4. Purnawan dan Situmurang (2021) melakukan penelitian terkait dengan peran

regulasi emosi, kontrol diri, penerimaan diri terhadap perilaku agresif siswa

SMP di Yogyakarta. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada

peran yang sangat signifikan antara regulasi emosi, kontrol diri dan

penerimaan diri terhadap perilaku agresif siswa SMP X dan Y di Yogyakarta.

Semakin tinggi regulasi emosi, kontrol diri dan penerimaan diri maka semakin

rendah perilaku agresif, sebaliknya semakin rendah regulasi emosi, kontrol

diri, dan penerimaan diri maka semakin tinggi perilaku agresif. Perbedaan dari

penelitian ini yang akan dilakukan oleh penulis terdapat pada tempat

penelitian dan variabel penelitian yang dimana penelitian sebelumnya ada dua

variabel bebas sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis hanya

satu variabel bebas.

5. Rosalinda dan Satwika (2019) melakukan penelitian terkait dengan hubungan

antara kontrol diri dengan perilaku agresi verbal pada siswa kelas X SMK di

Gresik. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan

kontrol diri dengan perilaku agresi verbal. Perbedaan dari penelitian ini yang

akan dilakukan oleh penulis terdapat pada tempat penelitian, metode

penelitian, dan variabel bebas yaitu kontrol diri sedangkan variabel bebas

yang digunakan oleh penulis yaitu regulasi emosi.


12

6. Siregar dan Ayriza (2020) melakukan penelitian terkait pengaruh moral

disengagmenet terhadap perilaku agresif pada remaja. Hasil penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel

moral disengagement terhadap variabel perilaku agresif pada remaja.

Perbedaan dari penelitian ini yang akan dilakukan oleh penulits terdapat pada

tempat penelitian. Variabel bebas yang berbeda, salah satu variabel dari

penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas terkait moral

disengament sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan

variabel bebas terkait regulasi emosi. Pada penelitian sebelumnya untuk

mengetahui pengaruh antar dua variabel sedangkan penelitian yang akan

dilakukan penulis untuk mengetahui seberapa besar peran antar dua variabel.
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Agresif

1. Definisi Perilaku Agresif

Menurut Buss dan Perry (1992), perilaku agresif merupakan suatu perilaku

atau kecenderungan perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara

fisik atau psikologis untuk melampiaskan emosi yang tidak menyenangkan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Krahe (1997) mengatakan bahwa munculnya pola perilaku agresif dapat

melalui konfrontasi dengan teman sebaya dan orang lebih dewasa dan

bermanifestasi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk temper tantrum dan

penggunaan kekuatan fisik seperti memukul, mendorong, atau menendang.

Anantasari (2006) mendefinisikan temper tantrum sebagai ledakan emosi yang

sangat intens yang mencakup kemarahan, serangan agresif, menangis, berteriak

dan perilaku serupa lainnya.

Jong (2017) menjelaskan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang

dilakukan oleh individu yang menyebabkan cedera pada orang lain atau merusak

objek tertentu yang terlihat jelas terdapat luka-luka akibat agresi fisik yang

dilakukan oleh individu seperti memukul atau meninju, mencubit atau

menampar, menendang, melawan, merusak atau menghancurkan barang atau

benda. Beserta dapat menyebabkan cedera non fisik atau perilaku secara verbal

seperti: mengumpat, memaki, menyakiti hati orang lain, merendahkan fisik,


14

mengancam sampai membully. Sehingga perilaku agresif ini akan berdampak

signifikan secara langsung maupun tidak langsung, meski begitu perilaku agresif

haruslah dihindari oleh individu karena dampaknya akan merugikan diri sendiri

maupun orang lain.

Dari beberapa definisi perilaku agresif yang telah dijelaskan diatas maka

disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah tindakan individu yang berupa respon

organisme terhadap suatu stimulus atau skenario yang dihadapi oleh remaja yang

dilakukan dengan tujuan untuk menyerang, menyakiti orang lain atau benda lain

secara fisik dan verbal sehingga menimbulkan penderitaan fisik maupun psikis

bagi remaja yang menjadi korban yang tidak menginginkan adanya perilaku

agresif itu sendiri.

2. Aspek-aspek Perilaku Agresif

Menurut Buss & Perry (1992), merumuskan beberapa bentuk perilaku

agresif sebagai berikut.

1. Physical Agression (Agresi Fisik)

Perilaku agresif yang dapat diamati (visible/overt) yaitu Physical

Aggression adalah kecenderungan bagi individu untuk menyerang orang lain

secara fisik agar mengekspresikan kemarahannya atau agresinya. Serangan

fisik yang dapat dilihat seperti mendorong, memukul, mencubit, memukul dll.

2. Verbal Aggression (Agresi verbal)

Perilaku agresif yang dapat diamati (visible/overt) yaitu Verbal

Agression adalah kecenderungan bagi individu untuk menyerang orang lain

secara verbal yang bisa menyakiti bahkan merugikan orang lain, seperti
15

melalui kata-kata atau kematian. Bentuk serangan verbal yang dapat dilihat

yaitu menghina orang lain, mengancam, mengumpat, berteriak, merendahkan

dll.

3. Anger (kemarahan)

Ada beberapa bentuk kemarahan yang dirasakan oleh individu yaitu,

perasaan marah, jengkel dan bagaimana cara mengendalikannya. Perasaan

ini seperti mudah marah, temperamental dan sulit untuk mengendalikan

amarahnya.

4. Hostility (permusuhan)

Merupakan perilaku agresif yang terselubung (tidak terlihat).

Permusuhan ini terdiri atas dua bagian yaitu resentment (kemarahan,

dendam, benci, dan sebal) seperti cemburu dan iri terhadap orang lain. Dan

suspicion seperti tidak percaya terhadap orang lain, khawatir, dan ktritik

terhadap permusuhan orang lain.

Berdasarkan beberapa aspek resiliensi diatas, maka dapat diketahui bahwa

terdapa beberapa aspek yang mempengaruhi resiliensi dalam diri individu, yaitu

: aspek-aspek yang berkaitan dengan kompetensi diri individu dalam menerima

dan menghadapi masalah dan aspek-aspek yang berhubungan dengan sikap

penerimaan positif individu pada saat berada disituasi sulit atau sedang

menghadapi suatu permasalahan tertentu.


16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi perilaku agresif

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif menurut Sarwono &

Meinarno (2009) adalah sebagai berikut.

1. Faktor Sosial

Frustasi atau usaha yang menghambat untuk mencegah suatu tujuan

menjadi salah satu penyebab munculnya agresi. Menurut Bushman dkk,

kondisi ini memungkinkan pikiran bahwa agresi yang dilakukan oleh

individu dapat mengurangi kemarahan yang dialami individu. Agresi tidak

muncul terus menerus karena frustasi melainkan hukuman verbal atau fisik

juga merupakan salah satu pengaruh terjadinya perilaku agresif.

2. Faktor personal

Faktor personal terdiri dari :

a. Pola perilaku berdasarkan kepribadian, individu dengan perilaku A akan

cenderung berperilaku lebih agresif dibanding dengan individu dengan

pola perilaku B. Menurut Fieldman, tipe A identik dengan karakter

kompetitif dan tergesa-gesa, sedangkan perilaku yang ditunjukan oleh

tipe B identic dengan karakter yang sabar, tidak kompetitif, kooperatif,

dan tidak agresif (Fieldman dkk,2008).

b. Salah satu penyebab munculnya agresi yaitu narsisme atau ancaman

terhadap ego. Diselidiki oleh (Gusman & Baumeter, 1988) individu yang

narsis akan memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi. Karena

individu merasa terancam jika ada orang lain yang bertanya pada dirinya.

Individu akan bereaksi secara agresif tingkat tinggi terhadap umpan balik
17

dari orang lain yang mengancam mereka. Jadi kemungkinan akan

dimanifestasikan adalah perilaku aresif.

c. Perbedaan gender sering dinyatakan bahwa remaja laki-laki akan lebih

mudah berperilaku agresif dibandingkan dengan remaja perempuan.

3. Kebudayaan

Penyebab munculnya suatu agresi yaitu faktor budaya. Lingkungan

yang geografis seperti pesisir atau pesisir pantai akan menunjukkan bahwa

karakter yang lebih keras dibanding orang yang menetap dipedalaman.

Karena nilai dan norma menjadi sikap serta perilaku dalam masyarakat akan

mempengaruhi perilaku agresif pada suatu kelompok.

4. Situasional

Penelitian yang berkaitan dengan cuaca serta perilaku akan

menunjukkan bahwa panas bisa menyebabkan perilaku agresif muncul. Hal

yang paling sering muncul ketika menghadapi udara yang panas akan

memunculkan rasa tidak nyaman saat menghadapi panasnya agresivitas

sosial.

5. Sumber daya

Daya dukung untuk mengcukupi suatu kebutuhan individu, sehingga

upayang yan diperlukan untuk memenuhi kebetuhan tersebut. Diawali

dengan tawar-menawar jika tidak tercapainya suatu kesepakatan, dan akan

terbuka oleh dua kemungkinan. Pertama akan mencari sumber pemenuhan

dan kebutuhan lainnya, dan kedua merebut secara paksa yang dimiliki oleh

orang lain.
18

6. Media Massa

Tayangan yang ada dalam televisi memiliki potensi yang cukup besar untuk

ditiru oleh khalayak umum. Ada beberapa studi tentang televisi dan

kekerasan juga banyak dilakukan baik didalam maupun diluar negeri.

Penjelasan teoritis dari penelitian ini mengarah pda teori pembelajaran sosial.

Berdasarkan dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresif yaitu: faktor sosial dan

faktor personal seperti: pola perilaku berdasarkan kepribadian, narsisme atau

ancaman ego, serta perbedaan gender. Budaya, situasi dan sumber daya.

B. Regulasi Emosi

1. Definisi Regulasi Emosi

Menurut Gross (2007) regulasi emosi merupakan strategi yang

digunakan secara sadar atau tidak sadar untuk mempertahankan, meningkatkan,

atau mengurangi satu atau lebih bagian dari respon emosi yaitu engalaman emosi

dan perilaku. Kemampun untuk mengendalikan emosi memungkinkan individu

untuk meningkatkan emosi positif maupun emosi negatif. Individu juga dapat

mengurangi emosi positif dan negatif.

Menurut Shaffer (2005) regulasi emosi adalah kemampuan individu

untuk mengontrol atau mengubah emosi yang berkembang pada tingkat

intensitas yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi antara lain

kemampuan untuk mengontrol perasaan, mengontrol reaksi fisiologis,


19

mengontrol kognisi yang berhubungan dengan emosi serta reaksi yang

berhubungan dengan emosi.

Menurut Pratisti (2012) regulasi emosi adalah proses yang melibatkan

pengenalan, penghindaran, penghambatan, pemeliharaan ataupun pengelolaan

dalam penampilan. Bentuk dari intensitas akan emosi psikologis merupakan

suatu proses perhatian motivasi dan perilaku. Hubungan dengan emosi akan

mencapai suatu afek pada adaptasi biologis atau sosial untuk mencapai tujuan

individu .

Dari beberapa definisi regulasi emosi yang telah dijelaskan diatas maka

disimpulkan bahwa regulasi emosi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki

oleh remaja untuk mengontrol perilaku yang disebabkan oleh emosi positif dan

emosi negatif yang dapat menenangkan diri dari efek psikologis yang disebabkan

oleh emosi. Bentuk dari emosi tersebut yaitu ekspresi marah, kecewa, sedih,

bahagia, dan senang.

2. Aspek-aspek Regulasi Emosi

Menurut Gross (2007) terdapat empat aspek yang akan digunakan untuk

untuk menentukan kemampuan regulasi emosi seseorang adalah sebagai berikut.

a. Strategies to emotion regulation (strategis)

Secara khusus, keyakinan akan kemampuan yang dimiliki individu

untuk mengatasi segala kesulitan akan menemukan suatu cara untuk

mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan dan akan cepat kembali

tenang setelah merasakan emosi yang berlebihan.


20

b. Engaging in goal directed behavior (goals)

Secara khusus, kemampuan yang dimiliki oleh individu agar tidak

terpengaruh oleh emosi yang tidak menyenangkan sehingga individu dapat

terus berifkir untuk melakukan sesuatu dengan sukses

c. Control emotional responses (impulse)

Secara khusus, kemampuan yang dimiliki individu untuk mengontrol

emosi yang mereka alami dan respon emosional yang mereka tunjukkan

seperti respon fisiologis, perilaku, dan nada suara. Sehingga individu tidak

mudah mengalami emosi yang berlebihan dan merespon emosi secara tepat.

d. Acceptance of emotional response (acceptance)

Secara khusus, kemampuan yang dimiliki individu untuk mentolerir

suatu insiden yang akan menciptakan sebuah perasaan buruk tetapi individu

tidak takut untuk mengungkapkan insiden tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

aspek-aspek yang mempengaruhi regulasi emosi yakni, Strategies to emotion

regulation (strategis), Engaging in goal directed behavior (goals), Control

emotional responses (impulse) dan Acceptance of emotional response

(acceptance).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Regulasi Emosi

Gross (2007), mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi regulasi emosi pada seseorang antara lain:


21

a. Intensitas emosional

Intensitas emosional adalah komponen kunci dari suatu variasi konteks

secara emosional. Individu akan lebih mampu untuk memilih mengevaluasi

kembali suatu situasi dengan ketegangan yang rendah dan emosi negatif.

Sebaliknya jika individu dalam keadaan intensitas yang tinggi maka emosi

negatif lebih mungkin untuk diblokir pada informasi emosional atau

menghindari suatu situasi yang dapat menimbulkan perasaan sebelum

mendapatkan kekuatan untuk mengatasi suatu masalah .

b. Kompleksitas kognitif

Kompleksitas kognitif akan menghasilkan sebuah strategi regulasi

emosi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sebuah keterlibatan proses kognitif

secara berurutan seperti pembangkitan, implementasi dan pemeliharaan.

Generasi ini menemukan solusi dalam regulasi emosi yang memadai untuk

menggantikan proses informasi emosional. Implementasi ini memerlukan

pengaktifan mekanisme regulasi emosi, sedangkan pemeliharaan akan

memastikan bahwa regulasi emosi dipertahankan selama itu diperlukan.

c. Tujuan motivasi

Motivasi digunakan pada saat untuk menilai suatu stimulus emosional

yang akan dihadapi sekali atau beberapa kali. stimulus emosional yang akan

diulang-ulang dapat membantu untuk mengatur emosi secara lebih efektif.


22

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi regulasi emosi yakni Intensitas emosional, Kompleksitas

kognitif dan tujuan motivasi

C. Peran Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Agresif

Buss dan Perry (1992) menyatakan perilaku agresif sebagai perilaku atau

kecenderungan perilaku yang niatnya untuk menyakiti orang lain baik secara fisik

maupun secara psikologis. Trisnawati dkk (2014) juga mengatakan bahwa perilaku

agresif membuat dampak yang serius bagi pelaku maupun korban. Dari korban bisa

menjadi pelaku dan bertindak lebih agresif dibandingkan orang lain. Dampak psikis

dan fisik terlihat jelas pada individu. Dimulai dari sulitnya mengontrol emosi,

coping yang dimiliki kurang baik sehingga mengalihkan masalahnya pada obat-

obatan terlarang dan perilaku menyimpang. Emosi yang tidak stabil, dan tidak

mampu menahan hawa nafsu membuat individu lebih agresif (Trisnawati dkk,

2014).

Sedangkan faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku agresif pada remaja

yaitu faktor internal (dari dalam) maupun faktor eksternal (dari luar). Faktor internal

tersebut meliputi: frustasi, gangguan pengamatan, tanggapan remaja, gangguan

berfikir dan intelegensi remaja, serta gangguan perasaan/emosional remaja

sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor teman

sebaya dan faktor lingkungan (Noviadi dkk, 2018).

Reaksi emosional yang berlebihan mempengaruhi persepsi individu.

Kemudian, untuk meminimalisir agresivitas kelompok maka faktor yang berperan


23

disini adalah regulasi emosi. Regulasi emosi mengacu pada kemampuan seseorang

untuk menghasilkan, mengontrol, dan mengekspresikan emosi dan perasaan untuk

mencapai serangkaian tujuan (Gross & Thompson, 2006). Regulasi emosi telah

dikaitkan dengan perilaku agresif remaja (Hagman, 2014) menyiratkan bahwa

kontrol emosi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi munculnya

perilaku agresif. Remaja dengan kemampuan regulasi emosi yang baik akan mampu

mengelola emosinya dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasinya

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Remaja laki-laki Individu yang


memiliki regulasi
emosi yang tinggi
maka perilaku
agresif yang
Regulasi Emosi Perilaku Agresif dilakukan akan
(X) (Y) rendah

Individu yang
memiliki regulasi
emosi yang rendah
maka perilaku
Aspek Regulasi Emosi Perilaku Agresif
agresif yang
(Gross, 2012) (Buss & Perry, 1992)
dilakukan akan
1. Strategi 1. Agresi Fisik tinggi
pengaturan 2. Agresi Verbal
emosi 3. Kemarahan
2. Perilaku yang 4. Permusuhan
diarahkan
pada tujuan
3. Kendalikan
respon
emosional
4. Penerimaan
respon
emosional
24

D. HIPOTESIS

Hipotesis pada penelitian ini adalah regulasi emosi memiliki peran yang

signifikan terhadap perilaku agresif pada remaja laki-laki di SMK Negeri 2

Kendari.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel

terikat sebagai berikut :

a. Variabel bebas (variabel X) : Regulasi Emosi

b. Variabel Terikat (variabel Y) : Perilaku Agresif

2. Definisi Operasional

a. Perilaku Agresif

Perilaku agresif merupakan suatu tindakan yang berupa stimulus

atau reaksi organisme terhadap suatu skenario yang dihadapi oleh siswa

laki-laki SMK Negeri 2 Kendari dengan maksud untuk menyerang atau

melukai orang lain yang dapat merugikan diri sendiri maupun

merugikan orang lain baik secara fisik maupun secara verbal yang dapat

menyebabkan penderitaan fisik dan mental bagi siswa yang tidak ingin

terlibat dalam perilaku apapun menjadi sasaran pelecehan fisik dan

psikologis.

b. Regulasi Emosi

Regulasi emosi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki

oleh siswa SMK Negeri 2 Kendari untuk mengontrol perilaku yang

disebabkan oleh emosi positif dan emosi negatif yang dapat

menenangkan diri dari efek psikologis yang disebabkan oleh emosi.


26

Bentuk dari emosi tersebut yaitu ekspresi marah, kecewa, sedih,

bahagia, dan senang.

B. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan jenis penelitian kuantitatif. Desain Penelitian

ini menggunakan ex-post facto. Ex-post facto adalah penelitian untuk menarik

kesimpulan terkait hubungan sebab-akibat pada variabel yang akan diteliti.

Penelitian sebab-akibat dilakukan terhadap kegiatan, atau kejadian yang telah

terjadi (Azwar, 2012).

Regulasi Emosi Perilaku Agresif


(X) (Y)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang berjenis kelamin

laki-laki kelas X, XI dan XII di SMK Negeri 2 Kendari.

2. Sampel

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

Random Sampling. Random Sampling merupakan pengambilan data yang

diperoleh melalui proses pengambilan sampel dari anggota populasi yang


27

dilakukan dengan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu (Sugiyono, 2015). Adapun kriteria sampel penelitian ini yakni

1. Remaja laki-laki di SMK Negeri 2 Kendari

2. Berusia 18-22 tahun

3. Pernah melakukan perilaku agresif

D. Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan pada penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2

Kendari.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian atau pengumpulan data adalah suatu proses

pengumpulan data primer sekunder karena data yang telah diperoleh akan

digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti atau menguji suatu

hipotesis yang telah dirumuskan, maka pengumpulan data merupakan tahapan

yang kritis. Penulis menggunakan cara pada tahap pengumpulan data

diantaranya:

1. Alat ukur

Alat ukur penelitian ini adalah menggunakan skala yang disusun untuk

mengindentifikasi atau mengungkap atribut regulasi emosi dan perilaku

agresif berdasarkan pada reaksi individu terhadap pernyataan. Pernyataan

tersebut kemudian akan diisi seluruhnya dan dikembalikan kembali kepada

peneliti.

Dalam penelitian ini, menggunakan skala likert, Alat ukur skala likert

ini memberikan pertanyaan atau membuat pernyataan dan responnya


28

berupa skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan atau

pernyataan yang telah disediakan. Penerimaan atau penolakan dinyatakan

dalam persetujuan yang dimulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk membatasi kecenderungan responden

untuk menanggapi pilihan ragu-ragu, pilihan jawaban ragu-ragu sengaja

tidak diberikan pada penelitian ini karena sebagai alternative jawaban bagi

responden. Kategori skor tercantum dalam table dibawah ini:

Tabel 1
Kategori jawabab skala
No . Alternatif Respon Skor Favorable Skor Unfavorable
1 Sangat sesuai (SS) 4 1
2 Sesuai (SE) 3 2
3 Tidak sesuai(TS) 2 3
4 Sangat tidak sesuai (STS) 1 4

a. Skala Perilaku Agresif

Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh tinggi

rendahnya perilaku agresif pada remaja laki-laki di SMKN 2 Kendari ditahun

ajaran 2022/2023.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan skala

perilaku agresif oleh Kuncoro (2021). Skala ini terdiri dari item-item yang

disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku agresif menurut Buss dan Perry

(1992) yang meliputi aspek bentuk agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan

permusuhan. Skala tersebut terdiri dari 22 aitem favorable dan 2 aitem

unfavorable. Berikut blue print perilaku agresif.


29

Tabel 1

Blue Print Skala Perilaku Agresif.


Item
Aspek Indikator Jumlah
No. F UF
Menyerang orang lain secara 1,2,5,7 - 4
1. Agresi Fisik individu
Terlibat dalam perkelahian 4,6 - 2
Memberikan ancaman kepada 3 - 1
2. orang lain
Agresi ferbal Melakukan penolakan 8,12,13,1 - 4
terhadap suatu hal yang tidak 4
sesuai untuk ditolak
Memiliki perasaan marah yang 11,9, - 2
3. kuat
Kemarahan
Meluapkan emosi marah 10,17, 15 3
Mengekspresikan frustasi 16 - 1
Memiliki kecurigaan kepada 19,20,21, 18 8
Permusuhan
4. orang lain 22,23,24
Total 22 2 24

B. Skala Regulasi Emosi

Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi rendahnya

regulasi emosi yang dimiliki oleh remaja laki-laki di SMKN 2 Kendari tahun

ajaran 2022/2023.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan skala

regulasi emosi oleh Winnaiseh (2017). Skala ini terdiri dari item-item yang

disusun berdasarkan aspek-aspek regulasi emosi menurut Gross (2007) yang

meliputi aspek Strategies to emotion regulation (strategies), Engaging in

goal directed behavior (goals), Control emotional responses (impulse) dan


30

Acceptance of emotional response (acceptance). Skala tersebut terdiri dari

aitem favorable dan 3 aitem unfavorable. Berikut blue print perilaku agresif.

Tabel 2.

Blue Print skala regulasi emosi


Item Jumla
Aspek Indikator
No. F UF h
Pilihan situasi 1 2 2
1. Strategies to emotion
regulation (strategies) 5,7 - 2
Perubahan situasi

Engaging in goal directed 8 11,13 3


2. Pemberian perhatian
behavior (goals)
Control emotional responses 4,9,10 3,14 5
3. Perubahan kognitif
(impulse)
Acceptance of emotional 6 12,15 3
4. Modulasi reaksi
response (acceptance)

Total 8 7 15

2. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas dikonsepkan sebuah alat ukur yang sejauh mana untuk

mengukur atribut yang akan diukur (Aswar, 2017). Pada penelitian ini,

Validitas menggunakan teknik pearson’s product moment correlation

dengan bantuan SPSS version 21.2 for windows.

Dalam penelitian ini, menggunakan skala perilaku agresif

dengan skor validitas dengan rentang 0,317 hingga 0,798 dan skala

regulasi emosi dengan rentang 0,392 hingga 0,750. sehingga


31

disimpulkan bahwa skor validitas item pada skala dalam penelitian ini

dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana instrumen penelitian mampu

untuk mengukur sesuatu yang berulang kali dengan hasil yang

konsisten. (Sugiyono, 2013). Uji reliabilitas skala pada penelitian ini

menggunakan koefision reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan bantuan

SPSS 21.2 for windows.

Menurut Azwar (2017), koefisien reliabilitas tidak memiliki

nilai minimum atau maksimum yang ditetapkan dan berkisar antara 0

hingga 1,00. Konsistensi hasil pengukuran meningkat ketika koefisien

reliabilitas mendekati 1,00. Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji

reliabilitas dari tabulasi pada data penelitian. Yang diperoleh hasil skala

perilaku agresif memiliki skor reliabilitas sebesar 0,911 dan skala

regulasi emosi memiliki skor reliabilitas sebesar 0,798. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ke dua skala yang digunakan dalam penelitian ini

memiliki skor reliabilitas yang baik karena semakin mendekati nilai

1.00.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Data

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel

terdistribusi dengan normal atau tidak. Nilai dikatakan terdistribusi


32

normal jika p>0,05. Sebaliknya jika nilai p<0,05, maka distribusi

dikatakan tidak normal (Sugiyono, 2013). Untuk pengujian normalitas

pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

bantuan SPSS 21.2 for windows.

b. Uji Linearitas

Uji Linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

memiliki hubungan linier atau tidak signifikan. Penilaian tersebut

menggunakan test for linearity pada program SPSS 21.2 for windows

dengan membandingkan taraf signifikansi deviation from linearity

dengan nilai probabilitas 0,05. Dua variabel dikatakan memiliki

hubungan linier jika nilai signifikansinya > 0,05. Sebaliknya jika nilai

signifikansi < 0,05 maka tidak ada hubungan linier (Sugiyono, 2013).

2. Uji Hipotesis

a. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana

untuk mengevaluasi hipotesis dalam penelitian ini dengan

menggunakan SPSS 21.2 windows. Menurut Sugiyono (2013) jika

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka variabel X berpengaruh

besar terhadap variabel Y, sedangkan jika nlai signifikansi lebih

besar dari 0,05 maka variabel X tidak berperan signifikan terhadap

variabel Y.
33

Uji regresi sederhana menggunakan persamaan sebagai berikut :

Y = a + bx

Keterangan:

Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a dan b = Konstant

b. Koefisien Determinasi (R Square)

Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan efektif yang

diberikan oleh variabel bebas yakni regulasi emosi terhadap variabel

terikat yaitu perilaku agresif. Kemudian dengan menggunakan SPSS

21.2 for windows untuk menghitung koefisien determinasi atau R

square.
34

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, F. T., & Lukitaningsih, R. (2016). Studi kasus perilaku agresif siswa SMTA Se-
Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo. BK, 6(2), 1–6.

Baron, R. A. & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial (Ratna Djuwita, Ed.). Jakarta:
Erlangga.

Darsono, L. O., Binasar, S. S., & Aspin. (2019). Pengaruh layanan knnseling kelompok
dalam mengatasi perilaku agresi siswa SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal BENING,
3/2, 11–18.

Desiatnikov, A. (2014). Emotion regulation in adolescents: Influences of social


cognition and object relations - An ERP study. London: University College
London, Departement Clinicl Psychology.

Dini, F.E., dan Indrijati, H. (2014). Hubungan Antara Kesepian Dengan Perilaku
Agresif Pada Anak Didik Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Jurnal
Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 3(1), 30–36.

Fitri, S., Luawo, M. I. R., & Puspasari. (2017). Gambaran Agresivitas Pada Remaja
Laki-Laki Siswa SMA Negeri di DKI Jakarta. Jurnal Bimbingan Dan Konseling,
5(2), 155. https://doi.org/https://doi.org/10.21009/INSIGHT.052.02

Garofalo, C., & Velotti, P. (2017). Negative emotionality and aggression in violent
offenders: The moderating role of emotion dysregulation. Journal of Criminal
Justice, 51, 9–16. https://doi.org/https://doi/10.1016/j. jcrimjus.2017.05.015

Gross, J. J. (2014). Handbook of emotion regulation (2nd ed.). New York: Guilford
Press.

Kahar, M. K., Situmorang, N. Z & Urbayatun, S. (2022). Hubungan antara Regulasi


Emosi dengan Perilaku Agresif pada Siswa SMA di Yogyakarta. Psyche 165
Journal, 15(1), 7–12. https://doi.org/10.35134/jpsy165.v15i1.143

Marcus, R. F. (2007). Aggresion and Violence in Adolescence. New York: Cambrigde


University Press.

Permatasari, S., Situmorang, N. S., & Safaria, T. (2021). Hubungan regulasi emosi dan
konformitas teman sebaya dengan perilaku agresi di Pontianak. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(6), 5150–5160.

Purnawan, R. A., & Situmurang, N. Z. (2021). Peranan Regulasi Emosi, Kontrol Diri,
Penerimaan Diri Terhadap Perilaku Agresif Siswa Smp Di Yogyakarta. Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 5(1), 205.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i1.10777.2021
35

Rosalinda, R., & Satwika, Y. (2019). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku
Agresi Verbal Pada Siswa Kelas X SMK X Gresik. Jurnal Penelitian Psikologi,
06(02), 1–8. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/21448

Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2007). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siregar, R.S,. & Ayriza, Y. (2020). Moral Disengagement Sebagai Prediktor Terhadap
Perilaku Agresif Remaja. Jurnal Ecopsy, 7(1).
https://doi.org/10.20527/ecopsy.v7i1.6068

Situmorang, N., Z., Pratiwi, Y., & Agung R, D., M. (2018). Peran ayah dan kontrol diri
sebagai prediktor kecenderungan perilaku agresif remaja. Jurnal Muara Ilmu
Sosial, Humaniora, Dan Seni, 2(1), 115–126.

Susantyo, B. (2011). Memahami perilaku agresif: Sebuah tinjauan konseptual.


Informasi, 16(3), 189–202.

Syafanda, R. (2018). Hubungan antara agresifitas dan regulasi emosi dengan


kecenderungan perilaku cyberbullying pada siswa Ma Ali Maksum Yogyakarta.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Wibowo, N., E., & Nashori, H., F. (2017). Self regulation and aggressive Behavior on
male Adolescence. Jurnal RAP UNP, 8(1), 48–59.

Anda mungkin juga menyukai