Anda di halaman 1dari 28

BAB II

BILANGAN KOMPLEKS
A. Bilangan Kompleks
1. Pengertian
Persamaan kuadarat az 2  bz  c  0 memiliki akar-akar yang
dapat diperoleh melalui rumus
 b  b 2  4ac
z1, 2  . (2.1)
2a
Nilai bilangan di dalam akar dikenal sebagai diskriminan D  b 2  4ac .
Jika D  0 , maka √ bernilai real, sehingga diperoleh akar-akar z yang
bernilai real pula. Tetapi untuk D  0, maka tidak mungkin diperoleh
nilai √ dan z real, karena hanya bilangan positif yang memiliki akar
real. Untuk keperluan ini maka didefinisikan bilangan baru yang disebut
bilangan imajiner, yaitu
= √−1 (2.2)
2 3 4
Dengan demikian, i  1, i  i dan i  1.

Contoh 2.1
Tentukan akar-akar persamaan kuadrat z 2  4 z  5  0
Penyelesaian:
Dengan menggunakan rumus abc, diperoleh
4  16  20 4   4
z1,2    2i
2 2
Jika diamati nampak bahwa kedua akar tersebut terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian real dan bagian yang imajiner. Akar-akar persamaan
kuadrat ini dinamakan bilangan kompleks. Istilah bilangan kompleks
dimaksudkan untuk menunjukkan satu dari anggota himpunan bilangan
real, imajiner, atau kombinasi keduanya. Dengan demikian, 2 , 8, 8 +
2 , 8 + 2 merupakan contoh bilangan kompleks.
Konsep bilangan kompleks banyak digunakan dalam fisika.
Misalnya, dalam mekanika klasik untuk pembahasan getaran dan
gelombang, dalam elektrodinamika khususnya mengenai rangkaian listrik
arus bolak-balik dan gelombang elektromagnetik dalam optika fisis

Bilangan Kompleks 33
khususnya masalah interferensi. Dalam bab ini akan dibahas definisi dan
aljabar bilangan kompleks, beberapa fungsi elementer sederhana, serta
penerapan bilangan kompleks dalam rangkaian listrik.
Secara umum bilangan kompleks z dapat dituliskan sebagai
= + (2.3)
dengan x dan y bilangan real, yang berturut-turut disebut sebagai bagian
real dan bagian imajiner dari z. Hal ini sering dituliskan sebagai
Re ( z )  Re z  x, Im ( z )  Im z  y (2. 4)
Jika x = 0, maka z  iy dan disebut bilangan imajiner murni, contohnya
bilangan 2 . Untuk contoh 2.1 di atas, = 2 + mempunyai
Re ( ) = 2 dan Im ( ) = 1 . Sedangkan = 2 − mempunyai
Re ( ) = 2 dan Im ( ) = −1 . Dua bilangan kompleks z1  x1  iy 1 dan
z 2  x 2  iy 2 dikatakan sama jika dan hanya jika = (bagian
realnya sama) dan juga = (bagian imajinernya sama).

2. Interpretasi Geometris
Telah dijelaskan di atas bahwa bilangan kompleks z  x  iy
secara umum mempunyai dua bagian yang dapat dituliskan sebagai
pasangan bilangan real berurutan (x,y). Artinya, setiap bilangan kompleks
berkaitan dengan satu titik pada sitem koordinat kartesius, dan
sebaliknya. Misalkan bilangan kompleks z  3  3i dinyatakan dalam
koordinat (3,3), lihat pada Gambar 2.1.
y

3 z = (3,3)

3 x

Gambar 2.1 Bilangan kompleks pada sistem koordinat kartesius.

Bilangan kompleks juga dapat digambarkan (Gambar 2.2) dalam


sistem koordinat polar P ( r ,  ) , dengan r merupakan jarak dari titik P ke
pangkal koordinat O yaitu OP , sedangkan sudut θ adalah sudut yang
dibentuk ruas garis OP terhadap sumbu x+.

34 Matematika untuk Fisika 1


r
=
|z|

Gambar 2.2. Bilangan kompleks pada sistem koordinat polar

Dari Gambar 2.2 dapat ditulis hubungan:


x  r cos  ; y  r sin 
maka bilangan kompleks z juga dapat dituliskan:
z  x  iy  r ( cos   i sin  ) (2.5)
nilai r adalah nilai mutlak dari z atau modulus dari z yang nilainya:
r  mod z  z  x 2
 y2  (2.6)
Sudut θ bertanda positif jika diukur mulai sumbu x positif ke
arah berlawanan gerak jarum jam, dan bertanda negatif jika diukur searah
gerak jarum jam. Sudut θ disebut argumen dari z, yang nilainya dapat
ditentukan dari rumus:
y
tan  
x
y
Sehingga   arg z  arctan (2.7)
x
Contoh 2.2
Pada bilangan kompleks z  3  3i tuliskan bagian real dan bagian
imajinernya serta nyatakan z dalam bentuk polar.
Penyelesaian:
Re z  x  3, Im z  y  3
3 
r z  3 2
 32   3 2 dan   arg z  arc tan 
3 4
 
Jadi z  3  3i  3 2 ( cos  i sin )
4 4
Pada pembahasan deret pangkat (Bab I), telah diuraikan deret pangkat
untuk e x , cos x , dan sin x . Deret ini dapat dikembangkan untuk pangkat
sembarang, baik real maupun kompleks. Untuk deret eksponensial
dengan  real, diperoleh:

Bilangan Kompleks 35
i ( i ) n

2 3 4 5
e   1  i  i   i  ...
n0 n! 2! 3! 4! 5!
 2 4   3 5 
 1    ...   i    ...
 2! 4!   3! 5! 
sehingga diperoleh hubungan:
e i  cos   i sin  (2.8)
Persamaan 2.8 disebut rumus Euler. Sehingga bilangan kompleks dapat
dituliskan dalam bentuk eksponensial sebagai berikut:
z  r ei (2.9)

Contoh 2.3
Dari contoh 2.2, tuliskan bentuk eksponensial.
Penyelesaian:

z  3  3i , r  3 2 dan  
4
Dengan menggunakan persamaan (2.9), dalam bentuk eksponensial
menjadi z  3  3i  3 2 e i 4 .

3. Kurva Bilangan Kompleks


Contoh 2.4
Gambarkan bilangan kompleks yang memenuhi persamaan Re z  6
Penyelesaian:
Persamaan Re z  6 menyatakan semua bilangan yang memiliki bagian
real sama dengan 6, maka penyelesaian persamaan tersebut adalah
himpunan semua bilangan yang bagian realnya 6. Secara geometris dapat
digambarkan sebagai semua titik pada garis x  6 , yaitu garis sejajar
dengan sumbu-y (imajiner) yang melalui titik (6,0).
y
Re z  6

0 6 x

Gambar 2.3. Garis Re z  6

36 Matematika untuk Fisika 1


Contoh 2.5
Gambarkan bilangan kompleks yang memenuhi persamaan Im z  5 .
Penyelesaian:
Persamaan Im z  5 menyatakan semua bilangan yang memiliki bagian
imajiner sama dengan 5, maka penyelesaian persamaan tersebut adalah
himpunan semua bilangan yang bagian imajinernya 5. Secara geometris
dapat digambarkan sebagai semua titik pada garis y  5 , yaitu garis
sejajar dengan sumbu-y (real) yang melalui titik (0,5).
y
Im z  5
5

0 x

Gambar 2.4. Garis Im z  5


Contoh 2.6

Gambarkan bilangan kompleks yang memenuhi persamaan arg z  .
4
Penyelesaian:
y  y 
  arg z  arc tan  , sehingga  tan  1 atau y  x . Jadi
x 4 x 4

penyelesaian persamaan arg z  adalah semua bilangan yang
4
memiliki bagian imajiner sama dengan bagian realnya. Secara geometris
dapat digambarkan sebagai semua titik pada garis y  x , yaitu garis

lurus melalui (0,0) dengan argumen  450 .
4
y 
arg z 
4

 4
0 x


Gambar 2.5. Garis arg z 
4

Bilangan Kompleks 37
Contoh 2.7
Gambarkan bilangan kompleks yang memenuhi persamaan
mod( z  a  ib)  c .
Penyelesaian:
mod( z  a  ib )  c
mod( x  iy  a  ib )  c
modx  a   i  y  b   c
x  a 2   y  b2  c
x  a 2   y  b 2  c 2
Merupakan persamaan lingkaran dengan pusat (a,b) dan jari-jari c.
Jadi penyelesaian mod( z  a  ib)  c adalah himpunan semua titik
yang berada pada lingkaran dengan pusat (a,b) dan jari-jari c.
y
mod( z  a  ib)  c

b c

0 a x

Gambar 2.6. Lingkaran mod( z  a  ib)  c

B. Aljabar Bilangan Kompleks


1. Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks dapat
dilakukan dengan cara menjumlahkan dan mengurangkan bagian real
dengan bagian realnya serta bagian imajiner dengan bagian imajinernya.
Jika dua buah bilangan kompleks, z1  x1  iy1 dan z 2  x 2  iy 2
dijumlahkan atau dikurangkan, maka diperoleh:
z1  z 2  ( x1  x 2 )  ( y1  y 2 )i
(2.10)
z1  z 2  ( x1  x2 )  ( y1  y 2 )i
Contoh 2.8
Jika z1  2  i dan z2   6  8 i , tentukan z1  z 2 dan z1  z 2 !
Penyelesaian:
z1  z 2  (2  (6))  (1  8)i  4  2i
z1  z 2  (2  (6))  (1  8)i  8  7i

38 Matematika untuk Fisika 1


2. Perkalian dan Pembagian
Hasil perkalian bilangan kompleks antara z1  x1  iy1 dan
z 2  x2  iy 2 adalah
z1 z 2  ( x1  y1i)  ( x 2  y 2 i)
(2.11)
 ( x1 x 2  y1 y 2 )  ( x1 y 2  x 2 y1 )i
Jika bilangan kompleks z  x  iy dikalikan dengan konyugatnya
z  x  iy maka diperoleh:
z z  ( x  yi ) ( x  yi )  ( x 2  y 2 )  r 2 (2.12)
2 2
atau r  z  ( x  y )  zz (2.13)
Jadi hasil perkalian bilangan kompleks dengan konjugatnya adalah
bilangan real. Selanjutnya pembagian dua bilangan kompleks adalah
sebagai berikut:
z1 x1  iy1 x 2  iy 2
 
z 2 x 2  iy 2 x 2  iy 2
( x x  y y )  i ( x1 y 2  x 2 y1 )
 1 2 1 22 (2.14)
( x2 )  ( y 2 ) 2
Operasi perkalian dan pembagian dalam bentuk eksponensial jika
diketahui dua buah bilangan kompleks,
z1  r1 e i1 dan z 2  r2 e i 2
maka hasil kali kedua bilangan:
z1 .z 2  r1 e i1 . r2 e i 2  r1 r2 e i (1   2 ) (2.15)
Dan operasi pembagiannya:
z1 r1 e i1 r1 i (1   2 )
  e (2.16)
z 2 r2 e i 2 r2
Mengingat penulisan bentuk polar
z  r[cos(  2n )  i sin(  2n )], n  0,  1,  2,...
Maka ungkapan z  re i merupakan salah satu dari takhingga
kemungkinan bentuk eksponensial
z  re i (  2 n ) , n  0,  1,  2,  (2.17)
Operasi perkalian dapat dilakukan terhadap beberapa bilangan kompleks,
misal n bilangan kompleks,
z1  r1 e i1 , z 2  r2 e i 2 , z 3  r3 e i3 ,... z n  rn e i n (2.18)
Dari bilangan kompleks di atas jika dikalikan, diperoleh:
z1 z 2 z 3 ... z n  r1r2 r3 ... rn e i (1   2   3  n ) (2.19)

Bilangan Kompleks 39
Contoh 2.9
1). Sederhanakan (1  i)( 1  i )
Penyelesaian:
Cara 1:
(1  i)( 1  i )  1.( 1)  i.(1)  1.i  i.i  1  2i  1  2i
Cara 2:
 
(1  i )( 1  i )  2e i 4 . 2ei 3 4  2e i 2  2(cos  i sin )  2i
2 2
2i
2). Tentukan nilai dari bilangan
1  2i
Penyelesaian:
Untuk merealkan penyebut maka dikalikan dengan konjugat penyebut,
2  i 2  i 1  2i 2  5i  2 5i
   i
1  2i 1  2i 1  2i 1 4 5
1 i
3). Tentukan nilai dari bilangan kompleks
1 i
Penyelesaian:
i     
4
1 i 2e i  
4 4
i 
 2
 i
e e 1
1 i 2e 4

Nampak bahwa penulisan dalam bentuk kartesian lebih cocok


untuk aljabar penjumlahan dan pengurangan, sedangkan untuk perkalian
dan pembagian ternyata bentuk eksponensial memberikan hasil yang
lebih singkat dan mudah.

3. Pangkat dan akar real dari bilangan kompleks


Jika pada persamaan (2.19) z1  z 2  z 3  ...  z n  z , maka
diperoleh persamaan:
z1 z 2 z 3 ... z n  z n  r n e in (2.20)
n
Pernyataan z juga dapat dinyatakan dengan rumus Euler yaitu:
z n  r n e in  r n (cos n  i sin n ) (2.21)
Dari persamaan 2.20 dapat diperoleh:
 
n
z  z1 n  r 1 n e i n  r 1 n (cos  i sin ) (2.22)
n n
Karena sudut θ berulang setiap 2π, maka dapat dituliskan sebagai θ = θ +
2kπ, dengan k  0,  1,  2,.... maka:

40 Matematika untuk Fisika 1


  2k   2k
z 1 n  r 1 n (cos  i sin ) (2.23)
n n
Perlu dicatat bahwa akar pangkat n dari bilangan kompleks mempunyai n
akar yang berbeda.

Contoh 2.10

1). Sederhanakan bilangan kompleks


1  i 3  21

ke dalam bentuk x  iy
i  138
Penyelesaian:
21
 2e i 3 
1  i 3  21

    2 e
21  7i

i  138  2e i 4 
38 19 i
219 e 2
 
5 i  5 5 
 2 2 e 2  4 cos  i sin 
 2 2 
 40  i1
 4i
50
 1 i 3 
2). Nyatakan bilangan kompleks   dalam bentuk x + iy.
 2 i 2
 
3 
1  i 3  x  1, y  3  r  4  2,   arc tan 
1 3
2 
2  i 2  x  2 , y  2  r  4  2,   arc tan 
2 4
50 50
 1 i 3   2.e i 3
 
i 50 12 
    i   e 50 i ( 3
4 
4)
e
 2 i 2
   2.e 
  50   50 
 1. cos   i sin   
  12   12 
    1 1 3 i
 cos   i sin    3i 
6 6 2 2 2

Bilangan Kompleks 41
3
3). Carilah nilai dari akar kompleks  8i
Penyelesaian:
Cara 1
y 8 3
z  0  8i , x  0 dan y  8  tan       270o 
x 0 2
3
 8i memiliki tiga akar, antara akar yang satu dengan yang lain
360 o 2
berbeda sudut  120 o  sehingga:
3 3
1 i   2 n   3 2 n 
i 
  2 n 
i 
3  
3
 8i  8 e 3
2e  6 3 
 2e 2 3 

Untuk
  
i 0  i   
n  0  2e 2 
 2e 2
 2 cos  i sin   20  i   2i
 2 2

Untuk n  1 ,
 1 1 

 2 cos 210o  i sin 210o  2 - 
3  i   3  i
 2 2 
1 1 
o
 o
Untuk n  2 ,  2 cos 330  i sin 330  2 3  i  3  i 
2 2 
I 2i

II
III

3
Gambar 2.7. Akar Kompleks  8i
Cara kedua,
Untuk n  1
  2   7 
i   i    7   7 
 2e  2 3 
 2e  2 
 2 cos   i sin  
  2   2 

42 Matematika untuk Fisika 1


Untuk n  2
  4   11 
i 
2 3 
 i
 6 
   11   11 
 2e  2e  2 cos   i sin  
  6   6 

1 1 
 2 3  i   3  i
2 2 
2i

Jadi, akar-akar dari 3  8i adalah  3  i

 3i
C. Deret Takhingga Kompleks
Telah dipelajari deret takhingga yang suku-sukunya bilangan real.
Sekarang akan dibahas deret takhingga kompleks, yaitu pernyataan
jumlah takhingga bilangan kompleks.

z
n 1
n  z1  z 2  ...  z n (2.24)

Pada persamaan di atas tiap suku zn merupakan bilangan kompleks


yang bergantung pada bilangan bulat n. Jumlah hingga suku ke n (parsial)
deret tak hingga kompleks dari persamaan diatas berupa bilangan
kompleks, misal S n  X n  iYn , dengan X n dan Yn adalah real.
Konvergensi deret dari persamaan di atas didefinisikan seperti deret
bilangan real. Jika S n mendekati limit S  X  iY ketika n   , maka
dikatakan deret konvergen dengan jumlah S. Hal ini berarti X n  X
dan X n  Y , ketika n   . Dengan kata lain, bagian real dan bagian
imajiner dari deret persamaan di atas masing-masing adalah konvergen.
Untuk menentukan konvergensi deret digunakan uji bagi.

Contoh 2.11
i  1n
1). Lakukan uji konvergensi deret kompleks tak hingga  n
Penyelesaian:
a
  lim n 1  lim
i  1  n  lim (i  1)n  lim 2n
n 1

n a
n
n n 1 (i  1) n n   n  1 n n  1

Bilangan Kompleks 43
n
2
 lim n  2  2
n n 1 1 0

n n
i  1n
Karena   1, berarti deret  n
divergen

3  2i n
2). Lakukan uji konvergensi deret kompleks tak hingga  n!
Penyelesaian:
n 1
  lim
a n1
 lim
3  2i   n!  lim 3  2i 
n  a n n  1 ! 3  2i n n n  1
n

13
2 2
3 2 13 0
  lim  lim  lim n  0
n  n 1 n   n 1 n   n 1 1 0

n n
3  2i n
Karena   1 , berarti  n!
merupakan deret konvergen

Deret pangkat kompleks


Deret pangkat kompleks secara umum dapat dituliskan sebagai:

a0  a1 ( z  z 0 )  a 2 ( z  z 0 ) 2  ...   a n ( z  z 0 ) n , (2.25)
n 0

dengan z  x  iy, z 0 , dan a 0 adalah bilangan kompleks. Perhatikan


beberapa contoh deret pangkat kompleks berikut ini:

 1n z 2n
(1) 
n 0 2n !
(2) 

n!2 z n
n 0 2 n !

n
(3)  n(n  1)( z  2i)
n 0

n
( 4) 2 ( z  i  3) 2n
n 0

44 Matematika untuk Fisika 1



iz n
(5). 
n 1 n2
Untuk mengetahui konvergen (mutlak) deret pangkat kompleks dapat
digunakan uji bagi.

Contoh 2.12
Tentukan lingkaran konvergensi dari setiap deret pangkat kompleks pada
contoh di atas!

 1n z 2n
1). 
n 0 2n !
z 2(n 1 ) ( 2n)! z 2n2 ( 2n)!
ρ  lim  2 n  lim  en
n  ( 2(n  1 ))! z n   ( 2n  2 )( 2n  1 )! z
z2 z2 n2
 lim  lim
n   ( 2n  2 )( 2n  1 ) n   4n 2 n 2  6n 2 n 2  2 n 2

0
Karena   1 , maka deret tersebut konvergen di semua z.

n !2 z n
2). 
n 0 2 n  !

a n 1
 lim
n  1! z n 1  2n !
2

  lim
n  a
n
n  2( n  1) ! n !2 z n
  lim
n  12 (n! ) 2 z n z  2n !
n  (2(n  1))! n!2 z n
 n 2 2n 1 
z  2  2  2 
z (n 2 2n  1) n n n  z 1  0  0 Z
ρ  lim  lim  2  
2
n   4 n  6n  2 n  4n 6n 2
 2  2
 4  0  0 4
2
n n n
Konvergen bila ρ 1
z
1
4
 z 4

Bilangan Kompleks 45
 x2  y 2  4
 x2  y 2  42

n ! 2 z n
Jadi, deret 
n 0 2n  !
konvergen untuk semua titik dalam lingkaran

dengan titik pusat (0,0) dan jari-jari 4. Atau dapat dituliskan sebagai:
bilangan yang berada di dalam lingkaran 
z  
dengan pusat (0,0) dan jari - jari 4 

O
4 x


n!2 z n
Gambar 2.8. Lingkaran Konvergensi Deret 
n 0 2 n  !

n
3).  n(n  1)( z  2i)
n 0

(n  1)(n  1  1)( z  2i ) n 1
  lim
n  n( n  1)( z  2i ) n
(n  1)(n  2)( z  2i ) n ( z  2i ) (n  2)( z  2i )
 lim n
 lim
n  n( n  1)( z  2i ) n   n
( n n  2 n )( z  2i )
 lim
n  nn
(1  0)( z  2i )
  z  2i
1
Syarat konvergen
 1
 z  2i  1

46 Matematika untuk Fisika 1


 x  iy  2i  1
 x  i ( y  2)  1
 x 2  ( y  2) 2  1
Jadi deret tersebut konvergen untuk semua titik dalam lingkaran dengan
titik pusat (0,2) dan r = 1. Atau dapat dituliskan sebagai:
bilangan yang berada di dalam lingkaran 
z  
dengan pusat (0,2) dan jari - jari 1 

n
4). 2 ( z  i  3) 2 n
n 0

2 n 1(z  i  3 )2n  2
ρ  lim n 2n
 lim 2(z  i  3 )2
n  2 (z  i  3 ) n 

 2( z  i  3) 2
Syarat konvergen
 1
 2( z  i  3) 2 1
1
 ( z  i  3) 2 
2
1
 ( z  i  3) 
2
1
 x  iy  i  3 
2
1
 ( x  3)  i( y  1) 
2
1
 ( x  3) 2  ( y  1) 2 
2
Jadi deret tersebut konvergen untuk semua titik dalam lingkaran dengan
1
titik pusat (3,-1) dan r = . Atau dapat dituliskan sebagai:
2
bilangan yang berada di dalam lingkaran 
 
z  1 
dengan pusat (3,-1) dan jari - jari 2 
 

Bilangan Kompleks 47
y
3
O x
-1


n
Gambar 2.9. Lingkaran Konvergensi Deret 2 ( z  i  3) 2 n
n 0
n

iz 
5). 
n 1 n2
an1
  lim  lim
iz   n 2  lim iz n 2  z
n1

n  a
n
n n  12 iz n n  n 2  2 n  1  
Syarat konvergensi,   1
z  1  x2  y 2  1

iz n
Jadi deret 
n 1 n2
konvergen untuk semua titik dalam lingkaran

dengan titik pusat (0,0) dan r = 1.


y

O
1 x


iz n
Gambar 2.10. Lingkaran Konvergensi Deret 
n 1 n2

Contoh 2.13

1  in
Buktikan bahwa : 
n 0 n!
 e

Penyelesaian:

48 Matematika untuk Fisika 1



1  i n  1  1  i  
 2
1  i  1  i 
3


n0 n! 2!

3!

1i 
e
 e1  e i
 e  1
 e

D. Konjugat kompleks
Konjugat kompleks (complex conjugate) sebuah bilangan
i
kompleks z  x  iy  r (cos  i sin )  re didefinsikan sebagai z ,
yaitu
z  x  iy  r (cos  i sin  )  re i (2.26)
Jadi konjugat sebuah bilangan kompleks adalah sebuah bilangan yang
bagian realnya sama, tetapi bagian imajinernya mempunyai tanda yang
berlawanan dengan bilangan tersebut. Secara geometri z merupakan
bayangan titik z(x,y) terhadap sumbu real x (lihat Gambar 2.3).
y
z

Gambar 2.11. Bilangan z dan konjugat kompleksnya z


Perlu dicatat bahwa untuk semua z berlaku z  z dan z  z .
Jika z1  x1  iy 1 dan z 2  x 2  iy 2 , maka
z1  z 2  ( x1  x 2 )  i ( y1  y 2 )  ( x1  iy1 )  ( x 2  iy 2 ).
Jadi berlaku identitas:
z1  z 2  z1  z 2 . (2.27)
Dapat pula dibuktikan bahwa berlaku rumus identitas berikut:
z1  z 2  z1  z 2 (2.28)
z1 z 2  z1 z 2 (2.29)

Bilangan Kompleks 49
 z1  z1
   (2.30)
 z2  z2
Jumlah z  z dari bilangan kompleks z  x  iy dan konjugat
kompleksnya menghasilkan bilangan real 2x, sedangkan selisih z  z
menghasilkan bilangan murni 2iy. Oleh karena itu, berlaku identitas
zz zz
Re z  dan Im z  (2.31)
2 2i
Identitas penting lainnya yang berkaitan dengan bilangan kompleks z
adalah
2
zz  r 2  z atau z r zz (2.32)

Contoh 2.14
Tentukan: a). ( 2  i)(3  2i ) b). (1  i) /(1  i)
Penyelesaian:
a). ( 2  i )(3  2i)  ( 6  7i  2)   4  7i  4  7i
(1  i ) (1  i) (1  i ) 1  2i  1  2i
b). (1  i) /(1  i )      i
(1  i ) (1  i ) (1  i ) 11 2

E. Fungsi Eksponensial, Logaritma, Pangkat, Trigonometri


dan Hiperbolik

1. Fungsi Eksponensial Kompleks


Nilai e z dapat dihitung sebagai berikut:
e z  e x  iy  e xeiy  e x (cos y  i sin y ) (2.34)

Contoh 2.15
 
1). e1i / 2  e 2e  i / 2  e1 (cos  i sin )  ei
2 2
3 ln 2 ln 2 3 ln 8
3 ln 2 i e e e 8
2). e  i  i  i  i  8ei
e e e e
 8cos  i sin    8 1  0i   8

50 Matematika untuk Fisika 1


2. Fungsi Trigonometri Dan Hiperbolik
Secara implisit terdapat hubungan antara fungsi eksponensial
kompleks dan fungsi trigonometri dengan sudut real. Hubungan ini dapat
diperoleh berdasarkan rumus Euler, yaitu
ei  cos   i sin  dan e i  cos   i sin  (2.35)
Dari kedua persamaan di atas diperoleh:
e i  e  i e i  e i
cos  dan sin   (2.36)
2 2i
Maka fungsi cos z dan sin z dapat dinyatakan sebagai:
eiz  e iz eiz  e iz
cos z  dan sin z  (2.37)
2 2i
Jika z = iy maka:
e i.iy  e i .iy e  y  e y
cos iy  
2 2
i.iy
(2.38)
i.iy
e e ey  e y
sin iy   ( i )
2i 2
Bagian real pada cosiy dan sin iy disebut cosinus dan sinus hiperbolik,
yaitu:
e z  ez
cosh z 
2
(2.39)
e  ez
z
sinh z 
2
Fungsi-fungsi hiperbolik yang lain didefinisikan sama seperti
sinh z 1
pada fungsi trigonometri, yaitu: tanh z  , coth z 
cosh z tanh z
Contoh 2.16
1). cosi  ?
ei.i  e i.i e1  e1 e 1
cos i      1.359 0.184  1,543
2 2 2 2e
Jadi nilai cosz dapat bernilai lebih dari 1.(bandingkan dengan cosines
bilangan real).
2). tan2i  ?
e i( 2i )  e  i( 2i ) 1  2
sin 2i 
2i


2i
e  e2 

Bilangan Kompleks 51
ei ( 2 i )  e  i ( 2 i ) 1  2
cos 2i 
2 2

 e  e2 
1 2 2
sin 2i 2i
e e  
e 2  e2 
tan 2i    2 2
cos 2i 1 e  2  e2
2
  
i e e 
0,14  7,19  0,96  0,96i
    0,96i
i 0,14  7,19  i 1
sin 2i
Jadi, tan 2i   0,96i
cos 2i
3). sin  12 i   ? dan sinh  12 i   ?
Jawab :
sin iy  i sinh y
e y  e y
sinh y 
2
Jadi,
1 1
 e 2  e 2   1,65  0,61   1,04 
sin  i   i
1   i   i   0,52 i
2  2   2   2 
 
sinh  2 i   0,52
1

4). Buktikan:
sin 2n
cos   cos 3  cos 5  ......  cos2n  1 
2 sin 
Jawab :
Ruas kiri persamaan di atas bagian real dari
ei  ei 3  e5  .....  ei 2 n 1 
 e i 1  e i 2n  
 Re i 2

 1 e 
dengan menggunaka n
 a 1  r n 
 nS 
1 r
 i  i
sin   e  e
 2i

52 Matematika untuk Fisika 1



1  e i 2n  e in e in  e in 
in
e  2i sin n
 2ie in sin n

1  e i 2  e i e i  e i 
 e i  2i sin 
 2ie i sin 
maka
 e i  2ie in sin n 
 Re i

  2ie sin  
in
 e  sin n  cos n sin n sin 2n
 Re   
 sin   sin  2 sin 

3. Fungsi Logaritma Kompleks


Logaritma dari bilangan kompleks z:
ln z  ln re i  ln r  i (  2n ) (2.40)
dengan n = 0, 1, 2, 3, … . Ln r menunjukkan logaritma dengan bilangan
pokok e dari bilangan real positif r. Jika harga ln z diambil untuk satu
harga n  0 , maka harga ln z disebut nilai utama (principal value), yaitu
ln r  i  .

Contoh 2.17
1). ln (1)  ln 1e i (  2 n )  ln 1  i (  2n )  i , i ,3i ,3i , 

i (   2 n )
4

2). ln (1  i )  ln 2e  ln 2  i (  2n )
4
i
Dengan nilai utama ln 2  .
4

4. Pangkat dan Akar Kompleks


Jika a dan b bilangan kompleks, maka a b dapat dicari sebagai
berikut:
misal w  a b , maka ln w  ln a b  b ln a ,
sehingga diperoleh:
a b  eb ln a (2.41)

Bilangan Kompleks 53
Mengingat fungsi logaritma kompleks bernilai lebih dari satu, maka
fungsi pangkat kompleks juga bernilai jamak.

Contoh 2.18
1). i 2 i  e 2 i ln i  e 2 i (ln1 i ( 2  2 n ))
 e 2 (  2  2 n )

 e   0.0432 , untuk n  0
i i (   2 n )

2).  e   ei ln( e )  ei ln(e.e )

 ei (ln e i (  2n ))  ei .e  (  2 n )


2
  e   5,17. 10 5 , untuk n  0

5. Fungsi Invers Trigonometri dan Hiperbolik Kompleks


Di depan telah dibicarakan fungsi trigonometri dan hiperbolik
kompleks. Fungsi w  sin z , menunjukkan bahwa setiap bilangan
kompleks z akan memberikan bilangan kompleks baru w. Misalnya, sin z
= 1, cos z = 1/2, tan z = πi, dan sebagainya. Seperti pada fungsi invers
trigonometri real, didefinisikan fungsi invers trigonometri kompleks:
Jika w  sin z , maka z  arcsinw (2.42)
dan untuk w  cos z , maka z  arccosw (2.43)
Dengan cara yang sama fungsi invers hiperbolik kompleks didefinisikan
sebagai:
Jika w  sinhz , maka z  arcsinhw (2.44)
dan untuk w  coshz , maka z  arccoshw

Contoh 2.19
Hitunglah arcsin1
Penyelesaian:
eiz  e  iz
sin z  1
2i
u  u 1
Substitusi u  e iz atau e  iz  u 1 menghasilkan  1 atau
2i
u 2  2ui  1  0, dengan penyelesaian
 2,414i
u  [ 2i   4  4 ] / 2  i  i 2   . Tetapi u  e iz , sehingga
  0,414i
 2,414i
e iz   atau
 0,414i

54 Matematika untuk Fisika 1


 
ln 2,414 i  ln 2,414 e i ( 2  2 n )  ln 2,414  i ( 2  2n )
iz  

 ln 0, 44i  ln 0,414 e 
i (  2  2 n )
 ln 0,414  i ( 2  2 n )
Dengan demikian,
 i ln 2,414  ( 2  2n )
z
 i ln 0,414  ( 2  2n )
 i ln 2, 414   2
Nilai utamanya z  
 i ln 0,414   2

F. Penerapan dalam Fisika


1. Optika
Pada pembahasan optika, sering kali dihadapkan pada penjumlahan
(interferensi) sejumlah gelombang cahaya (dapat disajikan sebagai fungsi
sinus). Jika masing-masing gelombang berbeda fase tetap sebesar 
terhadap gelombang sebelumnya, maka untuk n gelombang dapat
dirumuskan sebagai:
sin t  sin( t   )  sin( t  2 )  ...  sin( t  n ), (2.45)
Untuk memudahkan perhitungan, penjumlahan sinus di atas dapat
dipandang sebagai bagian imajiner dari penjumlahan takhingga:
e it  e i ( t  )  e i (t  2 )  ...  e i ( t  n ) . (2.46)
Yang merupakan deret geometri dengan suku pertama a  e it dan
rasio r  e i . Jumlah parsial n suku pertama adalah:

Sn 

eit 1  ein
.
 (2.47)
1  ei
Yang dapat ditulis lebih sederhana sebagai:
 
1  ei  ei / 2 e  i / 2  ei / 2  2iei / 2 sin(  / 2)
dan 1  ein  2iein / 2 sin( n / 2).
sehingga:
eit ein / 2 sin( n / 2) sin( n / 2)
Sn  i / 2
 ei{t [( n 1) / 2]
e sin(  / 2) sin( / 2)
 n  1  sin( n / 2)  n  1  sin( n / 2)
 cos t    i sin  t  
 2  sin(  / 2)  2  sin(  / 2)
Bagian imajiner memberikan hasil yang diinginkan yaitu:
sin t  sin( t   )  sin( t  2 )  ...  sin( t  n )
 n  1  sin(n / 2)
 sin t   .
 2  sin( / 2)

Bilangan Kompleks 55
2. Rangkaian Arus Bolak-Balik
Menurut teori rangkaian listrik, jika V tegangan ujung-ujung
resistor R dan I merupakan arus listrik yang mengalir, maka menurut
hokum Ohm:
VR  RI
Dan hubungan arus dan tegangan pada induktor yang mempunyai
induktansi L dirumuskan:
dI
VL  L
dt
Demikian pula hubungan arus dan tegangan pada kapasitor yang
mempunyai kapasitansi C dirumuskan
1
VC  Idt
C
R L C

Sumber AC

Gambar 2.12 Rangkaian seri RLC.
Gambar 2.12 menunjukkan sebuah rangkaian arus bolak-balik yang
terdiri atas resistor R, induktor L, dan kapasitor C yang dipasang seri dan
dihubungkan dengan sumber tegangan V. Jika arus I dan tegangan V
berubah terhadap waktu menurut persamaan
I  I 0 sin t (2.48)
maka diperoleh tegangan antara ujung-ujung R, L, C:
V R  RI 0 sin t ,
V L  LI 0 cos t , (2.49)
1
VC   I 0 cos t.
C
Dan tegangan total
V  VR  VL  VC .
yang merupakan penjumlahan cukup rumit.
Dengan menggunakan teori bilangan kompleks, penjumlahan ini
dapat diselesaikan dengan mudah, yaitu dengan memandang arus I
sebagai bagian imajiner dari bentuk eksponensial

56 Matematika untuk Fisika 1


I  I 0 e i t
Sehingga diperoleh:
VR  RI 0 e it  RI ,
VL  iLI 0 e it  iLI ,
1 1
VC  I 0 e it  I.
i C i C
dan,
  1 
V  VR  VL  VC   R  i L   I  IZ (2.50)
  C  
Besaran kompleks Z yang didefinisikan sebagai
 1 
Z  R  iL   (2.51)
 C 
disebut impedansi kompleks.
Persamaan (2.84) merupakan hukum Ohm untuk rangkaian arus bolak-
balik.
Apabila harga Z minimum, maka pada rangkaian dikatakan terjadi
resonansi. Hal ini terjadi pada saat Z berharga real atau bagian imajiner Z
sama dengan nol.
Im z  0
1 1
L   0, 2  ,
C LC
1

LC
1 1
f  (2.52)
2 LC
ω dan f menyatakan kelajuan sudut dan frekuensi resonansi.

Contoh 2.20
Untuk rangkaian pada Gambar 2.12, tentukan  jika sudut fase
45o !
Penyelesaian:
  arctan z   45o
I z 
tan   m
R e z 

Bilangan Kompleks 57
1
L 
tan 45o  C
R
1
L 
1 C
R
1
L 2  R   0
C
Penyelesaian persamaan kuadrat di atas adalah:
4L
R  R2 
1, 2  C
2L
4L
R  R2 
1  C
2L
4L
R  R2 
2  C tidak mungkin
2L

58 Matematika untuk Fisika 1


SOAL-SOAL

1. Pada bilangan kompleks berikut ini tentukan bagian real, bagian


imajiner, modulus, argumennya serta tuliskan dalam bentuk polar
dan eksponensial:
a. 1  i c.  8i e. 6i
b. 2  2i d.  1  3i 1 1
f.   3i
2 2
2. Tentukan posisi bilangan kompleks z berikut ini:
a. z  2  7
f.  arg z 
b. z  2  3 2 4
g.  2  Re z  5
c. z  i  2 h. Im z  5
d. z  1  6i  8 i.  3  Im z  2
e. Re z  2 j. 1  z  6

3. Tentukan lingkaran konvergensi deret berikut:



 z 1 
n 
n!5 z n
a.    c. 
n  0 n  2!
n 0  3 

z  2i n 
 1n z n
b. 
n 1
d. 
n 1 n
n0
4. Tentukan nilai akar dan pangkat bilangan berikut ini dan
nyatakan hasilnya dalam bentuk x  iy

a.
3
27i 
c. 1  i 3  6
1 i 3 
e.  
20

4
b.  16i (1  i) 24  1 i 
d.  
(1  i 3 ) 21

5. Tentukan konjugat dari bilangan 6. Nyatakan dalam bentuk


berikut: x  iy
a. 5  2i a. ln i
b.  7i  5 b. ln(1  i 3 )
c. 6(cos1  i sin 1)
i / 3
c. i 2 i
d. 6e
d. (2i)1 i
7. Nyatakan dalam bentuk x  iy 8. Nyatakan dalam bentuk
a. sin i x  iy

Bilangan Kompleks 59
b. cos(1  i 3 ) a. arcsin3
c. sinh3i b. arccos1
c. arccosh1
d. cosh i
d. arctan 2

9. Dari gambar 2.11 tentukan kelajuan sudut dan frekuensi osilasi pada
saat sudut fasenya 300.
10. Jika sistem pegas-massa dengan kontanta pegas k dan massa benda m
berikut bergetar selaras, tentukan periodenya (T).

11. Jika sebuah rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari sebuah
resistor R dan induktor L yang disusun seri, kemudian ujung-
ujungnya diparalel dengan kapasitor C dan dihubungkan dengan
sumber tegangan V. Tentukan frekuensinya pada saat: a). terjadi
resonansi; b). sudut fasenya 450.

60 Matematika untuk Fisika 1

Anda mungkin juga menyukai