Oleh :
Lutvi Dwi Aprilia (157795011)
Pembimbing :
Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd.
Dr. Bambang Sugiarto, M.Pd.
INDIKATOR
2.1 Hasil Belajar Kognitif Produk:
2.1.1 Membandingkan hubungan tekanan hidrostatis yang dialami titik-titik pada setiap bejana.
2.3.2 Menganalisis besar gaya apung terhadap keadaan benda di dalam fluida.
2.3.3 Merancang grafik hubungan massa jenis fluida terhadap perbedaan tinggi permukaan fluida pada pipa
U.
2.3.4 Menyimpulkan penerapan hukum utama tekanan hidrostatis terhadap bejana berhubungan.
2.3.5 Merumuskan masalah tentang hubungan gaya terhadap tekanan ke atas penampang dongkrak hidrolik.
2.3.6 Memberikan argumentasi hubungan antara luas permukaan suntikan dengan gaya tekan terhadap
suntikan yang diberi beban diatasnya
2.3.7 Menyimpulkan hubungan tekanan dengan jarak pancar fluida untuk merumuskan hukum Pascal.
2.3.8 Merumuskan masalah tentang pengaruh bentuk benda yang dicelupkan terhadap gaya apung ke atas
benda tersebut.
2.3.9 Menganalisis besar gaya Archimedes yang bekerja pada benda.
2.3.10 Merumuskan hipotesis tentang hubungan gaya Archimedes dengan volume benda yang tercelup dalam
fluida.
KOMPETENSI DASAR
2.2 Hasil Belajar Kognitif Proses
[4.3] Merancang dan melaksanakan percobaan Tekanan hidrostatis.
INDIKATOR
2.2 Hasil Belajar Keterampilan Berpikir Kritis
2.2.1 Merancang dan melaksanakan percobaan untuk menguji sebuah hipotesis tentang Tekanan Hidrostatis.
2.2.2 Merancang dan melaksanakan percobaan untuk menguji sebuah hipotesis tentang Hukum Pascal.
2.2.2 Merancang dan melaksanakan percobaan untuk menguji sebuah hipotesis tentang Hukum Archimedes
Fluida
Terapung
Melayang
Tenggelam
Gambar 1. Peta Konsep Fluida Statis
FLUIDA
STATIS
what I know ?
Pada materi ini akan mempelajari fluida ideal dan fluida sejati. Sifat
Apa yang
kamu tahu fluida ideal, antara lain, tidak kompresibel, artinya tidak mengalami
tentang
fluida
perubahan ketika mendapat tekanan; ketika bergerak tidak
statis? mengalami gesekan; dan alirannya stasioner (aliran yang konstan).
Sifat fluida sejati, antara lain, kompresibel, artinya volume atau
massa jenisnya berubah ketika mendapat tekanan; gesekan antara
fluida dan dinding tabung tidak diabaikan; dan alirannya tidak stasioner (turbulen
atau bergejolak). Fluida statis adalah fluida yang tidak mengalami
perpindahan bagian-bagiannya. Pada keadaan ini, fluida statis
memiliki sifat-sifat seperti memiliki tekanan dan tegangan
permukaan.
A. TEKANAN HIDROSTATIS
Tekanan dalam fisika didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang
persatuan luas bidang tersebut. Bidang atau permukaan yang dikenai gaya disebut bidang
tekan, sedangkan gaya yang diberikan pada bidang tekanan disebut gaya tekan.
Gambar 2. Perangkat Sederhana untuk Mengukur Tekanan yang Diberikan oleh Fluida
Sumber: Walker and Halliday, 2004: 459
F
p=
A
Keterangan:
p : tekanan (Pascal = Pa)
F : gaya tekan (Newton = N)
A : luas bidang tekan (m2)
Tekanan adalah suatu besaran skalar. Satuan internasional (SI) dari tekanan adalah
pascal (Pa). Satuan ini dinamai sesuai dengan nama ilmuwan Prancis, Blaise Pascal.
Satuan-satuan lain adalah bar (1 bar = 1,0 x 10 5 Pa), atmosfer (1 atm = 101,325 Pa) dan
mmHg (760 mmHg = 1 atm).
Ayo Berpikir Kritis !!!
Tekanan 1 atm sangat besar. Tekanan ini memberikan gaya sekitar 105 N pada daerah seluas 1
m2. Gaya ini sangat besar, yaitu setara dengan berat 10 ton benda. Anehnya, mengapa tubuh
kita tidak hancur, padahal botol plastik hancur oleh peningkatan tekanan atmosfer. Diskusikan
masalah ini dengan teman anda dan buatlah kesimpulan!
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diberikan fluida yang diam pada kedalaman tertentu.
Sifat lain dari tekanan fluida adalah selalu diberikan tegak
lurus bidang. Misalnya, tekanan pada dinding bejana selalu tegak
lurus dinding. Perhatikan gambar 3. Jika ada komponen gaya yang
sejajar permukaan dinding, maka fluida akan bergerak. Ini berarti
sifat fluida statis tidak berlaku.
Gambar 3
Besarnya tekanan hidrostatika pada kedalaman tertentu tergantung (Sumber: Bahtiar: 2010)
pada kedalaman, massa jenis, dan luas permukaan. Kita ambil
contoh cairan dengan massa m yang dimasukkan pada gelas
beker yang mempunyai luas alas A dengan ketinggian h. Ini
berarti, berat air yang menekan dasar gelas adalah mg. Jadi,
tekanan di dasar gelas akibat zat cair tersebut adalah:
Gambar 5
(Sumber: Bahtiar: 2010)
F
Ph=
A
mg
Ph=
A
Di depan telah kita ketahui bahwa massa jenis zat cair dinyatakan dengan persamaan
m
ρ= . Sedangkan volume zat cair dapat dicari dengan persamaan V = Ah . Sehingga
V
massa zat cair yang menekan dasar gelas adalah:
m=ρV
m=ρAh
Ph=ρgh
Persamaan ini digunakan untuk mencari tekanan hidrostatik yang diakibatkan oleh fluida itu
sendiri tanpa melibatkan udara luar. Jika gelas dalam keadaan terbuka maka udara juga akan
memberikan tambahan tekanan hidrostatik. Besarnya tekanan hidrostatik pada wadah terbuka
yang berhubungan langsung dengan udara diberikan dengan persamaan:
ρ h=P 0+ ρgh
Keterangan:
Ph = tekanan hidrostatik (N/m2)
P0 = tekanan udara atau tekanan atmosfer (N/m 2)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi zat cair (m)
Persamaan tersebut berlaku jika di dalam gelas hanya terdiri atas satu jenis fluida yang
massa jenisnya tidak berubah karena tekanan. Dari persamaan tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa semakin dalam, maka tekanan hidrostatik semakin besar. Hal ini dapat kita
rasakan ketika menyelam. Pada kedalaman yang relatif dangkal, tekanan dari air tidak terlalu
besar. Tekanan akan semakin besar jika kita terus bergerak ke bawah.
Persamaan tersebut di atas juga memberikan arti bahwa tekanan hidrostatik oleh fluida
sejenis pada titik-titik yang berada pada kedalaman sama adalah sama besar, walaupun bentuk
tempatnya berbeda-beda.
Pada gambar 4, terdapat sebuah bejana berhubungan yang
berisi fluida sejenis. Jika kita perhatikan, masing-masing
bejana mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Titik A, B,
C, dan D mempunyai kedalaman yang sama. Perli kita
Gambar 6
ingat bahwa tekana hidrostatik pada suatu titik bergantung
(Sumber: Bahtiar: 2010)
pada massa jenis fluida dan
ketinggian titik tersebut dari permuakaan fluida. Akibatnya
bentuk bejana yang berbeda-beda tidak berpengaruh terhadap
tekanan hidrostatik pada tiap-tiap titik. Nah pemahaman ini akan
membawa kita pada hukum utama hidrostatik.
Gambar 7
(Sumber: Bahtiar: 2010)
Hukum Utama Hidrostatika menyatakan bahwa semua titik yang terletak pada
kedalaman yang sama dan dalam fluida yang sama, besar tekanan hidrostatikanya sama besar.
Apabila kita memasukkan berbagai jenis zat cair yang berbeda pada satu bejana, akan
tetap mempunyai tekanan hidrostatika di dasar bejana. Bagaimana kita mengetahuinya?
Ternyata, tekanan hidrostatika yang terjadi pada dasar bejana merupakan total penjumlahan
tekanan hidrostatika pada masing-masing zat cair tersebut. Karena itu, kita dapat memperoleh
persamaan berikut.
n
Ph=∑ ρi ghi=ρ1 gh1+ ρ2 gh2 +…+ ρ n ghn
i=1
Gambar 6 menunjukkan sebuah tabung yang saling berhubungan atau biasa disebut bejana
berhubungan. Bejana ini diisi fluida yang berbeda jenis atau
massa jenisnya berbeda. Kedua jenis fluida ini tidak akan
bercampur, sehingga tinggi permukaannya berbeda. Melalui
hukum utama hidrostatika, kita dapat mencari tekanan
Keterangan:
ρΑ = massa jenis fluida A (kg/m3)
ρΒ = massa jenis fluida B (kg/m3)
hA = ketinggian fluida A dari permukaan (m)
hB = ketinggian fluida B dari permukaan (m)
What I Want?
a. Helm Penyelam
b. Sirip Ikan
2. Menutup mulut corong dengan balon dan mengusahakan lapisan balon rata sehingga
tertutup oleh membran.
4. Memasang pipa U pada papan triplek, lalu direkatkan dengan lem atau paku.
Kemudian memasukkan air berwarna ke dalam pipa U kira-kira setengahnya untuk
mempermudah pengamatan.
5. Memberi tanda L1 pada pipa yang diberi air berwarna di dekat selang pada garis
sejajar dengan air yang ada di dalam gelas ukur.
6. Memasukkan corong ke dalam gelas ukur yang berisi air dari h 1= 0 cm ke h2 = 3 cm,
kemudian melihat kenaikan ketinggian dari L1 ke L2 untuk mengidentifikasi adanya
kenaikan tekanan hidrostatis (ph).
L2
Air
L1 L1 Δl
L1 h1
Corong
tertutup Δh
balon h2
7. Mengulangi langkah Percobaan 6 dilakukan sebanyak 5 kali dengan kedalaman air
(h2) yang berbeda.
“Jika suatu fluida diberikan tekanan pada suatu tempat maka tekanan itu akan
diteruskan ke segala arah sama besar.”
Penerapan hukum Pascal dalam suatu alat, misalnya dongkrak hidrolik, dapat
dijelaskan melalui analisis seperti terlihat pada Gambar 3. Apabila pengisap 1 ditekan
dengan gaya F1, maka zat cair menekan ke atas dengan gaya pA1. Tekanan ini akan
diteruskan ke penghisap 2 yang besarnya pA2. Karena tekanannya sama ke segala arah,
maka didapatkan persamaan sebagai berikut.
p1 = p 2
F1 F2
=
A1 A2
A1
F1 = F2
A2
Jika penampang pengisap dongkrak hidrolik berbentuk silinder dengan
diameter tertentu, maka persamaan di atas dapat pula dinyatakan sebagai berikut.
πd πd
12 22
Keterangan:
F1 : gaya pada piston pertama (Newton = N)
F2 : gaya pada piston kedua (Newton = N)
A1 : luas penampang piston pertama (m2)
A2 : luas penampang piston kedua (m2)
d1 : diameter piston pertama (m)
d2 : diameter piston kedua (m)
What I Want?
1. Rem Hidrolik
Gam
b ar
13.
Saat ini hampir semua kendaraan roda empat atau lebih menggunakan rem
hidrolik pada sistem pengeremannya. Skema rem hidrolik tampak pada gambar11 di atas.
Bagaimana cara kerja rem ini? Mobil memiliki rem cakram pada roda depan dan rem
tromol pada roda belakang. Kedua rem ini dioprasikan berdasarkan hukum Pascal. Ketika
pedal rem diinjak oleh kaki pengemudi, piston pada silinder utama tertekan dan menambah
tekanan minyak pada rem. Penambahan tekanan tersebut diteruskan ke segala arah secara
simultan pada keempat roda. Akibatnya, piston-piston pada roda belakang menekan
bantalan rem sehingga bergeser luar dan bergesekan dengan putaran tromol. Gesekan ini
menyebabkan putaran roda belakang menjadi lambat. Pada saat yang sama, piston-piston
pada roda depan menekan putaran cakram sehingga putaran roda depan juga menjadi
lambat dan akhirnya kendaraan berhenti. Namun ketika pedal rem dilepaskan, per menarik
kembali bantalan rem pada posisi semula dan minyak rem masuk ke silinder utama lagi.
Akibatnya tekanan pada piston di depan pedal rem dan rem tromol hilang. Jepitan
pada cakram rem membuka dan kendaraan bisa kembali bergerak.
2. Kursi Pasien Dokter Gigi
Kursi dokter gigi termasuk salah satu alat yang memanfaatkan hukum pascal.
Gambar 10 di atas menunjukkan kursi yang digunakan dokter gigi untuk memeriksa pasien
sakit gigi. Cara kerjanya mirip dengan dongkrak hidrolik. Kursi tersebut berada pada
system yang mempunyai dua silinder yang berbeda luas penampangnya dan alasnya saling
berhubungan. Sistem tersebut diisi dengan fluida yang dilengkapi dengan tendon dan
katup.
Ketika kaki dokter gigi menekan piston kecil ke bawah, gaya tekan kakinya
menyebabkan tekanan dalam fluida bertambah dan diteruskan ke kursi pasien, akibatnya
katup 1 tertutup , katup 2 terbuka, dan pasien terangkat. Bayangkan bahwa tuas injak dan
kursi pasien tabung besar. Ketika dokter memberikan gaya pada tuas injak maka fluida
pada tabung kecil akan mendapat tekanan dan tekanan yang sama besar akan diteruskan
pada tabung besar.
Jika dokter gigi melepaskan pijakannya, maka berat kursi dan berat pasien akan
menimbulkan tekanan dalam fluida sehingga 2 tertutup. Pada saat yang sama, piston kecil
terangkat ke atas, dan katup 1 terbuka sehingga fluida dari tendon mengisi silinder kecil.
Kedua katup dan tendon diperlukan untuk mempertahankan keberadaan fluida dalam system
P1 adalah tekanan pada tabung kecil (pada tuas injak) dan P2 adalah tekanan pada tabung
besar (pada kursi pasien).
Dari hubungan di atas dapat dilihat bahwa pada tabung kecil (permukaan kecil), gaya
kecil dan untuk tabung besar (permukaan besar) gaya besar. Nah dengan memanfaatkan
hubungan ini dokter gigi cukup memberikan gaya yang kecil pada tuas injak dan akan
menimbulkan gaya yang cukup besar pada kursi pasien yang membuat kursi pasien naik.
3. Dongkrak Hidrolik
Sumber:http://duniapengetahuan2016.blogspot.co.id
Alat ini sering kita jumpai di bengkel atau tempat cuci mobil yaitu alat yang
digunakan untuk mengangkat mobil. Prinsip kerja alat ini adalah dengan memanfaatkan
hukum Pascal, “Tekanan yang diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup akan
diteruskan ke segala arah sama besar”. Alat ini terdiri dari dua tabung yang berhubungan
yang memiliki diameter berbeda ukurannya. Masing-masing ditutup dan diisi fluida
(minyak denganviskositas tertentu). Mobil diletakkan di atas tutup tabung yang
berdiameter besar. Jika kita menekan piston kecil atau memberikan gaya yang kecil pada
tabung yang berdiameter kecil maka tekanan akan disebarkan secara merata ke segala arah
termasuk ke tabung besar tempat diletakkan mobil sehingga mobil dapat terangakat.
Hukum pascal pada sebuah mesin hidrolik akan memberikan keuntungan mekanis besar.
Semakin besar luas penampang pada suatu penghisap maka semakin besar pula gaya
angkatnya dan semakin kecil luas penampang yang diberikan maka semakin kecil pula
gaya yang diberikan. Maka tak heran jika kita menggunakan alat yang menggunakan mesin
hidrolik ini, kita mudah sekali mengangkat mobil yang massanya ratusan kilogram.
5. Vacum Cleaner
Vacum cleaner merupakan salah satu alat yang digunakan untuk membersihkan
debu yang menempel pada karpet. Alat tersebut bekerja
berdasarkan konsep perbedaan tekanan. Dalam vacuum
cleaner, motor dan blower membuat tekanan berkurang pada
ruang pembersih dan selang karet. Jadi terdapat perbedaan
tekanan antara ruang vakum dan tekanan udara luar. Selain itu,
vacum cleaner dapat menyerap kotoran yang menempel pada
karpet karena tekanan atmosfer memaksa udara masuk ke
Gambar 17
dalam ruang vakum. Penerapan Prinsip Pascal
6. Alat pengukur tekanan darah (tensimeter/ pada Vacum Cleaner
sphygmomanometer)
Tensimeter dikenalkan pertama
kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang
ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun
yang lalu. Tensimeter adalah alat
pengukuran tekanan darah sering juga
disebut sphygmomanometer. Cara kerja
alat pengukur tekanan darah ini
sebenarnya cukup sederhana. Prinsip kerja alat pengukur
Gambar 18:
Sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah
tekanan darah sama dengan U-tube Manometer. U-Tube manometer dapat digunakan
untuk mengukur tekanan dari cairan dan gas. Nama U-Tube diambil dari bentuk tabungnya
yang menyerupai huruf U seperti pada gambar di bawah ini. Tabung tersebut akan diisi
dengan cairan yang disebut cairan manometrik. Cairan yang tekanannya akan diukur harus
memiliki berat jenis yang lebih rendah disbanding cairan manometrik, oleh karena itu pada
alat pengukur tekanan darah dipilih air raksa sebagai cairan manometrik Karena air raksa
memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah ,
selain itu alat ini juga bekerja berdasarkan Hukum Pascal.
Alat ini memiliki dua selang yang satunya berhubungan dengan pompa dan yang satunya
berhubungan dengan skala. Kedua selang terhubung dengan kain yang akan dibalutkan
pada lengan. Ketika pompa ditekan, maka kain akan mengembang dan menghentikan arteri
darah. Pada saat yang sama tekanan tersebut akan diteruskan pada cairan raksa pada skal
sehingga air raksa menjadi naik.
7. Excavator (alat penggerak tanah)
Gambar 19:
Penerapan Prinsip Pascal pada Excavator
8. Alat pengepres
Gambar 20 :
Penerapan Prinsip Pascal pada Excavator
Gambar 21:
Penerapan Prinsip Pascal pada truk
pembuangan material
Tahukah kamu bagaimana cara mengetahui cara kerja alat hidrolik dalam hukum
Pascal? Percobaan sederhana hukum Pascal di LKS 2 dapat membantu kita untuk mengetahui
pengaruh luas penampang piston (A1) terhadap gaya (F1). Untuk lebih memahami pengaruh
luas penampang piston (A1) terhadap gaya (F1), marilah belajar dalam kelompokmu untuk
menyelesaikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 2.
Ayo Mencoba LKS 2 Tekanan Hidrostatis
A. Tujuan
1. Siswa dapat merancang dan melaksanakan percobaan untuk menguji sebuah hipotesis
tentang Hukum Pascal dengan menggunakan Alat percobaan Hukum Pascal sesuai
dengan Kunci LP yang ditentukan.
2. Siswa dapat berlatih aspek-aspek keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan strategi Know, Want, Learn (KWL) sesuai dengan rubik
yang sudah ditentukan.
Fase 1 : Orientasi siswa pada proses pembelajaran
B. Fenomena
Perhatikan fenomena gambar di bawah ini!
F1 F2
Sumber:http://duniapengetahuan2016.blogspot.co.id
Ketika kamu mengamati sebuah alat pengangkat mobil (dongkrak hidrolik) di tempat
mencuci mobil, ternyata saat tabung yang berdiameter kecil di tekanan, tabung besar
tempat diletakkan mobil terangakat. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Fase 2 : Merumuskan masalah
C. Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan fenomena dan permasalahan di atas, tentukan rumusan masalah umum dari
percobaan yang akan kalian lakukan!
D. Observasi
Dari fenomena di atas. Tuliskan apa saja yang bisa kalian amati/ observasi untuk menulis
sebuah hipotesis dengan bahasamu sendiri !
E. Rumusan Masalah Khusus
Tentukan rumusan masalah khusus dari percobaan yang kalian lakukan dengan
mengggunakan alat percobaan Hukum Pascal!
Fase 3: Mengajukan Hipotesis
F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah khusus di atas, maka tentukan hipotesis menurut bahasa
kalian sendiri!
G. Prediksi
Tulislah prediksi percobaan yang akan kalian lakukan berdasarkan hipotesis yang sudah
ditentukan !
H. Identifikasi Variabel
Tulislah identifikasi variabel berdasarkan hipotesis yang sudah ditentukan!
Variabel Bebas/ manipulasi :
Variabel kontrol:
Variabel respon:
I. Definisi Operasional Variabel
Tulislah definisi operasional variabel berdasarkan hipotesis yang sudah ditentukan!
Definisi Operasional variabel Bebas/ manipulasi :
Definisi Operasional variabel kontrol:
Definisi Operasional variabel respon:
Fase 4: Mengumpulkan data
J. Prosedur
1. Membuat alat sederhana aplikasi Pascal dengan merangkaikan selang plastik pada
ujung dua alat suntik yang memiliki ukuran berbeda.
2. Meletakkan beban di atas piston B lalu memeberikan beban pada piston A sampai bisa
mengangkat beban 1 N di piston B sebesar 4 cm. Kemudian mangambil beban pada
piston A untuk ditimbang dengan neraca pegas untuk mengetahui nilai F1.
Piston B
Piston A
Δh= 4 cm
Beban
pada
Piston A
3. Mengulangi langkah no. 2 dengan cara menambah beban pada piston A sampai bisa
mengangkat beban 1 N pada piston B sebesar 4 cm.
4. Setelah piston A bisa mengangkat beban di piston B sebesar 4 cm, kemudian
mengambil beban pada piston A untuk ditimbang dengan neraca pegas
5. Mengulangi langkah no. 2-3 dengan cara meletakkan beban di pengisap kecil (piston
A). Lalu membandingkan gaya yang diberikan
6. Mengulangi langkah no. 2-4 denganBeban
cara mengubah besar luasan penampang pada
pada
piston A. Lalu membandingkan gaya Piston
yangAdiberikan
Δh= 4 cm
oleh piston A.
Δh= 4 cm
A = 5 cm2 A = 4 cm2
K. Peralatan yang Digunakan
Tabel 2. Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Jumlah
.
1.Suntikan dengan diameter kecil yang 3 buah
berbeda
2. Suntikan dengan diameter besar 3 buah
yang sama
3. Selang plastik 1 buah
4. Air berwarna/ Minyak secukupnya
5. Beban dengan massa berbeda 1 buah
L. Mengumpulkan Data
Tabel 1. Hubungan antara Luas di Piston A1 dan Gaya di Piston A1
Timba terasa ringan saat ember masih di dalam air dan terasa lebih berat ketika
muncul ke permukaan air. Hal ini menunjukkan bahwa berat benda dalam air lebih ringan
daripada di udara. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya ke atas dari air yang mengurangi
berat ember. Archimedes adalah seorang ilmuwan yang hidup sebelum masehi (287-212
SM). Archimedes telah menemukan adanya gaya tekan ke atas atau gaya apung yang
terjadi pada benda yang berada dalam fluida (air).
“Jika benda dimasukkan dalam fluida maka benda akan merasakan gaya apung yang
besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan.”
Fa = Gaya Archimedes
w = Gaya Berat
Gambar 23. Contoh Gaya Archimedes (Sumber: Sears and Zemansky's, 2012: 373)
Gaya ke atas dalam zat cair disebut dengan gaya Archimedes. Suatu benda yang
dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair mengalami gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Peryataan ini
dikenal sebagai hukum Archimedes. Secara matematis hukum archimedes dapat
dirumuskan sebagai berikut.
w u− wa =wc
F a= wc
F a= m c×g
F a= ρc×V c×g
Keterangan:
Fa : gaya Archimedes (Newton = N)
wu : berat balok di udara (Newton = N)
wa : berat balok di dalam zat cair (Newton = N)
wc : berat zat cair yang ditumpahkan (Newton = N)
mc : massa zat cair yang ditumpahkan (kg)
ρc : massa jenis zat cair (kg/m3)
Vc : volume benda yang tercelup (m3)
g : percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Adanya gaya Archimedes dalam zat cair menjadikan benda yang dimasukkan ke
dalam zat cair mengalami tiga kemungkinan, yaitu terapung, melayang, dan tenggelam.
Gambar 24. Keadaan Benda di Dalam Zat Cair (Sumber: Nurachmandani, 2009: 209;
Siswanto dan Sukardi, 2009: 170-171)
Terapung adalah keadaan seluruh benda tepat berada di atas permukaan zat cair atau
hanya sebagian benda yang berada di bawah permukaan zat cair. Benda dapat terapung
dikarenakan massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρb<ρc), sehingga
berat benda juga lebih kecil daripada gaya Archimedes (wb<FA). Contoh peristiwa
terapung, antara lain, gabus atau kayu yang dimasukkan ke dalam air. Melayang adalah
keadaan benda yang berada di antara permukaan dan dasar dari zat cair. Benda dapat
melayang dikarenakan massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair (ρb=ρc),
sehingga berat benda menjadi sama dengan gaya Archimedes (wb=FA). Dengan kata lain,
berat benda di dalam zat cair sama dengan nol. Contoh peristiwa melayang adalah ikan-
ikan di dalam perairan.
Tenggelam adalah keadaan benda yang berada di dasar zat cair. Benda dapat
tenggelam dikarenakan massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis zat cair
(ρb>ρc), sehingga berat benda juga lebih besar daripada gaya Archimedes (wb>FA). Contoh
peristiwa tenggelam, antara lain, batu yang dimasukkan ke dalam air.
What I Want?
a. Hydrometer
Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat cair
yang dipindahkan hidrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya ke atas
yang lebih besar dan hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair. Tangkai tabung
kaca hidrometer didesain supaya perubahan kecil dalam berat benda yang dipindahkan
(sama artinya dengan perubahan kecil dalam massa jenis zat cair) menghasilkan
perubahan besar pada kedalaman tangki yang tercelup di dalam zat cair. Artinya
perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai jenis zat cair menjadi lebih jelas.
b. Jembatan Ponton
Jembatan ponton adalah kumpulan
drum-drum kosong yang berjajar sehingga
menyerupai jembatan. Jembatan ponton
merupakan jembatan yang dibuat
berdasarkan prinsip benda terapung.
c. Kapal Laut
Pada saat meletakkan sepotong besi pada bejana berisi air, besi akan
tenggelam. Namun, mengapa
kapal laut yang massanya
sangat besar tidak tenggelam?
Bagaimana konsep fisika
dapat menjelaskannya? Agar
kapal laut tidak tenggelam
badan kapal harus dibuat
Gambar 27. Kestabilan Kapal Saat Terapung Ditentukan oleh Posisi berongga. hal ini bertujuan
Titik Berat Benda
(Sumber: Sarojo, 2002: 350; Haryadi, 2009: 157) agar volume air laut yang
dipindahkan oleh badan kapal
menjadi lebih besar. Berdasarkan persamaan besarnya gaya apung sebanding dengan
volume zat cair yang dipindahkan, sehingga gaya apungnya menjadi sangat besar.
Gaya apung inilah yang mampu melawan berat kapal, sehingga kapal tetap dapat
mengapung di permukaan laut.
Kapal laut terbuat dari baja atau besi, dimana massa jenis baja atau besi lebih
besar daripada massa jenis air laut. Tetapi mengapa kapal laut bisa terapung?
Berdasarkan Hukum Archimedes, kapal dapat terapung karena berat kapal sama
dengan gaya ke atas yang dikerjakan oleh air laut, meskipun terbuat dari baja atau
besi. Badan kapal dibuat berongga agar volume air yang dipindahkan oleh badan kapal
lebih besar. Dengan demikian, gaya ke atas juga lebih besar. Ingat, bahwa gaya ke atas
sebanding dengan volume air yang dipindahkan.
Kapal laut didesain bukan hanya asal terapung, melainkan harus tegak dan
dengan kesetimbangan stabil tanpa berbalik. Kestabilan kapal saat terapung ditentukan
oleh posisi titik berat benda, dan titik di mana gaya ke atas bekerja. Gambar (a)
menunjukkan bahwa kapal berada pada posisi stabil. Kapal akan terapung stabil
apabila gaya berat benda dan gaya ke atas terletak pada garis vertical yang sama.
Gambar (b) melukiskan gaya-gaya yang bekerja pada saat kapal dalam posisi miring.
Garis kerja kapal gaya ke atas bergeser melalui titik C, tetapi garis kerja gaya berat
tetap melalui titik z. Vektor gaya berat (w) dan gaya ke atas (FA) membentuk kopel
yang menghasilkan torsi yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Torsi akan
mengurangi kemiringan sehingga dapat mengembalikan kapal ke posisi stabil.
d. Kapal Selam dan Gelangan Kapal
Pada dasarnya prinsip kerja kapal selam dan galangan kapal sama. Jika kapal
akan menyelam, maka air laut dimasukkan ke dalam ruang cadangan sehingga berat
kapal bertambah. Pengaturan banyak sedikitnya air laut yang dimasukkan,
menyebabkan kapal selam dapat menyelam pada kedalaman yang dikehendaki. Jika
akan mengapung, maka air laut dikeluarkan dari ruang cadangan. Berdasarkan konsep
tekanan hidrostastis, kapal selam mempunyai batasan tertentu dalam menyelam.
Jika kapal menyelam terlalu dalam, maka kapal bisa hancur karena tekanan
hidrostatisnya terlalu besar. Untuk memperbaiki kerusakan kapal bagian bawah,
digunakan galangan kapal. Jika kapal akan diperbaiki, galangan kapal ditenggelamkan
dan kapal dimasukkan. Setelah itu galangan diapungkan. Galangan ditenggelamkan
dan diapungkan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan air laut pada ruang
cadangan.
Gambar 28. (a) Galangan Kapal (b) Prinsip Mengapung dan Tenggelam pada
Sebuah Kapal Selam (Sumber: Nurachmandani, 2009: 212)
Ayo Mencoba LKS 3
Hukum Archimedes
A. Tujuan
1. Siswa dapat merancang dan melaksanakan percobaan untuk menguji sebuah hipotesis
tentang Hukum Archimedes dengan menggunakan Alat percobaan Hukum Achimedes
sesuai dengan Kunci LP yang ditentukan.
2. Siswa dapat berlatih aspek-aspek keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran
inkuiri dengan menggunakan strategi Know, Want, Learn (KWL) sesuai dengan rubik
yang sudah ditentukan.
Fase 1 : Orientasi siswa pada proses pembelajaran
B. Fenomena
Perhatikan fenomena pada gambar di bawah ini!
7. mengulangi langkah 5 dan 6 untuk mengganti volume balok kayu 165 mL, 123,75
mL, dan 82,5 mL. Catatlah hasil pengamatan pada Tabel Pengamatan:
K. Peralatan yang digunakan
Tabel 1. Alat dan Bahan
No
Alat dan Bahan Jumlah
.
Benda padat berbentuk kubus yang
1. 4 buah
berbeda
2. Neraca pegas 4 buah
3. Gelas ukur 4 buah
4. Air 50 ml
L. Mengumpulkan dan menyajikan Data
Tabel 2. Hasil Pengamatan Percobaan Hukum Archimedes
Volume air Berat benda di
Volume Berat benda di Gaya Apung air (WA)
yang
benda udara (Wu) ke atas (FA) (N)
dipindahkan
(mL) (N) (N)
(mL)
FA = WU – WA
FA : Gaya apung ke atas
WU : Berat benda di udara
WA : Berat benda di air
M. Menganalisis Data
1. Perhatikan data pada kolom 1 dan 2, bagaimana hubungan volume balok kayu yang
dicelupkan dalam fluida dengan volume fluida yang dipindahkan (tumpah)?
2. Perhatikan kolom 2 dan 4, bagaimanakah hubungan antara volume fluida yang
dipindahkan dengan gaya apung ke atas balok kayu tersebut?
3. Bagaimanakah berat benda saat ditimbang di dalam air dibandingkan di udara?
4. Mengapa bisa terjadi demikian?
5. Berdasarkan data percobaan, diperoleh persamaan gaya apung yaitu Fa = m x g, karena
m = ρ V, maka persamaan gaya apung adalah Fa =ρ x g x V dengan satuan Newton (N)
6. Hitunglah gaya apung masing-masing beban dengan menggunakan persamaan Fa =ρ x
g x Vf. bagaimanakah hasil yang kalian dapat dibandingkan dengan nilai gaya apung
yang dihitung menggunakan persamaan Fa =( w-w’)? jelaskan.
7. Gambarkan grafik hubungan antara gaya apung dengan volume benda.
Fase 5: Penarikan Kesimpulan
N. Membuat kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis data di atas, apakah hipotesismu diterima? Buatlah
kesimpulan!
2. Bagaimanakah prediksimu berdasarkan hasil percobaan yang sudah dilakukan?
D. TEGANGAN PERMUKAAN
Gambar 30. Contoh Peristiwa Tegangan Permukaan (Sumber: Nurachmandani, 2009: 213)
Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya tegang yang
dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik kohesi (gaya
tarik antara molekul sejenis) molekul-molekul cairan. Gambar di atas melukiskan gaya
kohesi yang bekerja pada molekul P (di dalam cairan) dan molekul Q (di permukaan).
Molekul P mengalami gaya kohesi dengan molekul-molekul disekitarnya dari segala arah,
sehingga molekul ini berada pada keseimbangan (resultan gaya nol). Namun, molekul Q
tidak demikian. Molekul ini hanya mengalami kohesi dari partikel di bawah dan di
sampingnya saja. Resultan gaya kohesi pada molekul ini ke arah bawah (tidak nol).
Gaya-gaya resultan arah ke bawah akan membuat permukaan cairan sekecil-
kecilnya. Akibatnya permukaan cairan menegang seperti selaput yang tegang. Keadaan ini
dinamakan tegangan permukaan. Jika setetes air raksa diletakkan di atas permukaan kaca,
maka raksa akan membentuk bulatan-bulatan kecil seperti bentuk bola.
Hal ini terjadi karena gaya kohesi molekul-molekul air raksa menarik molekul-
molekul yang terletak di permukaan raksa ke arah dalam. Mengapa berbentuk seperti
bola? Bola merupakan bangun yang mempunyai luas permukaan yang terkecil untuk
volume yang sama. Permukaan raksa terasa seperti selaput yang terapung. Tegangan
selaput ini dinamakan tegangan permukaan. Tegangan permukaan suatu zat cair
didefinisikan sebagai gaya tiap satuan panjang. Jika pada suatu permukaan sepanjang l
bekerja gaya sebesar F yang arahnya tegak lurus pada l, dan menyatakan tegangan
permukaan, maka persamaannya adalah sebagai berikut.
F
γ=
l
Keterangan:
F : gaya (Newton = N)
l : panjang permukaan (m)
γ : tegangan permukaan (N/m)
E. GEJALA MENISKUS
Apabila menuangkan raksa ke dalam suatu tabung kaca dan air pada tabung kaca
lainnya, kemudian perhatikan bentuk permukaannya. Apa yang dapatkan? akan
mendapatkan bentuk kedua permukaan seperti yang dilukiskan. Jika pada lengkungan air
dan raksa tarik garis lurus, maka garis itu akan membentuk sudut terhadap dinding
vertikal tabung kaca. Sudut tersebut dinamakan sudut kontak. Oleh karena itu, sudut
kontak adalah sudut yang dibentuk antara permukaan zat cair dengan permukaan dinding
pada titik persentuhan zat cair dengan dinding.
Gambar 32. (a) Air Membasahi Dinding Kaca; (b) Raksa Tidak Membasahi Dinding Kaca
(Sumber: Nurachmandani, 2009: 215; Surya, 2009: 233)
Gambar 33. Gaya Kohesi dan Adhesi pada Zat Cair yang Membasahi Dinding dan Tidak
Membasahi Dinding (Sumber: Nurachmandani, 2009: 215)
Akibat adanya gaya kohesi antara partikel air (FA) lebih besar daripada gaya adhesi
antara partikel air dengan partikel kaca (Fk), maka resultan kedua gaya (FR) arahnya
keluar. Agar tercapai keadaan yang seimbang, permukaan air yang menempel pada
dinding kaca harus melengkung ke atas. Kelengkungan permukaan suatu zat cair di dalam
tabung disebut meniskus. Karena bentuknya cekung maka meniskus air dalam bejana kaca
dinamakan meniskus cekung. Sudut yang dibentuk oleh kelengkungan air terhadap garis
vertikal dinamakan sudut kontak. Besarnya sudut kontak untuk meniskus cekung lebih
kecil dari 90o.
Bagaimana dengan bentuk kelengkungan permukaan raksa dalam tabung? Gaya
kohesi antara partikel-partikel raksa (FA) lebih kecil daripada gaya adhesi antara partikel
raksa dengan partikel kaca (Fk), sehingga resultan kedua gaya (FR) mengarah ke dalam.
Agar tercapai keseimbangan, maka permukaan raksa yang menempel pada dinding kaca
harus tegak lurus terhadap gaya resultan FR. Akibatnya permukaan raksa yang menempel
pada tabung kaca melengkung ke bawah dan disebut sebagai meniskus cembung.
Besarnya sudut kontak untuk meniskus cembung ini lebih besar dari 90 o. Terdapat
hubungan antara kemampuan membasahi air dengan tegangan permukaan air. Makin kecil
nilai tegangan permukaan air, makin besar kemampuan air untuk membasahi benda.
Makin tinggi suhu air, makin kecil tegangan permukaan. Artinya makin baik air tersebut
untuk membasahi benda. Itulah sebabnya mencuci dengan air panas dan air sabun hasilnya
lebih bersih daripada menggunakan air biasa.
F. GEJALA KAPILARITAS
Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair di dalam pipa kapiler (pipa
sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi antara zat cair
dengan dinding kapiler. Karena dalam pipa kapiler gaya adhesi antara partikel air dan kaca
lebih besar daripada gaya kohesi antara partikel-partikel air, maka air akan naik dalam
pipa kapiler. Sebaliknya raksa cenderung turun dalam pipa kapiler, jika gaya kohesinya
lebih besar daripada gaya adhesinya. Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler
disebabkan oleh adanya tegangan permukaan (γ) yang bekerja pada keliling persentuhan
zat cair dengan pipa.
Mengapa permukaan zat cair bisa naik atau turun dalam permukaan pipa kapiler?
Tegangan permukaan menarik pipa ke arah bawah karena tidak seimbang oleh gaya
tegangan permukaan yang lain. Sesuai dengan hukum III Newton tentang aksi reaksi, pipa
akan melakukan gaya yang sama besar pada zat cair, tetapi dalam arah berlawanan. Gaya
inilah yang menyebabkan zat cair naik. Zat cair berhenti naik ketika berat zat cair dalam
kolam yang naik sama dengan gaya ke atas yang dikerjakan pada zat cair.
w=F
Jika massa jenis zat cair adalah ρ, tegangan permukaan γ, sudut kontak θ, kenaikan
zat cair setinggi h, dan jari-jari pipa kapiler adalah r, maka berat zat cair yang naik dapat
ditentukan melalui persamaan berikut.
w=mg
w=ρ Vg
w=ρπ r 2 hg
Komponen gaya vertikal yang menarik zat cair sehingga naik setinggi h adalah:
F=( γ cosθ ) ( 2 πr )=F=2 πrγ cosθ
Jika nilai F Anda ganti dengan ρ π r2 h g, maka persamaannya menjadi seperti
berikut.
ρπ r 2 hg=2πrγ cosθ
2γ cosθ
h=
ρ gr
Keterangan:
h : kenaikan/penurunan zat cair dalam pipa (m)
γ : tegangan permukaan (N/m)
θ : sudut kontak (derajat)
ρ : massa jenis zat cair (kg/m3)
r : jari-jari pipa (m)
Bejana berhubungan adalah dua atau lebih bejana yang bagian atasnya terbuka,
sedangkan bagian bawahnya berhubungan satu dengan yang lain. Apabila bejana
berhubungan berisikan satu jenis zat cair dan dalam keadaan setimbang, maka permukaan
zat cair akan terletak pada satu bidang datar. Pernyataan tersebut merupakan hukum I
bejana berhubungan.
Gambar 36. Bejana Berhubungan yang Diisi Dua Jenis Zat Cair
(Sumber: Haryadi, 2009: 151; Sarwono dkk, 2009: 155; Sears and Zemansky's, 2012: 379)
Apabila kita tarik garis mendatar dari garis pembatas antara minyak dan air (garis
AB) dan garis ini kita jadikan pangkal untuk mengukur kedalaman minyak dan air pada
bejana berhubungan, maka akan sesuai dengan hukum II bejana berhubungan. Hukum II
bejana berhubungan menyatakan bahwa:
“Apabila di dalam bejana berhubungan yang berbentuk huruf U (pipa U) terdapat dua
macam zat cair yang tidak dapat bercampur, maka tinggi zat cair di atas garis setimbang
pada kedua kaki bejana berbanding terbalik dengan massa jenis zat cair masing-masing”.
What I Learn ?
1. Fluida statis adalah fluida yang tidak mengalami perpindahan bagian-bagian pada
zatnya.
2. Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang persatuan luas
bidang tersebut.
3. Tekanan pada fluida dikelompokkan menjadi dua, yaitu pada tekanan tertutup dan
terbuka.
4. Contoh tekanan fluida statis pada ruang terbuka adalah hukum utama hidrostatis, bejana
berhubungan, dan hukum Archimedes.
5. Tekanan merupakan gaya yang bekerja pada suatu permukaan tiap satuan luas
permukaan. Tekanan juga didefinisikan sebagai perbandingan gaya tekan (yang arahnya
tegak lurus bidang tekan) dan luas bidang tekannya. Pada fluida, tekanan disebabkan
oleh berat fluida itu sendiri, dan dinamakan tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik zat
cair dipengaruhi oleh massa jenis zat cair, percepatan gravitasi, dan kedalaman zat cair.
6. Hukum Pascal menyatakan bahwa “tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang
tertutup akan diteruskan ke segala arah dan sama besar.” Percepatan hukum Pascal
dalam kehidupan sehari-hari ditemukan dalam perangkat pengangkat hidrolik, sistem
pengereman hidrolik, serta alat-alat berat. Hukum pokok hidrostatika menyatakan
bahwa “semua titik yang terletak pada bidang datar dalam satu jenis zat cair,
mempunyai tekanan hidrostatik yang sama.
7. Hukum Archimedes menyatakan bahwa “apabila suatu benda dicelupkan sebagian atau
seluruhnya ke dalam fluida, maka benda tersebut mendapatkan gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan atau didesak oleh benda tersebut.”
Gaya ke atas yang dialami benda tercelup ke dalam fluida dipengaruhi oleh massa jenis
fluida, percepatan gravitasi, serta banyaknya volume benda tercelup. Beberapa
peralatan yang menerapkan hukum Archimedes diantaranya hydrometer, kapal laut,
kapal selam, dan gelangan kapal. Kapilaritas merupakan peristiwa naik turunnya
permukaan zat cair dalam pipa atau celah sempit yang di kenal dengan pipa kapiler.
8. Tegangan permukaan adalah gaya membuat permukaan cairan menegang seperti
selaput.
9. Gejala meniskus adalah peristiwa kelengkungan suatu permukaan di dalam tabung.
10. Gejala kapilaritas merupakan peristiwa naik turunnmya zat cair di dalam pipa kapiler.
11. Bejana berhubungan adalah dua atau lebih bejana yang bagian atasnya terbuka,
sedangkan bagian bawahnya berhubungan satu dengan yang lain.
GLOSARIUM
Gaya apung : gaya yang dilakukan oleh zat cair dengan arah ke atas terhadap suatu benda
yang tercelup di zat cair tersebut.
Fluida : zat alir yang mengikuti wadahnya sehingga benda dapat mengalir.
Kapilaritas : peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu pipa kapiler
Tekanan Hidrostatik : tekanan pada satu titik dalam fluida yang disebabkan gaya berat fluida
di atas titik tersebut.
Bueche, Frederick J and Eugene Hecht. 2000. College Physics: Schaum’s Easy Outlines.
USA: McGraw-Hill Companies, Inc
Foster Bob. 1999. Seribu Pena. Jakarta : Erlangga
Giancoli, Douglas C. 2009. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics. 4th ed.
USA: Pearson Prentice Hall
Handayani, Sri dan Ari Damari. 2009. Fisika 2: Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Haryadi, Bambang. 2009. Fisika: Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Maskuntadi dkk. 2008. Buku Penentun Belajar Fisika Mengacu pada Kurikulum KTSP.
Surabaya: Sagufindo Kinarya
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Sarojo, Ganijanti Aby. 2002. Seri Fisika Dasar: Mekanika. Jakarta: Salemba Teknika
Sarwono dkk. 2009. Fisika 2 : Mudah dan Sederhana Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Siswanto dan Sukardi. 2009. Kompetensi Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Surya, Yohanes. 2009. Mekanika dan Fluida. Tangerang: PT Kandel
Sears and Zemansky's. 2012. University Physics with Modern Physics. 13th ed. San Francisco:
Addison-Wesley
Tipler, Paul A. 2004. Physics for Scientists and Engineers. 5th. New York: W.H. Freeman and
Company
Walker, J. Resnick, R and Halliday, D. 2004. Fundamental of Physics. Wiley International
Edition
PROFIL PENULIS
Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd, lahir di Kediri, 22 Agustus 1960. Menyelesaikan S1
di IKIP tahun 1984, S2 di IKIP tahun 1989, dan S3 di UNAIR tahun 1997.