PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada
Jurusan Psikologi
Oleh
HASMAWATI
A1R1 18 035
JURUSAN PSIKOLOGI
KENDARI
2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah tahap perkembangan remaja awal yang berlangsung pada
usia 10-12 tahun hingga remaja akhir pada usia 18-22 tahun yang merupakan
transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa awal. Pada masa remaja
tidak hanya terjadi secara fisik tetapi juga secara emosional, sosial dan personal
Perubahan tersebut seringkali membawa remaja pada perilaku anti sosial bahkan
Remaja merupakan kelompok yang rentan serta memiliki resiko yang tinggi
untuk melakukan perilaku agresif. Bahkan perilaku agresif dianggap tingkah laku
yang normal bagi remaja dan sebagian besar remaja menganggap bahwa tingkah
laku tersebut sebagai gejala masalah psikologis yang dihadapinya bahkan remaja
Perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja terdapat beberapa bentuk tindakan
kekerasan fisik dengan tujuan untuk menyakiti orang lain seperti memukul,
terdapat agresif verbal seperti berbicara yang kasar dan tidak sopan, menyakiti hati
Seperti yang diungkapkan oleh Buss & Perry (Fitri, Luawo & Puspasari, 2017)
beberapa bentuk dari perilaku agresif yang bisa muncul dan dirasakan oleh remaja
yaitu agresif fisik, verbal, kemarahan, dan permusuhan. Agresif fisik dan verbal
dapat diatasi dengan cara pengendalian perilaku melalui kontrol diri dan regulasi
Menurut Buss dan Perry (dalam Dini dan Indrijati, 2014) perilaku agresif
fisik atau psikologis pada orang lain untuk mengekspresikan emosi negatif untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Perilaku agresif ini dapat diamati dari
lingkungan sosial seperti kontak dengan keluarga, teman sebaya, dan media massa.
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
seperti gen, hormon, instink, frustasi, stress, emosi, dan konsep diri menjadi
kurangnya perhatian orang tua, adanya konflik dengan teman sebaya, adanya
konflik dengan orang tua, pengaruh pergaulan dan lingkungan (Susantyo, 2011).
Perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja muncul pada suatu dorongan yang
orang lain. Teori dari dorongan agresi menjelaskan bahwa perilaku agresi yang
terjadi dari dalam oleh dorongan untuk menyakiti orang lain. Dorongan tersebut
terhadap diri sendiri sebagai pelaku dari perilaku agresif maupun dampak yang
terjadi pada korban perilaku agresif yang tidak menginginkan adanya perilaku
tersebut. Dampak bagi pelaku agresif seperti dijauhi oleh teman, dibenci dan
ditakuti oleh teman lainnya. Sedangkan dampak bagi korban seperti dapat
menimbulkan luka secara fisik, trauma terhadap kejadian yang membuatnya takut
dan perasaan rendah diri (Arifin & Lukitaningsih, 2016). Dari dampak-dampak
itu sendiri untuk kedepannya baik sebagai pelaku maupun yang menjadi korban
hanya merugikan pelaku tetapi juga dapat merugikan pihak lain atau korban baik
dalam keadaan fisik maupun keadaan psikis serta akan mengganggu ketentraman
(TirtaMedia.id, 2021) di Kota Kendari terdapat kasus tentang perilaku agresif yang
dilakukan sekelompok pelajar dari SMK Negeri 2 Kendari yang terlibat tawuran
karena saling sindir menyindir dimedia sosial. Di ungkap oleh Kapolsek Poasia
ada sekitar 6 pelajar yang diamankan dan diberikan edukasi atas tawuran tersebut
sehingga bisa berdampak buruk bagi keselamatan individu karena terlibat aksi
Masih terdapat Kasus tawuran yang terjadi di SMK Negeri 2 Kendari pada tanggal
oleh kelompok pelajar dari SMK Negeri 2 Kendari yang disebabkan oleh masalah
bersenggolan saat acara joget diungkap salah satu kepala seksi hubungan
disebabkan saling memprovokasi dan adu domba antara dua kelompok pelajar
sehingga terjadi tawuran salimg melempar batu dan kayu. Dari tiga kasus di atas
dapat dilihat bahwa pelajar dari SMK Negeri 2 Kendari seringkali melakukan
dianggap kurang mampu untuk mengendalikan emosi dan salah satu penyebab
perilaku agresif yang muncul pada masa remaja adalah kemarahan. Marah
merupakan emosi yang sangat berbahaya karena dapat menyakiti individu lain.
Kemarahan ini merupakan emosi yang sulit untuk dihadapi oleh remaja karena
kemarahan ini akan mendorong remaja untuk melawan, sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa agresi adalah respon terhadap kemarahan. Marcus (2007) juga
Negeri 2 Kendari yang berinisial LK (41 tahun) pada tanggal 21 juni 2022 diruang
tidak diragukan lagi banyak yang mengatakan siswa di SMKN 2 Kendari sering
diantara teman lainnya sehingga siswa mudah untuk berperilaku agresif. Serta
6
yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ada beberapa catatan nama siswa yang
beberapa kali dipanggil oleh guru karena berulang kali melakukan perilaku agresif
Sebagai guru yang bertanggung jawab untuk membina siswa yang sering
perilaku yang dilakukan oleh siswa tetapi masih terdapat siswa yang melakukan
perilaku agresif sehingga ada beberapa korban yang mengundurkan diri dari
sekolah karena sudah tidak sanggup untuk selalu dipukul dan diintimidasi. Pada
wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif menjadi salah satu
Penelitian dari (Garofalo & Velotti, 2017) menjelaskan tentang perilaku agresif
pada pelaku kekerasan bahwa emosi negatif akan mudah dilakukan oleh remaja
terutama melakukan agresi fisik, sehingga remaja yang mempunyai emosi negatif
akan cenderung untuk bertindak agresif secara fisik terhadap teman sebaya dan
Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku agresif terjadi pada remaja karena
kurangnya keterampilan remaja dalam regulasi emosi. Hal ini sejalan dengan
menyebutkan bahwa ada hubungan negatif antara regulasi emosi terhadap perilaku
agresif. yang artinya, semakin tinggi regulasi emosi maka perilaku agresif yang
atau mengurangi satu atau lebih komponen terhadap respon emosi seperti
pengalaman emosi dan perilaku. Remaja yang memiliki kematangan emosi yang
baik tentunya memiliki kualitas emosi yang baik. Maka remaja mampu untuk
menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara agresifitas dan regulasi emosi
negatif antara regulasi emosi dan konformitas teman sebaya dengan perilaku agresi
di Pontianak.
fenomena yang penulis temukan dan hasil penelitian terdahulu yang pada
regulasi emosi maka perilaku agresif semakin rendah, sebaliknya jika regulasi
emosi rendah maka perilaku agresif semakin tinggi. Maka penulis tertarik untuk
8
melakukan penelitian lebih lanjut terkait seberapa besar peran regulasi emosi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka terdapat rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar peran regulasi emosi terhadap
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu untuk mengetahui
seberapa besar peran regulasi emosi terhadap perilaku agresif pada remaja laki-
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik dari segi teoritis
Bagi guru dapat memberikan bimbingan secara pribadi dan sosial, serta
untuk menahan perilaku agresif tidak muncul lagi dan berkembang menjadi
Bagi orang tua bisa menjadi bahan masukan dalam membantu anak
tidak berkembang.
selanjutnya terkait dengan peran regulasi emosi terhadap perilaku agresif pada
remaja laki-laki dan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding bagi penelitian
selanjutnya.
E. Penelitian Relevan
variabel independen yaitu regulasi emosi dan variabel dependen yaitu perilaku
agresif serta adanya perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
hubungan regulasi emosi dengan perilaku agresif yang terjadi pada siswa
antara regulasi emosi dengan perilaku agresif dan arah hubungan yang
perilaku agresif semakin tinggi. Perbedaan dari penelitian ini yang akan
dilakukan oleh penulis terdapat pada metode penelitian dan tempat penelitian.
regulasi diri dan perilaku agresif pada remaja. Hal tersebut membuktikan
bahwa semakin tinggi skor regulasi diri maka semakin rendah perilaku agresif
terdapat pada salah satu variabel yaitu regulasi diri, sedangkan variabel yang
akan diteliti variabel bebas menggunakan regulasi emosi selain itu pada
untuk melihat seberapa besar peran variabel bebas terhadap variabel terikat.
peran ayah dan kontrol diri sebagai prediktor kecenderungan perilaku agresif
sangat signifikan peran ayah dan kontrol diri terhadap kecenderungan perilaku
agresif pada remaja. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis terdapat pada tempat penelitian, dan salah satu variabel penelitian
regulasi emosi, kontrol diri, penerimaan diri terhadap perilaku agresif siswa
peran yang sangat signifikan antara regulasi emosi, kontrol diri dan
Semakin tinggi regulasi emosi, kontrol diri dan penerimaan diri maka semakin
diri, dan penerimaan diri maka semakin tinggi perilaku agresif. Perbedaan dari
penelitian ini yang akan dilakukan oleh penulis terdapat pada tempat
penelitian dan variabel penelitian yang dimana penelitian sebelumnya ada dua
variabel bebas sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis hanya
antara kontrol diri dengan perilaku agresi verbal pada siswa kelas X SMK di
kontrol diri dengan perilaku agresi verbal. Perbedaan dari penelitian ini yang
penelitian, dan variabel bebas yaitu kontrol diri sedangkan variabel bebas
Perbedaan dari penelitian ini yang akan dilakukan oleh penulits terdapat pada
tempat penelitian. Variabel bebas yang berbeda, salah satu variabel dari
dilakukan penulis untuk mengetahui seberapa besar peran antar dua variabel.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Agresif
Menurut Buss dan Perry (1992), perilaku agresif merupakan suatu perilaku
atau kecenderungan perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara
fisik atau psikologis untuk melampiaskan emosi yang tidak menyenangkan untuk
melalui konfrontasi dengan teman sebaya dan orang lebih dewasa dan
dilakukan oleh individu yang menyebabkan cedera pada orang lain atau merusak
objek tertentu yang terlihat jelas terdapat luka-luka akibat agresi fisik yang
benda. Beserta dapat menyebabkan cedera non fisik atau perilaku secara verbal
signifikan secara langsung maupun tidak langsung, meski begitu perilaku agresif
haruslah dihindari oleh individu karena dampaknya akan merugikan diri sendiri
Dari beberapa definisi perilaku agresif yang telah dijelaskan diatas maka
disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah tindakan individu yang berupa respon
organisme terhadap suatu stimulus atau skenario yang dihadapi oleh remaja yang
dilakukan dengan tujuan untuk menyerang, menyakiti orang lain atau benda lain
secara fisik dan verbal sehingga menimbulkan penderitaan fisik maupun psikis
bagi remaja yang menjadi korban yang tidak menginginkan adanya perilaku
fisik yang dapat dilihat seperti mendorong, memukul, mencubit, memukul dll.
secara verbal yang bisa menyakiti bahkan merugikan orang lain, seperti
15
melalui kata-kata atau kematian. Bentuk serangan verbal yang dapat dilihat
dll.
3. Anger (kemarahan)
amarahnya.
4. Hostility (permusuhan)
dendam, benci, dan sebal) seperti cemburu dan iri terhadap orang lain. Dan
suspicion seperti tidak percaya terhadap orang lain, khawatir, dan ktritik
terdapa beberapa aspek yang mempengaruhi resiliensi dalam diri individu, yaitu
penerimaan positif individu pada saat berada disituasi sulit atau sedang
1. Faktor Sosial
muncul terus menerus karena frustasi melainkan hukuman verbal atau fisik
2. Faktor personal
terhadap ego. Diselidiki oleh (Gusman & Baumeter, 1988) individu yang
individu merasa terancam jika ada orang lain yang bertanya pada dirinya.
Individu akan bereaksi secara agresif tingkat tinggi terhadap umpan balik
17
3. Kebudayaan
yang geografis seperti pesisir atau pesisir pantai akan menunjukkan bahwa
Karena nilai dan norma menjadi sikap serta perilaku dalam masyarakat akan
4. Situasional
yang paling sering muncul ketika menghadapi udara yang panas akan
sosial.
5. Sumber daya
dan kebutuhan lainnya, dan kedua merebut secara paksa yang dimiliki oleh
orang lain.
18
6. Media Massa
Tayangan yang ada dalam televisi memiliki potensi yang cukup besar untuk
ditiru oleh khalayak umum. Ada beberapa studi tentang televisi dan
Penjelasan teoritis dari penelitian ini mengarah pda teori pembelajaran sosial.
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresif yaitu: faktor sosial dan
ancaman ego, serta perbedaan gender. Budaya, situasi dan sumber daya.
B. Regulasi Emosi
atau mengurangi satu atau lebih bagian dari respon emosi yaitu engalaman emosi
untuk meningkatkan emosi positif maupun emosi negatif. Individu juga dapat
intensitas yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi antara lain
suatu proses perhatian motivasi dan perilaku. Hubungan dengan emosi akan
mencapai suatu afek pada adaptasi biologis atau sosial untuk mencapai tujuan
individu .
Dari beberapa definisi regulasi emosi yang telah dijelaskan diatas maka
oleh remaja untuk mengontrol perilaku yang disebabkan oleh emosi positif dan
emosi negatif yang dapat menenangkan diri dari efek psikologis yang disebabkan
oleh emosi. Bentuk dari emosi tersebut yaitu ekspresi marah, kecewa, sedih,
Menurut Gross (2007) terdapat empat aspek yang akan digunakan untuk
emosi yang mereka alami dan respon emosional yang mereka tunjukkan
seperti respon fisiologis, perilaku, dan nada suara. Sehingga individu tidak
mudah mengalami emosi yang berlebihan dan merespon emosi secara tepat.
suatu insiden yang akan menciptakan sebuah perasaan buruk tetapi individu
(acceptance).
a. Intensitas emosional
kembali suatu situasi dengan ketegangan yang rendah dan emosi negatif.
Sebaliknya jika individu dalam keadaan intensitas yang tinggi maka emosi
b. Kompleksitas kognitif
emosi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sebuah keterlibatan proses kognitif
Generasi ini menemukan solusi dalam regulasi emosi yang memadai untuk
c. Tujuan motivasi
yang akan dihadapi sekali atau beberapa kali. stimulus emosional yang akan
Buss dan Perry (1992) menyatakan perilaku agresif sebagai perilaku atau
kecenderungan perilaku yang niatnya untuk menyakiti orang lain baik secara fisik
maupun secara psikologis. Trisnawati dkk (2014) juga mengatakan bahwa perilaku
agresif membuat dampak yang serius bagi pelaku maupun korban. Dari korban bisa
menjadi pelaku dan bertindak lebih agresif dibandingkan orang lain. Dampak psikis
dan fisik terlihat jelas pada individu. Dimulai dari sulitnya mengontrol emosi,
coping yang dimiliki kurang baik sehingga mengalihkan masalahnya pada obat-
obatan terlarang dan perilaku menyimpang. Emosi yang tidak stabil, dan tidak
mampu menahan hawa nafsu membuat individu lebih agresif (Trisnawati dkk,
2014).
yaitu faktor internal (dari dalam) maupun faktor eksternal (dari luar). Faktor internal
sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor teman
disini adalah regulasi emosi. Regulasi emosi mengacu pada kemampuan seseorang
mencapai serangkaian tujuan (Gross & Thompson, 2006). Regulasi emosi telah
kontrol emosi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi munculnya
perilaku agresif. Remaja dengan kemampuan regulasi emosi yang baik akan mampu
Individu yang
memiliki regulasi
emosi yang rendah
maka perilaku
Aspek Regulasi Emosi Perilaku Agresif
agresif yang
(Gross, 2012) (Buss & Perry, 1992)
dilakukan akan
1. Strategi 1. Agresi Fisik tinggi
pengaturan 2. Agresi Verbal
emosi 3. Kemarahan
2. Perilaku yang 4. Permusuhan
diarahkan
pada tujuan
3. Kendalikan
respon
emosional
4. Penerimaan
respon
emosional
24
D. HIPOTESIS
Hipotesis pada penelitian ini adalah regulasi emosi memiliki peran yang
Kendari.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Identifikasi Variabel
2. Definisi Operasional
a. Perilaku Agresif
atau reaksi organisme terhadap suatu skenario yang dihadapi oleh siswa
merugikan orang lain baik secara fisik maupun secara verbal yang dapat
menyebabkan penderitaan fisik dan mental bagi siswa yang tidak ingin
psikologis.
b. Regulasi Emosi
B. Desain Penelitian
ini menggunakan ex-post facto. Ex-post facto adalah penelitian untuk menarik
1. Populasi
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang berjenis kelamin
2. Sampel
dilakukan dengan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu (Sugiyono, 2015). Adapun kriteria sampel penelitian ini yakni
D. Lokasi Penelitian
Kendari.
pengumpulan data primer sekunder karena data yang telah diperoleh akan
digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti atau menguji suatu
diantaranya:
1. Alat ukur
Alat ukur penelitian ini adalah menggunakan skala yang disusun untuk
peneliti.
Dalam penelitian ini, menggunakan skala likert, Alat ukur skala likert
dalam persetujuan yang dimulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
tidak diberikan pada penelitian ini karena sebagai alternative jawaban bagi
Tabel 1
Kategori jawabab skala
No . Alternatif Respon Skor Favorable Skor Unfavorable
1 Sangat sesuai (SS) 4 1
2 Sesuai (SE) 3 2
3 Tidak sesuai(TS) 2 3
4 Sangat tidak sesuai (STS) 1 4
ajaran 2022/2023.
perilaku agresif oleh Kuncoro (2021). Skala ini terdiri dari item-item yang
(1992) yang meliputi aspek bentuk agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan
Tabel 1
regulasi emosi yang dimiliki oleh remaja laki-laki di SMKN 2 Kendari tahun
ajaran 2022/2023.
regulasi emosi oleh Winnaiseh (2017). Skala ini terdiri dari item-item yang
aitem favorable dan 3 aitem unfavorable. Berikut blue print perilaku agresif.
Tabel 2.
Total 8 7 15
a. Validitas
mengukur atribut yang akan diukur (Aswar, 2017). Pada penelitian ini,
dengan skor validitas dengan rentang 0,317 hingga 0,798 dan skala
disimpulkan bahwa skor validitas item pada skala dalam penelitian ini
b. Uji Reliabilitas
reliabilitas dari tabulasi pada data penelitian. Yang diperoleh hasil skala
1.00.
a. Uji Normalitas
b. Uji Linearitas
menggunakan test for linearity pada program SPSS 21.2 for windows
hubungan linier jika nilai signifikansinya > 0,05. Sebaliknya jika nilai
signifikansi < 0,05 maka tidak ada hubungan linier (Sugiyono, 2013).
2. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis
variabel Y.
33
Y = a + bx
Keterangan:
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a dan b = Konstant
square.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, F. T., & Lukitaningsih, R. (2016). Studi kasus perilaku agresif siswa SMTA Se-
Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo. BK, 6(2), 1–6.
Baron, R. A. & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial (Ratna Djuwita, Ed.). Jakarta:
Erlangga.
Darsono, L. O., Binasar, S. S., & Aspin. (2019). Pengaruh layanan knnseling kelompok
dalam mengatasi perilaku agresi siswa SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal BENING,
3/2, 11–18.
Dini, F.E., dan Indrijati, H. (2014). Hubungan Antara Kesepian Dengan Perilaku
Agresif Pada Anak Didik Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Jurnal
Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 3(1), 30–36.
Fitri, S., Luawo, M. I. R., & Puspasari. (2017). Gambaran Agresivitas Pada Remaja
Laki-Laki Siswa SMA Negeri di DKI Jakarta. Jurnal Bimbingan Dan Konseling,
5(2), 155. https://doi.org/https://doi.org/10.21009/INSIGHT.052.02
Garofalo, C., & Velotti, P. (2017). Negative emotionality and aggression in violent
offenders: The moderating role of emotion dysregulation. Journal of Criminal
Justice, 51, 9–16. https://doi.org/https://doi/10.1016/j. jcrimjus.2017.05.015
Gross, J. J. (2014). Handbook of emotion regulation (2nd ed.). New York: Guilford
Press.
Permatasari, S., Situmorang, N. S., & Safaria, T. (2021). Hubungan regulasi emosi dan
konformitas teman sebaya dengan perilaku agresi di Pontianak. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(6), 5150–5160.
Purnawan, R. A., & Situmurang, N. Z. (2021). Peranan Regulasi Emosi, Kontrol Diri,
Penerimaan Diri Terhadap Perilaku Agresif Siswa Smp Di Yogyakarta. Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 5(1), 205.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i1.10777.2021
35
Rosalinda, R., & Satwika, Y. (2019). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku
Agresi Verbal Pada Siswa Kelas X SMK X Gresik. Jurnal Penelitian Psikologi,
06(02), 1–8. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/21448
Siregar, R.S,. & Ayriza, Y. (2020). Moral Disengagement Sebagai Prediktor Terhadap
Perilaku Agresif Remaja. Jurnal Ecopsy, 7(1).
https://doi.org/10.20527/ecopsy.v7i1.6068
Situmorang, N., Z., Pratiwi, Y., & Agung R, D., M. (2018). Peran ayah dan kontrol diri
sebagai prediktor kecenderungan perilaku agresif remaja. Jurnal Muara Ilmu
Sosial, Humaniora, Dan Seni, 2(1), 115–126.
Wibowo, N., E., & Nashori, H., F. (2017). Self regulation and aggressive Behavior on
male Adolescence. Jurnal RAP UNP, 8(1), 48–59.