Transformasi Koordinat
r
sa
Penyelesaian suatu persoalan fisis dapat lebih mudah dianalisa bila menggu-
ba
nakan sistem koordinat yang tepat. Ini berkaitan dengan perubahan ”cara
pandang”. Misalnya persoalan gerak parabola umumnya dianalisa dengan
kh
menggunakan sistem koordinat kartesian, sedangkan persoalan gerak me-
lingkar dianalisa dengan menggunakan sistem koordinat polar. Persoalan
13
fisis yang dianalisa tidak bergantung pada sistem koordinat yang digunakan.
20
Artinya hasilnya seharusnya tidak terpengaruh pada cara pandang yang di-
gunakan. Persoalan yang dirumuskan dalam suatu sistem koordinat bila akan
2
m
X = ax + by
(2.1)
ca
Y = cx + dy
19
20 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
y
� (x, y)
✕✁
✁
r✁
✁
✁
✶
✏ � (X, Y )
✁ R ✏✏✏✏
✁ ✏✏
✁ ✏✏✏
✁✏✏ x
r
sa
ba
atau R = Mr dengan R,M dan r adalah matriks. Dalam hal ini vektor
kh
r bertransformasi menjadi vektor R dan transformasinya dinyatakan
dengan matriks transformasi M. Interpretasi pertama ini hanya men-
13
transformasikan vektor sedangkan sumbu koordinatnya tetap. Misalk-
20
an r dan R adalah dua buah vektor yang dinyatakan sebagai berikut:
2
m
r = xî + y ĵ
se
R = X î + Y ĵ
01
22
x� = ax + by
y � = cx + dy
r
sa
2.2 Transformasi Ortogonal
ba
kh
Jika sumbu-sumbu koordinat yang baru diperoleh dari rotasi terhadap sumbu-
sumbu koordinat yang lama dengan sudut rotasi θ, maka dapat dinyatakan:
13
x� = x cos θ + y sin θ
20
y � = −x sin θ + y cos θ
2
� � � � �� �
se
x cos θ sin θ x
� =
y − sin θ cos θ y
01
x2 + y 2 = x�2 + y �2
ca
a2 + c2 = 1, ab + cd = 0, dan b2 + d2 = 1
Syarat�tersebut
� dapat disusun dalam bentuk matriks. � Misalkan
� matriks
a b a c
M = maka transposenya adalah M T = . Maka sya-
r
c d b d
sa
rat transformasi ortogonal tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai bentuk
ba
perkalian matriks M , yaitu:
kh
� �� � � �
T a c a b 1 0
M M= 13 =
b d c d 0 1
20
dengan M menyatakan matriks ortogonal. Ini berarti bahwa transpose da-
ri matriks M sama dengan matriks inverse nya. Dengan demikian untuk
2
rdinate)
ku
dan sistem koordinat silinder. Lengkungan sebuah kurva dalam sistem koo-
rdinat kartesian 3D dapat dinyatakan dengan:
ds2 = dx2 + dy 2 + dz 2
r
sa
Jumlahkan ketiga persamaan tersebut maka akan diperoleh
ba
ds2 = dx2 + dy 2 + dz 2 = dr2 + r2 dθ2 + dz 2
kh
Terlihat bahwa suku yang mengandung drdθ saling meniadakan. Hal tersebut
13
tidak selalu terjadi untuk sistem koordinat sembarang yang lain. Jika hal
20
tersebut terpenuhi maka sistem koordinat yang dimaksud dinamakan sistem
koordinat yang ortogonal. Dalam sistem koordinat ortogonal, vektor-vektor
2
dang tersebut berpotongan di satu titik tertentu dan garis tepi bidang yang
22
Vektor basis satuan digambarkan dalam arah singgung dari coordinat di-
rection tersebut. Vektor basis satuan dalam koordinat silinder ditunjukkan
ku
dengan er , eθ dan ez dalam gambar 2.3. Ketiga vektor basis satuan ini saling
ca
tegak lurus satu sama lainnya. Sebagai bandingannya, vektor basis satuan
dalam koordinat kartesian adalah i, j dan k. Arah vektor-vektor satuan ter-
sebut juga menggambarkan arah perubahan variabel-variabel yang berkait
dengan vektor satuan tersebut. Misalnya vektor satuan er menggambarkan
arah perubahan positif dari variabel r dalam sistem koordinat silinder, vektor
satuan eθ menggambarkan arah perubahan positif dari variabel θ dan vek-
tor ez menggambarkan arah perubahan positif dari variabel z dalam sistem
koordinat silinder, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2.3.
Jika panjang lengkungan ds dikaitkan dengan operasi dot product dari
vektor elemen panjang ds, maka dapat dinyatakan bahwa
ds2 = ds · ds (2.2)
24 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
r
sa
ba
kh
13
Gambar 2.3: Sistem koordinat silinder
20
2
m
ds = er dr + eθ rdθ + ez dz (2.3)
22
lfi
∂x ∂x
dx = dr + dθ (2.4)
∂r ∂θ
∂y ∂y
dy = dr + dθ (2.5)
∂r ∂θ
2.3. KOORDINAT LENGKUNG (CURVILINEAR COORDINATE) 25
r
∂r ∂r
sa
� �
∂x ∂y (2.7)
ba
reθ = i+ j = −r sin θi + r cos θj
∂θ ∂θ
kh
ez = k
13
Jadi vektor-vektor satuan dalam sistem koordinat silinder yaitu er , eθ dan ez
20
bila dinyatakan dalam vektor-vektor satuan dalam sistem koordinat kartesian
i, j dan k adalah sebagai berikut
2
m
er = cos θi + sin θj
se
ez = k
22
(yang berarti bahwa vektor-vektor basisnya saling tegak lurus) maka dapat
ca
dinyatakan
ds2 = ds · ds
= h21 dx21 + h22 dx22 + h23 dx23
3 (2.9)
�
= h2i dx2i
i=1
dengan hi disebut sebagai faktor skala (scale factor ). Faktor skala dapat
dipahami makna fisisnya sebagai berikut: untuk perubahan sebesar dxi dari
variabel pada koordinat xi , maka panjang vektor posisinya berubah sebesar
|hi dxi |.
26 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
r
dalam koordinat silinder adalah h1 = 1, h2 = r, h3 = 1.
sa
Sistem koordinat lengkung lainnya yang penting untuk diketahui adalah
ba
sistem koordinat bola (spherical coordinates). Variabel dalam sistem koordi-
kh
nat bola adalah r, θ dan φ. Hubungan variabel-variabel ini dengan x, y dan
z adalah
13
x = r sin θ cos φ
20
z = r cos θ
m
se
dy = sin θ sin φdr + r cos θ sin φdθ + r sin θ cos φdφ (2.12)
dz = cos θdr − r sin θdθ
lfi
ku
dx2 = sin2 θ cos2 φdr2 + r sin θ cos θ cos2 φdrdθ + r sin2 θ sin φ cos φdrdφ+
r sin θ cos θ cos2 φdrdθ + r2 cos2 θ cos2 φdθ2 −
r2 sin θ cos θ sin φ cos φdθdφ − r sin2 θ sin φ cos φdrdφ−
r2 sin θ cos θ sin φ cos φdθdφ + r 2 sin2 θ sin2 φdφ2
dy 2 = sin2 θ sin2 φdr2 + r sin θ cos θ sin φ cos φdrdθ + r sin2 θ sin φ cos φdrdφ
+ r sin θ cos θ sin2 φdrdθ + r2 cos2 θ sin2 φdθ2 + r2 sin θ cos θ sin φ cos φdθdφ
+ r sin2 θ sin φ cos φdrdφ + r 2 sin θ cos θ sin φ cos φdθdφ + r 2 sin2 θ cos2 φdφ2
dz 2 = cos2 θdr2 − r sin θ cos θdrdθ
− r sin θ cos θdrdθ + r2 sin2 θdθ2
(2.13)
2.3. KOORDINAT LENGKUNG (CURVILINEAR COORDINATE) 27
r
sa
ba
∂x ∂x ∂x
dx = dr + dθ + dφ
∂r ∂θ ∂φ
kh
= sin θ cos φdr + r cos θ cos φdθ − r sin θ sin φdφ
∂y ∂y ∂y 13
dy = dr + dθ + dφ
20
∂r ∂θ ∂φ (2.16)
= sin θ sin φdr + r cos θ sin φdθ + r sin θ cos φdφ
2
∂z ∂z
m
dz = dr + dθ
∂r ∂θ
se
r
sa
Dengan menggunakan notasi sistem koordinat umum, maka dapat dituliskan
ba
dalam bentuk, maka
kh
∂x1 ∂x2 ∂x3
ds =
∂x1
dx1 e1 +
∂x2
13
dx2 e2 +
∂x3
dx3 e3 (2.18)
20
Jika ada sistem koordinat lengkung lain yang mempunyai variabel yang di-
2
Dalam hal ini vektor-vektor a1 , a2 dan a3 disebut sebagai vektor basis untuk
sistem koordinat lengkung yang dimaksud. Jadi secara umum, vektor basis
dapat dinyatakan dalam bentuk
∂x ∂y ∂z ∂
an = i +j +k = s (2.19)
∂xn ∂xn ∂xn ∂xn
Vektor satuan en dapat diperoleh dari membagi vektor basis an dengan be-
sarnya, yaitu
an
en = (2.20)
|an |
Selanjutnya ds2 dapat dinyatakan dalam bentuk
ds2 = ds · ds
r
sa
= (dx1 a1 + dx2 a2 + dx3 a3 ) · (dx1 a1 + dx2 a2 + dx3 a3 )
ba
(2.21)
� � g11 g12 g13 dx1
kh
= dx1 dx2 dx3 g21 g22 g23 dx2
g31 g32 g33 13 dx3
vektor basisnya saling tegak lurus, sehingga dot product dari vektor-vektor
m
basis yang tidak sama akan bernilai nol sedangkan dot product dari vektor
se
basis yang sama akan memberikan nilai faktor skala. Dengan demikian untuk
sistem koordinat lengkung yang ortogonal akan dapat dinyatakan
01
2
22
� � h1 0 0 dx1
ds2 = dx1 dx2 dx3 0 h22 0 dx2 (2.22)
lfi
2
0 0 h3 dx3
ku
Contoh
ca
Dengan demikian
r
sa
sebagai �√ � �√ �
ba
ds = u2 + v 2 du eu + u2 + v 2 dv ev + dz ez
kh
Elemen volume untuk sistem koordinat ini
13
dV = (u2 + v 2 ) du dv dz
20
2
Gradient(∇u)
22
Dari pengertian tentang gradien dan turunan berarah telah dipahami bahwa
lfi
du
turunan pada suatu arah tertentu adalah komponen gradien u (dilam-
ds
ku
bangkan dengan ∇u) dalam arah tersebut. Dengan pengertian tersebut akan
ca
dicoba untuk memperoleh ungkapan gradien suatu fungsi dalam sistem koor-
dinat lengkung.
Tinjau sistem koordinat silinder sebagaimana yang telah diuraikan di atas
telah dinyatakan bahwa
yang berarti jika variabel r berubah (dengan θ dan z tetap) maka dapat
dinyatakan ds = dr. Hal ini berarti komponen r dari ∇u adalah du/ds saat
ds = dr atau dapat dinyatakan sebagai ∂u/∂r.
Jika variabel θ berubah (dengan r dan z tetap) maka dapat dinyatakan ds =
rdθ. Artinya komponen θ dari ∇u adalah du/ds saat ds = rdθ atau dapat
2.5. OPERASI VEKTOR DALAM KOORDINAT LENGKUNG YANG ORTHOGONAL31
r
hi ∂xi
sa
i=1
ba
Divergensi (∇ · V)
kh
Misalkan suatu vektor V dinyatakan dalam komponen-komponennya sebagai
13
V = e 1 V 1 + e2 V 2 + e3 V 3 (2.26)
20
Telah diperoleh sebelumnya bahwa gradien dari suau fungsi u(x1 , x2 , x3 ) ada-
2
lah
1 ∂u 1 ∂u 1 ∂u
m
∇u = e1 + e2 + e3 (2.27)
se
1 ∂x1
∇x1 = e1 +0+0
22
h1 ∂x1
e1
lfi
=
h1
ku
e2
∇x2 =
h2
e3
∇x3 =
h3
Jika vektor-vektor basis satuan e1 , e2 dan e3 adalah ortogonal dan mengikuti
aturan triad (siklik, yaitu e1 × e2 = e3 ), maka dapat dinyatakan
e1 e2 e3
∇x1 × ∇x2 = × =
h1 h2 h1 h2
e2 e 3 e1
∇x2 × ∇x3 = × = (2.28)
h2 h3 h2 h3
e3 e 1 e2
∇x3 × ∇x1 = × =
h3 h1 h1 h3
32 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
r
sa
e1 e2 e3 (2.30)
= (h2 h3 V1 ) + (h1 h3 V2 ) + (h1 h2 V3 )
ba
h2 h3 h1 h3 h1 h2
kh
Kemudian bila digunakan identitas operasi vektor yaitu ∇·(φV) = V·(∇φ)+
φ∇ · V dan menggunakan hasil pada persamaan 2.29 maka
� � � � 13 � �
e1 e1 e1
∇ · h2 h3 V1 = · ∇(h2 h3 V1 ) + (h2 h3 V1 )∇ ·
20
h2 h3 h2 h3 h2 h3
� �
e1
2
= · ∇(h2 h3 V1 ) + 0 (2.31)
m
hh
� 2 3�
se
e1
= · ∇(h2 h3 V1 )
h2 h3
01
1 ∂(h2 h3 V1 )
lfi
e1 · ∇ (h2 h3 V1 ) =
h1 ∂x1
ku
sehingga
e1 1 ∂(h2 h3 V1 )
ca
· ∇ (h2 h3 V1 ) =
h2 h3 h1 h2 h3 ∂x1
Akhirnya akan dapat diperoleh
� �
e1 e2 e3
∇ · V =∇ · (h2 h3 V1 ) + (h1 h3 V2 ) + (h1 h2 V3 )
h2 h3 h1 h3 h1 h2
e1 e2 e3
=∇ · (h2 h3 V1 ) + ∇ · (h1 h3 V2 ) + ∇ · (h1 h2 V3 )
h2 h3 h1 h3 h1 h2
(2.32)
1 ∂(h2 h3 V1 ) 1 ∂(h1 h3 V2 ) 1 ∂(h1 h2 V3 )
= + +
h1 h2 h3 ∂x1 h1 h2 h3 ∂x2 h1 h2 h3 ∂x3
� �
1 ∂(h2 h3 V1 ) ∂(h1 h3 V2 ) ∂(h1 h2 V3 )
∇·V = + +
h1 h2 h3 ∂x1 ∂x2 ∂x3
2.5. OPERASI VEKTOR DALAM KOORDINAT LENGKUNG YANG ORTHOGONAL33
Laplacian (∇2 u)
Operator Laplacian dilambangkan dengan ∇2 . Operator ini bekerja pada
suatu fungsi skalar. Definisinya adalah divergensi dari suatu gradien. Oleh
karenanya laplacian dari suatu fungsi u dapat dinyatakan sebagai berikut
∇2 u = ∇ · (∇u) (2.33)
r
= + +
sa
h1 h2 h3 ∂x1 h1 ∂x1 ∂x2 h2 ∂x2 ∂x3 h3 ∂x3
ba
(2.34)
kh
Curl (∇ × V) 13
Suatu vektor V dalam sistem koordinat umum dapat dinyatakan sebagai
20
berikut
2
e1 e2 e3
m
e1 e2 e3
∇x1 = ; ∇x2 = ; ∇x3 =
lfi
h1 h2 h3
ku
bahwa
� �
e1
∇ × ∇x1 = ∇ × =0
h1
� �
e2
∇ × ∇x2 = ∇ × =0
h
� 2�
e3
∇ × ∇x3 = ∇ × =0
h3
Tinjau identitas vektor yang melibatkan rotasi dari perkalian suatu fungsi
dengan vektor yang dinyatakan dengan ∇ × (φA) = φ(∇ × A) − A × (∇φ).
34 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
r
sa
Jadi diperoleh
ba
� �
kh
e1 e1
∇ × (h1 V1 ) =− × (∇(h1 V1 ))
h1 h1
� 13 �
e1 e1 ∂ e2 ∂ e3 ∂
=− × (h1 V1 ) + (h1 V1 ) + (h1 V1 )
20
h1 h1 ∂x1 h2 ∂x2 h3 ∂x3
e3 ∂ e2 ∂
2
=− (h1 V1 ) + (h1 V1 )
m
h1 h2 ∂x2 h1 h3 ∂x3
e2 ∂ e3 ∂
se
= (h1 V1 ) − (h1 V1 )
h1 h3 ∂x3 h1 h2 ∂x2
01
Dengan cara yang sama akan dapat diperoleh persamaan yang lain
22
� �
lfi
e2 e2
∇ × (h2 V2 ) =− × (∇(h2 V2 ))
h2 h2
ku
� �
e2 e1 ∂ e2 ∂ e3 ∂
=− × (h2 V2 ) + (h2 V2 ) + (h2 V2 )
ca
� �
1 ∂ ∂
∇ × V =e1 (h3 V3 ) − (h2 V2 )
h2 h3 ∂x2 ∂x3
� �
1 ∂ ∂
+ e2 (h1 V1 ) − (h3 V3 ) (2.35)
h1 h3 ∂x3 ∂x1
� �
1 ∂ ∂
+ e3 (h2 V2 ) − (h1 V1 )
h1 h2 ∂x1 ∂x2
r
Contoh 1
sa
ba
Suatu medan vektor sistem koordinat kartesian dinyatakan dengan V =
yzi − yj + xz 2 k. Tentukanlah divergensi medan vektor tersebut bila meng-
kh
gunakan sistem koordinat silinder.
13
Dengan mengganti variabel x, y, z menjadi variabel-variabel dalam sistem
20
lam bentuk
m
se
� �
+ ez rz 2 cos θ
lfi
ku
Hasil tersebut akan sama jika divergensi medan vektor tersebut dihitung
langsung menggunakan sistem koordinat kartesian:
Contoh 2
Suatu fungsi medan skalar dinyatakan dalam sistem koordinat bola sebagai
φ = eikr cos θ dengan k adalah konstanta. Tentukan laplacian fungsi medan
r
sa
skalar tersebut.
ba
Fungsi medan skalar tersebut bila dinyatakan menggunakan sistem koordinat
kh
kartesian adalah φ = eikz . Dengan demikian, laplacian medan skalar tersebut
adalah 13
20
∂ 2φ ∂ 2φ ∂ 2φ
∇2 φ = + + 2
∂x2 ∂y 2 ∂z
2
� ikz �
m
2
dφ d d(e )
= 2 =
se
dz dz dz
2 ikz 2 ikr cos θ
= −k e = −k e = −k 2 φ
01
22
Contoh 3
lfi
Tentukan rotasi dari medan vektor reθ di mana r dan θ adalah variabel-
ku
e1 ∂(r2 ) e3 ∂(r2 )
∇ × (reθ ) = − + =0+2=2
r2 sin θ ∂φ r ∂r
2.6 Tensor
Tensor merupakan generalisasi dari skalar dan vektor. Skalar tidak lain ada-
lah tensor orde (atau rank ) nol sedangkan vektor adalah tensor orde satu.
Pada ruang 3 dimensi, suatu tensor orde nol (skalar) mempunyai jumlah
komponen sebanyak 30 = 1 buah, sedangkan suatu tensor orde satu (vektor)
2.7. TENSOR KARTESIAN 37
r
sa
ba
2.7 Tensor Kartesian
kh
Tensor orde 2 dalam sistem koordinat kartesian (yaitu matriks) komponen-
13
komponennya diidentifikasi menggunakan dua indeks. Dalam hal ini kompo-
nen suatu tensor T dinyatakan dengan Tij . Dapat dengan mudah dipahami
20
bahwa tensor orde tiga komponennya diidentifikasi dengan tiga buah indeks
2
(Tijk ).
m
Tinjau dua buah vektor U dan V dalam sistem koordinat kartesian yang
se
Direct product antara kedua vektor tersebut dapat diperoleh sebagai berikut
22
U1 � � U1 V1 U1 V2 U1 V3
lfi
U ⊗ V = U2 ⊗ V1 V2 V3 = U2 V1 U2 V2 U2 V3 (2.36)
ku
U3 U3 V1 U3 V2 U3 V3
ca
Jadi tensor rank 2 dapat diperoleh dari direct product dua buah tensor rank
1.
Tinjau suatu transformasi yang berupa rotasi sumbu koordinat kartesis.
Misalkan sumbu koordinat awal dinyatakan dengan X, Y, Z dan sumbu koo-
rdinat ini mengalami rotasi tiga dimensi dengan titik pusat rotasinya adalah
titik pusat koordinat. Sumbu koordinat hasil rotasinya dinyatakan dengan
X � , Y � , Z � . Suatu vektor. Rotasi sumbu koordinat termasuk transforma-
si yang ortogonal, karena besar (panjang) suatu vektor tidak berubah bila
mengalami transformasi tersebut. Misalkan suatu titik dalam sistem X, Y, Z
koordinatnya dinyatakan dengan (x, y, z) dan titik tersebut bila dinyatakan
dengan sistem X � , Y � , Z � koordinatnya adalah (x� , y � , z � ). Rotasi 3D sistem
38 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
r
vektor satuan i� , j� dan k� maka akan diperoleh
sa
ba
R · i� = x(i · i� ) + y(j · i� ) + z(k · i� ) = x�
kh
R · j� = x(i · j� ) + y(j · j� ) + z(k · j� ) = y �
13
R · k� = x(i · k� ) + y(j · k� ) + z(k · k� ) = z �
20
dengan demikian dapat dinyatakan
�
(i · i� ) (j · i� ) (k · i� )
2
x x x
m
y � = A y = (i · j� ) (j · j� ) (k · j� ) y
se
z� z (i · k� ) (j · k� ) (k · k� ) z
01
cosinus sudut yang dibentuk antara sumbu X dan sumbu X � ). Artinya ada
lfi
lam sistem koordinat awal dinyatakan dengan (U1 , U2 , U3 ), maka bila sumbu-
sumbu koordinat tersebut ditransformasikan (misalnya rotasi), telah dapat
diperoleh bahwa
�
U1 a11 a12 a13 U1
U2� = a21 a22 a23 U2 (2.38)
U3� a31 a32 a33 U3
Dalam notasi lain dapat dituliskan
3
�
Ui� = aij Uj (2.39)
j=1
2.7. TENSOR KARTESIAN 39
Demikian juga untuk vektor lainnya yaitu vektor V yang komponennya di-
nyatakan dengan (V1 , V2 , V3 ) diperoleh
3
�
Vi� = aij Vj (2.40)
j=1
r
sa
j=1
ba
Karena direct product dua buah vektor membentuk suatu tensor rank 2, maka
kh
direct product dari U� dan V� juga menghasilkan tensor
3
� 3
� 3
� 13
Uk� Vl� = aki Ui alj Vj = aki alj Ui Vj (2.42)
20
i=1 j=1 i,j=1
2
dengan menggunakan Tij = Ui Vj dan Tkl� = Uk� Vl� , maka berarti dapat dinya-
m
takan
se
� 3
Tkl� = aki alj Tij (2.43)
01
i,j=1
22
Notasi tersebut dapat diperluas untuk tensor dengan rank yang lebih tinggi,
lfi
�
Tαβγδ = aαi aβj aγk aδl Tijkl (2.44)
ca
i,j,k,l
Secara umum direct product dua buah tensor yang masing-masing mempu-
nyai rank m dan n adalah suatu tensor baru yang mempunyai rank (m + n).
Suatu tensor orde dua disebut tensor yang simetrik jika Tij = Tji dan
disebut antisimetrik jika Tij = −Tji .
Beberapa sifat penting yang terkait penjumlahan/ pengurangan tensor
• suatu tensor rank 2 dapat dituliskan sebagai jumlah dari tensor simetrik
dan tensor antisimetrik.
• kombinasi linier dari dua buah tensor yang mempunyai rank n adalah
tensor yang juga mempunyai rank n.
40 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
3
�
r
sa
aij bjk = ai1 b1k + ai2 b2k + ai3 b3k
ba
j=1
kh
hadap indeks i tersebut. Sedangkan pada contoh kedua, indeks yang berulang
13
adalah indeks j sehingga sesuai konvensi penjumlahan, maka penjumlahan
yang dilakukan adalah terhadap indeks j.
20
�
Tαβγδ = aαi aβj aγk aδl Tijkl (2.45)
01
Dalam operasi tensor sering juga digunakan notasi lain yaitu yang dinamak-
22
�
1 untuk i = j
ca
δij = (2.46)
0 lainnya
Terlihat bahwa δij merepresentasikan suatu tensor (karena ada dua indeks)
yang elemen diagonal utamanya sama dengan satu sementara elemen lainnya
adalah nol. Artinya bila dituliskan dalam bentuk matriks dapat dinyatakan
1 0 ... 0
0 1 ... 0
δ= ... ... ... ...
(2.47)
0 0 ... 1
r
Tinjau sistem koordinat bola yang variabelnya dinyatakan dengan r, θ dan
sa
φ. Hubungan variabel-variabel ini dengan variabel-variabel dalam sistem
ba
koordinat kartesian adalah
kh
x = r sin θ cos φ
y = r sin θ sin φ 13
z = r cos φ
20
masi linier seperti yang sebelumnya dibahas (rotasi sistem koordinat karte-
m
dx sin θ cos φ r cos θ cos φ −r sin θ sin φ dr
ca
Untuk koordinat umum dengan variabel x1 , x2 , x3 dan x�1 , x�2 , x�3 jika ko-
ordinat (x1 , x2 , x3 ) ditransformasi menjadi koordinat (x�1 , x�2 , x�3 ) maka seba-
gaimana yang telah diuraikan di atas akan dapat dinyatakan
∂x�1 ∂x�1 ∂x�1
∂x1 ∂x2 ∂x3
�
dx1 � dx1
dx�2 = ∂x�2 ∂x�2 ∂x2
dx2 (2.49)
∂x1 ∂x2 ∂x3 dx
dx�3 3
∂x� ∂x�3 ∂x3�
3
∂x1 ∂x2 ∂x3
r
sa
Biasanya dituliskan dalam bentuk notasi yang sederhana yaitu dr � = Jdr
ba
Determinan dari matriks J dinamakan Jacobian dari transformasi tersebut.
kh
Jadi
� �
� ∂x�1 ∂x�1 ∂x�1 � 13
� �
� ∂x1 ∂x2 ∂x3 �
� �
20
� �
� �
� ∂x�2 ∂x�2 ∂x�2 � ∂(x�1 , x�2 , x�3 )
det J = � �= (2.50)
2
� �
� �
se
∂x�i
ca
r
sa
dengan |J| menyatakan Jacobian transformasi tersebut.
ba
kh
Contoh
13
Tentukanlah bentuk elemen volume dalam sistem koordinat bola.
20
x = r sin θ cos φ
01
y = r sin θ sin φ
22
z = r cos φ
lfi
maka diperoleh
ku
∂x ∂y ∂z
= sin θ cos φ = sin θ sin φ = cos θ
ca
∂r ∂r ∂r
∂x ∂y ∂z
= r cos θ cos φ = r cos θ sin φ = −r sin θ
∂θ ∂θ ∂θ
∂x ∂y ∂z
= −r sin θ sin φ = r sin θ cos φ =0
∂φ ∂φ ∂φ
Dengan demikian Jacobian transformasi ini adalah
� �
� ∂x ∂x ∂x �
� �
� ∂r ∂θ ∂φ ��
� ∂y ∂y ∂y �
�
Jacobian = |J| = � � = r2 sin θ
� ∂r ∂θ ∂φ �
� ∂z ∂z ∂z ��
�
� ∂r ∂θ ∂φ �
44 BAB 2. TRANSFORMASI KOORDINAT
r
sa
ba
kh
13
20
2
m
se
01
22
lfi
ku
ca
Paket Soal Bab 2
r
a sinh u sin v dan z = z. Tentukanlah faktor skala, vektor elemen per-
sa
pindahan ds, vektor basis dan vektor satuan untuk sistem koordinat
ba
ini.
kh
2. Tentukanlah bentuk gradien, divergensi, laplacian dan curl untuk sis-
13
tem koordinat silinder parabolik dan silinder eliptik.
20
45
46
ca
ku
lfi
22
01
se
m
2
20
13
kh
ba
sa
r
Paket Soal Bab 2