Pendahuluan
Istilah barisan telah dibahas untuk pertama kali dalam Kalkulus 1, dan muncul kembali
dalam Kalkulus 2. Dengan bahasa yang sederhana suatu barisan
a1 , a2 , a3 , a4, . . .
adalah susunan bilangan yang terurut sesuai dengan urutan bilangan asli. Tepatnya, suatu
barisan takterhingga adalah sebuah fungsi yang daerah asalnya adalah himpunan bilangan
asli. Suatu barisan a1 , a2 , a3 , a4, . . ., dapat disajikan pula sebagai { }
=1 , atau lebih
singkat {an}. Kadang-kadang, kita akan memperhatikan barisan yang terdiri dari semua
bilangan asli yang lebih besar atau sama dengan bilangan asli yang disebutkan, misalnya b 0,
b1 , b2 , b3 , . . . dan c8, c9, c10, . . . yang rumus umumnya dapat dituliskan sebagai {} =0
dan { } =8 .
Suatu barisan dapat dispesifikasikan dengan memberikan suku awal yang cukup untuk
membentuk suatu pola, seperti pada barisan
1, 4, 7, 10, 13, . . .
an = 3n 2 , n 1
an = an-1 + 3 , n 2 , a1 = 1
Di bawah ini ada 4 rumus eksplisit berbagai barisan dan beberapa suku pertamanya.
1
= 1 , n1 ; 0, , 2/3 , , 4/5 , 5/6 , . . .
1
= 1 + (1) . , n 1 ; 0, 3/2 , 2/3 , 5/4 , 4/5 , 7/6 , 6/7 , . . .
1
= (1) + , n 1 ; 0, 3/2 , -2/3 , 5/4 , -4/5 , 7/6 , -6/7 , ...
Kekonvergenan :
Perhatikan keempat barisan di atas. Nilai suku-suku dalam tiap barisan tersebut semakin
mendekati 1. (lihat diagram pada gambar 1 di atas). Tetapi apakah mereka semua
konvergen menuju 1?
Jawaban yang benar adalah bahwa {an} dan {bn} konvergen menuju 1, sedangkan {cn} dan
{dn} tidak demikian.
Agar suatu barisan konvergen menuju 1, syaratnya yang pertama adalah bahwa nilai-nilai
barisan itu harus mendekati 1.; kedua nilai-nilai tersebut harus tetap berdekatan, yang tidak
dipenuhi oleh {cn}. Berdekatan artinya semakin lama semakin dekat, yakni, dalam sebarang
tingkat ketelitian yang ditentukan, yang tidak dipenuhi oleh {dn}. Walaupun {dn} tidak
konvergen menuju 1, yang betul dapat dikatakan bahwa barisan {dn} konvergen menuju
0,999. Sedangkan barisan {cn} tidak konvergen sama sekali ; barisan ini kita katakan
divergen.
Definisi :
Barisan {an} dinamakan konvergen menuju L atau berlimit L dan ditulis sebagai :
lim =
Apabila untuk tiap bilangan positif , ada bilangan positif N sehingga untuk
n N |an L| <
suatu barisan yang tidak konvergen ke suatu bilangan L yang terhingga dinamakan divergen.
Untuk melihat hubungan yang lebih erat antara barisan dan fungsi yang telah dipelajari pada
kalkulus 1, perhatikan grafik an = 1 1/n dan a(x) = 1 1/x . Bedanya ialah bahwa peubah
dalam barisan (atau domain an ) adalah bilangan asli, sedangkan dalam fungsi a(x)
domainnya adalah himpunan bilangan real. Dalam hal barisan kita peroleh lim = 1 ;
sedangkan untuk fungsi a(x) , dieroleh pula lim () = 1. Perhatikan arti dan N pada
grafik gambar 2 berikut ini
Contoh 1 :
1
lim =0
Penyelesaian :
Pembuktian ini hampir jelas dari penyelesian sebelumnya, tetapi di sini akan diberikan
pembutian formalnya. Andaikan diketahui > 0. Pilihlah N > 1 . maka untuk n N
berlakulah :
1 1 1 1
|an L|= | 0| = < =
( 1/)
Teorema-teorema mengenai limit yang anda kenal, berlaku pula untuk barisan. Di bawah ini
kita sajikan sifat limit-limit itu (tanpa pembuktian)
Teorema A
Andaikan {an} dan {bn} barisan-barisan yang konvergen dan k sebuah konstanta. Maka :
1. lim =
2. lim = lim
Contoh 2
32
Tentukan : lim
72 + 1
Penyelesaian :
Untuk melihat apa yang terjadi dengan suatu hasil bagi dua suku banyak dalam n apabila n
membesar, kita bagi pembilang dan penyebut dengan pangkat n yang terbesar yang ada
dalam penyebut. Kemudian kita gunakan sifat-sifat dari teorema A, yang ditunjukkan oleh
angka berlingkaran yang merupakan nomor sifat limit yang digunakan.
32 3 lim 3
lim = lim 1 = 1
72 + 1 7+( 2 ) lim [7+( 2 )]
lim 3
= 1
lim 7 + lim ( 2 )
3
= 1
7 + lim( 2 )
3 3
= =
7+0 7
Oleh karena limit dalam contoh di atas adalah agak sederhana, biasanya kita dapat
melampaui berbagai langkah dan langsung menuju ke langkah terakhir.
Contoh 3 :
Penyelesaian :
Di sini dan pada banyak persoalan barisan, kita akan menggunakan fakta berikut
Fakta ini memudahkan karena kita dapat memakai Kaidah lHospital untuk soal peubah
kontinu. Dalam hal ini, menurut Kaidah lHopital,
ln 1/
lim = lim = 0
ln
Jadi : lim = 0
Di bawah ini ada teorema yang dalam pembicaraan sebelumnya pernah kita kemukakan
dalam bentuk yang agak lain.
Andaikan {an} dan {cn} barisan yang konvergen menuju L, dan andaikan an bn cn untuk
n K (K bilangan asli yang tetap). Maka {bn} juga konvergen menuju L.
Contoh 4.
3
Buktikan bahwa : lim =0
Penyelesaian :
1
Untuk n 1 , kita peroleh -1/n (sin3n)/n 1/n . oleh karena lim ( ) = 0 dan
1
lim ( ) = 0 , terbuktilah limit yang harus dicari berdasarkan teorema apit.
Teorema C
Contoh 5 :
Barisan Monoton
Perhatikan suatu barisan yang tak turun {an}. Ini berarti bahwa untuk n 1 berlaku an an+1 .
Misalnya an = n2 , an = 1 1/n. Hanya ada dua kemungkinan, yaitu an menjadi makin besar
apabila n atau menuju ke suatu batas pabila an tidak menuju ke tak terhingga oleh
karena terbatas misalnya. (seperti tampak pada gambar berikut)
Di bawah ini sifat di atas diterangkan dalam teorema berikut :
Apabila U suatu batas atas untuk suatu barisan tak turun {a n}, maka barisan ini konvergen
menuju suatu limit A yang kurang dari atau sama dengan U. Begitu pula, apabila L suatu
batas bawah untuk suatu barisan yang tak naik {b n} itu konvergen menuju suatu limit B lebih
dari atau sama dengan L.
Istilah barisan monoton berarti suatu barisan yang tak turun atau tak naik.
Teorema D menggambarkan salah satu sifat dasar sistem bilangan real. Teorema ini
ekuivalen dengan sifat kelengkapan bilangan real, yang sama sederhana mengatakan
bahwa garis bilangan real tidak berlubang. Teorema D tersebut membedakan sistem
bilangan real dari sistem bilangan rasional (yang penuh lubang). Masih banyak yang akan
dijelaskan tentang pokok pembicaraan ini. Penulis mengharapkan teorema D ini menarik
bagi intuisi pembaca dan mempercayainya saja hingga ke kuliah yang lebih lanjut.
Ada satu hal lagi mengenai teorema D. Tidak perlu barisan {an} dan {bn} monoton dari
permulan, tetapi sudah cukup monoton untuk n K. Sebab, kekonvergenan atau
kedivergenan suatu barisan tidak tergantung pada suku-suku awal akan tetapi
tergantung pada suku-suku ke-n yang besar.
Contoh 6
Penyelesaian :
2 (+1)2
>
2 2+1
(+1)2
n2 > 2
2n2 > n2 + 2n + 1
n2 2n > 1
n(n 2) > 1
Pertidaksamaan terakhir benar untuk n > 3. Oleh karena barisan menurun (persyaratan lebih
berat daripada tak naik) dan terbatas oleh nol di bawah, maka menurut teorema D (barisan
yang monoton), barisan itu mempunyai limit.
Dengan menggunakan kaidah lHopital mudahlah ditunjukkan bahwa limit barisan tersebut
adalah nol.
Latihan soal :
Dalam soal no 1 - 10 diketahui rumus eksplisit an untuk barisan {an}. Tulislah dari tiap-tiap
barisan itu lima suku pertama. Tentukan apakah barisan itu konvergen atau divergen.
Apabila konvergen, tentukan lim
1. an = 21
3+1
2. an = + 2
42 + 1
3. an = 2 2+3
32 + 2
4. an = + 4
+ 4
5. an = 22 + 1
6. an = + 1
7. an = (-1)n + 1
8. an = 2
9. an = (1/2)n + 2n
10. an = 1 + (0,9)n
Dalam soal no 11 15, tentukan rumus eksplisit untuk an ; tentukan apakah barisan itu
konvergen atau divergen. Apabila konvergen tentukan lim
2 3 4
14. 1, 22 12 , , ,...
32 22 4 2 32
1 2 3 4
15. 1 , 1 , 1 , 1 ,...
2 3 4 5
2 3 4 5
Dalam soal no 16 20, tulislah empat suku yang pertama dari barisan {an}. Kemudian
gunakan teorema D untuk membuktikan bahwa barisan konvergen
4 3
16. an = 2
1
17. an = + (2 )
1 2
1 1 1
18. an = (1 4) (1 9) (1 ), n 2
2
1 1 1
19. an = 1 + 2! + 3! + . . . + !