Anda di halaman 1dari 32

BAB I

DERET TAKHINGGA DAN DERET PANGKAT

A. Deret Takhingga
1. Barisan dan Deret Takhingga
Barisan adalah urutan suku-suku bilangan yang disusun menurut
aturan atau pola tertentu. Sedangkan barisan takhingga adalah barisan
yang cacah sukunya takhinga. Sebagai contoh,
1,5,9,13, ⋯ (1.1)
Pola atau aturan penyusunan suku-suku suatu barisan di atas dinotasikan
dengan (suku ke-n barisan). Rumus eksplisit dinyatakan sebagai:
= 4 − 3, dengan ≥ 1
sedangkan rumus rekursinya:
= + 4, dengan = 1 dan ≥ 1
Deret adalah penjumlahan semua suku-suku suatu barisan.
Sedangkan deret takhingga adalah deret yang cacah sukunya takhinga.
Dari barisan di atas diperoleh deret,
1 + 5 + 9 + 13 + ⋯ (1.2)
Penulisan deret takhingga biasanya disingkat dengan notasi 
(dibaca: “sigma”), diikuti dengan rumus suku ke-n. Sebagai contoh, deret
(1.3) dapat ditulis
1 + 5 + 9 + 13 + ⋯ + (4 − 3) + ⋯ = ∑ (4 − 3) (1.3)

2. Deret Konvergen dan Divergen


Seperti pembahasan di atas, deret dari barisan a1 , a 2 , a3 ,..., an ,
adalah:

a
n 1
n  a1  a2  a3    an   (1.4)
Operasi penjumlahan di atas nampak mudah dan sederhana. Tetapi
sebenarnya ini bukan persoalan yang sederhana, sebab dihadapkan
dengan bilangan yang takhingga banyaknya. Jika dijumlahkan suku demi
suku, tak peduli berapa banyak suku yang dijumlahkan, selalu masih ada
suku yang tersisa. Untuk memperkecil masalah ini, dicoba untuk

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 1


menjumlahkan suku pertama deret sampai dengan suku ke-n saja. Jumlah
sebagian (jumlah parsial) deret ini dinotasikan dengan . Sehingga
diperoleh:
S1  a1
S 2  a1  a2
S 3  a1  a2  a3
Atau secara umum,
S n  a1  a 2  a 3    a n (1.5)
Jumlah deret (S ) dapat dicari dengan menggunakan limit:
S  lim Sn (1.6)
n 
Jika S menuju harga tertentu, maka deretnya disebut konvergen.
Sedangkan jika S nilainya takhingga atau bernilai ganda, maka deret
disebut divergen.
Nilai R n  S  S n yang disebut sisa (remainder) deret setelah suku ke-n.
Dari (1.6), diperoleh
lim Rn  lim( S  S n )  0. (1.7)
n  n 

Meskipun deret divergen sering berguna pada keadaan khusus,


pada umumnya kita menginginkan suatu deret yang konvergen. Dengan
demikian, perlu ada suatu cara untuk menguji kekonvergenan atau
kedivergenan suatu deret.

a). Deret Geometri


Deret geometri dengan suku pertama a dan pembanding r, dapat
ditulis

a  ar  ar 2     ar n 1 (1.8)
n 1

Jumlah n suku pertama S n adalah:


S n  a  ar  ar 2    ar n 1
Rumus dapat diperoleh, dengan cara berikut:
S n  rSn  ( a  ar  ar 2  ar 3    ar n1 )
 (ar  ar 2  ar 3    ar n ) (1.9)
 a  ar n
Sehingga
a(1  r n )
Sn  , r  1. (1.10)
1 r

2 Matematika untuk Fisika 1


a). Untuk | | < 1 , maka lim → = 0, sehingga:
= lim → = (1.11)
Jadi untuk | | < 1, deret geometri konvergen.
b). Jika r  1, maka lim → = ∞, sehingga
lim S n  .
n 
Jadi untuk r  1, deret geometri divergen.
c). Jika r = 1, maka S n  a  a  a    na, sehingga
lim Sn  lim(na)  
n  n 

Jadi untuk r  1, deret geometri divergen.


d). Jika r  1, sehingga
0, untuk n genap
Sn  a  a  a    (1.12)
 1, untuk n ganjil
Karena S bernilai ganda, jadi untuk r   1,
deret geometri divergen.

b). Deret Harmonis


Deret Harmonis adalah sebagai berikut :
1 1 1 1
= 1 + + +⋯+ +⋯
2 3
1 1 1 1 1
= 1 + + + + +⋯+
2 3 4 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
= 1 + + + + + + + + +⋯+ +⋯+
2 3 4 5 6 7 8 9 16
1 2 4 8 1 1 1 1 1 1
>1+ + + + +⋯+ = 1 + + + + +⋯+
2 4 8 16 2 2 2 2
Dengan membuat n cukup besar, pada persamaan terakhir dapat diambil
sebanyak yang dikehendaki, sehingga S takhingga. Jadi deret harmonis
divergen.

3. Uji Konvergensi
Meskipun deret divergen mungkin berguna pada suatu kasus
khusus, misal deret harmonis, namun biasanya keberadaan deret
konvergen lebih bermanfaat. Untuk mengidentifikasi apakah sebuah deret
takhingga konvergen atau divergen, telah dikembangkan sejumlah uji
konvergensi deret yang mungkin dapat digunakan, dari uji yang lebih
sederhana dilanjutkan ke uji yang lebih kompleks dan sensitif. Untuk

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 3


memudahkan pembahasan dibatasi pada deret positif, yaitu suatu deret
dengan suku-suku yang nilainya positif ( a n  0 untuk setiap n ).
Pertama-tama akan dibahas mengenai uji pendahuluan
(preliminary test). Uji pendahuluan pada umumnya perlu dilakukan
sebelum melakukan uji konvergensi dengan uji yang lain. Uji
pendahuluan menyatakan bahwa:
Jika lim a n  0, maka deret divergen. (1.13)
n 

Tetapi, jika lim a n  0, maka perlu uji lanjut.


n 
Jadi uji pendahuluan tidak dapat untuk menyimpulkan bahwa suatu deret
adalah konvergen. Namun demikian, paling tidak sudah dapat untuk
menyimpulkan suatu deret divergen atau perlu uji lanjut.

Contoh 1.1

1
a. Dengan menggunakan uji pendahuluan ujilah deret 2
n 1
n
(deret

geometri)
Penyelesaian:
1 1
lim = = 0 , jadi perlu uji lanjut.
n  2 n 

3n
b. Dengan menggunakan uji pendahuluan ujilah deret  n
n1 2  3
n

Penyelesaian:
3n 3n 3n 1
lim n n
= lim n n n n
= =1, jadi deret
n  2  3 n  2 3  3 3 0 1
divergen.

1
c. Dengan menggunakan uji pendahuluan ujilah deret n
n 1
(Deret

harmonis)
Penyelesaian:
1
lim = 0, jadi perlu uji lanjut.
n n

Untuk keperluan uji lanjut ini, disini hanya akan dibahas empat macam
uji konvergensi yang sangat berguna untuk deret takhingga positif.

4 Matematika untuk Fisika 1


a. Uji banding (Comparison Test)
Jika nilai suku-suku deret mudah ditentukan, maka uji banding
cukup efisien untuk digunakan. Uji banding menyatakan:
i). Jika suku demi suku dari deret ≤ , dengan ∑ adalah deret
konvergen, maka ∑ juga konvergen.
ii). Jika suku demi suku deret ≥ , dengan ∑ adalah deret
divergen, maka ∑ juga divergen.
Untuk uji banding ini dapat digunakan deret sembarang yang telah
diketahui sebelumnya sebagai deret divergen atau konvergen. Sebagai
contoh, untuk deret konvergen ∑ dapat digunakan deret geometri
dengan | | < 1, sedangkan untuk deret divergen ∑ dapat digunakan
deret harmonis. Namun demikian, satu-satunya kesulitan dalam
menggunakan uji banding adalah terletak pada perbendaharaan deret
banding yang tepat.

Contoh 1.2
1).Dengan menggunakan uji banding ujilah deret
 
1 1 1 1
 an  
n 1 n 1 n!
=1   
2 6 24
 ... , konvergen atau divergen?
Penyelesaian:
Sebagai deret pembanding digunakan deret geometri dengan = 1⁄2,
 
1 1 1 1 1
yaitu c   2
n 1
n
n 1
n
    
2 4 8 16
Karena untuk n  4 , = 1⁄24 dan = 1⁄16 ( < ) , maka

1
 n!
n 1
konvergen.

2). Konvergen atau divergen deret ∑


Penyelesaian:
Dapat diduga bahwa deret ini divergen, karena untuk n yang sangat besar
suku ke-n mirip dengan 1⁄5 . Berikut sebagai pembuktian secara eksak:
1 1
> = .
5 −4 5 5
Telah diidentifikasi di muka, bahwa ∑ (deret harmonis) merupakan
deret divergen. Sehingga deret ∑ . juga divergen. Jadi menurut uji
banding ∑ adalah deret divergen.

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 5


b. Uji Integral (Integral Test)
Uji integral ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika dapat
ditentukan fungsi kontinu positif f (n) tidak naik pada selang [1, ∞], maka
deret takhingga positif ∑ , akan konvergen jika dan hanya jika:

I   f (n ) dn, (1.14)
1
berhingga (finite). Sebaliknya, jika integral (1.14) takhingga (infinite)
maka deret divergen.

Contoh 1.3

1
1). Gunakan uji integral untuk menentukan  n konvergen
n 1
atau

divergen?
Penyelesaian:
 
1  1
I   dn = ln n =  . Karena = ∞ (takhingga), jadi
n
n
n 1
(deret

harmonis) divergen.

n
2). Gunakan uji integral terhadap deret  untuk menentukan
1 n 2
1 2

konvergen atau divergen!


Penyelesaian:

n
I  dn , dengan substitusi = + 1 sehingga =
n 2
 1
2

2 , maka diperoleh:
  
1 du 1  1  1 1 
I   2 =   =  2 =0
2 u 2  u 2  n  1

n
Karena = 0 (berhingga), jadi deret  konvergen.
1 n 2
1 2

c. Uji Banding Limit atau Khusus (A Special Comparison Test)


Pengujian menggunakan uji banding limit terdiri dari dua bagian

yaitu uji konvergen dan uji divergen. Ditinjau deret positif a
n 1
n , maka

uji banding limit menyatakan:

6 Matematika untuk Fisika 1



an
(i) Jika deret positif cn 1
n konvergen dan lim
n  c
  (bukan
n

takhingga), maka deret a
n 1
n konvergen. (1.15)

 an
(ii) Jika deret positif d
n 1
n divergen dan lim
n d
 0, maka deret
n

a
n 1
n divergen. (1.16)

Untuk menggunakan uji banding limit, maka terdapat tiga


langkah yang harus dilakukan, yaitu: i). Menentukan deret pembanding
dengan melihat kecenderungan nilai untuk → ∞ ; ii).
Mengidentifikasi konvergen atau divergen deret pembanding yang akan
digunakan; iii). Menghitung limit sesuai dengan uji yang dikehendaki.

Contoh 1.4
n2  5 
1). Dengan uji banding limit tentukan deret  4 3 konvergen
n 1 n  5n  10
atau divergen?
Penyelesaian:
i). Menentukan deret pembanding

n2  5 n2 1
 4 3
n 1 n  5n  10
untuk n  
     4 = 2
n n
1
Karena untuk n takhinga an mendekati nilai , maka deret
n2
1
pembanding yang digunakan n 2

ii). Uji deret pembanding


Dengan menggunakan uji integral
=∫ = − 1⁄ ] = 0
1
Karena = 0 (berhingga), maka disimpulkan deret n 2
konvergen.

iii). Menghitung limit


an  n2  5 1   n 4  5n 2 
lim = lim  4   = lim  =1
n  c
n
n  n  5n 3  10
 n 2  n n 4  5n 3  10 

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 7


an
Karena lim 1 (berhingga), maka disimpulkan deret
n  c
n

n2  5
 4 3
n 1 n  5n  10
adalah konvergen.

(2n  1)(3n  5)
2). Dengan uji banding limit tentukan deret 
n 9 n 2  73
konvergen atau divergen?
Penyelesaian:

(2n  1)(3n  5) 
6n 2  7 n  5 n2
 =  untuk
 n
  =n
n 9 n 2  73 n 9 n 2  73 n2
Karena untuk n takhinga an mendekati nilai n , maka dipilih deret

pembanding n ,
n 9
yang dengan mudah menggunakan uji integral

teridentifikasi bahwa n merupakan deret divergen.
n 9
2
an  6n  7 n  5   2 
lim = lim  n  = lim 6n  7n  5  =
n  d n   2  n  2 
n  n  73   n n  73 
 6n  7  5 n   6  7 n  5 n2  6  0  0
lim    = 6
n  2  = lim
n 2  1  0
 n  73   1  73 n 

an (2n  1)(3n  5)
Karena lim
n  d
 0 , maka disimpulkan deret 
n n 9 n 2  73
merupakan deret divergen.

n 3  5n  1
3). Dengan uji banding limit tentukan deret 
n  n 2  sin n 3
konvergen

atau divergen?

Penyelesaian:
3

n 3  5n  1 untuk n  n 1
 2
n  n  sin n
3
   
n 2
=
n
Karena untuk n takhinga an mendekati nilai 1 n , maka dipilih

8 Matematika untuk Fisika 1


   1
1 
deret pembanding d
n 1
n = 
n  n
= n
n 
2
.

1 
Dengan uji integral diperoleh 
 
n 2 dn = 2 n   
=  . Jadi 
1
n
n 
merupakan deret divergen.
an  n 3  5n  1 1   4 2 
lim = lim 2   = lim  n  5n  n 
n d n   n  sin n 3 n  n  n  sin n 
2 3
n 
 1  5 n 2  1 n3  1 0  0
= lim  = = 1
n    1  sin n 3 n 2  1 0
 
an 
n 3  5n  1
Karena lim
n  d
 1  0 , maka disimpulkan deret 
n  n 2  sin n 3
n
merupakan deret divergen.

d. Uji bagi (D’Alembert/ Cauchy Ratio Test)


Dengan menggunakan uji integral, sebuah deret dapat diidentifikasi
konvergen atau divergen, hanya dengan melihat integral takhingganya
bernilai berhingga atau tidak. Jadi keberhasilan untuk menyelesaikan soal
dengan cara ini bergantung pada kemampuan melakukan perhitungan
integral. Pada umumnya kesulitannya terletak pada tidak hafal rumus
integral, atau sulit diintegralkan.
Seperti telah diuraikan di depan, pada deret geometri berlaku
perbandingan antara dua suku yang berturutan, selalu tetap
( r  a n 1 / a n  tetapan) . Untuk deret secara umum nilai a n 1 / a n tidak
selalu tetap, tetapi bergantung pada nilai n. Selanjutnya diperkenalkan
variabel baru  n yang merupakan nilai mutlak dari a n 1 / a n :
an 1
n  (1.17)
an
Nilai limit dari  n untuk n   dinyatakan sebagai ρ, yaitu:
a n 1
  lim  n  lim (1.18)
n  n  an
Kriteria uji hasil bagi dinyatakan sebagai berikut:
(i). Jika   1, deret konvergen
(ii). Jika   1, deret divergen

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 9


(iii). Jika   1, uji bagi tidak dapat memberikan kesimpulan
Jadi apabila = 1, maka uji bagi gagal dalam melakukan uji
konvergensi, artinya diperlukan uji lain yang lebih sensitif.

Contoh1.5

1
1). Gunakan uji bagi untuk menentukan  2n ! konvergen
n 1
atau

divergen!
Penyelesaian:
1 1 1 1
an = , a n 1 = = =
2n! 2n  1! 2n  2! 2n  22n  12n !
1 2n! 1
n = . =
2n  22n  12n ! 1 2n  22n  1
1 1
  lim = lim =0
n  
2n  22n  1 n 4n  6n  2
2


1
Jadi  2n !
n 1
merupakan deret konvergen.

10n 
2). Gunakan uji bagi untuk menentukan  konvergen atau
n 1 n!
2

divergen!
Penyelesaian:
10n 10 n1 10n1
an  , a  =
n!2 n1 n  1n!2 n  12 n!2
an 1 10 n1 n! 2
10 n1 10
n  = . = = =
an n  1 n! 10 n  1 10 n  12
2 2 n 2 n

10
2
n  2n  1
10 10 n 2
  lim  n = lim = lim =0
n  n   n 2  2n  1 n  n 2 n 2  2n n 2  1 n 2

10n

Karena  < 1 , maka deret 
n 1 n!
2
adalah deret konvergen.


n!
3). Tentukan apakah deret  konvergen atau divergen !
n 0 2 n  !

10 Matematika untuk Fisika 1


Penyelesaian:
n!
an  ,
2n  !
a n 1 
n  1 ! = n  1 ! = ( n  1) n !
2n  1 ! 2n  2 ! (2n  2)( 2n  1(2n) !

a n1 ( n  1)n! (2n )! (n  1)


n  = . =
an ( 2n  2)(2n  1)(2n )! n! (2n  2)(2n  1)
(n  1) n 1
  lim  n = lim = lim
n  n  ( 2n  2)(2n  1) n   4n 2  6n  2

n n2  1 n2 0
 = lim = =0
n  4 n 2 n 2  6 n n 2  2 n 2 4

n!
Karena ρ < 1 , maka deret  2n ! adalah deret konvergen.
n 0

2n 
4). Dengan uji hasil bagi ujilah deret  2 , konvergen atau divergen!
n1 n
Penyelesaian:
an  2 n / n 2
2 n1 /(n  1) 2 2 n1 n 2 2n 2
n    .
2n / n 2 2 n (n  1) 2 (n  1) 2
2n 2
  lim  n  lim  2  1.
n  n  ( n  1) 2

2n 
Karena   2  1, maka deret  2 divergen.
n1 n
Dari beberapa contoh di atas, nampak bahwa untuk deret yang
suku ke-n-nya memuat !, uji bagi ini dapat memberikan penyelesaian
yang baik.
Untuk menguji apakah deret positif konvergen atau divergen,
maka hal yang paling utama adalah memperhatikan dengan seksama,
sehingga dapat dipilih uji konvergensi yang tepat. Apabila
mengandung !, atau , maka cobalah uji bagi.

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 11


4. Deret Ganti Tanda
Selanjutnya akan dibahas tentang deret yang suku-sukunya
bergantian bernilai positif dan negatif, sebagai berikut:
∑ (−1) = − + − + −⋯
+(−1) +⋯ (1.19)
Deret semacam ini disebut deret ganti tanda (alternating series).
Berbeda dengan deret positif, khusus untuk deret ganti tanda pengujian
konvergensinya dilakukan dengan kriteria Leibnitz sebagai berikut.
Deret ganti tanda ∑ (−1) dengan a n  0, konvergen jika
memenuhi dua persyaratan berikut:
(i) lim an  0. (1.20)
n
(ii) Setiap suku deret ini nilainya selalu lebih kecil dari suku-
suku sebelumnya, yaitu an 1  a n . (1.21)
Apabila jumlah S diaproksimasi dengan jumlah parsial hingga suku
ke-n , maka kesalahan (galat) yang dilakukan tidak akan melebihi
. Karena nilai S terletak antara dan , maka dapat dituliskan:
| − | ≤ | − |=
Jika setiap suku pada deret ganti tanda ini diambil harga
mutlaknya, maka akan didapatkan deret baru yang semua sukunya positif.
Deret baru ini dinamakan deret mutlak. Untuk deret ganti tanda yang
konvergen, jika deret mutlak dari deret ganti tanda juga konvergen, maka
dikatakan bahwa deret ganti tanda konvergen mutlak. Sebaliknya apabila
deret mutlaknya divergen, maka dikatakan sebagai konvergen bersyarat.

Contoh 1.6

 1n n , konvergen atau divergen?
1). Untuk deret  n 1 n5
Penyelesaian:

 1n n 1 2 3 4

n 1 n5
=     
6 7 8 9
Syarat (i):
n n n 1
lim  lim  1
n  n  5 n  n n  5 n 1 0
Jadi syarat (i) lim an  0 tidak terpenuhi.
n 

12 Matematika untuk Fisika 1


Syarat (ii):
Dibandingkan dua suku yang berturutan,yaitu:
|2⁄7| > |− 1⁄6|, |− 3⁄8| > |2⁄7| dan seterusnya. Nampak bahwa
an1  an jadi syarat (ii) juga tidak terpenuhi.
Karena syarat pertama dan kedua tidak dipenuhi, maka disimpulkan

 1n n
bahwa deret ganti tanda 
n 1 n5
merupakan deret divergen.


 1n n
2). Untuk deret  1 n
n 0
2
, konvergen atau divergen?

Penyelesaian:

 1n n  0  1  2  3
 1 n
n0
2
2 5 10


n n n2 0
Syarat (i): lim  lim  0
n  1  n 2 n  1 n 2  n n 2 0 1
Syarat (ii):
2 1 3 2
diperoleh bahwa   dan  
5 2 10 5
Jadi syarat (ii) an1  an terpenuhi.
Uji deret mutlak:

n
Deret mutlak dari deret tersebut adalah 1 n
n0
2
.

Dengan menggunakan uji integral, misal substitusi U  1  n 2 , maka


1
dU  2 n dn atau dn  dU
2n
  
n n 1 1 1 1
dU  ln U 

I 2
dn   . dU  
1 n U 2n 2 U 2
1

2

ln 1  n 2 


Deret Takhingga dan Deret Pangkat 13


 
n n
Karena I  
1  n2
dn   (takhinga), maka 1 n
n0
2
divergen . Dan


 1n n  0  1  2 
3
deret ganti tanda  1 n
n0
2
2 5 10
  adalah deret
konvergen bersyarat.

B. Deret Pangkat

Di atas telah dibahas tentang deret takhingga yang suku-sukunya


berupa bilangan tetap. Selanjutnya akan dibahas deret yang suku-sukunya
berupa variabel, misalnya x. Pada bagian ini akan dibahas deret pangkat
(power series), yaitu deret dengan suku ke-n berbentuk a n x n atau
a n ( x  a ) n , dengan a tetapan. Secara umum, deret pangkat dituliskan
sebagai

Secara umum, deret pangkat dapat dituliskan sebagai



n
a x n  a0  a1 x  a2 x 2  
n 0
atau

a n ( x  a ) n  a0  a1 ( x  a )  a 2 ( x  a ) 2   (1.22)
n 0

dengan koefisien a n tetapan.


Berikut ini disajikanbeberapa contoh deret pangkat:

 x n x x 2 x3 ( x)n
1). 
n0 2n
 1     n  
2 4 8 2

xn x2 x3 xn
2).  n!  1 x     
n 0
2
4 36 (n!) 2

x  1n ( x  1) ( x  1) 2 ( x  1) n
3). 
n 1 2n
 1
2

4

2n

Persoalan utama pada deret yang suku-sukunya bilangan tetap
adalah untuk menentukan jumlah deret, maupun menentukan apakah
sebuah deret konvergen atau divergen. Pada deret pangkat setiap sukunya
bergantung pada variabel x, maka persoalan pada deret pangkat adalah
menentukan nilai x sehingga deret pangkat yang diuji menjadi konvergen.
Himpunan semua nilai x yang menjadikan deret pangkat konvergen
dinamakan interval konvergensi (himpunan kekonvergenan) deret yang

14 Matematika untuk Fisika 1


bersangkutan. Ada tiga kemungkinan interval konvergensi yaitu (i)
konvergen untuk satu nilai saja yaitu = 0 , (ii) konvergen dalam
interval tertentu [ , ], (iii) konvergen untuk semua nilai x. Penentuan
interval konvergensi ini pada umumnya dilakukan dengan uji bagi,
seperti telah dibahas sebelumnya. Sebagai ilustrasi, berikut ini akan
dihitung interval konvergensi untuk ketiga deret contoh deret pangkat di
atas.

Contoh 1.7
Tentukan interval konvergensi untuk ketiga contoh deret pangkat di atas.
Penyelesaian:

 x n x x 2 x3 ( x)n
1). 
n0 2n
 1     n  
2 4 8 2
a n 1 x n 1 2 n x
n   n 1 . n 
an 2 x 2
x x
  lim  n  lim 
n n 2 2
Syarat konvergen adalah   1
 1
x
1
2
x
 1   1
2
 2  x  2
Uji konvergensi untuk ujung-ujung interval
(i). = 2

 x n 
 2 n 0, untuk n genap
 2 n

2 n
 111  
n 0 n 0 1, untuk n ganjil
Karena S bernilai ganda (tidak tunggal), jadi untuk = 2 deret
divergen.

(ii) x  2  

 x n 

2n  1 11  
n 0 2n n0 2n
Karena = ∞, jadi untuk = 2 deret divergen.

 x n
Jadi interval konvergensi deret 
n0 2n
adalah  2  x  2.

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 15



xn x2 x3 xn
2).  n!  1  x     
n 0
2
4 36 (n!) 2
a x n 1 n! 2
xn x n! 2
 n  n 1  . n  . n
an n  1! x
2
n  1 n! x
2 2

x x
 
n  12 2
n  2n  1

Syarat konvergen   1
x
  lim  n  lim 2
0
n n   n  2n  1

Karena   0 , berarti nilai ρ tidak tergantung pada nilai x .



xn
Jadi disimpulkan bahwa deret 
n 0 n!
2 konvergen untuk semua nilai x.


x  1n ( x  1) ( x  1) 2 ( x  1) 3 ( x  1) n
3). 
n 1 2n
 1
2

4

8
 
2n

 n 1
n 
a n 1

 x  1

2n
an 2 ( n 1)  x  1n

x  1n x  1  2n
2 n.2 x  1n
x 1

2

Syarat konvergen adalah   1


x 1 x 1
  lim  n  lim 
n n  2 2
 1
x 1
1
2

16 Matematika untuk Fisika 1


x 1
 1 1
2
  2  x 1  2
 -1  x  3
Uji konvergensi untuk ujung-ujung interval

(i) x  1  

 x  1n
 n

 2 n
n 1 2n n 1 2
 1  1  1  ....
0 , untuk n genap

1 , untuk n ganjil
Karena S bernilai ganda (tidak tunggal), jadi untuk = −1 deret
divergen.

(ii) x  3  

 x  1n 

2n  111  
n 1 2n n 1 2n
Karena = ∞, jadi untuk = 3 deret divergen.

x  1n
Jadi, interval konvergensi deret 
n 1 2n
adalah  1  x  3

Deret Taylor dan Maclaurin


Telah dipelajari tentang deret pangkat beserta uji konvergensinya.
Berikut ini akan dibahas cara untuk mengembangkan suatu fungsi,
misalnya f ( x ), ke dalam deret pangkat. Pengembangan fungsi ke dalam
deret pangkat ini sangat bermanfaat terutama untuk perhitungan numerik.
Misalnya, menentukan bilangan transendental, sinus sudut, dan
perhitungan integral.
Secara umum pengembangkan fungsi f (x) ke dalam deret
pangkat dapat dituliskan dalam bentuk
f ( x )  a 0  a1 ( x  b )  a 2 ( x  b ) 2    a n ( x  b ) n   (1.23)
dengan b tetapan yang boleh bernilai nol. Berkaitan dengan deret (1.23)
terdapat dua persoalan yang harus dipecahkan. Pertama, menentukan
nilai-nilai koefisien an sehingga (1.23) menjadi bentuk identitas. Kedua,
menentukan interval konvergensi bila identitas tersebut berlaku.
Dengan menerapkan teorema diferensial untuk deret pangkat
(1.23) diperoleh
f ' ( x )  a1  2 a 2 ( x  b )  3a 3 ( x  b ) 2    na n ( x  b ) n 1  
f ' ' ( x )  2 a 2  3.2a 3 ( x  b )    n ( n  1) a n ( x  b ) n 2  

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 17


f ' ' ( x )  3! a 3  4! a 4 ( x  b )    n ( n  1)( n  2 )a n ( x  b ) n  3

(n)
f ( x )  n ( n  1)( n  2 ) 1a n   (1.24)
( n)
Simbol f ( x) pada (1.24) dimaksudkan sebagai turunan orde n dari
f(x). Substitusi x=b pada setiap Persamaan (1.24) menghasilkan
f (b )  a 0 ; f ' ( b )  2a 2 ; f ' ' ' ( b )  3! a 3 ,..., f ( n ) ( b )  n! a n (1.25)
Dengan demikian, deret (1.23) menjadi
1
f ( x )  f (b)  ( x  b) f ' (b)  ( x  b) 2 f ' ' (b)  ...
2!
1
 ( x  b ) n f ( n ) (b )   (1.26)
n!

1 (n)
 f (b)(x  b)n
n 0 n!
Rumus ini dikenal sebagai deret Taylor dari f(x) di sekitar x=b . Jika b =
0, uraian deret Taylor (1.26) menjadi

1 ( n)
f ( x)   f ( 0) x n (1.27)
n  0 n!
Deret (1.27) dikenal sebagai deret Maclaurin atau deret Taylor di sekitar
x = 0.

Cara-Cara Untuk Memperoleh Perluasan Deret Pangkat


1). Menggunakan deret Maclaurin
Cara ini efisien untuk fungsi yang mudah diturunkan.

Contoh 1.8
1). Uraikan f ( x )  sin x ke dalam deret Maclaurin, kemudian tentukan
interval konvergensinya.
Penyelesaian:
( ) = sin , (0) = 0
( ) = cos , (0) = 1
( ) = −sin , (0) = 0
( ) = −cos , (0) = −1
( )( )
= sin , ( ) (0) = 0

18 Matematika untuk Fisika 1


Sehingga:
sin = − + − + ⋯ (1.28)
! ! !
Untuk menentukan interval konvergensi deret di atas digunakan uji bagi,
yaitu
a n 1 x 2 ( n 1) 1 x 2 n 1
  lim  lim
n  a n   [2 ( n  1)  1]! (2n  1)!
n

x2
 lim  0.
n   2 n ( 2 n  1)

Karena   0 , berarti nilai ρ tidak tergantung pada nilai x , sehingga


deret tersebut konvergen untuk semua nilai x atau interval
konvergensinya adalah    x  .
2). Uraikan f ( x )  cosh x ke dalam deret Maclaurin, kemudian
tentukan interval konvergensinya.
Penyelesaian:
( ) = cosh , (0) = 1
( ) = sinh , (0) = 0
( ) = cosh , (0) = 1
( ) = sinh , (0) = 0
( )( )
= cosh , ( ) (0) = 1

Sehingga:
cosh = 1 + + + + ⋯ (1.27)
! ! !
Untuk menentukan interval konvergensi deret di atas digunakan uji bagi,
yaitu
a x 2n x 2 ( n 1)
  lim n 1  lim
n  a
n
n   ( 2 n )! [ 2( n  1)]!
x2
 lim  0.
n   2 n ( 2 n  1)

Karena   0 , berarti nilai ρ tidak tergantung pada nilai x , sehingga


deret tersebut konvergen untuk semua nilai x atau interval
konvergensinya adalah    x  .
x
3). Uraikan f ( x )  e ke dalam deret Maclaurin, kemudian tentukan
interval konvergensinya.

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 19


Penyelesaian:
x
Turunan semua orde dari f ( x)  e adalah
f ( x)  f ' ( x)    f ( n ) ( x)  e x .
(n)
Sehingga: f (0)  f ' (0)  f ' ' (0)  ...  f (0)  1.
x
Dengan demikian, uraian deret Maclaurin f ( x)  e adalah
x 2 x3 xn
e x  1 x      
2! 3! n! (1.28)
Untuk menentukan interval konvergensi deret di atas digunakan uji bagi,
yaitu
a n 1 x n 1 xn x
  lim  lim  lim  0.
n  a n   ( n  1)! n! n   n 1
n

Karena   0 , berarti nilai ρ tidak tergantung pada nilai x , sehingga


deret tersebut konvergen untuk semua nilai x atau interval
konvergensinya adalah    x  .
Dengan cara yang sama, maka dengan mudah akan diperoleh beberapa
deret pangkat dari fungsi-fungsi dasar berikut interval konvergensinya,
sebagai berikut:

Deret Interval konvergensi


x 2
x 4
x 6   x  
cos x  1    
2! 4! 6!
x 2 x3 x 4 1  x  1
ln(1  x)  x     
2 3 4
p( p  1) 2 1  x  1
(1  x ) p  1  px  x
2!
p ( p  1)( p  2) 3
 x 
3!
(deret Binomial, p sembarang bilangan
real)
−1 < <1
sinh = + + + +⋯
3! 5! 7!

2). Deret Taylor berdasarkan deret Maclaurin


Dalam banyak kasus sederhana, deret Taylor fungsi f (x) di
sekitar x=a dapat diperoleh secara langsung melalui deret Maclaurin.

20 Matematika untuk Fisika 1


Contoh 1.9
1). Uraikan ln ( )
Penyelesaian:
Melalui substitusi dengan ( − 1) pada deret ln ( + 1) diperoleh:
ln( ) = ln[1 + ( − 1)]
= (x − 1) − (x − 1) + (x − 1) − ⋯
Hal ini merupakan penderetan fungsi di sekitar = 1
2). Uraikan f ( x )  cos x ke dalam deret Taylor di sekitar x  3 / 2.
Penyelesaian:
Digunakan hubungan trigonometri:
 3  3   3 
cos x  cos   x    sin x  .
2  2   2 
 3 
Melalui substitusi x dengan  x   pada deret sin diperoleh
 2 
deret Taylor yang diinginkan:
 3 
f ( x )  cos x  sin  x  
 2 
3 5
 3  1  3  1  3 
 x  x    x  
 2  3!  2  5!  2 
3). Menggunakan deret Binomial
Contoh 1.10
1). Uraikan ( ) = 1⁄(1 + ) ke dalam deret pangkat!
Penyelesaian:
1
= (1 + )
1+
Dengan menggunakan deret binomial untuk = −1, maka diperoleh:
(1 + ) = 1 + (−1) + (−1)(−2) + (−1)(−2)(−3) +⋯
2! 3!
= 1 − + − + ⋯
2). Uraikan ( ) = 1⁄(1 − ) ke dalam deret pangkat!
Penyelesaian:
1
= (1 − )
1−
Dengan menggunakan deret binomial untuk = − dan − 1, maka
diperoleh:
(− )
(1 − ) = 1 + (−1)(− ) + (−1)(−2)
2!
(− )
+ (−1)(−2)(−3) +⋯
3!

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 21


= 1 + + + + ⋯
4). Menggunakan perkalian
Contoh 1.11
x
1). Uraikan f ( x )  e cos x ke dalam Maclaurin.
Penyelesaian:
Dengan memanfaatkan deret (1.53) dan (1.54) diperoleh
f ( x )  e x cos x
 x2 x3 x4  x 2 x 4 
 1  x     1    
 2! 3! 4!  2! 4! 
2 3 4 2 3 4
x x x x x x x4
 1 x         
2! 3! 4! 2! 3! 2!2! 4!
x3 x4
 1 x   
3 6
2). Uraikan ( ) = ( + 1) sin
Penyelesaian:
( + 1) sin = ( + 1)( − + − + ⋯ )
3! 5! 7!
= ( − + − +⋯)+ ( − + − +⋯)
3! 5! 7! 3! 5! 7!
= +
− + + −⋯ −
3! 3! 5! 5!
5). Menggunakan Pembagian
Contoh 1.12
1
1). Tentukan bentuk deret Maclaurin dari fungsi sec x 
cos x
Penyelesaian:
1 x2 x4 x6
sec x   1 (1     )
cos x 2! 4! 6!
x 2 5x 4
1  
x 2
x 4
x 6 2 ! 24
1    1
2 ! 4! 6 !
x2 x4 x6
1-   
2 ! 4! 6 !
___________________ _

22 Matematika untuk Fisika 1


x2 x4 x6
  
2 ! 4! 6 !
x2 x4 x6
 
2! 2!2! 2!4!
__________________ _
5x 4 7 x6

24 360
1
Jadi, bentuk deret Maclaurin dari fungsi sec x  adalah
cos x
x 2 5x 4
1  
2 24
2). Tentukan bentuk deret Maclaurin dari fungsi tan
Penyelesaian:
Mengingat f ( x)  tan x  sin x / cos x, maka didapatkan:
x 3 2 x5
x  
3 15
x2 x4 x6 x 3 x5 x 7
1    x -   
2 ! 4! 6 ! 3 ! 5! 7 !
x 3 x5 x 7
x-   
2 ! 4! 6 !
___________________ _
x3 x 5
 
3 30
x3 x5
 
3 6
__________________ _
2 x5

15
sin x x 3 2x5
f ( x )  tan x  x  
cos x 3 15

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 23


6). Menggunakan Integral
Contoh 1.13
1). Uraikan f ( x )  arcsin x ke dalam deret Maclaurin.
Penyelesaian:
Deret f ( x )  arcsin x dapat diperoleh dengan rumus integral berikut:
x
x dt
arcsin x  arcsin t 0  
0 1t2
2 1 / 2
Dengan menguraikan (1  t ) ke dalam deret Binomial, kemudian
mengintegralkan suku demi suku, diperoleh
x
dt
f ( x )  arcsin x  
0 1 t2
x
  (1  12 t 2  83 t 4  485 t 6  )dt
0
x
t 3 3t 5 5t 7
t   
6 40 336 0

x 3 3x 5 5 x 7
 x   
6 40 336
2). Uraikan f ( x )  arctan x ke dalam deret Maclaurin.
Penyelesaian:
Deret f ( x )  arctan x dapat diperoleh dengan rumus integral berikut:
x
dt x
 1 t 2
 arctan t 0  arctan x
0
2
Dengan menguraikan 1 /(1  t ) ke dalam deret Binomial, kemudian
mengintegralkan suku demi suku, diperoleh
x x
dt
f ( x )  arctan x   2
  (1  t 2  t 4  t 6  )dt
0
1  t 0
x
t3 t5 t7
 t    
3 5 7 0

x 3 x5 x 7
 x    
3 5 7

24 Matematika untuk Fisika 1


C. Penggunaan Deret
1. Perhitungan Numerik
Berikut ini akan dibahas tentang beberapa contoh penerapan deret
Taylor atau deret pangkat untuk memperoleh pendekatan numerik. Pada
perhitungan numerik ini suatu deret pangkat akan dipotong pada suku
tertentu, sehingga perlu diketahui orde jumlah deret suku sisanya agar
ketelitian perhitungan dapat ditentukan. Berikut ini akan diuraikan
taksiran suku sisa yang diperoleh dari teorema Taylor.
Perluasan fungsi f (x) ke dalam deret Taylor di sekitar x = b,
dapat dituliskan sebagai:
1
f ( x )  f (b)  ( x  b) f ' (b)  ( x  b) 2 f ' ' (b)  
2!
(1.29)
1
 ( x  b) n f ( n ) (b)  Rn ( x, b)
n!
Suku Rn ( x, b) disebut taksiran suku sisa yang nilainya diberikan oleh
rumus
( x  b) n1
Rn ( x, b)  maks[ f ( n1) (c )] , (1.30)
(n  1)!
( n1) ( n1)
dengan maks [ f (c)] menyatakan nilai maksimum f (c) pada
interval a  c  x , atau jika x  a , maka x  c  a.

Contoh 1.14
1
1). Hitunglah sin x 2 dx

0
Penyelesaian
Integral ini muncul dalam optika, yaitu pada difraksi Fresnel. Dengan
substitusi pada , maka diperoleh perluasan deret :
x 6 x 10
sin x 2  x 2   
3! 5!
Sehingga,
1 1
2  2 x 6 x 10 
0 sin x dx  0  x  3!  5!   dx
1 1 1
      0,31028
3 7.3! 11 .5!
dengan kesalahan kurang dari = 1⁄15.7! ≅ 10 .

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 25


1 x
2). Hitunglah ln  tan x
1 x x  0, 0015

Penyelesaian
Perluasan ln ( x  1) /( x  1) ke dalam deret Maclaurin sebagai berikut:
ln (1 + )⁄(1 − ) =∫
= ∫ (1 + + + + ⋯
= + + + + ⋯
Sehingga dengan menggunakan deret tan x yang telah ditemukan
sebelumnya, diperoleh
1 x
ln  tan x
1 x x  0 ,0015

 x3 x5 x 7   x3 2 x5 17 x7 
  x     ...   x     ...
 3 5 7   3 15 315  x  0,0015
x5 4 x7
   ...  5,06  1016
15 45 x  0 ,0015
dengan kesalahan pada orde x7 atau sekitar 10-21.

3). Hitunglah nilai bilangan e hingga ketelitian enam desimal.


Penyelesaian:
Dengan menggunakan deret , untuk x = 1 diperoleh
1 1 1
e  11      Rn (1,0),
2! 3! n!
dengan taksiran suku sisa adalah
1
Rn (1,0)  maks e c , 0  c  1.
(n  1)!
c
Karena semua suku positif, maka maks e  e. Tetapi bilangan e
sendiri belum diketahui dan baru akan ditentukan. Namun demikian, dari
perluasan deret tersebut dapat disimpulkan bahwa bilangan e terletak
antara 1 dan 3. Sehingga taksiran suku sisanya adalah
Rn (1,0)  3 /(n  1)! Dengan mengambil = 9, diperoleh
R9 (1,0)  3 / 10!  8,27  10 7  10 6 . Sehingga dengan menjumlahkan

26 Matematika untuk Fisika 1


deret hingga = 9 (lihat tabel), diperoleh bilangan e dengan ketelitian
hingga enam desimal:
1 1 1
e  1 1   ...   2,71828153  2,718282
2! 3! 9!
Bandingkan dengan nilai e sebenarnya adalah 2,71828182... .

2. Perhitungan Nilai Limit dengan Bentuk Taktentu


Deret pangkat dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
menghitung limit fungsi bentuk taktentu yaitu lim f ( x) g ( x ) , dengan
x a
f ( a ) / g ( a ) berbentuk 0/0 atau  / .

Contoh 1.15
Hitunglah lim (1  cos x ) x .
x 0
Penyelesaian:
Dengan mensubstitusikan nilai = 0, dihasilkan 0/0. Untuk
memecahkan persoalan ini menggunakan beberapa suku dari deret
Maclaurin untuk cos . Sehingga diperoleh
 x2 x4 
1  1   
1  cos x  2! 4! 
lim  lim
x0 x x 0 x
3
 x x 
 lim      0
x 0
 2! 4! 

D. PENERAPAN DERET DALAM FISIKA


1. Tenaga Kinetik Relativistik
Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan deret dalam fisika,
sekarang akan dibahas tenaga kinetk relativistik partikel yang dinyatakan
dengan rumus
2 2
E k  ( m  m0 ) c 2 , dengan m  m0 / 1  v / c . Rumusan

v2 
tenaga kinetik ini dapat dituliskan sebagai E K  m0 c  1  1
2

c 
2 
 
2 2 1
Dengan menggunakan deret Binomial untuk x  v / c dan p   2 ,
diperoleh

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 27


 1  v 2   1  3   v 2  2 
2
Ek  m0c 1    2   2 2   2     1
 2  c  2!  c  
 3 v 2 5  v 2 2 
2
1
 2 m0 v 1  2
 
 2    (1.31)
 4 c 8  c  
Untuk partikel yang bergerak dengan kelajuan v  c , suku kedua dan
seterusnya bernilai sangat kecil (dapat diabaikan), sehingga diperoleh
rumus tenaga kinetik = sesuai dengan rumus klasik.

2. Gerak jatuh bebas


Sebuah partikel bergerak vertikal yang hanya dipengaruhi oleh gaya
gravitasi dikatakan mengalami Gerak jatuh bebas. Dengan
memperhitungkan efek relativistik, maka pergeseran x sebuah partikel
dengan massa diam m0 yang akibat gaya gravitasi m0g sepanjang sumbu-x
dapat dinyatakan dengan persamaan
= [1 + ( ⁄ ) ] −1
Dengan menggunakan deret pangkat akan ditunjukkan bahwa rumus ini
berlaku pula untuk rumus klasik x  12 gt 2 .
Dengan menggunakan rumus binomial, untuk = ( ⁄ ) dan
= , maka diperoleh perluasan deret:
1 −1 ( ⁄ )
{1 + ( ⁄ ) } = 1 + ( ⁄ ) +
2 2!
−1 −2 ( ⁄ )
+ +⋯
3!
1 ( ⁄ ) ( ⁄ )
= 1+ ( ⁄ ) − + +⋯
2 8 16
Sehingga
= [1 + ( ⁄ ) ] −1
1 ( ⁄ ) ( ⁄ )
= 1+ ( ⁄ ) − + +⋯− 1
2 8 16
( ⁄ ) ( ⁄ )
= ( ⁄ ) − + +⋯ (1.32)
Untuk gerak partikel klasik nilai kecepatan partikel ≪ , maka suku-
suku pangkat tinggi nilainya dapat diabaikan. Sehingga diperoleh
= ( ⁄ ) = , sesuai dengan rumus klasik.

28 Matematika untuk Fisika 1


3. Listrik Statik
Kisi (lattice) satu dimensi takhingga dapat digambarkan sebagai berikut:
2r 2r
A

+q -q r +q r -q +q -q
Tenaga potensial sistem pada titik A dapat dihitung sebagai:
1  q2 q2 q2 q2 q2 
V 
 r .2  .2  .2  .2  .2  
4  2r 3r 4r 5r 
2
1 q  1 1 1 1 
 .2 1      
4 r  2 3 4 5 
 1 1 1 1 
1  2  3  4  5   merupakan deret harmonis ganti tanda dengan
 
x 2 x3 x 4
mengingat ln(1  x )  x      , maka
2 3 4
2 2
1 q q ln 2
V .2. ln(1  1)  
4 r 2  r

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 29


SOAL-SOAL
1. Gunakan uji banding, untuk menentukan deret berikut konvergen
atau divergen:
 
1 1
a.  n
b. n 2
n 1 n3 4
 
1 n
c.  ln n
n 2
d. n
n 1
2
1
 
1 1
e.  n!
n 1
f.  n
n 1 2  3
n

2. Gunakan uji integral, untuk menentukan deret berikut konvergen


atau divergen:
 

n2 1 1
a.  3 d.  2
n 3 n  4
g.  ( 6n  8) 3 2
n 4 n  9 n 1

  
1 n 1
b. 
n  2 n ln n
e.  2
n 1 n  1
h.  9n
n 1 6
 
n 8
c.  n f.  2
n 1 e n 1 n  1

3. Gunakan uji bagi, untuk menentukan deret berikut konvergen atau


divergen:
 
1 n! 3n
a. 
n 1 n
2
b. 
n 1 n
88 c.  2 n
n 2 2
 
n n3
 n!
d. 
n 1 8
n e.  f.  (2n)!
n 1 (2n)! n 1


8n  n 
8n 
6n
g.  h.  i.  6
n 1 n! n 1 n! n 1 n

4. Gunakan uji banding limit, untuk menentukan deret berikut


konvergen atau divergen:

n2 
n 8
a.  3 2 e. 
n  4 n  9n  16 n 9 n2

30 Matematika untuk Fisika 1


 
8n n 1
b.  2
f. n 2
n 4 n  6n  19 n 9 n 8
  2
1 n 1
c.  g.  n
n 9 n n  8 n 4 8

n 3  6n  8

(n  ln n )2
d.  h.  4 2
n 1 n 2  sin n 3 n  3 5n  3n  1

5. Tentukan konvergen bersyarat, konvergen mutlak atau divergen


deret ganti tanda berikut ini?
 
n 1 1 n
n 1
a.  ( 1)
n 1 6n
b.  ( 1)
n 1 n 1 2

 
n 8
c.  ( 1) n 1 d.  ( 1)n 1 2
n 1 8n  9 n 1 n 1

( 1)n 1
1 
n4
e.  n ln n
f. (1)n1
n2 n1 2n
 
n 1 1 n 1 1
g.  (1)
n 1 n n
h.  ( 1) n2  1
n2
6. Tentukan interval konvergensi deret pangkat berikut ini.

xn 
xn 
( x  1)n
a. (1)n1
n 1 n(n  1)
b.  2
n1 (n  1)  1
c. 
n1 n


n 1 xn 
n 1 x n 1 
2n 1 x n 1
d. (1)
n 1 (2n  1)!
e. (1)
n 1 2n 1
f. 
n 1 (n  1)!


x2( n1) 
xn
g. (1)n1
n1 (2(n  1))!
h. 
n 1 n

7. Tentukan lima suku yang pertama dari deret Maclaurin untuk fungsi
berikut ini!
a. 1. ( ) = sinh b. 5. ( ) = sinh
c. 2. ( ) = sin d. 6. ( ) = sin √1 +
e. 3. ( ) = f. 7. ( ) =
g. 4. ( ) = (1 − ) / h. 8. ( ) =

Deret Takhingga dan Deret Pangkat 31


8. Gunakan deret pangkat untuk menghitung nilai berikut ini. Amati
bahwa pada setiap soal akan mudah dikerjakan dengan deret,
meskipun tersedia kalkulator.
a. ln + √1 + − sin , pada = 0,005
tan x  x
b. lim
x 0 x3
c. ln(1 + ) , pada = 0,2
d. , pada = 0,01
9. Gunakan deret Maclaurin untuk menghitung nilai pendekatan
x
1 0,2
1  ex
e
2 1
a. cos x dx
 c. dx e. lim
0 0
x x0 x
tan x  x 1 1
b. lim d. lim  x
x 0 x3 x 0 x e 1
10. Gambar berikut menunjukkan sebuah benda dengan berat w yang
digantungkan pada seutas tali yang panjangnya l. Benda kemudian
ditarik dengan gaya F ke kiri sehingga benda bergeser sejauh x
terhadap posisi mula-mula. (a) Tentukan F/w sebagai deret pangkat
dari  . (b) Tentukan F/w sebagai deret pangkat dari x/l.

32 Matematika untuk Fisika 1

Anda mungkin juga menyukai