Anda di halaman 1dari 14

LAMPIRAN 3 : ANALISIS MATERI

FLUIDA STATIK

Zat padat mempunyai bentuk tetap sedangkan zat cair dan gas mempunyai bentuk
yang berubah-ubah dan dapat mengalir. Karena dapat mengalir, maka zat cair dan gas
dinamakan fluida atau zat alir. Fluida dibagi menjadi dua studi, yaitu statika fluida dan
dinamika fluida. Statika fluida mempelajari fluida yang ada dalam keadaan diam (disebut
fluida statik). Jika yang diamati adalah zat cair, disebut hidrostatik.

A. Hukum-Hukum pada Fluida Statik


1. Tekanan
Tekanan yang didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja pada
suatu bidang tiap satuan luas bidang tersebut. Tekanan dirumuskan sebagai :

𝐹
𝑃=
𝐴

Keterangan:
P : tekanan (Pa)
F : gaya tekan (N)
A : luas bidang tekan (m2)

Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (disingkat Pa) untuk memberi penghargaan
kepada Blaise Pascal, penemu hukum Pascal, dengan konversi sebagai berikut

1 Pa = 1 N/m2

a. Aplikasi Tekanan dalam Kehidupan Sehari-hari


Penerapan konsep tekanan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada pisau dan
paku. Ujung paku dibuat runcing dan pisau dibuat tajam untuk mendapatkan tekanan yang
lebih besar, sehingga lebih mudah menancap pada benda lain. Gaya gravitasi
menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah. Semakin tinggi zat cair
dalam wadah, semakin berat zat cair tersebut sehingga semakin besar juga tekanan zat
cair pada dasar wadahnya. Hal ini dapat dirasakan oleh perenang atau penyelam yang
merasakan adanya tekanan seluruh badan, karena fluida memberikan tekanan ke segala
arah. Tekanan yang berlaku pada zat cair adalah tekanan hidrostatik, yaitu tekanan zat
cair yang hanya disebabkan oleh beratnya sendiri.

Untuk memahami tekanan hidrostatis,


anggap zat terdiri atas beberapa lapisan. Setiap
lapisan memberi tekanan pada lapisan di
bawahnya, sehingga lapisan bawah akan
mendapatkan tekanan paling besar. Karena
lapisan atas hanya mendapatkan tekanan dari
udara (atmosfer), maka tekanan pada permukaan
zat cair sama dengan tekanan atmosfer. Gambar 3.1 Zat cair dapat dianggap tersusun
Perhatikan gambar 3.1. atas lapisan-lapisan air.

b. Penurunan Rumus Tekanan Hidrostatik


Perhatikan gambar 3.2.
Bayangkan luas penampang persegi
panjang (luas yang di arsir) pl yang
terletak pada kedalaman h di bawah
permukaan zat cair (massa jenis = ρ).
Volume zat cair di dalam balok = plh
sehingga massa zat cair di dalam balok
adalah :

𝑚 = 𝜌𝑉

= 𝜌𝑝𝑙ℎ Gambar 3.2 Balok

Berat Zat cair di dalam balok adalah :


𝐹 = 𝑚𝑔

= 𝜌 𝑝𝑙ℎ 𝑔
Tekanan zat cair di sembarang titik pada luas bidang yang diarsir adalah sebagai
berikut :
𝐹 𝜌 𝑝𝑙ℎ 𝑔
𝑃ℎ = = = 𝜌𝑔ℎ
𝐴 𝑝𝑙

Jadi, tekanan hidrostatik zat cair (Ph) dengan massa jenis ρ pada kedalaman h
dirumuskan sebagai berikut :
𝑃ℎ = 𝜌𝑔ℎ

c. Tekanan Gauge
Tekanan gauge adalah selisih antara tekanan yang tidak diketahui dengan tekanan
atmosfer (tekanan udara luar). Nilai tekanan yang diukur oleh alat pengukur tekanan
adalah tekanan gauge. Adapun tekanan sesungguhnya disebut tekanan mutlak.
Tekanan mutlak = Tekanan gauge + Tekanan atmosfer

𝑃 = 𝑃𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 + 𝑃𝑎𝑡𝑚

d. Tekanan Mutlak pada Suatu Kedalaman Zat Cair


Untuk tekanan total yang dialami suatu zat cair pada ketinggian tertentu dapat
dicari dengan menjumlahkan tekanan udara luar dengan tekanan hidrostastik. Tekanan
mutlak pada suatu kedalaman zat cair dirumuskan sebagi berikut

𝑃 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ

Catatan :
 Jika disebutkan tekanan pada suatu kedalaman tertentu, yang dimaksud adalah tekanan mutlak.
 jika tidak diketahui dalam soal, gunakan tekanan udara luar :
𝑃0 = 1 𝑎𝑡𝑚 = 76 𝑐𝑚𝐻𝑔 = 1,01 × 105 𝑃𝑎

2. Hukum Pokok Hidrostatik


Telah diketahui sebelumnya bahwa tekanan yang dilakukan oleh zat cair besarnya
tergantung pada kedalamannya, 𝑃 = 𝜌𝑔ℎ. Hukum utama hidrostatis menyatakan bahwa
tekanan hidrostatis di semua titik yang terletak pada satu bidang mendatar di dalam satu
jenis zat cair besarnya sama. Perhatikan gambar dibawah ini

.
Gambar 3.3 Tekanan Hidrostatis dititik A,B dan C adalah sama
Berdasarkan Hukum Pokok Hidrostatis maka tekanan di titik A, B, dan C besarnya sama

𝑃𝐴 = 𝑃𝐵 = 𝑃𝐶 = 𝜌. 𝑔. ℎ

Hukum Pokok Hidrostatis dapat digunakan untuk menentukan massa jenis zat cair
dengan menggunakan pipa U. Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 3.4 Pipa U untuk menentukan massa jenis zat cair


Zat cair yang sudah diketahui massa jenisnya (𝜌2 )dimasukkan dalam pipa U, kemudian
zat cair yang akan dicari massa jenisnya (𝜌1 ) dituangkan pada kaki yang lain setinggi
(ℎ1 ). Adapun (ℎ2 ) adalah tinggi zat cair mula-mula, diukur dari garis batas kedua zat
cair. Berdasarkan Hukum Pokok Hidrostatis, maka:

𝑃𝐴 = 𝑃𝐵
𝜌1 . 𝑔. ℎ1 = 𝜌2 . 𝑔. ℎ2
𝜌1 . ℎ1 = 𝜌2 . ℎ2

Hidrostatis dimanfaatkan antara lain dalam mendesain bendungan, yaitu semakin ke


bawah semakin tebal; serta dalam pemasangan infus, ketinggian diatur sedemikian rupa
sehingga tekanan zat cair pada infus lebih besar daripada tekanan darah dalam tubuh.
3. Hukum Pascal
Apabila kita memompa sebuah ban sepeda, ternyata ban akan menggelembung
secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan yang kita berikan melalui pompa
akan diteruskan secara merata ke dalam fluida (gas) di dalam ban. Selain tekanan oleh
beratnya sendiri, pada suatu zat cair (fluida) yang berada di dalam ruang tertutup dapat
diberikan tekanan oleh gaya luar. Jika tekanan udara luar pada permukaan zat cair
berubah, maka tekanan pada setiap titik di dalam zat cair akan mendapat tambahan
tekanan dalam jumlah yang sama. Peristiwa ini pertama kali dinyatakan oleh seorang
ilmuwan Prancis bernama Blaise Pascal (1623 - 1662) dan disebut Hukum Pascal. Jadi,
dalam Hukum Pascal dinyatakan berikut ini.
“Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala
arah dengan sama besar”.
Berdasarkan Hukum Pascal diperoleh prinsip bahwa dengan memberikan gaya
yang kecil akan dihasilkan gaya yang lebih besar. Prinsip ini dimanfaatkan dalam
pesawat hidrolik. Gambar 3.5 menunjukkan sebuah bejana tertutup berisi air yang
dilengkapi dua buah pengisap yang luas penampangnya berbeda.

Gambar 3.5 Pesawat hidrolik berdasarkan Hukum Pascal.


Jika pengisap kecil dengan luas penampang A1 ditekan dengan gaya F1 , maka zat
cair dalam bejana mengalami tekanan yang besarnya:
𝐹1
𝑃1 =
𝐴1
Sebuah penerapan sederhana dari hukum pascal adalah dongkrak hidrolik (gambar
3.6). Prinsip kerja dari hukum Pascal dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 3.6 Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik
Apabila pengisap 1 ditekan dengan gaya 𝐹1 , maka zat cair akan menekan pengisap 1 ke
atas dengan gaya P𝐴1 . Akibatnya, terjadi keseimbangan pada pengisap 1 dan berlaku
persamaan berikut.
𝐹
𝑃𝐴1 = 𝐹1 atau 𝑃 = 𝐴1 …………………(*)
1

Sesuai hukum Pascal bahwa tekanan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke
segala arah, pada pengisap 2 bekerja gaya ke atas yang besarnya P𝐴2 . Gaya yang
seimbang dengan ini adalah gaya F2 yang bekerja pada pengisap 2 dengan arah ke
bawah.

𝐹
𝑃𝐴2 = 𝐹2 atau 𝑃 = 𝐴2 …………………(**)
2

Dengan menyamakan ruas kanan (**) dan (*), maka diperoleh :

𝐹2 𝐹1 𝐴2
= 𝐹2 = 𝐹
𝐴2 𝐴1 𝐴1 1

Karena penampang pengisap dongkrak hidrolik berbentuk silinder dengan diameter yang
diketahui. Misalnya pengisap 1 berdiameter d1 dan pengisap 2 berdiameter d2, maka :
𝜋𝑑1 2 𝜋𝑑2 2
𝐴1 = dan 𝐴2 =
4 4

Sehingga :

𝐴1 𝑑1 2
𝐹1 = 𝐹2 = ( ) 𝐹2
𝐴2 𝑑2

Alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan hukum Pascal
adalah dongkrak hidrolik, mesin hidrolik pengangkat mobil dan rem hidrolik.
Gambar 3.7 Penerapan Hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari

4. Hukum Archimedes
Benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya ke atas sehingga benda
kehilangan sebagaian beratnya (beratnya menjadi berat semu). Gaya ke atas ini disebut
gaya apung, yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda.
Munculnya gaya apung merupakan konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat
dengan bertambahnya kedalaman. Dengan demikian, berlaku pernyataan berikut .
Gaya apung = berat benda di udara – berat benda dalam zat cair
Untuk memahami gaya apung,
pertama, pahamilah arti dari “volume air yang dipindahkan”. Jika batu dicelupkan
ke dalam sebuah bejana berisi air, permukaan air akan naik. Hal tersebut disebabkan
volume batu menggantikan volume air. Jika batu dicelupkan pada bejana yang penuh
berisi air, sebagian air akan tumpah dari bejana. Volume air yang tumpah tepat sama
dengan volume batu yang menggantikan air. Teknik ini adalah cara untuk mengukur
volume benda padat yang bentuknya tidak beraturan (misalnya seperti batu dan gunting).
Jadi, suatu benda yang dicelupkan seluruhnya dalam zat cair selalu menggantikan
volume zat cair yang sama dengan volume benda itu sendiri.
Kedua, Archimedes mengaitkan antara gaya apung yang dirasakannya dengan
volume zat cair yang dipindahkan benda. Dari sinilah Archimedes (287-212 M), ilmuwan
Yunani kuno berhasil menemukan hukum Archimedes yang berbunyi seperti berikut.
“Gaya apung yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya
ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.”
a. Penurunan Matematis Hukum Archimedes
Perhatikan sebuah silinder dengan
ketinggian h dan luas A yang tercelup
seluruhnya di dalam zat cair dengan massa
jenis 𝜌𝑓 . Fluida melakukan tekanan
hidrostatik P1 pada bagian atasnya dengan
gaya F1 yang berarah ke bawah, serta P2
pada bagian bawah dengan gaya F2 berarah
ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah Gambar 3.8 Menentukan Rumus Gaya Apung
gaya apung Fa.

𝐹𝑎 = 𝐹2 − 𝐹1 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐹2 > 𝐹1

= 𝜌𝑓 𝑔ℎ2 𝐴 − 𝜌𝑓 𝑔ℎ1 𝐴
= 𝜌𝑓 𝑔𝐴(ℎ2 − ℎ1 )
𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 ℎ2 − ℎ1 = ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐴ℎ =
= 𝜌𝑓 𝑔𝐴ℎ 𝑉𝑏𝑓 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔

= 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑏𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎

Jadi, gaya apung Fa yang dikerjakan fluida pada benda (silinder) sama dengan
berat fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan tersebut berlaku
untuk sembarang bentuk benda dan telah dinyatakan sebelumnya sebagai hukum
Archimedes. Jadi, gaya apung dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝐹𝑎 = 𝑀𝑓 𝑔 𝐹𝑎 = 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 𝑔

Dengan :
𝜌𝑓 = massa jenis fluida (g/cm3)
𝑉𝑏𝑓 = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)

b. Mengapung, Tenggelam dan Melayang


1. Mengapung
Gambar 3.9 Terapung
Peristiwa mengapung adalah keadaan seluruh benda tepat berada di atas
permukaan zat cair atau hanya sebagian benda yang berada di bawah permukaan
zat cair. Benda dapat terapung dikarenakan massa jenis benda lebih kecil daripada
massa jenis zat cair ( 𝜌𝑏 < 𝜌𝑐 ), sehingga berat benda juga lebih kecil daripada
gaya Archimedes (𝑤𝑏 < 𝐹𝐴 ). Contoh peristiwa terapung, antara lain, gabus atau
kayu yang dimasukkan ke dalam air.
2. Tenggelam

Gambar 3.10 Tenggelam


Tenggelam adalah keadaan benda yang berada di dasar zat cair. Benda dapat
tenggelam dikarenakan massa jenis benda lebih besar dari-pada massa jenis zat
cair ( 𝜌𝑏 > 𝜌𝑐 ), sehingga berat benda juga lebih besar daripada gaya Archimedes
(𝑤𝑏 > 𝐹𝐴 ). Contoh peristiwa tenggelam, antara lain, batu yang dimasukkan ke
dalam air.
3. Melayang

Gambar 3.11 Melayang


Melayang adalah keadaan benda yang berada di antara permukaan dan dasar dari
zat cair. Benda dapat melayang dikarenakan massa jenis benda sama dengan
massa jenis zat cair ( 𝜌𝑏 = 𝜌𝑐 ), sehingga berat benda menjadi sama dengan gaya
(𝑤𝑏 = 𝐹𝐴 ). Dengan kata lain, berat benda di dalam zat cair sama dengan nol.
Contoh peristiwa melayang adalah ikan-ikan di dalam perairan.

c. Penerapan Hukum Archimedes dalam Kehidupan Sehari-hari


1. Hidrometer
Hidrometer merupakan alat untuk mengukur berat jenis atau massa jenis
zat cair. Jika hidrometer dicelupkan ke dalam zat cair, sebagian alat tersebut akan
tenggelam. Makin besar massa jenis zat cair, makin sedikit bagian hidrometer
yang tenggelam. Hidrometer banyak digunakan untuk mengetahui besar
kandungan air pada bir atau susu.

Gambar 3.12 (a) Hidrometer (b) Bagian-bagian hidrometer


Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Supaya tabung kaca terapung tegak
dalam zat cair, bagian bawah tabung dibebani dengan butiran timbal. Diameter
bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat cair yang
dipindahkan hidrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya ke atas
yang lebih besar dan hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair.
Tangkai tabung kaca hidrometer didesain supaya perubahan kecil dalam
berat benda yang dipindahkan (sama artinya dengan perubahan kecil dalam
massa jenis zat cair) menghasilkan perubahan besar pada kedalaman tangki yang
tercelup di dalam zat cair. Artinya perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai
jenis zat cair menjadi lebih jelas.
2. Kapal Laut dan Kapal Selam
Pada dasarnya prinsip kerja kapal selam dan galangan kapal sama. Jika
kapal akan menyelam, maka air laut dimasukkan ke dalam ruang cadangan
sehingga berat kapal bertambah. Pengaturan banyak sedikitnya air laut yang
dimasukkan, menyebabkan kapal selam dapat menyelam pada kedalaman yang
dikehendaki. Jika akan mengapung, maka air laut dikeluarkan dari ruang
cadangan. Berdasarkan konsep tekanan hidrostastis, kapal selam mempunyai
batasan tertentu dalam menyelam. Jika kapal menyelam terlalu dalam, maka
kapal bisa hancur karena tekanan hidrostatisnya terlalu besar.
Untuk memperbaiki kerusakan kapal bagian bawah, digunakan galangan
kapal. Jika kapal akan diperbaiki, galangan kapal ditenggelamkan dan kapal
dimasukkan. Setelah itu galangan diapungkan. Galangan ditenggelamkan dan
diapungkan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan air laut pada ruang
cadangan.

Gambar 3.13 (a) Galangan kapal (b) Prinsip mengapung dan tenggelam pada sebuah kapal selam
3. Balon Udara
Prinsip kerja pada balon udara adalah, mula-mula balon diisi dengan gas
panas hingga menggelembung dan volumenya bertambah. Bertambahkan volume
balon berarti bertambah pula volume udara yang dipindahkan oleh balon. Artinya,
gaya apung bertambahbesar. Suatu saat gaya apung sudah lebih berat daripada
berat total balon (berat balon dan muatan), sehingga balon mulai bergerak naik.
Awak balon udara terus menambah gaas panas sampai balon mencapai
ketinggian tertentu. Setelah ketinggian yang diinginkan tercapai, awak balon
mengurangi gas panas sampai tercapai gaya apung sama dengan berat balon. Pada
saat itu, balon melayang di udara. Sewaktu awak balon ingin menurunkan
ketinggian, sebagian isi gas panas dikeluarkan dari balon. Hal tersebut
menyebabkan volume balon berkurang, yang berarti gaya apung berkurang.
Akibatnya gaya apung lebih kecil daripada berat balon, dan balon bergerak turun.

B. Tegangan Permukaan Zat Cair dan Viskositas Fluida


1. Tegangan Permukaan
Apabila sebuah silet diletakkan mendatar pada permukaan air dengan hati-hati,
ternyata silet terapung. Padahal massa jenis silet lebih besar dari massa jenis air. Zat cair
yang keluar dari suatu pipet bukan sebagai aliran tetapi sebagai tetesan. Demikian juga,
nyamuk atau serangga dapat hinggap di permukaan air. Peristiwa-peristiwa tersebut
berhubungan dengan gaya-gaya yang bekerja pada permukaan zat cair, atau pada batas
antara zat cair dengan bahan lain. Jika kita amati contoh-contoh di atas, ternyata
permukaan air tertekan ke bawah karena berat silet atau nyamuk. Jadi, permukaan air
tampak seperti kulit yang tegang. Sifat tegang permukaan air inilah yang disebut
tegangan permukaan.
Gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair tidak hanya menimbulkan gaya kohesi
dan gaya adhesi saja, tetapi juga dapat menimbulkan tegangan permukaan. Tegangan
permukaan adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk meregang sehingga
permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis. Molekul-molekul yang berada
pada lapisan ini selalu berusaha memperkecil luas permukaannya. Tegangan permukaan
didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tegangan permukaan dan panjang
permukaan.
𝐹 𝐹
𝛾= 𝛾=
𝑑 2𝑙

Keterangan:
𝛾 = Tegangan permukaan (N/m)
𝐹 = Gaya tegangan permukaan (N)
𝑑 = Panjang permukaan (m)

Besarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh keadaan permukaan
zat cair, misalnya suhu. Semakin tinggi suhu zat cair semakin kecil tegangan
permukaannya. Hal inilah yang menyebabkan baju yang dicuci dengan air hangat lebih
mudah dibersihkan daripada baju yang dicuci dengan air dingin. Detergen sintesis modern
juga di desain untuk meningkatkan kemampuan air membasahi kotoran yang melekat
pada pakaian, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan air. Dan antiseptic yang
dipakai untuk mebobati luka, selain memiliki daya bunuh kuma yang baik, juga memiliki
tegangan permukaan yang rendah, sehingga antiseptic dapat membasahi seluruh luka.
2. Meniskus
Apabila Anda menuangkan raksa ke dalam suatu tabung kaca dan air pada tabung
kaca lainnya, kemudian Anda perhatikan bentuk permukaannya. Apa yang Anda
dapatkan? Anda akan mendapatkan bentuk kedua permukaan seperti yang dilukiskan
pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.14 (a) Air membasahi dinding kaca (b) Raksa tidak membasahi dinding kaca
Jika pada lengkungan air dan raksa Anda tarik garis lurus, maka garis itu akan
membentuk sudut terhadap dinding vertikal tabung kaca. Sudut 𝜃 tersebut dinamakan
sudut kontak. Oleh karena itu, sudut kontak adalah sudut yang dibentuk antara
permukaan zat cair dengan permukaan dinding pada titik persentuhan zat cair dengan
dinding. Kelengkungan permukaan suatu zat cair di dalam tabung disebut meniskus.
3. Kapilaritas
Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair di dalam pipa kapiler (pipa
sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi antara zat cair
dengan dinding kapiler. Karena dalam pipa kapiler gaya adhesi antara partikel air dan
kaca lebih besar daripada gaya kohesi antara partikel-partikel air, maka air akan naik
dalam pipa kapiler. Sebaliknya raksa cenderung turun dalam pipa kapiler, jika gaya
kohesinya lebih besar daripada gaya adhesinya. Kenaikan atau penurunan zat cair pada
pipa kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan (𝛾) yang bekerja pada keliling
persentuhan zat cair dengan pipa.
Gambar 3.15 (a) Jika sudut kontak kurang dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa kapiler naik, (b)
Jika sudut kontak lebih dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa kapiler turun
4. Viskositas Fluida
a. Hukum Stokes untuk Fluida kental
Viskositas padaaliran fluida kental sama saja dengan gesekan pada gerak benda
padat. Untuk fluida ideal, viskositas 𝜂 = 0 sehingga kita selalu menganggap benda
yang bergerak dalam fluida ideal tidak mengalami gesekan yang disebabkan oleh
fluida. Namun, jika benda tersebut bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida
kental, gerak benda akan dihambat oleh gaya gesejan fluida pada benda tersebut.
Besar gaya gesekan fluida dirumuskan sebagai berikut.
𝐹𝑓 = 𝑘𝜂𝑣
Koefisien k bergantung pada bentuk geometris benda. Untuk benda yang memiliki
bentuk geometris berupa bola dengan jari-jari r, dari perhitungan laboratorium
diperoleh nilai berikut.
𝑘 = 6𝜋𝑟
Dengan demikian, Hukum Stokes :

𝐹𝑓 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣

Anda mungkin juga menyukai