Anda di halaman 1dari 26

KULIAH 27

A. Pendahuluan
Kuliah 27 sampai dengan Kuliah 30 membahas kalkulus variasi (calculus of
variations) dan penggunaannya untuk menyelesaikan permasalahan fisika. Perkuliahan ke
27 yang merupakan perkuliahan pertama pada topik kalkulus variasi ini menyajikan
pengenalan kalkulus variasi dan persamaan Euler untuk menyelesaikan permasalahan nilai
stasioner atau maksimum atau minimum. Oleh karena itu, di akhir perkuliahan ke 27 ini
diharapkan Saudara dapat
 menentukan bentuk integral tunggal dari beberapa permasalahan fisika
 menentukan keadaan stasioner dari bentuk integral tunggal
 menyelesaikan persamaan Euler (persamaan Euler – Lagrange).
Untuk memudahkan pemahaman materi pada perkuliahan ini, konsep turunan dan
integral harus dikuasi dengan baik. Pelajari kembali topik-topik prasyarat ini yang telah
Saudara peroleh dari matakuliah lain.

B. Persamaan Euler/Persamaan Euler-Lagrange


Beberapa besaran fisik dapat dituliskan dalam bentuk integral tunggal. Sebagai
contoh jarak antara dua titik atau panjang suatu kurva (busur) dari titik  x1 , y1  ke titik
 x2 , y2  . Perhatikan Gambar 27.1. B
Panjang busur dari titik A  x1 , y1  ke titik y2
B  x2 , y2  adalah
y
ds 2  dx2  dy 2
2
y = f(x)
2
 dy   dx  ds
ds  1    dx  1    dy
 dx   dy  dy
x2 2 2x A
 dy  y2
s  1    dx   1  y2 dx (27.1a) dx
x1  dx  x1
x1 x2
atau G27.1
y2 2 x2
 dx 
s  1    dy   1  x2 dy (27.1b)
y1  dy  x1

Contoh berikutnya adalah waktu tempuh yang diperlukan partikel/objek untuk


menempuh jarak yang menghubungkan dua titik jika partikel/objek bergerak dengan
kelajuan v. Ini diperoleh dari persamaan kelajuan
ds
v
dt
sehingga waktu tempuh adalah
ds
dt 
v
Berdasarkan persamaan (27.1), waktu tempuh dari titik  x1 , y1  ke titik  x2 , y2  adalah

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 1


t2 x2 2 2 x
1  dy  1
t   dt   1    dx   1  y2 dx (27.2)
t1 x1
v  dx  x1
v

Contoh ketiga adalah luas permukaan bangun y y=f(x)


hasil pemutaran terhadap sumbu x seperti ditunjukkan
dA= 2yds
oleh Gambar 27.2. Luas permukaan bangun putar ini
adalah
dA  2 y ds
x2 22 x x
 dy 
A  2  y 1    dx  2  y 1  y2 dx (27.3a) z ds
x1  dx  x1

atau y
Gambar 27.2
y2 2 y2
 dx 
A  2  y 1    dy  2  y 1  x2 dy (27.3b)
y1  dy  y1

Persamaan (27.1) – (27.3a) dapat dituliskan dalam bentuk umum


x2

I   F  x, y, y dx (27.4)
x1

Metode/cara menentukan y  x  sedemikian sehingga integral I memiliki nilai stasioner


(minimum atau maksimum atau titik balik - inflection) adalah kajian kalkulus variasi.
Dengan demikian, berdasarkan persamaan (27.1) – (27.3), maka kalkulus variasi
menyediakan cara/metode untuk menentukan jarak terdekat (geodesi), waktu tempuh
terpendek atau luas permukaan terkecil dan sebagainya.
Fungsi y  x  sehingga I stasioner disebut
sebagai extremal. Fungsi y  x  menghubungkan titik
 x1 , y1  dan  x2 , y2  . Kita dapat membuat fungsi-
fungsi yang menghubungkan kedua titik tersebut dan
berbeda dengan fungsi extremal y  x  . Fungsi ini
dapat dituliskan secara umum sebagai
Y  x   y  x     x  (27.5)
dengan   x  adalah fungsi sembarang yang
kontinyu, yang memiliki turunan pertama dan
memenuhi   x1     x2   0 (lihat Gambar 27.3).
Dengan fungsi baru ini yakni persamaan (27.5),
Gambar 27.3
maka persamaan (27.4) menjadi
x2

I      F  x,Y ,Y  dx (27.6)


x1

dI
Nilai I stasioner (minimum) jika  0 ketika   0 . Dengan syarat ini, maka
d
diperoleh

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 2


x2 x
 F dx F dY F dY    F dY F dY  
2
dI dx
 0    dx     dx ;  0 (27.7)
d x1 
x d  Y d  Y  d   x1 
Y d  Y  d   d

Karena turunan persamaan (27.5) terhadap x adalah Y   x   y   x     x  ; turunan Y


dY dY 
terhadap  adalah    x  dan turunan Y  terhadap  adalah    x  serta
d d
Y   x   y  x  dan Y  x   y  x  pada saat   0 maka maka persamaan (27.7) menjadi
x2
dI  F F 
 
 0  x     x  dx  0 (27.8)
d x1 
y y  
Suku kedua persamaan (27.7) dapat disederhanakan menjadi
x2 x2 x2
F F d  F
x y   x  dx  x y dx dx  x y d 
1 1 1

Integral ini dapat diselesaikan integral parsial, dengan pengubahan variabel


F d F
u  du  dx dan dv  d   v  
y  dx y
x2 x2 x2
F F d F
x y   x  dx  y   x  x1

x1
dx y
  x  dx
1

karena   x1     x2   0 maka persamaan (27.8) menjadi


x2
dI  F d F 
     x dx  0 (27.9)
y dx y 
 0
d x1 

Persamaan (27.9) memberikan


F d F d F F
  0 atau  0 (27.10)
y dx y dx y  y
yang disebut sebagai persamaan Euler atau persamaan Euler – Lagrange karena persamaan
ini merupakan dasar dari persamaan Lagrange pada mekanika klasik.

Jika kita sederhanakan suku yang mengandung turunan terhadap x sebagai berikut
d  dF    dF    dF  dy   dF  dy  2 F  2 F dy  2 F dy 
           
dx  dy  x  dy   y  dy   dx y  dy   dx xy yy  dx y 2 dx
maka persamaan Euler menjadi
F  2 F 2 F 2F
  y  2 y   0 (27.11)
y xy  yy y
Contoh 1, menentukan persamaan jarak terdekat yang menghubungkan titik  2,0 
ke titik  0, 2  diperoleh dengan membuat integral
0 2 0
 dy 
I   1    dx   1  y2 dx
2  dx  2
stasioner. Penyelesaiannya adalah dengan persamaan Euler. Berdasarkan persamaan Euler
maka
F F y
F  1  y 2   0 dan  sehingga
y y  1  y 2

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 3


d F F d y y c
 0   0 atau  c atau y   atau
dx y  y dx 1  y2 1  y2 1  c2
c
y dx
1  c2
Solusi persamaan ini adalah
c
y xK
1  c2
Dengan demikian persamaan garis yang menghubungkan dua titik dan yang memiliki jarak
terdekat secara umum adalah
y  ax  b
Garis ini melalui  2,0  dan  0, 2  maka
1
K  2 dan c 
2
dan solusinya menjadi
y  x2

Soal-Soal 27
ds c
Laju cahaya dalam medium yang berindeks bias n adalah v   . Waktu tempuh dari
dt n
B B
1
A ke B adalah t   dt   n ds Berdasarkan prinsip Fermat, t adalah stasioner. Jika
A
cA
lintasan terdiri dari dua bagian garis lurus dengan indek bias n konstan pada setiap bagian,
B
maka  n ds  n d1 1  n2 d 2 yang merupakan permasalahan kalkulus biasa. Berdasarkan
A
keterangan ini maka selesaikan permasalahan berikut
1. Turunkan persamaan hukum pemantulan yakni    (perhatikan
gambar). Petunjuk, misalkan cahaya datang dari titik A  x1 , y1  ke
titik B  x2 , y2  melalui titik sembarang P  x,0  pada cermin yang
diletakkan sepanjang sumbu x. Selanjutnya gunakan
dt n dD
  0 dengan D adalah jarak sepanjang APB dan
dx c dx
tunjukkan bahwa    .

2. Turunkan persamaan hukum pembiasan Snell yakni


n1 sin 1  n2 sin 2 (perhatikan gambar)

3. Tunjukkan bahwa lintasan sebenarnya nukan lintasan dengan


waktu yang terpendek/terkecil. Petunjuk, pada diagram, A adalah
sumber cahaya; CD adalah penampang permukaan pemantul dan B adalah titik yang
dilalui oleh cahaya yang dipantulkan. APB adalah
lintasan sebenarnya dan AP’B serta AP”B adalah variasi
lintasan yang lain. Selanjutnya tunjukkan bahwa variasi
lintasan

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 4


a. Apakah panjangnya sama dengan panjang lintasan sebenarnya jika CD adalah elips
dengan A dan B adalah titik-titik fokusnya
b. Apakah lebih panjang daripada panjang lintasan sebenarnya jika garis singgung
yang melalui P pada elips dengan A dan B adalah titik-titik fokusnya
c. Apakah lebih pendek daripada panjang lintasan sebenarnya jika CD adalah panjang
busur dari kurva tangensial pada elips di titik P dan yang berada di dalamnya (pada
kasus ini, waktunya adalah yang terbesar)
d. Apakah lebih panjang pada satu sisi dan lebih pendek pada sisi yang lain jika CD
memotong elips pada titik P tetapi merupakan tangensial pada titik P tersebut
(yakni CD memiliki titik infleksi pada P)

Tentukan fungsi y dengan menyelesaikan persamaan Euler untuk membuat integral berikut
ini stasioner
x2 x2 x2
2 ds
4.  x 1  y  dx 5.  6.  x 1  y 2 dx
x1 x1
x x1
x2 x2 x2

7.  x ds 8.  y2  y 2 dx 
9.  y2  y dx 
x1 x1 x1
x2

10.  e x 1  y2 dx (petunjuk: misalkan e x  u )


x1
x2 x2 x2
2 2 2 x 2 dx
11.  x y  x dx
x1
12.  1  yy 
x1
dx 13. 
x1
xy  1

x2 x2 x2
2 2 2 x y 2 dx
14.  y  xydx 15.  y  y   2 ye dx 16. 
x1 x1 x1
x3
1 1 1
2
17.  4 y  y dx
0
18.  yy  4 y dx
0
19.  yy  4 y dx
0

20. Tentukan fungsi y  x  yang melalui titik  0 ,0  dan 1,1 dan meminimalkan
1
2
 y  y 2 dx
0

21. Tentukan fungsi y  x  yang melalui titik  0 ,0  dan   / 2,1 dan meminimalkan
1
2
 y  y 2 dx
0

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 5


KULIAH 28

A. Pendahuluan
Perkuliahan ke 28 membahas pengembangan persamaan Euler dengan variable pada
sistem koordinat lain dan kasus-kasus khusus dengan variable tertentu tidak ada serta
penyelesaian permasalahan brachistochrone (bentuk cycloid). Oleh karena itu, di akhir
perkuliahan ini diharapkan Saudara dapat
 menyelesaikan persamaan Euler dengan variabel dalam sistem koordinat lain
 menyelesaikan persamaan Euler dengan variable tertentu tidak ada atau pengubahan
variabel
 menyelesaikan permasalahan brachistochrone (bentuk cycloid)
Untuk memudahkan memahami materi pada perkuliahan ini, diferensial dan integral
harus dikuasai dengan baik. Pelajari kembali diferensial dan integral yang telah Saudara
peroleh dari matakuliah lain.

B. Teknik Penyelesaian Persamaan Euler


x2
d F F
Persamaan Euler untuk membuat I   F  x, y, y dx stasioner adalah  0
x1
dx y  y
Fungsi F merupakan fungsi dari variabel bebas, artinya jika bekerja dalam sistem
r2

koordinat polar maka persamaan Euler I   F  r,  ,   dr satisoner adalah


r1

d F F
 0 (28.1)
dr  
t2

Untuk variabel lain, misalnya untuk membuat I   F  t ,x,x  dt stasioner maka persamaan
t1

d F F
Eulernya adalah  0 (28.2)
dt x x
x2
d F F
Integral I   F  x, y, y dx dengan persamaan Euler   0 memiliki
x1
dx y  y
y2

variabel terikat y sebaliknya integral I   F  y,x,xdy


y1
dengan persamaan Euler

d F F
  0 memiliki variabel terikat x. Penyelesaian persamaan Euler menjadi
dy x x
sederhana jika fungsi F tidak bergantung secara langsung pada variabel terikat (y atau x
bergantung bentuk integralnya). Dengan demikian untuk F yang tidak bergantung variabel
terikat y maka
F d F F
 0 dan  0 atau c (28.3a)
y dx y  y 
Sedangkan untuk F yang tidak bergantung variabel terikat x maka
F d F F
 0 dan  0 atau c (28.3b)
x dy x x

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 6


Contoh 1, persamaan lintasan yang dilalui cahaya yang melintasi medium dengan
indeks bias n sebanding dengan r 2 (dalam sistem koordinat polar). Ini berarti, kita
2
menjadikan (lihat pengantar Soal-soal 27)  n ds   r dr 2  r 2 d 2   r 2 1  r 2 2 dr

stasioner. Karena F  r 2 1  r 2 2 yang tidak bergantung pada variabel terikat 


F F 1 r 2 2r 2 
sehingga  0 dan    c . Kemudian kuadratkan kedua
  2 1  r 22 1  r 2 2
sisi untuk mendapatkan
2 d c c
2 2
 c 2 atau    atau    dr
1  r  dr 2
1 c r 2
1  c2r 2
Integral ini dapat diselesaikan dengan substitusi
1 1
r  sinu  dr  cos u du dan 1  c 2 r 2  1  sin 2 u  cos u
c c
c 1
Dengan demikian    dr   du  u  sin 1 cr  K atau r  sin    K 
1 c r2 2 c
Contoh 2, menentukan persamaan garis yang melalui 1,0  dan  2,1 dengan
2
1  y2 1  y 2
persyaratan I   dx stasioner. Pada kasus ini F  tidak mengandung
1
x x
variabel terikat y secara eksplisit sehingga persamaan Eulernya menjadi
F y
 c atau c
y  x 1  y2
Kuadratkan kedua sisi dan sederhanakan untuk mendapatkan
cx cx
y  y dx
2 2
1 c x 1  c2 x 2
1
Dengan substitusi u  1  c 2 x 2  xdx   2 du maka dapat diperoleh
2c
1 1 2 1
y    u 1/ 2 du   1  c 2 x 2  K atau  y  K   x 2  2
2c c c
Karena garis ini melalui 1,0  dan  2,1 maka
1 2 1
K 2 1  2
dan 1  K   4  2
c c
Penyelesaiana kedua persamaan ini memberikan hasil
1
K  2 dan c 
5
sehingga persamaan garisnya adalah
2
 y  2  x2  5
yang merupakan persamaan lingkaran yang berpusat di  0, 2  dengan jari-jari 5

Contoh 3, menentukan persamaan jarak terdekat antara dua titik pada permukaan
kerucut z 2  8  x 2  y 2  Dengan menggunakan koordinat silinder maka diperoleh
z 2  8r 2  dz  8dr Persamaan panjang busur pada sistem koordinat silinder adalah

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 7


ds  dr 2  r 2 d 2  dz 2  9dr 2  r 2 d 2
Menemukan jarak terdekat berarti membuat I   9dr 2  r 2 d 2   9  r 22 dr stasioner
d F F
dan menyelesaikan persamaan Euler   0 dengan F  9  r 2 2

dr  
F
Karena F tidak bergantung pada variabel terikat  yakni  0 maka persamaan Eulernya

d  r 2  r 2
menjadi  0 c
dr  9  r 22  9  r 22
3c 3c
   dr
2 2
r r c r r 2  c2
Integral ini diselesaikan dengan substitusi r  c sec u  dr  tan u sec u du sehingga
diperoleh
3c 2 sec u tan u r
 du  3 du  3 sec 1  K
2 2
c sec u sec u  1 c
 K    K 
r  c sec   atau r cos  c
 3   3 
Contoh 4, pada Perkuliahan 27 telah diturunkan bentuk integral tunggal untuk luas
bangun putar terhadap sumbu x dari garis yang melalui titik  x1 , y1  dan  x2 , y2  adalah
y2

A  2  y 1  x2 dy (persamaan 27.3b). Fungsi x  y  yang membuat luas permukaan


y1

minimum ditentukan dengan penyelesaian persamaan Euler dengan fungsi F tidak


F
bergantung pada variabel terikat x. Karena F  y 1  x2 maka  0 dan
x
F yx
 Dengan demikian persamaan Eulernya menjadi
x 1  x2
d yx yx dx c c
 0 atau  c atau x   atau x   dy
dy 1  x2 1  x2 dy y2  c2 y 2  c2
Integral ini diselesaikan dengan substitusi
y  c cosh u  dy  c sinh u du dan cosh 2 u  1  sinh u
Dengan subtitusi ini maka
c 2 sinhu y
x du  cu  K  c cosh 1  K
c sinhu c
atau
xK
y  c cosh
c
Grafik persamaan ini disebut catenary yang ditunjukkan oleh Gambar 28.1
Gambar 28.1 untuk kasus khusus yakni c  1 dan K  0 yakni
e x  e x
y  cosh x  .
2

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 8


x2
d F F
Untuk I   F  x, y, y dx dengan persamaan Euler   0 dan
x1
dx y  y
y2
d F F
I  F  y,x,xdy
y1
dengan persamaan Euler 
dy x x
 0 dan jika fungsi F bergantung

pada variabel terikat (y untuk bentuk pertama atau x untuk bentuk kedua) maka persamaan
Euler dapat diselesaikan dengan pengubahan variabel sebagai berikut
1 1
x  atau y   (28.4a)
y x
dx  xdy atau dy  y dx (28.4b)
x2
1  y2
Contoh 5, menentukan fungsi y  x  yang membuat I   dx stasioner.
x1
1 y
Kasus ini merupakan bentuk pertama sehingga dengan pengubahan variabel pada
persamaan (28.4) dapat diperoleh
x2 y2 y2 y2
1  y2 1  y2 x2  y2 x2 x2  1
I  dx   xdy   dy   dy
x1
1 y y1
1 y y1
1 y y1
1  y
yang merupakan kasus dengan fungsi F tidak bergantung variabel terikat x (lihat contoh 2
x2  1 F F 2 x
pada Perkuliahan 28 ini). Karena F  maka  0 dan 
1 y x x 1  y  1  x2
sehingga persamaan Eulernya menjadi
d x x c 1  y 
 0 atau  c atau x  atau
dy 1  y  1  x2 1  y  1  x2 2
1  c 1  y 
2

c 1  y 
x dy
2
1  c 2 1  y 
Integral ini dapat diselesaikan dengan substitusi u  1  y  du  dy dan dapat diperoleh
cu
x du
1  c 2u 2
Selanjutnya sebagaimana pada contoh 2, maka dapat diperoleh
2 2 1
 x  K   1  y   2
c
yang merupakan persamaan lingkaran.
d F F
Cara lain menyelesaikan persamaan Euler   0 dan membuat stasioner
dx y  y
x2

I   F  x, y, y dx jika fungsi F bergantung pada variabel terikat y atau fungsi F


x1

merupakan fungsi F  y, y   adalah sebagai berikut. Karena y  x  juga merupakan fungsi x,


maka turunan total dari F adalah
dF F dx F dy F dy  F F
    y  y  (28. 5)
dx x dx y dx y dx y y 

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 9


F
karena 0
x
 F 
Selanjutnya turunan terhadap x dari  y  adalah
 y 
d  F  F d  F 
 y    y    y     (28.6)
dx  y  y dx  y 
Persamaan (28.5) dikurangi persamaan (28.6) menghasilkan
dF d  F  F d  F 
  y   y  y   
dx dx  y  y dx  y 
d   F    F d  F  
 F   y        y (28.7)
dx   y    y dx  y  
Karena suku dalam kurung di sisi kanan persamaan (28.7) merupakan persamaan Euler
yang sama dengan nol, maka
d   F  
 F   y   0
dx   y  
 F 
F   y c (28.8)
 y  
d F F
merupakan solusi persamaan Eluer   0 jika fungsi F merupakan fungsi
dx y  y
F  y, y   . Penyelesaian contoh 5 dengan cara ini adalah sebagai berikut
x2
1  y2 y2  1
I  dx  F 
x1
1 y 1 y

 F  y 2  1    y2  1  
F  y  c   y    c
 y   1  y   y   1  y 
  
y 2  1 y2
 c
1 y 1  y  1  y2
2
1  c 2 1  y  c 1  y 
y  atau x   dy
c 1  y  2
1  c 1  y 
2

dan memberikan solusi


2 2 1
 x  K   1  y   2
c
seperti pada contoh 5.

Soal-Soal 28.1
Tentukan fungsi y (dalam bentuk integral pertama jika tidak ditemukan integralnya dalam
tabel) dengan menyelesaikan persamaan Euler untuk membuat integral berikut ini
stasioner

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 10


x2 x2 x2
3/ 2 1  y 2 1  y 2
1. y ds 2.  dx 3.  dx
x1 x1 y x1
y2
x2 y2 b
x 2
x2
4.  y y 2  y 2 dx 5.  dy 6.  dy
x1 y1 x 2  x2 a 1  x2
b 2 
yy
7.  dx 8.  r 2 r 2  r 4 d 
2
a 1  y 

Tentukan fungsi y dengan menyelesaikan persamaan Euler untuk membuat integral berikut
ini stasioner
1 x2 b
2 yy 2
9.   y  4 y dx 10.  1  y 2 y2 dx 11. a 1  yy dx
0 x1
x2 2 2
2 2 2 2
12.  y  y dx 13.  r  r d  14.  2  sin 2  d 
x1 1 1
t2 b b
1 2 2 2 y2
15. s s  s dt 16.  1  x 1  x dy 17.   1 dx
t1 a a
y2
2 2 2
18. Tentukan persamaan jarak terdekat pada kerucut z  x  y
19. Tentukan persamaan jarak terdekat pada bidang dengan koordinat polar
20. Tentukan persamaan jarak terdekat pada permukaan silinder
21. Tentukan persamaan jarak terdekat pada permukaan bola
22. Tentukan persamaan jarak terdekat pada silinder r  1  cos 
23. Tentukan persamaan jarak terdekat pada kerucut z  r cot  dengan r 2  x2  y 2
24. Tentukan persamaan jarak terdekat pada y  x 2

Gunakan prinsip Fermat untuk menemukan persamaan lintasan yang dilalui cahaya ketika
melewati medium dengan indeks bias yang sebanding dengan fungsi yang diberikan
berikut ini
25. 1  x 26. y 1 27. y 28. r 1 29. r 1/ 2
1/ 2 1
30.  y  2  31.  3  2x  32. e y 33. x1/ 3 34. r
1/ 2
35. r 1 ln r 36.  y  x 

C. Permasalahan Brachistochrone: Cycloids


Pada Perkuliahan 27 telah disinggung tentang waktu yang dibutuhkan partikel untuk
menempuh jarak yang menghubungkan dua titik dengan kelajuan v yaitu
t2 x2 2 2 x
1  dy  1
t   dt  1    dx   1  y2 dx (28.9)
t1 x1
v  dx  x1
v
Sekarang persamaan ini diterapkan untuk menentukan kurva yang
menghubungkan titik  x1 , y1  ke titik  x2 , y2  sehingga manik-
manik melaluinya dengan waktu yang terpendek (lihat Gambar
28.2). Kelajuan v di titik asal  x1 , y1  sama dengan nol dan
Gambar 28.2
kelajuan di setiap titik ditentukan dengan hukum konservasi

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 11


energi mekanik. Acuan energi potensial adalah titik asal  x1 , y1  yakni di y = 0. Dengan
demikian energi mekanik di titik asal  x1 , y1  sama dengan nol.
1 2
Energi kinetik di titik  x, y  = mv
2
Energi potensial di titik  x, y  = mgy
Dengan acuan tersebut di atas, energi mekanik sama dengan nol untuk setiap saat sehingga
1 2
mv  mgy  0  v  2 gy (28.10)
2
Substitusikan persamaan (28.10) ke (28.9) maka waktu tempuhnya menjadi
x
1 2 1  y 2
t dx
2 g x1
(28.11)
y
Persamaan kurva y sehingga waktu yang dibutuhkan minimum diperoleh dengan membuat
integral (28.11) stasioner yakni dengan menyelesaikan persamaan Euler. Karena
1  y 2
F maka solusi persamaan Eulernya adalah (cara kedua)
y
 F 
F   y c
 y  
1  y2    1  y2 
  y    c
y  y   y 
  
1  y2 y 2
 c
y y 1  y 2
1  c2 y c2 y
y   x   1  c2 y dy (28.12)
c2 y
Integral ini diselesaikan dengan substitusi
1 1
c 2 y  sin 2   1  cos   (28.13a)
2 2
1
dy  2 sin d  (28.13b)
2c
1 1
1  c 2 y  1  sin 2   1  cos   (28.13c)
2 2
Kemudian dengan menggunakan fungsi trigonometri berikut
   
cos   cos 2  sin 2  2 cos 2  1  1  2 sin 2
2 2 2 2
 
sin   2 sin cos
2 2
sehingga dapat diperoleh

c 2 y  sin 2 (28.14a)
2

1  c 2 y  cos 2 (28.14b)
2

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 12


1  
dy  2
sin cos d  (28.14c)
c 2 2
Substitusikan persamaan (28.14a,b,c) ke persamaan (28.12) maka diperoleh
1
x  2  1  cos   d 
2c
1
x  2    sin    K
2c
1
y  2 1  cos  
2c
Selanjutnya dengan syarat bahwa kurva melalui  0 ,0  maka x  y    0 sehingga K  0 .
Jadi kurva yang dilalui manik-manik berupa persamaan parametrik
1
x  2    sin   (28.14a)
2c
1
y  2 1  cos   (28.14b)
2c
Persamaan ini merupakan persamaan parametrik
cycloid. Untuk membuktikannya, diawali dengan
menggelindingkan lingkaran yang berjari-jari a sepanjang
sumbu x dengan titik O berhimpit pada titik asal seperti
ditunjukkan oleh Gambar 28.3. Kemudian sebuah tanda
khusus diberikan pada lingkaran di titik O. Ketika lingkaran
menggelinding, tanda ini akan mengikuti cycloid seperti
ditunjukkan oleh Gambar 8.4
Setelah menggelinding sesaat, tanda berada pada titik Gambar 28.3
P  x, y  . Karena lingkaran menggelinding maka
OA  PA  a . Berdasarakan Gambar 28.3 maka dapat diperoleh persamaan parametrik
cycloid yaitu
x  OA  PB  a  a sin   a    sin   (28.15a)
y  AB  BC  a  a cos   a 1  cos   (28.15b)
Dengan membandingkan persamaan
(28.14) dengan (28.15) maka dapat disimpulkan
bahwa kurva yang dilalui manik-manik adalah
cycloid. Berdasarkan persaman (28.14) atau
(28.15), dapat dilihat bahwa bentuk cycloid
Gambar 28.4
sama; perbedaannya hanya pada ukuran (yang
ditentukan oleh a atau c)
Karena gerak manik-manik mulai dari
y = 0 ke bawah maka cycloid yang dibentuknya
berasal dari penggelindingan lingkaran di bawah
sumbu x seperti ditunjukkan oleh Gambar 28.5.
Jika kawat yang dilalui manik-manik ujung-
ujungnya O dan P3 maka manik-manik turun
dari O ke P2 kemudian naik ke P3 dalam waktu Gambar 28.5
yang paling sedikit (pendek). Di titik P2,

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 13


lingkaran telah menggelinding separuh jalan sehingga OA sama dengan setengah keliling
1
lingkaran; OA  .2a  a . Untuk sembarang titik P1  x1 , y1  pada busur OP2; di mana
2
P1berada di bawah garis OP2 maka
y1 P 2 A 2a 2 x 
   atau 1 
x1 AO a  y1 2
Untuk sembarang titik P3  x3 , y3  pada busur P2B; di mana P3 berada di bawah garis BP2
maka
x3 BA a 
  
y 3 AP 2 2a 2

Soal-soal 28 – 2
1. Untuk permasalahan brachistochrone, tunjukkan bahwa jika manik-manik mula-mula
bergerak dengan kelajuan v0 maka lintasan yang dilalui agar waktu tempuhnya
minimum masih dalam bentuk cycloid
2. Misalkan dibangun terowongan tanpa gesekan di bawah tanah
yang menghubungkan A dan B yang berada pada permukaan
bumi (lihat gambar di samping). Kereta api dapat bergerak
karena gravitasi. Tentukan bentuk integral waktu  dt yang
berharga minimum untuk menemukan kurva/lintasan yang
dilalui kereta sehingga waktu yang dibutuhkannya paling
pendek dengan menggunakan koordinat polar. Energi potensial
dari partikel bermassa m dalam gravitasi bumi diberikan oleh
 mgR 2
  m di luar bumi
 r
 mg  r 2  3R 2  m di dalam bumi
 2 R
Selesaikan persamaan Euler untuk menemukan kurva r . Tentukan tetan integral
dr d
dengan syarat  0 untuk r  r0 . Selanjutnya selesaikan   sebagai fungsi r
dt dt
kemudian substusikannya ke dalam integral t dan selesaikan untuk menunjukkan
R 2  r02
bahwa waktu yang dibutuhkan adalah T   . Petunjuk, tentukan integral
gR
R
2  dt . Hitunglah T untuk r0  0 dan untuk r0  0.99R
r  r0

Gunakan prinsip Fermat untuk menentukan lintasan yang dilalui berkas cahaya jika indeks
bias medium yang dilaluinya sebanding dengan
1 / 2 1 / 2
3. x 1/ 2 4.  y  1 5.  2 x  5 

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 14


KULIAH 29
A. Pendahuluan
Perkuliahan ke 29 membahas persamaan Euler dengan variabel bebas lebih dari satu
dan persamaan Lagrange. Oleh karena itu, di akhir perkuliahan ini diharapkan Saudara
dapat
 menyelesaikan persamaan Euler dengan variabel bebas lebih dari satu
 menyelesaikan persamaan Lagrange
 menyelesaikan permasalahan gerak partikel dengan penyelesaian persamaan Lagrange
Integral dan diferensial perlu dikuasai dengan baik untuk memudahkan pemahaman
materi pada perkuliahan ini. Pelajari kembali integral dan diferensial yang telah Saudara
peroleh dari matakuliah lain.

B. Persamaan Euler dengan Variabel Bebas Lebih dari Satu


Persamaan Euler untuk dua variabel diperoleh dari membuat stasioner integral berikut
t2

I   F  x, y,x , y  dt (29.1)


t1

dengan x dan y adalah fungsi yang dapat diturunkan kedua terhadap variabel bebas t dan
dx dy
x  serta y   . Fungsi x  t  dan y  t  yang membuat I stasioner yang
dt dt
menghubungkan titik t1 dan t2 dan kita dapat membuat fungsi-fungsi yang menghubungkan
kedua titik tersebut yang dapat dituliskan secara umum sebagai
X  t   x  t     t  (29.2a)
Y  t   y  t     t  (29.2b)
dengan   t  dan   t  adalah fungsi-fungsi sembarang yang kontinyu, yang memiliki
turunan pertama dan memenuhi
  t1     t2   0 (29.3a)
  t1     t2   0 (29.3b)
Turunan terhadap t dari persamaan (29.2) adalah
X   x   (29.4a)
Y   y   (29.4b)
Dengan fungsi (29.2), maka persamaan (29.1) menjadi
t2

I      F  X ,Y , X ,Y  dt (29.5)


t1

dI
Nilai I stasioner (minimum) jika  0 ketika   0 . Dengan syarat ini, maka
d
diperoleh
t2
dI  F dX F dY F dX  F dY  
 0       dt
d t1 
X d  Y d  X  d  Y  d  
t2
dI  F F F F 
       dt (29.6)
Y  
 0
d t1 
X Y X 
Ketika   0 maka persamaan (29.4) menjadi X   x dan Y   y . Dengan kondisi ini
maka persamaan (29.6) menjadi

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 15


t2
dI  F F F F 
      dt (29.7)
y 
 0
d t1 
x y x
Salah satu pilihan yang dapat diambil adalah dengan memilih   t   0 maka persamaan
(29.7) menjadi
t2
dI  F F 
     dt (29.8)
y 
 0
d t1 
y
Sebagaimana diuraikan pada Perkuliahan 27 (lihat persamaan (27.8) – (27.9) maka dapat
diperoleh persamaan Euler
F d F d F F
  0 atau  0 (29.9a)
y dt y dt y  y
Dengan cara yang sama maka dapat diperoleh persaman Euler untuk variabel bebas x
F d F d F F
  0 atau  0 (29.9b)
x dt x dt x x
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk membuat integral
t2

I   F  t ,x, y, x, y  dt (29.10)


t1

stasioner, maka diperoleh persaman Euler


d F F
 0 (29.11a)
dt x x
d F F
 0 (29.11b)
dt y  y
untuk menemukan x  t  dan y  t 
Dengan cara yang sama maka persamaan Euler untuk tiga variabel atau lebih dapat
ditentukan.

Contoh, menentukan x  t  dan y  t  dengan penyelesaian persamaan Euler agar integral


t2

 
I   12 m x2  y 2  mgy dt bernilai stasioner. Integral ini memberikan
t1

F F F F

F  12 m x2  y 2  mgy  x
 mx
x
0;
y
  mg ; dan
y 
 my sehingga

persamaan Eulernya adalah


d c
mx  0 atau mx  c atau x  t  K
dt m
d
my   mg  0 atau y    gt  c atau y  K  ct  12 gt 2
dt

Soal-Soal 29 – 1
1. Tulis persamaan Euler agar integral dengan tiga variabel bebas berikut
t2

I   F  x, y,z,x, y,z   dt bernilai stasioner


t1

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 16


2. Tulis persamaan Euler agar integral dengan n variabel bebas berikut
t2

I   F  q1 ,q2 ,...,qn ,q1 ,q2 ,...,qn  dt bernilai stasioner


t1

3. Tentukan x  t  ; y  t  ; dan z  t  dengan persamaan Euler agar integral dengan tiga


t2

variabel bebas berikut I   12 m  x2  y 2  z 2   mgz dt bernilai stasioner


t1

C. Persamaan Lagrange
Persamaan Lagrange diturunkan berdasarkan prinsip Hamilton. Prinsip Hamilton
ditemukan oleh ahli matematika Irlandia William Rowan Hamilton. Prinsip Hamilton
menyatakan bahwa gerak suatu sistem dari t1 ke t2 adalah sedemikian sehingga integral
terhadap waktu dari perbedaan energi kinetik dan energi potensial (yang dikenal dengan
aksi) bernilai stasioner. Perbedaan energi kinetik K dan potensial V dikenal dengan
Langrangian (L) atau secara matematis dituliskan L  T  V Prinsip Hamilton ini juga
t2

berarti bahwa persamaan Lagrange diperoleh jika integral I   L dt bernilai stasioner.


t1

Jika L merupakan fungsi dari variabel umum q1 ,q2 ,...,qn dan q1 ,q2 ,...,qn dan jika
t2

I   L  q1 ,q2 ,...,qn ,q1 ,q2 ,...,qn  dt bernilai stasioner maka dapat diperoleh persamaan
t1

Lagrange
d L L
 0 n  1, 2 ,3,... (29.12)
dt qn qn
Persamaan Lagrange terdiri dari set n persamaan diferensial. Persamaan ini dikembangkan
secara mandiri oleh Joseph L. Lagrange (1736 – 1816). Persamaan ini ekivalen dengan
persamaan gerak Newton.

Sebagai contoh 1, sebuah partikel bermassa m yang bergerak karena pengaruh


gravitasi (dekat dengan permukaan) memiliki energi kinetik dan potensial
1
T  m  x 2  y 2  z 2 
2
V  mgz
sehingga Lagrangian nya adalah
1
L  T  V  m  x 2  y 2  z 2   mgz
2
Berdasarkan persamaan (29.12) maka persamaan Lagrange dari partikel ini adalah
d L L
 0
dt x x
d L L
 0
dt y y
d L L
 0
dt z z
Persamaan Lagrange ini memberikan persamaan gerak partikel ini sebagai berikut

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 17


d c
mx  0 atau mx  c1 atau x  1 t  K1
dt m
d c
my  0 atau my  c2 atau y  2 t  K 2
dt m
d
z   g atau z   gt  c3 atau z   12 gt 2  c3t  K3
mz  mg  0 atau 
dt

Contoh 2 adalah menemukan persamaan gerak dua dimensi pada sistem koordinat polar.
Energi kinetik partikel dinyatakan oleh persamaan
2 2 2
1 1  ds  1  dr   d   1
T  mv 2  m    m    r 2     m r 2  r 2  2  
2 2  dt  2  dt   dt   2
Energi potensial partikel
V  V  r, 
Dengan demikian Lagrangian partikel
1
L  T  V  m r2  r 2 2  V  r,  
 
2
Persamaan Lagrange nya
d L L d  mr  V V
  0 atau  mr  2  
 0 atau m r  r  2  

dt r r dt r r
2
d L L  
d mr  V
 0 atau m r  2r  
V

dt  
  0 atau
dt


  
Berdasarkan hubungan antara gaya konservatif dan potensial pada koordinat polar yakni

F  V atau Fr rˆ  F  ˆ   V rˆ  1 V  ˆ
r r 
 
dan hukum II Newton F  ma maka dapat diperoleh
ar  r  r 2
a  r  2r

Contoh 3 adalah menentukan persamaan gerak partikel m1 yang


bergerak tanpa gesekan pada permukaan kerucut (lihat gambar di
samping). Partikel m1 dihubungkan dengan m2 dengan tali yang
panjangnya tetap; m2 hanya dapat bergerak naik atau turun secara
vertikal.
Penyelesaiannya dengan menggunakan sistem koordinat bola untuk m1 dan siku-siku (z)
untuk m2 .
2
1  ds  1
Energi kinetik partikel m1 adalah m1    m1 r 2  r 2 2  r 2 sin 2  2
 
2  dt  2
1
Energi kinetik m2 adalah m2 z 2
2
Energi potensial m1 adalah m1 gr cos 
Energi potensial m2 adalah m2 gz
Lagrangian sistem adalah

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 18


1 1
L  T V  m1 r 2  r 2 2  r 2 sin 2  2  m2 z 2  m1 gr cos   m2 gz
 
2 2
Pada Lagrangian ini terdapat 4 variabel r,    ,  , z sehingga perlu penyederhanaan dengan

bantuan persaman kerucut dalam sistem koordinat bola yakni   30 dan panjang tali tetap
yakni r  z  l . Dengan dapat diperoleh
1 1
  30  sin   ; cos   3 ; dan   0
2 2
r  z  l  z   z    l  r  dan z  r
Dengan substitusi besaran-besaran ini maka Lagrangiannya menjadi
1  2 r 2  2  1 1
L  m1  r    m2 r  m1 gr 3  m2 g  l  r 
2

2  4  2 2
 
yang bergantung pada dua variabel r,  
Persamaan Lagrange nya adalah
d L L d  m1r  m2 r  mr 2 1
  0 atau    m1 g 3  m2 g  0
dt r r dt 4 2
2
d L L d  m1r   d  m1r 2  2

  0 atau    0 atau    0 atau r   c
dt   dt  4  dt  4 

Soal-Soal 29 – 2
1. Tulislah persamaan Lagrange untuk partikel dengan massa m dalam potensial
V  r, ,z  dengan menggunakan sistem koordinat silinder
2. Tulislah persamaan Lagrange untuk partikel dengan massa m dalam potensial
V  r, ,  dengan menggunakan sistem koordinat bola
3. Gunakan persamaan Lagrange untuk menemukan persamaan gerak pendulum
sederhana
4. Tentukan persamaan gerak partikel yang bergerak sepanjang sumbu x jika energi
1
potensialnya V  kx 2
2
5. Partikel bergerak pada permukaan bola yang berjari-jari a di bawah pengaruh gaya
gravitasi. Tentukan persamaan geraknya untuk variabel  dan 
6. Tunjukkan bahwa partikel yang berada pada permukaan f  x, y,z   0 tanpa pengaruh
gaya lain bergerak sepanjang geodesi (jarak terdekat) pada permukaan. Petunjuk:
energi potensialnya V tetap; tidak ada usaha yang dilakukan gaya yang bekerja pada
partikel karena tegak lurus dengan permukaan. Gunakan prinsip Hamilton dan
tunjukkan bahwa penentuan permasalahan geodesi (jarak terdekat) dan penentuan
lintasan partikel adalah permasalahan matematika yang sama
7. Dua partikel; masing-masing bermassa sama m; dihubungkan
oleh tali yang panjangnya l. Satu partikel bergerak horisontal
di atas meja tanpa gesekan. Tali melalui lubang pada meja dan
partikel yang berada pada bagian ujung bawah bergerak naik
turun secara vertikal. Tentukan persamaan Lagrange dari gerak
partikel-partikel tersebut. Petunjuk, gunakan sistem koordinat
polar untuk partikel pada meja dan variabel z untuk partikel yang di bawah. Eliminasi

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 19


variabel pada Lagrangian L menggunakan r  z  l dan tulis dua persamaan Lagrange
8. Partikel bermassa m bergerak tanpa gesekan pada permukaan kerucut r  z di bawah
pengaruh gravitasi pada arah z. Gunakan sistem koordinat silinder dengan
r  x 2  y 2 . tentukan Lagrangian L dan persamaan Lagrange pada variabel r dan 
(eliminasi variabel z)
9. Kerjakan contoh 3 pada handaout perkuliahan 29 ini tetapi dengan menggunakan
sistem koordinat silinder untuk partikel m1 . Petunjuk gunakan z1 dan z2 untuk
partikel m1 dan m2.
10. Tentukan Lagrangian dan persamaan Lagrange untuk pendulum sederhana jika tali
diganti dengan pegas yangkonstanta pegasnya k. Petunjuk, jika panjang pegas yang
tidak teregang adalah r0 dan koordinat polar massa m adalah  r,  maka energi
1 2
potensial pegas adalah k  r  r0 
2
11. Sebuah partikel bergerak tanpa gesekan karena pengaruh gaya gravitasi pada
permukaan paraboloida z  x 2  y 2 . Tentukan Lagrangian dan persamaan Lagrange
untuk gerak partikel tersebut. Tunjukkan bahwa geraknya dapat berupa lintasan
lingkaran horisontal dan tentukan kelajuan sudut dari gerak ini. Gunakan sistem
koordinat polar.
12. Yo-yo jatuh ke bawah karena pengaruh gravitasi. Anggaplah
yo-yo tersebut jatuh lurus ke bawah, tidak berkelok-kelok.
Tentukan persamaan Lagrange dari gerak yo-yo tersebut.
Petunjuk, energi kinetiknya sama dengan jumlah energi
kinetik translasi 12 mz 2 dan energi kinetik rotasi 12 I 2 dengan
I adalah momen inersia. Asumsikan yo-yo berupa silinder
pejal dengan jari-jari dalam a dan luar b
13. Hoop (gelang besar/hola hoop) bermassa M dan berjari-jari a menggelinding tanpa
selip pada bidang miring dengan sudut kemiringan  . Tentukan Lagrangian dan
persamaan Lagrange untuk gerak hoop tersebut. Petunjuk, enrgi kientik benda yang
bertranslasi dan berotasi adalah jumlah dari energi kinetik translasi 12 Mv 2 dengan v
adalah kelajuan pusat massa dan energi kinetik rotasi 12 I2 dengan  adalah kelajuan
sudut dan I aadalah momen inersia terhadap sumbu rotasi melalui pusat massa.
14. Buat generalisasi (bentuk umum) dari soal no 13 untuk semua benda yang bermassa M
dengan penampang berbentuk lingkaran dan momen inersianya I. Di antara, hoop,
disk, kulit bola, dan bola pejal, urutkan mana yang mencapai dasar bidang miring dari
yang tercepat.
15. Pendulum sederhana digantungi massa M yang bebas bergerak tanpa gesekan
sepanjang sumbu x. Pendulum berayun pada bisang xz dan gravitasi mengarah pada
sumbu z negatif. Tentukan Lagrangian dan persamaan Lagrange untuk gerak sistem
tersebut.
16. Manik-maik tergelincir tanpa gesekan pada kawat
melingkar yang berjari-jari r yang berotasi pada bidang
horisontal terhadap titik pada kawat melingkar dengan
kelajuan sudut  . Tunjukan bahwa manik-manik berosilasi
g
seperti pendulum yang panjangnya l  2

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 20


17. Tentukan Lagrangian dan persamaan Lagrange dari
pendulum yang ditunjukkan oleh gambar di samping.
Lingkaran vertikal adalah tetap. Tali melilit pada lingkaran
atau terlepas sebagaimana massa m berayun ke depan dan
belakang. Asumsikan bahwa tali yang tidak terlilit selalu
berupa garis lurus yang merupakan tangensial pada
lingkaran. Misalkan l adalah panjang tali yang tidak terlilit
saat pendulum bergantung lurus ke bawah.

18. Tentukan Lagrangian dan persamaan Lagrange dari


sistem pendulum yang ditunjukkan oleh gambar di
samping untuk menemukan persamaan geraknya.
Kemudian untuk vibrasi yang kecil, tentukan frekuensi
karaktersitik dan moda karaktersitik vibrasi dari sistem
tersebut. Seluruh gerakan pada satu bidang vertikal.
Asumsikan pegas tidak teregang/termampatkan ketika
kedua massa m tergantung secara vertikal. Ambil nilai
mg
konstanta pegas k  . Petunjuk. Tuliskan energi kinetik dan potensial dalam
l
variabel sistem koordinat siku-siku dari kedua massa relatif terhadap posisi diam.
Energi potensial gravitasi juga perlu diperhitungkan. Kemudian ubah variabel x dan y
ke dalam variabel  dan  dan untuk vibrasi kecil gunakan pendekatan sin    ;
2 2
cos  1  ; sin    ; cos   1 
2 2
3mg
19. Kerjakan soal no 18 jika konstanta pegasnya k 
l
20. Tentukan Lagrangian dan persamaan Lagrange dari
sistem pendulum yang ditunjukkan oleh gambar di
samping. Seluruh gerak sistem berada pada satu bidang
vertikal. Gunakan petunjuk pada soal no 18.
21. Kerjakan soal no 20 untuk massa yang berbeda, misalkan
massa yang kecil m dan massa yang lebih besar M
22. Tentukan frekunsi dan moda karakteristik dari osilasi
kecil sistem pendulum no 20 jika M  4m
M 9
23. Kerjakan seperti soal no 22 jika 
m 4
m
24. Kerjakan seperti soal no 22 untuk kasus umum, misalkan  2 
M

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 21


KULIAH 30
A. Pendahuluan
Perkuliahan ke 30 membahas persamaan Euler yang diperoleh dengan membuat suatu
integral bernilai stasioner dengan konstrain (persyaratan) integral lain dengan nilai tertentu
dan permasalahan ishoperimeric. Oleh karena itu, di akhir perkuliahan ini diharapkan
Saudara dapat
 menentukan persamaan Euler yang membuat suatu integral bernilai stasioner dengan
persyaratan/konstrain integral lain bernilai tertentu
 menemukan persamaan kurva dari persamaan Euler dengan konstrain/persyaratan
 menyelesaikan permasalahan isoperimetrik
Untuk memudahkan pemahaman materi pada perkuliahan ini, keterampilan diferensial
dan integral yang handal sangat dibutuhkan. Pelajari kembali keterampilan ini yang telah
Saudara peroleh dari matakuliah lain.

B. Persamaan Euler dengan Persyaratan/Konstrain


Kita menggunakan prosedur yang sama yang dijelaskan pada perkuliahan 27, untuk
menentukan persamaan kurva y  x  yang tidak hanya membuat integral
x2

I   F  x, y, y  dx (30.1)
x1

bernilai stasioner; tetapi juga membuat integral


x2

J   G  x, y, y  dx (30.2)
x1

bernilai tertentu. Fungsi y  x  sebagai extremal dan Y  x  sebagai keluarga fungsi lain
yang menghubungkan dua titik yang sama. Namun demikian, Y  x  bukan hanya
merupakan fungsi dari parameter tunggal karena dibutuhkan persyaratan lain untuk
membuat integral J bernilai tertentu. Oleh karena itu, Y  x  merupakan fungsi dua
parameter yakni
Y  x   y  x   11  x    2 2  x  (30.3)
dengan 1  x  dan  2  x  fungsi sembarang yang dapat diturunkan dan
1  x1   1  x2   0 (30.4a)
 2  x1    2  x2   0 (30.4b)
Dengan mengganti y  x  dengan Y  x  yang diberikan oleh persamaan (30.3) maka
persamaan (30.1) dan (30.2) menjadi
x2

I 1 ,  2    F  x, Y , Y   dx (30.5)
x1
x2

J 1 ,  2    G  x, Y , Y   dx (30.5)
x1

Kemudian kita buat fungsi baru yang merupakan kombinasi dari I dan J yaitu
x2

K 1 ,  2   I 1 ,  2    J 1 ,  2    H  x, Y , Y   dx (30.6)


x1

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 22


dengan
H  F  G (30.7)
Konstanta  adalah pengali Lagrange (Lagrange multiplier).
Agar I stasioner dan J bernilai tertentu maka K harus stasioner. K bernilai stasioner
berarti
K K
 0 dan 0 (30.8)
1  2
yang dihitung pada saat 1  0 dan  2  0 . Persamaan (30.8) ini memberikan hasil
x
K 2
 H Y H Y  
   dx (30.9a)
1 x1  Y 1 Y  1 
x
K 2
 H Y H Y  
    dx (30.9b)
 2 x1  Y  2 Y   2 
Berdasarkan persamaan (30.3) maka dapat diperoleh
Y Y 
 1  x  ;  1  x  (30.10a)
1 1
Y Y 
 2  x  ;  2  x  (30.10b)
 2  2
Dengan persamaan (30.10) maka persamaan (30.9) menjadi
x2
K  H H 
  1  x   1  x   dx (30.11a)
1 x  Y 1
Y  
x2
K  H H 
  2  x   2  x   dx (30.11b)
 2 x1  Y Y  
Suku kedua pada persamaan (30.11) dapat diselesaikan dengan integral parsial (lihat
perkuliahaan 27) sehingga dapat diperoleh
x2
K H d  H  
     1  x  dx (30.12a)
1 x  Y dx  Y   
1
x2
K H d  H  
      2  x  dx (30.12b)
 2 x1  Y dx  Y   
Karena 1  x  dan  2  x  fungsi sembarang maka
d  H  H
  0 (30.13)
dx  y  y
yang merupakan persamaan Euler-Lagrange dengan H  F  G . Solusi persamaan ini
adalah y  x  yang memiliki tiga konstanta yakni dua konstanta integral dan pengali
Lagrange. Konstanta-konstanta ini dapat ditentukan dengan syarat batas yang diberikan.
2
Contoh, tentukan kurva y  x  yang membuat integral I   y 2 dx stasioner dan memenuhi
0
2
32
persyaratan/konstrain J   ydx  ; y  0   4 ; dan y  2   8 . Persamaan Lagrange dari
0
3
permasalah ini adalah

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 23


d  H  H
    0 dengan H  F  G  y2   y
dx  y  y
Karena H merupakan fungsi yang bergantung pada variabel bebas y maka solusinya adalah
(lihat perkuliahan 28 cara kedua)
H H
H  y  c dengan H  y2   y dan  2 y
y  y 
Dengan demikian dapat diperoleh
dy
 y2   y  c atau y    y  c atau  dx
y c
sehingga diperoleh
 c
y  x2 
4 
Dengan syarat batas yang diberikan dan konstrainnya maka diperoleh
y  x2  4

C. Permasalahan Isoperimetrik
Isoperimetrik artinya keliling yang sama. Kebanyakan permasalahan isoperimetric
yang terkenal adalah menemukan kurva dalam bidang dari suatu panjang yang diberikan
sehingga membuat luas daerah yang dilingkupinya paling besar.
Contoh, suatu kurva yang panjangnya L memotong sumbu x pada titik x1 dan x2 .
Tentukan bentuk kurva sedemikian rupa luas daerah yang dibentuk oleh kurva dan sumbu
x memiliki nilai paling besar.
Jawab, integral yang dibuat maksimum adalah luas daerah di bawah kurva yakni
x2

I   y dx
x1

Sedangkan integral sebagai konstrain/persyaratan adalah bahwa panjang kurva bernilai L


yakni
x2 x2

J  ds   1  y2 dx
x1 x1

Dengan demikian persamaan Lagrange nya adalah


H d  H 
    0 dengan H  F   G  y   1  y 2
y dx  y  
Karena H merupakan fungsi yang bergantung pada variable bebas y maka solusinya adalah
(lihat perkuliahan 28 cara kedua)
H H y
y  H  c1 dengan  sehingga diperoleh
y y 1  y 2
 y2 2
 y   1  y2  c1 atau  c1  y  1  y 2   atau 1  y 2  2
atau
1  y 2  c1  y 
2
 2   c1  y   c1  y  dy
y  atau  dx
c1  y  2   c1  y 
2

2
Misalkan, z   2   c1  y   dz  2  c1  y  dy sehingga

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 24


 c1  y  dy 1 1/2 2
   z dz   dz1/ 2    d  2   c1  y 
 2   c1  y 
2 2
Jadi persamaan kurva yang dimaksud adalah
2 2 2
  2   c1  y   x  c2 atau  x  c2    y  c1    2
yang merupakan persamaan lingkaran berpusat di  c2 ,  c1  dengan jari-jari .

Soal-Soal 30
a
1. Tentukan kurva y  x  yang membuat integral I   y2  y 2 dx stasioner dan memenuhi
0
a
 sinh a cosh a 2  a 2 
2
persyaratan/konstrain J   y 2 dx    sinh 2a ; y  0   0 ;
0  2ab 
y a  b
4
2. Tentukan kurva y  x  yang membuat integral I   x 2 y2 dx stasioner dan memenuhi
1
4
1
persyaratan/konstrain J   ydx  1  4 ln 4 ; y 1  1 ; y  4    ln 4
1
8
a
3. Tentukan kurva y  x  yang membuat integral I   y 2 dx stasioner dan memenuhi
0
a
persyaratan/konstrain J   y 2 dx  1 ; y  0   0 y  a   0
0
1
4. Tentukan kurva y  x  yang membuat integral I   xy2 dx stasioner dan memenuhi
0
1
persyaratan/konstrain J   xy 2 dx  1
0
1
5. Tentukan kurva y  x  yang membuat integral I    py2  qy 2  dx stasioner dan
0
1
memenuhi persyaratan/konstrain J   ry 2 dx  1
0

6. Suatu kurva memiliki luas A. Tentukan persamaan kurva tersebut sedemikian hingga
keliling luas kurva tersebut bernilai minimum.
7. Jika panjang kurva yang menghubungkan dua titik adalah l maka tentukan persamaan
kurva sedemikian sehingga luas permukaan hasil pemutaran dengan memutar kurva
terhadap sumbu x memiliki nilai minimum.
8. Jika panjang kurva yang menghubungkan dua titik adalah l maka tentukan persamaan
kurva sedemikian luas daerah antar kurva dan garis lurus yang menghubungkan kedua
titik tersebut bernilai maksimum.
9. Disediakan 10 cm3 timah, bagaimana cara membentuknya ke dalam benda padat hasil
revolusi dengan tinggi 1 cm dan memiliki momen inersia terkecil terhadap sumbunya.

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 25


10. Kedua ujung rantai homogen/uniform dan fleksibel dengan panjang tertentu digantung
pada titik  x1 , y1  dan  x2 , y2  . Tentukan persamaan kurva sedemikian energy potensial
rantai bernilai minimum.
11. Kurva y  y  x  menghubungkan du titik x1 dan x2 pada sumbu x diputar terhadap
sumbu x sehingga menghasilkan permukaan dan volume hasil pemutaran. Diberikan
luas permukaan, tentukan persamaan kurva yang membuat volumenya bernilai
maksimum. Petunjuk: setelah integral pertama dari persamaan Euler maka akan
diperoleh hasil umum y f  y, x,    C . Karena y = 0 pada titik ujung maka C = 0.
Selanjutnya y = 0 untuk semua x atau f = 0. Tetapi y = 0 memberikan volume benda
hasil pemutaran bernilai nol maka volume maksimum diperoleh untuk kasus f = 0.
12. Kurva y  y  x  menghubungkan du titik x1 dan x2 pada sumbu x diputar terhadap
sumbu x sehingga menghasilkan permukaan dan volume hasil pemutaran. Diberikan
volume hasil pemutaran, tentukan persamaan kurva yang membuat luas permukaannya
bernilai minimum
13. Kawat yang membawa distribusi muatan positif secara seragam berada pada bidang
 x, y  dan menghubung dua titik tertentu. Tentukan persamaan kurvanya sehingga
potensial elektrostatiknya di titik asal bernilai minimum.
14. Air dengan volume tertentu diputar dalam silinder dengan kelajuan sudut tetap .
Tentukan persamaan kurva permukaan air yang membuat energi potensial total dari air
yang digabungkan dengan medan gaya gravitasi gaya sentrifugal bernilai minimum.
a
15. Suatu selang tipis yang massanya dapat diabaikan memiliki panjang . Cairan timah
2
yang massanya M disuntikkan ke dalam selang. Bagaimana distribusi timah agar
selang yang diisi dengan timah cair bergantung dalam bentuk bagian lingkaran dengan
jari-jari a dan kedua ujung berada pada dua titik dengan ketinggian yang sama.

Daftar Bacaan
1. Mary L. Boas, ‘Mathematical Methods in the Physical Sciences’, 3rd edition, John
Wiley & Son, 2005.
2. K.F. Riley, M. P. Hobson, S. J. Bence, ‘Mathematical Methods for Physics and
Engineering’, 3rd edition, Cambridge University Press, 2006.
3. K.T. Tang, ‘Mathematical Methods for Engineers and Scientists 1, 2, 3’, Springer
Verlag, Berlin, 2006.
4. Tai L. Chow, ‘Mathematical Methods for Physicists: A Concise Introduction’,
Cambridge University Press, 2003.
5. Frank Ayers and Elliott Mendelson, ‘Theory and Problem of Differential and Integral’,
Schaum Outline Series, McGraw Hill, 1990

Kalkulus Variasi Fisika Matematika I KV - 26

Anda mungkin juga menyukai