FLUIDA STATIK
Zat padat mempunyai bentuk tetap sedangkan zat cair dan gas mempunyai bentuk
yang berubah-ubah dan dapat mengalir. Karena dapat mengalir, maka zat cair dan gas
dinamakan fluida atau zat alir. Fluida dibagi menjadi dua studi, yaitu statika fluida dan
dinamika fluida. Statika fluida mempelajari fluida yang ada dalam keadaan diam (disebut
fluida statik). Jika yang diamati adalah zat cair, disebut hidrostatik.
𝐹
𝑃=
𝐴
Keterangan:
P : tekanan (Pa)
F : gaya tekan (N)
A : luas bidang tekan (m2)
Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (disingkat Pa) untuk memberi penghargaan
kepada Blaise Pascal, penemu hukum Pascal, dengan konversi sebagai berikut
1 Pa = 1 N/m2
𝑚 = 𝜌𝑉
= 𝜌 𝑝𝑙ℎ 𝑔
Tekanan zat cair di sembarang titik pada luas bidang yang diarsir adalah sebagai
berikut :
𝐹 𝜌 𝑝𝑙ℎ 𝑔
𝑃ℎ = = = 𝜌𝑔ℎ
𝐴 𝑝𝑙
Jadi, tekanan hidrostatik zat cair (Ph) dengan massa jenis ρ pada kedalaman h
dirumuskan sebagai berikut :
𝑃ℎ = 𝜌𝑔ℎ
c. Tekanan Gauge
Tekanan gauge adalah selisih antara tekanan yang tidak diketahui dengan tekanan
atmosfer (tekanan udara luar). Nilai tekanan yang diukur oleh alat pengukur tekanan
adalah tekanan gauge. Adapun tekanan sesungguhnya disebut tekanan mutlak.
Tekanan mutlak = Tekanan gauge + Tekanan atmosfer
𝑃 = 𝑃𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 + 𝑃𝑎𝑡𝑚
𝑃 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ
Catatan :
Jika disebutkan tekanan pada suatu kedalaman tertentu, yang dimaksud adalah tekanan mutlak.
jika tidak diketahui dalam soal, gunakan tekanan udara luar :
𝑃0 = 1 𝑎𝑡𝑚 = 76 𝑐𝑚𝐻𝑔 = 1,01 × 105 𝑃𝑎
.
Gambar 3.3 Tekanan Hidrostatis dititik A,B dan C adalah sama
Berdasarkan Hukum Pokok Hidrostatis maka tekanan di titik A, B, dan C besarnya sama
𝑃𝐴 = 𝑃𝐵 = 𝑃𝐶 = 𝜌. 𝑔. ℎ
Hukum Pokok Hidrostatis dapat digunakan untuk menentukan massa jenis zat cair
dengan menggunakan pipa U. Perhatikan gambar dibawah ini.
𝑃𝐴 = 𝑃𝐵
𝜌1 . 𝑔. ℎ1 = 𝜌2 . 𝑔. ℎ2
𝜌1 . ℎ1 = 𝜌2 . ℎ2
Sesuai hukum Pascal bahwa tekanan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan ke
segala arah, pada pengisap 2 bekerja gaya ke atas yang besarnya P𝐴2 . Gaya yang
seimbang dengan ini adalah gaya F2 yang bekerja pada pengisap 2 dengan arah ke
bawah.
𝐹
𝑃𝐴2 = 𝐹2 atau 𝑃 = 𝐴2 …………………(**)
2
𝐹2 𝐹1 𝐴2
= 𝐹2 = 𝐹
𝐴2 𝐴1 𝐴1 1
Karena penampang pengisap dongkrak hidrolik berbentuk silinder dengan diameter yang
diketahui. Misalnya pengisap 1 berdiameter d1 dan pengisap 2 berdiameter d2, maka :
𝜋𝑑1 2 𝜋𝑑2 2
𝐴1 = dan 𝐴2 =
4 4
Sehingga :
𝐴1 𝑑1 2
𝐹1 = 𝐹2 = ( ) 𝐹2
𝐴2 𝑑2
Alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan hukum Pascal
adalah dongkrak hidrolik, mesin hidrolik pengangkat mobil dan rem hidrolik.
Gambar 3.7 Penerapan Hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari
4. Hukum Archimedes
Benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya ke atas sehingga benda
kehilangan sebagaian beratnya (beratnya menjadi berat semu). Gaya ke atas ini disebut
gaya apung, yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda.
Munculnya gaya apung merupakan konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat
dengan bertambahnya kedalaman. Dengan demikian, berlaku pernyataan berikut .
Gaya apung = berat benda di udara – berat benda dalam zat cair
Untuk memahami gaya apung,
pertama, pahamilah arti dari “volume air yang dipindahkan”. Jika batu dicelupkan
ke dalam sebuah bejana berisi air, permukaan air akan naik. Hal tersebut disebabkan
volume batu menggantikan volume air. Jika batu dicelupkan pada bejana yang penuh
berisi air, sebagian air akan tumpah dari bejana. Volume air yang tumpah tepat sama
dengan volume batu yang menggantikan air. Teknik ini adalah cara untuk mengukur
volume benda padat yang bentuknya tidak beraturan (misalnya seperti batu dan gunting).
Jadi, suatu benda yang dicelupkan seluruhnya dalam zat cair selalu menggantikan
volume zat cair yang sama dengan volume benda itu sendiri.
Kedua, Archimedes mengaitkan antara gaya apung yang dirasakannya dengan
volume zat cair yang dipindahkan benda. Dari sinilah Archimedes (287-212 M), ilmuwan
Yunani kuno berhasil menemukan hukum Archimedes yang berbunyi seperti berikut.
“Gaya apung yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya
ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.”
a. Penurunan Matematis Hukum Archimedes
Perhatikan sebuah silinder dengan
ketinggian h dan luas A yang tercelup
seluruhnya di dalam zat cair dengan massa
jenis 𝜌𝑓 . Fluida melakukan tekanan
hidrostatik P1 pada bagian atasnya dengan
gaya F1 yang berarah ke bawah, serta P2
pada bagian bawah dengan gaya F2 berarah
ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah Gambar 3.8 Menentukan Rumus Gaya Apung
gaya apung Fa.
𝐹𝑎 = 𝐹2 − 𝐹1 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐹2 > 𝐹1
= 𝜌𝑓 𝑔ℎ2 𝐴 − 𝜌𝑓 𝑔ℎ1 𝐴
= 𝜌𝑓 𝑔𝐴(ℎ2 − ℎ1 )
𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 ℎ2 − ℎ1 = ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐴ℎ =
= 𝜌𝑓 𝑔𝐴ℎ 𝑉𝑏𝑓 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔
Jadi, gaya apung Fa yang dikerjakan fluida pada benda (silinder) sama dengan
berat fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan tersebut berlaku
untuk sembarang bentuk benda dan telah dinyatakan sebelumnya sebagai hukum
Archimedes. Jadi, gaya apung dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝐹𝑎 = 𝑀𝑓 𝑔 𝐹𝑎 = 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 𝑔
Dengan :
𝜌𝑓 = massa jenis fluida (g/cm3)
𝑉𝑏𝑓 = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
Gambar 3.13 (a) Galangan kapal (b) Prinsip mengapung dan tenggelam pada sebuah kapal selam
3. Balon Udara
Prinsip kerja pada balon udara adalah, mula-mula balon diisi dengan gas
panas hingga menggelembung dan volumenya bertambah. Bertambahkan volume
balon berarti bertambah pula volume udara yang dipindahkan oleh balon. Artinya,
gaya apung bertambahbesar. Suatu saat gaya apung sudah lebih berat daripada
berat total balon (berat balon dan muatan), sehingga balon mulai bergerak naik.
Awak balon udara terus menambah gaas panas sampai balon mencapai
ketinggian tertentu. Setelah ketinggian yang diinginkan tercapai, awak balon
mengurangi gas panas sampai tercapai gaya apung sama dengan berat balon. Pada
saat itu, balon melayang di udara. Sewaktu awak balon ingin menurunkan
ketinggian, sebagian isi gas panas dikeluarkan dari balon. Hal tersebut
menyebabkan volume balon berkurang, yang berarti gaya apung berkurang.
Akibatnya gaya apung lebih kecil daripada berat balon, dan balon bergerak turun.
Keterangan:
𝛾 = Tegangan permukaan (N/m)
𝐹 = Gaya tegangan permukaan (N)
𝑑 = Panjang permukaan (m)
Besarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh keadaan permukaan
zat cair, misalnya suhu. Semakin tinggi suhu zat cair semakin kecil tegangan
permukaannya. Hal inilah yang menyebabkan baju yang dicuci dengan air hangat lebih
mudah dibersihkan daripada baju yang dicuci dengan air dingin. Detergen sintesis modern
juga di desain untuk meningkatkan kemampuan air membasahi kotoran yang melekat
pada pakaian, yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan air. Dan antiseptic yang
dipakai untuk mebobati luka, selain memiliki daya bunuh kuma yang baik, juga memiliki
tegangan permukaan yang rendah, sehingga antiseptic dapat membasahi seluruh luka.
2. Meniskus
Apabila Anda menuangkan raksa ke dalam suatu tabung kaca dan air pada tabung
kaca lainnya, kemudian Anda perhatikan bentuk permukaannya. Apa yang Anda
dapatkan? Anda akan mendapatkan bentuk kedua permukaan seperti yang dilukiskan
pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.14 (a) Air membasahi dinding kaca (b) Raksa tidak membasahi dinding kaca
Jika pada lengkungan air dan raksa Anda tarik garis lurus, maka garis itu akan
membentuk sudut terhadap dinding vertikal tabung kaca. Sudut 𝜃 tersebut dinamakan
sudut kontak. Oleh karena itu, sudut kontak adalah sudut yang dibentuk antara
permukaan zat cair dengan permukaan dinding pada titik persentuhan zat cair dengan
dinding. Kelengkungan permukaan suatu zat cair di dalam tabung disebut meniskus.
3. Kapilaritas
Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair di dalam pipa kapiler (pipa
sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi antara zat cair
dengan dinding kapiler. Karena dalam pipa kapiler gaya adhesi antara partikel air dan
kaca lebih besar daripada gaya kohesi antara partikel-partikel air, maka air akan naik
dalam pipa kapiler. Sebaliknya raksa cenderung turun dalam pipa kapiler, jika gaya
kohesinya lebih besar daripada gaya adhesinya. Kenaikan atau penurunan zat cair pada
pipa kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan (𝛾) yang bekerja pada keliling
persentuhan zat cair dengan pipa.
Gambar 3.15 (a) Jika sudut kontak kurang dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa kapiler naik, (b)
Jika sudut kontak lebih dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa kapiler turun
4. Viskositas Fluida
a. Hukum Stokes untuk Fluida kental
Viskositas padaaliran fluida kental sama saja dengan gesekan pada gerak benda
padat. Untuk fluida ideal, viskositas 𝜂 = 0 sehingga kita selalu menganggap benda
yang bergerak dalam fluida ideal tidak mengalami gesekan yang disebabkan oleh
fluida. Namun, jika benda tersebut bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida
kental, gerak benda akan dihambat oleh gaya gesejan fluida pada benda tersebut.
Besar gaya gesekan fluida dirumuskan sebagai berikut.
𝐹𝑓 = 𝑘𝜂𝑣
Koefisien k bergantung pada bentuk geometris benda. Untuk benda yang memiliki
bentuk geometris berupa bola dengan jari-jari r, dari perhitungan laboratorium
diperoleh nilai berikut.
𝑘 = 6𝜋𝑟
Dengan demikian, Hukum Stokes :
𝐹𝑓 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣